12.07.2015 Views

Warta Konservasi Lahan Basah - Wetlands International Indonesia ...

Warta Konservasi Lahan Basah - Wetlands International Indonesia ...

Warta Konservasi Lahan Basah - Wetlands International Indonesia ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Fokus <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○MANGROVE CAPITALMelalui Mangrove Mengamankan KetahananPesisir yang Rentan4 ••• <strong>Warta</strong>rta a <strong>Konservasi</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>Oleh:Pieter va Eijk*Mangrove Capital adalah sebuah program yang diprakarsaioleh <strong>Wetlands</strong> <strong>International</strong> bersama para mitranya,bertujuan untuk mengedepankan nilai-nilai mangrove,memberikan pengetahuan dan cara-cara yang diperlukan untukmeningkatkan pengelolaan hutan mangrove.Melalui kegiatan ini diharapkan agar pemerintah, organisasi sektorswasta dan masyarakat lokal di <strong>Indonesia</strong> dapat berperan lebihsignifikan dalam mengelola mangrove, termasuk melindungi pantaiyang rentan dan mendukung perekonomian lokal.Melalui penelitian/kajian tentang nilai-nilai dan peranan mangrove,Mangrove Capital akan mendukung upaya pengembangan/perbaikan kebijakan pengelolaan pesisir dan memberi masukkankepada berbagai inisiatif yang ada, terkait dengan mangrove.Selanjutnya, Mangrove Capital akan berupaya mendorongpengembangan beberapa proyek pilot baru berskala besar, danmenguji berbagai pilihan inovatif dengan menggunakan mangrovesebagai komponen kunci dalam pertahanan pesisir danperngembangan akuakultur. Wawasan dan pengalaman ini akandikomunikasikan ke daerah-daerah lainnya.PERMASALAHAN:Hilangnya hutan mangrove di <strong>Indonesia</strong><strong>Indonesia</strong> adalah negara paling kaya akan mangrove, dengan luasanlebih dari 20% mangrove dunia. Namun hutan mangrove yangberharga ini, akibat alih fungsi untuk berbagai kepentingan(diantaranya menjadi tambak, pembangunan jalan dan pemukiman).kini luasnya semakin berkurang hingga tingkat yang mengkhawatirkan.Hilangnya mangrove memiliki banyak konsekuensi negatif yang padaumumnya kurang dipedulikan. Hampir semua tangkapan udang liardan sekitar 30% tangkapan ikan di Asia Tenggara tergantung akankeberadaan mangrove. Stok berbagai jenis ikan komersial (jugakeanekaragaman hayati) yang didukung oleh keberadaan mangrovekini tengah terancam.TUJUAN dari Proyek iniFoto: Yus Rusila N.Mangrove Capital bertujuan untukmemperbaiki pengelolaan dan restorasihutan mangrove sebagai strategi yangefektif untuk memastikan ketahananterhadap bahaya alam dan sebagai dasaruntuk kemakmuran ekonomi di wilayahpesisir.Fokus utama adalah mempengaruhikeberlanjutan budidaya udang danmempromosikan strategi berbasis ekosistemdalam pertahanan pesisir. Untuk itudibutuhkan komunikasi dan advokasi,menghubungkan isu-isu dan informasiberbagai pengetahuan terkait dan kolaborasiantara ilmuwan dengan pemerintah dansektor swasta.Agar dapat berhasil, proyek ini harus dapatmeyakinkan kelompok-kelompok, mengenaimanfaat dari melestarikan dan memperbaikiekosistem mangrove, sertamendemonstrasikan pendekatan praktisdalam mengintegrasikan mangrove dalampemanfaatan lahan, perlindungan pesisirdan perencanaan pembangunan.


Fokus <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○PendekatanMangrove Capital akan menyatukanpengetahuan tentang nilai-nilai ekonomimangrove dengan pengambilan kebijakankebijakandan penerapannya di lapangan.Aksi penelitian dan kajian literaturKesenjangan pengetahuan dasar akanditangani melalui penelitian. Proyek akanmenginvestigasi peranan mangrove dalampencegahan erosi, mengidentifikasi nilainilaiekonomi mangrove dari berbagai carapengelolaan dan menyediakan data dasartentang status dan penyebaran mangrovedi seluruh <strong>Indonesia</strong>.Cara-caraPengetahuan ini akan diterjemahkandalam cara pengelolaan praktis sepertimisalnya tinjauan kebijakan, systempengambilan keputusan, aplikasipemetaan secara online dan skenarioanalisisnya.Sektor swasta dan badan-badanpemerintah akan didorong untukmenggunakan cara ini dalammeningkatkan sumber daya mangrove danmemaksimalkan keuntungan untukmasyarakat lokal.Dialog kebijakan dan perencanaanbersama, dengan melibatkan para ahlidalam aksi penelitian dan dialog kebijakanyang luas serta kebersamaan dalampenyusunan rencana tata guna lahanmembuat cara-cara ini bisa diterapkan .Proyek ini berharap akan adanyaperbaikan terhadap cara-cara restorasimangrove berskala besar di seluruh<strong>Indonesia</strong>.Foto: Iwan T.C.WPraktek-praktek pembukaan mangrove untuk tujuan membangun tambak,penggunaan pupuk, pestisida dan antibiotic telah menyebabkanpenurunan kualitas maupun kuantitas produk perikanan. Keberadaanmangrove yang semakin berkurang dan tidak utuh (terfragmentasi) jugamengakibatkan fungsi mangrove sebagai pelindung pesisir semakin lemahdan mengakibatkan pemukiman menjadi rentan terhadap erosi, badaimaupun adanya intrusi air laut.Nilai/manfaat mangrove lainnya -yang tersembunyi namun berhargasepertisebagai penyimpan karbon dan pemurni air juga memburuk/rusak.Hilangnya manfaat mangrove, akibat berkurangnya keberadaan/ modalmangrove (‘Mangrove Capital’) telah menimbulkan kemiskinan yangmeluas dan menciptakan kerentanan yang semakin meningkat.Pemahaman yang kurang akan nilai-nilai MangroveBerbagai proyek telah diupayakan untuk menghentikan hilangnya danmengembalikan keberadaan mangrove di <strong>Indonesia</strong>, tapi banyak yang gagalatau tidak berkelanjutan. Sering kali proyek-proyek ini tidak dibangun ataswawasan ilmiah yang telah ada atau tidak mengambil pelajaran dari masalalu. Beberapa proyek bermasalah karena kurangnya informasi mengenaiperkembangan dan rencana penggunaan lahan. Yang mendasaripermasalahan ini adalah kurangnya kesadaran bahwa mangrove merupakanaset penting yang berkontribusi terhadap pembangunan jangka panjang danberkelanjutan. Bahkan dari sisi pertahanan suatu Negara; mangrove dapatmenjadi suatu strategi Hankam/ Pertahanan & Keamanan bagi suatu NegaraKepulauan seperti <strong>Indonesia</strong>.Meskipun ketersediaan pengetahuan tentang nilai ekomi mangrove telahmemadai, namun informasi ini tidak utuh (terfragmentasi) dan sering sulituntuk dapat di akses dan diintepretasi oleh kalangan umum.Permasalahan seperti ini akhirnya menjadi hambatan untuk bertindak,bagi mereka yang terlibat dalam pengelolaan mangrove.Kebutuhan paling utama yang diperlukan adalah bagaimana kesenjanganantara ilmu pengetahuan dengan kebijakana dan praktek –praktek dilapangan dapat dihilangkan. Diantaranya dengan menjadikan ilmupengetahuan mudah diakses dan mendemonstrasi-kan pendekatanpendekatanlapangan yang efektif untuk menstimulir perubahan kebijakan,perbaikan atas perencanaan tata guna <strong>Lahan</strong> serta restorasi mangrovesecara besara-besaran.HASIL YANG AKAN DICAPAI OLEH PROYEK INITingkat Nasional: Peningkatan Kebijakan Pengelolaan Sumber DayaPesisirPada tingkat nasional, Proyek ini akan bekerja dengan kelompokkelompokkerja pemerintah yang berhubungan dengan adaptasiperubahan iklim, manajemen penanggulangan bencana dan kelompokkerja mangrove pada umumnya. Kerjasama ini bertujuan untuk mengkaji/menata kembali kebijakan-kebijakan terkait mangrove sebagai pelindungpantai, pendukung perikanan pantai dan budidaya, serta hutan pesisir......bersambung ke hal 18Volume 20 No. 1, Januari 2012 ••• 5○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○


