13.07.2015 Views

Inventarisasi Endapan Bitumen Padat dengan 'Outcrop Drilling' di ...

Inventarisasi Endapan Bitumen Padat dengan 'Outcrop Drilling' di ...

Inventarisasi Endapan Bitumen Padat dengan 'Outcrop Drilling' di ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

INVENTARISASI ENDAPAN BITUMEN PADATDENGAN ‘OUTCROP DRILLING’ DI DAERAH BUTON SELATAN,KABUPATEN BUTON, PROVINSI SULAWESI TENGGARAOleh:Asep Suryana dan S. M. TobingSUB DIT. BATUBARAABSTRACTInvestigation on the solid bitumen in South Buton is to study the solid bitumen-bearing formationdeposits. Administratively, the area is in the Kapontori and Lasalimu <strong>di</strong>stricts, Buton Regency,Southeast Sulawesi Province. Geographically, is situated on the longitude of 5 o 00’00 ’’ – 5 o 15’00” andlattitude of 122 o 45’00” – 123 o 00’00”.Stratigraphically the area composed by Ogena, Tobelo, Tondo, Sampolakosa, Wapulakaformations, Kapontori ultrabasic rock and alluvial deposits. Both Ogena and Tobelo Formations areunconformably covered by Tondo or Wapulaka Formations. While Tondo, Sampolakosa andWapulaka Formations possessed a closed relationship. The whole formations highly controlled by thetectonic process to form anticline – sincline structures towards the Southwest – Northeast to North –South tren<strong>di</strong>ng.The solid bitumen deposits are found in the lime-sandstone of the Tondo Formation and in thesandy-limestone rock of Sampolakosa Formations. Both of these formations are believed to be thesolid bitumen-bearing formations. In the Sampolakosa Formation the solid bitumen content isrelatively high. In contrast, the Wapulaka Formation does not show solid bitumen. The solid bitumenin the Tondo Formation is approximately 3 km length with the <strong>di</strong>rection Southwest to Northeast andthe inclination between 15 o – 20 o . The Sampolakosa Formation <strong>di</strong>rection is Northeast – Southwestwith the inclination of 15 o – 20 o . The solid bitumen in the Tondo Formation has multi-layers andrelatively thin, about 0.20 m to 0.50 m thick overlying with siltstone and claystone. While limesandstonewith asphalt impregnation of Tondo Formation has a thickness of 2.50 m and >13.00 m.The oil content in the Sampolakosa and Tondo Formations range from 30 – 90 l/ton and thewater content ranging from 1 - 60 l/ton. The rock specific gravity is 2.05 gr/ml – 2.50 gr/ml, averageof 2,25 gr/ml; and the oil specific gravity of 0.85 gr/ml – 0.87 gr/ml. The solid bitumen resources inthe area investigated is approximately 60.991.554,38 tons (24.352.833,07 barrel oil equivalent).S A R I<strong>Inventarisasi</strong> endapan bitumen padat <strong>di</strong> daerah Buton Selatan <strong>di</strong>lakukan untuk mempelajarikeadaan geologi, khususnya mengenai formasi batuan pembawa endapan bitumen padat. Secaraadministratif daerah tersebut termasuk ke dalam wilayah hukum Kec.Kapontori dan Kec. Lasalimu,Kab. Buton, Prop. Sulawesi Tenggara. Secara geografis terletak pada koor<strong>di</strong>nat 05 o 00 ’ 00 ’’ -05 o 15 ’ 00 ’’ LS dan 122 o 45 ’ 00 ’’ - 123 o 00 ’ 00 ’’ BT.Stratigrafinya <strong>di</strong>susun oleh Fm. Ogena, Fm. Tobelo, Fm. Tondo, Fm. Sampolakosa, Fm.Wapulaka dan Batuan Ultrabasa Kapontori serta <strong>Endapan</strong> Aluvium. Formasi Ogena dan Fm. Tobelo<strong>di</strong>tutupi oleh Fm. Tondo atau Fm. Wapulaka secara tidak selaras, sedangkan Fm. Tondo, Fm.Sampolakosa dan Fm. Wapulaka mempunyai hubungan stratigrafi selaras. Seluruh formasi tersebutmengalami proses tektonik membentuk struktur antiklin – sinklin <strong>dengan</strong> arah sumbu lipatanBaratdaya - Timurlaut hingga Utara – Selatan. Formasi Tondo dan Fm. Sampolakosa <strong>di</strong>anggapsebagai satuan batuan pembawa endapan bitumen padat. <strong>Endapan</strong> bitumen padat pada Fm. Tondo<strong>di</strong>temukan pada lapisan batupasir tipis antara 0,20 m – 0,50 m berselingan <strong>dengan</strong> batulanau danbatulempung. Panjang sebaran endapan bitumen padat pada Fm. Tondo sekitar 3 - 4 km <strong>dengan</strong> arahBaratdaya – Timurlaut, kemiringan lapisan antara 15 o - 20 o . Sedangkan pada Fm. Sampolakosa<strong>di</strong>temukan bitumen/aspal cukup tinggi pada batugamping-pasiran. Lapisan batupasir gampinganpengandung bitumen padat pada Fm. Sampolakosa mempunyai ketebalan antara 2,50 m - >10 m.Kolokium Hasil Kegiatan <strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 200325-1


