13.07.2015 Views

Hal. 60-65 Scaffolding Upi.pdf - BPK Penabur

Hal. 60-65 Scaffolding Upi.pdf - BPK Penabur

Hal. 60-65 Scaffolding Upi.pdf - BPK Penabur

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Scaffolding</strong> pada Program Pendidikan Anak Usia DiniDengan demikian, pada pendidikan anakusia dini terjadi pergeseran dari “teacher centered”menjadi “student centered” yang mewujud dalampemberian scaffolds tepat waktu ketikadibutuhkan oleh anak; juga tepat waktu untukditarik kembali. Dengan demikian prinsipprinsipkonstruktivisme yang banyak diambilantara lain:1. Pengetahuan dibangun oleh anak usia dinisecara aktif2. Tekanan proses belajar mengajar terletakpada anak usia dini3. Mengajar adalah membantu anak usia dinibelajar4. Tekanan dalam proses belajar lebih padaproses bukan pada hasil belajar5. Kurikulum menekankan pada parisipasianak usia dini6. Guru adalah fasilitatorDengan memahami teori di atas, maka yangmenjadi masalah adalah bagaimana bentukimplementasi konkrit scaffolding sebagai bagiandari teori konstruktivisme pada setiap aspekpendidikan anak usia dini.Implementasi <strong>Scaffolding</strong> padaPendidikan Anak Usia DiniKita memahami bahwa tahap perkembangananak usia dini terbagi dalam beberapa aspekyang berintegrasi satu dengan yang lain; yaitu:aspek fisik, intelektual, seni dan emosional.Setiap anak usia dini memiliki ciriperkembangan berdasarkan usia. Pencapaiantahap perkembangan aspek fisik pada anak usia2 tahun misalnya berbeda dengan tahapperkembangan fisik anak usia 3 tahun. Para ahlipendidikan anak usia dini telah melakukanpengamatan dan mencatat tahap-tahapperkembangan anak setiap aspek berdasarkanusia. Tahap-tahap perkembangan anak usia dini(Child Development) menjadi dasar untuk melihatkeberhasilan dan kemajuan perkembangananak.Aspek-aspek perkembangan anakmerupakan satu bagian yang terintegrasi satudengan yang lain. Karena itu bentuk scaffoldingdi dalam suatu saat dapat saja terintegrasinamun terdapat juga saat dimana scaffoldinghanya dibutuhkan oleh aspek tertentu.Contoh implementasi scaffolding dalampendidikan anak usia dini penulis ambil darisalah satu daily plan kurikulum play groupbilingual. Tema belajar adalah “My Vegetables”dengan sub tema “Cauliflower”. Desain temadalam kurikulum seperti ini membuka banyakpeluang terjadinya interaksi belajar; anak belajarmengenal sayur-sayuran; sesuatu hal yang dekatdengan kehidupan sehari-hari. Pada aspekSmall Motor Skill, anak melatih kelenturan ototjari tangan dengan memetik kuntum bunga kol.Sementara setiap anak memegang bunga kol,guru mencontohkan cara memetik kuntum bungakol di hadapan mereka (zona perkembanganterdekat). Timbul dalam benak anak, bahwamemetik kuntum bunga kol adalah sesuatupekerjaan dapat dilakukannya sendiri. Anakmengamati bentuk bunga kol yang ada ditangannya (menjadi pembelajar mandiri/learnerutonomy); dan memperhatikan cara guru atauteman lainnya memetik kuntum bunga kol(menjadi pembelajar kelompok/cooperativelearning).Dalam hal memetik kuntum bunga kol,pemagangan kognitif tampil dengan ciri khasnyayaitu modeling oleh guru, penekanan; yaitutekanan proses belajar pada latihanketerampilan otot jari, explorasi; yaitu mengenaimanfaat, habitat dan pengolahan sayur bungakol dan petunjuk yang meningkatkompleksitasnya; yaitu mulai dari mengenggam- memetik – mengelompokkan – menghitungkuntum bunga kol. Instruksi pelajaran; yangmenuntun anak melakukan sesuatu denganperintah yang jelas - meminta anak memetikkuntum bunga kol yang ada di gengamantangannya sampai selesai; dapatmenumbuhkan ketekunan dalam diri anakuntuk mencapai keberhasilan (aspek emosional).Guru melakukan proses assessment dengansebelumnya sudah mengetahui level of actualdevelopment; yaitu belum tentu semua anak telahdapat memetik kuntum bunga kol (menurut TableChild Development). Sedangkan level of potentialdevelopment yang akan diobservasi adalah anakmampu memetik kuntum bunga kol palingsedikit 8 kuntum.Dalam 5 – 10 menit pertama, dapatdiprediksi bahwa anak akan mengalamikesulitan karena jari-jari tangan belum terbiasamemetik kuntum bunga kol. Di saat ini, guruperlu menahan diri dan memberikankesempatan pada anak untuk mengalamikesulitan; guru perlu tahu saat yang tepat untukmemberikan bantuan. Hindari bentuk-bentukinterferensi yang berpotensi menggangu prosesJurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.08/Th.VI/Juni 200763

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!