13.07.2015 Views

komunikasi politik soekarno: membangun dukungan publik dengan ...

komunikasi politik soekarno: membangun dukungan publik dengan ...

komunikasi politik soekarno: membangun dukungan publik dengan ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Felix Jebaruskoperasi, dan sebagainya; sedangkan saluran <strong>komunikasi</strong> <strong>publik</strong>misalnya, aula, balai desa, alun-alun, dan sebagainya; dan saluran<strong>komunikasi</strong> sosial misalnya pesta perkawinan, acara arisan, dansebagainya; Sedangkan sasaran adalah anggota masyarakat yangdiharapkan dapat memberikan <strong>dukungan</strong> dalam bentuk pemberiansuara (vote) kepada partai atau kandidat dalam pemilihan umun.Terakhir, Efek <strong>komunikasi</strong> <strong>politik</strong> yang diharapkan adalahterciptanya pemahaman terhadap sistem pemerintahan dan partaipartai<strong>politik</strong>, yang nuansanya bermuara pada pemberian suara(vote) dalam pemilihan umum (Cangara, 2009).Sebagaimana telah dikemukakan, komunikator <strong>politik</strong>menyangkut tiga kategori: <strong>politik</strong>us, profesional, dan aktivis.Pertama: Politikus Sebagai komunikator Politik. Daniel Katzmembedakan <strong>politik</strong>us ke dalam dua hal yang berbeda berkenaan<strong>dengan</strong> sumber perjuangan kepentingan <strong>politik</strong>us pada proses<strong>politik</strong>. Yaitu: <strong>politik</strong>us ideolog (negarawan); serta <strong>politik</strong>us partisan.(1). Politikus ideolog adalah orang-orang dalam proses <strong>politik</strong> lebihmemperjuangkan kepentingan bersama/<strong>publik</strong>. (2). Politikuspartisan adalah orang-orang yang dalam proses <strong>politik</strong> lebihmemperjuangan kepentingan seorang langganan atau kelompoknya(Dan Nimmo, 1978). Kedua: Profesional sebagai komunikator <strong>politik</strong>.Profesional adalah orang-orang yang mencari nafkahnya <strong>dengan</strong>ber<strong>komunikasi</strong>, karena keahliannya ber<strong>komunikasi</strong>. James Carey(Dann Nimmo, 1978) mengatakan komunikator profesional adalahmakelar simbol, orang yang menerjemahkan sikap, pengetahuan, danminat suatu komunitas bahasa ke dalam istilah komunitasi. Ketiga,Aktivis adalah komunikator <strong>politik</strong> utama yang bertindak sebagaisaluran organisasional dan interpersonal. Aktivis bisa dibedakanmenjadi dua yaitu: pertama, jurubicara dan pemuka pendapat yangbergerak dalam jaringan interpersonal (Dan Nimmo, 1978).http://.blogger.com/postedit.g?blogID=2302511825658810526&postID=6997955470943816746ftn2.Beberapa studi mengidentifikasi sejumlah karakteristik yangmempengaruhi kemampuan seseorang untuk mempengaruhi oranglain. Richard E. Petty dan John T. Cacioppo (1996) menegaskan ada360 | Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal


Felix Jebarusempat komponen yang harus ada pada komunikator <strong>politik</strong>, yaitucommunicator credibility, communicator attractiveness,communicator similarity dan communicator power Pertama,kredibilitas sumber mengacu pada sejauh mana sumber dipandangmemiliki keahlian dan dipercaya. Kredibilitas mencakup keahliansumber (source expertise) dan kepercayaan sumber (sourcetrustworthiness). Kedua, daya tarik: Daya tarik seorang komunikatorbisa terjadi karena penampilan fisik, gaya bicara, sifat pribadi,keakraban, kinerja, keterampilan <strong>komunikasi</strong> dan perilakunya.Ketiga, kesamaan; Sumber disukai oleh audience bisa jadi karenasumber tersebut mempunyai kesamaan dalam hal kebutuhan,harapan dan perasaan. Dari kacamata audience maka sumbertersebut adalah sumber yang menyenangkan (source likeability),yang maksudnya adalah perasaan positif yang dimiliki konsumen(audience) terhadap sumber informasi. Terakhir, Power. Sumberyang mempunyai power, menurut Petty & Cacioppo (1996), lebihefektif dalam penyampaian pesan dan penerimaannya daripada tidakmempunyaipowehttp://www.blogger.com/postedit.g?blogID=2302511825658810526&postID=6997955470943816746ftn5 Dalam upayanyamempersuasi komunikan, biasanya ada dua faktor penunjang yangharus diperhatikan pula oleh komunikator. Dua faktor tersebutadalah keterlibatan sumber dan kepentingan isu bagi penerima.Keterlibatan yang tinggi menghasilkan efektivitas pesan yang tinggipula, dan isu yang semakin dekat <strong>dengan</strong> kepentingan penerima,biasanya akan lebih mendorong efektivitas pesan.Metode penelitianMetode penelitian yang dilakukan dalam rangka penelitian iniadalah <strong>dengan</strong> analisis isi secara kualitatif terhadap domain-domainmenyangkut teks-teks sejarah yang membahas tentang Soekarno.Penulis juga melakukan wawancara mendalam <strong>dengan</strong> beberapanarasumber yang berkompeten <strong>dengan</strong> topik ini. Metodepengumpulan data yang digunakan secara umum dua unsur yakni:human dan non human. Menurut Guba dan Lincoln (1985:267)Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal | 361


Felix Jebarussumber data dalam penelitian kualitatif mencakup dua hal yaknimanusia (human) dan bukan manusia (nonhuman). Sumber data<strong>dengan</strong> tipe human sering disebut sebagai narasumber sedangkansumber data yang non human bisa mencakup aspek yang sangat luasseperti teks, dokumen-dokumen, tempat, kejadian/peristiwa, artifakdan sebagainya.Hasil dan Pembahasan1). Soekarno Sebagai Aktivis PolitikSoekarno lahir pada 6 Juni 1901 di Lawang Seketeng, Surabaya.Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Ray dan ayahnya bernama R.Soekemi Sosrodihardjo. Setelah lulus di ELS Mojokerto, kemudianpendidikannya dilanjutkan ke Hoogere Burger School (HBS)Surabaya. Pada tahun 1921 Soekarno lulus dari Hogere Burger School(HBS) dan melanjutkan ke Sekolah Tinggi Teknik (Technische Hogeschool/THS) di Bandung. Kegiatan pendidikan di THSdiselesaikannya pada 1926 dan Soekarno pun menyandang gelarInsinyur (Cindy Adams, 1984; Legge,J.D. 2003; Robert vanNiel.1984).Soekarno adalah seorang aktivis <strong>politik</strong> yang menjadi matangmelalui proses belajar dan pengalaman. Ia bukan politisi karbitan,tapi mendalami dan menjadi matang sebagai aktivis <strong>politik</strong> melaluiproses belajar yang tiada henti. Sebagai seorang remaja yangberanjak dewasa dan tertarik <strong>dengan</strong> masalah <strong>politik</strong>, sesungguhnyatahap awal Soekarno berkenalan <strong>dengan</strong> dunia <strong>politik</strong>, ketika iamengikuti diskusi-diskusi bersama Tjokroaminoto dalam SarekatIslam (Soyomukti, 2010; Cindy Adams,1984). Sebagai seorang aktivisberintelek, Soekarno menuangkan pemikirannya lewat tulisannyayang sangat terkenal di Suluh Indonesia Muda berjudul”Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme.” Tulisan ini merupakanrefleksi dari proses pencarian identitas untuk seorang Soekarno. Iaingin mencari format terbaik untuk sebuah perjuangan yang tengahdilakukannya.362 | Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal


Felix JebarusDalam usia 26 tahun Soekarno mendirikan Partai Politik. Iamenyadari, partai <strong>politik</strong> menjadi kendaraan efektif untukmendukung gerakan <strong>politik</strong>. Ia mendirikan Partai Nasional Indonesia(PNI) pada tahun 1927. Partai <strong>politik</strong> ini sangat kental <strong>dengan</strong>refleksi pemikiran dan sikap Soekarno sebagai seorang nasionalissejati. PNI itu dijadikan sebagai alat perjuangan untuk melawanpenjajah demi tercapainya kemerdekaan Indonesia. Tujuan PNIadalah mencapai kemerdekaan secara sepenuhnya. Karena keraptampil dalam propaganda memperjuangkan kemerdekaan, Soekarnopun dijuluki sebagai “Singa Podium”(Soyomukti,2010; Sarujin.2011). Sebagai pendiri dan aktivis PNI, Sukarno dianggap membawatantangan tersendiri bagi penjajah sehingga ia dijebloskan kedalampenjara di Bandung pada 1929. Soekarno dituduh merencanakanpemberontakan kepada Belanda.Pada waktu Soekarno masuk penjara, PNI yang dibentukoleh Soekarno dibubarkan oleh Sartono dan diganti <strong>dengan</strong> PartaiIndonesia (Partindo). Namun kelompok pendukung Soekarno yangmerasa kecewa segera membentuk organisasi baru pengganti PartaiNasional Indonesia, yaitu Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru).Ketika berhadapan <strong>dengan</strong> pengadilan, Bungkarno membuat sebuahpembelaan yang sangat terkenal, “Indonesia Menggugat” (CindyAdam,1984). Ia mengecam penjajahan dan menyerukan perlawanan.Untuk pertama kalinya dia memakai istilah “Marhaen” sebagaipengganti kaum buruh (proletar). Setelah bebas dari penjara,Soekarno kemudian ingin mempersatukan dua kelompok nasionalisyang merupakan bagian dari PNI pada waktu Soekarno belum dipenjara. Namun usahanya gagal dan akhirnya Soekarno memilih aktifdalam Partindo. Sedangkan PNI Baru kemudian dipimpin oleh Hatta.Pemerintah kolonial merasa terganggu <strong>dengan</strong> gerakan darisejumlah tokoh aktivis seperti Soekarno dan teman-teman, sehinggapada akhirnya, para aktivis <strong>politik</strong> itu ditangkap dan dibuang kedaerah-daerah terpencil. Sukarno dibuang ke Ende, Flores pada 1934(Cindy Adam,1984) .Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal | 363


Felix JebarusSelepas dari Ende, Flores, Sukarno dibuang lagi ke Bengkulu, pada1938 (Cindy Adams, 1984) .Ketika dibuang ke Bengkulu, Bungkarno pun mendirikanperkumpulan sandiwara “Monte Carlo”. Sebagai seniman drama, iasangat serius mengelola perkumpulan sandiwaranya. Dia sangatmemperhatikan semua unsur dramaturgi dalam setiappertunjukannya. Setting, lighting, rias, kostum, bahkan pamflet yangbisa merangsang orang membeli karcis masuk, dibuatnya semenarikmungkin. Pernah juga ditulis, tentang bagaimana sebelum pentas,Soekarno mengarak para pemain tonil (juga pakai peran primadona)<strong>dengan</strong> mobil sewaan keliling kota, untuk membuat penontonsemakin penasaran. Selain sebagai seniman drama, masyarakatBengkulu menganggap Soekarno sebagai tokoh yang pandai danmampu menyelesaikan semua persoalan. Sebagaimana dituturkansendiri oleh Soekarno:…Dalam kehidupanku di Bengkulu pada masa itu akumemperoleh kedudukan sebagai orang cerdik pandai darikampung. Orang datang, kepadaku untuk minta nasehat.Misalnya persoalan kerbau kepunyaan seorang Marhaen yangdituntut oleh seorang pegawai. Marhaen. itu menjadi hampirputusasa, karena kerbau ini sangat besar artinya baginya. Iadatang padaku sebagai "Dukun"‐nya. Aku menasehatkankepadanya, "Ajukan persoalan ini ke pengadilan dan saya akanmendo'akan.'' Tiga hari kemudian kerbau itu kembali. Ada lagiperempuan yang datang menangis‐nangis kepadaku, "Saya sudahtujuh bulan tidak haid." "Apa yang dapat saya lakukan? Sayabukan dokter," kataku. "Bapak menolong semua orang. Bapakadalah juru selamat kami. Saya percaya kepada bapak dan sayamerasa sangat sakit. Tolonglah .... tolonglah ..... tolonglah saya."(Cindy Adam, 1984).Cerita ini menunjukkan, Soekarno mampu menyelami hati danpikiran masyarakat. Ia dianggap sebagai seorang tokoh yang bisaMenggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal | 365