Panjang sebaran bitumen padat mencapai 5 km, <strong>dengan</strong> arah Timurlaut – Baratdaya dan kemiringanlapisan 15 o - 20 0 . Formasi batuan lainnya kemungkinan tidak mengandung bitumen padat.Kandungan minyak dalam batupasir Fm. Sampolakosa berkisar dari 30 - 90 l/ton batuan;kandungan air 1 - 60 l/ton batuan; berat jenis batuan 2,05 - 2,50 gr/ml, rata-rata 2,25 gr/ml, danberat jenis minyak 0,85 gr/ml – 0,87 gr/ml. Sumber daya bitumen padat <strong>di</strong> daerah inventarisasisekitar 60.991.554 ton batuan atau setara <strong>dengan</strong> 24.352.833,07 barrel minyak mentah.1. PENDAHULUAN<strong>Bitumen</strong> padat adalah salah satu sumberdaya energi alternatif yang <strong>di</strong>perkirakanbanyak terdapat <strong>di</strong> Indonesia dan belumterdata seluruhnya. Oleh karena itu, Direktorat<strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineralmengadakan program inventarisasi sebagaiwujud dan upaya untuk mengantisipasikebutuhan energi yang semakin meningkatdan mendata sumber daya yang ada.Maksud dari inventarisasi endapanbitumen padat <strong>dengan</strong> ‘outcrop drilling’adalah untuk mengetahui <strong>di</strong>stribusi danketebalan lapisan bitumen padat, kualitas dankuantitasnya.Tujuannya adalah untuk mengetahuilebih jelas arah pelamparan, kemiringanmaupun ketebalan endapan bitumen padat,sehingga dapat <strong>di</strong>ketahui besar sumber dayayang terdapat <strong>di</strong> daerah tersebut.Pengamatan bitumen padat terutama<strong>di</strong>konsentrasikan pada Fm. Ogena, Fm.Tondo dan Fm. Sampolakosa. Sedangkankegiatan pemboran (outcrop drilling)<strong>di</strong>tekankan pada formasi batuan yangmengandung rembesan aspal pada Fm. Tondodan Fm. Sampolakosa.Secara administratif daerah ini termasukke dalam wilayah Kec. Kapontori dan Kec.Lasalimu, Kab. Buton, Prop. SulawesiTenggara. Secara geografis dalam LembarPeta Bakosurtanal No. 2210-64, skala1:50.000, <strong>dengan</strong> batas koor<strong>di</strong>nat antara122 o 45 ’ 00 ’’ – 123 o 00 ’ 00 ’’ BT dan 05 o 00 ’ 00 ’’ -05 o 15 ’ 00 ’’ LS (Gambar 1).Conto batuan hasil pemboran <strong>di</strong>ambiluntuk analisa petrografi, sedangkan sisanyauntuk analisa retorting.Analisa batuan <strong>di</strong>lakukan <strong>di</strong>Laboratorium Kimia dan Fisika Mineral,Direktorat <strong>Inventarisasi</strong> Sumber DayaMineral.Penyeli<strong>di</strong>k terdahulu yang <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kansebagai acuan adalah: Sikumbang, N.,Sanyoto, P., Supandjono R. J. B., dan Gafoer,S., (1995) membuat laporan dan peta geologiLembar Buton, Sulawesi Tenggara. Subarnas,A., dkk., (2001) membuat laporan hasilinventarisasi bitumen padat <strong>di</strong> daerah PasarWajo.PT. Timah (?), melakukan inventarisasiaspal <strong>di</strong> daerah Lasalimu, hasilnya juga<strong>di</strong>gunakan untuk membantu dalam penarikankorelasi lapisan batupasir aspal.2. KEADAAN GEOLOGI2.1. Geologi RegionalSecara regional daerah inventarisasimerupakan bagian dari peta geologi LembarButon, Sulawesi Tenggara. Daerah Butontelah <strong>di</strong>kenal sebagai daerah penghasil aspalalam yang terdapat <strong>di</strong> Indonesia.Daerah inventarisasi merupakan bagiandari Anjungan Tukangbesi - Buton, <strong>di</strong>manapara ahli geologi berpendapat AnjunganTukangbesi - Buton ini sering bersentuhan<strong>dengan</strong> Mandala Sulawesi Timur.Mandala Sulawesi Timur ter<strong>di</strong>ri darigabungan batuan ultramafik, mafik danmalihan, sedangkan Anjungan Tukangbesi -Buton <strong>di</strong>susun oleh kelompok batuan se<strong>di</strong>menpinggiran benua serta batuan malihan berumurPermo - Karbon sebagai batuan alasnya.Menurut Sikumbang, dan Sanyoto,(1995), tektonik yang terdapat <strong>di</strong> P. Butonterja<strong>di</strong> beberapa kali <strong>di</strong>mulai sejak pra-Eosen,<strong>di</strong>mana pola tektoniknya sukar untuk<strong>di</strong>tentukan <strong>di</strong>sebabkan oleh seluruh batuannyatelah mengalami beberapa kali perlipatan danpensesaran.Gerak tektonik utama yang membentukpola struktur hingga sekarang <strong>di</strong>perkirakanterja<strong>di</strong> pada Eosen - Oligosen yangmembentuk struktur imbrikasi berarahTimurlaut – Baratdaya. Kegiatan tektonikberikutnya terja<strong>di</strong> antara Pliosen - Plistosenyang mengakibatkan terlipatnya batuan pra-Pliosen. Kegiatan tektonik terakhir terja<strong>di</strong>sejak Plistosen dan masih berlangsung hinggasaat ini. Tektonik ini mengakibatkanterangkatnya P. Buton dan P. Muna secaraperlahan, seirama <strong>dengan</strong> pembentukanbatugamping terumbu Fm. Wapulaka.2.2. Stratigrafi RegionalDaerah Buton <strong>di</strong>susun oleh satuan batuanyang dapat <strong>di</strong>kelompokkan ke dalam batuanMesozoikum dan Kenozoikum. Kelompokbatuan Mesozoikum berumur Trias hinggaKapur Atas hingga Paleosen. SedangkanKolokium Hasil Kegiatan <strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 200325-2


