Bagian 2. Merancang Dokumentasi Kejahatan Hak Asasi Manusia Skala Besardi <strong>Masa</strong> Lampau untuk Mencegah Pelupaan PublikI. Tujuan dan Pokok BahasanBagian ini bertujuan memberikan pemahaman bahwa kebuntuan proses penyelesaian kejahatan hakasasi manusia skala besar di masa lalu menyebabkan lahirnya amnesia publik. Dan oleh karena itubagian ini juga mendorong masyarakat sipil, terutama organisasi korban dan organisasi hak asasimanusia, untuk mulai mendokumentasikan kebenaran kejahatan hak asasi manusia skala besar dimasa Orde Baru, guna mencegah pelupaan publik tersebut. Selanjutnya dengan pemahaman yangutuh tentang amnesia publik tersebut, bagian ini juga akan menawarkan pelbagai konsep dan teknikmerancang dokumentasi kejahatan hak asasi manusia skala besarPokok-pokok bahasan:• Memahami kejahatan hak asasi manusia di masa Orde Baru• Memahami kejahatan hak asasi manusia Orde Baru di wilayah pendudukan• Pentingnya kerja pendokumentasian untuk mencegah amnesia publik• Teknik merancang dokumentasi kejahatan hak asasi manusia skala besarII. Memahami Kejahatan Hak Asasi Manusia Skala Besar Orde BaruPengantarTidaklah sulit untuk memahami bentuk dan pola kejahatan hak asasi manusia dari Rezim Orde Baru,termasuk akibat-akibatnya terhadap kehidupan rakyat Indonesia saat ini. Selain banyak laporanpenelitian dan penyelidikan tentang kejahatan ini, sejumlah warisan persoalannya pun masih dapatkita rasakan saat ini, seperti ketegangan relasi sosial antar etnis, agama, dan ras; tinggginya angkapenduduk yang jatuh dalam jurang kemiskinan yang akut; dan praktik korupsi yang berurat berakardi kalangan birokrasi sipil dan militer. Berikut ini adalah ilustrasi tentang temuan bentuk, pola, danakibat dari kejahatan hak asasi manusia dari rezim Orde Baru di pelbagai tempat di Indonesia.1. Farid dan Simarmata: Rangkaian Kekerasan Orde Baru dan Sasarannya[...] Selama 32 tahun, Orde Baru menggunakan kekerasan untuk membungkam perlawanan politik,menjalankan kebijakan ekonomi, dan mempertahankan persatuan nasional. Berawal daripembasmian gerakan kiri pertengahan 1960-an, rangkaian kekerasan kemudian melanda sektorsektormasyarakat lainnya: gerakan nasionalis pendukung Soekarno, komunitas Islam yang menolakasas tunggal Pancasila, gerakan mahasiswa dan kalangan akademik yang mengkritik kebijakanpemerintah, aktivis buruh, dan petani yang memperjuangkan hak-hak dasar mereka, sampai padapejuang pembebasan nasional di Timor Leste. Seorang peneliti masalah politik mengungkapkan,“hampir semua orang Indonesia memiliki anggota keluarga, saudara atau kenalan yang pernahmenjadi korban kekerasan negara”.22
Kekerasan tidak hanya digunakan untuk menindas perbedaan politik. Program pembangunan,terutama komersialisasi pertanian, pengembangan sektor perkebunan, kehutanan danpertambangan sering kali dijalankan dengan mengusir penduduk secara paksa. Sementara itu untukmenciptakan angkatan kerja yang disiplin, pemerintah Orde Baru mengekang semua kegiatan politikdan berulang-ulang menindas gejolak dengan tindak kekerasan. Para pemimpin serikat buruh danaktivitas LSM yang mendampinginya menjadi sasaran intimidasi, dan beberapa diantaranyaterbunuh atau dijatuhi hukum penjara karena kegiatannya.Di beberapa tempat kekerasan menimpa penduduk yang sama berulang-ulang. Setelah menjadikorban dalam gelombang kekerasan 1965-66, penduduk kemudian diusir dari tanah mereka karenaprogram pembangunan. anggota keluarga yang memprotes tindakan pemerintah dan berusahamembela hak-hak dasar dalam protes petani atau buruh kemudian kembali menjadi korbankekerasan. Pemerintah sendiri kerap menggunakan slogan “bahaya laten PKI” atau “GPK” (GerakanPengacau Keamanan) untuk membenarkan tindak kekerasan yang berulang-ulang terhadapkomunitas yang sama. [...]2. Laporan Pemantauan Komnas Perempuan: Kejahatan terhadap Kemanusiaan Berbasis JenderTemuan Farid dan Simarmata pun kemudian dikuatkan oleh temuan Komnas Perempuan pada 2007dimana dalam laporan resminya tentang Peristiwa 1965, lembaga negara tersebut menyebutkanbahwa kejahatan hak asasi manusia di masa rezim tersebut merupakan kejahatan terhadapkemanusiaan karena bentuk dan pola kekerasan sangat sistematis dan meluas.