12.07.2015 Views

Download PDF (4.8 MB) - DhammaCitta

Download PDF (4.8 MB) - DhammaCitta

Download PDF (4.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Hal tersebut semuanya juga berarti menunjukkan bahwa selain adakehidupan keduaniaan yang fana ini, yang masih berkondisi, atau yang masihbelum terbebas dari bentuk-bentuk penderitaan; ada pula suatu kehidupan yanglebih tinggi, yang membangun kekuatan-kekuatan batin yang baik dan benar,untuk diarahkan pada tujuan luhur dan suci. Dengan mengerti tentang hukumkebenaran ini, atau dapat pula dikatakan bila manusia sudah berada di dalamDhamma, maka ia akan dapat membebaskan dirinya dari semua bentukpenderitaan atau akan dapat merealisasi Nibbana, yang merupakan terhentinyasemua derita. Tetapi, Nibbana, yang merupakan terhentinya semua derita tersebut,tidak dapat direalisasi hanya dengan cara sembahyang, mengadakan upacara ataumemohon kepada para dewa saja. Terhentinya derita tersebut hanya dapatdirealisasi dengan meningkatkan perkembangan batin. Perkembangan batin inihanya dapat terjadi dengan jalan berbuat kebajikan, mengendalikan pikiran, danmengembangkan kebijaksanaan sehingga dapat mengikis semua kekotoran batin,dan tercapailah tujuan akhir. Sehingga dalam hal membebaskan diri dari semuabentuk penderitaan, untuk mencapai kebahagiaan yang mutlak, maka kitasendirilah yang harus berusaha. Di dalam Dhammapada ayat 276, Sang Buddhasendiri bersabda demikian:“Engkau sendirilah yang harus berusaha, para Tathagata hanyamenunjukkan jalan.”Kalama SuttaSuatu ketika Sang Buddha berdiam disebuah kota di India Utara yang bernama Kesaputtayang merupakan tempat tinggal kaum Kalama.Orang-orang kalama mengunjungi Sang Buddha danbertanya kepada-Nya, “Ada beberapa pertapa danbrahmana, Bhante, yang datang ke Kesaputta danmenyatakan bahwa hanya agama mereka yang benarserta menyalahkan ajaran-ajaran yang lain. Kemudianbeberapa pertapa dan brahmana lainnya datang keKesaputta, dan mereka sebaliknya menyatakan bahwaagama mereka yang benar dan yang lain adalah salah.Sebagai akibatnya, kami menjadi ragu. Yang manakahdi antara para pertapa dan brahmana ini yangmengatakan Kebenaran?”Sang Buddha menjawab, “Adalah suatu halyang wajar untuk menjadi ragu pada hal-hal yangmeragukan. Marilah, o kaum Kalama:


sajian utama | agama & tujuan hidup andasemua orang yang masih eksis mempunyai pegangan hidup, tujuan hidup, prinsiphidup maupun filosofi hidup. tentunya hal ini cukup berbeda di antara satudengan lainnya dalam menyikapinya. karena, setiap orang itu tidak sama, setiaporang itu unik, setiap orang merupakan mahluk individualisme yangmembedakan satu dengan lainnya.Tujuan HidupAda yang mempunyai tujuanhidup yang begitu kuat, namun prinsiphidupnya lemah, atau sebaliknya adaorang yang mempunyai tujuan hidupyang lemah, namun memiliki prinsiphidup yang kuat. Ini tidaklah menjadisuatu permasalahan, yang pentingseberapa baiknya seseorang menyambunghidupnya dengan berbagai persoalandunia yang ada, atau dengan kata lainnyabagaimana kondisi psikologis/jiwaseseorang dalam menjalani hidupnya.Bagi sebagian orang, filosofihidup dapat dijadikan sebagai panutanhidup, agar seseorang dapat hidupdengan baik dan benar. Adapula sebagianorang yang tidak menghiraukan apa itutujuan hidup dan filosofi hidup, ia hanyahidup mengikuti arus yang mengalir dansebagian orang lagi, terlalu kuatmemegang tujuan hidup dan filosofihidupnya sehingga membuat ia menjadikeras dan keras, Jadi, kesimpulannya ada3 sifat manusia yang bisa ditinjau darifilosofi hidupnya, yaitu orang yanglemah, orang yang netral dan orang yangkeras.Orang yang lemah adalah orangyang tidak mempunyai tujuan hidup atauprinsip hidup. Ia tidak tahu untuk apa iahidup, ia tidak berusaha mengetahuikebenaran di balik fenomena alam ini,sehingga terkadang baik dan buruk dapatdijalaninya. Orang yang netral adalahorang yang mempunyai tujuan dan prinsiphidup, tetapi tidak mengukuhinya denganterlalu kuat. Ia berusaha mencarikebenaran hidup dan hidup dalamkebijakan dan kebenaran, ia bebas dannetral, tidak kurang dan tidak melampaui,ia berada di tengah-tengah. Orang yangkuat adalah orang yang memegang kuattujuan dan prinsip hidupnya. Sehingga iamampu melakukan apa saja demi tercapaitujuannya. Ia terikat oleh filosofinya, iakuat dan kaku berada di ataspandangannya, ia merasa lebih ungguldari orang lain dan melebihi semua orang.Jika ditinjau dari sisi psikologi,orang-orang yang di atas juga dapatdikategorikan, seperti orang yangmempunyai jiwa yang lemah, jiwa yangsedang dan jiwa yang kuat. Namun, untukyang berjiwa sehat, seseorang tidak hanyadilihat dari jiwa lemah, sedang ataupunkuatnya. Penerapan tingkah lakunya dalamkehidupan sehari-hari itulah yang penting.


panca inderaPada dasarnya, tujuan dan prinsip hidup seseorang itu baik dan bersih. Pada saat seseorangdalam keadaan tenang, ia membuat berbagai tujuan dan prinsip dalam hidupnya, namun ketikaditerapkan timbul beberapa hambatan dari luar dirinya atau adanya pengaruh dari lingkunganeksternalnya. Salah satu pengaruh terbesar dari luar dirinya adalah panca indera. Panca indera yangtidak terjaga dengan baik akan membuat seseorang terpeleset dari tujuan dan prinsip hidupnya. Telingabisa mendengar, mata bisa melihat, mulut bisa berbicara. Semua itu harus dikendalikan dengan baik.Sebagai contoh konkret, seorang anak muda mempunyai tujuan hidup menjadi seseorang yang bergunauntuk menolong semua mahluk hidup sampai ajal menemui dan filosofi hidupnya adalah bila ada orangbaik kepada dia, maka dia akan baik kepadanya, dan bila ada orang jahat kepada dia, maka dia akan baikjuga kepadanya. Dari filosofi hidup ini, jika dilihat dari sisi psikologinya, orang tersebut mempunyaijiwa yang sehat, tidak mendendam dan bahagia menerima hidup. Namun, itu hanyalah sebuah filosofihidup, yang terpenting adalah bagaimana ia menerapkan dalam perilakunya, apakah bisa sesempurnadengan filosofi hidupnya atau hanya sekedar membuat filosofi hidup tetapi tidak dijalankannyaataupun ia membuat suatu filosofi hidup, namun ia susah menjalaninya karena tidak bisa menahangodaan atau hambatan dari luar dirinya.


Pertanyaannya adalah apa yang dapatdijadikan dasar untuk memperkokohtatanan pribadi atau pondasi personal dandarimana harus memulainya? Jawabnyaadalah dengan memiliki rumusan tentangtujuan hidup yang dipahami sebagai gayahidup, komitmen atau karakter pribadi.definisiDalam prakteknya, tujuan hidupdiletakkan dalam satu keranjang sampahdengan khayalan, mimpi, dan aktivitas.Oleh karena itu Anda perlu memahamidefinisi yang membedakannya secarajelas. Goal (tujuan) adalah obyek personalyang menjadi sasaran utama suatu usahaatau cita-cita. Goal is destination, kawasandi mana kaki Anda mendarat. Sementaradream (khayalan atau lamunan) adalahsuatu gambar atau peristiwa yangmelintas di alam fantasi pikiran Anda,bukan sasaran. Sementara aktivitasmerupakan media dari goal ataudestination. Contoh: keberangkatan Andake bandara untuk mereservasi tiketdengan memilih pesawat tertentu adalahaktivitas dan kota di mana Anda akanberhenti itulah yang menjadi tujuan.Mengacu pada definisi di atassegera Anda dapat menyimpulkan bahwanilai hidup seluhur apapun ketika masihdipahami sebagai dream, maka tentu sajaia tidak bisa bekerja mengubah konstruksirealitas. Begitu juga Anda sebaiknyamemahami aktivitas (proses) sebagaitujuan, bukan semata-mata sebagai suatujalan untuk mencapai tujuan.alasan mendasarAda tiga alasan mendasar,mengapa rumusan tentang tujuan hidupperlu Anda miliki yaitu: kontrol diri,umpan daya tarik, dan sinergi kekuatan.Dalam kehidupan sehari-hari, terkadangmuncul secara tiba-tiba baik dari dalamatau ajakan dari luar, sesuatu yangmestinya tidak memiliki hubunganapapun dengan apa yang benar-benarAnda inginkan tetapi menyita banyakenergi, waktu dan pikiran. Itulah distraksi,sesuatu yang menggoda Andameninggalkan perhatian pada tujuan. Olehkarena itu diperlukan kontrol diri.Jika Anda menyaksikan dunia inibekerja, mengapa orang kaya malahgampang mendapat kekayaan, orangpintar gampang mendapat kedudukan,dst. Bukan nasib dalam pengertian gifttetapi daya tarik dalam maknaachievement (pencapaian). Bahkanmengapa orang yang sudah jahat merasakesulitan untuk berbuat baik meskipunhanya dengan senyuman yang gratis.Tujuan yang telah Anda rumuskan untukmembidik satu objek akan menarik Andasecara 'tersembunyi' ke arah yang Andamaksudkan. Dengan satu syarat: setelahAnda memiliki persiapan sempurna untukmenerimanya!Semua orang menggantungkanharapan kepada dunia yang bisadikatakan sama: hidup terhormat,memiliki kemakmuran, meninggalkanwarisan yang cukup, dan mati masuksurga. Sama sekali tidak salah denganharapan itu, sebab semua manusia sudahdiberi potensi dasar untuk mencapainya.Anda memiliki imajinasi, pikiran,tindakan, dan perangkat lain. Tetapipersoalannya, bagaimana menyatukanperangkat tersebut menjadi satu kekuatanutuh untuk mencapai sasaran? Tujuanyang telah Anda rumuskan akan menjadimedia efektif bagi Anda untukmenyatukan seluruh kekuatan yang Andamiliki.


sajian utama | agama & tujuan hidup andasetelah kita dapat mengerti atau memahami apa arti buddha dhammaseperti yang telah dijelaskan sebelumnya tadi, maka kita sudah dapatmengetahui bahwa tujuan hidup umat buddha adalah tercapainyasuatu kebahagiaan, baik kebahagiaan yang masih bersifat keduniawian(yang masih berkondisi) yang hanya bias menjadi tujuan sementarasaja; maupun kebahagiaan yang sudah bersifat mengatasi keduniaan(yang sudah tidak berkondisi) yang memang merupakan tujuan akhir,dan merupakan sasaran utama dalam belajar buddha dhamma.Tujuan Hidup Umat BuddhaBanyak orang yang masih memiliki salah pengertian mengatakan bahwa AgamaBuddha (Buddha Dhamma) hanya menaruh perhatian kepada cita-cita yang luhur, moraltinggi, dan pikiran yang mengandung filsafat tinggi saja, dengan mengabaikan kesejahteraankehidupan duniawi dari umat manusia. Padahal, Sang Buddha di dalam ajaran-Nya, jugamenaruh perhatian besar terhadap kesejahteraan kehdiupan duniawi dari umat manusia,yang merupakan kebahagiaan yang masih berkondisi. Memang, walaupun kesejahteraankehidupan duniawi bukanlah merupakan tujuan akhir dalam Agama Buddha, tetapi hal itubisa juga merupakan salah satu kondisi (sarana / syarat) untuk tercapainya tujuan yang lebihtinggi dan luhur, yang merupakan kebahagiaan yang tidak berkondisi, yaitu terealisasinyaNibbana. Sang Buddha tidak pernah mengatakan bahwa kesuksesan dalam kehidupanduniawi adalah merupakan suatu penghalang bagi tercapainya kebahagiaan akhir yangmengatasi keduniaan. Sesungguhnya yang menghalangi perealisasian Nibbana bukanlahkesuksesan atau kesejahteraan kehidupan duniawi tersebut, tetapi kehausan dan keterikatanbatin kepadanya itulah, yang merupakan halangan untuk terealisasinya Nibbana.Jadi, jelaslah sekarang bahwa Sang Buddha di dalam ajaran-Nya, sama sekali tidakmenentang terhadap kemajuan atau kesuksesan dalam kehidupan duniawi. Dari semuauraian di atas tadi bisa kita ketahui bahwa Sang Buddha juga memperhatikan kesejahteraandalam kehidupan duniawi; tetapi memang, Beliau tidak memandang kemajuan duniawisebagai sesuatu yang benar kalau hal tersebut hanya didasarkan pada kemajuan materisemata dengan mengabaikan dasar-dasar moral dan spiritual; sebab seperti yang dijelaskantadi, yaitu bahwa tujuan hidup umat Buddha bukan hanya mencapai kebahagiaan di dalamkehidupan duniawi (kebahagiaan yang masih berkondisi saja), tetapi juga bisa merealisasikebahagiaan yang tidak berkondisi, yaitu terbebas total dari dukkha, terealisasinya Nibbana.Maka meskipun menganjurkan kemajuan material dalam rangka kesejahteraan dalamkehidupan duniawi, Sang Buddha juga selalu menekankan pentingnya perkembangan watak,moral, dan spiritual untuk menghasilkan suatu masyarakat yang bahagia, aman, dansejahtera secara lahir maupun batin; dalam rangka tercapainya tujuan akhir, yaitu terbebasdari dukkha atau terealisasinya Nibbana.


Di dalam Vyagghapajja Sutta, seorangyang bernama Dighajanu, salah seorangsuku Koliya, datang menghadap SangBuddha. Setelah memberi hormat, lalu iaduduk di samping beliau dan kemudianberkata: "Bhante, kami adalah upasakayang masih menyenangi kehidupanduniawi, hidup berkeluarga, mempunyaiisteri dan anak. Kepada mereka yangseperti kami ini, Bhante, ajarkanlah suatuajaran (Dhamma) yang berguna untukmendapatkan kebahagiaan duniawi dalamkehidupan sekarang ini dan jugakebahagiaan yang akan datang."Menjawab pertanyaan ini, Sang Buddhabersabda bahwa ada empat hal yangberguna yang akan dapat menghasilkankebahagiaan dalam kehidupan duniawisekarang ini, yaitu:Utthanasampada: rajin dan bersemangatdalam mengerjakan apa saja, harusterampil dan produktif; mengerti denganbaik dan benar terhadap pekerjaannya,serta mampu mengelola pekerjaannyasecara tuntas.Arakkhasampada: ia harus pandaimenjaga penghasilannya yangdiperolehnya dengan cara halal, yangmerupakan jerih payahnya sendiri.Kalyanamitta: mencari pergaulan yangbaik, memiliki sahabat yang baik, yangterpelajar, bermoral, yang dapatmembantunya ke jalan yang benar, yaituyang jauh dari kejahatan.Samajivikata: harus dapat hidup sesuaidengan batas-batas kemampuannya.Artinya bisa menempuh cara hidup yangsesuai dan seimbang dengan penghasilanyang diperolehnya, tidak boros, tetapi jugaVyagghapajja Suttatidak pelit/kikir.Keempat hal tersebut adalahmerupakan persyaratan (kondisi) yangdapat menghasilkan kebahagiaan dalamkehidupan duniawi sekarang ini,sedangkan untuk dapat mencapai danmerealisasi kebahagiaan yang akandatang, yaitu kebahagiaan yang dapatterlahir di alam-alam yang menyenangkandan kebahagiaan terbebas dari yangberkondisi, ada empat persyaratan pulayang harus dipenuhi, yaitu sebagaiberikut:Saddhasampada: harus mempunyaikeyakinan, yaitu keyakinan terhadap nilainilailuhur. Keyakinan ini harusberdasarkan pengertian, sehingga dengandemikian diharapkan untuk menyelidiki,menguji dan mempraktikkan apa yang diayakini tersebut. Di dalam SamyuttaNikaya V, Sang Buddha menyatakandemikian: "Seseorang yang memilikipengertian, mendasarkan keyakinannyasesuai dengan pengertian." Saddha(keyakinan) sangat penting untukmembantu seseorang dalammelaksanakan ajaran dari apa yangdihayatinya; juga berdasarkan keyakinanini, maka tekadnya akan muncul danberkembang. Kekuatan tekad tersebutakan mengembangkan semangat danusaha untuk mencapai tujuan.Silasampada: harus melaksanakanlatihan kemoralan, yaitu menghindariperbuatan membunuh, mencuri, asusila,ucapan yang tidak benar, dan menghindarimakanan/minuman yang dapatmenyebabkan lemahnya kesadaran(hilangnya pengendalian diri). Sila bukanmerupakan suatu peraturan larangan,