<strong>Konservasi</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○Haruskah Kota Banda AcehMemiliki Kawasan PlasmaNutfah Mangrove?Oleh:Dedek Hirwansyah, S.Hut*Sebagai negara kepulauan, <strong>Indonesia</strong>merupakan tempat komunitas mangroveterluas di dunia dan termasuk ke dalamkelompok The Old World Mangrove. Menurut dataestimasi dari The <strong>International</strong> Society for MangroveEcosystems (ISME) tahun 1997, luas hutan mangrovedi dunia sekitar 18,1 juta hektar dan 4,251 juta hektaratau 26% berada di <strong>Indonesia</strong>.Penyebaran beberapa jenis mangrove terdapat disekitar garis khatulistiwa. Semakin jauh darikhatulistiwa, jenis mangrove semakin sedikit danpohonnya semakin kecil. Di <strong>Indonesia</strong>, penyebaranhutan mangrove sebagian besar berada di sepanjangpantai yang terlindung dengan dasar lumpur atau pasirdan terbentang mulai dari Aceh sampai Papua. Hutanmangrove di <strong>Indonesia</strong> meliputi areal seluas 3,6% dariseluruh areal berhutan sebesar 119.316.707 hektar.Sebelum tsunami terjadi, wilayah pesisir Aceh memilikihutan mangrove seluas 54.335 ribu hektar pada tahun1982 yang terhampar dari pantai timur sampai selatan.Data dari Departemen Kehutanan menunjukkan bahwa,pada tahun 1993 luas hutan mangrove di Aceh tersisahanya sekitar 20.000 ribu hektar saja dan dalam kurunwaktu 11 tahun hutan mangrove telah musnah lebihdari 50%.Upaya mengatasi kerusakan mangrove pasca tsunami,telah banyak dilakukan namun hasilnya belum sepertiyang diharapkan. Banyak faktor yang mempengaruhipengembangan mangrove, salah satunya adalahtingkat keberhasilan pelaksanaan rehabilitasi danrestorasi kawasan mangrove belum berhasil denganbaik karena tehnis rehabilitasi dan restorasi hutanmangrove belum dikuasai sepenuhnya oleh parapengambil kebijakan dan pelaksana di lapangan.6 ••• <strong>Warta</strong>rta a <strong>Konservasi</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>Disamping faktor di atas, ada kawasan kawasanmangrove yang pasca tsunami mengalami suksesialam sehingga vegetasinya kembali pulih sepertiawal. Kawasan yang mengalami suksesi tersebutlebih banyak berada pada lahan milik berupa lahanbudidaya tambak (land tenure).Belajar dari pengalaman terdahulu, banyak kawasanmangrove dikonversi untuk lahan budidaya tambakyang menjurus pada pemusnahan habitat mangrove.Kawasan mangrove yang mengalami suksesi alamperlu dipertahankan dan diusulkan menjadi kawasanpelestarian plasma nutfah yang berguna untuk riset,edukasi, ekowisata dan proteksi wilayah pesisir.Tujuannya agar supaya suksesi mangrove di lahanbudidaya tambak seperti halnya di gampongLambaro Skep Kecamatan Syiah Kuala dapatditetapkan menjadi kawasan pelestarian plasmanutfah mangrove oleh Pemkot Banda Aceh.DEFINISI DAN LINGKUP MANGROVEHutan mangrove adalah suatu formasi hutan yangdipengaruhi oleh pasang surut air laut dengankeadaan tanah yang anaerob (Dirjen RLPS tahun2000). Menurut Aksornkoae (1993), hutan mangroveadalah tumbuhan halofit (tumbuhan yang hiduppada tempat-tempat dengan kadar garam tinggi ataubersifat alkalin) yang hidup di sepanjang areal pantaiyang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampaidaerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yangtumbuh di daerah tropis atau sub tropis.Diperkirakan terdapat ± 20 famili tumbuhanmangrove, 30 genus dan 80 spesies khas di dunia(kelompok mayor dan minor), 40 jenis diantaranyatumbuh di Asia Tenggara dan 15 jenis hidup di Afrika


<strong>Konservasi</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○serta 10 jenis hidup di Amerika.Tumbuhan hutan mangrove di <strong>Indonesia</strong>berkembang dengan baik dan memilikikekayaan spesies yang tinggi, terdiri dari15 famili, 18 genus, 41 spesies dan 202spesies yang berasosiasi. Masing-masingmembentuk pohon 89 jenis, palem 5 jenis,sikas 1 jenis, liana 19 jenis, epifit 44 jenisdan herba tanah 44 jenis namun hanya 47jenis yang benar-benar tumbuhan hutanmangrove.KONDISI MANGROVE DI KAWASANPLASMA NUTFAHSebelum tsunami melanda Aceh, wilayahKec. Syiah Kuala terutama gamponggampongdi pesisir seperti Lamdingen,Gano, Lambaro Skep, Jeulingke, Tibangdan Alue Naga merupakan habitatmangrove. Namun seiring denganmelonjaknya harga udang di pasarregional dan internasional menyebabkanbanyaknya habitat mangrove dikonversisebagai tambak udang intensif.Kemudian ditambah lagi dengankeganasan gelombang tsunami yangmemusnahkan habitat mangrove danpada akhirnya tidak tersisa sama sekali.Adanya program rehabilitasi dan restorasimangrove yang dilaksanakan olehPemerintah dan Non GavermentOrganitations (NGO) memberikanharapan baru kembalinya habitatmangrove seperti halnya dahulu sebelumkonversi tambak dan tsunami. Tabel 1berikut ini menyajikan daftar jenis-jenismangrove yang ditanam di kawasanplasma nutfah mangrove.Disamping program rehabilitasi danrestorasi mangrove juga sedangberlangsung suksesi alam di lokasi yangdiusulkan menjadi kawasan pelestarianplasma nutfah mangrove. Dariinventarisasi awal terhadap vegetasiyang ada dapat dilihat pada tabel 2 disamping ini.Tabel 1. Kegiatan Penanaman yang Dibiayai oleh BRR NAD – Nias Tahun2008 Menggunakan Model Direct Planting dengan PropagulMangrove.No Nama Nama Latin Famili Katagori KeteranganDaerahKomponen1. Bangka U Rhizophora Rhizophoraceae Utama Daun 4-5 helai,mucronatajumlah sedikit2. Bangka Rhizophora Rhizophoraceae Utama Daun 4-5 helai,Menyeuk apiculata jumlah sedikit3. Bako Kurap Rhizophora Rhizophoraceae Utama Daun 4-5 helai,stylosajumlah dominanSumber: Hasil survey, September 2008.Tabel 2. Hasil Inventarisasi Vegetasi Kawasan Plasma Nutfah MangrovePasca Tsunami di Desa Lambaro Skep Kecamatan Syiah Kuala KotaBanda Aceh, Tahun 2008.NamaDaerahBangka UBangkaMenyeukKacanganPertutJampeePutehJampeeItamButa butaNirehNipahTarumtumMange-KashianBerembang,pedadaNamaLatinRhizophoramucronataRhizophoraapiculataAegicerascorniculatumBruguieragymnorrhizaAvicenniaalbaAvicenniamarinaExcoecariaagallochaXylocarpusgranatumNypafruticansLumnitzeraracemosaAegicerasfloridumSonneratiacaseolarisFamiliRhizophoraceaeRhizophoraceaeMyrsinaceaeRhizophoraceaeAvicenniaceaeAvicenniaceaeEuphorbiaceaeMeliaceaePalmaeCombretaceaeMyrsinaceaeSonneratiaceaeSumber: Hasil survey, September 2008KatagoriKomponenUtamaUtamaTambahanUtamaUtamaUtamaTambahanTambahanUtamaUtamaTambahanUtama.....bersambung ke hal 22KeteranganSedang berbuahBelum berbuahSedang berbuahSedang berbuah, jumlahpopulasi dominanBelum berbuah, jumlahpopulasi lebih sedikitdibanding Avicennia marinaAda yang sedang berbuah,jumlahnya dominanPopulasi sedikit, profil pohonmasih kecilSedang berbunga danberbuah, jumlah populasibanyakJumlah populasi sedikit danbelum berbuahPopulasi sedikitJumlah populasi banyak dansedang berbungaJumlah populasi sedikit danbelum berbuahVolume 20 No. 1, Januari 2012 ••• 7○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○


