Pendataan Penyebaran Merkuri Pada Wilayah Pertambangan di ...
Pendataan Penyebaran Merkuri Pada Wilayah Pertambangan di ...
Pendataan Penyebaran Merkuri Pada Wilayah Pertambangan di ...
- No tags were found...
Transform your PDFs into Flipbooks and boost your revenue!
Leverage SEO-optimized Flipbooks, powerful backlinks, and multimedia content to professionally showcase your products and significantly increase your reach.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGANTAHUN 2006, PUSAT SUMBERDAYA GEOLOGIPENDATAAN PENYEBARAN MERKURI PADA WILAYAH PERTAMBANGANDI DAERAH PONGKOR, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARATNixon Juliawan, STKelompok Program Penelitian KonservasiSARIKegiatan PETI pada wilayah pertambangan <strong>di</strong> daerah Pongkor yang melakukan pengolahan bijihdengan cara amalgamasi mengakibatkan pencemaran merkuri. Pencemaran terja<strong>di</strong> pada saatpenggilingan, pencucian dan pemerasan, penggarangan amalgam dan pada saat penangananmerkuri.<strong>Pada</strong> tahap penggilingan unsur merkuri terpecah menja<strong>di</strong> butiran halus yang sukar <strong>di</strong>pisahkan,sehingga dapat lepas dari dalam gelundung dan masuk ke tubuh sungai atau jatuh ke atas tanah.<strong>Pada</strong> tahap pencucian dan pemerasan, limbah yang masih mengandung merkuri umumnya <strong>di</strong>buanglangsung ke tubuh sungai.<strong>Pada</strong> tahap penggarangan, uap merkuri yang terbentuk tidak <strong>di</strong>tampungsehingga dapat mengendap kembali <strong>di</strong> atas tanah.Hasil analisis bijih yang <strong>di</strong>ambil dari urat Pasir Jawa dan Ciguha dan tailing hasil pengolahan PETImenunjukkan perolehan pengolahan cara amalgamasi yang <strong>di</strong>lakukan PETI hanya berkisar 41%hingga 75 % dengan rata-rata 58 %.Hasil analisis 55 conto se<strong>di</strong>men sungai aktif <strong>di</strong>dapatkan 3 kelas kisaran nilai unsur merkuri dalamse<strong>di</strong>men sungai aktif. Kelas pertama memiliki kisaran nilai unsur merkuri antara 18,5 ppm – 220ppm. Kelas kedua memiliki kisaran nilai unsur merkuri antara 6 ppm – 18,5 ppm. Kelas ketigamemiliki kisaran nilai unsur merkuri antara 1 ppm – 6 ppm.Hasil analisis 35 conto tanah <strong>di</strong>dapatkan 3 kelas kisaran nilai unsur merkuri dalam tanah. Kelaspertama memiliki kisaran nilai unsur Hg antara 60 - 400 ppm. Kelas kedua memiliki kisaran nilaiunsur Hg antara 10 - 60 ppm. Kelas ketiga memiliki kisaran nilai unsur Hg antara 0,38 – 10 ppm.Untuk meminimalisasi tingginya tingkat pencemaran merkuri, <strong>di</strong>sarankan untuk membuat bakpengendap yang dapat menampung meterial yang tercecer pada saat, dan melakukan penggaran <strong>di</strong>dalam ruang tertutup atau kedap udara sehingga uap merkuri yang terbentuk dapat <strong>di</strong>alirkan masukke dalam bak pengendap yang tertutup rapat.Penyelesaian masalah PETI tidak hanya <strong>di</strong>lakukan secara hukum tetapi juga harusmemperhatikan masalah ekonomi dan sosial budaya masyarakat setempat serta denganmelakukan sosialisasi mengenai dampak negatif pencemaran merkuri akibat kegiatan PETI.