47. konservasi - gorontalo, gorontalo.pdf - Pusat Sumber Daya ...
47. konservasi - gorontalo, gorontalo.pdf - Pusat Sumber Daya ...
47. konservasi - gorontalo, gorontalo.pdf - Pusat Sumber Daya ...
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
PEMANTAUAN DAN PENDATAAN BAHAN GALIANPADA BEKAS TAMBANG DAN WILAYAH PETIDI KABUPATEN GORONTALO, PROPINSI GORONTALOOleh :Denni WidhiyatnaSUBDIT KONSERVASIABSTRACTMineral resources monitoring activities in ex and illegal mining area was done at Sumalata,Gorontalo Region, Gorontalo Province. Almost every area in Buladu village is ex dutch mining areaand now become illegal gold mining area.Illegal mining activities never mineral resources exploration. Generally, their main activities areexploitation dan production.Ex mining potential inventory and illegal mining area potential monitoring that had been doneby mining and energy agency of Gorontalo Province, are : topographic mapping, geologicalmapping, geochemical mapping, geophysic mapping, well and mining tunnel exploration, coredrilling and reserve estimation.Mineral resources conservation monitoring emphasize on applied aspects mining technic,mineral processing, mining recovery, tailling processing, other mineral resources and accessoriesminerals, upgradding recovery and added value. These activities provide conservation data to supportWPR planning program from mining and energy agency Gorontalo Province.The government have been trying to change the illegal mining status to become WilayahPertambangan Rakyat KUD.Gunung Dana, so that every mining activities can be done based on goodmining practices.S A R IKegiatan pemantauan dan pendataan bahan galian pada bekas tambang dan wilayah PETIdilakukan di Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo. Pada daerah ini terdapatlokasi bekas penambangan zaman Belanda yang kemudian dijadikan lokasi penambangan emas tanpaizin yang dilakukan oleh masyarakat setempat di Desa Buladu.Kegiatan PETI hampir tidak pernah melakukan kegiatan eksplorasi cadangan. Kegiatan utamaPETI umumnya adalah adalah eksploitasi dan produksi terhadap bahan galian tersebut.Pendataan tentang potensi daerah bekas tambang maupun pemantauan potensi wilayah yangtercakup pada areal kegiatan PETI telah dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi PropinsiGorontalo meliputi : pemetaan topografi, pemetaan geologi, pemetaan geokimia, pemetaan Geofisika,eksplorasi sumur dan terowongan tambang, pemboran inti dan perhitungan cadangan.Pemantauan <strong>konservasi</strong> bahan galian menekankan pada optimalisasi aspek-aspek : teknikpenambangan, pengolahan, perolehan tambang, pengolahan tailing, bahan galian lain dan mineralikutan, upaya peningkatan perolehan dan nilai tambah dan rencana penerapan Wilayah PertambanganRakyat.Saat ini sedang dilakukan upaya mengubah status hukum menjadi Wilayah Pertambangan RakyatKUD.Gunung Dana agar pengelolaan bahan galian tersebut berdasarkan kaidah pertambangan secarabaik dan benar.1. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDi antara ruang lingkup pengawasan<strong>konservasi</strong> sumber daya mineral sesuai KepMenESDM Nomor : 1453.K/29/MEM/2000 yaitupenanganan sisa cadangan, mineral ikutan,Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005sumber daya pasca tambang dan penggunaanbahan galian.Akibat dari berbagai keadaan, beberapakegiatan penambangan di masa lalu terhentidengan masih meninggalkan bahan galian yangkemungkinan besar pada saat sekarang ataumendatang bernilai ekonomis dan perlu untukdikelola kembali.47-1
Kegiatan PETI pada suatu wilayahmenjadikan pengelolaan bahan galian belumberlangsung secara sistematis baik darikemampuan produksi, efisiensi dan kepedulianterhadap <strong>konservasi</strong> bahan galian serta pengaruhterhadap lingkungan.Keterbatasan pengetahuan dan modalumumnya menyebabkan kegiatan PETI hampirtidak pernah melakukan kegiatan eksplorasicadangan yang mencakup antara lain penentuankualitas (kadar) cadangan, geometri danpenyebaran cadangan serta homogenitascadangan. Kegiatan utama PETI umumnyaadalah adalah eksploitasi dan produksi terhadapbahan galian tersebut.Pendataan tentang potensi daerah bekastambang maupun pemantauan potensi wilayahyang tercakup pada areal kegiatan PETI belumtertangani secara maksimal. Sedangkan potensipada kedua kawasan tersebut cukup menjanjikanuntuk dapat dikembangkan secara lebih baik danoptimal. Kegiatan PETI merupakanpermasalahan yang cukup rumit untuk ditanganidan dibina agar menjadi lebih baik dan sesuaidengan kaidah penambangan yang benar.Saat ini data tentang potensi