penyelidikan pendahuluan endapan bitumen padat di daerah ...
penyelidikan pendahuluan endapan bitumen padat di daerah ...
penyelidikan pendahuluan endapan bitumen padat di daerah ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
PENYELIDIKAN PENDAHULUAN ENDAPAN BITUMEN PADATDI DAERAH PASARWAJO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BUTON,PROPINSI SULAWESI TENGGARAOleh :Agus SubarnasSub Direktorat Batubara, DISMSARIBitumen <strong>padat</strong> <strong>di</strong>definisikan sebaga batuan se<strong>di</strong>men klastik halus seperti serpih, lanau,batulempung ataupun batupasir yang kaya akan material organik dan mempunyai prospek untukmenghasilkan sejumlah minyak dan gas melalui proses geologi tertentu. Setelah mengalamipemanasan pada suhu tertentu material organik tersebut mengalami dekomposisi dan melepaskanhidrokarbon dalam bentuk uap dan setelah melalui proses pen<strong>di</strong>nginan akan berubah menja<strong>di</strong>minyak atau gas.Bitumen <strong>padat</strong> merupakan energi fosil yang sangat memungkinkan untuk <strong>di</strong>kembangkansebagai salah satu energi alternatif untuk mensubtitusi energi yang <strong>di</strong>gunakan saat iniDi<strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong>, <strong>endapan</strong> <strong>bitumen</strong> <strong>padat</strong> terbentuk pada 3 Formasi, yaitu padasatuan serpih berwarna abu abu- hitam Formasi Winto berumur Trias, pada satuan serpih abu abu– abu abu kehitaman Formasi Ogena berumur Jura dan pada satuan batupasir gampingan FormasiSampolakosa berumur Pliosen. Tebal <strong>endapan</strong> berkisar antara 1 m sampai > 15 m dengankontinuitas pelamparan kearah lateral sekitar 2 km. Secara hipotetik total sumber daya yang<strong>di</strong>hasilkan <strong>di</strong><strong>daerah</strong> ini sebesar 40.591.858,9 ton dengan kandungan minyak antara 14 l/ton sampai248 l/ton. Kandungan material organik dalam <strong>bitumen</strong> <strong>padat</strong> <strong>di</strong><strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> umumnyater<strong>di</strong>r atas maseral Liptinite khususnya dari jenis Alginite tipe Lamalginite1. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangBitumen <strong>padat</strong> <strong>di</strong>harapkan dapatmennja<strong>di</strong> salah satu energi alternatip selainbatubara yang sampai saat ini dan masih<strong>di</strong>gunakan1.2 Maksud dan TujuanMaksud survey tinjau <strong>di</strong><strong>daerah</strong> ini<strong>di</strong>antaranya untuk mendapatkan data lokasisebaran formasi yang mengandung <strong>bitumen</strong><strong>padat</strong> dan data teknis lannya, untuk tujuaninventarisasi dan menentukan <strong>daerah</strong> prospekdengan harapan temuan tersebut dapat<strong>di</strong>manfaatkan dan <strong>di</strong>kembangkan lebih lanjut.1.3 Lokasi Penyeli<strong>di</strong>kanDaerah peninjauan terletak <strong>di</strong><strong>daerah</strong>Pasarwajo dan sekitarnya. Secara Geografisterterletak pada koor<strong>di</strong>nat 122° 45′ BT – 123°00′ BT dan antara 5° 15′ LS – 5° 30′ LS(Gambar 1). Secara administratip sebagianbesar termasuk dalam Kecamatan Pasarwajo,dan Kab Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara.1.4 Waktu dan Pelaksana Penyeli<strong>di</strong>kanPenyeli<strong>di</strong>kan <strong>di</strong>laksanakan pada Bulan April–Juni 2001 selama 45 hari,. Personilpelaksana berasal dari SubDit Batubara, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral.1.5 Demografi, Iklim dan Tataguna LahanMayoritas penduduk adalah suku Buton yang beragama islam. Mata pencaharianmereka umumnya sebagai nelayan dan sebagai petani jambu mente serta berbagai tanaman yang mempunyai nilai ekonomi. 32% lahan <strong>di</strong> Kabupaten Buton, merupakan hutannegara, 16% sawah dan perkebunan, 15% lahan pertanian dan 37% untuk pemukiman danlain-lainnya. Musim hujan biasa terja<strong>di</strong> sekitar bulan Nopember sampai bulan Mei, sedangkan musim kemarau terja<strong>di</strong> antara bulanJuni sampai Oktober. Suhu udara maksimum<strong>di</strong><strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> berkisar antara 31,4°C–33°C, sedangkan suhu minimum antara 19°C–21,5°C dengan kelembaban sekitar 83%.