kelompok Kenozoikum berumur Miosen danPlistosen (Gambar 2).Kelompok batuan Mesozoikum ter<strong>di</strong>riatas Fm. Winto, Fm. Ogena, Fm. Rumu danFm. Tobelo yang <strong>di</strong>endapkan dari Trias -Kapur Akhir hingga Paleosen. Kelompokbatuan Kenozoikum kemu<strong>di</strong>an menutupisebagian besar P. Buton yang ter<strong>di</strong>ri atas Fm.Tondo, Fm. Sampolakosa dan Fm. Wapulakayang <strong>di</strong>endapkan pada Miosen Awal hinggaPlistosen.2.3. Struktur Geologi RegionalPeristiwa tektonik yang terja<strong>di</strong> padaAnjungan Tukangbesi – Buton menyebabkanterja<strong>di</strong>nya struktur perlipatan berupa antiklindan sinklin, serta struktur sesar yang ter<strong>di</strong>ridari sesar naik, sesar normal dan sesar gesermendatar.Umumnya struktur berarah Timurlaut –Baratdaya <strong>di</strong> Buton Selatan, kemu<strong>di</strong>an berarahUtara – Selatan <strong>di</strong> Buton Tengah, dan Utara -Baratlaut hingga Selatan - Tenggara <strong>di</strong> ButonUtara.Peristiwa tektonik yang terja<strong>di</strong> berulangulangmenyebabkan batuan-batuan yangberumur lebih tua mengalami beberapa kaliaktivitas struktur, sehingga batuan tuaumumnya <strong>di</strong>temukan pada lokasi <strong>dengan</strong>kemiringan lapisan yang relatif tajam.Sedangkan pada batuan yang lebih mudakemiringan lapisan relatif lebih landai .2.4. Geologi Daerah <strong>Inventarisasi</strong>Daerah inventarisasi merupakan daratanberbukit-bukit yang <strong>di</strong>batasi oleh laut <strong>di</strong>bagian barat dan <strong>di</strong> bagian timur. Kemiringanlereng perbukitan berkisar antara 20 o dan 50 o ,akan tetapi pada beberapa tempat mencapailebih dari 70 o . Kenampakan morfologisebagian besar <strong>di</strong>bentuk oleh batugamping dankonglomerat yang membentuk perbukitanbergelombang terjal. Pada beberapa tempatmenunjukkan morfologi seperti plateau yang<strong>di</strong>susun oleh batugamping Wapulaka <strong>dengan</strong>kenampakan berupa undak-undak yangmenempati tepi pantai.Daerah inventarisasi mempunyaiketinggian antara 50 - 400 m, akan tetapi <strong>di</strong>beberapa tempat mencapai ketinggian 700 m<strong>di</strong> atas permukaan laut.2.4.1. StratigrafiSusunan stratigrafinya ter<strong>di</strong>ri atas batuan<strong>dengan</strong> umur dari Yura hingga Kuarter.Satuan batuan tertua adalah Fm. Ogena(Yura), yang <strong>di</strong>tutup secara tidak selaras olehsatuan batuan dari Fm. Tobelo (Kapur Atas).Di atas Fm. Tobelo <strong>di</strong>endapkan satuan batuanberumur Tersier, ter<strong>di</strong>ri atas: AnggotaBatugamping Tondo, Fm. Tondo, Fm.Sampolakosa dan Fm. Wapulaka serta<strong>Endapan</strong> Aluvium (Gambar 3).2.4.2. Struktur GeologiStruktur geologi umumnya merupakanstruktur antiklin dan sinklin serta beberapastruktur sesar yang ter<strong>di</strong>ri atas sesar naik dansesar normal, serta sesar mendatar.Struktur antiklin – sinklin menunjukkanpola Baratdaya – Timurlaut hingga Utara –Selatan. Struktur ini hampir mempengaruhiseluruh formasi yang terdapat <strong>di</strong> daerah ini,<strong>di</strong>mana terlihat bahwa seluruh formasi batuanmengalami perlipatan. Beberapa formasibatuan menunjukkan sudut kemiringan lapisanyang lebih besar, bahkan sering <strong>di</strong>jumpaisebagai lapisan tegak.Sesar mendatar <strong>di</strong>jumpai <strong>di</strong> bagiantengah dan <strong>di</strong> bagian barat memotongbeberapa formasi, <strong>di</strong>antaranya Fm. Tondo danFm. Sampolakosa. Arah sesar mendatarBaratdaya – Timurlaut hingga hampir Utara –Selatan.Sesar normal merupakan struktur yangterbentuk paling akhir sebagai strukturpatahan sekunder, terdapat <strong>di</strong> DesaMataompana yang membatasi Fm. Wapulaka<strong>dengan</strong> Batuan Ultrabasa Kapontori.2.5. In<strong>di</strong>kasi <strong>Endapan</strong> <strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong>Batuan yang mengandung bitumen bila<strong>di</strong>bakar akan mengeluarkan aroma khasseperti aroma aspal terbakar.Formasi batuan yang mengandungendapan bitumen padat dapat terbentuk padalingkungan danau, laut dangkal – neritik ataulagun. Biasanya merupakan se<strong>di</strong>men klastikhalus, berupa serpih, lanau atau batupasirhalus dan sering berasosiasi atau mengandungsisa-sisa tumbuhan, plankton, ganggang danatau mengandung batubara.Di daerah Buton Selatan (Kec.Lasalimu), bitumen padat umumnyamerupakan singkapan batupasir gampinganyang mengandung rembesan aspal3. HASIL PENYELIDIKAN3.1 Geologi <strong>Endapan</strong> <strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong>Penyeli<strong>di</strong>k terdahulu memperkirakanbahwa bitumen padat <strong>di</strong> daerah Buton Selatanmerupakan hasil migrasi dari formasi batuanyang lebih tua. Batuan reservoirnya adalahFm. Tondo dan Fm. Sampolakosa.Pemboran <strong>di</strong>titik beratkan pada keduaformasi tersebut <strong>di</strong> atas untuk mengetahuiKolokium Hasil Kegiatan <strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 200325-3


