13.07.2015 Views

Inventarisasi dan Eksplorasi Mineral Non Logam di Kab. Kepulauan ...

Inventarisasi dan Eksplorasi Mineral Non Logam di Kab. Kepulauan ...

Inventarisasi dan Eksplorasi Mineral Non Logam di Kab. Kepulauan ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN INDUSTRIKABUPATEN KEPULAUAN RIAU, PROVINSI KEPULAUAN RIAUOleh : A. F. Yusuf, Martua R.P., Bayu Sayekti <strong>dan</strong> Awalu<strong>di</strong>nSub Dit. <strong>Non</strong> <strong>Logam</strong>SARISecara administratif, <strong>Kab</strong>upaten <strong>Kepulauan</strong> Riau merupakan salah satu kabupaten yang terdapat <strong>di</strong>wilayah Provinsi <strong>Kepulauan</strong> Riau dengan ibukotanya Bandar Sri Bentan. Secara geografis daerah ini terletak<strong>di</strong> antara garis-garis koor<strong>di</strong>nat 104 o 12’57 ‘’ – 104 o 55’36 ‘’ Bujur Timur <strong>dan</strong> 0 o 41’42’’ – 1 o 13’40’’ LintangUtara., dengan luas sekitar 1.776 km².Geologi wilayah ini merupakan paparan hasil pelapukan dari batuan granit yang berumur Trias,berbentuk batholith, se<strong>di</strong>kit batuan metamorfik yang berumur Permo-Karbon (PCm), batuan terobosanandesit (Tma) yang berumur Miosen, batuan se<strong>di</strong>men yang ter<strong>di</strong>ri dari batupasir tufaan berumur Plio-Plistosen, <strong>dan</strong> batuan Aluvium (Qa) merupakan endapan permukaan, yang berumur Holosen.Bahan galian yang <strong>di</strong>temukan terdapat 7 komo<strong>di</strong>ti, antara lain : Pasir (Snd), dasit (Da), granit (Gr),felspar (Fl), kaolin (Ka), pasirkuarsa (Si) <strong>dan</strong> lempung alumina (Cly).Sirtu terdapat sebagai endapan sungai yang bersifat lepas, setempat telah <strong>di</strong>gunakan sebagai bahanbangunan <strong>dan</strong> pengerasan jalan, terdapat <strong>di</strong> sungai-sungai yang berada <strong>di</strong> wilayah ini, <strong>dan</strong> pada FormasiGoungon yang bercampur dengan lempung kaolinit <strong>dan</strong> illit. Granit sebagai bahan bangunan <strong>di</strong>temukan <strong>di</strong>beberapa tempat, sebagian membentuk perbukitan terjal seperti <strong>di</strong> G. Bintan Besar, G. Bintan Kecil <strong>dan</strong>perbukitan kecil lainnya. Dasit sebagan besar membentuk perbukitan seperti G. lengkuas <strong>dan</strong> G. Kijang <strong>dan</strong>perbukitan kecil lainnya. Felspar, <strong>di</strong>temukan berupa hasil lapukan granit, umumnya tidak tersingkap,tertutupi oleh lapisan pasir hasil lapukan granit. Kaolin, <strong>di</strong>temukan dalam bentuk se<strong>di</strong>men yang masihbercampur dengan pasirkuarsa. Pasirkuarsa, <strong>di</strong>temukan dalam jumlah terbatas umumnya terdapat<strong>di</strong>sepanjang pantai. Pasir, <strong>di</strong>temukan sebagai pasirkuarsa namun masih mengandung pengotor terutamalempung, prosentase pasirnya sekitar 60 %. Lempung Alumina, berupa endapan bauksit yang merupakanhasil pelapukan granit.Bahan galian yang potensial untuk <strong>di</strong>kembangkan adalah penambangan batuan dasit untuk batu splitsebagai agregat beton, granit sebagai bahan bangunan <strong>dan</strong> ornamen, pasir sebagai pasir bangunan <strong>dan</strong>lempung alumina sebagai bahan baku keramik. Kaolin, pasirkuarsa <strong>dan</strong> felspar baik dari segi kualitasmaupun kuantitasnya tidak bisa <strong>di</strong> kembangkan.PENDAHULUANDirektorat <strong>Inventarisasi</strong> Sumber Daya<strong>Mineral</strong> dalam menjalankan Tupoksinya padaTahun Anggaran 2005 telah melaksanakan<strong>Inventarisasi</strong> <strong>dan</strong> Penyeli<strong>di</strong>kan Bahan