2. KEGIATAN PENYELIDIKAN2.1 Metode Penyeli<strong>di</strong>kanPendekatan dan metode penelitian.yang <strong>di</strong>gunakan dalam hal ini adalah stu<strong>di</strong>literatur <strong>daerah</strong> yang <strong>di</strong>tuju dan kegiatanlapangan, yakni eksplorasi langsung berupapemetaan geologi.2.1.1 Pemetaan GeologiPemetaan geologi dalam hal iniadalah pemetaan singkapan <strong>endapan</strong> <strong>bitumen</strong><strong>padat</strong> dan litologi lainnya pada peta dasarsekala 1 : 50.000. dengan luas <strong>daerah</strong> sekitar15’ X 15’ . Pengamatan singkapan <strong>di</strong><strong>daerah</strong><strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> tersebut <strong>di</strong>lakukan pada semuaformasi dengan lebih <strong>di</strong>titik beratkan pada<strong>daerah</strong> – <strong>daerah</strong> penyebaran formasi Wintodan formasi Ogena2.1.2.PenyontoanPengambilan conto <strong>bitumen</strong> <strong>padat</strong> <strong>di</strong>lakukan dengan metode Grab Sampling danuntuk singkapan yang mempunyai tebal > 1m, conto <strong>di</strong>ambil dengan metode ply sample.2.1.3 Hasil Akhir yang <strong>di</strong>harapkanLaporan akhir berisi data-data teknisgeologi, kualitas dan sumber daya <strong>bitumen</strong><strong>padat</strong> <strong>di</strong>sertai Peta geologi dengan sekala 1 :50.000 <strong>di</strong>lengkapi dengan rekonstruksi yangmenggambarkan arah penyebaran <strong>endapan</strong><strong>bitumen</strong> <strong>padat</strong> <strong>di</strong><strong>daerah</strong> tersebut. Walaupunmerupakan <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> <strong>pendahuluan</strong>, tetapi<strong>di</strong>harapkan menja<strong>di</strong> sumber daya yang dapat<strong>di</strong>kembangkan lebih lanjut3. KEADAAN GEOLOGI3.1 Geologi RegionalDaerah <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> termasuk bagian peta geologi lembar Buton, SulawesiTenggara. Keadaan umum <strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> sebagian besar merupakan <strong>daerah</strong>perbukitan dengan ketinggian antara 100 msampai maksimal 700 m dpl serta mempunyaikemiringan lereng yang sangat terjal.3.1.1 Stratigrafi Dan Struktur GeologiTataan StratigrafiDaerah <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> termasuk bagian dari AnjunganTukangbesi-Buton. PadaTrias Akhir hingga Jura Akhir berturut-turut<strong>di</strong>endapkan batuan se<strong>di</strong>men Formasi Winto,Formasi Ogena dan Formasi Rumu.Selanjutnya antara Kapur Akhir sampaiPaleosen <strong>di</strong>endapkan se<strong>di</strong>men laut dalamFormasi Tobelo tidak selaras <strong>di</strong>atas Formasi-Formasi yang lebih tua. Pada Zaman Tersierkedalam cekungan Miosen <strong>di</strong>endapkan batuanse<strong>di</strong>men dari Anggota Batugamping FormasiTondo, Formasi Tondo dan Formasi Sampolakosa. Kedua Formasi ini <strong>di</strong>duga menjarijemaridan berumur Miosen. Pada Akhir Tersier <strong>di</strong>en dapkan Formasi Sampolakosa dalamlingkungan peng<strong>endapan</strong> neritikBatial.Se<strong>di</strong>mentasi cekungan Tersier <strong>di</strong> dae rah ini<strong>di</strong>akhiri dengan <strong>di</strong>endapkannya FormasiWapulaka dan Aluvium pada Zaman Kuarter.Struktur GeologiPeristiwa Tektonik yang terja<strong>di</strong> padaAnjungan Buton–Tukangbesi setidaknyaterja<strong>di</strong> sebanyak 3 kali. Ketiganya turutberperan dalam tataan stratigrafi dan struktur<strong>di</strong><strong>daerah</strong> ini. Struktur geologi yangberkembang ter<strong>di</strong>ri atas antiklin, sinklin, sesaranjak, sesar normal dan sesar geser mendatar.Sesar-sesar utama yang terja<strong>di</strong> pada umumnyamempunyai arah sejajar dgn arah memanjangnya tubuh batuan Pra Tersier dan sumbu cekungan se<strong>di</strong>men MiosenKegiatan tektonik pada Plio-Plistosen mengakibatkan terlipatnya kembalibatuan yang lebih tua (PraPliosen) dan
