JURNALILMU HUKUM1KEDUDUKAN IZIN LINGKUNGAN DALAMSISTEM PERIZINAN DI INDONESIAHELMIPerumahan Puri Masurai 2 Blok AF No. 2 RT 29 Mendalo DaratJambi Luar KotaAbstrakSebagai instrument pengelolaan sumber daya lingkunganhidup, izin lingkungan mempunyai kedudukanpenting. UU No. 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup(UU-PPLH) izin lingkungan merupakan integrasidari berbagai izin yang sebelum terpisah. Namunpersoalan yang dihadapi, ternyata UU-PPLH sendirimasih belum tegas memberikan ruang lingkup danjenis izin lingkungan itu sendiri. Kedudukan izinlingkungan terhadap izin usaha atau kegiatan tampakpada ruang lingkup dan hubungan <strong>hukum</strong> keduanya,yakni izin lingkungan merupakan instrumenmemperoleh dan melaksanakan izin usahaatau kegiatan pengelolaan lingkungan hidup.AbstractAs an instrument of environmental resource management,environmental permits has an importantposition. Lay No. 32 of 2009 on the Protection andEnvironmental Management (UU-PPLH) permits theintegration of various environmental permits beforesplitting. But the problems faced, it turns out, the lawit self is still not firmly UU-PPLH provide the scopeand type environmental permit it self. Status ofenvironmental permits for a business license or activitiesappear on the scope and legal relations of both,which is an instrument of obtaining environmentalpermits and business licenses or implement environmentalmanagement activities.Kata kunci: Izin lingkungan, instrumen lingkungan.A. PendahuluanLingkungan hidup dalam perspektif teoretis dipandang sebagai bagian mutlak darikehidupan manusia, tidak terlepas dari kehidupan manusia itu sendiri. 1 Menurut MichaelAllaby, lingkungan hidup sebagai “the phsycal, chemical and biotic condition surroundingand organism” (lingkungan fisik, kimia, kondisi masyarakat sekelilingnya dan organismehidup). Dalam kamus <strong>hukum</strong>, lingkungan hidup diartikan sebagai, “the totally of phsycal,economic, cultural, aesthetic and social cirscumstances and factors wich surround andaffect the desirability and value at poperty and which also effect the quality of peopleslives” (Keseluruhan lingkungan fisik, ekonomi, budaya, kesenian dan lingkugan sosial sertabeberapa faktor di sekeliling yang memengaruhi niliai kepemilikan dan kualitas kehidupanmasyarakat). 2Salah satu instrument konkrit pengelolaan lingkungan hidup adalah izin. Izin dalamarti luas (perizinan) ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undangatau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuanketentuanlarangan perundangan”. 3 Makna <strong>hukum</strong> yang dapat ditemukan dalam izinmenurut pendapat di atas adalah adanya perkenan untuk melakukan sesuatu yang1Siahaan N.H.T., Hukum Lingkungan, Pancuran Alam, Jakarta, 2009, hlm. 2.2Champbell, Hendri, Blach’s Law Dictionary, USA, St. Paul, Minn, West Publishing Co, 1991, hlm. 369.3Spelt. N.M. dan J.B.J.M. ten Berge, Pengantar Hukum Perizinan, disunting oleh Philipus M. Hadjon,Yuridika, Surabaya, 1993, hlm. 2.
HELMIVOLUME2 No. 1 Agustus 20112semestinya dilarang, 4 sehingga akan dapat ditemukan dalam berbagai wujud perizinan,seperti izin, dispensasi, lisensi, konsesi, rekomendasi, dan lain sebagainya. 5 Menurut W.F.Prins dan R. Kosim Adisapoetra, izin diartikan dengan perbuatan pemerintah yangmemperkenankan suatu perbuatan yang tidak dilarang oleh peraturan yang bersifatumum”. 6 Selanjutnya, Sjachran Basah sebagaimana dikutip I Made Arya Utama,menyatakan, izin sebagai perbuatan Hukum Administrasi pemerintah bersegi satu yangmengaplikasikan peraturan dalam hal konkreto berdasarkan persyaratan dan proseduryang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7Izin merupakan alat pemerintah yang bersifat yuridis preventif, dan digunakan sebagaiinstrument administrasi untuk mengendalikan perilaku masyarakat. Karena itu, sifat suatuizin adalah preventif, karena dalam instrument izin, tidak bisa dilepaskan dengan perintahdan kewajiban yang harus ditaati oleh pemegang izin. 8 Selain itu, fungsi izin adalah represif.Izin dapat berfungsi sebagai instrument untuk menanggulangi masalah lingkungandisebabkan aktivitas manusia yang melekat dengan dasar perizinan. Artinya, suatu usahayang memperoleh izin atas pengelolaan lingkungan, dibebani kewajiban untuk melakukanpenanggulangan pencemaran atau perusakan lingkungan yang timbul dari aktivitas usahanya.Perizinan merupakan wujud keputusan pemerintah dalam <strong>hukum</strong> administrasinegara. Sebagai keputusan pemerintah, maka izin adalah tindakan <strong>hukum</strong> pemerintahberdasarkan kewenangan publik yang membolehkan atau memperkenankan menurut<strong>hukum</strong> bagi seseorang atau badan <strong>hukum</strong> untuk melakukan sesuatu kegiatan. 9 Instrumenperizinan diperlukan pemerintah untuk mengkokritkan wewenang pemerintah. Tindakanini dilakukan melalui penerbitan keputusan tata usaha negara.Dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LingkunganHidup (UU-PPLH) terdapat 2 (dua) jenis izin yakni; pertama, izin lingkungan adalahizin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yangwajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan (Pasal 1 angka35). Kedua, izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi teknisuntuk melakukan usaha dan/atau kegiatan (Pasal 1 angka 36).Dalam UU ini izin lingkungan merupakan syarat untuk mendapatkan izin usahadan/atau kegiatan. Untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan, orang atau badan<strong>hukum</strong>, terlebih dahulu mengurus dan mendapatkan izin lingkungan. Sementara izinlingkungan itu sendiri diperoleh setelah memenuhi syarat-syarat dan menempuhprosedur administrasi.4Ibid.5I Made Arya Utama, Sistem Hukum Perizinan Berwawasan Lingkungan Hidup Dalam MewujudkanPembangunan Daerah yang Berkelanjutan (Studi Terhadap Pemerintahan di Wilayah Pemerintah DaerahProvinsi Bali), Disertasi, Program Pascasarjana Unpad, Bandung, 2006, hlm. 120.6W.F. Prins dan R, Kosim Adisapoetra, Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara, Pradnya Paramita,Jakarta, 1978, hlm. 72.7I Made Arya Utama, ibid, hlm. 121.8Lihat, dalam N.H.T. Siahaan, op., cit, hlm. 239.9Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, Tata Perizinan Pada Era Otonomi Daerah, Makalah, Surabaya,Nopember 2001, hlm. 1.