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGANTAHUN 2006, PUSAT SUMBERDAYA GEOLOGILATAR BELAKANGDitemukannya beberapa daerah prospek emas<strong>di</strong> Jawa Barat dan Banten menyebabkanmeningkatnya penambangan emas tanpa izin(PETI) yang <strong>di</strong>lakukan oleh rakyat. KegiatanPETI yang menggunakan cara amalgamasidalam pengolahannya cenderung menimbulkanpencemaran air raksa atau merkuri, untuk ituperlu <strong>di</strong>lakukan pendataan penyebaran merkuriuntuk mengetahui sebaran dan tingkatpencemaran merkuri pada wilayahpertambangan.MAKSUD DAN TUJUANKegiatan ini <strong>di</strong>maksudkan untukmenginventarisisasi sebaran dan tingkatpencemaran merkuri akibat kegiatan PETI, danbertujuan untuk mengetahui penyebaran unsurmerkuri <strong>di</strong> daerah Pongkor, sehingga dapat<strong>di</strong>kaji pola penyebaran unsur merkuri denganmemperhatikan tingkat aktifitas PETI.LOKASI KEGIATANLokasi kegiatan secara geografis terletak<strong>di</strong>antara 106 o 31’ 27’’ - 106 o 35’ 56’’ BujurTimur dan 6 o 34’ 30’’ - 6 o 41’ 47’’ LintangSelatan, secara administratif termasuk kedalam wilayah Kecamatan Nanggung,Kecamatan Leuwiliang dan KecamatanCigudeg, Kabupaten Bogor, Provinsi JawaBarat (gambar 1).MORFOLOGI, IKLIM DAN PENDUDUKMorfologi daerah kegiatan berupa perbukitanbergelombang hingga terjal dengan ketinggianberkisar antara 200 - 1000 m dari permukaanlaut. Iklim <strong>di</strong> daerah kegiatan termasuk iklimtropis dengan kisaran suhu sampai 34o C padasiang hari dan 24 o C pada malam hari. Musimkemarau pada bulan April hingga Oktober danmusim penghujan terja<strong>di</strong> mulai bulanNovember hingga Maret dengan curah hujanrata-rata per tahun mencapai 1500 – 2000 mm.Penduduk umumnya berasal dari suku Sunda,Jawa, dan Lampung, dengan mata pencaharianbertani, berkebun, berladang dan sebagaipegawai negeri.KENDALA TEKNIS DAN NON TEKNISSelama melakukan kegiatan secara umumtidak <strong>di</strong>jumpai kendala teknis, tetapi hanyakendala non tenis pada saat pengumpulan dataprimer <strong>di</strong> lapangan yakni adanya penolakandari PETI karena mereka khawatir danmenduga adanya razia terhadap kegiatan PETIMETODOLOGIMetodologi yang <strong>di</strong>gunakan pada kegiatan iniadalah pengumpulan data sekunder, dataprimer, analisis laboratorium serta pengolahandata dan pelaporan. Pengumpulan datasekunder yang meliputi pengumpulan data daninformasi terkait dengan materi kegiatan,antara lain dari hasil penyeli<strong>di</strong>kan terdahuludan informasi dari berbagai situs yang terkaitdengan pencemaran merkuri.Pengumpulan data primer dengan melakukanpemercontoan se<strong>di</strong>men sungai aktif, tanah, airpermukaan, tailing dan batuan, yang <strong>di</strong>lakukan<strong>di</strong> daerah tercemar dan tidak tercemar ataudaerah yang tidak terdapat aktifitas PETI, halini <strong>di</strong>lakukan sebagai perban<strong>di</strong>ngan antaradaerah yang belum tercemar dan daerah yangtelah tercemar.Analisis