Galian<strong>Mineral</strong> <strong>Non</strong> <strong>Logam</strong> Di <strong>Kab</strong>upaten <strong>Kepulauan</strong>Riau, Provinsi <strong>Kepulauan</strong> Riau.Pelaksanaan inventarisasi <strong>dan</strong> penyeli<strong>di</strong>kanbahan galian mineral non logam <strong>di</strong> daerah ini<strong>di</strong>maksudkan agar <strong>di</strong>peroleh data yang lebihoptimal mengenai potensi bahan galian sertaprospek pemanfaatan <strong>dan</strong> pengembangannya<strong>di</strong>samping pemutakhiran data dalam rangkapengembangan Bank Data Sumber Daya<strong>Mineral</strong> Nasional.<strong>Kepulauan</strong> Riau terletak pada 0 ° 40' - 1°15' Lintang Utara <strong>dan</strong> 104°07' Bujur Timur <strong>di</strong>sebelah Barat <strong>dan</strong> 108° Bujur Timur <strong>di</strong> sebelahTimur, <strong>di</strong>mana daratannya ter<strong>di</strong>ri dari daerahberbukit-bukit dengan ketinggian maksimal 325meter <strong>di</strong> atas permukaan laut. <strong>Kepulauan</strong> Riaumemiliki letak geografis strategis, <strong>di</strong>manawilayahnya ter<strong>di</strong>ri dari lautan yang luas <strong>dan</strong>pulau-pulau yang tersebar <strong>dan</strong> sebagianberbatasan langsung dengan negara tetanggaMalaysia <strong>dan</strong> Singapura.Kegiatan inventarisasi <strong>dan</strong> evaluasi bahangalian <strong>di</strong> <strong>Kab</strong>upaten <strong>Kepulauan</strong> Riau<strong>di</strong>laksanakan oleh 7 (tujuh) orang personildengan keahliannya masing-masing <strong>dan</strong>memerlukan waktu sekitar 40 (empat puluh)hari, mulai dari tanggal 20 Mei sampai dengantanggal 2 Juli 2005.GEOLOGI UMUMSecara litologi batuan <strong>di</strong> wilayah ini ter<strong>di</strong>ridari batuan : malihan yang berumur Karbon;terobosan, yang berumur Trias <strong>dan</strong> Jura;1


se<strong>di</strong>men yang berumur Trias sampai Jura <strong>dan</strong><strong>di</strong>ikuti pengendapan yang berumur Miosensampai Plistosen <strong>dan</strong> batuan gunungapi yangberumur Miosen.Batuan tertua <strong>di</strong> wilayah ini berupa batuanmalihan berderajat rendah yang terlipatkan kuat(berumur Karbon), kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>ikuti denganintrusi granit pluton yang berumur Trias <strong>dan</strong>Jura, sementara itu terja<strong>di</strong> pengendapan batuansemen Formasi Duriangkang yang berumurTrias, Formasi Pulaupanjang yang berumurJura, Formasi Pancur berumur Kapur <strong>dan</strong>formasi Semarung yang juga berumu Kapur.Proses se<strong>di</strong>mentasi berlangsung lagi padaMiosen Awal <strong>di</strong> endapkan FormasiTanjungkerontang, juga terja<strong>di</strong> aktifitasvolkanik yang menghasilkan batuan andesitberumur Miosen Awal-Tengah, <strong>di</strong>ikuti denganpengendapan Formasi Goungon yang berumurPlio-Plisto <strong>dan</strong> terakhir endapan Aluvium.KEGIATAN PENYELIDIKANKegiatan inventarisasi <strong>dan</strong> penyeli<strong>di</strong>kanyang <strong>di</strong>lakukan berupa eksplorasi umum bahangalian dengan melaksanakan pemetaan bahangalian non logam skala 1 : 100.000. Dibagidalam dua kegiatan, yaitu pengumpulan datasekunder <strong>dan</strong> data primer. Pada tahappengumpulan data sekunder <strong>di</strong>lakukan pada saatpersiapan ke lapangan berupa stu<strong>di</strong>kepustakaan. Pengumpulan data primer dapatberupa hasil pengamatan <strong>dan</strong> observasilangsung <strong>di</strong> lapangan.HASIL PENYELIDIKANMorfologi wilayah daerah penyeli<strong>di</strong>kanterbagi dalam 2 satuan , satuan morfologidataran rendah bergelombang <strong>dan</strong> satuanmorfologi perbukitan. Satuan morfologi dataranrendah bergelombang ini sangat dominanhampir menutup seluruh wilayah daerahpenyeli<strong>di</strong>kan. Morfologi PerbukitanSatuan inihanya menempati sebagian kecil wilayahpenyeli<strong>di</strong>kan.Geologi umum daerah <strong>Kab</strong>upaten<strong>Kepulauan</strong> Riau dapat <strong>di</strong>kelompokkan menurutjenis <strong>dan</strong> umur batuan dari tua ke muda sebagaiberikut : Granit Trias (TRg) berumur Trias,Intrusi Andesit (Tma) berumur Miosen,Formasi Goungon (QTg) berumur Plio-Plistosen, Endapan termuda berupa Aluvium(Qa) berumu Holosen.Potensi Endapan Bahan GalianAndesitPotensi andesit <strong>di</strong> wilayah ini terdapat <strong>di</strong>wilayah kawasan lindung <strong>dan</strong> <strong>di</strong> luar kawasanlindung yang dapat <strong>di</strong> tambang. Andesit <strong>di</strong>kawasan lindung terdapat <strong>di</strong> daerah G. BintanBesar (327 ha), Desa Bintan Buyu, KecamatanTeluk Bintan, G. Bintan Kecil (77 ha), DesaEkang Anculai, Kecamatan Teluk Sebong <strong>dan</strong><strong>di</strong> G. Kijang (484 ha), Desa Gunung Kijang,Kecamatan Gunung Kijang, seluruhnyamempunyai luas sebaran 888 ha. Di luarkawasan lindung sebaran batuan andesitmerupakan bukit-bukit kecil dengan luassebaran <strong>dan</strong> sumber daya yang relatif kecil,terdapat <strong>di</strong> Sei Lekop, Desa Gunung Lengkuas,Kecamatan Bintan Timur seluas 25 ha <strong>dan</strong> <strong>di</strong>Bukit Piatu, Desa Gunung Kijang, KecamatanGunung Kijang seluas 100 ha. Umumnyabatuan andesit <strong>di</strong> wilayah ini sudah terkekarkan,dapat <strong>di</strong>gunakan sebagai bahan bangunan, baiksebagai agregat beton maupun pondasi jalanraya. Potensi andesit seluruhnya mempunyailuas sebaran 913 ha dengan jumlah sumber dayatereka sebesar 1.044 juta m³.GranitSebaran granit <strong>di</strong> wilayah ini sama denganandesit, sebagian besar terdapat <strong>di</strong> kawasanlindung, seperti G. Lengkuas (695 ha) <strong>dan</strong> <strong>di</strong> P.Sejolong (P. Siolong, 184 ha), luas sebarangranit <strong>di</strong> kawasan lindung sekitar 879 ha. Luassebaran granit <strong>di</strong> luar kawasan lindung sekitar100 ha. Umumnya berwarna abu-abu, putih,abu-abu kehitaman, berbutir kasar, umumnyatelah terkekarkan, dapat <strong>di</strong>gunakan sebagaibahan bangunan kontruksi se<strong>dan</strong>g sampai berat.Granit <strong>di</strong> Bukit Lipan <strong>dan</strong> Bukit Panglong telah<strong>di</strong>tambang, wilayah yang belum <strong>di</strong>tambangselain <strong>di</strong> wilayah kawasan lindung terdapat <strong>di</strong>Bukit Jurig, Desa Gunung Lengkuas,Kecamatan Bintan Timur, seluas 25 ha. Potensiterbesar granit <strong>di</strong> wilayah ini merupakankawasan lindung. Potensi granit seluruhnyamempunyai luas sebaran 979 ha dengan jumlahsumber daya tereka sebesar 825 juta m³.PasirSebagian besar wilayah P. Bintanmerupakan sebaran pasir, bahan galian pasiryang terkandung dalam satuan batuan lapukangranit serta rombakannya, bauksit, <strong>dan</strong> FormasiGoungon, umumnya masih bercampur denganlempung <strong>dan</strong> lumpur, sehingga untukmemperolehnya perlu proses pencucian terlebihdahulu. Ketebalan yang relatif tipismengakibatkan dampak penambangan pada2