Berita Kegiatan○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○Pertemuan Regional Asia Konvensi RamsarJakarta, 14-18 November 2011“Persiapan untuk Conference of The Parties (COP) XI, padaBulan Juni 2012 yang akan datang di Rumania”8 ••• <strong>Warta</strong>rta a <strong>Konservasi</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>Oleh:TrianaPada tanggal 14 – 18 November 2011,telah berlangsung Pertemuan RegionalAsia Konvensi Ramsar, bertempat diHotel Mercure, Jakarta. Hadir dalam pertemuanini 40 perwakilan dari berbagai negara di dunia.Pertemuan membicarakan berbagai aspekkonservasi lahan basah, konservasi biodiversitasdi dalamnya, peningkatan kesejahteraanmasyarakat yang bergantung pada lahan basahserta kaitan konservasi lahan basah dengan isuekonomi dan dunia usaha di lingkup RegionalAsia.Pertemuan dibuka oleh Menteri Kehutanan RI,Zulkifli Hasan. Menurutnya, pertemuan inibertujuan untuk menyatukan berbagai pendapatdalam hal perlindungan dan penguatan padalahan basah serta lahan gambut. Jika lahanbasah dan gambut itu dirusak maka akanmengakibatkan pemanasan gas rumah kaca(GRK) karena mengeluarkan emisi yang sangattinggi, paparnya. Hasil dari pertemuanselanjutnya itu akan dibawa ke lingkup duniapada pertemuan Conference of the Parties(COP) XI Konvensi Ramsar tahun 2012 diRumania.<strong>Indonesia</strong> telah meratifikasi Konvensi Ramsarberdasarkan Keputusan Presiden No. 48 Tahun1991 tanggal 19 Oktober 1991 tentangPengesahan Convention on <strong>Wetlands</strong> of<strong>International</strong> Importance Especially as WaterfowlHabitat. Hingga saat ini Sekretariat RamsarConvention telah menetapkan 6 sites yangditetapkan sebagai Ramsar Sites di <strong>Indonesia</strong>,yakni Taman Nasional Danau Sentarum, TamanPara peserta saat pertemuan berlangsung (Foto: Yus Rusila)Nasional Berbak, Taman Nasional Rawa AopaWatumohai, Taman Nasional Sembilang, TamanNasional Wasur, dan Suaka Margasatwa Pulau Rambut.Bersamaan acara pertemuan tersebut, diadakanpameran/exhibisi yang menampilkan informasi-informasiterkait perlahanbasahan khususnya di <strong>Indonesia</strong>.Peserta antara lain: Kemenhut, Kemenbudpar, Swasta,dan NGO mitra pemerintah.Tim peserta dari TNC dan <strong>Wetlands</strong> <strong>International</strong> - IP, berfoto bersamaDirektur Jenderal PHKA, Ir. Darori, MM (kedua dari kanan) dan DirekturKawasan <strong>Konservasi</strong> dan Bina Hutan Lindung, Ir. Sonny Partono, MM(kedua dari kiri) di salah satu booth NGO Partners.(Foto: Nur Hasanah, TNC)


Berita Kegiatan○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○Dalam rangka memperingati Hari <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong> Sedunia, 2 Februari 2012, <strong>Wetlands</strong><strong>International</strong> - IP akan menyelenggarakan kegiatannya di Banda Aceh dan di Desa Reroreja-Kab Sikka NTT. Acara akan melibatkan peserta-peserta yang berasal dari Pemerintahsetempat yg terkait, mahasiswa/pelajar, LSM, media dan kelompok masyarakat.Bentuk kegiatan, diantaranya: presentasi dan diskusi, tentang berbagai nilai danmanfaat penting mangrove, dari sisi lingkungan (pencegah/peredam bencana) dansosial ekonomi (termasuk pariwisata); identifikasi berbagai jenis mangrove; penanamanberbagai jenis mangrove; musik tradisional; dan talk show Radio.Volume 20 No. 1, Januari 2012 ••• 9○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○


Berita Kegiatan○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○BURUNG AIR MIGRAN*Kemitraan Jalur Terbang Asia Timur -AustralasiaBURUNG AIR MIGRANBurung air migrandidefinisikan secara luassebagai Burung airmigran yang secara ekologisbergantung kepada lahan basah.Sejumlah besar Burung air migranseringkali berkumpul di lokasilokasipersinggahan, untukkemudian melakukan pengisian“bahan bakar” selama perjalananmigrasinya, khususnya sebelummelintasi penghalang ekologis yaglebar. Dengan demikian, hilangatau rusaknya lokasi persinggahantersebut akan sangat berpengaruhterhadap keberhasilan merekadalam melaksanakan migrasi.JARINGAN KERJA LOKASIJALUR TERBANGJalur TerbangRute geografis yang dipergunakanoleh Burung air migran untukmelakukan perjalanan setiap tahundikenal sebagai “jalur terbang –flyway”. Di dunia terdapat sembilanjalur terbang utama. Jalur terbang10 ••• <strong>Warta</strong>rta a <strong>Konservasi</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>Asia Timur – Australasiamencakup Rusia TimurJauh dan Alaska, ke selatanmelalui Asia Timur dan AsiaTenggara, hingga ke Australia danSelandia Baru, melintasi 22 negara.Jalur terbang ini merupakan rumahdari lebih 50 juta ekor burung airmigran dari lebih 250 populasi yangberbeda, termasuk 28 jenis spesiesterancam secara global. Selamamigrasi, burung air bergantung padarangkaian lahan basah yang sangatproduktif untuk beristirahat danmencari makan, mengumpulkanenergi yang cukup untukmelanjutkan tahap berikutnya dariperjalanan mereka. Oleh karenaitu, kerjasama internasional disepanjang negara-negara yangdilaluinya menjadi sangat pentinguntuk melestarikan dan melindungiburung air migran dan habitatdimana mereka sangatbergantung.Jaringan Kerja Lokasi JalurTerbangPendirian Jaringan Kerja LokasiJalur Terbang Burung Air AsiaTimur – Australasia (Jaringan KerjaLokasi Jalur Terbang) adalahmerupakan elemen penting dariKemitraan dan akan meyakinkanbahwa ikatan lokasi penting secarinternasional dapat dikelola secaraberkelanjutan untuk mendukungkelulushidupan dalam jangkapanjang dari burung air migran dijalur terbang. “Jaringan kerja LokasiJalur Terbang” memberikanperhatian terhadap keterhubunganwww.eaaflyway.netantara berbagai lokasi burung airmigran melalui spesies dan populasiyang sama di sepanjang jalurterbang. Setiap lokasi memenuhicriteria untuk nominasi, danmenunjukan kepentingannya secarainternasional bagi burung airbermigrasi. Lebih dari 700 lokasilahan basah sejauh ini diketahuimemenuhi salah satu kriteria, dan100 diantaranya, tersebar di 14negara, telah dimasukan kedalamJaringan Kerja Lokasi Jalur Terbang.HARI BURUNG MIGRAN SEDUNIAHari Burung Migran Sedunia digagaspada tahun 2006 dan dikoordinasikanoleh Perjanjian Burung Migran Afrika- Eurasia (AEWA) dan KonvensiSpesies Migran (CMS). Ini adalahmerupakan kampanye global yangmenekankan kepentingan untuk


Berita Kegiatan○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○melindungi burung air migran danhabitatnya. Untuk menandai haritersebut, Sekretariat KemitraanEAAF bermaksud menganjurkanpemerintah nasional dan lokaluntuk mempromosikanpengamatan burung air & kegiatanpendidikan untuk meningkatkanpenyadartahuan mengenaikepentingan burung air danhabitatnya.BURUNG AIR MIGRAN DIINDONESIA<strong>Indonesia</strong> telah diketahui sebagaisalah satu negara yang palingpenting dalam hal tersedianyahabitat yang mendukungkehidupan burung air pendatang.Sampai saat ini, setidaknyasebanyak 16 lokasi di <strong>Indonesia</strong>telah diidentifikasi sebagai tempatpenting sebagai persinggahanmereka, karena mendukung lebihdari 1.000 ekor burung pada setiapmusim migrasinya. Bahkan satulokasi diantaranya, yaituSemenanjung Banyuasin -Sumatera Selatan (termasuk TN.Sembilang) adalah merupakanlokasi dimana ditemukan burungair pendatang yang paling banyakdi seluruh jalur penerbangan Asia -Australasia bagian timur, yaitusebanyak kira-kira 114.500 ekor.Lokasi penting lain yang telahteridentifikasi diantaranya adalahpantai timur propinsi Jambi, pantaiutara Jawa Barat, delta SungaiSolo – Brantas. Masih banyakyang belum diketahui mengenaikondisi dataran lumpur yang luarbiasa luas di selatan Papua danbebebrapa tempat lainnya,termasuk di Kalimantan, Sulawesidan Maluku.KEGIATAN DI LOKASIJARINGAN KERJA EAAFINDONESIA : TAMANNASIONAL WASURTaman Nasional Wasur, Papuatelah ditetapkan pada tahun 1996sebagai satu-satunya lokasijaringan kerja EAAF di <strong>Indonesia</strong>.Selain itu, Taman NasionalWasur juga telah ditetapkansebagai Ramsar Site pada tahun2001.Salah satu keunikan yang dimilikioleh Taman Nasional Wasuradalah adanya rawa biru yangmerupakan kawasan air tawaryang terbuka dan permanenterutama pada musim panas,sehingga menjadi tempat pentingbagi satwa liar, terutama burungburungair. Taman Nasional yangberbatasan dengan KawasanPengelolaan Satwa Tonda diNegara Papua New Guinea, yangjuga merupakan Ramsar Site, inijuga kerap dikunjungi oleh burungburungbermigrasi baik yangberasal dari belahan bumi dibagian Selatan, Australia maupundari bagian Utara. Burung-burungmigran ini mulai berdatangan keTaman Nasional Wasur dimulaipada bulan Agustus dan mencapaipuncaknya pada bulan Septemberdan Oktober.Pengamatan burung bermigrasi diTaman Nasional Wasur belumbanyak dilakukan. Pada periodetahun 1980 – 1990an, kegiatanpengamatan Burung migrandilakukan oleh <strong>Wetlands</strong><strong>International</strong>, KementerianKehutanan dan WWF. WildlifeConservation Society/WCSbekerjasama dengan UPT BalaiTaman Nasional kemudian.....bersambung ke hal 23Volume 20 No. 1, Januari 2012 ••• 11○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○


