12.07.2015 Views

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENELIT1AN - KM Ristek

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENELIT1AN - KM Ristek

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENELIT1AN - KM Ristek

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

6?6<strong>LAPORAN</strong> <strong>AKHIR</strong> <strong>KEGIATAN</strong> <strong>PENELIT1AN</strong>PENINGKATAN REPRODUKSI SAPI BX (BRAHMAN CROSS) UNTUK MEMPERPENDEK CALVING INTERVAL 75010) SAPI BRAHMAN CROSS, eI (12 BULAN) DENGAN PERPENDEKAN APP


<strong>LAPORAN</strong> <strong>AKHIR</strong> <strong>KEGIATAN</strong> PENELITIANPENINGKATAN REPRODUKSI SAPI BX (BRAHMAN CROSS) UNTUK MEMPERPENDEK CALVING INTERVAL 75%) SAPI BRAHMAN CROSS,CI (12 BULAN) DENGAN PERPENDEKAN APP


LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian Peningkatan Reproduksi Sapi Bx (Brahman Cross) untukMemperpendek Calving Interval < 15 BulanDipertajam menjadiJudul Penelitian 'Peningkatan Efisiensi Kebuntingan (>75 c /,,) Sapi BrahmanCross, CI (12 Bulan) dengan Perpendekan ft.?P


RINGKASAN Di antara penyebab penurunan efisiensi reproduksi sapi potong induk eks-imporBrahman Cross adalah kecenderungan sapi Brahman Cross mengalami birahi tenang(silent heat; sampai tidak birahi sama sekali (anestrus). Kegiatan ini bertujuan untukmeningkatkan efisiensi reproduksi sapi potong induk Brahman Cross melalui Induksihormon PGF 2 a. Kegiatan dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah, masingmasingmenggunakan 48 ekor dan 43 ekor induk yang telah beranak. Rancanganpercobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 x 2 dengan dua perlakuaninduksi hormon (A: induk yang diinduksi PGF2a; B: induk yang diinduksi GnRH danPGF2a). Pengelompokan didasarkan pada performan reproduksi induk. Parameter yangdiamati adalah APP, Conception rate, SIC, prediksi jarak beranak (Calving interva~ sertamacam dan jumlah konsumsi pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah dilakukaninduksi hormon terhadap 91 ekor sapi materi penelitian terdiri dari 44 sapi induk normalyang sedang laktasi dengan umur pedet ~ 2 bulan dan 47 ekor induk abnormal yangtelah beranak namun performans reproduksinya yakni SIC >2 dan DO > 150 hari.Sebanyak 48 ekor diantaranya telah menunjukkan tanda-tanda birahi dan telah dilakukanIB, sisanya belum di IB sehubungan tanda birahinya tidak jelas. Iduksi hormon PGF 2 amaupun kombinasi PGF 2 a - GnRH mampu menggertak timbulnya kejadian birahi namunbelum diikuti dengan keberhasilan suatu kebuntingan. Kondisi pemberian pakan yangtidak sesuai dengan kebutuhan nutriisi dan kondisi tubuh (SKT) yang rendah terutamamenjelang saat kawin menyebabkan tanda birahi yang tidak jelas (silent heat) danrendahnya keberhasilan kebuntingan.ii


PRAKATA Ucapan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya, sehingga laporanakhir kegiatan penelitian "Peningkatan Efisiensi Kebuntingan (>75%) Sapi BrahmanCross, CI (12 bulan) dengan Perpendekan APP < 90 Hari melalui Induksi Hormon PGF2a"::,i da~2t jiseiesa:kan sesuai dengan rencana.Keg i 3t:::'": De:-celitan melibatkan 12 orang peneliti dan teknisi, dilakukan di JawaTengah dan Jawa Timur. Induksi hormon terhadap sapi materi penelitian dilakukan secarabertahap dimulai pada bulan Juli 2010. Sampai dengan pertengahan tangga 15 November2010 telah dilakukan induksi terhadap 91 ekor induk sapi yang terpilih sebagai materipenelitian.Diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada staf Dinas peternakanProvinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautankabupaten Kebumen serta Subdinas Kehewanan Kabupaten Ngawi atas bantuan dandukungannya terhadap pelaksanaan kegiatan ini.Sebagai bahan informasi, semoga laporan ini bermanfaat. Amien.III