Felix Jebarusmemberikan solusi bagi masalah mereka. Soekarno melaluipendekatan budaya serta sosial kemasyarakatan berhasilmempengaruhi dan merubah persepsi masyarakat setempat bahwaia bukan sosok “manusia asing”, tapi merupakan bagian darikehidupan mereka. Sebagai seorang komunikator, Soekarno diterimakarena terlibat langsung <strong>dengan</strong> kehidupan khalayak (Petty, 1996).Analisis Data/Interpretasi Data(1). Kegiatan Budaya sebagai Media Komunikasi PolitikSesungguhnya, seni drama itu dijadikan media untukmenyampaikan pesan-pesan <strong>politik</strong>. Betapa tidak sebagai, seorangaktivis yang dalam tahanan, seluruh gerak-gerik Sukarno mendapatpemantauan dari pihak kolonial Belanda. Soekarno inginmenyampaikan pesan-pesan perjuangan kepada masyarakat lokal,namun ia menghadapi tantangan karena mereka belum bisamenerima kehadirannya dalam lingkungan mereka. Pementasandrama sebagai sarana hiburan itulah diharapkan bisa memenuhihasrat dan keinginan mereka untuk mendapatkan hiburan.Melalui cerita drama yang ditulisnya dan kemudiandipentaskan <strong>dengan</strong> menggunakan masyarakat setempat sebagaipemain, Soekarno sesungguhnya mencari cara, agar bisa berinteraksidan mendapatkan pengakuan dari masyarakat setempat terhadapdirinya, yang dianggap “orang asing”, yang datang dan tinggal didaerah tersebut. Hal lain sesungguhnya <strong>dengan</strong> menggunakan drama,Soekarno berupaya mendapatkan “panggung” guna menyampaikanpesan-pesan <strong>politik</strong> yang penting bagi masyarakat. Sesungguhnya,pesan-pesan itu ingin disampaikan melalui bahasa drama yangdipentaskan itu. Drama berjudul “Dokter Setan” misalnya, berceritatentang Dokter Marzuki yang mampu membangkitkan mayatmenggunakan mesin. Mayat itu sesungguhnya disimbolkan Soekarnosebagai Indonesia yang sedang berusaha dibangkitkan dari matisurinya. Metafora yang cocok <strong>dengan</strong> apa yang sedangkandiperjuangkan Soekarno bersama para pejuang lainnya.366 | Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal


Felix Jebarus(2). Merasakan Langsung kehidupan MasyarakatPencitraan sebagai aktivis yang hidup merakyat: menderitabersama rakyat sehingga bisa menggunakan bahasa yang dipahamirakyat merupakan citra yang melekat dalam diri Soekarno.Pengalaman seperti itu ia lakukan selama bertahun-tahun. Publikmelihat, mengenal dirinya. Mereka pun percaya <strong>dengan</strong> apa yangdikatakannya. Ia dianggap melakukan <strong>komunikasi</strong> yang jujur: Halhalinilah yang mendorong Soekarno mendapatkan <strong>dukungan</strong> yangkuat dari <strong>publik</strong>.Merasakan langsung persoalan yang dialami rakyat merupakansalah satu keunggulan Soekarno dalam mendapatkan <strong>dukungan</strong> dari<strong>publik</strong>. Dengan demikian, konsep Marhaen yang menjadi sebuahistilah terhadap Proletar dalam perspektif Marx merupakan hasilrefleksi dan pengalaman langsung Soekarno <strong>dengan</strong> realitas. Dengandemikian, dari perspektif teori apa yang dilakukan Soekarno adalahsejalan <strong>dengan</strong> prinsip <strong>komunikasi</strong>,Sesungguhnya apa yang dilakukan Soekarno bermuara padaupaya untuk mendapatkan <strong>dukungan</strong> dari <strong>publik</strong>. Ia mendapat citrapostif dimata masyarakat dimana ia datang dan mereka memberikanapresiasi setinggi-tingginya atas kehadiran Soekarno. Kehadiran didalam masyarakat membuat Soekarno merasakan sendiri suka dukakehidupan masyarakatnya. Ia hidup di tengah-tengah mereka danmerasakan penderitaan yang dialami masyarkat tersebut.Nampaknya, situasi itulah yang membuat Soekarno mendapat<strong>dukungan</strong> dari masyarakat. Citra dirinya sebagai seorang tokoh yangmerakyat bukan sekedar slogan, tapi memang dirasakan olehmasyarakatnya.3. Merumuskan Konsep dan Gagasan Besar Sebagai PesanKomunikasi PolitikPengalaman yang bersentuhan <strong>dengan</strong> realitas membuatSoekarno mampu membentuk dan visi Soekarno sebagai seorangAktivis bahkan pada akhirnya menjadi tokoh <strong>politik</strong> yang memilikigagasan besar tidak saja bersakal nasional tapi internasional.Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal | 367


Felix JebarusMisalnya saja gagasa tentang “Nasionalisme”; “Marhaenisme”;“Trisakti”; “Pancasila”; “Gotong Royong”; (Soekarno,1964;Kasenda,2010). Semua ini merupakan gagasan besar yangdielaborasi Soekarno dikemudian hari, sebagai hasil pergumulannya<strong>dengan</strong> realitas sosial dan budaya masyarakat saat menjadi aktivis.Gagasan menyangkut nasionalisme Indonesia telah menjadikajian Soekarno, ketika berusia 26 tahun dalam tulisannya yangberjudul: Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme (Soekarno,1964).Soekarno melihat ketiga hal tersebut ada di Indonesia danmengkristal menjadi ideologi perjuangan melawan penjajah di manapun. Maka, Soekarno sangat menyayangkan perselisihan di antaraketiga golongan tersebut dan menekankan perlunya kerja sama yangerat bagi ketiga golongan tersebut agar cita-cita kemerdekaan dapatdiraih. Pada tulisannya itu, Soekarno tampak ingin menjadipenengah juga pemersatu diantara ketiga golongan.Begitupun yang menyangkut konsep Marhaen. Soekarnomerumuskan Konsep Marhaen untuk menunjuk pada IstilahProletar dalam perspektif Marxis. Namun ia sangat menolak caracararevolusi seperti yang disarankan dalam gagasan Marxisme.Konsep Trisakti dalam argumen Soekarno mengacu kepada tiga halyang saling berkaitan satu sama lain yaitu: Berdaulat dalam bidang<strong>politik</strong>; Berdikari dalam Ekonomi dan Berkepribadian dalamBudaya. Dalam pidatonya menyambut Hari Ulang Tahunkemerdekaan Re<strong>publik</strong> Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1964,Soekarno mengambil judul “Tahun Vivere Pericoloso”. Gagasan initentunya lahir dari refleksi pengalaman Soekarno ketika berhadapan<strong>dengan</strong> realitas bangsanya. Sehingga menurutnya untuk bisa bebasdari keterpurukan mau tidak mau bangsa Indonesia harusmenjalankan tiga hal itu.Dalam pidato Soekarno pada tanggal 1 Juli 1945 yangkemudian diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila, ialahmomentum bagi Soekarno dalam pembahasan mengenai ideologiyang akan dibawa oleh Indonesia. Dalam pandangan Soekarno,Pancasila yang merupakan dasar dari bangsa dan negara Indonesiamenganut sebuah fundamen, filsafat, dan pikiran yang sedalam-368 | Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal


Felix Jebarusdalamnya, sebagai suatu jiwa hasrat yang sedalam-dalamnya untukdiatasnya didirikan gedung Indonesia merdeka yang kekal dan abadi(Hadi, Syamsu. 2005).Dalam bagian lain, menurut Soekarno dapat saja Pancasila itudiperas hingga menjadi satu dan kemudian dapat dikenal <strong>dengan</strong>sebutan Gotong Royong. Konsep gotong-royong ini merupakankonsep dinamis, bahkan lebih dinamis dari perkataan kekeluargaan.Sebab konsep gotong-royong ini menggambarkan suatu usaha, satuamal, satu pekerjaan secara bersama-sama. Gotong-royong adalahpembanting tulang bersama, pemerasan keringat bersama,perjuangan bantu-biantu bersama. Amal semua buat kepentingansemua, keringat semua kebahagiaan semua.KesimpulanSebagai seorang aktivis <strong>politik</strong>, Soekarno mampu menunjukkanbagaimana upaya untuk mendapatkan <strong>dukungan</strong> <strong>publik</strong> melaluistrategi <strong>komunikasi</strong> <strong>politik</strong>. Ia menggunakan pendekatan budayasebagai media penyampaian pesan. Melalui seni budaya Soekarnomampu menciptakan “panggung” tidak saja untuk mementaskan senidrama tapi juga untuk mensosialisasikan pesan-pesanperjuangannya. Yang lebih penting, “panggung” itu menjadi mediauntuk mendekatkan dirinya <strong>dengan</strong> rakyat serta masyarakat local.Rakyat dari berbagai kalangan melihat dan merasakan langsung apayang menjadi gagasan dan visi Soekarno untuk perbaikan hidupmereka. Selain itu, interaksinya <strong>dengan</strong> realitas socialmemungkinkan ia memiliki kemampuan yang cemerlang untukmenyusun serta mensosialisasikan gagagasan-gagasan besar yangberpengaruh secara nasional maupun internasional. Gagasangagasanitu dikemudian hari dalam perjalanannya sebagai penguasa<strong>politik</strong> didengungkan sebagai pesan penting ke tengah masyarakat.ReferensiAlfian. 1991. Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia.Jakarta:GramediaMenggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal | 369


Felix JebarusBungkarno: Berlayar di Tengah Tiga Gelombang, Oka Aditya,makalah disampaikan dalam seminar HMI 2008Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi.Jakarta: Rajawali Pers.Cindy Adam. 1984. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia,(Jakarta: Gunung AgungDenzin, Norman K & Lincoln, Yvonna S. 2005. The Sage Handbook ofQualitative Research , third edition, thousand Oaks, London:Sage Publikations.Hadi, Syamsu. 2005. Pancasila Bung Karno: Kumpulan Pidato,Ceramah, Kursus dan Kuliah, Jakarta: Paksi BhinnekaTunggal IkaHarun, Rochajat & Sumarno. 2006. Komunikasi Politik Sebagai SuatuPengantar.Bandung: Penerbit Mandar Madju.Kasenda, Peter. 2010. Sukarno Muda: Biografi Pemikiran 1926-1933,Jakarta: Komunitas BambuKurniawan, Syamsul.2009. Pendidikan di Mata Soekarno. Ar-RuzzMedia,JogyakartaLegge,J.D. Sukarno. 2003. A Political Biography,new edition,Singapore: Stamford Press PTE LtdNimmo,Dan. 1978. Political Communication and Publik Opinion inAmerica. USA: Goodyear Publishing Company,Santa MonicaPetty, Richard. E. and John T. Cacioppo. 1996. Attitudes andPersuasion: Classic and Contemporary Approaches. Colorado:Westview Press, Inc.Sarujin. 2011. Kajian Gaya Bahasa dalam Pidato Bung Karno,majalah Prospektus Tahun IX No. 2 Oktober 2011Soyomukti, Nurani.2010. Soekarno Otoriter? Tinjauan atas PribadiSoekarno dan Demokrasi Terpimpin, Jogyakarta: Ar-RuzzMedia GroupSoekarno, Ir., Di Bawah Bendera Revolusi, Yayasan Penerbit DiBawah Bendera Revolusi, Jakarta, 1964.Van Niell, Robert.1984.Munculnya Elit Modern Indonesia, Jakarta:Pustaka Jaya370 | Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!