daerah bekastambang dan wilayah PETI umumnya sangatminim, oleh karena itu kegiatan pemantauan danpendataan kedua wilayah tersebut cukuppenting. Hal ini dapat dijadikan sebagai salahsatu dasar pemikiran untuk perencanaan dalampenentuan suatu kebijakan di bidangpertambangan dalam rangka optimalisasipemanfaatan kawasan pertambangan.1.2. Maksud dan TujuanMaksud dari kegiatan ini adalahmenginventarisir potensi bahan galian padabekas tambang dan wilayah PETI, untuk dapatdimanfaatkan sebagai dasar perencanaan danpenentuan kebijakan tentang optimalisasipemanfaatan kedua kawasan tersebut secaralebih baik dalam rangka peningkatan kegiatanusaha pada sektor pertambangan.Sedangkan tujuannya adalah mewujudkanpengelolaan dan pemanfaatan lahan kawasanpertambangan yang lebih optimal, melaluipemanfaatan potensi bahan galian yang adasecara sistematis dan terencana dengan baiksesuai dengan kaidah <strong>konservasi</strong> bahan galian.1.3. Lokasi Kegiatan dan Kesampaian DaerahSecara administratif daerah kegiatantermasuk ke dalam Kabupaten Gorontalo,Propinsi Gorontalo. Rencana daerah yang akandilakukan kegiatan ini adalah KecamatanSumalata dimana kecamatan tersebut terletak kearah barat laut sekitar 100 Km dari IbukotaKolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005Propinsi Gorontalo. Luas Daerah KabupatenGorontalo kurang lebih 4081,821 Km²,sedangkan luas daerah Kecamatan Sumalataadalah sekitar 577,5673 Km².Secara geografis lokasi Kabupaten Gorontaloterletak pada 0°18’31” – 1°0’18” Lintang Utaradan 122 ° 6’40” – 122 ° 31’38” Bujur Timur.Untuk mencapai daerah kegiatan tersebutdapat menggunakan pesawat reguler dariBandung – Jakarta – Manado – Gorontalo atauJakarta - Gorontalo dan dilanjutkan denganmenggunakan kendaraan darat serta berjalankaki untuk mencapai lokasi kegiatan.Pada daerah kegiatan terdapat kegiatan PETIemas yang beroperasi di sekitar Sungai Buladudan beberapa lubang bekas tambang peninggalanPemerintahan Kolonial Belanda.Gambar.1 Peta Lokasi Kegiatan2. METODOLOGIMetode kegiatan yang dilakukan antara lain :a) Pengumpulan data sekunder, berupamencari informasi dari hasil-hasilpenyelidikan terdahulu.b) Pengumpulan data primer, merupakankegiatan pemantauan dan pendataan bahangalian di lapangan yang dilakukan padalokasi terpilih dimana lokasi bekas tambangdan wilayah PETI tersebut berada di DaerahDesa Buladu dan sekitarnya yang secaraadministratif terletak di KecamatanSumalata.c) Analisis Laboratorium, Beberapa contohasil kegiatan di lapangan berupa contoendapan sungai aktif, air, tailing dan batuan.Conto-conto tersebut dianalisis diLaboratorium Kimia dan Fisika DirektoratInventarisasi <strong>Sumber</strong> <strong>Daya</strong> MineralBandung. Adapun unsur-unsur yangdianalisis antara lain : Merkuri, Tembaga,Timbal, Seng, Kadmium dan Arsen,sedangkan unsur Emas dan Perak hanya47-2
dianalisis pada conto tailing dan batuan.Conto air dan tailing pada kolampenampungan sianidasi dianalisis pulakonsentrasi sianidanya.3. GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN3.1. Geologi Daerah KegiatanSecara regional daerah kegiatan merupakanbagian dari Mandala Sulawesi Bagian Barat(Rab Sukamto, 1982) yang memanjang dariSulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan dengansebagian besar ditempati oleh batuan gunungapiTersier.Di beberapa tempat muncul zone alterasidan mineralisasi logam mulia dan logam dasar,sehingga dikenal sebagai jalur emas sulawesi(Gold Belt Sulawesi).Satuan batuan termasuk Formasi Dolokapaterdiri dari batuan sedimen berupa batupasirwake, batulanau, batulumpur, dan konglomeratdengan selingan batuan gunungapi berupa tuf,aglomerat, breksi dan lava bersifat andesitiksampai basaltik. Satuan batuan dengan penyusunkonglomerat, batupasir wake, batulanau danbatulumpur, termasuk Formasi Randangan(Bachri, 1989). Batuan Gunungapi Bilunglalaterdiri dari breksi, tuf, lava yang bersifat asamsampai basa. Ketiga Formasi di atas berumurMiosen Tengah hingga Awal Miosen Akhir.Breksi Wobudu yang berumur Pliosen Awal(Bachri, 1989), menumpang tidak selaras padabatuan yang lebih tua. Batuan gunungapi Paniterdiri dari tuf aglomerat dan breksi bersifatdasitik sampai andesitik. Breksi Wobudu terdiridari breksi gunungapi, aglomerat, konglomerat,tuf dan lava. Tak selaras di atas satuan batuanini terendapkan Formasi Lokodidi, BatuanGunungapi Pinogu dan batugamping klastikayang berumur Pliosen Akhir hingga PlistosenAwal. Batuan Gunungapi Pinogu terdiri dariaglomerat, tuf dan lava bersusunan dasitansampai basalan.Pada Plistosen awal terbentuk endapandanau bersusunan batulempung, batupasir dankerikil, dan endapan sungai tua denganpenyusun konglomerat aneka bahan danbatupasir. Pada Awal Miosen hinggaMiosen Tengah Diorit Bone menerobos batuanGunungapi Bilunglala. Diorit Boliohuto berumurMiosen Tengah hingga Miosen Akhirmenerobos Formasi Dolokapa.Struktur geologi utama daerah penyelidikanberupa sesar normal dan sesar mendatar.Sesarmemotong batuan tertua sampai batuan berumurPliosen Akhir.Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005Kegiatan magmatik terjadi sejak Eosen -Oligosen yang ditandai kemunculan batuanbasa, sampai dengan Pliosen ditandai denganbatuan terobosan dan batuan gunungapi bersifatasam sampai sedang.Batuan gunungapi tersebar luas, dijumpaihampir di seluruh daerah penyelidikan, demikianjuga batuan terobosan banyak dijumpai tersebardi daerah penyelidikan. Kegiatan magmatik yangintensif mempunyai potensi besar terjadinyamineralisasi logam.Berdasarkan data hasil penyelidikanterdahulu yang berasal dari Dinas Pertambangandan Energi Provinsi Gorontalo serta HasilInventarisasi Direktorat <strong>Sumber</strong>daya Mineral,potensi bahan galian di Kabupaten Gorontaloantara lain :Potensi Mineral Logama) Emas (Au) penyebarannya meliputiKecamatan Bonepantai, Suwawa,Boliyohuto dan Sumalata.b) Tembaga (Cu) penyebarannya meliputiKecamatan Bonepantai, Suwawa danBoliyohuto.c) Perak (Ag) penyebarannya di KecamatanSuwawa dengan jumlah kandungan.Potensi Bahan Galian Non Logama) Granit tersebar di Kwandang, Atinggola,Batudaa dan Tapa.b) Batugamping penyebarannya meliputiKecamatan Tibawa, Limboto, Bonepantaidan Batudaa.c) Lempung penyebarannya meliputiBoliyohuto, Sumalata, Tibawa dan Limboto.d) Andesit penyebarannya berada diKecamatan Kabila.e) Sirtu penyebarannya berada di KecamatanTapa, Suwawa, Telaga, Batudaa, Limbotodan Sumalata.f) Gypsum penyebarannya meliputiKecamatan Kabila dan Bonepantai.Gambar.2Peta Geologi Kab Gorontalo dan sekitarnya47-3
3.2. Sejarah PertambanganSecara administratif daerah pertambanganemas ini termasuk ke dalam Desa Buladu yangterdiri dari 4 dusun. Daerah ini dibatasi oleh dibagian utara dengan Laut Sulawesi, di bagiantimur oleh Desa Deme.II, di bagian selatan olehKabupaten Boalemo dan pada bagian baratdibatasi oleh Desa Wobudu.Van Bemmelen (1949) telah melaporkanadanya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi emasdan tembaga di daerah Buladu oleh PemerintahHindia Belanda yang dimulai sejak ZamanHindia – Belanda (abad ke-18). Bukti sejarahyang terdapat di daerah ini antara lain 3 buahkuburan Belanda di Pantai Buladu yangmeninggal tahun 1899, lubang-lubang tambangdengan rel dan lori, alat pengolahan bijih emasberupa belanga berukuran besar, dan tailingpadat yang terdapat di sekitar lokasi tambang.Sekitar tahun 1970 an, Kegiatan eksploitasitersebut dilanjutkan dengan modelpertambangan rakyat. Lokasi pertambangandibuka kembali oleh masyrakat setempat, padasaat itu aktivitas pencarian emas dilakukansecara tradisional dengan cara mendulangendapan-endapan pasir dan batuan di sepanjangSungai Buladu.Sekitar Tahun 1990 an, daerah inimerupakan wilayah pertambangan Emas TanpaIzin (PETI). Sistem Penambangan mulaidilakukan dengan menggunakan mekanisasisederhana. Pembuatan lubang-lubang tambangbaru dan meneruskan lubang-lubang tambangbekas Pemerintah Belanda dilakukan olehpenduduk setempat dengan menggunakan alatalatbelincong, pahat dan palu. Pengolahan bijihemas hingga saat ini dilakukan dengan caraamalgamasiPada saat ini penambangan berkembangcukup pesat dengan jumlah penambangsebanyak 500 orang dan merupakan salah satuPertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yangramai di daerah Gorontalo.Kegiatan penambangan dilakukan pada uraturatyang mengandung mineralisasi emas danmineral ikutan dengan cara membuatterowongan atau sumuran.Tambang terowongan (adit) sebanyak 4buah, Lobang tambang vertikal sebanyak 40sumur dengan pemakaian air raksa sebanyak1000 kg/bulan serta produksi rata-rata 8 kg emasper bulan3.3. Bahan GalianJenis bahan galian yang terdapat di DesaBuladu adalah bijih emas dan mineral ikutanlainnya seperti perak dan logam dasar yangterdapat pada batuan beku berkomposisi asamdan intermediet yang terbentuk karena proseshidrotermal dan metasomatik.Kegiatan dan Tahapan eksplorasi yang telahdilakukan oleh Dinas Pertambangan dan EnergiProvinsi Gorontalo di daerah ini secara rinciterdapat pada tabel 1 di bawah ini.Tabel.1Tahapan Kegiatan Eksplorasi di Daerah Pertambangan Emas BuladuNo JenisHasil KegiatanKegiatan1 Studi literatur bijih emas terkandung dalam batuan beku asam dan intermediet,terbentuk karena proses hidrotermal dan proses metasomatik.2 Peninjauan Daerah alterasi dan mineralisasi (WPR) seluas 125 Ha.Lapangan3 PemetaantopografiPemetaan topografi sekala 12.500 , titik tertinggi 316 m dpl pada bagianselatan dan titik terendah 56 m dpl di bagian utara.4 PemetaanGeologi• Pemetaan Geologi : Batuan yang terpetakan berupa lava andesitikyang mengalami alterasi dan mineralisasi dengan urat kuarsa.Berumur Pliosen Bawah. Alterasi, mineralisasi serta pembentukanurat sulfida dan kuarsa yang merupakan hasil hidrotermal.