tetapi merupakan ajaran kemoralan yang bertujuan agar umatBuddha menyadari adanya akibat baik dari hasilpelaksanaannya, dan akibat buruk bila tidakmelaksanakannya. Dengan demikian, berarti dalam hal iniseseorang bertanggung jawab penuh terhadap setiapperbuatannya. Pelaksanaan sila berhubungan erat denganmelatih perbuatan melalui ucapan dan badan jasmani. Sila inidapat diintisarikan menjadi hiri (malu berbuat jahat/salah) danottappa (takut akan akibat perbuatan jahat/salah). Bagiseseorang yang melaksanakan sila, berarti ia telah membuatdirinya maupun orang lain merasa aman, tentram, dan damai.Keadaan aman, tenteram dan damai merupakan kondisi yangtepat untuk membina, mengembangkan dan meningkatkankemajuan serta kesejahteraan masyarakat dalam rangkatercapainya tujuan akhir, yaitu terealisasinya Nibbana.Cagasampada: murah hati, memiliki sifat kedermawanan,kasih saying, yang dinyatakan dalam bentuk menolong mahluklain, tanpa ada perasaan bermusuhan atau iri hati, dengantujuan agar mahluk lain dapat hidup tenang, damai, danbahagia. Untuk mengembangkan caga dalam batin, seseorangharus sering melatih mengembangkan kasih sayang denganmenyatakan dalam batinnya (merenungkan) sebagai berikut:"Semoga semua mahluk berbahagia, bebas dari penderitaan,kebencian, kesakitan, dan kesukaran. Semoga mereka dapatmempertahankan kebahagiaan mereka sendiri."Pañña: harus melatih mengembangkan kebijaksanaan, yangakan membawa ke arah terhentinya dukkha (Nibbana).Kebijaksanaan di sini artinya dapat memahami timbul danpadamnya segala sesuatu yang berkondisi; atau pandanganterang yang bersih dan benar terhadap segala sesuatu yangberkondisi, yang membawa ke arah terhentinya penderitaan.Pañña muncul bukan hanya didasarkan pada teori, tetapi yangpaling penting adalah dari pengalaman dan penghayatanajaran Buddha. Pañña berkaitan erat dengan apa yang harusdilakukan dan apa yang tidak perlu dilakukan. Singkatnya iamengetahui dan mengerti tentang: masalah yang dihadapi,timbulnya penyebab masalah itu, masalah itu dapatdipadamkan/diatasi dan cara/metode untuk memadamkanpenyebab masalah itu.Itulah uraian dari Vyagghapajja Sutta yang ada hubungannyadengan kesuksesan dalam kehidupan duniawi yang berkenaandengan tujuan hidup umat Buddha.


sajian utama | agama & tujuan hidup andaOPINI | by upa. rama setitiAgamauntukHidup‘Agama’ dan ‘tujuan hidup’ dua hal yang sangatberhubungan, seperti ungkapan umum yang biasanya kitadengar muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga.Meskipun ungkapan itu kadang-kadang terkesan terlaluberlebihan, tapi sebenarnya hal itu cukup mewakili apa yangdiinginkan kebanyakan orang pada umumnya di dunia ini, yaituingin bahagia hidup di dunia ini dan di akhirat atau setelahmeninggal. Seperti tujuan agama pada umumnya, agar manusiadapat hidup rukun, damai dan bahagia di dunia ini dan setelahmeninggal masuk surga.Marilah kita sedikit membahas arti kata 'agama' secaraumum, agama berasal dari kata 'a' yang artinya tidak dan 'gama'yang artinya kacau jadi agama berarti tidak kacau. Atau secarabebas kita dapat mengartikan agama sebagai suatu cara ataujalan agar manusia tidak menjadi kacau atau dapat menghadapikekacauan hidup. Berarti bagi orang yang mengaku beragamaseharusnya sudah mulai bisa menghadapi kekacauan dalamhidupnya, atau paling tidak, tidak menimbulkan kekacauan bagiorang lain. Namun yang kita lihat di masyarakat sekarang inisepertinya justru semakin banyak kekacauan yang timbul, baikkarena alasan sosial, ekonomi, dan bahkan dengan alasanagama itu sendiri. Hal ini cukup ironis karena kebanyakan orangsaat ini sudah beragama dan tidak lagi menganut kepercayaanjaman dulu seperti animisme, dinamisme atau apapunistilahnya, yang katanya sudah tidak sesuai lagi karena tidakmengakui suatu makhluk adikuasa yang disebut Tuhan. Nahkalau begitu, mengapa masih saja banyak hal-hal yang justrutidak sesuai dengan nilai-nilai agama yang terjadi di dalammasyarakat? Apa agamanya yang salah? Padahal katanya semuaagama mengajarkan kebaikan, kan? Jadi mungkin ada sesuatuyang salah dengan diri kita yang katanya beragama ini? Tanyakenapa?Mungkin salah satu penyebabnya karena sekarang iniorang dianggap beragama atau merasa dirinya beragama hanyakarena telah taat melakukan ritual-ritual, upacara-upacara atauibadah agamanya atau karena sering memakai atribut-atributagamanya. Atau yang lebih parah lagi orang dianggap ataumerasa beragama karena kolom agama di KTP-nya tidak kosongalias terisi dengan salah satu agama yang diakui pemerintah(khususnya di Indonesia). Kalau memang hanya itu dasarseseorang dikatakan beragama maka bukan suatu hal yang anehkalau jumlah orang beragama semakin banyak tetapi kekacauansepertinya tidak berkurang.


Orang tidak akan mendapatkan manfaatyang sebenarnya dari agamanya hanya karena iasering beribadah atau datang ke tempat ibadahnya.Justru biasanya orang yang hanya taat beribadahatau melakukan ritual-ritual keagamaan tanpamenyelidiki maksud dan tujuan serta memahamidan mempraktekkan ajaran agamanya dalamkehidupan sehari-harinya, biasanya berpotensimenjadi orang yang fanatik pada agamanya tanpadidasari kebijaksanaan. Dan orang-orang sepertiinilah yang kebanyakan salah mengartikan ataumemahami ajaran agamanya sehinggamenimbulkan permusuhan sampai pertikaiandengan dalih agama. Yang sebenarnya malahmerendahkan agamanya sendiri.Contoh lainnya yang mungkin pernah kitadengar atau mungkin kita alami sendiri adalahorang yang berpindah ke agama lain karena merasadi agamanya yang dahulu ia tidak mendapatmanfaat atau tidak berubah menjadi orang yanglebih baik. Syukur kalau di agama barunya diamemang menjadi lebih baik tingkah lakunya, palingtidak di dunia ini bertambah satu lagi orang baik.Padahal kalau kita lihat di setiap agama pasti adaorang yang baik dan ada juga yang kurang baik, jadibukan karena agama tertentu seseorang menjadibaik atau tidak, tapi tergantung pribadi masingmasingsejauh mana ia menjalankan ajaranagamanya. Karena sebenarnya tidak ada agama didunia ini yang begitu kita menganutnya kitalangsung menjadi baik. Kita butuh latihan berbuatbaik untuk menjadi orang baik, dan itu harus kitalakukan terus menerus karena kebaikan tidak adabatasnya.Sekarang mari kita hubungkan antaraagama dan tujuan hidup manusia. Kalau kitatanyakan kepada semau orang apa tujuan hidupmereka, hampir bisa dipastikan jawabannya adalahhidup bahagia atau apapun jawabannya, ujungujungnyapasti supaya terhindar dari penderitaanapapun bentuknya, intinya supayabahagia, senang, bebas dari penderitaan. Semuayang dilakukan atau diusahakan manusia sejaklahir sampai meninggal disadari atau tidak adalahagar bahagia atau tidak menderita, tentunyastandar atau definisi kebahagiaan berbeda-bedabagi setiap orang, entah itu kebahagiaan duniawimaupun kebahagiaan spiritual. Namun yang palingpenting bagaimana sikap kita terhadapkebahagiaan itu sendiri dan bagaimana cara kitamemerolehnya. Di sinilah mengapa peranan agamasangat penting, di mana nilai-nilai agamamengajarkan untuk mencapai kebahagiaan atauapapun tujuan hidup kita tanpa merugikan oranglain dan tentunya berbagi kebahagiaan yang telahkita peroleh kepada orang atau makhluk lain. Nilainilaiagama harus berjalan beriringan dengantujuan hidup manusia agar apapun hasilnya nantikita dapat menerimanya sebagaimana adanya dantidak ada pihak yang dirugikan.Namun sayangnya tidak sedikit orangyang lupa untuk mempraktekkan ajaran agamanyaatau mengatakan untuk urusan agama atauspiritual itu nanti saja kalau sudah tua, nanti sajakalau ada waktu. Mereka sangat yakin akanmencapai usia tua yang dimaksud itu, padahalkematian tidak pernah kompromi dengan apapun,baik usia, jenis kelamin, agama, suku, ras, baik atauburuk. Kalau waktunya sudah tiba kematian pastidatang menjemput semua makhluk tanpa memberikabar atau meminta ijin terlebih dahulu, takseorangpun yang tahu dengan pasti. Jadi masihkahkita menunggu tua untuk urusan spiritual atauagama? Seperti kata dalam iklan komersial sebuahkoran terkemuka “Bijak bisa sejak muda, mengapaharus menunggu tua”. Logikanya, semakin dini kita“memanfaatkan” ajaran agama, secara umum kitajuga akan lebih lama mendapat manfaatnya, kalaukita sempat mencapai usia tua itu. Jadi sudahkahAnda “memanfaatkan” ajaran agama Anda dalammencapai tujuan hidup?Agama untuk hidup,bukan hidup untuk agama


news onketika anda berkesempatan mengunjungi kota bogor, jawa barat, pastianda akan mendengar tentang dhamma study group bogor (dsgb). iniadalah semacam kelas dhamma (dhamma class) yang lazim diadakan olehvihara-vihara, tidak terkecuali vihara-vihara di surabaya. dawai merasaberuntung karena mendapat kesempatan untuk mengikuti langsungkegiatan kelas dhamma dsgb yang penuh dengan semangat belajardhamma. berikut sekilas perjalanan dsgb selama kurang lebih 20 tahun.DhammaStudyGroupBogorTernyata pembinaan umat Buddhis di Indonesia memiliki pola yang hampirmirip dari dulu hingga sekarang. Jika kita perhatikan, seseorang baru benar-benarberminat dan menyadari keistimewaan Buddhisme ketika dia memasukikehidupan kemahasiswaan. Seorang mahasiswa biasanya harus terbiasa dengansegala sesuatu yang berbau nalar dan mengundang perdebatan. Maka tidak heranjika pada level mahasiswalah banyak bermunculan komunitas dan organisasi yangberorientasi pada pembelajaran dan pengembangan Buddhisme, meskipun misiyang diusung berbeda-beda. Tidak terkecuali sekumpulan mahasiswa BuddhisInstitut Pertanian Bogor (IPB) yang memiliki semangat dan minat yang besaruntuk belajar dhamma, pada tahun 1982 mereka memulai forum diskusi dhammayang dipelopori oleh Syarif Sarjanto (pada saat itu masih tercatat sebagaimahasiswa jurusan Pertanian IPB), Hendra Ashadi (biasa akrab disapa PakHendri), dan Atma. Rasa ingin tahu yang kuat terhadap Buddhisme mendorongpara mahasiswa IPB untuk meluangkan waktu mereka berkumpul di rumah Syarifhanya untuk berdiskusi dan bertukar pandangan tentang Buddhisme.Forum tidak resmi ini rupanya cukup memberikan manfaat spiritual bagipara anggotanya sehingga selang beberapa tahun kemudian, timbul keinginan darimereka untuk mendirikan vihara yang bermazhab Theravada, karena pada masaitu belum ada satupun vihara Theravada yang berdiri di Bogor. MengapaTheravada? Menurut pandangan mereka, selama ini Theravada sudah mempunyailandasan pengetahuan yang kokoh dan mantap yang mengacu pada Tipitaka Pali.Selain itu, dalam tradisi Theravada, ada penekanan untuk lebih mengutamakanpengembangan ajaran/


pengetahuan dhamma daripada berfokus pada tradisi ritual. Jadi sesungguhnya, ajarandikatakan dapat berkembang (maju) apabila dimulai dari pembelajaran dhamma secaradasar bagi para umat yang belum mengerti dhamma sekalipun.Atas dasar pemikiran di atas, komunitas Buddhis ini merasa sangatmemerlukan eksistensi sebuah wadah pembelajaran dhamma sebagai modal utamauntuk mendirikan vihara yang mereka idamkan. Maka setelah itu segera terbentukkelas dhamma yang mereka beri nama Dhamma Study Group yang mayoritasberanggotakan para mahasiswa Buddhis di Bogor. Sebenarnya DSGB merupakanperpanjangan dari Keluarga Mahasiswa Buddhis Bogor (K<strong>MB</strong>B) yang sempat menjadiforum Buddhis satu-satunya di Bogor untuk belajar dan berdiskusi dhamma. NamunK<strong>MB</strong>B pada perjalanannya kurang begitu berkembang karena keanggotaannya yangbersifat intersektarian. Oleh sebab itu, para mahasiswa Buddhis yang berpandanganTheravada berinisiatif untuk membentuk kelas dhamma sendiri, dan kemudianterbentuklah DSGB yang juga turut dipunggawai oleh Syarif Sarjanto.vihara dan kelas dhammaAwal kiprah DSGB adalah pada tahun 1986 ketika pada saat pembangunanvihara Theravada di Bogor mulai dilaksanakan. Pada awalnya, kegiatan kelas Dhammadiadakan di sebuah rumah kontrakan di jalan Kecubung Bogor. Dengan anggota yangkebanyakan masih sangat muda seperti Syarif Sarjanto, Atma, Slamet Rojali (pada saatitu mungkin hanya Pak Hendri yang paling senior), DSGB memulai kelas dhamma yangpertama yang hanya diikuti oleh 12 orang (termasuk di dalamnya Bhante Joti yang padasaat itu masih berstatus sebagai umat).Saat itu, metode pembelajaran dhamma DSGBtelah dilengkapi oleh kurikulum yang dibuatoleh DSGB sendiri dengan mengacu padaTipitaka, meski masih sangat sederhana.Pada tahun 1987, DSGB resmi memindahkan ruang kelas dhamma ke rumahHendra Ashadi di jalan Suryakencana Bogor. Pada masa itu juga vihara yang sedangdalam masa pembangunan mulai dapat digunakan untuk puja bhakti umat walaupunproses pembangunannya belum sepenuhnya rampung. Baru sekitar 4 tahun kemudian,yaitu pada tahun 1992, vihara tersebut diresmikan oleh Bhikkhu Paññavaro dan secararesmi diberi nama Vihara Dhammacakkhu. Dalam kurun waktu 6 tahun sejak DSGBberkiprah, perkembangan umat Buddhis Bogor menunjukkan tanda-tanda yangmenggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyak umat yang mengikuti sesikelas dhamma, bahkan tidak sedikit umat yang non-Buddhis yang juga ikut belajarBuddhisme di kelas dhamma. Ini berarti misi awal DSGB untuk memersiapkan umatBuddhis memasuki vihara sedikit banyak mulai tercapai. Ada satu hal yang perludicatat bahwa alasan mengapa DSGB tidak mengadakan kelas dhamma di vihara,adalah karena sesuai dengan tujuan awal DSGB untuk membagikan ajaran Dhamma