keadaan geologi endapan bitumen padattersebut baik arah penyebarannya maupunbesarnya kemiringan serta ketebalan lapisanbatupasir yang mengandung bitumen padat.3.2. <strong>Endapan</strong> <strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong>Data inventarisasi menunjukkan bahwaendapan bitumen padat terdapat pada lapisanbatupasir Fm. Tondo dan lapisan batugampingpasiran Fm. Sampolakosa. <strong>Endapan</strong> bitumenpadat <strong>di</strong> daerah Buton Selatan (Lasalimu)umumnya merupakan endapan aspal yangmengisi pori-pori batupasir gampingan padaFm. Sampolakosa dan Fm. Tondo. <strong>Endapan</strong>bitumen padat tersebut <strong>di</strong>perkirakan sebagaihasil migrasi bitumen dari lapisan serpihcoklat kehitaman Fm. Winto.Beberapa conto batuan yang<strong>di</strong>perkirakan mengandung endapan bitumenpadat (endapan aspal) dapat <strong>di</strong>lihat pada Tabel1 dan Tabel 2.3.3 Kadar dan Kualitas <strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong>Untuk mengetahui kadar dan kualitasbitumen padat yang dapat <strong>di</strong>lakukan adalahanalisa retorting dan analisa petrografi.3.3.1 MegaskopisSecara megaskopis batuan yangmengandung bitumen <strong>di</strong> daerah Buton Selatanberupa batupasir gampingan dan batugampingpasiran yang berisi rembesan aspal, sehinggakenampakan <strong>di</strong> lapangan merupakan batupasirberwarna coklat kehitaman.3.3.2 Hasil Analisa LaboratoriumConto batuan hasil inventarisasi <strong>di</strong>pilihbeberapa conto yang selanjutnya <strong>di</strong>lakukananalisa retorting dan analisa petrografi.Analisa Retorting17 conto batupasir gampinganmengandung aspal yang <strong>di</strong>retort dapat <strong>di</strong>lihatpada Tabel 3.Kandungan minyak yang <strong>di</strong>hasilkan olehconto tersebut menunjukkan kisaran antara 30l/ton (BLW.4 – 3) hingga 90 l/ton (BLW.6 –2A dan BLW.6 – 5).Analisa PetrografiAnalisa petrografi 7 conto (Tabel 4),ter<strong>di</strong>ri dari batuan karbonat yang mengandungaspal ‘impregnated’. Tingkat kematanganbatuan <strong>di</strong>tunjukkan pada conto BLW.9 – 2,yaitu R v mean 0,46%. Material organik padaconto yang <strong>di</strong>analisa <strong>di</strong>dominasi lamalginitdan bitumen dan tidak menunjukkankeberadaan liptinit lain maupun vitrinit.Lamalginit memperlihatkan intensitasfluoresensi sedang, <strong>dengan</strong> warna jinggakekuningan (Tabel 4).<strong>Bitumen</strong> <strong>di</strong> bawah mikroskop merupakanmaterial yang tak berbentuk (relatif amorf)dan meleleh bila <strong>di</strong>sinari ultra violet. <strong>Bitumen</strong>ini memperlihatkan intensitas fluoresen yanglemah, coklat lemah sampai sedang, jinggakekuningan, berasosiasi <strong>dengan</strong> lamalginit dansejajar <strong>dengan</strong> bidang perlapisan.3.4. Interpretasi<strong>Endapan</strong> bitumen padat <strong>di</strong> daerah ButonSelatan (Lasalimu dan Kapontori)menunjukkan penyebaran Baratdaya –Timurlaut (Lampiran 1).<strong>Endapan</strong> bitumen padat <strong>di</strong>temukan padaFm. Tondo dan Fm. Sampolakosa. <strong>Endapan</strong>ini <strong>di</strong>temukan pada lapisan batupasirgampingan seperti yang terdapat <strong>di</strong> DesaSuandala, Desa Lawele, dan Desa Kamaru.Hasil pemboran menunjukkan ketebalanlapisan batupasir yang mengandung rembesanaspal bervariasi antara 2,50 m - 10,30 m. Padabagian bawah lapisan batupasir merupakanperselingan batupasir dan batulempung.Ketebalan perselingan batupasir yangmengandung rembesan aspal <strong>di</strong> bagian bawah<strong>dengan</strong> batulempung berkisar antara 0,20 mdan 0,50 m.Hasil pengamatan menunjukkan bahwaendapan aspal hanya terdapat <strong>di</strong> sepanjangpantai timur Teluk Lawele yang merupakankelurusan dari endapan aspal <strong>di</strong> daerahSampolawa (Desa Rongi) dan daerahPasarwajo (Desa Kabungka). <strong>Endapan</strong> aspalini <strong>di</strong>perkirakan sebagai hasil migrasi bitumenyang berasal dari batuan lebih tua (Fm. Winto)yang <strong>di</strong>anggap sebagai ‘source rock’, melaluijalur sesar dari graben Lawele yangmemanjang mulai dari Teluk Lawele hinggaTeluk Sampolawa.Sebaran bitumen padat berdasarkan hasilpemboran yang <strong>di</strong>lakukan <strong>di</strong> daerah Laweledan Suandala (daerah yang <strong>di</strong>anggap prospek),menunjukkan bahwa lapisan batupasirmengandung rembesan aspal <strong>di</strong>perkirakansebagai suatu lapisan batupasir yang membajibaik ke arah Tenggara maupun ke arahTimurlaut. Hal ini <strong>di</strong>asumsikan dari hasilpemboran dan singkapan batupasir aspalanyang <strong>di</strong>temukan. Hasil pemboran <strong>di</strong> lokasiBLW-01, BLW-02, BLW-06, BLW-07menunjukkan ketebalan >6,00 m - 10,30 m.Sedangkan ke arah Timurlaut yaitu padalokasi bor BLW-03 dan BLW-04, lapisanbatupasir aspalan ini menipis menja<strong>di</strong> 2,50sampai 3,00 m. Demikian pula <strong>dengan</strong> lapisanKolokium Hasil Kegiatan <strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 200325-4