laboratorium seluruh conto hasilkegiatan <strong>di</strong>lakukan <strong>di</strong> laboratorium kimiamineral Pusat Sumber Daya Geologi denganunsur yang <strong>di</strong>analisis adalah merkuri, tembaga,timbal, seng, arsen dan kadmiummenggunakan metoda AAS,Pengolahan data <strong>di</strong>lakukan dengan melakukankompilasi data sekunder dan data primer yangselanjutnya <strong>di</strong>lakukan sintesis yang <strong>di</strong>tuangkandalam bentuk laporan akhirKONDISI GEOLOGIEndapan bijih emas <strong>di</strong> Gunung Pongkorterbentuk pada batuan tersier, yang ter<strong>di</strong>ri darituf breksi, tuf lapili dan batuan terobosanandesit yang menembus batuan breksivulkanik kuarter.Tuf breksi berwarna abu-abu, mengandungfragmen andesit dalam matrik tufaan, terdapat
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGANTAHUN 2006, PUSAT SUMBERDAYA GEOLOGIperselingan batulempung hitam denganketebalan lebih dari 15 cm dengan strukturse<strong>di</strong>men gelembur gelombang. Terdapatnyaforaminifera mengin<strong>di</strong>kasikan batuan<strong>di</strong>endapkan pada lingkungan laut. Tuf breksi<strong>di</strong>korelasikan dengan Formasi Andesit Tuaberumur Miosen Awal.PETI yang mengambil bijih <strong>di</strong> urat Ciurug -Cikoret umumnya mengolah bijih <strong>di</strong> KampungCisarua, Kampung Jangkar, Kampung Kopodan Kampung Pongkor Kaler denganmenggunakan gelundung <strong>di</strong>namo.SISTEM PENAMBANGANTuf lapili berwarna kecoklatan sampaikehijauan dengan perselingan breksi hitam,yang dapat <strong>di</strong>korelasikan dengan FormasiCimapag berumur Miosen Awal.Batuan terobosan andesit tersingkap <strong>di</strong> bagiantimur dan barat Gunung Pongkor dan <strong>di</strong>lembah-lembah sungai sekitarnya. Berdasarkankorelasi, batuan terobosan andesit ini<strong>di</strong>intepretasikan berumur Miosen Tengah.Breksi vulkanik tersingkap <strong>di</strong> sebelah tenggaradaerah Gunung Pongkor, terbentuk pada akhirtersier, menutup secara tidak selaras batuanFormasi Bojongmanik dan terobosan Andesit,<strong>di</strong>intepretasikan berumur Plio-Pleistosen.Di daerah Pongkor <strong>di</strong>jumpai 4 sistem uratkuarsa, yakni urat Ciurug - Cikoret, uratKubang Cicau, urat Ciguha dan urat Pasir Jawayang masing-masing membentuk arahsubparalel dalam jarak 300 hingga 800 m.Arah umum urat N 330º E dan <strong>di</strong>beberapatempat dapat berubah menja<strong>di</strong> N 30º E dengankemiringan bervariasi antara 60º hingga 85º .Urat Ciurug - Cikoret dan Ciguha merupakanurat tunggal, sementara urat Kubang Cicauter<strong>di</strong>ri dari beberapa urat.Kegiatan PETI terdapat <strong>di</strong> daerah Pasir Jawa,Ciguha dan Ciurug – Cikoret. PETI yangmengambil bijih <strong>di</strong> urat Pasir Jawa umumnyamengolah bijih dengan menggunakangelundung kincir air yang <strong>di</strong>letakkan <strong>di</strong> aliranSungai Cipanganten.PETI yang mengambil bijih <strong>di</strong> urat Ciguhaumumnya mengolah bijih denganmenggunakan gelundung kincir air, yang<strong>di</strong>letakkan <strong>di</strong> aliran Sungai Ciguha, sedangkanyang menggunakan <strong>di</strong>namo terdapat <strong>di</strong>Kampung Ciguha.PETI <strong>di</strong> daerah Pongkor merupakanpenambangan rakyat bersekala kecil yang<strong>di</strong>lakukan dengan sistem tambang bawahtanah, dengan membuat terowonganberketinggian sekitar 1 meter dengankedalaman yang bervariasi.Bijih hasil penggalian <strong>di</strong>angkut ke lokasipengolahan dengan <strong>di</strong>pikul atau menggunakansepeda motor. Di lokasi pengolahan, bijihtersebut <strong>di</strong>hancurkan dengan cara <strong>di</strong>tumbukmenggunakan palu sampai berukuran pasirkasar sebelum <strong>di</strong>olah <strong>di</strong> dalam gelundung.SISTEM PENGOLAHANProses pengolahan bijih yang <strong>di</strong>lakukan <strong>di</strong>daerah Pongkor adalah cara amalgamas,<strong>di</strong>mana proses penggilingan dan prosespembentukan amalgam <strong>di</strong>lakukan bersamaan<strong>di</strong> dalam suatu amalgamator yang <strong>di</strong>sebutgelundung berpenggerak kincir air atau<strong>di</strong>namo dengan waktu penggilingan berkisarantara 8 hingga 12 jam (gambar 2). Tahapanpengolahan bijih yang <strong>di</strong>lakukan PETI adalah :− Tahap penumbukan, yang bertujuan untukmemperoleh ukuran bijih yang lebih kecilsehingga mudah <strong>di</strong>haluskan <strong>di</strong> dalamgelundung.KEGIATAN PETI − Tahap amalgamasi, <strong>di</strong>lakukan dengan carapenggilingan selama 8 hingga 12 jam <strong>di</strong>dalam gelundung yang telah <strong>di</strong>beri merkuri− Tahap pencucian dan pemerasan,merupakan proses pemisahan merkuri danamalgam dengan cara pendulangan.Amalgam yang <strong>di</strong>peroleh kemu<strong>di</strong>an<strong>di</strong>peras dengan menggunakan kain perasutsehingga <strong>di</strong>peroleh amalgam kering.−Tahap penggarangan, merupakan tahapanuntuk memperoleh bullion emas dariamalgam kering dengan cara <strong>di</strong>bakar padasuhu 300 - 600 o C.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGANTAHUN 2006, PUSAT SUMBERDAYA GEOLOGIPEROLEHAN PENGILAHANKurangnya pengetahuan para penambangtentang proses pengolahan yang benarmengakibatkan rendahnya perolehanpengolahan.Hasil analisis bijih yang <strong>di</strong>ambil dari urat PasirJawa dan Ciguha dan tailing hasil pengolahanPETI menunjukkan perolehan pengolahan caraamalgamasi yang <strong>di</strong>lakukan PETI <strong>di</strong> PasirJawa hanya 75 % dan <strong>di</strong> Ciguha hanya 41 %dengan rata-rata sekitar 58 %.PENANGANAN MERKURIPETI <strong>di</strong> daerah Pongkor tidak melakukanpenanganan merkuri dengan benar. Umumnyajumlah merkuri yang hilang pada saat prosesamalgamasi adalah sekitar 10 %. Hal ini terja<strong>di</strong>akibat tidak rapat atau kedap-nya penutupgelundung, sehingga merkuri dapat keluar darigelundung. Adanya bak penampung yangterdapat <strong>di</strong> bawah gelundung lebih berfungsiuntuk menampung material yang tercecerselama proses penggilingan agar tidakterbuang.Tailing hasil pengolahan yang masihmengandung merkuri hanya <strong>di</strong>tampung <strong>di</strong>dalam karung plastik untuk <strong>di</strong>perjual belikan,sehingga berdampak memperluas wilayahpencemaran merkuri (gambar 3).