[...] Kebenaran tentang rangkaian peristiwa September 1965 masih terselubung, dan berada di luarjangkauan laporan ini. Namun Komnas Perempuan dapat menyatakan bahwa versi resmi darikejadian 1965 tidak menggambarkan gelombang kekerasan yang dikerahkan oleh aparat negarasesudah pembunuhan tujuh perwira tinggi TNI pada 30 September 1965. Kebisuan ini, yang terusberlanjut sampai sekarang, merupakan sebuah penyangkalan resmi yang menjadi akar masalah daridiskriminasi dan persekusi yang berlanjut terhadap korban.[...][...] pada masa Peristiwa 1965, anggota Gerwani dan perempuan-perempuan lainnya yang dianggapberafiliasi dengan PKI, menjadi sasaran kejahatan sistematis, antara lain, pembunuhan,penghilangan paksa, penahanan sewenang-wenang, penyiksaan, dan kekerasan seksual. KomnasPerempuan percaya bahwa Gerwani menjadi target sebuah propaganda hitam yang dibuat untukmenghancurkan secara total kelompok politik ini.[...][...] Meskipun ada laporan otopsi resmi yang menyimpulkan bahwa penyebab kematian para perwiraadalah tembakan peluru, pemukulan dengan benda tumpul, dan bahwa jenazah dalam keadaanutuh, beberapa media massa mulai menyebarkan laporan palsu mengenai kondisi jenazah korban.Dinyatakan bahwa jenazah dalam keadaan mata dicongkel dan kemaluan dipotong. Koran AngkatanBersenjata melaporkan, pada 11 Oktober 1966 “...sukarelawan-sukarelawan Gerwani telah bermainmaindengan para Jenderal, dengan menggosok-gosokan kemaluan mereka ke kemaluan sendiri.”Keesokan harinya Duta Masyarakat, sebuah koran miliki Nahdatul Ulama melaporkan “...menurutsumber yang dapat dipercaya, orang-orang Gerwani menari-nari telanjang di depan korban-korbanmereka.” Laporan-laporan yang tidak terverifikasi ini menyebar ke media massa lainnya, yang23
- Page 2: Melawan Pelupaan PublikPanduan Disk
- Page 7: 3. Taylor: Perang Tersembunyi Sejar
- Page 10 and 11: iasa di kalangan publik umum untuk
- Page 12 and 13: Orde Baru yang sistematik dan melua
- Page 14 and 15: menghadapi pelupaan publik yang gej
- Page 16 and 17: Penulis ternama, Satyagraha Hoerip,
- Page 18 and 19: korban itu sendiri. Kita harus mamp
- Page 20 and 21: hanya melayani kejahatan individu w
- Page 22 and 23: kepada mereka. Tuntutan awalnya ada
- Page 24 and 25: Namun usaha untuk menarik garis bar
- Page 26 and 27: Kebenaran atau Keadilan: Kebenaran
- Page 28 and 29: yang terutama dikerjakan oleh Memor
- Page 32 and 33: memberitakan cerita-cerita bohong t
- Page 34 and 35: memperoleh izin bergerak menurut In
- Page 36 and 37: PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DISKUSI
- Page 38: mengerahkan warga sipil ini tidak d
- Page 41 and 42: (kehidupan ekonomi, sosial, budaya,
- Page 43 and 44: Memorial-Rusia[...] Di bekas negara
- Page 45 and 46: PERTANYAAN-PERTANYAAN DISKUSI:1) Me
- Page 47 and 48: mengambil intisarinya dan mengintep
- Page 49 and 50: Jika demikian kita berangkat dari b
- Page 51 and 52: Pengertian Informasi Primer dan Inf
- Page 53 and 54: mendapatkan pengertian yang lebih b
- Page 55 and 56: Tabel 1: Perbedaan Dokumentasi deng
- Page 57 and 58: "Perantara yang berpengalaman semac
- Page 60 and 61: Dalam pendokumentasian tentu akan b
- Page 62 and 63: pekerjaan pustakawan dalam memilih,
- Page 64 and 65: tengkorak, enam puluh buah telah di
- Page 66 and 67: II. Darimana Memulai: Mengajak Korb
- Page 68 and 69: tujuan kami, dan apa yang akan kami
- Page 70 and 71: • Menjaga kerahasiaan identitas k
- Page 72 and 73: menghadapi kesulitan di lapangan, d
- Page 74 and 75: • Tujuan kemanusiaan, misalnya me
- Page 76 and 77: dari sumber pertama). Tuntutan ini
- Page 78 and 79: miskin yang didirikan oleh organisa
- Page 80 and 81:
2. Riset Peristiwa 65 di SoloSejak
- Page 82:
lokal (bagian putri Pakorba Solo su
- Page 86 and 87:
menyiksa para jenderal, ditelanjang
- Page 88 and 89:
palu-arit,” perkosaan dalam tahan
- Page 90 and 91:
usak, dan membuat perabotan rumah t
- Page 92 and 93:
Ketika Santo Hariyadi diperintahkan
- Page 94 and 95:
capek, kepanasan, dan sebagainya, n
- Page 96 and 97:
kita [babat rumput]. Dari batas Des
- Page 98 and 99:
Setelah menyiang pada dari alang-al
- Page 100 and 101:
Kemudian ditutup. Kalau ditanyak pe
- Page 102 and 103:
Di tengah-tengah dokumentasi itu, i
- Page 104 and 105:
Pernyataan tentang Izin Penggunaan
- Page 106 and 107:
Profil ELSAMLembaga Studi dan Advok