atupasir aspalan <strong>di</strong> bagian Tenggara yang<strong>di</strong>temukan <strong>di</strong> S. Lawele mempunyai ketebalansekitar 1,00 m.3.5. Sumber Daya <strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong>Perhitungan sumber daya bitumen padat<strong>di</strong>lakukan berdasarkan pada penyebaran kearah lateral yang <strong>di</strong>dapat dari korelasibeberapa singkapan yang <strong>di</strong>temukan sertahasil pemboran ‘outcrop drilling’. Dari hasilrekonstruksi terdapat satu lapisan bitumenpadat <strong>dengan</strong> ketebalan cukup signifikan danbeberapa lapisan tipis batupasir aspal <strong>di</strong>bagian bawah (Tabel 5).Lapisan batupasir aspal <strong>di</strong> bagian bawahmempunyai ketebalan antara 0,20 m - 0,50 m,sedangkan lapisan batupasir aspal <strong>di</strong> bagianatas mempunyai ketebalan 2,50 m - 10,30 m.Perhitungan <strong>di</strong>batasi yaitu bitumen padat yangmempunyai ketebalan minimum 1,00 m. Olehkarena itu, lapisan batupasir aspal yang<strong>di</strong>hitung hanya lapisan batupasir aspal bagianatas <strong>dengan</strong> ketebalan antara 2,50 m - 10,30m. Perhitungan <strong>di</strong>dasarkan beberapa batasansebagai berikut:∗∗∗∗Penyebaran ke arah jurus tiap lapisanyang dapat <strong>di</strong>korelasikan <strong>di</strong>batasi sampaisejauh 500 m dari singkapan terakhir atauberhenti pada struktur sesar.Penyebaran ke arah kemiringan (lebar)lapisan <strong>di</strong>batasi sampai kedalaman 100 m<strong>di</strong>hitung tegak lurus dari permukaansingkapan, sehingga lebar singkapanadalah: L = 100/Sin α, <strong>di</strong>mana α adalahsudut kemiringan lapisan bitumen padat.Tebal lapisan adalah tebal rata-rata darilapisan bitumen padat hasil pemboranatau hasil pengukuran singkapan yangtermasuk dalam satu blok perhitungan.Sumber daya bitumen padat <strong>di</strong>hitungberdasarkan rumus: Sumber Daya<strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong> = { P (m) x L (m) x T (m)x BJ (Kg/ton)}Sumber daya bitumen padat sampaikedalaman 100 m sebesar 60.991.554,38 tonbatuan (Tabel 5).Sumber daya minyak <strong>di</strong>hitungberdasarkan rumus: Sumber Daya Minyak ={Sumber Daya <strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong> x KandunganMinyak (l/ton)} / 159.Sumber daya minyak sampai kedalaman100 m sebesar 24.352.833,07 barrel minyakmentah (Tabel 6).3.6. Prospek dan Kendala PemanfaatannyaDari data pemboran <strong>di</strong>ketahui bahwasebaran endapan aspal dalam lapisan batupasirgampingan Fm. Tondo dan Fm. Sampolakosamenunjukkan luas sebaran yang sangatterbatas, sehingga apabila akan <strong>di</strong>kembangkanlebih lanjut <strong>di</strong>sarankan untuk menyeli<strong>di</strong>kilebih detail lagi <strong>di</strong> daerah sekitar DesaSuandala, Desa Lawele dan Desa Kamaru.Pada Fm. Sampolakosa dan Fm. Tondo<strong>di</strong> bagian utara tidak <strong>di</strong>temukan adanyaendapan aspal, sehingga dapat <strong>di</strong>perkirakanbahwa tidak semua Fm. Sampolakosa dan Fm.Tondo mengandung endapan aspal.Pemanfaatan bitumen padat sebagaibahan energi alternatif mempunyai kendaladalam proses pemisahan antara batuan danbitumen padat/aspal. Proses ini relatif akanlebih mahal dan memerlukan investasi cukupbesar. Selain itu, untuk mengenali endapanbitumen padat <strong>di</strong> lapangan juga cukupmengalami kesulitan, sehingga hal inimerupakan kendala lainnya dalam usahapencarian endapan bitumen padat yang<strong>di</strong>anggap prospek. Akan tetapi, singkapansingkapanbatuan yang mengandung danbercampur <strong>dengan</strong> bitumen padat/aspal dapat<strong>di</strong>manfaatkan sebagai bahan baku pondasijalan raya.4. KESIMPULANHasil inventarisasi endapan bitumenpadat <strong>di</strong> daerah inventarisasi serta hasil analisalaboratorium, dapat <strong>di</strong>ambil kesimpulansebagai berikut:1. Daerah inventarisasi mempunyaimorfologi perbukitan <strong>dengan</strong> ketinggian50 - 400 m <strong>di</strong> atas permukaan laut,<strong>dengan</strong> kemiringan lereng 20 o - 50 o . Polaaliran sungai membentuk sub dendritikhingga ra<strong>di</strong>al.2. <strong>Endapan</strong> bitumen padat merupakanendapan aspal dalam lapisan batupasirgampingan yang bertindak sebagai‘reservoir aspal’ hasil migrasi bitumendari lapisan serpih Fm. Winto.3. Formasi pembawa bitumen padat adalahFm. Tondo dan Fm. Sampolakosa.4. Arah sebaran endapan bitumen padatadalah Timurlaut – Baratdaya, sesuai<strong>dengan</strong> arah penyebaran formasipembawanya yaitu Fm. Tondo dan Fm.Sampolakosa.Kolokium Hasil Kegiatan <strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 200325-5


5. Hasil analisa petrografi menunjukkankandungan organik <strong>di</strong>dominasi lamalginit<strong>dengan</strong> vitrinit refleksi R v mean 0,46%.6. Hasil analisa retorting terhadap 17 contomempunyai kandungan minyak antara 30- 90 l/ton batuan.7. Sumber daya bitumen padat <strong>di</strong> daerahButon Selatan (Kapontori dan Lasalimu)adalah 60.991.554,38 ton batuan,equivalen <strong>dengan</strong> 24.352.833,07 barrelminyak mentah.8. Berdasarkan hasil laboratorium yangmempunyai potensi untuk <strong>di</strong>kembangkanadalah daerah Suandala, Lawele danKamaru.5. DAFTAR PUSTAKASikumbang, N., Sanyoto, P., Supandjono, R. J.B. dan Gafoer, S., 1995. Peta GeologiLembar Buton, Sulawesi Tenggaraskala 1 : 250.000. Pusat Penelitian danPengembangan Geologi. Bandung.Subarnas, A., 2001. <strong>Inventarisasi</strong> Pendahuluan<strong>Endapan</strong> <strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong> Di DaerahPasar Wajo dan Sekitarnya, Kab.Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara(Lembar Peta : 2210-62). Direktorat<strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineral,Bandung.Suryana, A, 2002. <strong>Inventarisasi</strong> <strong>Endapan</strong><strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong> <strong>di</strong> Daerah Sampolawadan Sekitarnya, Kab. Buton, ProvinsiSulawesi Tenggara (Lembar Peta :2210-33). Direktorat <strong>Inventarisasi</strong>Sumber Daya Mineral, Bandung.Yen The Fu and Chilingarian 1976. Oil Shale.Development in Petroleum Science, 5.Elsevier Science Publishing Company,Amsterdam – Oxford.Kolokium Hasil Kegiatan <strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 200325-6


