12.07.2015 Views

Madilog-Tan-Malaka

Madilog-Tan-Malaka

Madilog-Tan-Malaka

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Begitulah iklim, suasana politik ketika saya mulai melahirkan "<strong>Madilog</strong>’’ di atas kertas.Saya berada di tengah-tengah rakyat Jelata Indonesia, dekat keluarga dan para sahabat. Tetapikeadaan dan paham saya memaksa saya tinggal sendiri di tengah-tengah masyarakat yangsering menyebut-nyebut nama, tetapi tak mengenal rupa saya.Terbitlah mulanya pertanyaan dalam diri saya; buku manakah yang pertama mesti ditulisyang paling cocok dengan keadaan diri dan luar diri saya.Ada tiga buku yang sudah bertahun-tahun saya kandung dalam fikiran, tetapi belum bisadilahirkan.1. Undang kaum Proletar berpikir, yang sekarang saya namai <strong>Madilog</strong>.2. Federasi Aslia ialah potongan dari Asia-Australia, yakni Federasi dari segala Negara padajembatan antara Asia dan Australia dengan kepalanya di Asia dan Australia.3. Beberapa pengalaman saya yang boleh menjadi pengetahuan dan nasehat buat merekayang suka menerima.Dalam keadaan biasa, ketiganya boleh dicetak pada satu waktu, yaitu berdikit-dikit. Karenamemang isinya sudang dikandung, Cuma belum diatur sebab waktu dan tempat selamanya initak mengijinkan buat melahirkan.Dalam hal menghasilkan buah fikiran, kita juga berjumpa dengan soal-soal seperti yangdijumpai kalau orang menghasilkan barang dagangan. Orang tidak saja mesti memikirkanperkara belanja (ongkos) buat menghasilkan, tetapi juga perkara permintaan orang ramai(demand). Ongkos boleh saya cari. Di Tiongkok saya mempunyai pencaharian sendiri. Ketikakapal terbang Jepang sampai di Amoy penghabisan bulan Agustus 1937, saya mestitinggalkan "School of Foreign Languages’’ yang saya dirikan sendiri, yang pesat majunya itu.Saya mesti pindah ke Selatan, terutama sebab semua murid saya lari dan penduduk Amoycerai-berai.Di Singapura dalam masyarakat Tionghoa dengan nama dan pasport Tionghoa (sudah tentudi luar pengetahuan Inggris yang asik mencium jejak saya), saya beruntung bisa memanjat darisekolah rendah sampai kepala sekolah menengah tinggi yang tertinggi di Asia Selatan, yaituNanyang Chinese Normal School (NCNS). Disini saya menyamar sebagai <strong>Tan</strong> Ho Seng jadiguru bahasa Inggris, sampai sekolahnya ditutup ketika Jepang masuk. Jadi kalau perkaraongkos saja saya dapat mencetak buku-buku yang perlu. Pendapatan (uang) saya sebagai guruinggris siang dan malam lebih dari cukup buat diri sendiri.Tetapi perkara pembagian ada lain hal. Ini rapat bergantung pada kekuatan di luar diri saya.Walaupun dari tahun 1925-1935 otak saya seolah-olah lumpuh, karena kesehatan sangatterganggu, tetapi karena permintaan ramai ada keras, saya, dalam kesehatan dan keamananhidup amat terganggu dan terpaksa saja lari kesana-sini, bisa juga mencetakkan "Naar deRepubliek Indonesia’’, "Massa Aksi’’ dan "Semangat Muda’’. Semuanya perlu buat nasehatpara pergerakan di Indonesia.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!