areal yang cukup luas. Sebaran pasir tersebar <strong>di</strong>17 lokasi. Konsentrasi pasir yang umumnyaberupa pasirkuarsa yang terkandung dalamberbagai satuan batuan rata-rata sekitar 60 %.Sebaran pasir yang sudah tercuci secara alamiahumumnya tersebar <strong>di</strong> sepanjang pantai sebagaiendpan alluvial, namun secara lingkungan pasirtersebut tidak layak untuk <strong>di</strong>tambang. Potensipasir seluruhnya mempunyai luas sebaran 1.114ha dengan jumlah sumber daya tereka sebesar223 juta m³.Lempung Alumina (bauksit)Sebaran bahan galian lempung alumina(bauksit) tersebar secara luas <strong>di</strong> wilayah P.Bintan <strong>dan</strong> sekitarnya, bauksit merupakan hasilproses pelapukan dari batuan granit yangmerupakan batuan dasar dari P. Bintan, tersebar<strong>di</strong> 17 lokasi. Umumnya tersebar membentukpunggungan-punggungan landai (tidak terjal)yang tidak begitu tinggi yang memungkinkanterja<strong>di</strong>nya proses pelapukan terus berlanjut,secara morfologi merupakan wilayah dataranyang bergelombang. Potensi sebaran lempungalumina yang cukup besar terdapat <strong>di</strong> wilayahKecamatan Bintan Timur, meliputi wilayahdaratan <strong>dan</strong> pulau-pulau <strong>di</strong> sekitarnya, sebagianbesar merupakan wilayah tambang <strong>dan</strong> bekastambang bauksit. Wilayah yang mempunyaisebaran cukup luas terdapat <strong>di</strong> derah DesaGunung Lengkuas, Busung, Toapaya <strong>dan</strong>Ekang Anculai, serta <strong>di</strong> wilayah pulau-pulauyang termasuk dalam wilayah KecamatanBintan Timur. Berdasarkan hasil kajian datalapangan potensi lempung alumina seluruhnya<strong>di</strong> wilayah penyeli<strong>di</strong>kan mempunyai luassebaran sekitar 10.450 ha dengan jumlahsumber daya tereka sebesar 209 juta m³.PasirkuarsaTerdapat <strong>di</strong> Trikora, Desa Malang Rapat,Kecamatan Gunung Kijang, merupakan endapanaluvial dengan jumlah sebaran <strong>dan</strong> sumber dayayang terbatas, sehingga potensinya kecil.Potensi pasirkuarsa seluruhnya mempunyai luassebaran 32 ha dengan jumlah sumber dayatereka sebesar 322.000 m³. Potensi bahan galianlainnya seperti kaolin <strong>dan</strong> feldspar sangatterbatas, hanya dalam jumlah kecil.Prospek Pemanfaatan <strong>dan</strong> Pengembanganbahan GalianBerdasarkan kebutuhan <strong>dan</strong> keterse<strong>di</strong>aanbahan galian <strong>di</strong> wilayah <strong>Kab</strong>upaten <strong>Kepulauan</strong>Riau, yang dapat <strong>di</strong>kembangkan adalah bahangalian : pasir, andesit, granit <strong>dan</strong> lempungalumina (bauksit).Bahan galian pasir dapat <strong>di</strong>kembangkansebagai bahan bangunan baik untuk konsumsilokal maupun <strong>di</strong> ekspor ke Singapura. Faktorgeografis yang relatif dekat dngan NegaraSingapura memugkinkan Negara ini menja<strong>di</strong>pasar yang potensial bagi bahan galianbangunan baik pasir maupun batu. Ketebalanpasir yang relatif kecil (rata-rata 2 m),mengakibatkan penambangan bahan galian inimemerlukan luasan yang cukup besar, dampakyang <strong>di</strong>timbulkannya adalah perubahan bentukfisik daratan, sehingga perlu <strong>di</strong>lakukanpenanganan yang lebih ketat. Secara domestik<strong>Kab</strong>upaten <strong>Kepulauan</strong> Riau merupakankabupaten baru yang masih memerlukanpengembangan infrastruktur, sepertipembangunan ibukota kabupaten <strong>dan</strong> provinsi,hal tersebut akan memerlukan bahan galianbangunan yang lebih besar seperti pasir, andesit<strong>dan</strong> granit.Bahan galian granit dapat <strong>di</strong>gunakansebagai bahan bangunan berupa agregat beton<strong>dan</strong> pondasi, bahan galian ini umumnya telahterkekarkan, sehingga untuk keperluan batu<strong>di</strong>mensi perlu <strong>di</strong>lakukan pemilahan, untukkeperluan tersebut <strong>di</strong>perlukan ukuran bongkahtertentu minimal 1 m.Bahan galian lempung alumina (bauksit)selain