• Mineralisasi : dijumpai pada zone ubahan dan urat-urat sulfida dankuarsa berupa : emas, perak, pirit, kalkopirit, arsenopirit, sinabar,magnetit dan hematit.• Tipe mineralisasi dapat diamati di daerah kegiatan berupa tipe veindan porfiri. Struktur geologinya secara umum berarah utara – selatandengan struktur penyrta yang memmotong arah struktur utama.Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 200547-4
No JenisKegiatan5 PemetaanGeokimia6 PemetaanGeofisika7 Ekplorasisumur danterowongantambang8 PemboranInti9 Pengambilandan AnalisisContoHasil Kegiatananalisis emas (Au) dari 100 conto : Nilai minimal = 3,5 ppm, nilaimaksimal = 5,0 ppm, rata-rata = 4,21 ppm, simpangan baku = 0,42 ppm,harga ambang = 4,63 ppm. Anomali : Nilai minimal = 35,4 ppm, nilaimaksimal = 54,5 ppm, rata-rata = 45,74 ppm, simpangan baku = 5,08ppm, harga ambang = 50,82 ppm. Pola anomali mengikuti pola struktur.Tanah penutup soil, tahanan jenis 25 – 100 ohm-m, ketebalan 2 – 15 m.batuan andesit alterasi rendah tahanan jenisnya 750 – 1000 ohm-m,ketebalan 10 – 51 m. Batuan andesit alterasi kuat tahanan jenis 100 – 500phm-m, ketebalan besar 50 m.Eksplorasi sumur diperoleh penmapang 30 sumur dengan kedalama 5 –40 m, kedalaman 650 m dengan lokasi : tambang tua (4 sumur), Kelapadua ( 6 sumur ), Padengo.I (2 sumur), Padengo.II (2 sumur).Eksplorasi terowongan diperoleh penampang 7 terowongan denganpanjang 20 – 60 m, panjang total 40 m, rata-rata setiap panjang 10 m,tebal 0,5m, dengan lokasi : Sumur Tua (2 terowongan), Kelapa Dua (8terowongan), Padengo.I (4 terowongan), Padengo.II (4 terowongan).Eksplorasi sumur diperoleh dengan penampang 4 sumur dengan corerecovery rata-rata 85%.Hasil analisis conto rata-rata mengandung emas, perak dan tembaga :(singkapan batuan)Batuan : Au = 3,5 ppm, Ag = 2,6 ppm, Cu = 0,04 %Vein : Au = 35,4 ppm, Ag = 13,4 ppm, Cu = 0,34 %(Sumur eksplorasi)Batuan : Au = 4,21 ppm, Ag = 3,6 ppm, Cu = 0,06 %Vein : Au = 45,34 ppm, Ag = 15,23 ppm, Cu = 0,36 %.(Core Bor)Batuan : Au = 4,4 ppm, Ag = 4,31 ppm, Cu = 0,08 %Vein : Au = 51,3 ppm, Ag = 12,88 ppm, Cu = 0,45 %Laterik : Au = 0,85 ppm, Ag = 0,09 ppm, Cu = 0,01 %Kegiatan penambangan emas yangdiakukan oleh masyarakat setempat terbagi kedalam 4 lapangan yang sedang aktif dikerjakandengan luas area 125 Ha. Adapun besarnyacadangan pada tiap lokasi lapangan tambangemas tersebut adalah tertera pada tabel.2. dibawah ini.Tabel.2Perhitungan CadanganNo Lapangan Cadangan1 Tambang Tua Cadangan terbukti : volume batuan (V) : 1.299.652,7 m3- Cadangan emas Tipe Porfiri : 10.026,0 kg.- Cadangan emas Tipe Vein : 7.236,5 kg.Cadangan Terkira :- Cadangan emas Tipe Porfiri : 80.420,7 kg.- Cadangan emas Tipe Vein : 58.895,2 kg2 Kelapa Dua Cadangan terbukti : volume batuan (V) : 2.818.846,7 m3- Cadangan emas Tipe Porfiri : 17.364,1 kg.- Cadangan emas Tipe Vein : 13.770,9 kg.Cadangan Terkira :- Cadangan emas Tipe Porfiri : 70.831,2 kg.- Cadangan emas Tipe Vein : 122.451,2 kg.3 Padengo.I Cadangan terbukti : volume batuan (V) : 5.221.873,3 m3- Cadangan emas Tipe Porfiri : 33.179,7 kg.- Cadangan emas Tipe Vein : 26.481,1 kg.Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 200547-5
No Lapangan CadanganCadangan Terkira :- Cadangan emas Tipe Porfiri : 33.165,3 kg.- Cadangan emas Tipe Vein : 54.908,4 kg.4 Padengo.II Cadangan terbukti : volume batuan (V) : 2.290.833,3 m3- Cadangan emas Tipe Porfiri : 13.682,2 kg.- Cadangan emas Tipe Vein : 13.033,5 kg.Cadangan Terkira :- Cadangan emas Tipe Porfiri : 70.426,2 kg.