DAFTAR lSIHalamanLEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN .... .. .......... " ............................................. RINGKASAN .... ....... " .............. .. ... "...... ... .... ... ...................................................PRAKATA.................................... ...... ... .... ......... ,... ,...... ............ ......................... .DAFTAR lSI.......................................................................................................DAFTAR TABEL ....... .......................................... .................................................DAFTAR GAMBAR ...... ,....................,..................,', .......... ,.,.................................ii iii iv v vi BAB I PENDAHULUAN .. .. ................................................................................. 1 1,1. LATARBEiAKANG......................................................................... 1 1.2. DASAR PERTIMBAI'JGAN ................................ ...................... ........... 1 1.3. PERUMUSAN MASALAH ......... ... .......,.............................................. 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................." ..... ,.........,.... " .. " .. ,'.......,"""',.".2 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT..... ", .....................,', .................. " ............ " ....... , 3 3,1. HASIL YANG DIHARAPKAN ".,.,...... ".,',.,',.. ,........... ,., .. ,",.. ,.. ,........,' 3 3.2, MANFAAT ...... ,........... ,....... ,....... " .... ,......... ,..... ,.............,.... ,''''"... 3 BAB IV METODOLOGI .... " .. "'".. ,.. ,,., .. .... " .. ,... ", .. ,.. ," .......,"" "., " .. ,...... " ... " ..... , 4 4.1. METODE PENELITIAN .. ,... ,', ... ........... ,',.... ,........ ,.....".".,... ,.....,...... 4 4.2. RANCANGAN RISET .. ",..................,......... ,..........................,.. "."". 5 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ""."".."""""."""... " .."".."".......,,""",,.,,..... 6 5.1. HASIL ..... ,",.,.,..... ,., .. " .. ,.. " ...... ,..... ", .. ,........................................ 6 5.2. PEMBAHASAN ..........." ... ,.. " ... " .. ... ,.".,... " ....... " ... ,,, ......... .. .........,. 12 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................,', ......... ,', .........,........... "................ 15 6,1. KESIMPULAN ......... " .......... .....,.,',.",.......,',.... ,.............................. 15 6.2. SARAN ..... " .. ,.....,....... ,... ,.. ,.... " ...... ... .,',................ ...................,... 15 DAFTAR PUSTAKA ..... ....... , .................. " .......... ..... ,................. ......... .............. .....16 iv


DAFTAR TASEL TabelHalaman1. Jumlah dan identitas materi masing-masing perlakuan induksi hormon ........... 7 2. Kondisi/Status reproduksi materi penelitian seteiah induksi hormon .""".. ,, .... 8 3. Jangka waktu partus terakhir sampai dengan induksi harmon dan PKB.. ""...... 8 4. Konsumsi pakan dan standar kebut.uhan nutrisi materi penelitian" .. ""...... .. ..... 9 5. Jumlah dan identitas materi masing-masing perlakuan induksi harmon............ 10 6. Kondisi/Status reproduksi materi penelitian setelah induksi harmon ...... " ......... 10 7. Jangka waktu partus terakhir sampai dengan induksi hormon dan PKB........... 11 8. Konsumsi pakan, standar kebutuhan nutrisi dan Skor Kcndisi Tubuh materi penelitian..... .... .......... ...... ....... .. . ........ ... . .......... ...... ........ ............. .............11 v


DAFTAR GAM BAR GambarHalaman1. Skema induksi hormon............................................................................ 4 v


BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANGUntuk mendukung Program Swasembada Daging Sapi 2014 telah dilakukanberbagai upaya peningkatan produksi maupun populasi sapi potong di Indonesia. Salahsatu upaya pemerintah (Ditjen Peternakan) adalah menjalankan program aksi pembibitan,pemerintah mendatangkan sapi induk Brahman Cross dari luar negeri untuk kemudiandikembangkan di peternakan rakyat. .Dalam perkembangannya sapi eks-impor menunjukkan efisiensi reproduksi yangrendah terutama setelah beranak yang pertama, yang ditunjukkan antara lain denganestrus yang tidak jelas nampak, kawin berulang dan rendahnya angka kebuntingan.1.2. DASAR PERTIMBANGANSapi Brahman Cross yang dipelihara di peternakan rakyat umumnya mengalamiestrus tenang (silent heat) sampai tidak estrus sama sekali (anestrus). Kejadian estrusyang tidak jelas (estrus tenang) akan mengakibatkan peternak tidak dapat mengetahuikapan sapinya harus dikawinkan pada saat yang tepat.Salah satu upaya untuk menstimulasi terjadinya estrus pada sapi adalah denganinduksi hormonal. Progesteron, prostaglandin (PGF20), gonadotropin releasing harmon(GnRH), folikel stimulating harmon (FSH) dan lituinizing hormon (LH) adalah sebagiankecil harmon yang perperan dalam siklus estrus. Pada sinkronisasi estrus horman-harmontersebut dapat digunakan secara tunggal maupun kombinasi diantaranya.1.3. PERUMUSAN MASALAHKebutuhan sapi potong nasional belum mampu dipenuhi dari populasi yang ada.Alternatif jangka pendek untuk memecahkan masalah tersebut diantaranya adalahdengan mengimpor dan memanfaatkan sapi impor tersebut sebagai induk penghasil pedetuntuk meningkatkan populasi . Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa dalamperkembangannya, performan reproduksi sapi-sapi tersebut tidak sesuai dengan harapan,digambarkan oleh panjangnya APP (anestrus post partus) yang pada akhirnyamemperpanjang jarak beranak (calving interval). Diantara penyebab penurunan efisiensireproduksi tersebut adalah kecenderungan sapi Brahman Cross mengalami estrus tenang(silent heat) sampai tidak estrus sama sekali (anestrus) . Induksi harmon PGF20 padainduk Brahman Cross diharapkan mampu mengatasi permasalahan reproduksinya.1