(universal) untuk semua kalangan baik Buddhis maupun bukan, yang memang inginmeningkatkan pemahaman mereka. Jadi apabila kelas dhamma dilaksanakan dibelajar dan vihara, nantinya akan timbul kesan bahwa kelas dhamma hanyadiperuntukkan bagi umat Theravada saja.pengajar profesionalPada tahun 1990, DSGB kedatangan seorang tenaga pengajar baru yaitu DodyHerwidanto, seorang alumni Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda Jakarta. Sambilmengajar di kelas dhamma, beliau juga sempat menjadi koordinator guru-guru agamaBuddha salah satu sekolah menengah yang cukup besar di Bogor, menggantikan PakHendri yang pada saat lebih memilih untuk memfokuskan diri membantupembangunan vihara dan juga mengajar di kelas dhamma. Atas inisiatif untuk lebihmeningkatkan kualitas kelas dhamma, maka Dody Herwidanto diminta untukmelanjutkan studi ke Benares Hindu University (BHU), dengan dukungan dari STABNalanda. Kebetulan pada saat itu, Bhikkhu Sukhemo juga turut berangkat untuk studidi BHU bersama Dody. Dalam kurun waktu 1,5 tahun di BHU, Dody belajar filsafat Indiasecara global, termasuk filsafat Hindu yang nantinya akan sangat bermanfaat baginyadalam memelajari Buddhisme secara filosofis. Hebatnya, Dody lulus dari BHU denganprestasi yang sangat memuaskan. Sepulang dari Benares, Dody mulai menyusunkembali kurikulum kelas dhamma dengan penyempurnaan berdasarkan Tipitaka Pali.Hasil studi di BHU digunakan Dody untuk mengkaji ulang tentang konsep ketuhananversi Buddhisme.regenerasiSistem yang diterapkan DSGB memungkinkan pengajaran dan pembahasandhamma di kelas dhamma berjalan dengan efektif dan dinamis. Kurikulum yangdisusun oleh DSGB berjalan selama satu tahun penuh, dengan sesi kelas yangberlangsung selama dua jam setiap minggunya (sekarang kelas dhamma diadakansetiap Sabtu sore). Materi yang ada di dalam kurikulum mencakup dasar-dasarpandangan Buddhisme dan penjabaran Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka. Para Buddhisyang telah mengikuti sesi kelas dhamma selama beberapa tahun dapat ikut mengajarkelas dhamma, sehingga dalam DSGB juga ada sistem regenerasi yang baik. Seiringperkembangan kelas dhamma, para pengajarnya mulai banyak berganti oleh wajahwajahbaru yang tidak lain merupakan lulusan kelas dhamma DSGB. Para pengajaryang lama pun tidak sedikit yang tidak dapat bertahan lagi di DSGB karena kesibukanmereka masing-masing. Hingga sekarang, pendiri DSGB yang masih aktif mengajarkelas dhamma hanya tinggal Pak Hendri dan Dody Herwidanto.Meskipun regenerasi di DSGB sudah berjalan, namun Pak Hendri sendirimengakui cukup kesulitan menemukan Buddhis yang bersedia mengajar kelasdhamma. DSGB tidak pernah meminta seseorang secara khusus untuk menjadipengajar, melainkan berusaha mencari orang yang memang mempunyai semangat dankemauan pribadi untuk mengajar kelas dhamma. DSGB tidak mendapat imbalanapapun dari siapapun. Para pengajar kelas dhamma hanya akan mendapat kepuasanbatin yang tidak akan terukur nilainya karena telah mendapat kesempatan yang sangat


aik untuk memberikan pengertian dhamma kepada orang lain.dsgb sekarangDalam perjalanannya yang telah memasuki usia keduapuluh, DSGB banyakmenemui hambatan dari luar seperti kurangnya dukungan dari kalangan Buddhissendiri. Hal ini membuat DSGB harus berusaha ekstra keras untuk bisa terus eksissecara mandiri. Hambatan internal yang paling sering dijumpai adalah kuantitas umatyang mengikuti kelas dhamma sering tidak pasti. Beberapa kali kelas dhamma bahkantidak dihadiri umat sama sekali. Namun berkat semangat konsistensi DSGB, meskipunpada hari di mana umat tidak ada yang datang belajar, para pengajar kelas dhammatetap bersemangat untuk membahas dhamma dengan mengadakan diskusi bersama.Sekarang DSGB tidak hanya berkembang di Bogor saja, namun perlahan-lahantelah merambah ke daerah-daerah di sekitarnya seperti Cibinong dan Cikarang. ParaBuddhis yang telah menjalani kelas dhamma selama beberapa tahun merasa telahmampu mengadakan kelas dhamma sendiri di lingkungan mereka masing-masingdengan tetap mengacu pada kurikulum yang dibuat oleh DSGB. Para pengajar seniorDSGB akan tetap menjalankan tugas mereka untuk mengawasi jalannya kelas dhammaserta memberikan masukan jika masih terdapat kekurangan pada metode pengajarankelas-kelas dhamma perluasan ini. Sebenarnya telah menjadi cita-cita dari DSGB sejaklama untuk menularkan budaya mendirikan kelas dhamma di setiap vihara diIndonesia. Sekarang tampaknya masih menjadi cita-cita yang sangat berat, namunbukannya mustahil untuk diwujudkan jika kita semua memilikinya bersama.ya, konsistensi. inilah yang membuat dsgb masih dapat terus eksis selama 20 tahunmengabdi dalam dhamma dengan visi untuk terus menjaga kelestarian buddhadhamma. sebuah teladan bagi komunitas buddhis di manapun.sederhana, namun sangat bermakna, sesederhana kehidupan para anggota dsgb.INTERVIEW | hendra ashadiInilah salah seorang sosok penting di balik perjalanan DSGB selama 20 tahunyang memiliki visi luar biasa untuk kemajuan Buddha Dhamma. Di balikpenampilannya yang sederhana dan bersahaja, beliau dengan penuh semangatmenceritakan pengalamannya bahu membahu bersama DSGB menyebarkanBuddhisme di Bogor. Berulang-ulang beliau selalu menekankan pentingnyapemahaman dhamma secara mendasar, juga pandangannya tentang Buddhisme, danobsesinya yang belum terealisasi.Berikut petikan singkat bincang-bincang yang dilakukan Dawai dengan Hendra Ashadi,yang akrab dipanggil Pak Hendri.bagaimana seharusnya menjadi seorang buddhis yang benar?Seorang Buddhis harus mengerti dhamma dan hidup selaras dengan dhamma.Mengerti, dalam hal ini adalah mengerti hukum-hukum dasar dalam Buddhisme,


hendra ashadinama panggilanpak hendrinama buddhisguna dhammotempat lahirbogortanggal lahir22 juni 1938alamatjalan suryakencana 282/258bogor 16123statustidak menikahpendidikansmea (lulus 1959)akademi pimpinan perusahaan jakarta(1960, namun tidak selesai)aktivitas-pendiri dan pembinavihara dhammacakkhu bogor-pengajar dan pengeloladhamma study group bogorseperti empat kebenaran mulia, hukumkamma dan tumimbal lahir, paticcasamupada,dan tilakkhana. Jika seorang Buddhis tidakmengerti hukum-hukum dasar, maka akansusah baginya untuk mempraktekkan ajaranSang Buddha. Apabila ada sesuatu yang terjadipada diri kita, kita akan dapat langsungmenganalisa hukum mutlak apa yang bekerja.Dari sini kita dapat segera menentukan responkita terhadap fenomena tersebut. Sebagaicontoh, pada saat kita dicela, kita harus segeramencari sisi dhammanya dan pada akhirnyakita akan melihat ke dalam diri kita sendiri,tidak akan menyalahkan orang lain.Seorang Buddhis harus selalu waspada, penuhperhatian, dan selalu dapat menjelaskanfenomena-fenomena yang terjadi dalamkehidupannya dengan hukum-hukum dhamma(mutlak).apa motivasi awal yang membuat bapakmemutuskan untuk mengabdi secara totaldalam pengembangan buddhisme?Saya melihat agama lain memiliki motivasidan gaya yang baik dan tidak berlebihan dalampenyampaian dan penyebaran ajaran mereka.Saya ingin apa yang mereka dapat terapkandan telah berhasil untuk mereka, dapat jugaditerapkan dalam usaha meningkatkanpemahaman akan ajaran Buddhis.Saya juga ingin meningkatkan citra BuddhaDhamma ke level yang lebih tinggi. Selama iniagama Buddha memiliki imej sebagai suatuagama tradisi, agama yang kuno. Saya inginagama Buddha bercitra modern, namun tetapdengan pemahaman dasar yang mantap.Ajaran Buddha Dhamma sangatlah ilmiah,diperlukan analisa dalam memelajarinya. Olehsebab itu, saya ingin umat Buddhis dapatmengerti dhamma secara paling dasar danbenar, tidak harus tinggi seperti abhidhammamisalnya. Untuk ini dibutuhkan pengabdian.


apa obsesi bapak yang hingga sekarang belum terwujud?Saya bercita-cita mendirikan tempat untuk membina kader-kader Buddhis yangmampu meneruskan pengembangan Buddha Dhamma. Mereka juga nantinya akanmenjadi pengelola vihara-vihara di lingkungan sekitar mereka. Sebuah vihara sudahsemestinya dihuni oleh orang-orang yang memahami dan memraktekkan dhammasecara benar dan konsisten. Mereka diharapkan dapat membagi pengetahuan danpengalamannya kepada para pengurus dan umat di vihara tempat tinggal mereka. Akanjauh lebih baik lagi jika vihara sudah memiliki kelas dhamma sendiri. Pokoknya kalauvihara sudah mempunyai kelas dhamma dengan kurikulum yang baik, pasti vihara ituakan mampu berkembang dengan cepat. Cukup ada 60 persen umat yang memahamidhamma, maka 40 persen sisanya akan tinggal mengikuti. Sekarang yang lebihpenting bagi sebuah vihara adalah pengembangan pendidikan dhammanya, bukanpembangunan fisik vihara.Saya ingin mengadakan diklat yang menghasilkan orang-orang untukmengembangkan Buddhisme di daerah-daerah yang membutuhkan. Orang-orangseperti ini harus benar-benar ditunjang segala kebutuhannya, karena logisnya, merekatidak mungkin dapat mencukupi semua kebutuhannya sendiri jika sudah memilikitanggung jawab sepenuhnya mengabdi untuk Buddha Dhamma. Sekarang sudahseharusnya tokoh-tokoh Buddhis memikirkan kualitas umat, bukan kuantitas.malam sudah semakin larut, padahal masih banyak topik yang ingindawai bahas bersama beliau. jarang sekali ditemui seseorang yangbenar-benar memiliki semangat dan motivasi yang murni sepertibeliau, yang rela mencurahkan segala waktu hidupnya untukmeningkatkan pemahaman orang lain tentang buddhisme. beliauadalah orang yang mendapat kepuasan dari keberhasilan orangorangdalam menemukan dhamma dalam hidup mereka. kita semuapun bisa seperti beliau.


news onBakti SosialBanyuwangi19-21 Agustus 2006Memaknai Hidup Dengan BerdanaMotivasiSalah satu kegiatan sosial rutin tahunanyang diadakan oleh Vihara Dhammadipa Surabayaadalah bakti sosial. Untuk tahun ini, acara bakti sosialdipusatkan di daerah Banyuwangi dengan fokus padaVihara Dhamma Mukti Banyuwangi dan sekitarnya.Mungkin banyak yang bertanya-tanya, mengapa baktisosial kali ini bukannya pergi ke daerah-daerah yangterkena bencana alam, seperti di Yogyakarta atau diPangandaran, Jawa Barat, yang notabene mengalamikerusakan cukup parah akibat gempa dan tsunami?Pertimbangannya, karena daerah-daerah tersebutsudah mendapat cukup perhatian ekstra dari berbagaiinstansi seperti lembaga-lembaga sosial asing maupunlokal, pemerintah, dan lembaga-lembaga keagamaanyang ada. Tanpa bermaksud mengabaikan bahwadaerah dan masyarakat di tempat tersebut masihmembutuhkan perhatian, sebenarnya perlu juga adanyapembagian atau koordinasi yang baik di antarainstitusi-intitusi yang ada (misalnya LSM) ataupunlembaga keagamaan (dalam hal ini vihara) dalammenyalurkan bantuan yang disumbangkan oleh paradermawan. Ibarat memberikan kasih sayang kepadaanak-anaknya, seorang ibu selayaknya mampumembagi perhatiannya secara adil, tidak hanyamemberi perhatian pada anaknya yang kurang mampuatau dianggap lemah, tetapi juga pada anaknya yanglain, walaupun anak tersebut lebih tegar dan mandiri.Sikap inilah yang diambil Dayaka Sabha ViharaDhammadipa sehingga mengadakan bakti sosial kevihara-vihara di Banyuwangi.PersiapanJauh-jauh hari sebelum acara bakti sosialberlangsung, Dayaka melakukan berbagai persiapan.Dimulai dari pembentukan panitia bakti sosial yangmencakup hampir semua anggota Dayaka Sabha ViharaDhammadipa, dilanjutkan dengan penyebaraninformasi tentang kegiatan ini ke kampus-kampus danumat, persiapan sarana dan prasarana bakti sosialseperti transportasi dan barang-barang kebutuhanuntuk disumbangkan, pengkoordinasian denganDayaka Vihara Dhamma Mukti di Banyuwangi dalamhal pembagian sembako bakti sosial, serta melakukansurvei ke Banyuwangi untuk mengetahui kondisi disana dan lama perjalanan yang akan ditempuh. Demiterwujudnya acara bakti sosial ini, panitia relaberkorban waktu dan tenaga dengan semangat cintakasih (metta) dan kasih sayang (karuna).PerjalananMenempuh perjalanan selama 6-7 jammenuju Banyuwangi, akhirnya kami tiba juga diVihara Dhamma Mukti pada tanggal 20 Agustussubuh dini hari, tepatnya jam 3 pagi. Waktu tersebutbukanlah waktu yang tepat, kalau bisa dikatakandemikian, karena merupakan jam tidur yangumumnya tidak bisa diganggu gugat bagi sebagianorang. Namun tidak demikian halnya bagi DayakaVihara Dhamma Mukti Banyuwangi, karena sungguhtak disangka mereka sudah siap menyambutkedatangan kami dari Surabaya di pagi subuh! Ucapanselamat datang pun terbentang di sehelai kain dengan


kata-kata sederhana tapi berarti, membuat rasa lelahyang dirasakan sepanjang perjalanan sedikit terobati.Ini merupakan penghargaan bagi sesama Dayakayang tak bisa dinilai atau diukur dengan materi. Sikapsaling menghargai ini selayaknya bisa dijadikansuatu teladan bagi kita semua. Hal-hal kecil yangtampaknya remeh, kecil tak berarti, ternyata mampumemberi makna...Satu Pelajaran Kecil yangBerarti...Setelah beristirahat selama 3± -4 jam; mandi,menikmati teh hangat dalam kesejukan udara pagi, danmakan pagi bersama; di hari Minggu pagi itu kamisemua berkumpul di Dhammasala vihara, untukmelakukan puja bakti yang dipimpin oleh BhanteViriyadharo Thera. Dilanjutkan dengan acaraperkenalan sebagai sesama umat Buddha dari Surabayadan tujuan dari pelaksanaan bakti sosial kali ini keBanyuwangi. Selama sesi ini, ada satu hal yang cukupmenarik perhatian, di mana peralatan teknis yang adasangat terbatas; ini jika mau dibandingkan dengankondisi ”sosial ekonomi” di Vihara DhammadipaSurabaya dan vihara-vihara lainnya di kota-kota besar.Satu di antara peralatan teknis yang kurang di sanaadalah mic, di mana mereka cuma mempunyai 1 mikeuntuk dipakai bersama, yaitu selama acara dibawakanoleh MC, kata sambutan dari Bhante, dan perkenalansesama Dayaka; sehingga mic tersebut berpindahpindahtangan sedemikian rupa. Tetapi hal itutampaknya tidak menjadi kendala yang terlalu berartiuntuk diributkan dan bukan pula sesuatu yang”menyedihkan atau menyusahkan” bagi mereka. Halseperti itu tampak sebagai hal yang biasa di matamereka; walaupun mereka tidak mengungkapkannya,tapi bisa dilihat dari sikap dan perilaku mereka yangbersahaja. Mungkin bisa diungkapkan dengan katakata,”Menerima yang ada sebagaimana adanya, tidakterlalu ngotot untuk mencari yang lebih danlebih...lagi...”. Bisa dikatakan juga ini merupakan salahsatu ”model” sikap bersyukur yang perlu kitakembangkan. Segala sesuatu yang dibuat ”ingin lebih...”biasanya dapat menjerumuskan kita kepada sifatserakah/lobha. Munculnya keserakahan ini adalahsangat halus dan tidak disadari; apalagi untuk dapatterlihat secara kasat mata. Karenanya, sikapkebersahajaan yang ditampilkan oleh Vihara DhammaMukti ini patut dijadikan teladan, agar kita lebihwaspada terhadap sifat serakah yang dapat membawakita pada kehancuran.Bakti Sosial, Lebih dari SekedarBerdanaSetelah selesai acara di Dhammasala, kitasemua menuju ke bangunan serba guna, yang akandigunakan untuk acara bakti sosial, yaitu pembagiansembako kepada 200 orang kepala keluarga. Sebelummemulai acara bagi-bagi sembako tersebut, parapeserta rombongan baksos sudah terlebih dahulumengeluarkan paket-paket sembako dari mobil boxyang khusus mengangkut semua sarana baksos, danmengaturnya sedemikian rupa dalam ruangbangunan serba guna. Adapun sembako yangdibagikan mencakup beberapa barang kebutuhansehari-hari seperti beras, minyak, mie, gula, danbeberapa peralatan mandi. Di samping sembako, jugaada pakaian layak pakai yang disumbangkan olehumat-umat dari Surabaya, yang pembagiannyadiserahkan langsung kepada Dayaka Vihara DhammaMukti sebagai ”tuan rumah” acara bakti sosial ini.Sekilas mengenai BangunanSerba GunaBangunan serba guna ini terletak tidak jauhdari Vihara Dhamma Mukti, tepatnya berada diseberang jalan, hampir berhadapan-hadapan denganvihara. Bangunan yang memiliki halaman parkircukup luas ini memang difungsikan sebagaibangunan serba guna untuk tempat mengadakan


Mengabadikan KenanganUsai membagi-bagikan paket sembako, kamipun berfoto bersama Bhante Viriyadharo dan paraDayaka Vihara Dhamma Mukti Banyuwangi. Membuatkenangan yang tersimpan dalam memori bisadiabadikan dan akan menjadi saksi bisu perjalananDayaka Vihara Dhammadipa dalam melayani sesamadan mengamalkan Dhamma. Mengusir rasa lelah danmembangkitkan semangat dengan mengambil sikaprileks dan tersenyum.selama perjalanan di banyuwangi, dayaka sabha tidakhanya mengagendakan kegiatan bakti sosial saja.banyuwangi memiliki banyak vihara yang tentu sajasayang rasanya jika tidak dikunjungi. tim redaksidawai tidak lupa memotret kehidupan beberapa viharadi sana untuk disajikan dalam edisi ini, untuk parapembaca semua.viharadhamma muktiYah...senyum yangkadang sulit keluar kalaukita dalam keadaan capekdan kehilangan semangat,alias bosan. Idealnyaadalah kita melakukanperbuatan baik yangdiawali dengan semangatdan suka cita, dan hal itudiakhiri pula dengansenyuman dankebahagiaan,mengalahkan rasa betedan lelah yang datang.Vihara ini terletak di Dusun Sidomukti, DesaYosomulio, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi. Viharayang tampak sederhana ini merupakan salah satuvihara di Banyuwangi yang berada di bawah binaanSangha Theravada Indonesia (STI). Walaupun tampaksederhana, namun kenyamanan yang didapatmembawa warna tersendiri bagi kami dan tidak kalahdengan vihara-vihara lainnya. Mulai dari tempattinggalnya, lingkungannya yang alami, ruangmakannya, dan tentu saja makanannya yang khasdaerah Banyuwangi. Sangat menyenangkan bisamerasakan suasana kebersamaan dan kekeluargaanbersama dengan para Dayaka di sana yang sebagianbesar terdiri dari ibu-ibu. Mereka-mereka inilah yangmelayani kebutuhan makan dan minum kami selamamenginap di Vihara Dhamma Mukti.