sebagai bahan baku logam alumuniumdapat pula <strong>di</strong>gunakan sebagai bahan bakukeramik berupa alumina (oksida aluminium).Untuk memperoleh kadar alumina yang tinggibahan galian bauksit terlebih dahulu harusmelalui proses pencucian, penggerusan <strong>dan</strong>kemu<strong>di</strong>an proses pengkayaan alumina denganmenggunakan metoda bayer.Proses BayerProses memproduksi oksida aluminiummurni dari bauksit (Proses Bayer) tidak banyakmengalami perubahan sejak <strong>di</strong>temukan padatahun 1893. Proses Bayer Ter<strong>di</strong>ri dari 3 (tiga)langkah :Penyaringan (ekstraksi)Aluminium yang terdapat dalam bauksit(Gibbsite, Böhmite Dan Diaspore) <strong>di</strong>pisahkandari komponen yang tidak dapat larut(umumnya senyawa oksida) dengan prosespelarutan dalam larutan natrium hidroksida(soda api) :Gibbsite: Al(OH) 3 + Na + + OH - Al(OH) 4- + Na +Böhmite Dan Diaspore: AlO(OH)+ Na + +OH - + H 2 O Al(OH) 4- + Na + 3


Bergantung pada mutu bijih terlebih dahulu<strong>di</strong>lakukan pencucian (benefisiasi) sebelum<strong>di</strong>lakukan pengolahan. Bijih <strong>di</strong>hancurkan <strong>dan</strong><strong>di</strong>giling untuk mengurangi ukuran partikel/butirsehingga sesuai ukurannya untuk <strong>di</strong>lakukanproses penyaringan (ekstraksi). Kemu<strong>di</strong>anadalah mengkombinasikan dengan pelarut <strong>dan</strong>memasukkan larutan tersebut kedalam suaturuangan pemanas yang bertekanan. Kon<strong>di</strong>si <strong>di</strong>dalam ruangan pelarutan <strong>di</strong>set menurutkandungan bijih bauksit. Bijih dengankandungan Gibsit yang tinggi dapat <strong>di</strong>prosespada 140 o C. Pengolahan Buhmit pada sisi lainmemerlukan temperatur antara 200 <strong>dan</strong> 240 o C.Tekanan tidaklah penting untuk proses ini,tetapi sepanjang proses terbentuk uap air yangterbentuk mempengaruhi tekanan. Pada 240 o Ctekanan yang <strong>di</strong>timbulkan kira-kira sekitar 35atmosfir ( atm).Pada temperatur lebih tinggi secara teoritismenguntungkan tetapi ada beberapa kerugianmeliputi terja<strong>di</strong>nya proses korosi <strong>dan</strong>kemungkinan terlarutnya oksida selain darioksida aluminium dalam larutan. Setelahlangkah penyaringan (ekstraksi) residu bauksityang tidak dapat larut harus <strong>di</strong>pisahkan darilarutan yang mengandung Aluminium olehsuatu proses yang <strong>di</strong>kenal sebagai settling(pengendapan akibat gravitasi). Larutan<strong>di</strong>bersihkan sedapat mungkin melalui prosespenyaringan sebelum <strong>di</strong>transfer ke precipitator.Lumpur yang tidak dapat larut kemu<strong>di</strong>an<strong>di</strong>kentalkan <strong>dan</strong> <strong>di</strong>cuci untuk memulihkan sodaapi, yang mana kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>daur ulang kembalike proses yang utama.PresipitasiAluminium dari kristal Trihydroxide(Gibbsite), umumnya <strong>di</strong>namai "hidrat",<strong>di</strong>peroleh dari proses pengendapan larutan :Al(OH) 4- + Na + Al(OH) 3 + Na + + OH -Proses ini pada dasarnya merupakan proseskebalikan dari proses pelarutan, hasil produkyang terbentuk sangat <strong>di</strong>pengaruhi oleh kon<strong>di</strong>sipembentukan inti, temperatur pengendapan <strong>dan</strong>kecepatan pen<strong>di</strong>nginan. Kristal "hidrat" yangterbentuk kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>pilah ke dalam fraksiukuran <strong>dan</strong> <strong>di</strong>masukkan ke dalam kiln untuk<strong>di</strong>kalsinasi. Partikel dengan butiran terlalu kecil<strong>di</strong>umpan-balikkan ke dalam proses