Gambar 1. Peta Lokasi Daerah <strong>Inventarisasi</strong> <strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong>, Buton SelatanKolokium Hasil Kegiatan <strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 200325-7


K E N O Z O I K U MZ A M A NPERIODEH O L O S E NPLEISTOSENT E R S I E RP L I O S E NM I O S E NO L I G O S E NE O S E NP A L E O S E N10 6 B U T O NTH Sa l u v i a lr e e fSAMPOLAKOSA5.5T O N D O22.536W A N I ?F O L D I N G5565NB U R UCa l u v i a lr e e fDIASTROPISMEF O L D I N GWS E R A Ma l u v i a lr e e fT U F AF O L D I N GET O B E L OM I T I N GK A P U R???M E S O Z O I K U MJ U R A130OGENAR U M U?KARTINASASIFUMEFA??No dataGREYWACKENo data195T R I A SP A L E O Z O I K U M225D I A S T R O P I S M EM E T A M O R P H I K(S C H I S T, P H Y L L I T E)Serpih, NapalBatupasir, KonglomeratKarbonatGambar 2. Stratigrafi Regional Daerah <strong>Inventarisasi</strong> Buton SelatanKolokium Hasil Kegiatan <strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 200325-8


UMUR FORMASI PEMERIAN LITOLOGIRESENT ALUVIUM Pasir, kerikil, kerakal, lumpur.PLISTOSENWAPULAKABatugamping, putih kekuningan, ganggang, koral. Napal,putih, kekuningan, berselingan dgn batupasir, abu-abu.PLIOSENAKHIRSAMPOLAKOSANapal, abu-abu terang, masif, sisipan kalkarenit, kuningkecoklatan. Batugamping pasiran, halus, coklat kehitaman,kompak - keras, mengandung aspal/bitumen.M I O S E NTENGAHAWALPALEOSENKAPURAKHIRYURATONDOAngg.GAMPINGTONDOTOBELOOGENABatupasir berlapis tebal, abu-abu terang - kehitamam,sebagian mengandung rembesan aspal, berselingan <strong>dengan</strong>batulanau dan batulempung, abu-abu gelap.Konglomerat, abu-abu gelap, ter<strong>di</strong>ri dari batugamping, batuanbeku, kerikil-kerakal.Batugamping terumbu, abu-abu kekuningan, mengandungbanyak foraminifera.Kalsilutit , abu-abu putih, sisipan rijang.Batugamping berlapis, berselingan <strong>dengan</strong> napal.Batugamping abu-abu coklat, keras, ketebalan lapisan 0,20 m– 0,30 m, Napal,abu-abu terang, ketebalan perlapisan 0,10 m– 0,20 mGambar 3. Susunan Stratigrafi Daerah <strong>Inventarisasi</strong>,Kab. Buton, Prop. Sulawesi TenggaraKolokium Hasil Kegiatan <strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 200325-9


NoLokasiTabel 1. Daftar Singkapan <strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong> / Aspal <strong>di</strong> Daerah Buton Selatan(Kapontori dan Lasalimu)Jurus/<strong>di</strong>pLapisan (N o E/ o )Tebal(m)1 SU.01 205/20 3,002 SU.02 205/20 >1,003 SU.03 200/20 >1,00KeteranganBatupasir gampingan, abu-abu kehitaman, keras,masif, ringan, beraroma bitumen, terdapat rembesanaspal. ( S. Wamokona).Batupasir gampingan, abu-abu kehitaman, berbutirhalus, keras, masif ringan, beraroma bitumen, terdapatrembesan aspal. ( S. Laguli)Batupasir gampingan, abu-abu kehitaman, berbutirhalus, keras, masif ringan, beraroma bitumen. (S.Wawompenga).4 SU.04 15/20 3,00 Batupasir, coklat kehitaman, berbutir halus, kompak,keras dan beraroma bitumen ( S. Sinapuli).5 SU.05 - - Batupasir, coklat kehitaman, berbutir halus -sedang,kompak, keras dan beraroma bitumen (S. Sinapuli).6 SU.06 190/18 >5,00 Batupasir, coklat kehitaman, berbutir halus -sedang,kompak, keras dan beraroma bitumen (S. Sinapuli).7 SU.07 190/20 >10,00Batupasir, coklat kehitaman, berbutir halus -sedang,kompak, keras dan beraroma bitumen .(S. Batuawu).8 SU.08 210/15 3,00 Batugamping berlapis, abu-abu terang, kompak,keras, perlapisan 3 - 10 cm. (S. Paiyauow).9 SU.09 - >1,00 Batupasir, coklat kehitaman, berbutir halus -sedang,kompak, keras dan beraroma bitumen. (S. Paiyauow).10 SU.10 210/20 >5,0011 SU.11 190/20 -12 SU.12 195/18 3,0013 SU.13 210/20 >5,0014 SU.14 210/20 -15 SU.15 195/18 3,00Batupasir, coklat kehitaman, berbutir halus -sedang,kompak, keras dan beraroma bitumen .( S. Wakapongke).Batupasir gampingan, abu-abu kecoklatan – abu-abukehitaman, halus, kompak, keras, mengandung aspal( S. Wakapongke).Batupasir gampingan, abu-abu kecoklatan – abu-abukehitaman, halus, kompak, keras, mengandung aspal( S. Wakapongke).Batupasir, coklat kehitaman, berbutir halus -sedang,kompak, keras dan beraroma bitumen .( S. Wawompasa).Batupasir gampingan, abu-abu kecoklatan – abu-abukehitaman, halus, kompak, keras, mengandung aspal( S. Wawompasa).Batupasir gampingan, abu-abu kecoklatan – abu-abukehitaman, halus, kompak, keras, mengandung aspal( S. Wawompasa).Kolokium Hasil Kegiatan <strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 200325-10