- Cadangan emas Tipe Vein : 62.396,5 kg.4. KONSERVASI BAHAN GALIAN4.1. Perolehan TambangBerdasarkan hasil wawancara dan data dilapangan yang dicatat oleh Dinas Pertambangandan Energi Provinsi Gorontalo, perolehan rataratadalam pengolahan 1 gram emas setiap 15kg batuan yang diperoleh dari core vein (200gr/ton), sehingga jumlah produksi emas (bullion)rata-rata sebanyak 8 kg/bulan atau 96 kg/tahun.Untuk produksi tersebut diperlukan bahan bakubatuan vein (rep) 120.00 kg/bulan atau 1.440ton/tahun.Penggunaan air raksa (Hg) rata-rata untukamalgamasi sebanyak 1 Kg air raksa untuk 120kg batuan. Banyaknya air raksa yang terbuangsetiap bulannya adalah 30 kg/bulan atau 360kg/tahun. Harga emas rata-rata di daerahpengolahan Buladu adalah Rp. 80.000/gr.Apabila produksi emas rata-rata 8 kg/bulan,Maka pendapatan tambang sebesar Rp.640.000.000/bulan atau Rp.7.680.000.000/tahun. Dengan jumlah pekerjatambang 500 orang, maka Pendapatan per kapitapekerja tambang tersebut rata-rata Rp.1.280.000/bulan atau Rp. 15.360.000/tahun.4.2. Penanganan TailingTailing merupakan material buangan darihasil proses pengolahan emas. Pada saat inipenanganan tailing hanya dilakukan denganmembuat kolam-kolam penampungan denganukuran yang bervariasi dan kedalaman sekitar 2meter. Selanjutnya tailing tersebut dimasukkanke dalam karung dengan ukuran berat rata-rata15 kg/karung. Sebagian kecil tailing diolahkembali untuk mendapatkan bulion emasnyadengan cara amalgamasi pada gelundung yangdigerakkan oleh kincir air, kemudian tailing daripengolahan tahap kedua tersebut didulangkembali di Sungai Buladu untuk didapatkan airraksanya.Sebagian besar tailing hasil pengolahanemas tahap pertama, diusahakan oleh beberapapengusaha tailing untuk diperjualbelikan. Hargasatu karung tailing dengan berat sekitar 15 kgadalah Rp.6.000. Umumnya tailing tersebutdijual kepada para pengusaha tertentu untukdiproses dengan cara sianidasi.Saat ini penanganan tailing dari prosesamalgamasi belum dilakukan secara benar, halini disebabkan karena :a) Belum adanya kesadaran dari penambang(masyarakat) akan bahaya pencemarantersebut;b) Belum digunakannya peralatan pengendalipencemaran air raksa.Salah satu upaya pengelolaan tailing yangdilakukan penambang adalah mendulangkembali tailing dari proses amalgamasi untukmendapatkan air raksa pada tailing tersebut. Halini selain mengurangi air raksa yang terbuang kedalam badan air juga karena alasan ekonomi.Pengolahan bijih emas kemungkinanpernah dilakukan pada saat pemerintahan HindiaBelanda. Hal ini didasarkan adanya “singkapan”berupa tumpukan batuan yang kemungkinanberupa tailing dari proses pemurnian emasdengan kandungan mineral-mineral ikutan(BD/05.TL dan BD/06.TL).Hasil analisis conto tailing pada beberapalokasi adalah sebagai berikut :Tabel.3Hasil Analisis Conto TailingNOCONTOLOKASI Cu Pb Zn Cd As Ag Au HgBD/01.TL S.Buladu 4630 596 1900 14 16000 15 208 1093BD/02.TLTromolH.Imam2990 5520 176 13 25000 61 2848 2587Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 200547-6
NOCONTOBD/05.TLBD/06.TLBD/25.TLLOKASI Cu Pb Zn Cd As Ag Au HgKampungPenambangKampungPenambangBakSianidasi1280 2580 5520 6 510 7 7216 334090 11940 2800 8 150 10 2576 0.552770 1160 1610 13 9000 12 420 780Tabel di atas menunjukkan bahwakonsentrasi unsur logam berat, air raksa danlogam mulia di dalam tailing masih relatif tinggidibanding dengan kadar rata-rata unsur dalamkerak bumi. Mengingat unsur logam berat danair raksa merupakan unsur yang termasuk BahanBeracun dan Berbahaya (B3) maka penanganantailing di daerah pertambangan ini perludiperhatikan secara serius.Conto BD/01.TL merupakan tailing hasilpengolahan dengan amalgamasi tahap keduayang telah dibuang di Sungai Buladu.Kandungan emas dan perak pada conto ini relatifsedikit karena telah mengalami pengolahan duakali, namun kandungan air raksa masih cukuptinggi karena mengalami dua kali amalgamasipula.Conto BD/02.TL diambil pada lokasi bakpenampungan tailing milik H.Imam dan akandiolah kembali dengan menggunakan sianidasidi tempat lain. Kandungan emasnya sebesar2,848 ppm konsentrasi ini masih relatif tinggi.BD/05.TL dan BD/06.TL merupakantumpukan tailing hasil pengolahan emas ZamanBelanda, namun konsentrasi emas dalam keduaconto tersebut relatif masih cukup tinggi. Hal iniperlu diupayakan pemanfaatannya kembalikarena dimensinya relatif besar.BD/25.TL merupakan tailing yang diambilpada kolam pembuangan tailing hasil sianidasi,konsentrasi air raksa dalam conto ini bernilai780 ppm yang relatif sangat tinggi dibandingkandengan kadar rata-rata air raksa dalam kerakbumi 0,08 ppm. Mengingat kolam penampunganlimbah sianidasi dekat dengan pemukimanpenduduk dan kedalaman kolam sekitar 2 meter,maka dikhawatirkan tailing dan juga air hasilpengolahan sianidasi akan mencemarilingkungan sekitarnya.Selain itu, untuk mempermudahpengawasan dan pengendalian tailing perludilakukan pemusatan terhadap kegiatanamalgamasi.4.3. SianidasiPengolahan bijih emas dengan carasianidasi terdapat di Desa Wobudu dengan jaraksekitar 3 km dari lokasi penambangan emas diDesa Buladu. Metode sianidasi yang dilakukanKolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005hanya mengolah tailing dari proses amalgamasiuntuk mendapatkan