menggiatkan kembali sesar-sesar yang telahterbentuk sebelumnya.3.1.2 In<strong>di</strong>kasi Endapan Bitumen PadatSecara visual sulit untuk membedakan antara batuan yang mengandung <strong>bitumen</strong> dengan yang tidak, akan batuannyaumumnya berupa se<strong>di</strong>men klastik halus,biasanya serpih, la nau atau batupasir halusdan seringkali ber asosiasi atau mengandungsisa-sisa tumbu han, kayu terarangkan ataumengandung batubara.3.2. Geologi Daerah Penyeli<strong>di</strong>kan3.2.1 Morfologi Daerah Penyeli<strong>di</strong>kanMorfologi <strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> sebagian besar terbentuk oleh batugamping, konglomerat, batuan ultrabasa dan batuan pra tersier lainnya dan membentuk <strong>daerah</strong> perbukitandengan kemiringan lereng antara 20º–50º danpada beberapa tempat mencapai 80º. Padabeberapa tempat kenampakan morfologi batugamping membentuk ciri yang khas sebagaiplateau. Ketinggian rata-rata <strong>di</strong><strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> antara 100 m sampai 400 m dpl, pada<strong>daerah</strong> tertentu mencapai ketinggian sampai750 m dari permukaan laut.Pola aliran sungai umumnya SubDen dritik dengan Erosi sungai antara sta<strong>di</strong>ummuda dan sta<strong>di</strong>um dewasa. Kebanyakan sungai-sungai kecil <strong>di</strong><strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> tidakberair, kemungkinan keringnya air sungai akibat ku rangnya daya serap tanah terhadap airakibat tidak adanya vegetasi yang dapat menyerap air hujan. Atau akibat banyaknyaaliran sungai bawah tanah dan membentukrongga-rongga atau gua-gua dalam tanah.3.2.2 Stratigrafi dan Struktur GeologiStratigrafiDengan mengacu pada Peta GeologiLembar Buton , Sulawesi Tenggara, maka <strong>di</strong><strong>daerah</strong> seli<strong>di</strong>kan terdapat 9 formasi batuan <strong>di</strong>mana urutannya dari tua ke muda adalah :Komplek Ultrabasa KapontoriMerupakan komplek batuan malihantertua, umur formasi ini sekitar Permo Karbon. Batuannya ter<strong>di</strong>ri atas peridotit, serpentinit dan gabro, setempat terbreksikan dan tergeruskan.Penyebaran batuan komplek Ultra basa ini memanjang dengan arah Timurlaut– Baratdaya. Dibagian Baratdaya Komplek Ultrabasa Kapontori ini muncul sebagai Horstdengan kontak tidak selaras terhadap beberapa formasi yang lebih muda.Formasi WintoFormasi Winto ter<strong>di</strong>ri atas perselingan serpih, batupasir, konglomerat, dan sisipan batu gamping berumur Trias Atas. Serpihbiasanya berlapis tipis sampai sedang, berwarna abu-abu sampai kecoklatan atau kehi taman, ber<strong>bitumen</strong>, sering bersisipan dengan batupasir halus sampai sedang dan batugampingtipis berwarna putih. Terdapat sisa tumbuhanberwarna coklat sampai kehitaman, berlembar, sisipan tipis batubara <strong>di</strong>jumpai hanyapada tempat tertentu berlapis dan <strong>di</strong>jumpaiperlapisan sejajar, silang siur dan gelemburgelombang.Batupasir berwarna abu-abu sampaikecoklatan, gampingan, <strong>padat</strong>, sering terdapaturat kuarsa, <strong>di</strong>beberapa tempat dalam formasiWinto menyebabkan rembesan minyak. Salahsatu conto rembesan minyak tersebut <strong>di</strong>antaranya yang muncul <strong>di</strong> Kumele Winto yaitu padalokasi singkapan AKB 48 AFormasi OgenaFormasi Ogena ter<strong>di</strong>ri atas batugamping pelagos, bersisipan klastika halus danbatugamping pasiran dan batupasir. Umur