BAB IITINJAUAN PUSTAKAPengamatan Anggraeny et al. (2009) terhadap performans fisiologi reproduksi sapipotong asal impor dan turunannya pada beberapa daerah di Jawa Timur, Jawa Tengahdan Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa dari 188 ekor sapi induk yang diamati, ratarataanestrus post partus terjadi pada hari ke-232; sedangkan pengamatan terhadap 139ekor induk, rata-rata memiliki nilai calving interval (Cl) sebesar 500 hari. Hasilpengamatan Mariyono et al. (2009) dari 12 ekor sapi Brahman Cross yang diperiksa hanyamenunjukkan 5 ekor saja yang bunting (41,67%) sedangkan 7 ekor sisanya tidak bunting.Fenomena estrus yang tidak biasa dihadapi peternak tersebut masih didipersulitdengan kecenderungan sapi Brahman Cross estrus pada hari gelap, lama estrus yangpendek (kurang dari 6 jam) dan intensitas gejala estrus memang lemah. Kasus anestrusBrahman Cross umumnya terjadi setelah beranak, umumnya terjadi karena hypofungsiovari (90%) dan selebihnya karena corpus luteum persistent (Putro, 2009).Prostaglandin (PGF 2 o) dikeluarkan dari uterus betina yang tidak bunting, hormontersebut akan menyebabkan lisisnya corpus luteum yang akan menekan hormonprogesteron secara cepat (Wilson, 2003). Sementara itu Barile et al. (2001) menyatakanbahwa induksi preparat hormon kelompok gonadotropin dan gonadal dapat memperbaikiangka kebuntingan hingga 80%. Koketsu and Dial (2002) menyatakan bahwa perlakuanPGF 2 0 berpengaruh terhadap involusi uterus, yang pada akhirnya dapat mempercepattimbulnya estrus kembali pasca beranak. Sedangkan Patterson et al. (2001) ovuolasipasca beranak dapat dipengaruhi oleh induksi PGF 2 o.Induksi PGF 2 0 diharapkan akan menimbulkan estrus dan diikuti dengan ovulasifertil. Adriani et al. (2000) melaporkan bahwa tingkat keberhasilan induksi PGF 2 0 padasapi yang dilakukan sinkronisasi estrus menunjukkan angka yang sangat baik (95%berhasil estrus). Tingkat keberhasilan penggunaan PGF 2 0 pada sinkronisasi estrus beradapada kisaran 62-100% (Xu dan Burton, 2000; Walsh et aI., 2007). Sapi yang dinduksidengan hormon PGF 2 0 akan timbul estrus pada 2-3 hari setelah induksi (Suzuki danSanto, 1985). Dilaporkan pula oleh Rasad (2008) bahwa induksi GnRH dan atau PGF 2 0pada sapi perah dapat memperpendek interval waktu melahirkan dan estrus menjadi 22­26 hari serta ekspresi birahi yang lebih nyata dibandingkan induk tanpa induksi hormonyang selama 54 hari.2


BAB IIITUJUAN DAN MANFAAT3.1. HASIL YANG DIHARAPKANa. Percepatan aktivitas reproduksi dengan perpendekan APP 75%c. Calving interval 12 bulan3.2. MANFAATKegiatan ini diharapkan dapat dijadikan alternatif untuk memecahkan permasalahanreproduksi induk Brahman Cross. Meskipun sepintas terlihat membebani biaya pemeliharaan,namun apabila diperhitungkan dengan beberapa kendala reproduksi Brahman cross seperticalving interval yang panjang dan service per conception yang tinggi, maka introduksihormonal menjadi ringan.3


BABIV METODOLOGI 4.1. METODE PENELITIAN Kegiatan penelitian diawali dengan survey untuk menentukan lokcsi kegiatan.Penentuan lokasi terutama didasarkan pada ketersediaan sapi yang sesuai dengan mater;penelitian. Survey dilakukan di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan earakoordinasi dan penggalian informasi dengan beberapa dinas/instansi terkait (BPTP / DinasPeternakan pada provinsi maupun kabupaten) serta pada kelompok tan; ternak. Materiyang digunakan masing-masing adalah 48 ekor (Jawa Tengah) dan 43 ekor (Jawa Timur)induk Brahman Cross yang telah beranak, dengan dua macam induksi hormon yaituPGF 2 a (perlakuan A) dan kombinasi PGF 2 a - GnRH (perlakuan B).Induksi hormon PGF 2 a maupun GnRH dilakukan secara intramu5culardengan dosismasing-masing sebesar 5 cc dan 1 ce. Terdapat dua perlakuan induksi hormon, (A) Duakali induksi hormon PGF 2 a, induksi dimulai pada hari ke-O dan diulang pada hari ke-14,pengamatan birahi dilakukan setelah pengulangan induksi sampai dengan hari ke-19,apabila induk terlihat birahi dilakukan perkawinan (Sprott, 1999; Stevenson et aI., 2000,dalam Wilson, 2003). (B). Induksi dimulai pada hari ke-O menggunakan hormon GnRHkemudian dilanjutkan PGF 2 a pada hari ke-7, GnRH diulang lagi pada hari ke-9 dan indukdikawinkan pada hari ke-10 (Geary and Whittier (1999) dalam Wilson, 2003). Modelinduksi digambarkan pada skema berikut.Perlakuan A (2 x PGF2a)o 14 19 Chari ke- ...)I I IPGF2aPGF2a 5 cc 5 cc # Pengamatan Birahi# Apabila Birahi -7 IBPerlakuan B (2 x GnRH - 1 x PGF2a)0 79 10 Chari ke- ...)I I I IGnRH PGF2a GnRH IB 1 cc 5 cc 1 cc Gambar 1. Skema induksi hormon4