bulion emas yang tertinggalpada tailingnya. Hal ini dilakukan karena untukmendapatkan emas dari tailing tidak diperlukanlagi proses penggerusan. Namun berdasarkanhasil wawancara dengan pegawai instalasitersebut bulion emas yang diperoleh dari tigakali pengolahan hanya sebanyak 5 gram (?) dari1400 kg tailing yang diproses untuk satu kalisianidasi selama 48 jam. Hal ini menunjukkanangka perolehan pengolahan yang sangat rendah.Secara ringkas, proses sianidasi yang dilakukanadalah :a) Pencucian tailing untuk menghilangmaterial-material pengotor;b) Tailing yang sudah bersih dimasukkan kedalam tong penampung, biasanya sebanyak1400 Kg.c) Kemudian dilakukan proses sianidasidengan ditambahkan larutan sianida dankarbon dan selama 48 jam dilakukanpengadukan terus menerus.d) Setelah 48 jam, kran di bagian bawah tongdibuka, maka bulion emas dan mineralberatnya tertinggal di bak kecil sedangkantailingnya dibuang ke kolam limbah.Menurut Michel B.Long, April 2004pengolahan bijih emas dengan metode sianidasidapat diterapkan pada pertambangan sekala kecildengan 3 cara, antara lain:a) Carbon Columnb) Carbon in Leachc) Carbon in PulpManfaat penggunaan sianidasi dalampengolahan emas apabila dibandingkan denganamalgamasi antara lain :a) Lebih efektif;b) Tidak berbahaya larutan CN pada pH 9 –10;c) Menangkap emas dari bermacam-macambijih;d) Endapan bijih di bawah water table;e) Mineral sulfida antara 5 – 10% pada mineraltembaga;f) Run gravity memisahkan mineral sulfidadan pengotor;g) 1 ounce / ton sianida ;47-7
h) Air pencucian dan sedimentasi tidakterkontaminasi ;i) Gold Recovery 95% – 98%;Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan halhalsebagai berikut :1. Lokasi alat sianidasi sebaiknya berada dilokasi komplek penambangan emas Buladusehingga tidak memerlukan waktu dan biayapengangkutan. Kondisi tersebut dapatdilakukan apabila suatu saat ada kerjasamaantara pemilik alat sianidasi dengan pihakKoperasi Gunung Dana.2. Sianidasi dilakukan untuk mengolah batuanatau “ref” dengan dilakukan sebelumnyapenggerusan dengan ukuran butir sekitar –100 mesh dan dilakukan pemisahan denganmaterial pengotor dan mineral ikutannyayang menggunakan alat separator gravitasi.3. Kandungan mineral sulfida dalam batuanperlu diketahui prosentasenya karena akanmempengaruhi efektivitas proses sianidasi.4. Saat ini limbah hasil sianidasi langsungdibuang pada kolam penampung limbahyang kemudian dibiarkan saja. Oleh karenaitu sebaiknya penanggulangan terhadappencemaran sianida dilakukan denganresirkulasi limbah cair pabrik pengolahan,pembuatan tailing pond yangmemungkinkan terjadinya degradasisenyawa sianidasi secara alami, pemasanganunit penghancur senyawa sianida secarakimia, fisika dan sebagainya.4.4. Mineral Ikutan dan Bahan Galian LainBatuan yang terubah di lokasipenambangan adalah lava andesitik yangmengalami alterasi dan mineralisasi dengan uratkuarsa. Alterasi dan mineralisasi sertapembentukan urat sulfida dan kuarsa yangmerupakan hasil hidrotermal.Mineral ikutan yang dijumpai pada zoneubahan dan urat-urat sulfida dan kuarsa berupa :pirit, kalkopirit, arsenopirit, sinabar, magnetitdan hematit. Batupasir lempungan berwarna abukeputihan tersingkap pada lubang tambangPadenggo.I dengan ukuran 30 cm hingga 1 m.Batuan ini ditafsirkan merupakan sisipan padaFormasi Randangan.Konsep total mining perlu diterapkan padadaerah ini karena terdapat beberapa mineralikutan selain komoditi utama berupa emas. Halini untuk memanfaatkan sumber daya mineralsecara optimal sehingga tidak ada mineral yangmubazir.Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 20054.5. Upaya Peningkatan Kadar dan PerolehanPengolahan bijih emas denganmenggunakan amalgamasi umumnya memilikinilai recovery yang rendah (sekitar 50% hingga60%) dan kehilangan merkuri yang relatif tinggi.Oleh karena itu perlu adanya meningkatkan nilaiperolehan emas, efisiensi pengolahan dan efeknegatif pada lingkungan akibat hilangnyamerkuri dalam proses amalgamasi,Dalam upaya untuk memperkecilkebutuhan air raksa maupun kehilangannya didalam proses pengambilan emas dengan caraamalgamasi, perlu diadakan proses peningkatankadar emas dalam bijih sebelum dilakukanproses amalgamasi. Berdasarkan teori, apabilakadar emas dalam umpan makin tinggi makaperolehan emas dalam proses amalgamasi makintinggi. Proses peningkatan kadar emas dapatdilakukan dengan menggunakan alat-alat : jig,meja goyang, sluice box, atau kombinasi dariketiga alat tersebut. Umumnya ketiga alattersebut memperlihatkan unjuk kerja yangberbeda tergantung pada karakteristik bijih emasyang diolah. Jig cocok dipakai untuk