- Page 2 and 3: JURNALILMU HUKUMIJurnalILMUHUKUMJUR
- Page 4 and 5: JURNALILMU HUKUMIIIPENGANTAR REDAKS
- Page 8 and 9: JURNALILMU HUKUM3Berdasarkan hal di
- Page 10 and 11: JURNALILMU HUKUM5lingkungan diatur
- Page 12 and 13: JURNALILMU HUKUM7Pola perizinan di
- Page 14 and 15: JURNALILMU HUKUM9F. Daftar PustakaB
- Page 16 and 17: JURNALILMU HUKUM11dan pembangunan y
- Page 18 and 19: JURNALILMU HUKUM13disebut dengan Pe
- Page 20 and 21: JURNALILMU HUKUM15undang ini maka s
- Page 22 and 23: JURNALILMU HUKUM17Dalam Undang-Unda
- Page 24 and 25: JURNALILMU HUKUM19bertanggung jawab
- Page 26 and 27: JURNALILMU HUKUM21Handajaningrat, S
- Page 28 and 29: JURNALILMU HUKUM23menambah beban po
- Page 30 and 31: JURNALILMU HUKUM25yang sangat besar
- Page 32 and 33: JURNALILMU HUKUM27Terkait kebijakan
- Page 34 and 35: JURNALILMU HUKUM29MakalahAbdul Bari
- Page 36 and 37: JURNALILMU HUKUM31pemerintahan naga
- Page 38 and 39: JURNALILMU HUKUM33Tabel. 1Nagari da
- Page 40 and 41: JURNALILMU HUKUM354. Hilangnya jaba
- Page 42 and 43: JURNALILMU HUKUM37Kepala DesaKepala
- Page 44 and 45: JURNALILMU HUKUM39i. Tanah, hutan,
- Page 46 and 47: JURNALILMU HUKUM41PERKEMBANGAN KELE
- Page 48 and 49: JURNALILMU HUKUM43adanya, dapat dis
- Page 50 and 51: JURNALILMU HUKUM45Versi keempat, te
- Page 52 and 53: JURNALILMU HUKUM47Kijang bertemu ki
- Page 54 and 55: JURNALILMU HUKUM49Dalam buku Sejara
- Page 56 and 57:
JURNALILMU HUKUM51Setelah ditetapka
- Page 58 and 59:
JURNALILMU HUKUM53hubungan darat an
- Page 60 and 61:
JURNALILMU HUKUM55Kewedanaan Muara
- Page 62 and 63:
JURNALILMU HUKUM57menggunakan kapal
- Page 64 and 65:
JURNALILMU HUKUM59ternyata Kabupate
- Page 66 and 67:
JURNALILMU HUKUM61PERGESERAN PERAN
- Page 68 and 69:
JURNALILMU HUKUM63sesuai dengan cit
- Page 71 and 72:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201166
- Page 73 and 74:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201168
- Page 75 and 76:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201170
- Page 77 and 78:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201172
- Page 79 and 80:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201174
- Page 81 and 82:
MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 83 and 84:
MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 85 and 86:
MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 87 and 88:
MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 89 and 90:
VOLUME2 No. 1 Agustus 201184IMPLEME
- Page 91 and 92:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201186Sel
- Page 93 and 94:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201188ren
- Page 95 and 96:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201190Ist
- Page 97 and 98:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201192yan
- Page 99 and 100:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201194dal
- Page 101 and 102:
VOLUME2 No. 1 Agustus 201196PERBAIK
- Page 103 and 104:
AZMI FENDRIVOLUME2 No. 1 Agustus 20
- Page 105 and 106:
AZMI FENDRIVOLUME 1002 No. 1 Agustu
- Page 107 and 108:
AZMI FENDRIVOLUME 1022 No. 1 Agustu
- Page 109 and 110:
AZMI FENDRIVOLUME 1042 No. 1 Agustu
- Page 111 and 112:
AZMI FENDRIVOLUME 1062 No. 1 Agustu
- Page 113 and 114:
VOLUME 1082 No. 1 Agustus 2011KONTR
- Page 115 and 116:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1102
- Page 117 and 118:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1122
- Page 119 and 120:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1142
- Page 121 and 122:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1162
- Page 123 and 124:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1182
- Page 125 and 126:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1202
- Page 127 and 128:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1222
- Page 129 and 130:
VOLUME 1242 No. 1 Agustus 20115. Er
- Page 131:
VOLUME 1262 No. 1 Agustus 20116. Na