No.Tabel 2. Daftar Lokasi Bor <strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong> / Aspal <strong>di</strong> Daerah Buton Selatan(Kapontori dan Lasalimu)KODEXKoor<strong>di</strong>natYKetebalan <strong>Bitumen</strong><strong>Padat</strong>/Aspal (m)Total KedalamanPemboran( m )1 BLW-01 0496281 9422532 >10,00 15,00 Aspal2 BLW-02 0496682 9423468 >6,00 16,00 Aspal3 BLW-03 0497180 9424262 2,50 20,00 Aspal4 BLW-04 - - 2,80 15,00 Aspal5 BLW-05 0498684 9427158 0,00 20,00 Batupasir6 BLW-06 0496730 9423358 > 8,25 8,50 Aspal7 BLW-07 0496315 9422316 10,30 15,00 AspalKet.Tabel 3. Hasil Analisa Retorting Conto <strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong> Daerah Buton SelatanBJ. BATUAN BJ. MINYAK KANDUNGAN KANDUNGANNo. KODE(gr/ml) (gr/ml) MINYAK (l/ton) AIR (l/ton)1 BLW.1-1 2,10 0,87 50 602 BLW.1-4 2,50 0,85 80 303 BLW.1-6 2,29 0,86 60 154 BLW.2-1 2,18 0,85 65 105 BLW.2-3 2,05 0,88 70 206 BLW.3-2 2,36 0,87 60 57 BLW.4-1 - 0,88 35 58 BLW.4-3 - 0,89 30 609 BLW.4-5 - 0,86 40 3010 BLW.6-2A - 0,87 90 1011 BLW.6-5 - 0,86 90 2012 BLW.8-2 - 0,85 85 113 BLW.8-6 - 0,86 45 1514 BLW.8-10 - 0,87 50 2015 BLW.9-2 - - - 2016 BLW.9-8 - - - 3017 BLW.9-12 - - - 15Kolokium Hasil Kegiatan <strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 200325-11


Tabel 4. Analisa Petrografi Conto <strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong> Daerah Buton,Kab. Buton Selatan, Sulawesi TenggaraNo.Lab.BLW 1-1BLW 2-1BLW 3-2BLW 4-5BLW 6-2ABLW 8-2Jenis Conto/Kdlm (m)R v mean(%)Kisaran &(sd) – %JmlO/C – – –O/C – – –O/C – – –O/C – – –O/C – – –O/C - - -PemerianLamalginit ‘common’, jingga. Batuan karbonat.Dom ‘common’, L. Fragmen fossil ‘dominant’.<strong>Bitumen</strong> (impregnated) ‘major’, kuning sampaijingga. Oksida besi ‘abundant’. Pirit ‘common’.Lamalginit ‘sparse’, kuning sampai jingga. Batuankarbonat. Dom ‘sparse’, L. Fragmen fossil‘dominant’. <strong>Bitumen</strong> (impregnated) ‘major’, kuningsampai jingga. Oksida besi ‘abundant’. Pirit‘sparse’.Lamalginit ‘rare’, kuning sampai jingga. Batuankarbonat. Dom ‘rare’, L. Fragmen fossil‘dominant’. <strong>Bitumen</strong> (impregnated) ‘major’, kuningsampai jingga. Oksida besi ‘common’. Pirit‘sparse’.Lamalginit ‘abundant’, kuning sampai jingga. Batulempung karbonatan. Dom ‘abundant’, L.Fragmen fossil ‘major’. <strong>Bitumen</strong> (impregnated)‘abundant’, kuning sampai jingga. Oksida besi‘common’. Pirit ‘abundant’.Liptinit fluoresen ‘absent’. Batuan karbonat. Dom‘absent’. Fragmen fossil ‘dominant’. <strong>Bitumen</strong>(impregnated) ‘major’, kuning sampai jingga.Oksida besi ‘common’. Pirit ‘sparse’.Lamalginit ‘rare’, kuning sampai jingga. Batuankarbonat. Dom ‘rare’, I=L. Inertinit dan liptinit‘rare’, vitrinit ‘absent’. Fragmen fossil ‘dominant’.<strong>Bitumen</strong> (impregnated) ‘major’, kuning sampaijingga. Oksida besi ‘abundant’. Pirit ‘common’.BLW 9-2O/C 0.460.43 – 0.49(0.03)3Lamalginit ‘common’, jingga. Batu lanaukarbonatan. Dom ‘common’, L>I>V. Liptinit‘common’, inertinit dan vitrinit ‘rare’. Fragmenfossil ‘common’. <strong>Bitumen</strong> (impregnated) ‘sparse’,jingga. Oksida besi ‘abundant’. Pirit ‘common’.Tabel 5. Hasil Perhitungan Sumber Daya <strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong> Daerah Buton SelatanNo Blok P (m) L (m) T (m) B. J (kg/ton) Sumber Daya (Ton)1 A 1000 274,75 2,50 2,25 1.545.468,752 B 1100 373,20 8,50 2,25 7.851.195,003 C 1100 274,75 10,00 2,25 6.800.062,504 D 1300 274,75 7,50 2,25 6.027.328,1255 E 1000 250,00 2,50 2,25 1.406.250,006 F 1100 450,00 8,50 2,25 9.466.875,007 G 1100 750,00 10,30 2,25 19.119.375,008 H 1300 400,00 7,50 2,25 8.775.000,00Total 60.991.554,38Kolokium Hasil Kegiatan <strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 200325-12