butiranemas yang berukuran medium hingga kasarsekali. Meja goyang cocok digunakan untukukuran butir emas medium sekitar 150 mesh,sedangkan sluice box yang pada dasarnyadipasang karpet dapat dipergunakan untukbutiran emas yang berukuran halus.Saat ini Dinas Pertambangan dan EnergiProvinsi Gorontalo sedang memesan alat-alatscreening, jig dan meja goyang. Pada prinsipnyaalat-alat tersebut merupakan alat pengolahanemas yang dioperasikan dengan menggunakanmedia air untuk memisahkan mineral-mineralberat, diantaranya emas dari mineral-mineralringan atau pengotornya.Variabel-variabel yang mempengaruhiproses pemisahan emas dari mineralpengotornya antara lain adalah : ukuran butir,persen padatan, laju alir air, kemiringan, strokedan lain-lain. Produk yang diperoleh dari proseskonsentrasi disebut konsentrat dan buangannyadisebut tailing.Tujuan utama proses konsentrasi adalahmempertinggi recovery (perolehan) prosesamalgamasi. Disamping itu, bertujuan untukmenekan kebutuhan air raksa yang dipergunakanmaupun kehilangannya dalam rangka mengatasiatau mengurangi dampak pencemaranlingkungan.4.6. Pengembangan Wilayah PertambanganRakyatMengingat potensi bahan galian emas yangdimiliki oleh pertambangan rakyat di DesaBuladu cukup besar, sementara kegiatan47-8
penambangan yang dilakukan berupa PETI yangstatus hukumnya “ilegal”, maka saat ini DinasPertambangan dan Energi Provinsi Gorontaloberencana untuk membentuk WilayahPertambangan Rakyat dengan mendirikanorganisasi dan manajemen tenaga kerja berupaKoperasi Tambang Rakyat KUD.GUNUNGDANARencana pembentukan WilayahPertambangan Rakyat tersebut sejalan denganimplementasi Instruksi Presiden RepublikIndonesia Nomor.3 Tahun 2000 yangdiinstrusikan kepada 12 Menteri, Jaksa Agung,Kapolri, para Gubernur dan paraBupati/Walikota agar melakukan upayapenanggulangan masalah dan penertiban sertapenghentian segala bentuk kegiatanpertambangan tanpa izin, secara fungsional danmenyeluruh sesuai tugas dan kewenanganmasing-masing.Kebijakan penanggulangan PETI yangdiarahkan ke dalam bentuk WilayahPertambangan Rakyat merupakan polapendekatan sosial kemasyarakatan seiringdengan ditegakkannya hukum. Dengan kata lain,bagaimana kepentingan masyarakat dapatdiakomodasikan secara proposional tanpamengabaikan prinsip-prinsip praktikpertambangan yang baik dan benar. Pendekatansosial kemasyarakatan tersebut diarahkan gunamewujudkan pelaksanaan transformasi strukturalsecara baik.Rencana kegiatan yang akan dilakukansetelah terbentuknya Wilayah PertambanganRakyat berdasarkan kaidah pertambangan secarabaik dan benar (good mining practices) antaralain meliputi :Tata Cara Penambangan :a) Pembersihan lahan (land clearing);b) Pengupasan tanah penutup (overburden);c) Penggalian batuan;d) Pemuatan dan pengangkutan.Tata Cara Pengolahan :a) Pemecahan dan penghancuran batuanb) Konsentrasi gravitasic) Pembuburan batuand) Amalgamasie) Pemanasan/pembakaranPengelolaan Lingkungana) Kegiatan pembersihan lahanb) Kegiatan pengupasan tanah penutupc) Kegiatan penambangan batuand) Kegiatan pengolahan batuane) Kegiatan amalgamasi dan pemanasanTabel.4Hasil Analisis Conto AirNO CONTO LOKASI Cu Pb Zn Cd As HgBD/03.ATromolH.Imam0.01
Tabel.5Hasil Analisis Conto BatuanNOCONTOLOKASI Cu Pb Zn Cd As Ag Au HgBD/04.BTerowonganH.Imam4140 143 267 4 655 19 240 38BD/07.B Kelapa Dua 241 56 144 3 235 3 432 124BD/08.B Kelapa Dua 366 122 66 3 47000 5 12480 7BD/10.B Kelapa Dua 182 181 458 7 345 2 400 51BD/11.B Kelapa Dua 2410 701 443 9 5900 20 528 16BD/15.B Padengo.1 490 107 201 4 220 3 448 186BD/16.B Padengo.1 840 70 127 3 25 7 4416 88BD/17.B Padengo.2 1110 1600 3510 54 11900 5 3424 0.2BD/18.B Padengo.2 2950 2360 263 25 6000 25 3488 16BD/19.B Padengo.2 3450 7680 6630 76 8000 22 112 9BD/22.BSumur Tujuh(Titon)758 1190 5130 72 7200 7 2752 0.84BD/23.BKelapa Dua –Padengo.13910 106 236 3 135 10 1360 944.8. Analisis Conto BatuanSecara umum, hasil analisis conto batuanmenghasilkan konsentrasi unsur logam dasar danlogam mulia di atas rata-rata kerak bumi.Kondisi ini menunjukkan adanya mineralmineralikutan seperti kalkopirit, pirit, sfalerit,arsenopirit dan sinabar selain mineral utamanyaemas.Konsentrasi emas pada semua contoumumnya mengindikasikan kadar yangekonomis untuk ditambang, oleh karena iturencana membentuk Wilayah PertambanganRakyat perlu didukung dan ditindak lanjutisecara serius. Namun dalam hal pengolahannyaperlu dilakukan kajian lebih lanjut agar recoverypengolahan meningkat.Pengambilan bijih emas yang ditambangpada saat ini umumnya hanya dipilih bagian uratkuarsa atau “ref” nya saja. Batuan samping yangselama ini hanya dibuang sebaiknya