Berita Kegiatan○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○Mangrove Mengamankan PesisirYang Rentan BencanaJakarta, 16 January 2012Hari ini (16 Jan 2012) <strong>Wetlands</strong> <strong>International</strong> bersama Kementerian Kehutanan dan Kementerian DalamNegeri RI meluncurkan Program Mangrove Capital yang bertujuan untuk mengkaji berbagai kebijakanpengelolaan dan restorasi hutan mangrove, sebagai strategi efektif dalam mempertahankan wilayahpesisir dari bencana alam dan sebagai pendukung kemakmuran ekonomi masyarakat pesisir.<strong>Indonesia</strong> adalah negara yang paling kaya akan mangrove, dengan luasan sekitar 3,2 juta Ha atau lebih dari20% luasan mangrove dunia (16,5 juta Ha). Mangrove memiliki berbagai nilai dan manfaat, diantaranya sebagaipendukung dan habitat keanekaragamanhayati, sumber nafkah masyarakat, peredam banjir, mencegah intrusi airlaut ke darat, menstabilkan garis pantai dan kontrol erosi, menciptakan sabuk hijau di pesisir (coastal green belt)serta ikut mendukung mitigasi dan adaptasi perubahan iklim global. Namun hutan mangrove yang berharga ini,kini lebih dari 60% kondisinya telah rusak akibat alih fungsi berbagai kepentingan (diantaranya menjadi tambak,pembangunan berbagai infrastruktur publik dan pemukiman).Fakta akan nilai penting, kondisi mangrove <strong>Indonesia</strong> dan aksi nyata di lapangan• Kajian oleh CIFOR pada tahun 2011 mendapatkan bahwa hutan mangrove yang masih utuh di kawasanIndo-Pacific menyimpan sekitar 1023 ton Carbon atatyu setara 3750 ton CO2/ha (sekitar 60% berada didalam tanah/lumpur).• Perusakan dan degradasi ekosistem mangrove diperkirakan menghasilkan hingga 10 % dari emisideforestasi global. Padahal, luas hutan mangrove hanya 0,7 % dari hutan tropis. <strong>Indonesia</strong> memiliki 3,2 jutahektar mangrove atau 22,6 % mangrove dunia.• Sekitar 60% penduduk <strong>Indonesia</strong> pada umumnya tinggal dalam wilayah /radius 50 km dari garis pantai dantersebar di 42 kota dan 182 kabupaten; akibat rusaknya hutan mangrove dan adanya perubahan iklim,wilayah pesisir <strong>Indonesia</strong> menjadi rentan akan bencana alam.• Sejak pertengahan tahun 1970, sebagian besar kawasan mangrove <strong>Indonesia</strong> telah dikonversi menjadipertambakan (luas saat ini sekitar 500,000 Ha); dan sebagain besar dari tambak-tambak tersebut kiniterlantar dan terancam oleh adanya kenaikan permukaan air laut.• Dengan adanya ancaman perubahan iklim, adalah sangat penting untuk memulai program rehabilitasi pesisirbaik pada tambak-tambak yang terlantar (melalui pendekatan Sylvo-fishery; menggabungkan kolam ikan/udang dengan penanaman pohon) maupun pada sempadan pantai dan sungai di daerah muara• Program rehabilitasi pesisir (melalui program OBIT-one billion indonesian trees/ penanaman satu milyarpohon) akan berkontribusi besar dalam mereduksi emisi GRK (gas rumah kaca) <strong>Indonesia</strong> dan relevantdengan komitment Pemerintah RI untuk mengurangi emisi GRK sebesar 26% hingga tahun 2020• Pesisir pantai (hutan mangrove) yang sehat, selain menjadi benteng bagi eksositem daratan ia jugamerupakan benteng pertahanan suatu Negara. Oleh karenanya, program rehabilitasi pesisir wajib menjaditugas seluruh warga Negara12 ••• <strong>Warta</strong>rta a <strong>Konservasi</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>Dinyatakan di Jakarta 16 Januari 2012Nyoman SuryadiputraDirektur <strong>Wetlands</strong> <strong>International</strong> <strong>Indonesia</strong> ProgramJl A Yani 53 BogorFax/ph : 0251 8325755/8312189Email: nyoman@wetlands.or.id○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○


Berita Kegiatan○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○Peluncuran Program “Mangrove Capital - Meningkatkan Ketahanan Pesisir”16 Januari 2012, Gd. Manggala Wanabakti, JakartaAcara yang diprakarsai oleh <strong>Wetlands</strong> <strong>International</strong> dan bekerjasama dengan Ditjen BPDAS-PS – KementerianKehutanan RI ini, dihadiri oleh para anggota KKMN, NGO, lembaga pendidikan, media, dan mitra MangroveCapital dari luar negeri.Mangrove beserta nilai-nilai dan manfaat yang dikandungnya menjadi kunci utama bagi ketahanan pesisir danjuga bagi pengembangan perekonomian masyarakat di wilayah pesisir. Untuk itu diperlukan perbaikanpengelolaan dan restorasi hutan mangrove. Melalui Program Mangrove Capital, salah satunya akanmendukung upaya pengembangan/perbaikan kebijakan bagi pengelolaan pesisir.Experts Meeting & Kunjungan LapanganBogor, 19 - 22 Januari 2012Masih dalam rangka sosialisasi dan pemantapan Program “Mangrove Capital”, di Bogor telah terselenggarapertemuan para Experts diantaranya: Ms. Karen McKee (US Geological Survey), Mr. Mai Sy Tuan (HanoiNational Univ. of Education), Mr. Norio Tanaka (Saitama University), Mr. Collin Woodroffe (Univ. of Wollongong),Mr. David McKinnie (National Oceanic and Atmospheric Administration), Ms. Catherine Lovelock (Univ. ofQueensland), Ms. Joanna Ellison (Univ. of Tasmania).Pada hari Minggu, 22 Januari 2012, para peserta berkunjung langsung ke salah satu lokasi kegiatan <strong>Wetlands</strong><strong>International</strong> <strong>Indonesia</strong> Programme di wilayah pesisir Teluk Banten dan sekitar CA. Pulau Dua.Volume 20 No. 1, Januari 2012 ••• 13○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○


Berita Kegiatan○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○Ekosistem, Tutupan <strong>Lahan</strong> danCadangan Karbon di Desa Noebesa, NTTSecara umum dapatdikatakan bahwa wilayahDs. Noebesa merupakanbagian dari suatu “lansekapperbukitan kering” yang dicirikanoleh terbatasnya proporsi tutupanvegetasi pada areal berbukit kering,gugurnya beberapa jenis tertentu(sebagai adaptasi terhadap kondisikekeringan) dan terbatasnyakeanekaragaman tumbuhan.Berdasarkan interpretasi visual CitraSatelit WorldView 2 (liputan tanggal4 Juli 2011) yang divalidasi dengansurvei lapangan, Desa Neobesamemiliki 6 tipe ekosistem di desa iniyaitu: 1) kawasan hutan keringperbukitan seluas 724.17 hektar, 2)rawa/danau dan embung/check damseluas 1.93 hektar, 3) sungai seluas20.36 hektar, 4) kawasanpertambangan seluas 119.66 hektar,5) areal budidaya seluas 142.67hektar, dan 6) pemukiman seluas8.33 hektar. Keenam tipe ekosistemini tersusun dari sepuluh (10) kelaspenutupan lahan yaitu: pemukiman,14 ••• <strong>Warta</strong>rta a <strong>Konservasi</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>Oleh:Iwan Tri Cahyo W.Check Dam/embung, danau/rawa,lahan terbuka, padang rumput,pertanian lahan kering, semak,belukar, hutan rawang kering, dankebun campuran.Kawasan hutan kering perbukitantersebar di seluruh penjuru desayang dicirikan oleh hutan rawangcemara dan beberapa kelas tutupanlahan non hutan, yaitu lahanterbuka, padang rumput, semak,dan belukar. Sebagian besarkawasan pertambangan (sebanyak3 blok) terkonsentrasi di sebelahselatan seberang sungai, dansebagian kecil (sebanyak 1 blok)berada di sebelah utara desa.Sementara itu, kawasan pemukimanberada di bagian tengah desa,diapit oleh dua kawasan tambangtersebut dan dikelilingi olehkawasan budidaya dan hutan keringperbukitan.Dari pengukuran lapangan danpenghitungan, diketahui bahwacadangan karbon yang tersimpandalam biomasa tumbuhan di DesaNoebesa sebesar 18.735 ton. Hampirsetengah (47.6%) dari total cadanganternyata tersimpan di dalam biomasadari kebun campuran, yaitu sebesar8,924.07 ton. Sementara itu,cadangan karbon ke-2 dan ke-3terbesar masing-masing adalahbelukar yaitu 5,095.92 ton (27%),dan hutan rawang kering yaitu 4,271ton (22.8%). Apabila pada lokasilahan terbuka, lahan belukar, hutanrawang kering, padang rumput, dansemak (total seluas 865 Ha)dilakukan rehabilitasi melalui“penanaman intensif” dan“penanaman pengayaan” (sepertihalnya yang terjadi pada kebuncampuran) maka nilai total cadangankarbon di Desa Noebesa akanmampu ditingkatkan hingga empatkali lipat lebih tinggi dari 18,738 tonmenjadi 70,444 ton C. Namundemikian, usaha ini tidaklah mudahmengingat kondisi tanah di DesaNoebesa yang pada umumnyabersifat labil, kering, dan rawan erosi.