formasi Ogena <strong>di</strong>perkirakan Jura Atas dan<strong>di</strong>endapkan dalam lingkungan laut dalam..Batupasir umumnya berlapis, berwarna abuabutua, padu,ukuran butir halus – sangathalus, lanauan , gampingan , sering <strong>di</strong>jumpaistruktur se<strong>di</strong>men perlapisan sejajar.Formasi TobeloFormasi Tobelo tersebar mengikutipola umum perlipatan <strong>di</strong><strong>daerah</strong> itu. Litologinya tersusun atas kasilitit, berlapis baik, kayaakan ra<strong>di</strong>laria. Umur For masi <strong>di</strong>perkirakanantara Kapur–Paleosen dan terbentuk padalingkungan peng<strong>endapan</strong> Batial.Anggota Batugamping Formasi Tondo.Tersusun atas batugamping, umumnya gamping terumbu dan juga kalkarenit.Anggota batugamping ini merupakan bagianbawah dari Formasi Tondo. Kedudukan stratigrafinya dengan Fm Tondo menjari-jemari.Formasi TondoFormasi Tondo tersusun atas konglomerat, batupasir kerikilan, perselingan batupasir, batulanau dan batulempung. Pada formasi Tondo ini seringkali <strong>di</strong>jumpai rembesan aspal kepermukaan membentuk urat-urat aspal.Formasi Tondo <strong>di</strong>endapkan dalam lingkunganpeng<strong>endapan</strong> neritik hingga Batial Bawahpada Miose Tengah sampai Miosen Atas.Formasi SampolakosaLitologi terutama ter<strong>di</strong>ri atas batupasir gampingan-lempung gampingan. Batupasirgampingan umumnya berukuran butir halussampai sedang abu-abu sampai abu-abukehitaman, berlapis tebal sampai massif. Padabanyak tempat seperti <strong>di</strong> Desa Wining terimpregnasi oleh aspal, mengandung <strong>bitumen</strong>,danpada tempat-tempat tertentu <strong>di</strong>jumpai rembesan aspal murni menembus sampai kepermukaan. Formasi Sampolakosa <strong>di</strong>endapkandalam lingkungan peng<strong>endapan</strong> neritik-batialpada Miosen Atas sampai Pliosen Bawah.Formasi WapulakaFormasi ini sebagian besar berupa batugamping, batugamping pasiran, batupasirgampingan. Batugamping terutama sebagaigamping terumbu ganggang atau koral,topografi batuan ini memperlihatkan undakundakpantai purba dan topografikarst.Diendapkan pada kala Plistosen.Struktur GeologiStruktur geologi yang terdapat <strong>di</strong><strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> berupa struktur lipatan danpatahan. Sumbu lipatan umumnya Timurlaut–Baratdaya. Struktur lipatan berupa sinklindan antilklin tersebut mempengaruhi hampirsemua formasi yang ada <strong>di</strong><strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> terutama <strong>di</strong>bagian Tenggara <strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> mulai dari Utara sampai ke Selatan .Patahan utama mempunyai arah Timurlaut–Baratdaya dan nampaknya mengikutiarah memanjangnya tubuh batuan Pra Tersierdan Sumbu cekungan Miosen AnjunganButon-Tukangbesi. Patahan Utama ini umumnya berupa sesar naik dan sesar normal. Salahsatu patahan utama yang sangat penting adalah sesar naik