Vihara yang dikepalai oleh Bhante ViriyadharoThera ini mempunyai 5 ruang utama, yaitu ruangDhammasala, ruang tempat istirahat Bhante, ruangmakan, ruang tempat tinggal Dayaka, ruang dapur, danruang tempat tinggal bagi umat. Adapun kegiatanharian di vihara ini sudah cukup terprogram denganbaik dan tampaknya telah dilaksanakan dengan baikpula. Dalam seminggu, hampir tidak ada hari yang tidakdiisi dengan kegiatan yang berbau Dhamma. Berikut iniadalah informasi mengenai program harian ViharaDhamma Mukti, yaitu :1. Hari Minggu pagi pukul 07.00 – 09.00 adalahkegiatan Dhamma Class, khusus anak-anak SD.2. Hari Minggu pagi pukul 10.00 – 12.00 adalahkegiatan Dhamma Class, khusus anak-anak SMPdan SMA.3. Hari Minggu malam, kegiatan kebaktian umum.4. Hari Selasa malam dan Rabu, diisi dengan kegiatandari Pemuda Patria, khusus orang-orang dewasa.5. Hari Jumat siang, diisi dengan kegiatan oleh ibuibuWandani.6. Setiap hari Senin, Jumat, dan Sabtu malam, diisidengan kegiatan anjangsana, yaitu suatu kegiatanyang berisi kunjungan secara bergiliran ke rumahrumahumat Buddha setempat, untuk melakukanpembacaan parita bersama. Dari kegiatansemacam ini maka bisa terbentuk wadah untuksharing bersama, sekaligus menjalin komunikasiyang baik, sehingga antar umat bisa salingterbuka, masalah-masalah yang ada bisadiselesaikan bersama, dan membangun hubungansebagai sesama manusia dan umat Buddha yangpositif. Kegiatan ini terbagi dalam 5 kelompok.Tiap kelompok mempunyai ketua kelompoknyamasing-masing yang bertugas mengoordiniranggotanya untuk secara bergiliran melakukananjangsana.Tampak bahwa setiap umat mendapat ”jatah”dalam porsi yang adil untuk mendengar dan belajarDhamma. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.Juga ada koordinasi yang rapi dalam perencanaan danpelaksanaan program-program Buddhisnya. Yang lebihpenting adalah hal itu mereka jalankan secarakonsisten sampai saat ini. Sungguh teladan yang patutdicontoh oleh kita. Tampak pula bahwa sebuah viharatidak hanya difungsikan untuk sekedar tempatmelaksanakan puja bakti pada hari Minggu, tapi jugauntuk memperluas wawasan Dhamma dan meningkatkankualitas hidup melalui pendidikan dan budi pekerti.Ini tentunya juga berkat kerja keras para pekerjaDhamma di Banyuwangi, dalam hal ini para DayakaSabha Vihara Dhamma Mukti dan para panditaBuddhis.Bincang-bincangbersama Bapak Pandita MardiantoAdapun Ketua Dayaka Vihara Dhamma Muktiini adalah Pak Sudomo dan wakil ketuanya adalah PakMardianto. Di sela-sela waktu istirahat setelahmelakukan bakti sosial, tim redaksi beruntung bisabertemu dan mendapat kesempatan berbincangbincangdengan Pak Mardianto. Dari beliau inilahbeberapa informasi mengenai vihara ini dankegiatannya bisa dipaparkan lebih detail. Jugainformasi mengenai jumlah vihara dan vihara-viharaTheravada apa saja yang ada di Banyuwangi, bagaimanakegiatan umat Buddhanya, dan siapa ketua Dayakanya.Dari sini, kami mengetahui bahwa ternyata total ada 20vihara di Banyuwangi, tetapi hanya 14 vihara yangbermazhab Theravada. Berikut ini adalah informasimengenai vihara-vihara binaan STI yang ada di seluruhBanyuwangi yang tersebar dalam 3 wilayah, yaitu:1. Wilayah Banyuwangi pusat2. Wilayah Pesanggaran, Kabupaten Pesarongan3. Wilayah Srono


vihara di wilayah banyuwangi pusat1. Vihara Dhamma Mukti2. Vihara Dhamma Sari3. Vihara Dhamma Santi4. Vihara Dhammaharja5. Vihara DhammasagaraDi wilayah ini, dari 400 kepala keluarga, sekitar 370kepala keluarga beragama Buddha. Dalam kesempatanbakti sosial ini, kami hanya dapat mengunjungi 3 viharalainnya selain Vihara Dhamma Mukti, yakni ViharaDhamma Sari, Vihara Dhamma Santi, dan ViharaDhammaharja. Informasi mengenai 3 vihara ini akandibahas pada bagian selanjutnya.vihara di wilayah pesanggaran, kabupaten sarongan1. Vihara Ratana Loka DhammaKetua Dayaka Sabha: Bapak Rajiman2. Vihara Dhamma AgungKetua Dayaka Sabha: Bapak Mualam3. Vihara Dhamma MangalaKetua Dayaka Sabha: Bapak Poniran4. Vihara Dhamma KertiKetua Dayaka Sabha: Bapak Parjio5. Vihara Dhamma YuktiKetua Dayaka Sabha: Bapak Asir6. Vihara Dhamma Santi7. Vihara Panca BalaKetua Dayaka Sabha: Bapak Rohani8. Vihara Tirtawana JayaKetua Dayaka Sabha: Bapak Mulyonovihara di wilayah sronoDi wilayah desa ini, hanya ada 1 vihara Theravada yangdibina oleh STI, yaitu Vihara Dhamma Sarana.Walaupun 6 vihara lainnya adalah vihara yang non-Theravada, namun tidak berarti di antara vihara-viharatersebut tidak saling berkomunikasi. Mereka tetapmenjunjung tinggi sikap saling menghormati, bahkansikap kekeluargaan juga tetap dipegang erat. Hal inidibuktikan setiap kali ada acara atau pesta kesenianrakyat yang diadakan di bangunan serba guna, atauevent Buddhis misalnya Waisak, Magha Puja, danKathina di salah satu vihara, maka vihara-viharalainnya juga diundang, termasuk yang non-Theravada.Menjaga keharmonisan sebagai sesama umatBuddha walaupun berbeda sekte sangatlah penting.Tidak berarti bahwa jika kita bergaul dekat dengansekte Buddha lainnya, kita meninggalkan ajaranBuddha sekte Theravada. Tidak berarti pula kitamenerima ajaran Buddha sekte lain sepenuhnya. Sikapsaling menghormati sesama umat Buddha beda sekteini hendaknya tidak hanya menjadi sesuatu yangdiucapkan tetapi juga diwujudkan dalam suatutindakan nyata.Dalam hal ini, menghindarisikap pengkotak-kotakkan diridan perasaan bahwa ”aku” iniTheravada, Mahayana,Tantrayana. Pengakuan diri danpengkotakan yang demikianmemang sering tanpa kitasadari telah kita ciptakansendiri. Bolehlah kita merasabahwa Theravada sekte yangpaling cocok bagi kita; kitamenjunjung tinggi ajaranBuddha sekte ini; kita begituingin mengembangkan ajaranBuddha Dhamma yangberaliran murni Theravada;tetapi seringkali kita lupauntuk memahami danmelaksanakan ajaran Buddhaitu sendiri.Bagaimana kita mengamalkan dan menerapkan ajaranSang Buddha Gautama yang sesungguhnya adalahterletak pada sejauh mana kita bisa memahami danmengerti teori Dhamma dari kitab suci, buku-bukumaupun ceramah Dhamma, kemudian bagaimana kitamenuangkan pemahaman dari teori tersebut ke dalampraktek nyata kehidupan sehari-hari; yang mana bisadimulai dari hal yang sangat kecil, hal sederhana yangkadang luput dari perhatian karena kesadaran kitasudah tertutup oleh ”program-program” yang terbentukdi alam bawah sadar kita, yang bisa disebut kebiasaan.Di mana kita bisa memulai mempraktekkan Dhamma?Jawabannya adalah dari diri sendiri. Lihatlah ke dalamdiri sendiri apa yang diperbuat, maka baru bisamemahami yang ada di luar diri kita. Dhammasesungguhnya berada sangat dekat dengan kita, dan iapun dapat dibuktikan keberadaannya.


Jadi, hendaknyalah kita dapat bergaul dengansemua sekte Buddhis yang ada, juga tentu saja denganumat beragama lain. Bersikap rendah hati dan salingmenghargai adalah sikap awal yang baik untukmembina hubungan dengan sekte lain. Jika Andapernah mencoba hal demikian, itu sudah bagus. Namun,jika kemudian timbul konflik atau gesekan denganlingkungan di mana kita mencoba mempraktekkanDhamma yang murni, maka saat itu kita bisa mengingatkembali ajaran Sang Buddha tentang Jalan TengahMulia Berunsur Delapan. Pada Jalan Tengah inilahsesungguhnya terdapat jawaban yang memuaskan ataskonflik yang terjadi. Cukup mengingat kata 'JalanTengah' saja, terkadang dapat membuat pikiran positifkita bekerja untuk menyelesaikan suatu persoalandengan cara yang adil dan bijaksana, dengan sebisamungkin tidak membuat orang lain menderita dan kitasendiri pun bahagia. Seringkali kita terjebak dalamkonsep yang kita buat sendiri.Seperti kasus pengakuan diriterhadap sekte Buddhis tertentusecara berlebihan, yang membuatkita tak dapat bersentuhan denganDhamma yang sesungguhnya.Karena makin kuat pengakuan itu,makin jauhlah kita dari jalan yangtelah ditunjukkan Sang Buddha.Mungkin lebih tepat jika dikatakan,timbul fanatisme dalam diri kitaterhadap ajaran Buddha, mengingattingkat pemahaman tiap orang akanDhamma berbeda-beda. Ada yangmempunyai level kebijaksanaantinggi sehingga bisa mudahmenyerap dan mengerti Dhamma,tetapi tak jarang pula tipe seperti initerjebak dalam kesombongannya sendiri saatpengertian Dhamma yang bisa dijangkaunya dirasalebih tinggi dari yang lain. Hal ini bisa terjadidikarenakan penerapan Dhamma ke arah prakteknyamasih minim. Ia terjebak dalam teori dari buku-bukuDhamma yang dibacanya dan juga pada konsep-konsepyang berupa kesimpulan-kesimpulan yang dibuatnyasendiri berdasarkan pemikiran saat itu. Bisadiibaratkan hanya tahu kulitnya, tapi tidak merasakanisinya. Tidak ada yang salah dengan teori dalam bukubukuDhamma yang ada, tetapi ada yang salah denganpemikiran kita karena kita tidak bisa memahamibagaimana pikiran itu bekerja.Seperti yang Sang Buddha katakan, Dhammaitu indah pada awal, tengah, dan akhirnya, tapi tidaklahmudah untuk mempraktekkan Dhamma. DiperlukanDhamma itu indahpada awal, tengah, danakhirnya, tapi tidaklahmudah untukmempraktekkanDhamma. Diperlukankesungguhan tekad,kesiapan mental, dankesadaran untukmembuktikanindahnya Dhamma...kesungguhan tekad, kesiapan mental, dan kesadaranuntuk membuktikan indahnya Dhamma. Kesungguhantekad untuk melaksanakan Dhamma dengan maubelajar terus tanpa berhenti; belajar teori danmempraktekkan dalam kehidupan nyata; kesiapanmental untuk menerima yang patut diterima danmemperbaiki pola pikir; serta kesadaran untukmengorbankan apa yang disebut ”milikku” untukmeraih kebahagiaan dalam arti yang sesungguhnya;yang sekali lagi, bisa dimulai dari hal-hal yangsederhana.Berbincang-bincang dengan wakil ketuadayaka Vihara Dhamma Mukti ini membuat kamiteringat akan sikap dan pribadi luhur seorang Bhanteyang hampir 10 tahun lamanya tiada, yakni BhanteGirirakkhito Mahathera; seorang Bhikkhu senior yangmenjadi teladan bagi banyak orang,baik dari kalangan Buddhis maupunnon-Buddhis. Bahkan dalam lingkupBuddhis sendiri, Beliau dapatditerima oleh semua golongan yangada, oleh semua sekte yang ada.Beliau dapat mengayomi semuaumat Buddha, tidak hanya terbataspada satu sekte saja. Inilah yang bisadikatakan, seorang yang memegangteguh prinsip-prinsip ajaran agamaBuddha. Sudah semakin sedikitorang-orang seperti Beliau ini yangmau bekerja demi Dhamma tanpakenal lelah sampai akhir hidupnya.Maka, jika sikap seperti ini bisa kitateladani, khususnya bagi paragenerasi muda Buddhis maka agamaBuddha akan bisa tumbuh berkembang dan membawakebahagiaan bagi banyak orang karena Dhamma itusendiri sudah dipahami dalam prakteknya. Tidak akanada lagi sikap kekanak-kanakan yang mengikutiseorang Buddhis; yang meributkan hal-hal sepelesehingga mengabaikan dan mempersempit wawasanberpikir secara Buddhis. Melainkan kita akan mampuberjiwa besar, tidak sombong, tidak serakah, tidakdiliputi kebencian; yang ada adalah perasaan cintakasih dan kasih sayang yang murni kepada semuamakhluk. Tidak memperbesar persoalan kecil, dandapat memadamkan persoalan besar. Melupakandendam, dan saling bergandeng tangan untuk bersamasamamaju dalam Dhamma dengan tetap memegangteguh prinsip-prinsip ajaran Sang Buddha.