Berita Kegiatan○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○PERTAMBANGAN MANGAN DIDESA NOEBESASejarah penambangan Mangan diDesa Noebesa di mulai pada tahun2008 menyusul beroperasinya PT.Soe Makmur Resource (SMR) didesa tetangga yaitu Desa Supul.Pada saat itu, beberapa pendudukDesa Noebesa ikut bekerja sebagaitenaga buruh dalam penambanganMangan. Beberapa orang yangtelah mengenal bentuk batuMangan kemudian mulai melakukanpenggalian secara manual di lahanmiliknya. Upaya ini kemudianmenemukan deposit batu Mangandi Desa Noebesa. Sejak itulahpenambangan batu Mangandilakukan di Desa Noebesa.Kegiatan pertambangan mangandikelompokkan menjadi dua jenisyaitu tambang masyarakat dantambang perusahaan. Tambangmasyarakat mengacu pada aktivitaspenambangan yang dilakukan olehmasyarakat di lahan milik sendiri/perorangan dan dilakukan secaratradisional dengan alat bantuseadanya. Sementara tambangperusahaan mengacu padakegiatan penambangan yangmelibatkan perusahaan sebagaipelaku utama. Dalampelaksanaanya, tambangperusahaan menggunakan alatberat yang terdiri dari Bulldozer,Excavator, dan Dump Truck.Dalam hal ini, perusahaan yang dimaksud adalah PT. Soe MakmurResources (PT. SMR) yang saat inimerupakan satu-satunyaperusahaan yang beroperasi diDesa Noebesa.Berdasarkan survei di lapangan,terdapat empat (4) lokasi tambangperusahaan yang tengah beroperasidan tiga (3) tambang masyarakatyang masih aktif. Hingga bulanSeptember 2011, PT. SMR telahmelakukan kerjasama dengandelapan orang pemilik lahan atautuan tanah yang tersebar pada 10lokasi galian tambang denganluasan dan lokasi yang berbedabedadan membanginya menjadi 4blok penambangan yaitu blok 3, 5,2, dan 4.RESIKO DAN KERAWANANBENCANAAnalisis yang diperoleh dalamkajian ini menunjukkan bahwaresiko yang perlu memperolehpenanganan prioritas di DesaNoebesa adalah resiko terhadaplongsor, minimnya sumbedaya air,dan kesehatan masyarakat.Setidaknya terdapat lima lokasiyang dinilai memiliki kerawanantinggi terhadap bencana longsor.Diantara kelima lokasi tersebut,perhatian serius sebaiknyadiberikan terhadap lokasi rawanlongsor berada di bagian utaradesa. Lokasi ini pernah mengalamilongsor pada tahun 2000 lalu dansempat memutus jalan yangmenghubungkan Desa Supul danNoebesa. Saat survei dilakukan,tim menemukan retakan barusepanjang 20 m dan lebar 0.5-1 mdi sekitar lokasi ini. Temuan inimenimbulkan kekuatiran akanterjadinya longsor di daerah ini.Bahaya akan krisis air bersih jugasudah dirasakan desa ini.Minimnya curah hujan danterbatasnya sarana penunjang airbersih membuat masyarakat tidakmemiliki pilihan lain, selain hanyamenggunakan air yang ada disumur, sungai, dan embung yangada.Resiko akan kesehatan juga harusmenjadi prioritas Desa Noebesa.Beberapa penyakit yang kerapkalimenyerang warga adalah diare,malaria, ISPA, dan TBC.Sebagaimana dituturkan olehBidan Desa, terdapat indikasi kuatbahwa kegiatan lalu lalangkendaraan operasional tambangmenjadi salah satu faktor utama dibalik meningkatnya penderita ISPAdan TBC di Desa Noebesa dalamtiga tahun terakhir.Volume 20 No. 1, Januari 2012 ••• 15○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○


Berita dari Lapang○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○MOLO, Kearifan Tradisionalpenangkapan ikan di PAPUAPeningkatan produksiperikanan laut di Papuatidak lepas dari peningkatanproduksi tangkapan yang cenderungmeningkat dari tahun ke tahun. Hallain yang mendorong terjadinyapeningkatan produksi tersebutadalah meningkatnya pertumbuhanrumah tangga perikanan(penduduk). Kesemuanya tentumerupakan kontribusi daripeningkatan jumlah nelayantradisional dan jumlah serta jenisalat tangkap.Secara tradisional nelayanmelakukan aktivitas penangkapanikan dengan menggunakan perahudayung berkapasitas 2-3 orangserta alat tangkap sederhanasecara turun temurun. Penggunaanalat ini berkaitan erat dengan tujuanpemenuhan kebutuhan keluarga(subsisten) dan juga sumberpendapatan keluarga nelayan.Di Papua, jenis transportasi yangdigunakan dalam pemanfaatansumberdaya perikanan antara lainperahu dayung, motor tempel,katinting, speed boat, long boat,perahu semang 1, semang 2 dankole-kole. Melaut denganmenggunakan perahu semang 1seperti terlihat pada Gambar 1.Penggunaan alat tangkapmemainkan peranan yang sangatbesar terhadap aktivitaspenangkapan ikan oleh paranelayan. Demikian juga halnya16 ••• <strong>Warta</strong>rta a <strong>Konservasi</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>Oleh:Freddy Pattiselanno* & Agustina Y.S. Arobaya**Gambar 1. Perahu dayung, salah satu sarana transportasi dalam memanfaatkansumberdaya perikanan di Papuapenggunaan alat transportasi inimenentukan jauh dekatnya jarak daripemukiman ke lokasi penangkapanikan. Dengan kata lain, semakinmodern alat transportasi yangdigunakan akan semakin jauh jaraktempuh dan perolehan hasil yangdiperolah nelayan.Selain alat transportasi, penggunaanalat tangkap juga sangatberpengaruh terhadap hasiltangkapan ikan oleh nelayantradisional. Nelayan tradisional diPapua umumnya menggunakan alattangkap sederhana dan sifatnyaturun temurun antara lain pancing,jaring (Gambar 2) dan kalawai (alatGambar 2. Jaring untuk menangkap ikansejenis tombak). Penggunaan alatselain berkaitan erat dengan teknikpenangkapan ikan yang dilakukanoleh nelayan setempat jugaberkaitan erat dengan musim.Salah satu teknik penangkapanyang dikenal di Papua adalah ‘molo’(dialek setempat) yang artinyamenyelam untuk menangkap ikandengan alat bantu panah untukmemanah ikan.Molo merupakan teknikpenangkapan yang dikenal secaraturun temurun biasanya diwariskankepada generasi yang lebih muda.Lama waktu menyelam bervariasitergantung keahlian nelayan yangsering melakukan aktivitas ini.Yang menarik penyelamandilakukan tanpa menggunakan alatselam, selain kaca mata selam.Alat bantu lainnya yaitu sejenispanah ikan (Gambar 3) atau dalamdialek setempat dikenal dengannama “jubi”. Jubi biasanya terbuatdari variasi beberapa materialantara lain kayu, kawat, karet dan