Winto, sesar ini mengangkatFormasi Winto kepermukaan dan <strong>di</strong>perkirakan berpotensi sebagai jalur rembesanminyak serta munculnya <strong>endapan</strong> aspal murnikepermukaan, selain itu jalur sesar ini memunculkan beberapa mata air panas. Selain patahan utama, terdapat juga patahan–patahanikutan atau sekunder yang mempunyai arahBaratlaut–Tenggara dan Utara–Selatan. Patahan Utama dan sekunder <strong>di</strong><strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> memotong hampir semua formasibatuan yang berumur Tersier dan Pra Tersier.3.2.3 Temuan Endapan Bitumen Padat
Batuan yang <strong>di</strong>duga mengandung <strong>bitumen</strong> <strong>padat</strong> terdapat pada Fm Winto, FmOgena dan Fm Sampolakosa. Selama <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> berlangsung <strong>di</strong>temukan seba nyak 54singkapan yang <strong>di</strong>duga merupakan singkapanbatuan yang mengandung <strong>bitumen</strong>.4. GEOLOGI BITUMEN PADAT4.1. Endapan Bitumen PadatUntuk mengetahui pengaruh penyebaran <strong>bitumen</strong><strong>padat</strong> <strong>di</strong><strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong>perlu <strong>di</strong>lakukan pengamatan pada semua formasi batuan yang ada, hal ini <strong>di</strong>sebabkankarena sangat intensifnya sesar-sesar yang terja<strong>di</strong> dan untuk mempelajari kemungkinan telah bermigrasinya kandungan munyak daribatuan/serpih yang <strong>di</strong>perkirakan mengandungminyak karena umur batuan yang tua (Trias Atas dan Jura Bawah). Hasil pengamatan <strong>di</strong>lapangan dapat <strong>di</strong>uraikan sebagai berikut :1. Formasi batuan mengandung BitumenPadat dan Aspal. Terdapat pada FormasiTondo dan Formasi Sampolakosa. PadaFormasi Tondo <strong>endapan</strong> aspal dan <strong>bitumen</strong><strong>padat</strong> terdapat pada lapisan batupasir danpasir gampingan atau napal. Pada FormasiSampolakosa kandungan aspal dan <strong>bitumen</strong><strong>padat</strong> terdapat sebagai lensa–lensa dalambatupasir gampingan dan napal.2. Formasi batuan mengandung BitumenPadatLapisan batuan mengandung <strong>bitumen</strong><strong>padat</strong> terdapat pada Formasi Winto dan Formasi Ogena. Kandungan Bitumen <strong>padat</strong> pada kedua formasi tersebut terdapat pada lapisan serpih berwarna abu-abu, abu-abu kehitaman danserpih berwarna hitam.Tebal serpih bervariasiantara 10 cm sampai >20 m Pada kontak sesarantara Formasi Winto dengan Formasi Sampolakosa <strong>di</strong> sungai Winto <strong>di</strong>jumpai rembesanminyak. Penyebaran lapisan serpih ber<strong>bitumen</strong>kearah lateral <strong>di</strong>perkirakan sekitar 1 kmsampai 2 km dari singkapan terakhir..Sementara itu jumlah lapisan yang dapat<strong>di</strong>tentukan hasil rekonstruksi singkapan pada<strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong>ini terdapat sebanyak 6 (enam)lapisan, <strong>di</strong>mana arah jurus lapisan umumnyahampir BaratDaya-TimurLaut dengankemiringan antara 17º sampai 50ºTabel 1. Data Singkapan Bitumen <strong>padat</strong> <strong>di</strong> <strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong>No Lokasi Jurus/Kemiringan Tebal (m) Keterangan1 AKB 01 - >1 m Bpsgpg an, abu-abu kehitaman, ber<strong>bitumen</strong>2 AKB04 65/32 > 2 m Bps, abu-abu, berbintik-bintik aspal/<strong>bitumen</strong>3 AKB05 - > 1 m Blp, coklat kehitaman-hitam, tdpt sisa tumbuhan4 AKB06 