<strong>Merkuri</strong> yang terlepas pada saat pencucian danpemerasan tidak <strong>di</strong>tampung, tetapi <strong>di</strong>biarkanjatuh ke atas tanah atau masuk ke dalam tubuhsungai.Penggarangan umumnya <strong>di</strong>lakukan <strong>di</strong> udarabebas, sehingga uap merkuri yang terbentuk<strong>di</strong>biarkan menguap ke udara bebas.PENCEMARAN MERKURIPencemaran merkuri <strong>di</strong> daerah Pongkor dapatterja<strong>di</strong> pada proses pengolahan bijih, yaknipada tahap penggilingan, pencucian danpemerasan, penggarangan dan pada saatpenanganan tailing.<strong>Pada</strong> tahap penggilingan unsur merkuriterpecah menja<strong>di</strong> butiran halus yang sukar<strong>di</strong>pisahkan, sehingga dapat lepas dari dalamgelundung dan masuk ke tubuh sungai ataujatuh ke atas tanah.<strong>Pada</strong> tahap pencucian dan pemerasan, limbahyang masih mengandung merkuri umumnya<strong>di</strong>buang langsung ke tubuh sungai,<strong>Pada</strong> tahap penggarangan, uap merkuri yangterbentuk tidak <strong>di</strong>tampung sehingga dapatmengendap kembali <strong>di</strong> atas tanah.MERKURI DALAM SEDIMEN SUNGAIAKTIFKontaminasi unsur merkuri dalam se<strong>di</strong>mensungai aktif dapat terja<strong>di</strong> akibat pengolahanemas dengan cara amalgamasi. Dalam PP No.18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan LimbahBahan Berbahaya dan Beracun nilai ambangbatas untuk unsur merkuri adalah 0,01 mg/Latau 0,01 ppm.Dalam eksplorasi mineral logam untukmengetahui daerah mineralisasi, referensi yangsering <strong>di</strong>gunakan adalah data kelimpahan ratarataatau <strong>di</strong>spersi unsur. Kelimpahan rat-rataunsur merkuri dalam se<strong>di</strong>men sungai aktifberkisar antara < 10 ppb sampai dengan 100ppb.Dari hasil analisis kimia 55 conto endapansungai aktif, dan pengolahan data denganmenggunakan metoda geostatistik, <strong>di</strong>dapatkan3 kelas kisaran nilai unsur merkuri dalamse<strong>di</strong>men sungai aktif <strong>di</strong> daerah Pongkor(gambar 4).Kelas pertama memiliki kisaran nilai unsurmerkuri antara 18,5 ppm – 220 ppm, terdapat<strong>di</strong> lokasi PETI Cikoret, Pasir Jawa dan Ciguha,sedangkan tingginya kisaran unsur merkuriyang terdapat <strong>di</strong> Sungai Cisarua <strong>di</strong>sebabkankarena PETI yang mengambil bijih <strong>di</strong> uratCikoret melakukan pengolahan bijih dengancara amalgamasi <strong>di</strong> Desa Cisarua danlimbahnya <strong>di</strong>buang ke dalam Sungai Cisarua.Tingginya konsentrasi unsur merkuri <strong>di</strong> SungaiCipanas, Sungai Cikawung dan SungaiCimarinten <strong>di</strong>sebabkan karena PETI yangmengambil bijih <strong>di</strong> urat Pasir Jawa dan uratCiguha melakukan pengolahan bijih dengan