presipitasi.Kalsinasi" Hidrat" <strong>di</strong>kalsinasi membentuk oksidaaluminium (alumina) kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong> lebur padaproses peleburan aluminium. Pada proseskalsinasi terja<strong>di</strong> proses penguapan air untukmembentuk oksida aluminium (alumina) :2Al(OH) 3 Al 2 O 3 + 3H 2 OProses kalsinasi harus <strong>di</strong>kontrol denganhati-hati karena pada proses ini akanmempengaruhi sifat-sifat produk. Untukmemperoleh alumina sebagai bahan bakukeramik proses bayer yang <strong>di</strong>lakukan hanyasampai pada kalsinasi, proses peleburan<strong>di</strong>lakukan untuk memperoleh logamalumunium.KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan• Bahan galian yang terdapat <strong>di</strong> wilayah<strong>Kab</strong>upaten <strong>Kepulauan</strong> Riau : pasir,andesit, granit, lempung alumina(bauksit), pasirkuarsa, kaolin <strong>dan</strong>feldspar.• Sebaran <strong>dan</strong> sumber daya tereka bahangalian : pasir seluas 913 ha, sumber dayasebesar 1.044 juta m³. Granit luas 979 ha,sumber daya sebesar 825 juta m³. Pasirluas sebaran 1.114 ha, sumber dayasebesar 223 juta m³. Lempung alumina(bauksit) luas sebaran sekitar 10.450 ha,sumber daya sebesar 209 juta m³.Pasirkuarsa luas sebaran 32 ha, sumberdaya sebesar 322.000 m³.• Sebagian besar wilayah sebaran andesit<strong>dan</strong> granit terdapat <strong>di</strong> wilayah kawasanlindung, G. Bintan Besar, G. BintanKecil, G. Kijang, G. Lengkuas <strong>dan</strong> G.Sejolong <strong>di</strong> P. Sejolong (P. Siolong).• Bahan galian : pasir, andesit <strong>dan</strong> granitdapat <strong>di</strong>gunakan sebagai bahankonstruksi se<strong>dan</strong>g sampai berat.• Bahan galian : lempung alumina(bauksit) sebagian dapat <strong>di</strong>gunakansebagai bahan baku logam alumunium<strong>dan</strong> keramik. Untuk bahan baku keramikperlu proses pengkayaan alumina denganProses Bayer.• Bahan galian yang dapat <strong>di</strong>kembangkan :pasir, andesit, granit <strong>dan</strong> lempungalumina (bauksit).• Pada umumnya aksesibilitas ke lokasibahan galian cukup baik <strong>dan</strong> mudah<strong>di</strong>capai.SaranPenambangan pasir memerlukan area yangcukup luas karena ketebalannya yang relatif4


kecil serta perlu proses pencucian, sehinggamenimbulkan kolam-kolam pencucian yangcukup dalam <strong>dan</strong> luas, hal tersebut perlu<strong>di</strong>lakukan penanganan reklamasi yang baik <strong>dan</strong>tepat guna, untuk mengurangi dampaklingkungan yang terja<strong>di</strong>.Penambangan batu andesit <strong>dan</strong> granit yangtelah berlangsung cukup baik, perlu pembatasankedalam penambangan yang <strong>di</strong>perbolehkanuntuk mengurangi dampak lingkungan yang<strong>di</strong>timbulkannya.Untuk memperoleh nilai tambah yang lebihtinggi terhadap bahan galian bauksit selainproses pencucian perlu <strong>di</strong>lakukan prosespengkayaan alumina dengan proses bayer,sehingga bauksit yang <strong>di</strong>pasarkan sudah siaplebur untuk memperoleh logam alumuniumnya<strong>dan</strong> konsentrat alumina dapat <strong>di</strong>gunakan dalamindustri keramik.DAFTAR PUSTAKAAnnibale Mottana, et all, 1977; "Rocks &<strong>Mineral</strong>s", Simon and Schuster's, New York.Bemmelen, R.W. Van, 1949, The geology ofIndonesia, Vol. IA. General Geology, MartinusNijhoff, The Hague.Kusnama, dkk., (1994), Peta Geologi LembarTanjungpinang, Sumatera, Skala 1 : 250.000,P3G, Bandung.Sinha R.K., 1982; "Industrial <strong>Mineral</strong>s"Mohan Primlani for Oxford & IBH Publishingco., New Delhi.5

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!