71/44 >1 m Gpg, berlapis 10-20 cm, abu abu-abu abukemerahan,padu, bagian tertentu beraroma aspal5 AKB07 - > 3m Bpsgpg an, abuabukehitaman,halus,mengandungaspal, pada tempat tertentu aspal merembeskepermukaan sebagai urat-urat aspal6 AKB08 165/28 >1 m Bps, abu abu kehitaman, ukuran butir sedang,sisipan gamping pasiran, beraroma aspal7 AKB09 - >2 m Bpsgpg an, abu abu-abu abu kehitaman, sebagian<strong>di</strong>impregnasi aspal8 AKB11 - >2 m Bpsgpg an, abu abu- kehitaman, aspal, padabagian tengah konsenterasi aspal lebih tinggi9 AKB12 - >5 m Gamping, putih-abu abu kekuningan, agak lunak,masif, beraoma aspal
10 AKB13 - >2 m Gamping, putih, kurang padu, perlapisan kurangbaik, aroma aspal kuat12 AKB23 15/16 >2,5 m Bps, hitam, halus, <strong>padat</strong>, mengandung aspal.Sisipan gpg abu-abu, tebal 16 cm, mengandungbintik-bintik dan urat-urat aspal13 AKB24A162/11 >4 m Gpg klastik, halus,abu-abu, padu, berlapis.Muncul resapan mata air panas14 AKB25 324/8 >3 m Gpg, abu abu kekuningan,padu, masif, perlapisansejajar15 AKB33 20/40 >0,5 m Gpg terbreksiasi. Tdpt sisipan serpih abuabukehitaman, berlapis 1-5 mm, beraroma <strong>bitumen</strong>.16 AKB34 215/29 >0,9 m Sph, abu-abu kehitaman, Beraroma <strong>bitumen</strong>, sisatumbh. Sisipan blp setebal 3 cm berwarna coklatcoklatkehitaman dan sisipan gpg psr an berwarnaabu-abu17 AKB-34A200/40 >0,9 m Serpih, hitam, perlapisan 0,1-1 cm, beraroma<strong>bitumen</strong>. Terdapat sisipan-sisipan gamping 1-3cm <strong>di</strong>terobos urat-urat kalsit18 AK34B 152/29 2 m Sph, abu-abu kehitaman, beraroma <strong>bitumen</strong>. Tdptsisipan-sisipan tipis batugamping19 AKB35 260/60 >2 m Sph, coklat kehitaman- hitam, beroma <strong>bitumen</strong>.Tdpt sisipan-sisipan gamping setebal 3-8 cm<strong>di</strong>terobos urat-urat kalsit20 AKB36 245/35 >0.8 m Sph, hitam, beraroma <strong>bitumen</strong>. Tdpt sisipan bps,halus, abu-abu kecoklatan 5-18 Cm. Sisipangamping 6-7 cm21 AKB37 256/24 >1,5 m Gpg terkersikan, abu-abu kecoklatan. Tdptsisipan sph hitam 3-5 cm, beraroma <strong>bitumen</strong>22 AKB38 - >4 m Kontak struktur antara gpg coklat kemerahan dgnserpih abu-abu kehitaman. Termilonitisasi.23 AKB39 10/40 >1 m Sph, hitam, beraroma <strong>bitumen</strong>, tebal 20-30 cm.Sisipan bpsgpg an, sangat padu, tebal 15-20 cm.Bg atas kongl.24 AKB40 5/70 >2,2 m Sph, abu abu kehitaman-coklat kehitaman, berlembar tipis, beraroma <strong>bitumen</strong>. Tdpt sisipan tipis blp 1-2 cm <strong>di</strong>dlm lap sph. Antara lap sph tdptsisipan bps terkersikan, abu-abu, sangat padu.25 AKB41 295/42 >0,7 m Bps, abu kehitaman, berlapis, padu, termineralisasi.Tdpt sisipan blp, abu-abu kemerahan, tebal0,5-2 cm. Cirri batuan terpatahkan pada zona ini26 AKB42 200/70 >0,8 m Sph, abu-abu, beraroma <strong>bitumen</strong>. Tdpt sisipansisa tumbuhan, berlapis tipis, hitam. Pd bg atas &bwh sph tdpt lap bps, kelabu, hls, sgt padu.28 AKB43 185/83 25 m Gpg psr an, abu abu – hitam, berlapis, padu. Tdptsisipan sisipan bps, blp dan serpih beraroma<strong>bitumen</strong>. Terja<strong>di</strong> perubahan-perubahan arahpengukuran, Milonitisasi banyak <strong>di</strong>jumpai,<strong>di</strong>perkirakan merupakan jalur patahan.29 AKB44 177/64 9 m Bpsgpg an, abu-abu kehitaman, sangat padu,termineralisasi. Terdapat sisipan-sisipan serpihber<strong>bitumen</strong>. Arah pengukuran berubah-rubahmencirikan gangguan struktur yang kuat30 AKB45 30/42 8 m Serpih, abuabu-kekuningan, tercampurmilonitisasi. Tdpt sisipan batubara, tebal 0,2 m,hitam, terang, keras, konkoidal,pengotor lempungdan pirit