Mempraktekkan Dhamma tidak bergantungpada usia, karenanya segeralah banyak melakukanpraktek yang nyata. Misalnya, mulai denganmenjalankan Pancasila Buddhis dengan benar. Untukdapat mengenali diri sendiri dalam porsi yang adil,maka bisa mengikuti retreat atau latihan VipassanaBhavana, yang saat ini sudah banyak diprogramkanoleh vihara-vihara atau tempat meditasi. Sungguh suatukesadaran yang menggembirakan! Selain itu, untukmengenal ajaran Sang Buddha secara lebih mendalammaka dapat mengikuti kursus Abhidhamma.Mempelajari Abhidhamma sesungguhnya dapatmenjadi penopang awal bagi kita yang akan memulailatihan Vipassana karena kita bisa memahamibagaimana jalan pikiran bekerja, dan mengerti sabdaSang Buddha dengan jelas.Di akhir perbincangan dengan PakMardianto, tim redaksi tak lupa untuk meminta sedikitsaran dan pesan Beliau sebagai bahan masukan bagikita semua. Beliau berpesan agar kita lebih seringmengadakan hubungan dengan sesama umat di luardaerah Surabaya. Tujuannya agar terjalin komunikasidan interaksi yang baik. Apa yang lebih pada diri kitabisa ditransfer kepada umat di Banyuwangi dandemikian sebaliknya. Beliau juga berharap, belajarDhamma bukan sekedar untuk hiburan semata danmenyenangkan batin sesaat, tetapi lebih kepada prosespendidikan dan pemahaman ajaran Buddha itu sendiri.Ini bisa dianalogikan seperti pergi ke vihara,seharusnya pula kita mengetahui tujuan kita datang kevihara; apakah hanya sekedar untuk menjalankan ritualkebaktian, untuk menenangkan batin sesaat, atauuntuk mengenal Dhamma lebih dalam – melaluimendengar, melihat, dan mempraktekkan untukmembuktikan kebenaran ajaran Sang Buddha. Kamijuga sempat menanyakan kebutuhan apa yang saat inidiperlukan oleh Vihara Dhamma Mukti. Ternyatamereka membutuhkan buku-buku pengetahuan yangberintisarikan ajaran Sang Buddha, dengan kata-katayang simple dan jelas. Tampak juga mereka sebenarnyamembutuhkan tenaga pengajar dan pendidik untukmembantu sekolah minggu vihara, karena saat inihanya ada 1 guru sekolah minggu. Adapun kendala yangmereka hadapi adalah belum adanya kurikulumpendidikan untuk anak-anak yang jelas dan terarah,yaitu kurikulum dengan bahan yang tepat materi dansasaran. Sehingga Dhamma Sang Buddha yang begituindahnya itu bisa menyentuh kesadaran anak-anakBuddhis sejak dini. Jika sedari kecil mereka sudahmemiliki pemahaman yang baik dan benar tentangajaran Sang Buddha maka mereka akan bisa tumbuhmenjadi manusia-manusia yang bijaksana dan sehatsecara mental spiritual. Regenerasi orang-orang yangbisa mengerti hukum kebenaran dan menjadi pembabarDhamma bergantung pada kita saat ini, demikian puladengan kualitasnya. Bukankah ini yang kita harapkanbersama?viharadhamma sariPerjalanan kami berikutnya setelahmengadakan baksos adalah mengunjungi ViharaDhamma Sari, yang letaknya tak jauh dari ViharaDhamma Mukti, yakni di desa Bulusari. Ternyata viharaini masih dalam tahap pembangunan sehingga yangtampak jadi adalah ruang yang dikhususkan untukDhammasala. Ruang ini pun berupa bangunan tanpapenutup dinding di bagian sampingnya sehinggamenyerupai bangunan terbuka. Pada kesempatan ini,kami bertemu dengan beberapa warga di sana, salahsatunya Pak Tukiman yang bercerita bahwa awalberdirinya vihara ini adalah dari sumbangan sukarelapara umat sebesar Rp 25 tiap minggu, mulai tahun 1976-1978. Kemudian besar sumbangan meningkat menjadiRp 100. Demikian seterusnya, sedikit demi sedikitpengumpulan dana meningkat menjadi Rp 1000, Rp1250, dan seterusnya. Juga setiap kali melakukankegiatan Anjangsana, mereka tetap mengumpulkandana. Hal itu mereka lakukan dengan keikhlasan dantanpa penyesalan. Kemudian dari dana yang telahterkumpul, mereka mulai membangun vihara sekitartahun 1987. Mendengar awal mula mereka membangun


vihara ini, dengan pengorbanan dan perjuangan untukmenyisihkan setiap sen dari penghasilan, membuatkami juga tergerak untuk mengumpulkan dana saat itu,dan langsung memberikannya kepada Pak Mujionoyang menjabat sebagai Ketua Dayaka Sabha ViharaDhamma Sari.viharadhamma santitersebut berlangsung, setahap demi setahap. Perlu jugaadanya penggalangan dana yang baik dan bertanggungjawab, artinya dana yang diberikan umat murnidigunakan untuk membangun vihara beserta saranasarananya.Yang perlu diperhatikan juga bahwa viharatersebut dibangun sesuai dengan tujuan awalnya, yakniuntuk tempat menghormati dan melaksanakan ajaranSang Buddha; tidaklah begitu penting besar ataumewahnya vihara tersebut. Akan menjadi sia-sia jikavihara sudah dibangun sedemikian megahnya, tetapiternyata umatnya tidak mengerti ajaran Sang Buddha,tidak tahu bagaimana harus praktek Dhamma.Vihara yang berlokasi di Desa Curahjati, ± 3 kmdari pantai selatan Desa Grajagan ini memang terletakcukup jauh dari 2 vihara sebelumnya. Perjalanannyapun memakan waktu hampir 1,5 jam. Di sepanjangperjalanan, kami melewati hutan yang banyakditumbuhi pohon jati. Saat itu, sangat terasa suasanaalamnya yang masih alami. Sampai di Vihara DhammaSanti, kami disambut beberapa umat dan warga di sana.Dilihat dari segi bangunannya, vihara ini sudah jadi danmemang tampak lebih bagus dari vihara sebelumnya.Ternyata vihara ini dibangun dalam waktu yang cukupsingkat, yakni 10 bulan yang dimulai pada tahun 2005.Bagaimana bisa secepat itu? Menurut Bhante, kuncinyaterletak pada usaha yang ”sedikit bicara tapi banyakberkarya”. Tentunya usaha dan kerja keras diperlukandalam hal ini. Bersama umat dan warga sekitar viharabahu-membahu membangun vihara. Membangunvihara yang penting bukan bagaimana jadinya viharatersebut nanti, tapi bagaimana proses pembangunanUmat di vihara ini juga mengukir prestasidalam beberapa perlombaan, yaitu meraih peringkat IIpada saat menjadi Duta Vihara Jatim dalam Lomba LaguBuddhis yang diadakan oleh DPD Wandani Jatim, Juara ILomba Seni Baca Dhammapada Tingkat Anak-anak danDewasa. Ini tentu tak lepas dari kerjasama danhubungan yang terjalin baik antara umat dan DayakaSabha Vihara Dhamma Santi, yang saat ini diketuai olehPak Haryono.Untuk jadwal kegiatan harian, aktivitas yangdilakukan para umat di vihara ini berjalan cukup lancar,mencakup kegiatan sekolah minggu, kebaktian umum,pendidikan bagi anak SD dan SMP, serta kegiatanAnjangsana setiap 2 kali seminggu. Dengan frekuensikegiatan yang hampir setiap hari, para umat danDayaka bisa saling bertatap muka dan memperdalamDhamma melalui diskusi bersama. Komunikasi inipenting untuk membangun kebersamaan yang indah didalam Dhamma.


viharadhammaharjadapat menghayati lagu tersebut, akan membuat kitatidak sekedar bersujud di hadapan rupang SangBuddha, tapi bisa mengingat betapa mulia dan luhurnyaSang Buddha. Betapa seorang yang telah sempurnapengetahuan-Nya, sempurna kebijaksanaan-Nya, maumembabarkan ajaran-Nya yang sangat luar biasa; yangtelah berkorban begitu besar karena cinta kasih-Nyakepada semua makhluk di dunia.Sesungguhnya, tak ada yang lebih berharga daripadamempraktekkan Dhamma dalam kehidupan kita.Karenanya kita patut berbahagia juga melihat bahwa disuatu tempat yang jauh dari kita, Dhamma SangBuddha juga dipraktekkan. Mengetahui bahwaDhamma masih lestari sampai saat ini, patut kitasyukuri. Namun jangan pula menjadi lengah sehinggamelupakan praktek dan tenggelam oleh nafsu duniawi.Vihara yang terletak di Desa Sidoharjo (ataubiasa disebut Candi oleh warga) ini merupakan viharaterakhir yang kami kunjungi sebelum kembali ke ViharaDhamma Mukti dari perjalanan baksos ini. Letaknyatidak terlalu jauh dari Vihara Dhamma Mukti. AdapunKetua Dayaka Sabha vihara ini adalah Pak Gito.Mengakhiri perjalanan bakti sosial ini, kamisegenap pengurus Vihara Dhammadipa Surabayamengucapkan terima kasih kepada saudara-saudarise-Dhamma di Banyuwangi, semoga kita semuamemperoleh kemajuan yang sesungguhnya didalam Dhamma...beberapa hal yang dapat disimpulkan darikunjungan ke vihara-vihara di banyuwangi adalahsebagai berikut.Bentuk bangunan vihara-vihara di Banyuwangi inikurang lebih hampir sama, yakni adanya ruangDhammasala dengan desain bangunan yang terbuka,tampak asri dan nyaman. Namun tak mengurangikekhidmatan dalam menjalankan kebaktian maupunmendengarkan Dhammadesana. Sesekali berada dilingkungan alam yang terbuka sambil mendengarkanDhamma mungkin bisa jadi lebih mengasikkandaripada dalam ruangan yang selalu tertutup.Setiap kali akan memulai kebaktian, para umat disetiap vihara di Banyuwangi yang kami kunjungi selalumenyanyikan lagu ‘Kami Memuja’, di mana saat ituBhante atau pemimpin puja bakti akan menyalakanlilin, dupa, dan bersujud di hadapan Buddha rupang.Saat itu, kita bisa lebih merasakan dekat dengan ajaranSang Buddha, walaupun hanya melalui lagu, tapi jika


A J A H N C H A Horang bijak


"Do everything with a mind that lets go”Venerable Ajahn Chah dilahirkan pada 17 Juni 1918 di sebuah desa kecil dekatkota Ubon Rajathani, Thailand bagian timur laut. Setelah menyelesaikan sekolah dasar,beliau menghabiskan tiga tahun untuk menjalani masa percobaan kebhikkhuansebelum kembali menjalani kehidupan normal membantu orang tuanya di sawah. Padausianya yang keduapuluh, Beliau memutuskan untuk meneruskan kehidupankebhikkhuannya, dan pada bulan April 1939, Beliau menerima upasampada.Kehidupan awal Ajahn Chah sebagai bhikkhu dijalaninya dengan mengikutipola tradisional, yaitu dengan belajar Buddhisme dan bahasa Pali. Pada tahun kelima,ayah Beliau menderita sakit keras dan kemudian meninggal, mengingatkan AjahnChah akan kelemahan dan penderitaan hidup manusia. Hal ini menyebabkan Beliauberpikir secara dalam tentang tujuan hidup yang sebenarnya, meskipun Beliau telahbelajar secara serius dan mendapatkan kemampuan berbahasa Pali, Beliau merasasangat jauh dari pengertian tentang akhir dari penderitaan hidup. Merasa kekecewaanmulai muncul, akhirnya pada 1946 Beliau meninggalkan masa pembelajarannya danmulai memasuki kehidupan sebagai pertapa.Beliau berjalan sejauh 400 km ke Thailand bagian tengah, tidur di tengahhutan, dan menerima sedekah makanan di desa-desa sepanjang perjalanannya. Beliaukemudian memutuskan untuk tinggal di sebuah vihara dan menjalankan vinaya secarapenuh. Ketika berada di sana, Beliau diberitahu tentang Venerable Ajahn MunBuridatto, seorang guru meditasi yang sangat dihormati pada saat itu. Keinginannyauntuk bertemu dengan seorang guru yang pandai, Ajahn Chah memulai perjalanannyake arah timur laut untuk mencari Ajahn Mun.Pada waktu itu, Ajahn Chah mendapati masalah bahwa Beliau telahmempelajari banyak ilmu tentang moralitas dan meditasi, secara sangat terperinci dandalam, namun Beliau tidak mampu menemukan cara untuk mempraktekkan semuayang telah diperolehnya itu. Ajahn Mun berkata kepadanya, meskipun ajaran-ajaranterasa sangat berat, namun ajaran-ajaran itu memiliki inti yang sangat sederhana.Dengan perhatian murni (mindfulness) yang terbangun, jika segala sesuatu tampakseperti muncul dari hati pikiran, maka di sanalah ada jalan yang benar untuk praktek.Ajaran yang langsung dan singkat ini merupakan sebuah penerangan bagi Ajahn Chah,dan setelahnya mengubah cara pandang Beliau tentang praktek ajaran. Baginya, SangJalan telah jelas.


Orang-orang sering bertanya-tanya tentang latihan saya, bagaimana saya memersiapkan pikiran saya untuk bermeditasi.Tidak ada sesuatu yang khusus, saya hanya memertahankannya pada tempat yang selayaknya. Mereka bertanya, “Kalaudemikian, apakah Anda seorang arahat?” Apakah saya mengetahui? Saya bagaikan sebatang pohon di tengah hutan, yangpenuh dengan daun, buah, dan bunga. Burung-burung beterbangan dan datang bersarang, dan hewan-hewan berlindung diantara kerimbunannya. Walaupun demikian, pohon itu sendiri tidak mengetahuinya. Pohon itu hanya mengikuti jaluralaminya. Pohon itu bertindak sebagai pohon, apa adanya.Selama tujuh tahun berikutnya, Ajahn Chah menjalankan latihan dalam gayaTradisi Hutan yang keras, tidak mengherankan mengingat daerah di sana merupakantempat yang sesuai untuk mengembangkan meditasi. Beliau tinggal di hutan yangpenuh dengan binatang yang berbahaya seperti harimau dan kobra. Resiko kematianyang Beliau alami di sana digunakannya untuk menemukan makna sebenarnya darikehidupan. Pada suatu saat, Beliau menjalankan latihan di tanah kremasi, untukmenantang dan mengatasi ketakutannya akan kematian. Pada waktu yang lain, Beliaududuk di bawah hujan badai dan dingin, merasakan kesepian sebagai bhikkhu yangtidak memiliki tempat tinggal yang tetap.Pada tahun 1954, bertahun-tahun setelah pencarian, Beliau diajak untukkembali ke kampung halamannya. Beliau akhirnya tiba di suatu tempat yang telahlama dicarinya, yaitu hutan Pah Pong, dalam kondisi sakit-sakitan dan kekuranganmakanan. Namun pada saat itu, Ajahn Chah mendapati murid-muridnya semakinmeningkat jumlahnya. Di sanalah asal mula vihara yang kenal dengan Wat Pah Pongdidirikan, dan setelah itu vihara-vihara cabang lainnya dibangun di mana-mana.Pada 1967, Ajahn Chah menerima seorang murid dari Amerika yang kemudiandikenal sebagai Ajahn Sumedho. Pada saat itu, Ajahn Sumedho yang sedang menjalanilatihan meditasi secara intensif di sebuah vihara dekat perbatasan Laotian, menyadaribahwa dia memerlukan seorang guru yang dapat mengajarkannya segala aspekkehidupan kebhikkhuan. Kebetulan ada salah seorang murid Ajahn Chah sedangmengunjungi vihara tersebut dan menceritakan tentang keberadaan Ajahn Chahkepada Bhikkhu Sumedho. Setelah itu, Bhikkhu Sumedho pun berangkat menemuiAjahn Chah untuk berguru.Ajahn Chah dengan senang hati bersedia menerima siswa baru, tanpaperlakuan khusus meskipun Bhikkhu Sumedho adalah orang Barat. Bhikkhu Sumedhotetap diharuskan untuk menerima sedekah makanan apa adanya dan menjalani latihanyang sama dengan bhikkhu-bhikkhu lainnya di sana.Latihan di sana sungguh keras dan banyak sekali pantangan. Ajahn Chahkerapkali menekan siswa-siswanya hingga batas kemampuan mereka, untuk mengujikekuatan dan daya tahan mereka, sehingga mereka dapat mengembangkan kesabaranmereka. Beliau terkadang memberikan tugas yang panjang dan tidak pasti, hanyauntuk mengurangi kemelekatan mereka terhadap ketenangan. Tekanan yang diberikanselalu berkompromi dengan keadaan sebagaimana adanya, dan tekanan yang kerasterutama diletakkan pada kepatuhan dalam menjalankan vinaya.