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGANTAHUN 2006, PUSAT SUMBERDAYA GEOLOGIcara amalgamasi <strong>di</strong> ketiga sungai tersebut danjuga membuang limbah amalgamasi langsungke dalam tubuh ketiga sungai tersebut.Kelas kedua memiliki kisaran nilai unsurmerkuri antara 6 ppm – 18,5 ppm, tersebar <strong>di</strong>Sungai Cikaniki mulai dari muara SungaiCipanganten hingga Desa Curug Bitung.Terdapatnya kisaran nilai unsur merkuri kelaskedua yang terdapat <strong>di</strong> Sungai Citeureup danSungai Cikoneng <strong>di</strong>sebabkan PETI yangmengambil bijih <strong>di</strong> urat Ciguha membawabijih tersebut ke daerah Desa Pabangbon untuk<strong>di</strong>olah dengan cara amalgamasi <strong>di</strong> daerah desatersebut dan limbahnya <strong>di</strong>buang ke keduasungai tersebut.Kisaran nilai unsur merkuri kelas kedua yangterdapat <strong>di</strong> Sungai Cikaniki sekitar DesaKalongliud mungkin <strong>di</strong>sebabkan karena lokasipemercontoan merupakan daerah yang padatpenduduk dan merupakan daerah persawahansehingga sangat mungkin terja<strong>di</strong> kontaminasiterhadap conto yang <strong>di</strong>ambil akibat kandunganmerkuri yang terdapat pada pupuk pestisida.Kelas ketiga memiliki kisaran nilai unsurmerkuri antara 1 ppm – 6 ppm. Kisaran nilaiini yang <strong>di</strong>intepretasikan sebagai kisaran nilaiuntuk daerah yang belum tercemar karenatidak terdapat aktifitas PETI. Kisaran nilaikelas ketiga tersebar <strong>di</strong> hulu Sungai Cikaniki,hulu Sungai Ciguha, hulu Sungai Cisarua, huluSungai Cipanganten, Sungai Cisaninten,Sungai Cisaranten, Sungai Cibitung, SungaiCinanggung, Sungai Ciketuk, SungaiCipangkalan, Sungai Cibongas, SungaiCipakapuran, Sungai Cilukut, SungaiCisadeng, Sungai Cipasir, Sungai CisadengKidul, Sungai Cimapag, Sungai Citonggeret.MERKURI DALAM TANAHKontaminasi unsur merkuri dalam tanah terja<strong>di</strong>karena proses alamiah seperti pelapukanbatuan termineralisasi; akibat pengolahan emasterutama pada tahap penggarangan amalgamuntuk menghasilkan bullion dan hasil kegiatanindustri yang menggunakan bahan bakumerkuri.Dari hasil analisis kimia 35 conto tanah, danpengolahan data dengan menggunakan metodageostatistik, <strong>di</strong>dapatkan 3 kelas kisaran nilaiunsur merkuri dalam tanah <strong>di</strong> daerah Pongkor(gambar 5).Kelas pertama memiliki kisaran nilai unsur Hgantara 60 - 400 ppm, terdapat <strong>di</strong> lokasi PETICikoret, Pasir Jawa, Ciguha, sekitar SungaiCipanganten, <strong>di</strong> sekitar Sungai Cikaradak dansekitar Sungai Cimarinten. Tingginyakandungan unsur Hg <strong>di</strong> daerah tersebut, karenaPETI melakukan penggarangan amalgam yangmengakibatkan merkuri berubah menja<strong>di</strong> uap,selanjutnya uap merkuri tersebut mengendapdan mengkontaminasi tanah <strong>di</strong> sekitar lokasipenggarangan.Kelas kedua memiliki kisaran nilai unsur Hgantara 10 - 60 ppm, hanya terdapat <strong>di</strong> sekitaraliran Sungai Cikaniki <strong>di</strong> daerah Cihiris dan <strong>di</strong>sekitar Sungai Citeureup. Kandungan merkurikelas kedua <strong>di</strong> sekitar Sungai