31 AKB46 10/30 3 m Serpih, abu-abu, beraroma <strong>bitumen</strong>. Sisipan gpgpsr an, <strong>di</strong>isi urat-urat kuarsa saling berpotongan.32 AKB47 10/30 20 m Serpih, abu-abu. Sisipan batupasir dan gamping2-5 cm. Terdapat kenampakan bidang sesar.33 AKB48 40/70 12 m Serpih, abu-abu kehitaman, beraroma <strong>bitumen</strong>,terkekarkan. tdpt sisipan bps gpg an. Pd bg bwhwarna serpih lebih hitam, tdpt rembesan minyak34 ALB-02 225/17 5,5 m Batupasir menyerpih, mengandung <strong>bitumen</strong>.Sisipan batulempung abu-abu kecoklatan35 ALB-04 215/20 >5 m Serpih mengandung sisipan serpih ber<strong>bitumen</strong>4.2. Kualitas Bitumen Padat4.2.1.Analisa RetortingPengujian conto kuantitas minyak <strong>di</strong>lakukandengan metode analisa retorting. Endapan <strong>bitumen</strong> yang mempunyai kandungan minyak 97
Perhitungan sumber daya dalam laporanini dapat <strong>di</strong>bedakan dalam 2 kelompoksumberdaya :1).Perhitungan sumberdaya <strong>bitumen</strong> yangterdapat pada satuan batupasir gampinganformasi Sampolakosa yang berumur Tersier.Berdasarkan luas <strong>daerah</strong> yang pernah <strong>di</strong> Eksploitasi oleh Perusahaan Aspal Negara/SaranaKarya maka <strong>di</strong>perkirakan penyebaran satuanbatupasir tersebut terhampar seluas 2,5 Km².Jika tebal tiap singkapan antara 2-6 m danberatjenis sekitar 2,78 kg/ton maka sumberdaya<strong>di</strong> <strong>daerah</strong> tersebut adalah 2.500.000 x 4,0 x 2,78= 27.800.000 ton2.Perhitungan sumberdaya <strong>bitumen</strong> yang terdapat pada satuan serpih abuabu–abuabu kehitaman Formasi Winto dan Formasi Ogena yangberumur Trias dan Jura.Dasar perhitungannya adalah sebarankearah lateral yang <strong>di</strong>dapatkan dari korelasi beberapa singkapan yang <strong>di</strong>amati dan berda sarkan korelasi dari singkapan yang <strong>di</strong>dapat kan selama peninjauan lapangan maka hasil rekonstruksi yang dapat <strong>di</strong>lakukan <strong>di</strong><strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> terdapat 6 lapisan <strong>bitumen</strong> <strong>padat</strong>. Ke 6 lapisan itu <strong>di</strong>hitung berdasarkan beberapa pembatasan sebagai berikut:a).Sebaran kearah jurus (Panjang) satu lapisanberdasarkan singkapan yang dapat <strong>di</strong>korelasikan <strong>di</strong>batas sejauh 1000 m dari singkapan terakhir, kearah kemiringan (lebar) <strong>di</strong>batasaisampai kedalaman 50 mb).Penyebaran kearah kemiringan (lebar) lapisan <strong>di</strong>batasi sampai kedalaman 50mc).Tebal lapisan adalah tebal rata-rata dari seluruh <strong>bitumen</strong> <strong>padat</strong> yang termasuk dalam lapisantersebutSumber Daya : { [Panjang(m) x Lebar(m) xTebal(m)] x Bj gr/ton }Tabel 3. Perhitungan Sumberdaya Bitumen Padat Formasi Winto dan OgenaNoSingkapan Lapisan Dip Panjang(m) Lebar(m) Tebal(m) Bj Sumberdaya(ton)AKB-42 a 30 2000 100 15,0 2,53 7.590.000,0AKB-40 b 70 2000 53,2 2,20 2,04 477.523,2AKB-39 c 40 2000 77,78 1,50 1,74 406.011,6AKB-34AKB-34A d 41 2000 76,21 1,15 2,70 473.264,1AKB-35ALB-04 e 20 2000 146,2 5,00 2,63 3.845.060,012.791.858.9Penyebaran Formasi pembawa<strong>bitumen</strong> <strong>padat</strong> <strong>di</strong> <strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> cukupluas. Diluar <strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> masih