Berita dari Lapang○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○besi (Gambar 3 dan 4). Pada saatmelakukan molo, nelayan biasanyamenghabiskan waktu 2-3 jamdengan kedalaman penyelamanbervariasi dengan waktu berkisarantara 10-20 menit untukmendapatkan tangkapan. Karenaitu mereka yang sering melakukanaktivitas molo untuk menangkapikan paling sering mengalamigangguan pendengaran.Penyelaman biasanya dilakukanpada malam hari saat bulan tidakbersinar terang atau dalam istilahsetempat saat “bulan gelap”.Dalam suasana bulan gelap,diyakini bahwa kepekaan ikanterhadap hadirnya nelayan akanberkurang dan mereka tidak dapatmelihat nelayan yang menyelam.Oleh karena itu jangan heran kalaupada kondisi seperti ini nelayanbisa membawa pulang hasiltangkapan yang cukup baik(Gambar 5, 6 dan 7).Laju pembangunan kawasan pesisirPapua, saat ini membuka akses kedan dari daerah-daerah baru yangsebelumnya terisolasi. Hal inisecara tidak langsung ikut pulamempengaruhi penggunaan alatpancing oleh nelayan setempat.Perkembangan jenis alat tangkapyang digunakan nelayan mulaibergeser ke peralatan modern yangmudah diperoleh dan dijual di kota.Selain itu terbukanya isolasi daerahjuga membuka sejumlah peluangpemasaran hasil tangkapan. Takheran jika kondisi ini ikut jugamempengaruhi penggunaan alatGambar 3 & 4. “Jubi” alat panah ikan yang digunakan saatperburuan dengan menyelamyang lebih modern sehinggasemakin efisien dalammeningkatkan hasil tangkapanyang pada akhirnya ikutmeningkatkan pendapatan nelayan.Walaupun demikian, teknik-teknikpenangkapan dan penggunaan alattangkap tradisional masih tetapmenjadi bagian kesehariankelompk nelayan tradisional skalakecil dengan modal terbatas. Disatu sisi hal ini sangatmemprihatinkan dan memerlukanperhatian serius instansi teknisterkait dalam rangka memacupengingkatan produksi danpendapatan nelayan. Di sisi lain,perkembangan saat ini menjadisalah satu faktor yang secaraperlahan mulai menggeser aktivitasdan penggunaan alat tangkaptradisional ke teknik penangkapanyang semakin maju denganperalatan modern pula. Molowalaupun bersifat tradisionalmerupakan teknik peninggalangenerasi masa lalu yang perludipertahankan dan dilestarikankarena selain ramah lingkungan danberkelanjutan merupakan kearifanlokal setempat yang memanfaatkanbahan sekitar dengan tujuan utamauntuk kebutuhan subsisten. ••*Fakultas Peternakan Perikanan &Ilmu Kelautan UNIPA(pattiselannofreddy@yahoo.com)**Fakultas Kehutanan UNIPA)(agustinaarobaya@yahoo.com)Ikan-ikan hasil tangkapan masyarakatVolume 20 No. 1, Januari 2012 ••• 17○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○


Fokus <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○..... Sambungan dari halaman 5MANGROVE CAPITAL ...........Dengan melakukan kajian bersamaterhadap beberapa kebijakantertentu yang sudah ada,selanjutnya akan dikembangkansuatu perbaikan kebijakan yangmengintegrasikan antara nilaiekonomi mangrove dengan jasalingkungannya.Solusi-solusi untuk meremediasiadanya konflik kebijakan akandiidentifikasi dan mekanismeinsentif untuk melibatkan pemangkukepentingan lokal dalam restorasimangrove akan dikembangkan. Haldemikian akan menjadi basis untukperbaikan tata kelola (governance)sumber daya mangrove danterciptanya suatu lingkungan yangmendukung perbaikan pengelolaanmangrove ditingkat kabupatenmaupun masyarakat pesisir.Tingkat Daerah: MemfasilitasiSolusi Kebijakan Mangrove untukPertahanan PesisirPada tingkat provinsi dankabupaten, Proyek akanmengidentifikasi strategi-strategibaru untuk pertahanan pantai yangmenggabungkan restorasimangrove konvensional dengancara-cara pengayaan lumpur ataumelalui bangunan-bangunan kolamperangkap sedimen. Proyek ini,melalui kerjasama denganpemerintah, akan mempromosikankebijakan-kebijakan penggunaan‘rekayasa-hibrida’ / Hybridengineering dalam melakukanperlindungan pesisir (termasukpengurangan risiko bencana danadaptasi perubahan iklim).Berdasarkan analisa hasilpenelitian, pelaksanaan pilot proyekberskala besar -sebagaidemonstrasi rekayasa hibrida- akandiupayakan pendanaannya.18 ••• <strong>Warta</strong>rta a <strong>Konservasi</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>Tingkat Lokal: MeningkatkanKeberlanjutan Ekonomi Lokalmelalui AkuakulturUpaya nasional dan regional untukperbaikan pengelolaan mangrovehanya akan berhasil jika faktor utamapenyebab hilangnya mangrove – misalakibat pertambakan- dapat diatasi.Banyak bukti telah memperlihatkan,bahwa dengan menggabungkankeberadaan sabuk hijau (green belt)pesisir dengan pertambakan dapatmeningkatkan hasil panen, mengurangibiaya perawatan kolam, mengurangiserangan penyakit pada komoditasperikanan, memperbaiki kualitas air,mengurangi kerentanan pesisir danmenyediakan kayu bakar. Terkaitdengan hal ini, Proyek akanbekerjasama dengan sektor produsenudang swasta dalam upayamemfasilitasi peningkatan kualitasproduksi udang untuk sertifikasidengan memasukkan jasa-jasamangrove ke dalamnya. Proyek akanberkerjasama dengan perusahanswasta, dinas-dinas pemerintah terkaitdan petambak di lokasi-lokasitertentu dalam menerapkan strategiperikanan tambak (udang) yang ramah/ pro-mangrove (seperti sylvo-fishery).Mengkomunikasikan Output danHasil secara InternasionalTemuan dari proyek ini sangat relevanbagi negara-negara lain yang jugamemiliki mangrove di sepanjangpantainya yang rentan bencana.Untuk mengkomunikasikan hasil-hasiltemuan dari Proyek ini dengan pihakpihakberkepentingan lainnya (misalpihak swasta, pemerintah, konvensikonvensiinternasional terkait, atauorganisasi lainnya yang bergerakdibidang akuakultur dan pertahananpesisir), para mitra proyek akan dapatdihubungi melalui system jejaring(networks).Tahapan danJangka Waktu ProyekProyek ini akan berlangsungdalam beberapa tahapan. TahapPertama, berlangsung selama 3tahun (2012 - 2014) dan dibiayaioleh dana hibah dari lembagadonor di Belanda.Untuk tahapan-tahapanberikutnya, pendanaan akandiupayakan kemudian.Foto: Iwan T.C.WProyek ini sangat terkait denganpengintegrasian antara inisiatifsektor swasta, programmasyarakat sipil dan kebijakankebijakanpemerintah dibidangpengelolaan mangroveberkelanjutan.Foto: Triana


Fokus <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○PROGRAM KEMITRAANMangrove Capital adalah programkemitraan, yang menyatukankeahlian, kemampuan dan jaringanyang luas dari berbagai lembagapenelitian, LSM, pemerintah danmitra dari sektor swasta di<strong>Indonesia</strong>, Eropa dan AmerikaUtara. Proyek ini akan berkaitanerat dengan proyek-proyeklapangan yang telah ada dansecara ekstensif melibatkankelompok-kelompok masyarakatsetempat.Peran utama dari mitra-mitra intiadalah sebagai berikut:• LSM <strong>International</strong>, <strong>Wetlands</strong><strong>International</strong> akan memimpindan mengkoordinasikanMangrove Capital melaluikantor pusat di Belanda danakan memberikan masukanteknis berdasarkanpengalamannya dalammerestorasi mangrove diberbagai negara. Jejaringkantor-kantor <strong>Wetlands</strong>Kontak:<strong>International</strong> di berbagaiNegara dan para mitranyaakan membantumenyebarluaskan hasil-hasilproyek ini di tingkat global.• Di <strong>Indonesia</strong>, kantor <strong>Wetlands</strong><strong>International</strong> yang berada diBogor akan mengkoordinasikanpekerjaan lapangan dan akanbekerjasama denganPemerintah dan Swasta<strong>Indonesia</strong>.• Deltares sebuah Lembaga diBelanda yangmengembangkan ilmu tentangpengelolaan air akanmembimbing pengembanganpendekatan baru untukperlindungan pesisir melaluirestorasi mangrove dandinamika sedimen.• Universitas Wageningen akanmemimpin studi tentang nilainilaiekonomi (valuasiekonomi) dengan skenarioyang berbeda-beda dikawasan mangrove.Pieter van Eijk, <strong>Wetlands</strong> <strong>International</strong> HQ (Pieter.vanEijk@wetlands.org)I Nyoman N. Suryadiputra, <strong>Wetlands</strong> <strong>International</strong> - IP (nyoman@wetlands.or.id)• LSM Global, The NatureConservancy akan memimpintinjauan literatur tentangperanan mangrove dan akanmenyebarkan temuan-temuantersebut.• BPDAS-PS - KementerianKehutanan akanmengkoordinasikan keterlibataninstansi pemerintah dalampengumpulan data, kerjalapangan dan dialog kebijakan.• Pusat Survei Sumber DayaKelautan - Bakosurtanal akanmemimpin penyusunan petamangrove yang lebih rinci, baikstatus dan penyebarannya di<strong>Indonesia</strong>.• Institut Pertanian Bogor akanberpartisipasi dalam kerjalapangan dan akanmemfasilitasi keterlibatanmahasiswa <strong>Indonesia</strong>.* <strong>Wetlands</strong> <strong>International</strong> HQ,NetherlandsFoto: Iwan T.C.WVolume 20 No. 1, Januari 2012 ••• 19○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○