Cikaniki <strong>di</strong>daerah Cihiris menunjukkan bahwapenyebaran pencemaran merkuri karenapenggarangan amalgam yang menyebabkanterbentuknya uap merkuri ternyata tidakterlalu jauh dari lokasi penggarangan.Kelas ketiga memiliki kisaran nilai unsur Hgantara 0,38 – 10 ppm, yang merupakan kisarannilai untuk daerah yang tidak tercemar,tersebar <strong>di</strong> sekitar hulu Sungai Cipangantenyang tidak terdapat lokasi penggarangan, <strong>di</strong>sekitar Desa Jangkar, <strong>di</strong> sekitar SungaiCikawung, <strong>di</strong> sekitar Desa Pangkalan, <strong>di</strong>sekitar Desa Kalongliud, <strong>di</strong> sekitar KampungSukaluyu, <strong>di</strong> sekitar Kampung Cisadeng Kidul,<strong>di</strong> sekitar Desa Wangun, <strong>di</strong> sekitar KampungSukamaju, <strong>di</strong> sekitar Kampung Legok Pakis, <strong>di</strong>sekitar Kampung Cilame dan <strong>di</strong> sekitarKampung Tipar.KESIMPULANSumber pencemaran merkuri <strong>di</strong> daerahPongkor adalah kegiatan PETI yang terdapat <strong>di</strong>daerah Pasir Jawa, Ciguha dan Cikoret yangmengolah bijih dengan cara amalgamasi.Pencemaran dapat terja<strong>di</strong> pada tahappenggilingan, pencucian, penggaranganamalgam dan pada saat penanganan tailing.<strong>Pada</strong> tahap penggilingan unsur merkuriterpecah menja<strong>di</strong> butiran halus yang sukar
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGANTAHUN 2006, PUSAT SUMBERDAYA GEOLOGI<strong>di</strong>pisahkan, sehingga dapat lepas dari dalamgelundung. <strong>Pada</strong> tahap pencucian, limbah yangmasih mengandung merkuri umumnya <strong>di</strong>buanglangsung ke tubuh sungai, sedangkan padatahap penggarangan amalgam, uap merkuridapat mengendap <strong>di</strong> atas tanah.Hasil analisis conto se<strong>di</strong>men sungai aktifmenunjukkan <strong>di</strong> lokasi PETI Pasir Jawa,Ciguha, Cikoret dan lokasi pengolahan emas <strong>di</strong>Sungai Cipanas, Sungai Cikawung dan SungaiCimarinten telah mengalami pencemaranmerkuri sebesar 10,5 – 241,6 ppm, sedangkanke arah hilir Sungai Cikaniki, <strong>di</strong>mana semuasungai tersebut bermuara, konsentrasi unsurmerkuri menurun menja<strong>di</strong> sekitar 6 – 18,5ppm.dan Sumberdaya Mineral, Propinsi JawaBarat.Levinson, A, 1974, Introduction toExploration GeochemistryJuliawan, N, dkk, 2005, Laporan <strong>Pendataan</strong><strong>Penyebaran</strong> Unsur <strong>Merkuri</strong> <strong>Pada</strong><strong>Wilayah</strong> <strong>Pertambangan</strong> <strong>di</strong> daerahCibaliung, Kabupaten Pandeglang,Provinsi Banten, Direktorat InventarisasiSumber Daya MineralSuratmo, F. Gunawan, 1990, AnalisisMengenai Dampak Lingkungan, GajahMada University Press.Reedman, J.H., 1979, Techniques in MineralExploration, Applied Science PublisherLTD, London.SARANUntuk meminimalisasi tingginya tingkatpencemaran merkuri maka harus <strong>di</strong>bangun bakpengendap yang dapat menampung meterialyang tercecer pada tahap penggilingan, danmelakukan penggaran <strong>di</strong> dalam ruang