Di kemudian hari, banyak orang Barat yang datang berkunjung ke Wat Pah Pong untukberlatih meditasi. Pada saat Bhikkhu Sumedho telah menjalani masa vassa kelimanya,Ajahn Chah memberikan kepercayaan kepadanya untuk mengajar meditasi. Beberapabhikkhu baru yang datang berkunjung memutuskan untuk menetap dan menjalanilatihan di sana.Pada 1977, Ajahn Chah diundang untuk mengunjungi Inggris olehperkumpulan Sangha Inggris. Dasar kunjungan ini adalah kegiatan amal dengantujuan mendukung Sangha lokal di Inggris. Beliau mengajak Bhikkhu Sumedho danBhikkhu Khemadhammo ikut serta dalam kunjungan tersebut, dan karena merekamelihat sesuatu hal yang menarik, mereka memutuskan tinggal di London, di ViharaHampstead (bersama dengan dua siswa Ajahn Chah yang lainnya). Pada tahun 1979,Beliau kembali ke Inggris, dan kemudian pergi ke Amerika dan Kanada untukmengajar di sana.Sepulangnya dari perjalanan, kesehatan Beliau mulai memburuk akibatpenyakit diabetes yang dideritanya. Rasa sakit yang dirasakannya kerap digunakanbeliau sebagai obyek perenungan (meditasi) terhadap fenomena ketidakkekalan. Beliauselalu mengingatkan orang-orang untuk berusaha keras mencari perlindungan didalam diri masing-masing, jadi tidak selalu mengandalkan guru. Hal ini dikarenakanAjahn Chah merasa dirinya tidak akan mampu mengajar lebih lama lagi. Sebelum masavassa pada tahun 1981 berakhir, Beliau menjalani operasi di Bangkok yang sedikitbanyak memulihkan kondisinya. Dalam beberapa bulan kemudian, Beliau sama sekalitidak berbicara, dan secara signifikan mulai kehilangan kendali atas anggotatubuhnya. Beliau perlahan menjadi lumpuh, dan hanya dapat beraktivitas di atastempat tidurnya. Para siswanya dengan penuh perhatian merawat gurunya sebagaiungkapan terima kasih dan rasa hormat terhadap guru yang telah dengan sabar danpenuh cinta kasih menunjukkan jalan kepada banyak orang.Setelah menjalani sepuluh tahun yang mengagumkan dalam kondisi sakit,Ajahn Chah akhirnya meninggal dunia pada tanggal 16 Januari 1992. Lebih dari satujuta orang menghadiri pemakaman beliau, termasuk keluarga kerajaan Thailand.Ajahn Chah mewariskan komunitas vihara yang berkembang dengan sangat pesat sertapara pengikut ajarannya yang tersebar di Thailand dan Inggris, Amerika Serikat, Swiss,Italia, Australia, dan Selandia baru. Praktek akan ajaran Sang Buddha terus berlanjutdengan membawa inspirasi dari guru meditasi yang hebat ini.


“Beautiful Quotesof Ajahn Chah“When one does not understand death, life can be veryconfusing.""The Dhamma has to be found by looking into your ownheart and seeing that which is true and that which is not,that which is balanced and that which is not balanced.""Only one book is worth reading: the heart.""Don’t think that only sitting with the eyes closed ispractice. If you do think this way, then quickly changeyour thinking. Steady practice is keeping mindful in everyposture, whether sitting, walking, standing or lying down.When coming out of sitting, don’t think that you’recoming out of meditation, but that you are only changingpostures. If you reflect in this way, you will have peace.Wherever you are, you will have this attitude of practicewith you constantly. You will have a steady awarenesswithin yourself.""When sitting in meditation, say, “That’s not mybusiness!” with every thought that comes by.""The heart of the path is quite easy. There’s no need toexplain anything at length. Let go of love and hate and letthings be. That’s all that I do in my own practice.""We practice to learn how to let go, not how to increaseour holding on to things. Enlightenment appears whenyou stop wanting anything.""If you let go a little, you will have a little peace. If you letgo a lot, you will have a lot of peace. If you let gocompletely, you will have complete peace.""You are your own teacher. Looking for teachers can’tsolve your own doubts. Investigate yourself to find thetruth - inside, not outside. Knowing yourself is mostimportant.""Try to be mindful and let things take their natural course.Then your mind will become still in any surroundings,like a clear forest pool. All kinds of wonderful, rareanimals will come to drink at the pool, and you will clearlysee the nature of all things. You will see many strange andwonderful things come and go, but you will be still. This isthe happiness of the Buddha.”“


jalan-jalanKushinagaraWhere Buddha Gotama Entered MahaparinibbanaTEMPAT PERSINGGAHAN TERAKHIR DARI PERJALANANZIARAH UMAT BUDDHA ADALAH KUSHINAGARA (ATAUJUGA DISEBUT KUSINARA), TEMPAT DI MANA SANGBUDDHA MENCAPAI PARINIBBANA. TEMPAT INIMERUPAKAN PENCAPAIAN TERJAUH BUDDHA GOTAMADALAM PERJALANAN HIDUP BELIAU YANG TERAKHIR,MENJADI SI<strong>MB</strong>OL PENELUSURAN JEJAK-JEJAKPERJALANAN KEHIDUPAN YANG TELAH BELIAU JALANISELAMA PULUHAN TAHUN SETELAH MENINGGALKANThus I Have Heard...Ketika Sang Buddha memasuki usiakedelapan puluh satu, Beliau memberikanpembabaran dhamma-Nya yang terakhir–topiknya adalah tentang tiga puluh tujuhsayap penerangan sempurna- dan kemudianbersama Ananda melakukan perjalananmenuju Utara. Setelah beristirahat di Nalanda,Beliau menyeberangi sungai Gangga untukterakhir kalinya, pada lokasi di mana Patnasekarang berdiri, dan kemudian tiba di desaBeluva. Di desa ini, Sang Buddha jatuh sakit,namun Beliau menahan rasa sakit-Nya, danmelanjutkan perjalanan ke Vaisali. Ini adalahkota di mana Sang Buddha sering menetapyaitu di sebuah taman yang indah yangmemang disediakan untuk Beliau. Lokasi inijuga merupakan tempat pemutaran rodadhamma yang ketiga.


Pada waktu berada di Vaisali, Sang Buddha menyebutkankemampuan seorang Buddha untuk tetap hidup hingga akhir masaribuan tahun kepada Ananda, namun Ananda tidak dapatmencerapnya. Ananda pada akhirnya mengerti, dan memohonkepada Sang Buddha untuk hidup lebih lama lagi, Sang Buddhamenolaknya karena menurut Beliau, permohonan Ananda sudahterlambat.Kemudian Sang Buddha melanjutkan perjalanan ke Pava.Di sana, Beliau ditawarkan makanan yang mengandung daging olehKunda, anak seorang pandai besi. Dikatakan bahwa para Buddha didunia ini memakan makanan yang mengandung daging padamalam sebelum mereka wafat. Sang Buddha menerima makananitu, namun berusaha agar tidak seorang pun ikut memakannya.Kemudian diketahui bahwa makanan tersebut ternyatamengandung racun. Sang Buddha mengatakan bahwa kebaikanyang dilakukan dengan berdana makanan yang terakhir seorangBuddha sama besarnya dengan berdana makanan kepada seorangBuddha sesaat sebelum pencapaian penerangan sempurna.Sebelum menuju Kushinagar, Sang Buddha beristirahat disebuah desa di mana Beliau bertemu dengan seorang pengendarakaravan yang bernama Malla. Karena terpana oleh ajaran SangBuddha, Malla menawarkan dua buah pakaian yang terbuat dariemas yang berkilau kepada Sang Buddha. Namun, diceritakanbahwa pakaian-pakaian tersebut masih kalah cemerlang daricahaya yang terpancar dari tubuh Sang Buddha. Dikatakan bahwakulit seorang Buddha akan menjadi luar biasa cemerlang padamalam ketika mencapai penerangan sempurna dan pada malamsebelum wafat.Keesokan harinya, ketika Sang Buddha dan Ananda tiba ditepi sungai Hiranyavati, di selatan Kushinagara, Sang Buddhamenyarankan agar mereka pergi ke hutan sala milik Malla. Dihutan itu, di antara dua pasang pohon yang tinggi, Sang Buddhamenyandarkan sisi sebelah kanan tubuh-Nya dalam posturmenyerupai seekor singa, dengan kepala menghadap ke arah utara.Ananda bertanya kepada Sang Buddha, apabila Rajgir atauShravasti, keduanya kota besar, mungkin akan lebih sesuai sebagaitempat bagi Sang Buddha untuk wafat. Sang Buddha menjawabbahwa pada kehidupan yang lampau sebagai bodhisatva, tempat inipernah menjadi tempat yang baik, dan pada saat itu tidak ada lagitempat yang lebih layak dan agung.


Para penduduk Kushinagar yang telah mendapatinformasi bahwa Sang Buddha akan wafat, segera datang melihatSang Buddha untuk memberi hormat. Di antara mereka, adaseorang bernama Subhadra, pertapa yang telah berusia 120 tahunyang sangat menghormati Sang Buddha, namun keinginannyauntuk menjadi anggota Sangha telah ditolak sebanyak tiga kali olehAnanda. Bagaimanapun juga, Sang Buddha memanggil pertapa ituke sisi-Nya, kemudian menjawab pertanyaan Subhadra tentangenam pandangan salah, dan membuka pikirannya mengenaikebenaran Dhamma. Subhadra diminta untuk bergabung denganSangha dan kemudian menjadi bhikkhu terakhir yang ditahbiskanlangsung oleh Sang Buddha. Subhadra kemudian bermeditasi,dengan cepat mencapai arahat, dan mencapai parinibbana sesaatsebelum Sang Buddha.Ketika malam menjelang, Sang Buddha bertanya kepadapara siswa-Nya sebanyak tiga kali apakah masih ada kebingunganyang tersisa mengenai pandangan atau disiplin. Namun para siswahanya diam, dan kemudian Sang Buddha memberikan nasihat:“Ketidakkekalan merupakan sifat dari segala sesuatu. Perjuangkankeselamatanmu sendiri dengan ketekunan.” Kemudian, setelahmelalui pencerapan meditatif, Buddha Gotama mencapaiparinibbana (parinibbana berarti Nibbana yang telah lengkap),padabulan purnama di bulan Vaisakha (April-Mei) pada sekitar tahun487-483 SM. Pada saat itu, digambarkan bumi bergetar, bintangbintangberjatuhan di langit, langit terlihat bercahaya dari sepuluharah, dan udara dipenuhi oleh musik yang damai. Jenazah SangBuddha dimandikan sekali lagi, dan kemudian dibungkus dalamribuan kain kafan, dan diletakkan di sebuah peti yang terbuat daribahan-bahan yang berharga.Selama tujuh hari, peti itu dibawa menuju tempat kremasidalam prosesi yang sangat agung yang dipersiapkan oleh Anirudha,sepupu dan pengikut Sang Buddha. Pada saat menjelang kremasi,setelah segala sesuatu telah dipersiapkan untuk pembakaran,dipercaya bahwa pada saat itu api tidak akan menyala sebelumMaha Kasappa tiba. Ketika siswa Sang Buddha ini tiba, setelahbeliau memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, secaraspontan api menyala.Setelah proses kremasi selesai, abu jasad Sang Buddhadiperiksa untuk dijadikan relik. Hanya tulang tengkorak, gigi, dankain kafan yang masih tersisa. Beberapa penduduk Kushinagarapada awalnya berpikir bahwa mereka sangat beruntung dapat


memiliki semua relik jasad Sang Buddha. Namun kemudian perwakilandari delapan negara bagian India kuno juga datang mengajukan klaim atasrelik-relik tersebut. Untuk menghindari konflik, pertapa Dronamenyarankan agar semua relik tersebut dibagi rata kepada semua negarabagian. Ada sumber yang menyatakan bahwa jasad Sang Buddhasebenarnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kepada para dewa, para naga,dan bagian terakhir untuk manusia. Bagian untuk manusia dibagi lagimenjadi delapan. Ada delapan orang yang mendapatkan bagian reliktersebut, dan mereka membawanya ke negara mereka masing-masing.Delapan stupa besar yang dibangun di sekeliling relik-relik itu. Di kemudianhari, relik-relik tersebut dibagi-bagi lagi setelah Raja Ashoka memutuskanuntuk membangun 84.000 stupa. Saat ini, relik Sang Buddha terdapat diberbagai stupa yang tersebar di berbagai penjuru Asia.NowadaysDi kemudian waktu, Fa Hien, seorang peziarah Tiongkok menemukan lokasi candi-candi diKushinagar, namun ketika Hsuan Chwang, seorang peziarah yang lain, tiba di sana, tempat itu telah nyarisdilupakan orang. Hsuan Chwang melihat sendiri stupa yang didirikan oleh Raja Ashoka yang menandaitempat di mana Sang Buddha menerima makanan terakhirnya di rumah Kunda. Sebagai peringatan kepadaperistiwa Mahaparinibbana, dibangun sebuah candi batu yang sangat besar yang memuat patung SangBuddha dalam posisi berbaring. Di samping candi tersebut terdapat puing-puing stupa candi Ashoka dansebuah pilar dengan tulisan-tulisan yang menggambarkan beberapa kejadian. Juga ada dua buah stupa lainyang memperingati kehidupan Sang Buddha sebelum parinibbana di tempat itu. Kedua peziarah Tiongkokdi atas menyebutkan sebuah stupa di mana Vajrapani, seorang pengawal Sang Buddha, melemparkantongkatnya dengan diliputi rasa cemas setelah Sang Buddha wafat. Tidak jauh dari sana, ada sebuah stupalagi yang berdiri tepat di tempat jasad Sang Buddha dikremasi dan terdapat sebuah stupa yang didirikanoleh Raja Ashoka di tempat relik Sang Buddha terbagi.


The Ramabhar Stupa:The Buddha's cremation place, KushinagaraKushinagara ditemukan kembali dan teridentifikasi sebelum akhir abad ke-20. Penggalian yangdilakukan pada lokasi menyingkap kenyataan bahwa tradisi kehidupan para bhikkhu berjalan dengansangat baik di sana dalam waktu yang sangat lama. Sisa-sisa bangunan dari sepuluh vihara yang berbedayang tercatat mulai dari abad keempat hingga abad kesebelas juga telah ditemukan. Sebagian besar daripuing-puing bangunan ini sekarang tertutup di sebuah teman, yang di tengah-tengahnya terdapat sebuahbangunan yang menaungi patung Buddha raksasa dalam posisi berbaring. Patung ini dibuat di Mathura dandibawa ke Kushinagara oleh bhikkhu Haribala pada masa pemerintahan Raja Kumaragupta (415-56 SM),raja yang diduga adalah pendiri perguruan Nalanda. Ketika pertama kali ditemukan pada tahun 1876,patung ini dalam keadaan rusak, sebelum akhirnya dipugar kembali. Di belakang bangunan tempat patungini, terdapat stupa besar dari zaman Gupta. Stupa ini diperbaiki oleh seorang dari Birma. Di dekat sanadapat dilihat sebuah vihara kecil yang dibangun di hutan sala yang dulu merupakan tempat Sang Buddhaparinibbana. Vihara ini pun sekarang telah diperbaiki. Di sebelah timur, terdapat sebuah stupa besar lagi,yang sekarang dinamakan Ramabhar, berdiri di tempat kremasi Sang Buddha.Pada satu sisi dari taman, sebuahkuil China dari zaman lampau, telah dibukakembali sebagai tempat latihan meditasiinternasional .Di sebelahnya, berdiri sebuahvihara Birma yang besar. Di sebelah selatantaman, berdiri sebuah biara Tibet denganstupa berciri khas Tibet di sebelahnya.Semua bangunan ini menyebabkankehidupan budaya Buddhis di Kushinagaratetap berdenyut sampai sekarang.Mahaparinirvana Temple, Kushinagara


Guide Map ofKushinagaraKompleks candi yang ada sekarang yaitu candi Mahaparinibbana, dibangun oleh pemerintah India padatahun 1956 sebagai bagian dari peringatan 2500 tahun Sang Buddha mencapai parinibbana. Di dalam candiini kita dapat melihat patung Sang Buddha dalam posisi berbaring yang terkenal itu, dengan bersandarpada sisi sebelah kanan tubuh-Nya dengan kepala menghadap ke arah utara. Panjangnya 6,1 m danbertumpu pada sebuah dipan dari batu. Di depannya terdapat tiga buah ukiran/pahatan, yang dipercayamereprentasikan Bhikkhu Ananda, Bhikkhu Subhadda, dan Bhikkhu Dabba Malla. Pada bagian tengah daridipan, terdapat tulisan inskripsi dari abad kelima Masehi, yang berisi pernyataan bahwa patung tersebutmerupakan pemberian dari bhikkhu Haribala dari Mahavihara, dan dirancang oleh Dinna.Proses penggalian situs Kusinagara menunjukkan bahwa candi yang asli dibangun dengan sebuah ruangbesar yang membujur dan pintu masuk menghadap ke arah barat. Batu-batu dalam jumlah yang sangatbesar dengan permukaan yang dipahat, yang ditemukan di antara puing-puing, mengindikasikan bahwaatap candi memiliki bentuk kubah penuh, tidak seperti candi-candi modern.


