Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
23<br />
Narasumber : Dr. Yuswanti<br />
Saya menjalani program master di Faculty of Health<br />
QUT dengan bantuan dana dari World Bank pada<br />
project Safe Motherhood pada Oktober 1998 saat<br />
saya masih berstatus staf di bagian perencanaan<br />
Kanwil Depkes Jawa Tengah. Saya mengambil<br />
program master of health science di Faculty of<br />
Health QUT. Study S2 di luar negri seperti Australia<br />
pada awalnya ternyata bukan sesuatu yang mudah<br />
karena dibutuhkan kualifikasi kemampuan bahasa<br />
Inggris yang cukup tinggi yaitu minimum IELTS<br />
6.5. Sehingga saya harus mengikuti program EAP<br />
(English for Academic Purposes) di ELICOS terlebih<br />
dahulu. Selepas ILETS ternyata saya hanya mampu<br />
mencapai IELTS 6,025 sehingga saya harus masuk<br />
ke program Bridging untuk menambah kemampuan<br />
bahasa Inggris sekaligus mendalami beberapa hal<br />
terkait kultur, budaya dan sejarah Australia. Bridging<br />
program class ternyata program yang sangat<br />
menarik karena bisa bertemu dengan mahasiswa<br />
dari berbagai Negara yang berbeda. Interaksi<br />
multicultural ini memberikan pengalaman berharga<br />
bagi saya bagaimana memahami orang-orang dgn<br />
latar belakang budaya yang berbeda Beruntung<br />
karena sambil mengambil Bridging Class saya juga<br />
sudah bisa mengambil 2 subjek pada program<br />
Master of Health Science sehingga bisa sedikit<br />
efisien dalam pembiayaan. Setelah menyelesaikan<br />
program Bridging selama kurang lebih 5 minggu saya<br />
kemudian bisa konsentrasi penuh dalam program<br />
master saya. Semua cerita selama menempuh<br />
program master adalah perjuangan dan do’a serta<br />
kegembiraan dan rasa bangga bisa menikmati<br />
fasilitas pendidikan di QUT yang serba modern dan<br />
dukungan dosen dan staf yang sangat baik dan penuh<br />
keramah tamahan sangat membantu dalam proses<br />
penyelesaian study saya dengan tepat waktu. Sempat<br />
mengalami masa-masa sulit dan hampir down<br />
selama proses pendidikan dkarenakan home sick dan<br />
rasa rindu pada keluarga (saya meninggalkan suami<br />
dan 3 anak yang masih kecil2 pada waktu itu bahkan<br />
yang bungsu baru berumur 1,5 tahun). Tetapi tidak<br />
ada jalan lain selain harus tetap semangat dan terus<br />
berupaya mengingat saya bisa bersekolah sampai<br />
ke Australia karena dibiayai Negara yang notabene<br />
adalah uang rakyat. Disamping itu juga dukungan<br />
keluarga yang saya tinggalkan di Indonesia juga<br />
memberi andil besar bagi saya untuk memacu diri<br />
dalam belajar. Beruntung juga selama kuliah di<br />
QUT saya dikelilingi oleh teman2 seperjuangan<br />
dari Indonesia yang selalu saling membantu dan<br />
saling menyemangati diantara sesama teman yang<br />
menempuh pendidikan baik S2 maupun S3.<br />
Saya menyeleaikan pendidikan master pada Mei<br />
2000 dan segera bergabung kembali dengan institusi<br />
saya di Kanwil Depkes dan diberi kepercayaan<br />
untuk menangani project kesehatan yang<br />
didanai Bank Dunia yang secara kebetulan selalu<br />
menghubungkan saya dengan Australia khususnya<br />
Queensland dan QUT karena beberapa kegiatan<br />
project tersebut terkait dengan pendidikan staf<br />
di luar negri (Australia). Disamping itu adanya<br />
hubungan kerjasama antara Jawa Tengah dan<br />
Queensland sebagai Sister Province yang sudah<br />
terjalin sejak 1995 membawa berkah untuk saya<br />
secara pribadi karena sampai sekarangpun Pemprov<br />
Jateng masih mempercayai saya untuk membantu<br />
berbagai macam kegiatan dan program yang terkait<br />
kerjasama Sister Province ini khususnya dalam