-., Pemeriksaan kebuntingan dilakukan dengan palpasi rectal pada lebih dari 60 harisetelah terjadi perkawinan. Untuk mendukung kondisi organ reproduksi yang optimal,semua sap; perlakuan diberikan suplemen pakan.4.2. RANCANGAN RlSETRancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok 2 x 2 dengan duaperlakuan induksi hormon, yaitu:A induk yang diinduksi PGF 2 aB induk yang diinduksi GnRH dan PGF 2 aPengelompokan dilakukan berdasarkan kondisi reproduksi induk. Kelompokpertama adalah induk normal dengan performans reproduksi sesuai harapan, yaitu indukinduklaktasi dengan umur pedet kurang dari dua bulan. Kelompok ke dua adalah indukabnormal dengan performan reproduksi tidak sesuai harapan, ditandai dengan repeatbreeding (S/C>2) dan atau days open (DO» 150 hari.Parameter yang diamati adalah APP, Conception rate, SIC, prediksi jarak beranak(Calving interva~ serta macam dan jumlah konsumsi pakan.5


BABV HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. HASIlSampa: der';da~ t~nggai 15 November 2010, telah dilakukan induksi hormonterhadap 91 ekor sapi materi penelitian di dua lokasi yaitu Kabupaten Kebumen, JawaTengah dan Kabupaten Ngawi, Jawa' Timur, terdiri dari 44 sapi induk yang sedang laktasidengan umur pedet ~ 2 bulan dan 47 ekor induk yang telah beranak namun performansreproduksinya yakni SIC >2 dan DO > 150 hari.A. Jawa Tengah• Kondisi/ Status ReproduksiDari seleksi sapi induk yang telah dilakukan di tiga kelompok tani Bina Usaha,Sido Ayem dan Suka Maju telah terpilih 22 ekor induk yang sedang laktasi denganumur pedet < 2 bulan (induk normal ::: N) dan 26 ekor induk dengan performansreproduksi tidak sesuai harapan dengan SIC >2 dan DO> 150 hari (induk abnormal =AN). Masing-masing kelompok dibedakan menjadi dua model induksi hormon yakniinduksi hormon PGF2a (perlakuan A) dan kombinasi PGF2 a dan GnRh (perlakuan B).Induksi hormon dilakukan pertama kali pada tanggal 11 Juli 2010; beberapadiantaranya telah birahi dan telah dilakukan lB. Sampai dengan tanggal 15 Oktober2010 semua materi telah diinduksi. Lima ekor diantaranya baru mulai dinduksi padatanggal 10 Oktober 2010 karena menunggu pedetnya sampai berumur kurang lebih 2bulan. Induksi hormon perlakuan A dilakukan terhadap 23 ekor induk dan perlakuanB sebanyak 25 ekor induk (Tabel 1)6


.~Tabel 1. Jumlah dan identitas materi masing-masing perlakuan induksi hormonInduk NInduk ANPerlakuan A Perlakuan B Perlakuan A Perlakuan BNama ID Nama ID NamaID Nama IDSuharso 186462 Kowim 128515 Nursodik 38601 Jumadi 118005Manijo 18178 Mansid 47209 Nursodik 3601 Jumadi 18484Mujiran 4808 Mansid 7864 Sarmin 58535 Sarjono 78501Ramelan 38330 Niji 58074 . Poniran 78486 Subekti 88368Sariman 58409 M.Sahudi 108337 Poniran 38598 Sukirno 18100Partoyo 38430 Supeno 38233 Sarmin 38755 Suparno 7877 IISomadi 128314 Supeno 18220 Sohid 18472 M.Sopingi 78384Sumarji 18542 Keman 18156 Suharso 78443 Amin S 78182Sumarji 18151 Keman 78386 Jamudin 7887 Pantiman 18338Wantri 78537 Teguh 78444 Nasiran 108307 Tohir 78403Pawiro S 78224 Sarmo 18402 Tohir 1843Samiran 10836 Sabarudin 58321 Sarjono 118503Teguh 1 NN M.Sopingi 108325L = 10L = 12L = 13L = 13ekorekorekorekorDari induk-induk abnormal (AN) yang telah diinduksi tahap pertama, sebanyak14 ekor menunjukkan tanda-tanda birahi terdiri dari 6 ekor pada perlakuan A dan 8ekor perlakuan B. Sedangkan dari kelompok induk normal (N) yang telah diinduksiterdapat 6 ekor yang menunjukkan tanda-tanda birahi (3 ekor pada perlakuan A dan 3ekor pada perlakuan B). Sampai dengan tanggal 15 November 2010, dari sejumlah 48ekor induk yang telah diinduksi (tahap 1 dan 2), sebanyak 24 ekor telah birahi dan diIB.Dari 24 ekor yang telah di IB, 14 ekor diantaranya telah cukup untuk di PKB (>2bulan setelah IB). Hasil pemeriksaan PKB yang dilakukan, 12 ekor menunjukkan hasildubius dan baru 2 ekor yang positif bunting. Sedangkan 10 ekor yang lain baru cukupwaktu untuk di PKB kurang lebih 30 hari lagi.Kondisi/status fisiologis induk materipenelitian setelah induksi hormon tertera pada tabel 2.7