Flora dan Fauna <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○Keanekaragaman Hayatidi kawasan Mangrove SAGARA ANAKAN“Burung air migran” juga singgah disiniMegadiversity Countryadalah julukan bagi<strong>Indonesia</strong> yang merupakannegara dengan keanekaragamanhayati tertinggi di dunia.Keanakeragaman hayati inimencakup ekosistem, jenis dangenetik yang berada di daratmaupun perairan termasuk pesisirdan laut dan salah satunya adalahmangrove. <strong>Indonesia</strong> juga memilikikeragaman jenis burung kelimaterbesar di dunia (17% jumlahburung di dunia), (Bappenas, 2003).Mangrove berasal dari kata Portugisyaitu Mangue dan bahasa Inggrisyaitu Grove. <strong>Indonesia</strong> memilikimangrove yang cukup luas sekitar15 juta hektar. Contoh mangroveyang ada di <strong>Indonesia</strong> yaitu diSegara Anakan (Rusila Noor etal., 2006).Kawasan hutan mangrove SegaraAnakan masuk ke dalam wilayahKabupaten Cilacap, terletak disebelah utara PulauNusakambangan. Selain SegaraAnakan, terhampar pulau-pulaukecil lain yang bersambung dengandaerah estuari, rawa dan hutanbakau di pantai selatan Cilacap.Perairan Segara Anakan merupakanbagian Samudera Hindia denganmuara-muara sungai dan hutanpayau Cilacap dan Ciamis,sehingga kawasan ini mengandungberaneka ragam ekosistem dansumber daya hayati (Kistanto,2010).20 ••• <strong>Warta</strong>rta a <strong>Konservasi</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>Oleh:Elisabet Rose Rahayu Boru Hutabarat*Di perairan Segara Anakan, selainterdapat ribuan jenis biota laut,juga hidup satwa langka, yaitulumba-lumba khas wersut ataupesut (Orcaella sprabat dekatpesut Mahakam dan dolfinIrrawady Myanmar (NHK). Saat inikeberadaannya sangatmengkhawatirkan oleh karenaterus terjadinya pendangkalan,akibat proses sedimentasi yangberasal dari Sungai Citanduy yangbermuara di sini. Disisi lain jugamarak terjadinya penebanganpohon-pohon bakau olehmasyarakat. Laguna SegaraAnakan merupakan rawa payauyang terletak antara pulauNusakambangan dan Pulau Jawapada koordinat 108 o 47’- 108 o 52’BT, 7 o 39’- 7 o 42’LS. Laguna inimerupakan muara dari beberapasungai yaitu sungai Citanduy, KayuMati, Cikujang, dan Cibeureum dibagian barat, sedangkan SungaiPanikel, Cikonde, Ujung Alang,Dangkal dan Kembang Kuning dibagian timur (Sahri, 2005).Laguna Segara Anakan bagianbarat memiliki kondisi perairan yangberbeda dengan bagian timurkarena sungai-sungai yangbermuara ke dalamnya berbeda,diantaranya sungai Citanduy yangdiketahui sangat banyak membawasedimen, unsur hara dan memilikikekeruhan yang tinggi. SegaraAnakan memiliki estuari yangterlindung dan dikelilingi oleh hutanpayau yang perkembangannyasangat dinamis. Wilayah initerlindung dari Samudera Hindiakarena adanya PulauNusakambangan. Meskipundemikian di daerah ini prosessedimentasi berlangsung sangatintensif pada dasawarsa terakhir


Flora dan Fauna <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ini. Pendangkalan Segara Anakandipengaruhi erosi yang terjadipada daerah aliran sungai disebelah utara kawasan ini. Perairantersebut memiliki karakteristikhabitat yang mempengaruhiberkembangnya struktur komunitasfitoplankton. Laguna Segara Anakansebagai daerah asuhan dantempat tinggal berbagai sumberdaya ikan ekonomis pentingmerupakan daerah kritis yang perludijaga dan dilindungi dengan sebaikbaiknya.Perairan Segara Anakanberfungsi sebagai daerah asuhan(nursery ground) dan habitatberbagai spesies ikan dan udang.Bagi masyarakat yang bertempattinggal di daerah ini, Segara Anakanmerupakan tempat mencari ikan(fishing ground). Selain bermatapencaharian sebagai nelayan,sebagian masyarakat jugamengembangkan kegiatan pertanian(sawah, tegalan) dan pertambakanpada lahan-lahan yangmemungkinkan (Parwati, 2000).Ekosistem mangrove SegaraAnakan diketahui tidak hanyamerupakan tempat hidup danberkembang biak jenis-jenis burungair penetap, akan tetapi jugamenjadi tempat tujuan danpersinggahan yang penting bagiburung-burung air migran yangdatang dari belahan bumi utaramaupun selatan. Tim PengamatBurung dari Himpunan MahasiswaBio-Explorer Fakultas BiologiUniversitas Jenderal SoedirmanPurwokerto telah mencobamelakukan monitoring burung air diLaguna Segara Anakan denganjalur survey air dan darat.Pengamatan dilakukan pada dualokasi yang memiliki habitat cukupberbeda. Lokasi pertama padadaerah rawa yang terkena pasangsurut air. Tipe tanah di daerah iniberupa lempung hitam yang pekat.Banyak disukai burung-burungperancah dan pengembara sepertiCerek, Trinil dan Gajahan. Lokasikedua, yaitu berupa daerah tanahtimbul. Lokasi tanah timbultersebut harus ditempuh melaluijalur air dengan menggunakan.Wilayah tanah timbul memilikikeanekaragaman yang lebih sedikitdibandingkan wilayah rawa. Indekskesamaan Sorensen menyebutkanbahwa kesamaan dari keduawilayah tersebut adalah 26%dengan sisa nilai tertinggidiperoleh wilayah rawa 51,4 % dantanah timbul 22,5%. Kelimpahanindividu dihasilkan oleh spesiesCharadrius alexandrinus danNumenius phapeopus.Selama kegiatan monitoring yangdilakukan pada bulan Februari -April 2011, tim mencatat beberapajenis burung air migran yangteramati, yaitu dari sukuScolopacidae: Tringa totanus,Numenius phaeopus, Tringastagnatilis, Tringa hypoleucos,Tringa glareola, Numenius arquata,Numenius minutus, termasuk jenisjenisyang jarang mengunjungiSegara Anakan seperti Numeniusmadagascariensis, Limosalapponica, dan Limosa limosa.Sementara dari suku Charadriidae,diantaranya adalah Charadriusalexandrinus dan Charadriusleschenaultii. Selain burung airmigran, pada ekosistem mangroveSegara Anakan ini, teramati jugajenis-jenis burung air penetap(resident), antara lain Bangau tongtong Leptotilos javanicus, Bangaubluwok Mycteria cinerea, Kuntulkecil Egretta garzetta, Blekoksawah Ardeola speciosa, Cangakabu Ardea cinerea, dan Itik benjutAnas gibberifrons. Menjelangpetang tim juga menemukanbeberapa jenis Kowak malingNyctocorax nycticorax di baliksemak.Mengingat pentingnya fungsikawasan bagi hidupan hayati,ekosistem mangrove di SegaraAnakan perlu dijaga dandipelihara kelestariannya. Parapemangku kepentingan harusduduk bersama untuk mencarisolusi terbaik dalam mengatasipenurunan kualitas dan ancamanyang terus dihadapi lagunaSegara Anakan. Pengelolaan harusdilakukan terpadu baik secara lintassektoral maupun lintas administratifmulai dari hulu ke hilir.Dengan lestarinya hutan mangrove,maka peran dan fungsi ekosistemdapat terus terjaga sertatermanfaatkan secaraberkesinambungan. ••HIMABIO-Explorer, Fakultas BiologiUNSOED, Purwokerto, Jawa TengahEmail : ebet_fabio__unsoed@yahoo.combio_explorer91@yahoo.comVolume 20 No. 1, Januari 2012 ••• 21○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○