pandegiling newsPattidana 200630 Juli – 6 Agustus 2006Setiap tahun pada bulan Juli atau Agustus,umat Buddha Theravada mengadakan upacaraPattidana, sebagai ungkapan kebutuhan spiritualmereka dalam bentuk pelimpahan jasa kepada sanakkeluarga yang sudah wafat, yang sesungguhnyamerupakan Puñña Kiriya (perbuatan bajik). Pada tahunini, Vihara Dhammadipa mengadakan upacaraPattidana selama seminggu penuh, yang dimulai pada30 Juli sampai 6 Agustus 2006. Berbagai persiapandilakukan, mulai dari membentuk panitia Pattidana,menyebarkan undangan dan memasang poster sebagaibentuk pemberitahuan, hingga membersihkan danmendekorasi ruangan yang ada agar upacara bisaterselenggara dengan baik, karena seperti yangdiketahui, Vihara Dhammadipa masih dalam prosespembangunan.Oleh karena itu, beberapa minggu sebelumnya,panitia beserta seluruh Dayaka bergotong-royongmempersiapkan segala ”pernak-pernik” untukkeperluan Pattidana. Dimulai dengan membeli barangbarangkebutuhan upacara, seperti beras, gula pasir,teh, minyak untuk penerangan, biji-bijian, permen,buah-buahan, bunga, dan masih banyak lagi. Setelahbarang-barang tersedia, kemudian diberi wadah danditata sedemikian rupa sehingga umat yang inginmendaftarkan sanak keluarganya yang telah meninggalbisa bersembahyang menggunakan sarana-sarana yangtelah disediakan tersebut. Banyaknya hal yang harusdikerjakan demi berlangsungnya upacara Pattidana inimembuat panitia dan Dayaka harus bekerja ekstra, tapi


hal itu sangat menyenangkan, karena kami semua bisa berkumpul bersama,seperti sebuah team yang sedang mengerjakan suatu proyek besar. Bahkan adajuga yang sampai bergadang untuk menata dan mendekorasi ruangan sehingganantinya bisa lebih nyaman untuk digunakan sebagai tempat upacara danpelaksanaan kebaktian.Selama seminggu pelaksanaan Pattidana ini, Vihara Dhammadipa jugamengundang para pembicara, yaitu Bhante dan para pandita untukmenyampaikan ceramah atau Dhammadesana, dengan topik-topik seputar upacaraPattidana. Pada hari pertama acara Pattidana, yang jatuh pada hari Minggu,kebaktian pagi dipimpin oleh Yang Mulia Bhante Dhammavijayo Mahathera.Dhammadesana yang Beliau sampaikan juga sangat menarik dan memberi katakatapenyadaran pada diri tiap insan yang hadir. Lugas dan tegas adalah ciri khasBeliau dalam menyampaikan ceramah Dhamma. Tak jarang kata-kata Beliaumengundang tawa umat karena semua disampaikan dengan gamblang, apaadanya, dan mudah diserap.Pada hari-hari berikutnya, kegiatan Pattidana tetap berlangsung,walaupun umat yang datang tidak seantusias pada hari pertama. Cukup banyakumat yang penasaran dengan ”hasil” dari perbuatan melakukan Pattidana; apakahpersembahan Pattidana yang dilakukan bisa diterima oleh sanak keluarganya yangtelah meninggal; dalam bentuk apakah mereka bisa menerimanya; bagaimana kitamengetahui sanak keluarga kita itu sudah menerima atau belum; dan apakahPattidana bisa bermanfaat jika dilakukan untuk sanak keluarga yang masih hidup.Ternyata….Tidak semua makhluk yang meninggal bisa menerima hasil dariperbuatan Pattidana yang kita lakukan. Hal itu bergantung pada terlahir sebagaimakhluk apakah almarhum keluarga kita. Karena makhluk yang meninggal bisaterlahir di salah satu dari 31 alam kehidupan, berdasarkan hasil karma yangdiperbuatnya. Hanya jika mereka terlahir sebagai makhluk peta Paradattupajivika(hidupnya di alam peta) maka baru bisa menerima jasa kebaikan dari Pattidana.Adapun persembahan jasa yang kita lakukan dalam upacara Pattidana inisebenarnya berupa ”transfer jasa kebaikan” yang berupa kebahagiaan. Mungkinbisa dianalogikan dengan mesin ATM untuk transfer duit. Bedanya dalam transferjasa kebaikan ini, nilai tabungan kebaikan kita bukannya berkurang, melainkanbertambah terus seiring makin banyaknya perbuatan baik yang kita lakukan. Kitatidak bisa mengetahui apakah sanak keluarga yang meninggal itu telah menerimapersembahan jasa kita atau belum, tapi yang lebih penting adalah kitamelakukannya dengan tulus ikhlas, dengan pikiran yang baik, dan terkonsentrasipada mereka; membayangkan wajah mereka dan mengharapkan mereka bisa ikutberbahagia dengan perbuatan baik yang kita lakukan, sehingga perbuatan baikyang dilakukan bisa diterima mereka. Tentunya memang berupa harapan, tapibukan berarti kita melakukan sesuatu yang sia-sia. Karena sesungguhnya tak adaperbuatan baik yang sia-sia. Ia pasti mendatangkan manfaat kebaikan bagi yangmelakukannya. Untuk sanak keluarga yang masih hidup, jasa kebaikan ini juga


isa kita limpahkan kepada merekadengan cara-cara tertentu, misalnyadengan memberitahukan kepada orangtuakita, bahwa kita telah melakukan sesuatuyang baik dan kita bahagia karena hal itu,sehingga otomatis orangtua kita merasabahagia juga mengetahui putra-putrinyaberbahagia, walaupun berada jauh darimereka.Pada hari terakhir perayaanPattidana, Romo Toni membawakanceramah tentang asal-usul Pattidana. Ada3 peristiwa pada masa kehidupan SangBuddha dan sebelumnya yang bisadikatakan sebagai cikal-bakal lahirnyaupacara Pattidana, yaitu Kisah Peti, IbuYang Ariya Sariputta, Wawancara SangBuddha dengan Janussoni, dan TirokuddaSutta. Untuk lebih jelasnya mengenai 3kisah itu, bisa meminjam buku-bukusumber mengenai ritual perayaanPattidana di perpustakaan Buddhis ViharaDhammadipa.Berikut ini ada sedikit catatan dari beberapa sumbertentang Pattidana. Upacara Pattidana adalah upacarapelimpahan jasa (puñña kiriya), baik yang ditujukanperorangan, seperti para almarhum/almarhumah sanakkeluarga terdekat ataupun kepada para makhluk lain yangtidak nampak yang mengalami penderitaan. Tujuandisenggarakan upacara Pattidana ini adalah:- agar jasa yang kita limpahkan dapat memperinganpenderitaan manusia.- mengingatkan kepada kita bahwa kematian akanmenimpa kita semua pula.- menyadarkan kita bahwa akibat perbuatan buruk akankita alami bilamana kita menjalankan perbuatan adharma(menyimpang dari Dhamma).Dengan demikian, keyakinan kita kepada Sang Tiratanaakan lebih teguh dalam upaya memeroleh kebahagiaandunia akhirat.Menurut Sang Buddha, hanya makhluk yang hidup dialam setan sajalah yang dapat menerima pelimpahan jasakebaikan yang dikirimkan dari alam manusia. Merekaterlahir di alam peta dan asura karena selama hidupnyasebagai manusia selalu melakukan perbuatan yang tidakbaik akibat dari tidak memiliki sila, pikirannya dikuasaioleh keserakahan, kebencian, dan pandangan-pandangankeliru.Terdapat 4 jenis makhluk peta :1. Paradattupajivika-peta, yaitu makhluk setan yanghidup dari makanan yang disuguhkan manusia dalamupacara sembahyang, mereka inilah yang paling cepat danpaling mudah menerima pelimpahan jasa dalam upacaraPattidana, karena mereka selalu menunggu kiriman jasakebajikan dari sanak keluarganya.2. Khupapipasika-peta, yaitu setan yang selalukelaparan dan kehausan.3. Nijjhamatanhika-peta, yaitu setan yang selalukekurangan dan kepanasan.4. Kalakancika-peta, yaitu setan yang sejenis makhlukasura.Asura adalah mahkluk jin, dedemit, peri, raksasa; ada jugayang disebut dewa rendahan, misalnya naga, garuda,gandhabha, yakkha. Terlahir sebagai penghuni alam asuraadalah termasuk kelahiran yang tidak bahagia, termasukalam yang penuh kesengsaraan. (~)


pandegiling news news onSeminar BuddhisManage Mind For Success |Hipnosis dan Meditasi | 18 September 2006bersama Bapak Adi W. Gunawan4 September 2006Seminar bertajuk Manage Mind forSuccess ini dibawakan oleh seorang penulisbuku-buku manajemen, pakar hipnosis, danahli psikolog yang sering menjadi pembicarapada banyak seminar sukses, Bapak Adi W.Gunawan. Dimulai pada pukul 7 malam diVihara Dhammadipa, seminar ini berjalancukup sukses melihat banyaknya peserta yanghadir, karena yang datang tak hanya umatVihara Dhammadipa saja. Tapi lebih dari itu,penekanan nilai kesuksesan ini tampaknyatidaklah begitu penting. Karena motivasi awalbisa terselenggarakannya seminar inilah yangpatut diketahui. Ide ini muncul dari Pak Adisendiri yang saat itu hadir dalam kelasAbhidhamma yang dibawakan oleh PakSasmita di Vihara Dhammadipa. Entah karenaapa, Pak Adi yang biasanya mengadakanseminar in charge, kini bersedia memberikanseminar free :) Yang pasti, kita sangatmenghargai motivasi dan usaha beliauberbicara dalam seminar ini, yang mana materiyang disampaikan sangat berbobot science(ilmiah) dan juga tak jauh dari Dhamma. Hal inisesungguhnya juga menunjukkan bahwaajaran Sang Buddha itu relevan dengan ilmupengetahuan.Banyak yang Beliau sampaikan dalam seminarpertamanya di Vihara Dhammadipa ini, baik materi daritopik maupun tips-tips yang bermanfaat untukmembantu kita dalam membentuk pola pikir yangpositif dan membangun rasa percaya diri. Dari sana,kita akan dapat mengetahui bagaimana cara untukmemanage pikiran kita agar dapat meraih sukses. Cirikhas Pak Adi dalam membawakan seminarnya adalahmenyisipkan jokes segar di antara penjelasan materinyasehingga mampu mengundang tawa yang hadir danmembuat seminar tidak berkesan garing. Pak Adi jugamenunjukkan kemampuannya untuk menghipnosisorang sebagai bagian dari topik yang disampaikan.Karena hipnosis sendiri erat kaitannya dengan pikiran;bagaimana membuat pikiran bisa dikendalikan dandipola sedemikian rupa untuk menunjang kehidupandan menjadi manusia yang sukses lahir dan batin.Dalam seminar kedua pada tanggal 18September 2006 inilah, Pak Adi khusus membahastopik Hipnosis dan Meditasi. Beliau mengatakan bahwahipnosis tidak sama dengan sesuatu yang berbau”magic” seperti ”gendam”. Dan ternyata memang tidaksemua orang bisa dihipnosis. Biasanya orang yangmudah memusatkan pikiran atau punya konsentrasitinggi bisa lebih cepat dihipnosis. Adapun kekuatankonsentrasi ini bisa diperoleh dengan tekun melatihmeditasi.


film bagussynopsisAndy Dufresne (Tim Robbins) adalahseorang bankir sukses yang menjadi tersangkapembunuhan istrinya bersama kekasihnya. NamunAndy menyangkal semua tuduhan jaksa dipersidangan, walau akhirnya dia tetap divonishukuman penjara seumur hidup. Di dalamkehidupan penjara yang keras dan penuh disiplin,Andy bertemu dengan Red (Morgan Freeman),seorang napi yang telah menghuni penjaraShawshank selama 20 tahun karena sebuahpembunuhan yang dia lakukan pada usianya yangmasih sangat muda. Pada awal kehidupannya dipenjara Shawshank, Andy dikenal sebagai pribadiyang sangat pendiam dan sering menjadi bulanbulanansekelompok napi yang radikal, namunberkat kecerdasan dan rasa solidaritas yang iatunjukkan kepada rekan-rekannya sesama napi,dengan cepat Andy menjadi napi kesayangan,bahkan juga bagi kepala penjara Warden Nortonyang korup dan kepala sipir Hadley. Andymenggunakan kepintaran dan pengalamannyasebagai bankir untuk meningkatkan kinerjakeuangan penjara Shawshank, sehingga dalamwaktu yang singkat, Andy telah mendapatkepercayaan menjadi pengelola perpustakaan danpengeruk kekayaan bagi Norton.TheShawshankRedemptionfear can hold you prisoner,hope can set you freeLika liku kehidupan penjara Shawshankyang keras dan tidak kenal kompromi memaksa paranapi di sana melakukan apa saja hanya demi untukmenjaga kesadaran mereka tetap terjaga. Keyakinanbahwa dirinya tidak bersalah dan harapan untuk bisabebas menjadi satu-satunya modal bagi Andy untuktetap bertahan hidup selama 20 tahun hingga padaakhirnya sesuatu yang sulit kita percaya hadir diakhir cerita.


the lessonsPada awalnya, Anda akan melihat bahwa The Shawshank Redemptiontidak lebih hanya sekedar film tentang kehidupan di penjara dengan fokusperjuangan seseorang untuk bertahan hidup di sana (kerangka cerita disusun olehsudut pandang bukan oleh karakter utama). Ini bukan film yang dapat membuatkita betah untuk menunggu hingga film ini berakhir dengan ending yangmemuaskan kita. Ini adalah film tentang proses, perjalanan kehidupan, bagaimanahidup di sini diceritakan dengan sangat singkat, namun dengan pencapaianpencapaianyang tidak mudah dan penuh makna.Kehadiran Andy Dufresne di penjara Shawshank telah mengubah suasanakehidupan di sana yang dulunya sinis dan pasrah menjadi hangat olehpersahabatan dan solidaritas. Alih-alih berusaha menyiapkan mental untukmenghabiskan sisa hidup di penjara, Andy memandang kehidupan yang suram dipenjara dengan gairah dan semangat untuk berkarya. Keberadaan sahabatterbaiknya Red, malah memerteguh cita-cita Andy untuk dapat bebas dari penjaraShawshank. Keadaan yang serba sulit bagi Andy tidak lantas membuatnya menjadipesimis. Hidup memang singkat, tergantung cara kita menjalaninya. Get busyliving, or get busy dying.Dalam Buddhisme, hidup adalah dukkha. Segala perasaan gembira, sedih,kepuasan, pengharapan akan berujung pada penderitaan. Namun tidak berartibahwa kita tidak bisa memiliki harapan, ataupun ambisi. Sang Buddhamenegaskan bahwa ada dua macam keinginan yang dapat seseorang pertahankan,yaitu keinginan rendah dan keinginan luhur. Keinginan luhur adalah keinginanyang tidak mudah goyah dan keinginan yang dapat membuat kita semakinbersemangat untuk mencapainya justru pada saat kita gagal mencapainya padasuatu waktu. Bagi Andy, harapan untuk dapat keluar dari penjara adalah impiansatu-satunya dan yang terbaik karena didukung kenyataan bahwa sebenarnyaAndy sama sekali tidak berhak dihukum atas perbuatan yang tidak ia lakukan.ketika pertama kali beredar di bioskop-bioskop amerika pada tahun 1994, film ini tidak mendapatbanyak perhatian. namun setelah sekian tahun berlalu, setelah kebaikan film ini diketahuibanyak orang dan promosinya bergerak dari mulut ke mulut, banyak yang menganggap bahwafilm ini sangat menggugah dan memberi inspirasi. sekarang tidak sedikit komunitas film diinternet yang menabhiskan film ini sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa. cukupobjektif rasanya. :)THE SHAWSHANK REDEMPTION (1994)cast & creditsAndy Dufresne TIM ROBBINS"Red" Redding MORGAN FREEMANWarden Norton BOB GUNTONHeywood WILLIAM SADLERLibrarian JAMES WHITMOREWritten and directed by FRANK DARABONTBased on a novel by STEPHEN KINGRunning time: 144 minutes“Hope is a good thing,maybe the best of things.And no good thing ever dies.”-ANDY DUFRESNE