tersebarformasi pembawa <strong>bitumen</strong> <strong>padat</strong> (FormasiWinto) yaitu <strong>di</strong>bagian Baratdaya. FormasiWinto dan Formasi Ogena juga tersebar <strong>di</strong>bagian Utara P. Buton. Sedangkan FormasiSampolakosa tersebar hampir <strong>di</strong>setiap bagian P.Buton dari Selatan sampai Utara atau hampir45% dari seluruh formasi yang ada <strong>di</strong> P. Buton..Disisi lain hasil uji retorting kandungan minyakterhadap conto batuan, menunjukan angka yangcukup memadai yaitu antara 14 l/ton – 68 l/tonminyak dan antara 97 l/ton sampai 248 l/tonminyak. Berdasarkan ilustrasi angka-angka kualitas dan besaran luas formasi yang berpotensi
mengandung <strong>bitumen</strong> <strong>padat</strong> maka <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong><strong>di</strong> P.Buton ini masih sangat memungkinkanuntuk <strong>di</strong>lanjutkan pada tahapan selanjutnya<strong>di</strong>antaranya dengan melakukan pemetaanbersistim dan eksplorasi yang lebih detail.5. KESIMPULAN1.Daerah <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> sebagian besar merupakan perbukitan dengan ketinggian antara100 m sampai 400 m dpl, kemiringan lereng20º-50º. Morfologi khas membentuk kenampakan bentuk plateau. Aliran sungai umumnyaSub dendritik dan seringkali berpola colinear.2.Terdapat 3 Formasi pembawa <strong>bitumen</strong> <strong>padat</strong>,yaitu Fm Winto, Fm Ogena dan Fm Sampolakosa3. Bitumen <strong>padat</strong> <strong>di</strong> <strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> terakumulasi pada batuan serpih berwarna abuabu-abuabu kehitaman dan batupasir gampinganberwarna abu-abu sampai abu-abu kehitaman4. Arah sebaran serpih <strong>bitumen</strong> umumnya TimurLaut–BaratDaya dengan kemiringan antara 20°- 83°(pada Formasi Winto dan FormasiOgena) dan antara 11° sampai 44° pada Formasi Sampolakosa.5. Hasil pengujian kandungan minyak denganRetort Analysis Methode yang <strong>di</strong>lakukan terhadap 11 conto batuan menunjukan nilai antara 14 l/ton sampai 68 l/ton dan antara 96l/ton sampai 248 l/ton6.Dari hasil pengamatan Petrografi menunjukan bahwa Liptinit berkisar antra 10%-40%Liptinit tampak dalam bentuk berlembar (lamellae), Ellipsoid dan Elongated, berwarnakuning terang.7. Identifikasi terhadap kelompok maseral Liptinitte, menunjukan bahwa Lipti nite berasaldari jenis Alginite tipe Lamalginite.8.Tingkat kematangan material <strong>di</strong><strong>daerah</strong> <strong>penyeli<strong>di</strong>kan</strong> menunjukan angka 0,33%- 0.52%. NiNilai ini mencerminkan bahwa tingkat Kematangan material organik termasuk <strong>padat</strong>ingkatan rendah.9.Potensi sumber daya <strong>bitumen</strong> <strong>padat</strong> pada klasifikasi hipotetik sebesar 40.591.858,9 tonDAFTAR PUSTAKASikumbang, N., Sanyoto, P., Supandjono, R.J.BDan Gafoer, S., 1995, Peta GeologiLem bar Buton, Sulawesi Tenggarasekala 1 : 250.000. Puslitbang GeologiBandungYen, The Fu., and Chilingarian 1976, Oil Shale,Development in Petroleum Science, 5Elsevier Science Publishing Company,Amsterdam–Oxford, New York 1976 S.,1976,Oil Shale, Developmen in Petroleum Science, Elsevier ScientificPublishing CompanyBadan Pusat Statistik Kabupaten Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara., 1999. ButonDalam Angka
Gambar 1. Peta Lokasi Penyeli<strong>di</strong>kan
Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penyeli<strong>di</strong>kan