<strong>Konservasi</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○..... Sambungan dari halaman 7Haruskah Kota Banda Aceh Memiliki KawasanPlasma Nutfah Mangrove ....REKOMENDASIUntuk menetapkan suatu kawasanpelestarian plasma nutfahmangrove diperlukan perencanaanuntuk pengelolaan kawasantersebut.Rencana micro. Kawasan yangdiusulkan merupakan lahanbudidaya tambak (land tenure)sehingga harus dicari solusi untukpembebasan lahan. Alternatif yangmasuk akal adalah denganmembeli lahan tersebut padapengguna lahan. Selanjutnyadibuat perencanaan meliputiinventarisasi, pengukuhankawasan, penata gunaan kawasan,pembentukan wilayah pengelolaandan lain lain. Berdasarkan hasilinventarisasi hutan, pemerintahmenyelenggarakan pengukuhankawasan untuk memberikankepastian hukum atas kawasantersebut, (pasal 14 UU PokokKehutanan Nomor 41 tahun 1999).Pemerintah juga menetapkanwilayah tertentu sebagai wilayah22 ••• <strong>Warta</strong>rta a <strong>Konservasi</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>Kawasan plasma nutfah mangrove Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Acehperlindungan sistem penyanggakehidupan, (UU Nomor 5 Tahun1990 tentang <strong>Konservasi</strong>Sumberdaya Alam Hayati danEkosistemnya). PemerintahProvinsi menetapkan wilayahwilayah tertentu sebagai kawasanlindung dalam suatu PeraturanDaerah (Qanun). Pemerintah Kotamenjabarkan lebih lanjut kawasanlindung ke dalam peta yang lebihditail dengan Qanun, (Pasal 34Keppres Nomor 32 Tahun 1990).Rencana macro. Dalam tahap ini,kawasan pelestarian plasma nutfahmangrove mengacu padapengelolaan sumberdaya alamhayati dan ekosistemnya yangberasaskan pelestariankemampuan dan pemanfaatansecara serasi serta seimbang,(pasal 2 UU Nomor 5 Tahun 1990),bertujuan untuk mengusahakanterwujudnya kelestariansumberdaya alam hayati danekosistemnya sehingga dapat lebihmendukung upaya peningkatankesejahteraan masyarakat danmutu kehidupan manusia, (pasal 3UU No 5 tahun 1990), konservasisumberdaya alam hayati danekosistemnya dilakukan melaluikegiatan (pasal 5 UU Nomor 5tahun 1990.Pelestarian keaneka ragamanmangrove beserta ekosistemnya,dilakukan dengan menjagakeutuhan kawasan agar tetapdalam keadaan asli sehinggapopulasi semua jenis mangrovetetap seimbang menurut prosesalami di habitatnya danmemperbanyak jenis jenismangrove untuk menghindaribahaya kepunahan. Sudah saatnyaPemkot Banda Aceh mengambilsikap dalam menetapkan kawasantersebut yang berada diKecamatan Syiah Kuala menjadisatu satunya di Sumatera sebagaikawasan pelestarian plasma nutfahmangrove pasca tsunami. ••*Penyuluh KehutananKabupaten Aceh BesarE-mail: hirwansyahdedek@yahoo.co.id


Berita Kegiatan○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○..... Sambungan dari halaman 11Burung Air Migran .....melakukan kegiatan penelitianburung migran di beberapa lokasipada tahun 2010.Untuk meningkatkan kemampuanpara petugas serta pengamatBurung migran di sekitar TamanNasional, UPT Taman Nasionaltelah menyelenggarakan kegiatanpelatihan pengenalan tekniksurvey dan pemantauan Burungmigran, dibawah payingkerjasama Kemitraan EAAF di<strong>Indonesia</strong>. Kegiatan tersebutdilaksanakan dengan dukungankerjasama dari WWF <strong>Indonesia</strong>(melalui Forum Kolaborasi TamanNasional Wasur), PemerintahDaerah, Lembaga IlmuPengetahun <strong>Indonesia</strong> (LIPI),<strong>Wetlands</strong> <strong>International</strong> <strong>Indonesia</strong>serta dukungan para ahli dari<strong>Indonesia</strong>n Bird Banding Scheme(IBBS). Kegiatan tersebut diikutioleh 35 orang peserta yangberasal dari Balai Taman NasionalWasur, Balai Taman NasionalLorenzt, Dinas Kehutanan, DinasPeternakan dan BappedaKabupaten Merauke, Universitas,perwakilan Masyarakat Adat danLembaga Swadaya Masyarakat.PEMBENTUKAN KELOMPOKPENGAMAT BURUNGSebagai tindak lanjut dari pelatihantersebut, para peserta sepakatuntuk mebentuk kelompokpengamat burung yang diberi nama“Wasur Birdwatching Club”. Tujuanpembentukan kelompok pengamatburung ini adalah untuk melakukanmonitoring burung bermigrasi danburung-burung lainnya di TamanNasional Wasur. UPT Balai TamanNasional Wasur dan WWF<strong>Indonesia</strong> akan mendukung secarapenuh kegiatan yang dilakukan olehkelompok pengamat burung ini, baikdalam bentuk peminjaman peralatanpengamatan, maupunkesekretariatan.KEGIATAN LAIN YANGDIRENCANAKAN DI INDONESIA• Pengembangan kegiatanKemitraan di tingkat nasional(termasuk penyelesaian pendirianSekretariat Nasional PengelolaanBurung Migran, yang meliputiKelompok Kerja, rencana kerja,legislasi dan kebijakan nasional,pangkalan data, dll.)• Promosi Kemitraan EAAF ditingkat nasional• Tuan rumah pertemuan MoP Keenamdi <strong>Indonesia</strong> (SumatraSelatan)• Pengelolaan lokasi yang telahtermasuk Jaringan KerjaKemitraan EAAF (pelatihan teknissurvey dan pemantauan, sistempelaporan, publikasi)• Pengembangan potensikerjasama internasional,diantaranya melalui sister siteuntuk lokasi Jaringan Kerja• Pengusulan lokasi baru JaringanKerja Kemitraan EAAF• Inventarisasi lokasi lain yangmemenuhi kriteria untukdicalonkan sebagai lokasi baruJaringan Kerja Kemitraan EAAF• Pengembangan pangkalan datanasional pencincinan burung(IBBS)• Promosi dan peningkatankegiatan sensus dan pemantauanburung (AWC, MoBuPi)• Penelitian lahan basah buatan(misalnya sawah) sebagai lokasipenting bagi burung air migran• Melanjutkan kegiatan surveilansflu burung (LIPI, WCS – GHP)• Pelatihan inventarisasi, surveydan pemantauan burung migranSumber: Booklet “Kemitraan untuk JalurTerbang Asia Timur - Australasia”versi Bahasa <strong>Indonesia</strong>,produksi Ditjen. PHKAVolume 20 No. 1, Januari 2012 ••• 23○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○


Dokumentasi Perpustakaan○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○Anonim. 2011. Peatlands inSoutheast Asia A Profile: ARegional Overview of Peatlands inThe Southeast Asian Region.ASEAN and GEC, various.Anonim. 2011. Survei danPemetaan Mangrove. BadanStandarisasi Nasional, 14.Davies, J. 2011. Training Moduleon Peatland Asessment andManagement. ASEAN/GEC, 233.Dinas Hidro Oseanografi TNI-AL.2010. Daftar Arus Pasang SurutTidal Stream Tables Kepulauan<strong>Indonesia</strong> Archipelago Tahun 2010.Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL,130.○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○24 ••• <strong>Warta</strong>rta a <strong>Konservasi</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong>ICRAF. 2011. Rainwater Harvesting:A Lifeline for Human Well-being.ICRAF. x + 69Iqbal, M. dan D. Setijono. 2011.Burung-burung di Hutan RawaGambut Merang Kepayang danSekitarnya. LIPI. vi + 78.Lubis, S., A.U. Musa (et.al). 2007.Membangun Aceh Hijau Bersama:Dalam rangka Moratorium Loggingdi Aceh Prosiding WorkshopLingkungan Hidup Banda Aceh, 2-3Juli 2007. BRR Nias. 55.Perillo, G.M.E., E. Wolanski, D.R.Cahoon and M.M. Brinson. 2009.Coastal <strong>Wetlands</strong>: An IntegratedEcosystem Approach. Elsevier. xxxi+ 933.Setyawan, E., S. Yusri dan S.Timotius. 2011. Terumbu KarangJakarta: Pengamatan jangkaPanjang Terumbu KarangKepulauan Seribu (2005-2009).Yayasan Terumbu Karang<strong>Indonesia</strong>. vi + 101.Wibisono, I.T.C., Aswin R.,Syuhada A., J.N. Schaduw danTyas A.L. 2011. Kajian Ekosistemdan Tutupan <strong>Lahan</strong> di DesaNoebesa, Kecamatan AmanubanTengah, Kabupaten Timor TengahSelatan (TTS), ProvinsiNusa Tenggara Timur(NTT) - LAPORANAKHIR. <strong>Wetlands</strong><strong>International</strong> –<strong>Indonesia</strong>Programme.Bogor.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!