•. Tabel 2. Kondisi/Status reproduksi mater; penelitian setelah induks: hormonUraianlumlahJumlah materi (ekor) 47Sudah diinduksi (ekor) 47,Timbul birahi dan dilakukan IB (ekor)24PKB (ekor)!1 A~!PKB (+) buntinq i 2,,Dari hasil wawancara dan pen~lusuran data tentang materi induk waktu/saatmelahirkan yang terakhir, diketahui bahwa induk tidakj belum pernah bunting lagisetelah lebih dari 18 bulan melahirkan. Data tentang jangka waktu partus terakhirsampai dengan induksi hormon dan PKB materi penelitian tertera pada Tabel 3.Tabel 3. Jangka waktu partus terakhir sampai dengan induksi hormon dan PKBUraianlumlahSampai dengan induksi hormon (bulan) 1840Sampai denqan PKB (bulan) 2140• Konsumsi NutrisiPakan yang diberikan oleh peternak bervariasi, masing-masing daerah tidaksama. Di Kelompok Sidoayem menggunakan pakan jerami padi, rumput gajah dankonsentrat. Sedangkan di kelompok ternak Bina Usaha menggunakan pakan gajah,rum put lapangan dan konsentrat. Di kelompok ternak Suka Maju peternakmernberikan pakan berupa rurnput gajah, rumput lapangan dan konsentrat. Rata-ratapemberian konsentrat adalah sebesar 2 kg, sedangkan hijauan segar rata-ratadiberikan sebanyak 30 kg. Jerami padi merupakan pakan tambahan, peternak lebih..banyak menggunakan rumput lapangan maupun rumput gajah.Konsumsi pakan, standar kebutuhan nutrisi dan Skor Kondisi Tubuh materipenelitian tercantum dalam Tabel 4.8


Taliel 4. Konsumsi pakan dan standar keb tUraian/perlakuan Uraian StandarkebutuhannutrisiKonslIT11s inutrisiSeTi sihInduk normal A BK 470 6,09 1,39PK 040 0,65 0,25TDN 2,60 14,56 11 ,96Induk normal B BK 470 6,18 1,48PKTDN0402600,6816,040,2813,44Induk abnormal A BK 4,70 5,48 0,78PK 0,40 0,65 0,25TDN 260 16,08 13,48Induk abnormal B BK 470 5,84 1,14PK 0,40 0,63 0,23TDN 260 I 14,19 11,59Keterangan : Standar kebutuhan untuk berat badan 300 kgKonsumsi nutrisi menunjukkan bahwa jumlah nutrisi yang dikonsumsi oleh ternakmateri penelitian telah memenuhi standar kebutuhan di seluruh perlakuan.Sebagai data penunjang, dilakukan pengamatan terhadap skor kondisi tubuhSKT). Hasil pengamatan SKT materi penelitian menunjukkan angka antara 3,5 sampaidengan 6. Rerata SKT untuk induk normal adalah sebesar 5,7 dan untuk indukabnormal sebesar 6,1 skala 10.B. Jawa TimurMateri induk yang terpilih berasal dari empat kelompok tani yaitu : KelompokTani Sri Lestari II, Sri Agung, Gondang Tani dan Sinar Limosin. Jumlah materi terdiridari 22 ekor induk N dan 21 induk AN yang masing-masing dibedakan menjadi duaperlakuan induksi hormon.Induksi hormon PGF2a (Perlakuan A) dilakukan terhadap 22 ekor induk daninduksi kombinasi PGF2a dan GnRh dilakukan terhadap 21 induk. Induksi hormonpertama kali dilakukan pada tanggal 6 Agustus 2010. Dari sejumlah induk-induk yangtelah diinduksi (tahap 1) sebanyak 12 ekor induk menunjukkan birahi dan telahdilakukan IB; pada kelompok induk N adalah sebanyak 2 ekor (perlakuan A) dan 1ekor (perlakuan B). Adapun dari kelompok induk AN adalah sebanyak 7 ekor(perlakuan A) dan 2 ekor perlakuan B. Jumlah dan identitas materi penelitian terterapada tabel 5.9