tertutupatau kedap udara sehingga uap merkuri yangterbentuk dapat <strong>di</strong>alirkan masuk ke dalam bakpengendap yang tertutup rapat.PETI tidak hanya merupakan masalah hukumtetapi berkaitan juga dengan masalah ekonomidan sosial, sehingga penanganannya harusmemperhatikan faktor ekonomi, sosial danbudaya masyarakat setempat, tetapi perlu<strong>di</strong>lakukan sosialisasi secara menerus mengenaidampak negatif pencemaran merkuri akibatkegiatan PETI.DAFTAR PUSTAKABasukki, A., Sumanagara, D.A, Sinambela, D.,1992, The Gunung Pongkor Gold –Silver Deposit, West Java, Indonesia,Journal of Geochemical Exploration 50(1994) page 371 – 391.Ghazali, S.A., 1983, Geokimia Batasan danPenggunaannya (unpublished).Gunra<strong>di</strong>, R, dkk, 2000, Laporan Penyeli<strong>di</strong>kanPernantauan Unsur Hg (mercury)Akibat Penambangan Emas Tanpa Ijin(PET1) <strong>di</strong> Daerah Pongkor, Jawa Barat,Dengan Pemetaan Geokimia,Koor<strong>di</strong>nator Urusan Departemen Energi
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGANTAHUN 2006, PUSAT SUMBERDAYA GEOLOGIGambar 1. Peta lokasi kegiataGambar 2. Gubuk PETI <strong>di</strong> Kampung Pongkor Kaler sebagai tempat pengolahan bijih, tampaktumpukan tailing yang masih mengandung merkuri yang akan <strong>di</strong>jual untuk <strong>di</strong>olah kembaliGambar 3. Gelundung yang <strong>di</strong>gunakan PETI untuk mengolah bijih emas <strong>di</strong> daerah Pasir Jawa
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGANTAHUN 2006, PUSAT SUMBERDAYA GEOLOGI106°32'00"106°33'00"106°34'00"106°35'00"106°36'00"# ##6°35'00" SS/E46°35' 00"## ###S. Cikaniki#Pakapuran%##DESA KALO NGLIUD%DESA SUKALUYU%DE SA WA NGUN%Sukamaju%6°36'00" #6°36' 00"PasirsagaKampungjerukCimanisrasa%%%#DESA PANGKALAN%Nanggung%#%WangunLegokgintung%GUNUNG DAHU%%6°37'00" Rancabakt iDESA PABANGBON#Bajurambang6°37' 00"%%#%BUKIT PADAS#### ###6°38'00"#6°38' 00"###Cihiris%%#6°39'00" ##6°39' 00"#6°40'00" 6°40' 00"%Malasari#####JangkarS. Cisarua#DESA CURUGBITUNG##%%G. PONGKOR#S. CikanikiKilometer#6°41'00" #6°41' 00"####%#Kp. Ciguha#####G. WIRU%G. MASIGIT%##0 0.51##N18.5 - 220 ppm Hg#6 - 18.5 ppm Hg# 1 - 6 ppm Hg106°32'00"106°33'00"106°34'00"106°35'00"106°36'00"Gambar 4. Peta kisaran unsur merkuri dalam endapan sungai aktif
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGANTAHUN 2006, PUSAT SUMBERDAYA GEOLOGI106°32'00"106°33'00"106°34'00"106°35'00"106°36'00"6°35'00"S. Cikaniki##SS/E4####6°35'00"#Pakapuran%DE SA K ALO NG LIUD%DESA SUKALUYU%DE SA WANGUN%Sukamaju%6°36'00"Pasirsaga%## DESA PANGKALAN%Kampungjeruk%Ciman israsa%6°36'00"Nanggung%%WangunLegokgintung%6°37'00"Rancabakti%%BajurambangDESA CURUGBITUNGGUNUNG DAHU%%DESA PABANGBON6°37'00"%6°38'00"%BUKIT PADAS#Cihiris%##########6°38'00"%#Jangkar###6°39'00"S. Cisarua# ##G. MASIGIT6°39'00"%#G. PONGKOR%####6°40'00"iS. CikanikN6°40'00"%Malasari#G. WIRU%Kp. Ciguha%0 0.51Kilometer6°41'00"#60 - 400 ppm Hg## 10 - 60 ppm Hg6°41'00"# 0.38 - 10 ppm Hg106°32'00"106°33'00"106°34'00"106°35'00"106°36'00"Gambar 5. Peta kisaran unsur merkuri dalam tanah