kisahMengapa Elang Terbang& Kalkun Mengepakkan Sayap?Konon di satu saatyang telah lama berlalu, Elangdan Kalkun adalah burung yangmenjadi teman yang baik. Dimanapun mereka berada, keduateman itu selalu pergi bersamasama.Tidak aneh bagi manusiauntuk melihat Elang dan Kalkunterbang bersebelahan melintasiudara bebas. Satu hari ketikamereka terbang, Kalkun berbicarapada Elang, "Mari kita turun danmendapatkan sesuatu untukdimakan. Perut saya sudahkeroncongan nih!"Elang membalas, "Kedengarannyaide yang bagus."Jadi kedua burung melayangturun ke bumi, melihat beberapabinatang lain sedang makan danmemutuskan bergabung denganmereka. Mereka mendarat dekatdengan seekor Sapi. Sapi initengah sibuk makan jagung,namun sewaktu memperhatikanbahwa ada Elang dan Kalkunsedang berdiri dekat dengannya,Sapi berkata, "Selamat datang,silakan cicipi jagung manis ini."Ajakan ini membuat keduaburung ini terkejut. Mereka tidakbiasa jika ada binatang lainberbagi soal makanan merekadengan mudahnya.Elang bertanya, "Mengapa kamubersedia membagikan jagungmilikmu bagi kami?" Sapimenjawab, "Oh, kami punyabanyak makanan di sini.Tuan Petani memberikan bagikami apapun yang kamiinginkan.” Dengan undangan itu,Elang dan Kalkun menjaditerkejut dan menelan ludah.Sebelum selesai, Kalkunmenanyakan lebih jauh tentangTuan Petani.Sapi menjawab, "Yah, diamenumbuhkan sendiri semuamakanan kami. Kami sama sekalitidak perlu bekerja untukmakanan."Kalkun tambah bingung."Maksud kamu, Tuan Petani itumemberikan padamu semua yangingin kamu makan?"Sapi menjawab, "Tepat sekali!Tidak hanya itu, dia jugamemberikan pada kami tempatuntuk tinggal."Elang dan Kalkun menjadi syokberat! Mereka belum pernahmendengar hal seperti ini.Mereka selalu harus mencarimakanan dan bekerja untukmencari naungan.Ketika datang waktunya untukmeninggalkan tempat itu, Kalkundan Elang mulai berdiskusi lagitentang situasi ini.Kalkun berkata pada Elang,"Mungkin kita harus tinggal disini. Kita bisa mendapatkansemua makanan yang kitainginkan tanpa perlu bekerja.Dan gudang yang di sana cocokdijadikan sarang seperti yangtelah pernah bangun. Di sampingitu saya telah lelah bila harusselalu bekerja untuk dapat hidup."Elang juga goyah denganpengalaman ini. "Saya tidak tahutentang semua ini.Kedengarannya terlalu baikuntuk diterima. Saya menemukansemua ini sulit untuk dipercayabahwa ada pihak yang mendapatsesuatu tanpa imbalan. Disamping itu saya lebih sukaterbang tinggi dan bebasmengarungi langit luas. Danbekerja untuk menyediakanmakanan dan tempat bernaungtidaklah terlalu buruk. Padakenyataannya, saya menemukanhal itu sebagai tantanganmenarik."Akhirnya, Kalkun memikirkansemuanya dan memutuskanuntuk menetap di mana adamakanan gratis dan juganaungan. Namun Elangmemutuskan bahwa ia amatmencintai kemerdekaannyadibanding menyerahkannyabegitu saja. Ia menikmatitantangan rutin yangmembuatnya hidup. Jadi setelahmengucapkan selamat berpisahuntuk teman lamanya Si Kalkun,Elang menetapkan penerbanganuntuk petualangan baru yang iatidak ketahui bagaimana kedepannya. Semuanya berjalanbaik bagi Si Kalkun. Dia makan


ursa buddhis


uku bagus


do you know?Tidak ada yang terjadi sama sekaliantara tanggal 3 dan 13 September 1752!x xx xPada September 1752, penggunaan kalender Juliandigantikan oleh kalender Gregorian di Inggris Raya dan kolonikoloninyadi benua Amerika. Kalender Julian memiliki sistemperhitungan sebanyak 11 hari di belakang kalender Gregorian,sehingga pada hari pergantian kalender tersebut, yaitu pada tanggal2 September kalender Julian, sistem penanggalan langsung berubahmenjadi tanggal 14 Setember. Ini berarti antara tanggal 3 hingga 13September 1752, tidak ada peristiwa apapun yang terjadi alias tanggaltersebut terlewat begitu saja.Pergantian sistem penanggalan ini juga berakibat padaperingatan ulang tahun George Washington. Dia dilahirkan padatanggal 11 Pebruari 1731, namun peringatan ulang tahunnya jatuhpada tanggal 22 Pebruari akibat adanya pemotongan 11 hari daripergantian kalender. Pada waktu yang sama, hari Tahun Baru digantidari tanggal 25 Maret menjadi 1 Januari, jadi mengacu pada kalenderbaru, Washington dilahirkan pada 1732. (bingung kan?)Kalender Romawi yang pertama (diperkenalkan pada 535SM) memiliki 10 bulan, dengan 304 hari dalam satu tahun yangdimulai di bulan Maret. Bulan Januari dan Pebruari ditambahkankemudian sehingga menjadi 365 hari dalam setahun. Pada tahun 46SM, Julius Caesar menciptakan “Tahun Kebingungan” denganmenambahkan 80 hari ke dalam satu tahun, sehingga menjadi 445hari, dengan tujuan untuk mencocokkan kembali perhitungan haridengan pergantian musim. Tahun matahari –yang panjangnya 365hari 6 jam- dibuat menjadi basis sistem kalender ini. Sedangkanuntuk menjaga kelebihan 6 jam itu, setiap 4 tahun sekali dibuat satutahun dengan 366 hari. Caesar kemudian menetapkan awal tahundimulai pada tanggal 1 Januari.Pada tahun 325 Masehi, Constantine Yang Agung, kaisarRomawi Kristiani yang pertama, memerkenalkan hari Minggu


sebagai hari suci di antara 7 hari dalam satu minggu. Diajuga memperkenalkan hari raya yang dapat digeser (Paskah)dan hari raya tetap (Natal).Pada 1545, Paus Paul III diberi kuasa untuk mereformasisistem kalender dunia sekali lagi. Berdasarkan saran seorangastronom Christopher Clavius dan fisikawan Aloysius Lilius,Paus Gregory XIII memerintahkan bahwa hari Kamis, tanggal4 Oktober 1582 adalah hari terakhir dari kalender Julian. Hariberikutnya adalah hari Jum’at, tanggal 15 Oktober. Demiakurasi jangka panjang, setiap tahun keempat dibuat tahunkabisat kecuali jika tahun pergantian abad, misalnya tahun1700 atau 1800. Tahun pergantian abad hanya bisa menjaditahun kabisat jikalau tahun tersebut merupakan bilangankelipatan 400 (misal 1600). Aturan ini memotong tiga tahunkabisat dalam 4 abad, membuat kalender ini cukup akuratdalam berbagai hal.Para pemimpin Protestan menolak kalender baru yangdiperintahkan oleh Paus ini. Namun hal ini tidak berlangsunglama hingga pada tahun 1698 bangsa Jerman dan Belandaberalih pada kalender Gregorian. Seperti yang telahdisebutkan di atas, bangsa Inggris baru mengganti sistemkalendernya pada tahun 1752. Rusia mengadopsi sistemkalender Gregorian pada tahun 1918, sedangkan China padatahun 1949.Meskipun berlaku sistem tahun kabisat, tahun Gregoriantetap lebih panjang sekitar 26 detik daripada periode orbitbumi. Oleh sebab itu, awal milenium ketiga seharusnya jatuhpada pukul 9:01 PM tanggal 31 Desember 1999. Namundengan memertimbangkan bahwa tahun Gregorian dimulaipada tahun 1, bukan tahun 0, menambahkan 2000 tahunberarti bahwa milenium ketiga dimulai pada pukul 21.00.34tanggal 31 Desember 2000. Bagaimanapun juga, karenaDionysis Exeguus, seorang biarawan pada abad keenam yangberinisiatif untuk memulai perhitungan tahun berdasarkantahun kelahiran Yesus Kristus, juga karena adanya kesalahanperhitungan pendirian kota Roma sebanyak 4 tahun, danmengabaikan tahun 0, maka yang sebenarnya adalahmilenium ketiga dimulai pada tanggal 31 Desember 1995.FactsGeorge Washington, lahir pada tanggal11 Pebruari 1731 dan 22 February 1732.Pembagian 24 jam dalam satu haridiperkenalkan pertama kali oleh Sumerodari kerajaan Babilonia pada abad ke-4SMPada tahun 1905, Einstein menunjukkanteori relativitasnya yang mengatakanbahwa waktu dipengaruhi oleh gerak,makin cepat sebuah materi bergerak,maka makin lambat waktu berjalan.Pada tahun 1972, jam atom menjadi acuanwaktu resmi di dunia (UTC: CoordinatedUniversal Time)Pada abad ke-6, seorang biarawan danastronom dari Romawi yang bernamaDionysis Exeguus (Si Kecil Dionysis)mereformasi sistem penanggalan untukmendefinisikan tanggal kelahiran YesusKristus. Dia memberikan tanggal 753tahun setelah Roma berdiri, yaitu padatanggal kematian Raja Herod. NamunDionysis salah perhitungan, karena Herodmeninggal 749 tahun setelah Romaberdiri, yaitu pada tahun 4 SM. Dionysisjuga mengabaikan tahun 0. Diamenggunakan kalender Julian.


1 x 3 = ...strip


illustrator: LANG LANG


ehatRiver Crossing PuzzleTeka-teki Menyeberangi SungaiTeka-teki Menyeberangi Sungai telah menjadi topik yang berulang kali ditampilkan dalampermainan matematika. Yang paling populer adalah teka-teki tentang Serigala, Ayam, danButir Padi yang dipopulerkan oleh Lewis Caroll, yang sering mengenalkan teka-teki ini padaanak-anak. Sebenarnya teka-teki ini sudah ada sejak abad kedelapan, yang manamemperlihatkan kekuatan teka-teki ini untuk tetap menarik dipecahkan hingga sekarang.serigala, ayam, dan butir padiSeorang petani harus mengangkut seekor serigala, seekor ayam, dan sekarung butir padimenyeberangi sebuah sungai. Dia memiliki sebuah perahu yang dapat dikayuhnya bolakbalik dari tepi yang satu ke tepi seberangnya. Namun perahu itu hanya mampu mengangkutpetani dan satu muatan. Masalahnya adalah, jika petani meninggalkan kedua muatan yanglainnya di tepi sungai, maka yang terjadi adalah si serigala akan memakan si ayam, dan siayam akan memakan butir padi.Nah, coba Anda pikirkan bagaimana caranya si petani itu dapat mengangkut ketigamuatannya tanpa harus ada yang makan memakan?serigala, ayam, butir padi, dan anjingTeka-teki pertama masih sangat mudah. Sekarang bagaimana kalau ditambah seekoranjing? Aturannya masih sama dengan di atas. Si serigala tidak boleh ditinggal bersamadengan si ayam atau si anjing, atau keduanya. Namun si ayam dapat tinggal bersamadengan butir padi, dengan syarat ada si anjing, karena si anjing akan menjaga butir padidan si anjing tidak mungkin memakan si ayam, kan?Bantulah si petani mengangkut semua muatannya menyeberangi sungai!dua tentara dan dua anakDua orang tentara harus menyeberang sebuah sungai. Mereka melihat sebuah perahu kecilyang sedang dikayuh oleh dua orang anak. Perahu itu hanya dapat mengangkut dua anakatau seorang tentara. Bagaimana caranya para tentara itu dapat menyeberangi sungai dansetelah itu meninggalkan kedua anak dengan perahu mereka?ANNIVERSARY312271164oct henry robert c. chung sien indarsonooctnov| Dawai mengucapkan selamat berulang tahun untuk Anda semua.Semoga Anda dapat terus menanam perbuatan kebajikan di masa sekarang danpada kehidupan-kehidupan akan datang. Happy Anniversary!ekiherryanto316 ika 18albert17budiyanto7528vivi21189nova6agus w.s.ronny g.23wira1030251021 lian 22linda alfian merry hendro asiong irwanhari bagusvictorhendryani effendilinda 0.herlik w.julianto


talkby Upa. KUSALA CITTASetelah melalui perjalanan panjang,hingga sampai pada edisi ke-45 ini, Dawaimerupakan sebuah media Buddhis yang telahberulang kali berganti wajah. Mulai dari awalterbitnya hanya sebagai buletin, dengan jumlahhalaman lebih terbatas, tanpa cover, tanpasentuhan desain yang mampu memberi ciri khas,namun tetap punya content yang mengidentitaskanmedia Buddhis. Hingga kini sudah berupamajalah, dengan jumlah halaman yang lebihbanyak, cover dengan desain yang mampumemberi makna tanpa berucap, content yangdiusahakan lebih komplit dan bisa memenuhikeinginan pembaca Dawai, tanpa kehilangan jatidiri sebagai media pembabar Buddha Dhamma. Takhanya berganti wajah dari segi cetakan, namunjuga tim redaksinya. Yang pasti, semangat untukmenjadi Dhamma Duta melalui media tulis ini tidakpernah luntur, setidaknya sampai saat ini, karenaDawai masih bisa eksis sampai sekarang.Selama ini kita sudah melihat sekianbanyak buletin maupun majalah-majalah Buddhisyang diterbitkan oleh UKM Buddhis maupun olehvihara-vihara di berbagai daerah di Bumi Pertiwi ini.Tentunya masing-masing mempunyai kualitascetakan (content) yang berbeda-beda, tetapimempunyai tujuan yang sama, yakni sama-samaberjuang membabarkan Dhamma melalui ”coretanpena” pada medium kertas. Dan tak sedikit pula,buku-buku Dhamma lokal maupun luar pernah sayabaca dan saya ketahui telah didistribusikan sampaike Indonesia. Begitu banyak ada sumber Dhamma,yang berusaha diulas dan disajikan dalam berbagaibentuk. Tujuannya tentu agar Dhamma itu bisadinikmati dan banyak orang menjadi bahagia;bukan hanya untuk eksistensi sebuah agama,tetapi lebih luas dari itu.Pernah juga saya mendengar curhatseorang penulis dan editor dari penerbit sebuahpenyedia buku-buku Buddhis, bahwa buku-bukuDhamma ”impor” seakan tak ada habisnya, dan diacukup kewalahan untuk mengalih-bahasakan bukubukutersebut. Semua karena adanya cukup banyakpermintaan dan tentunya juga keinginannyasendiri untuk membagikan pengetahuan Dhammatersebut sehingga bisa dinikmati pembaca dariIndonesia. Sungguh pekerjaan yang mulia. Namunbeberapa bulan yang lalu, saya mendengar bahwadia akan menutup redaksinya karena sudah merasatidak sanggup lagi untuk mencetak dan menerbitkanbuku, yang mungkin dikarenakansumber daya manusia yang bisa membantunyamenangani beban redaksi tidak ada. Cukup kecewajuga mendengar hal itu karena buku-bukuterbitannya hampir sebagian besar telah masukdalam koleksi buku-buku Buddhis saya; bahkan adayang selalu saya bawa kemanapun. Namun saya taktahu harus mengatakan apa. Mungkin dia sudahlelah dengan semuanya, dan ingin mengakhiriperjuangan yang sudah cukup lama dilakoni. Ataumungkin ada alasan yang lain, entahlah...Namun itu semua harusnya bisa cukupuntuk membuat mata kita ”melek” bahwa suatukenyataan kita tidak memiliki cukup banyak orangyang mau dan sanggup berkorban demi Dhammadengan ikhlas. Bahwa kita ”kekurangan” tenagapelestari Dhamma, yang sebenarnya bentuknyatidak melulu berupa dana materi; tetapi bisa dalamberbagai bentuk, yang sesuai dengan kemampuanyang kita miliki! Berkorban tidak harus denganmateri, walaupun itu cukup penting bagikelangsungan pembabaran Dhamma. Banyak halyang bisa diperbuat untuk ikut berperan sertadalam melestarikan Dhamma. Bukan berartimenjadi donatur adalah sesuatu yang kurangbagus; perbuatan itu juga merupakan sesuatuyang mulia! Jika Anda membaca banyak buku-bukuDhamma termasuk Dawai ini, Anda mungkin bisamenemukan apa tujuan hidup Anda, dan yangterpenting yang bisa diharapkan adalah bahwaAnda mempunyai direction (arah) ke mana Andaakan membawa tujuan itu. Jika arah Anda benar,Anda bisa menjadi seorang yang mempunyaikepribadian Buddhis yang berkualitas, yang sangatdiharapkan untuk membantu pembabaran danpelestarian Dhamma dalam tindak-tanduk yanglebih nyata, karena kita adalah manusia yang hidup!Menjadi seorang Buddhis yang berkualitas tidakhanya akan Anda rasakan dalam lingkup sebagaiseorang Buddhis saja, tapi tentu hal itu akanterbawa keluar dengan sendirinya, yakni sampai kelingkungan di mana Anda hidup dan beraktivitas.Ini mungkin bisa disejajarkan dengan dualismesebuah ungkapan, yaitu: ”Memberi berartiMenerima, dan Menerima berarti Memberi”.Mungkin Anda bertanya-tanya bagaimana bentukungkapan ini? Silakan direnungkan kembali sesuaipengalaman Anda masing-masingSebagai salah seorang tim redaksi,saya sendiri sebenarnya tidak tahu akan sampaiberapa lama bisa bekerja untuk ”memoles” Dawai.Tapi satu hal yang pasti, saya tidak akan berhentiuntuk belajar dan mempraktekkan Dhamma.Dhamma itu sangat luas, namun tidak berarti diajauh adanya dari kita. Karenanya, galilah pengetahuanitu dari dalam diri Anda sendiri! Ada

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!