•,t.Tabei 5. Jumlah dan identitas materi masing-masing perlakuan induksi hormonInduk NInduk ANPerlakuan A Perlakuan B Perlakuan A Perlakuan BNama 1 10 Nama 10 Nama 10 Nama 10C';::>,..,i ;. _ . 'J' ; 231i' Sulhadi 5622 Sugimin 47569 Sastrowiyono 67526Sastrowiyono 37466,Muji K 17800 Darman 989 Jimin 36364Sugianto 445 Sastromulyona NN Sugimin 4702 Suryanto 17751Samsul NN Supriyadi NN Suyatno 734 Jimin 375241Sugeng P 1787 Kademin 181371 Suyatno 47282 Sastrowiyono I 67236IA.Basori 17356 Sugianto 4816 Sukiman 67497 Marwanto 27273Surowo NN Sastro 107023 Gunawan 47590 Jimin 67343Panji LB 226 Misran 58498 Sugianto 6749 Suwanto 6734Darto 661 Siran 804 Sudibyo 67136 Suwanto IMP239Sugeng 531 Purnomo 17758 Siamet G 37328­ Sukino 67372W1332Mistawan/ 17527 Sarowo 47143Dibyo*SuryantoLMP386L = 12 ekor L = 10 ekor L = 10 ekor L = 11 ekorHasil pengamatan sampai dengan tanggal 15 Nopember 2010, dari materi indukyang telah diinduksi pada tahap 2, 12 ekor diantaranya birahi dan telah di IB;sehingga jumlah total yang di IB tahap 1 dan 2 adalah sebanyak 24 ekor. Empat belasekor diantaranya telah cukup waktu untuk dilakukan PKB. Hasil pemeriksaanmenunjukkan 12 ekor ragu-ragu, 1 ekor negatif dan hanya 1 ekor yang positifbunting, Secara rinci tertera pada Tabel 6.Tabel 6. KondisijStatus reproduksi materi penelitian setelah induksi hormonUraianJumlah materi (ekor) 43Sudah diinduksi (ekor) 40Timbul birahi dan dilakukan IB (ekor) 24PKB (ekor) 14PKB (+) bunting 1lumlah10


-.. -0. Hasil wawancara dan pengamatan waktu/saat induk melahirkan terakhir sampaidengan induksi hormon adalah 21,40 bulan; sehingga waktu PKB dihitung dari waktuinduksi hormon > 2 bulan rata-rata adalah 29,50 bulan.Tabel 7. Jangka waktu partus terakhir sampai dengan induksi hormon dan PKBUraianJumlahSampai denqan induksi hormon (bulan) 2140Sampai dengan PKB (bulan).2950• Konsumsi N utrisiHasil pengamatan terhadap konsumsi nutrisi induk materi penelitian diKabupaten Ngawi Jawa Timur seperti tercantum di dalam Tabel 8.Tabel 8. Konsumsi pakan, standar kebutuhan nutrisi dan Skor Kondisi Tubuh materipenelitianPerlakuan Uraian StandarkebutuhannutrisiInduknormal AInduknormal BIndukabnormal AIndukabnormal BKonsumsinutrisiSelisihBK 470 727 257PK 040 1 24 084TON 260 691 431BK 470 759 289PK 040 3 15 275TON 260 1470 12,1BK 470 717 247PK 040 1 22 082TON 260 680 4,2BK 470 749 279PK 040 1 29 089TON 260 7 16 456Keterangan : Standar kebutuhan nutrisi untuk berat badan 300 kg.Konsumsi nutrisi meliputi konsumsi bahan kering, protein maupun total digestiblenutrient pada semua kelompok perlakuan telah memenuhi standar kebutuhan. Namundemikian terdapat kecenderungan peternak tidak selalu memberikan konsentratmaupun dedak. Sebagafmana di lokasi Jawa Tengah, pakan yang selalu tersediaadalah jerami padi sebagai pakan basal, di samping rumput gajah dan rumputlapangan.Hasil pengamatan terhadap SKT induk materi penelitian menunjukkan angkaantara 4,5 sampai dengan 6,0. Rerata SKT induk normal adalah sebesar 4,5 dan untukinduk abnormal sebesar 5,8 skala 10.11


5.2. PEMBAHASAN• Kondisi/ Status ReproduksiDi lokasi Jawa Tengah, ketersediaan materi induk dengan status fisiologis yangbervariasi mengakibatkan pelaksanaan induksi hormon tidak dapat diiaksanakansecara serentak. Induksi hormon paling awa! di!Gkuk~n pad:: tar~ggc! 11 ~U!i 2010.Dari beberapa tahap pelaksanaan induksi, induk-induk birahi yang te!ah di IB barudapat dilakukan pemeriksaan kebuntingan (PKB); pada minggu ke-4 bulan Oktober2010. Pada saat ini terdapat 24 ekor induk dengan umur kebuntingan ~83 hari; waktuyang dianggap cukup untuk dilakukan PKB.Sebagaimana di lokasi Jawa Tengah, pelaksanaan induksi hormon juga tidakdapat dilaksanakan secara serentak. Pelaksanaan induksi yang pertama kalidilaksanakan lebih lambat dari lokasi Jawa Tengah karena seleksi penentuan materibaru selesai pada akhir bulan Juli 2010. Induksi awal dilakukan pada tanggal 6Agustus 2010. Dari semua induk yang telah diinduksi tahap pertama, yangmenunjukkan tanda-tanda birahi dan telah dilakukan IB sebanyak 24 ekor; sehinggapelaksanaan PKB baru dapat dilaksanakan pada awal bulan Nopember 2010.Rendahnya fertilitas pada sapi Brahman Cross disebabkan karena pengamatanbirahi yang kurang akurat dengan lama masa estrus 6,7 ± 0,8 jam dengan intensitasgejala birahi relatif lemah. Fenomena reproduksi pada sapi Brahman-Cross yangdikembangkan di masyarakat dilaporkan banyak masalah terutama kasus-kasusinfertilitas, antara lain tidak bunting walau sudah diinseminasi beberapa kali baik padasapi dara maupun sapi dewasa yang pernah beranak, tidak birahi sarna sekali(anestrus) pada sapi pasca beranak, birahi tenang serta jarak beranak yang terlalupanjang. Gejala umum dari sapi Brahman-Cross sebagian besar menunjukkaninfertilitas, gangguan metabolik nutrisi disertai dengan penurunan skor kondisi tubuh.Banyak laporan menyatakan sapi Brahman Cross bunting yang dibagikan ke peternaksetelah proses partus tidak mau birahi kembali (anestrus postpartum), sehingga tidakdapat dikawinkan atau sudah dikawinkan berulang kali tetapi tidak berhasil buntingkembali (repeat breeding). Sehingga di kalangan peternak timbullah mitos yang tidakbenar, bahwa sapi Brahman Cross akan sulit bunting kembali setelah beranak bawaan(Putro, 2010).12