Tabel 6. Hasil Perhitungan Sumber Daya Minyak Daerah Buton SelatanNo Blok Sumber daya Batuan(Ton)Kandungan Minyak(l/ton)Sumber Daya Minyak(Barrel)1 A 1.545.468,75 60,0 583.195,752 B 7.851.195,00 67,5 3.333.054,483 C 6.800.062,50 63,0 2.694.364,394 D 6.027.328,125 35,0 1.326.770,345 E 1.406.250,00 60,0 530.660,386 F 9.466.875,00 90,0 5.358.608,497 G 19.119.375,00 60,0 7.214.858,498 H 8.775.000,00 60,0 3.311.320,75Total 24.352.833,07Kolokium Hasil Kegiatan <strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 200325-13


122°45' BT122°45' BT05°00' LS472.286472.28605°15' LSQp wQp wQp w500.1 16475.000 480.000 122°50' BT485.000490.000122° 55' BT 495.000123°00' BT505.000 123°05' BT510.000 515.000 123°10' BT9.447.32910 0TmpsTukc10 010 0Qa lK a20 0l30 010 0iQa l10 0Qp w10 020 0ST2926°30 030 040 010 020 010 0Tmps40 028°30°ST30ST3820 040 020 040 030°30°40 050 020 050 030°50 0ST39ST40ST3140 0TmpsQa lTmt lTukc40 050 030 050 040 050 030 0Tmps30°40 040 0ST3430 040 040 030°40 050 030°40 0ST350 0ST3230 030 050 0Qp w40 040 040 010 050 020 020 020 0Tmtc20 020 030 027°40 0ST27TrwTmps20 040 040 0Tmps40 0Tmps40 0uST2420 020°50 0Qp w20 0Tmpsa10 020 0Qp w20 020 020 0o waTmpsST4510 025°ST425°Qa lQa l20 0Qp wQa l0404 A04B07TmpsTg. Ga<strong>di</strong> ga<strong>di</strong>0305Tg. Wa kansoro15°Tg.Wakalanc ueOC M- 02TmpsOC M- 03OCM -03 ATmtc10 010 0OCM -03BOCM -01BKTtOCM- 01OCM -01 AJoOCM -01COCM- 01 DL S30 040 050 050.116123°00' BT05°15' LS20 0KTt20 020 010 010 010 0Tmtc20 010 00110 0Qp w02Tmtc20 010 010 0Qp wTmtcQa l10 0Tmps010 010 0Qp w9.445.0009.440.00005° 05' LS9.435.0009.430.00005° 10' LS9.425.0009.420.0009. 419.663121° 122° 123°Lasausua04°05°121° 122° 123°Disusu nL: I r. AsepSuryanaDigambar : R o h a d iAK OL AKADa erah penye lid ikanRa terateWundulakeKa s iputoP. KabaenaLasoloTi nangeaP. MUNAKE NDARILaimea0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Cm0 1 2 3 4 5 KmABLW14CDAF TAR IS IAN KEGI ATANS UPLEMENDiper iksa : I r. Sukar<strong>di</strong>BAUBAUMe b ubuBa ngtongKe mbanoErekeRAHAP. BUTONKa mb a raLasihaoLeboBuagiBo naMa wa sangkaLo rabeMat aumpanaLangaraP.WowoniLaweleDisutu ju i : DR . I r. Agus Pudjobroto, M. ScTahun : 2002No .Pe ta : 1P. Wangiwangi04°05°9.447.329L a mo BT mt lo n e9.447.32905°00'LA U T BUR UT elu k To m panoTomponoM in an gK am bKa m bowaUTFLORESPET AI ND EKLabul awaLatedePangkowul uL A U TB A N D AUASKA LA 1 : 50.000Telu kTodangaWatangeU m e le R u ma s aM i n a n g a Pa n g k o n w u lMataKE TE RANGANQal Al uviumQpw For m asi WapulakaKa bolaQalTmpsTm tcFor masi Sampol akosaFor masi TondoO mb oKalenauweQpwWoncoTmpsSr ibat araRa waTm tlTukcKTlJoTr wAnggot a Bt .gam ping Fm. TondoKom pleks Ul t ra B asaFor masi TobeloFor masi OgenaFormasi Wint o9.419.658Te l u k K a p o n t o r iWowoncusuMat aompanaWatanboDUUDTal ingkoDUTarakoT e l u k L aw e l eLAW ELETarakoLagunturuNamboBLW .2BLW .6BLW .1BLW .7BLW .806 06A 07B07ABLW .3BLW .5Suandaka9.419.658BKa maru10 0 10 0TopaBonel aloTi r at iraWasuambaUD30 °Sebaran <strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong>Batas f ormasiAnt ikli nSinkli nSesar naikSesar norm alSesar <strong>di</strong> perkirakanSebaran bitumenJurusdan kemi ringanJurusdan kemi ringanSingkapan B itumenJalanPENAMPA NG GE OLOG I A--BSungaiVertikal 1 :10.000Skala : ---------------------------Ho ri so n t al 1 : 1 0. 00 0BKampungD EPA R TE MEN EN ER G I D A N SU MB ER DAYA MINERALDIRE KTORAT JENDERAL GEOLO GI DANSUMB ERD AYA MINERALDIREKTORAT IN V EN TA RI SA SID A N SU MBER D A YA MIN ERA LAPE T A GE OL OGI DAN S EBARAN B ITUMEN PADATDAERAH BUTONSELA TA N DAN SEKITARN YAKA BU PA TENBU TO N , PRO VI N SI SUL AWESI TEN GGARALampiran 1.Peta Geologi dan Distribusi <strong>Endapan</strong> <strong>Bitumen</strong> <strong>Padat</strong>, Daerah Buton Selatan,Propinsi Sulawesi TenggaraKolokium Hasil Kegiatan <strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 200325-14


Kolokium Hasil Kegiatan <strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya Mineral – DIM, TA. 200325-15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!