• Konsumsi NutrisiKeberhasilan terjadinya birahi dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunyaadalah faktor nutrisi. Pemberian pakan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ditunjukkandengan skor kondisi tubuh yang baik, sebagaimana dilaporkan oleh Winugroho danTeleni (1993) bahwa terdapat hubungan antara berat badan dengan skor kondisitubuh induk minimal untuk dapat. mengalami birahi. Hasil pengamatan terhadapsemua materi penelitian menunjukan bahwa konsumsi nutrisi telah mencukupi standarkebutuhan, namun kondisi tubuh berdasarkan SKT menunjukan performans yangrendah. Hal ini berdampak terhadap keberhasilan kinerja reproduksi induk yangditunjukan oleh birahi tenang sampai tidak ada tanda-tanda birahi.Kinerja reproduksi yang rendah juga disebabkan oleh kontinyuitas pemberianpakan baik kualitas maupun kuantitasnya yang fluktuatif serta rendahnya nilaikecernaan pakan karena sebagaian besar hijauan berupa jerami padi kering.Pemberian pakan yang memenuhi standar kebutuhan sepanjang tahun akanmenjamin kesehatan ternak sehingga diharapkan akan dapat menjaga kesehatansaluran reproduksi.Pakan yang diberikan oleh peternak pada umumnya hanya dapat digunakanuntuk bertahan hidup, asupan nutrisi dan lamanya induk menyusui dapatmenyebabkan terjadinya anestrus postpartum pada sapi Brahman Cross, tertundanyapengeluaran plasenta setelah beranak dan adanya infeksi serta peradangan padaselaput lendir uterus (endometritis) yang dapat memperpanjang jarak beranak.Masalah besar yang sering timbul pada peternakan sapi Brahman Cross di daerahtropis dan sub tropis adalah panjangnya masa anestrus postpartum (anestrus pascaberanak), hal ini disebabkan oleh pakan yang diberikan kurang kualitas maupunkuantitasnya, temperatur lingkungan yang terlalu panas, investasi parasit, penyakitreproduksi, kondisi tubuh yang kurus (SKT rendah, di bawah 2,0 skala 5), dan stresakibat menyusui (Putro, 2008).Pemberian suplementasi berupa konsentrat dan mineral diharapkan akan dapatmenunjang kondisi tubuh yang optimal. Karena bobot badan dan kondisi tubuh yangrendah akan makin rendah pula persentase kebuntingan yang terjadi; dari 85 menjadi20% (Wirdahayati et a/./ 1995).Kondisi sapi-sapi Brahman-Cross setelah didatangkan ke Indonesia dan dibagikankepada masyarakat, sapi-sapi tersebut dipasangi tali hidung dan dikandangkan sendiri13


• •sapi tidak menunjukkan gejala birahi sama sekali (anestrus) pada sapi yang belumbunting maupun setelah beranak (anestrus postpartum) serta seringnya terjadi kawinberulang (repeat breeding) pada sapi yang tampaknya birahi normal. Fenomenareproduksi sapi Brahman Cross adalah sifat birahi tenang (silent heat sub-estrus),birahi pendek (short estrus) dan lebih banyak estrus terjadi pad a hari gelap, sangatsulit dikenali saat birahinya, serta ovulasi tertunda (delayed ovulation), sehinggainseminasi buatan yang dilakukan banyak menjumpai kegagalan (Putro, 2008) ,Skor kondisi tubuh sapi Brahman Cross yang sesuai untuk dapat bereproduksidengan ba ik adalah sebesar 6 skala 10, sehingga kondisi induk tersebut pe rluditingkatkan dengan pemberian pakan yang lebih baik,14


• BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN6.1. KESIMPULANIduksi harmon PGF 2 0 maupun kombinasi PGF 2 0 - GnRH mampu menggertaktimbulnya kejadian birahi namun belum diikuti dengan keberhasilan suatu kebuntingan.Kondisi pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan nutriisi dan kondisi tubuh(SKT) yang rendah terutama menjelar-lg saat kawin menyebabkan tanda birahi yangtidak jelas (sIlent heat; dan rendahnya keberhasilan kebuntingan.6.2. SARANPemberian pakan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi menjelang saatkawin harus dilakukan sehingga keberhasilkan kinerja reproduksi dapat optimal.Diperlukan pendampingan yang lebih maksimal terhadap manajemen pemeliharaanterutama pakan karena bangsa sapi Brahman Cross lebih peka terhadap fluktuasi pakandibandingkan dengan bangsa sapi lokal.Sapi Brahman Cross pada umumnya mempunyai tanda-tanda birahi yang samadengan bangsa sapi lokal meski telah dibantu dengan induksi harmon. Diperlukanpengamatan birahi yang lebih teliti dan akurat sehingga pelaksanaan kawin IB dapatoptimal atau menggunakan sapi pejantan sebagai detektor atau pemacek.15


.. •. DAFTAR FUSTAKAAdriani, B. Rosadi dan Depison. 2009. jumlah dan kualitas embrio sapi Brahman Crosssetelah pemberian hormon FSH dan Ptv1SG. Jurnal Animal Production. FakultasPeternakan Universitas Jambi. 11(2) 96-102.http://wwv.;.animalnroductior .o~o/!'l d e j. Dh D fcp/aotici",h;i ":h F:!.::/ 12' 10Anggraeny, Y.N., U. Umiyasih., L. . . AffandhYi !"j ar-jyano, i"-.. Kasyid, P.W . Prihandini, D.M.Dikman. 2009. Pembentukan pejantan unggu! sapi potong pola LEISA dengantinggi badan > 135 cm pada umur 2 tahun. Laporan Akhir. Loka Penelitian SapiPotong. Unpublish. .Barlie, V.L., A. Galasso, E. lY1archiori, e. Pacelli, N. Montemurro and A. Borghese. 2001.Effect of PRID treatment on conception rate in Mediterranean buffalo heifers.Livestock Producktion science. 68(2):283-287.Koketsu, Y. and G.D. Dial. 2002. Administration of prostaglanding F2Q after farrowingalters the association between lactation length and subsequent litter size in mid orold parity sow. Theriogen%gy 57: 115-120.Mariyono, U. Umiyasih., L. Affandhy, A. Rasyid, P.W. Prihandini, N.H. Krishna, W.e.Pratiwi, D. Ratnawati. 2009. Pendampingan PPSDS melalui Inovasi Teknologi.Laporan Akhir. Loka Penelitian Sapi Potong. Unpublish.Patterson, J.L., H.J. Willis, R.N. Kirkwood and G.R. Foxcroft, 2001. Lack of an effect ofprostaglandin injection at estrus onset on the time of ovulation and onreproductive performance in weaded sows. Theriogen%gy 56:913-921 .Putro, P.P. (1993). Induksi birahi and Ovulasi pada sapi Brahman-Cross yang mengalamianestrus and subestrus. Fakultas Kedokteran Hewan UGM Yogyakarta.Putro, P. P. 2006. Gangguan Reproduksi pada Sapi Brahman Cross. Bagian Reproduksidan Kebidanan FKH UGM Yogyakarta.Putro, P. P. 2008. Sapi Brahman Cross, Reproduksi dan Permasalahannya. BagianReproduksi dan Kebidanan FKH UGM Yogyakarta.Putro, P.P. 2009. Dampak crossbreeding terhadap reproduksi induk turunannya: hasilstudi klinis. Lokakarya Lustrum VIII Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.Rasad, S.D. 2008. Pengaruh penyuntikan GnRH dan PGF2Q terhadap profil progesteronsapi perah pasca beranak. Animal Production. 10(1):16-21.Suzuki, T. And H. Santo. 1985. A Textbook for The Training Caourse in Cattle EmbryoTransfer. Fukushma National Livestock Breedeing Station. Japan InternationalCooperation Agensi.Walsh R.B., S.l Leblanc, T.D. Duffield, D.F. Kelton, lS. Walton and K.E. Leslie. 2007.Synchronization of estrous pregnancy risk in anestrous dairy cow after treatmentwith a progesterone releasing intravaginal device. Journal Dairy Science. 90:1139­1148.Wilson, T.W. 2003. Estrous Syncronization for Beef Cattle. The University of GeorgiaCollege of Agricutural and Environmental Sciences and the U.S. Departement ofAgriculture Cooperating.Winugroho, M and E. Teleni. 1993. Feeding and breeding strategies. Dalam : RSp .Campbell and D. Hoffman (Eds). Draught animal system and management: AnIndonesian study ACIAR Monograph. 19. Canberra. Australia.16


••Wirdahayati, R.B., B.M. Christie, A. Muthalib and K.F. Dowsett. 1995. Productivity of beefcattle in Nusa Tenggara. CHAPS Report (1990-1992) Directorate General forLivestock Service (Book A)Xu, Z.Z. and L.J. Burton. 2000. Estrus synchronization of lactating dairy cows with gnrh,progesterone and prostaglanding F 2 a. Journal Dairy Science. 83:471-476.17

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!