diambiluntuk diolah selama kadar emasnya masihmemungkinkan untuk dapat diolah danekonomis. Umumnya untuk batuan emas primer,kadar emas yang mempunyai nilai ekonomis diatas 3 gr/ton. Dengan melakukan penambanganpada urat kuarsa yang berkadar emas tinggidisertai dengan batuan sampingnya yang masihekonomis maka hal ini akan memperpanjangumur tambang dan sesuai dengan kaidah<strong>konservasi</strong>.Tabel.6Hasil Analisis Conto Sedimen Sungai AktifKodeContoLokasi Cu Pb Zn Cd As HgBD/13.S Hilir S.Buladu 3970 531 2260 15 23500 866BD/21.S Hulu S.Buladu 145 58 131 4 320 464.9. Analisis Conto Sedimen Sungai AktifPengambilan conto sedimen sungai aktifBD/21.S dilakukan di bagian hulu yangmerupakan daerah “rona awal” yang merupakandaerah bebas dari lokasi pengolahan emas danpembuangan tailing, sedangkan conto BD/13.Smerupakan bagian hilir Sungai Buladu dimanaKolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005aliran air dan limbah pengolahan emasterakumulasi ke lokasi pencontoan tersebut.Dari hasil analisis kedua conto tersebutterlihat adanya peningkatan konsentrasi seluruhunsur yang dianalisis. Hal ini disebabkan adanyapenambahan endapan-endapan lumpur dari hasilpengolahan emas di atasnya, sehinggamengakibatkan terjadinya akumulasi47-10
peningkatan unsur di hilir Sungai Buladu.Kondisi ini perlu diperbaiki karena unsur-unsuryang dianalisis tersebut merupakan unsur BahanBeracun dan Berbahaya (B3).4.10. ReklamasiAkibat adanya penambangan danpengolahan bijih emas menyebabkanberubahnya keadaan lingkungan sekitarnya,seperti terbentuknya lubang-lubang bekastambang, tumpukan tanah hasil penambangandan tailing hasil pengolahan. Dalam upaya agarkondisi alam tetap terjaga kelestariannya, makaperlu dilakukan usaha reklamasi yaitu dengancara menutup lubang-lubang bekas tambangdengan tanah buangan atau tailing hasilpengolahan. Penanaman kembali tanaman yangsesuai dengan kondisi tanah dan iklim daerah iniperlu dilakukan pada daerah-daerah yanggundul, agar tidak terjadi erosi karena air hujanserta mencegah terjadinya banjir.5. KESIMPULANDaerah pertambangan emas Desa Buladumerupakan salah satu lokasi pertambangan emasyang potensial untuk dikembangkan karenamemiliki jumlah sumber daya dan cadanganyang relatif besar untuk jenis UsahaPertambangan Sekala Kecil atau Wilayahpertambangan Rakyat.Kemungkinan pengembangan wilayahpertambangan ini cukup besar mengingatkondisi geologi yang relatif sama pada daerah diluar wilayah komplek pertambangan emas seluas125 Ha.Sistem penambangan yang dilakukan didaerah ini adalah tambang dalam atau“underground mining”. Kegiatan penambanganemas selama ini hanya ditujukan pada endapanbijih emas primer, terutama yang memiliki kadaremas tinggi yaitu urat kuarsa atau “ref”sedangkan batuan samping atau “panggape”yang mengalami ubahan pengersikan dan argilikalterasi biasanya dibuang di sekitar lubangtambang, oleh karena itu disarankan agar batuansamping pun ikut diolah selama bernilaiekonomis sehingga sesuai dengan kaidah<strong>konservasi</strong> dan dapat memperpanjang umurtambang.Upaya peningkatan kadar dan recoverypengolahan emas saat ini sedang dilakukan olehpihak Dinas Pertambangan dan Energi PropinsiGorontalo dengan memesan alat-alat“screening”, “jig” dan meja goyang. Hal ini pundapat mengefisienkan pemakaian air raksadalam proses amalgamasi sehingga efek negatifKolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005terhadap lingkungan hidup di sekitarnya dapatdiperkecil.Khusus mengenai kebijakan pemerintahterhadap pertambangan rakyat, upaya yangsedang dilakukan pihak Dinas Pertambangandan Energi Propinsi Gorontalo ini sejalandengan implementasi dari INPRES No.3 Tahun2000 tentang penanggulangan masalahPertambangan Tanpa Izin (PETI).DAFTAR PUSTAKAAsian Journal of Mining, 1999/2000,Indonesian Minerals Exploration &Mining, Melbourne, Australia.Aspinall Clive, 2001, Small-Scale Mining inIndonesia, IIED, England.Cooperation Between Pusdiklat Geologi, IAGIPengda Jabar & Banten, Office of SurfaceMining, April 26, 2004, Seminar onMineral Recovery and EnvironmentalProtection for Small Scale Mining.DESDM, Penanggulangan MasalahPertambangan Tanpa Izin (PETI),Implementasi Inpres No.3 Tahun.2000,Jakarta.DESDM, 2000, Agenda 21 SektorPertambangan, Jakarta.DJPU – LPM ITB, 1997, Rencana IndukPengembangan Pertambangan SkalaKecil, Bandung.LIPI, 2004, <strong>Sumber</strong>daya Tambang UntukKeberlanjutan Pembangunan, Jakarta.Husaini, dkk, 1991, Laporan Hasil PengkajianSistem Pengolahan Bijih Emas PrimerAsal Lanud, Kecamatan Modayag,Kabupaten Bolaang Mongondow, PropinsiSulawesi Utara, Bandung.Teknik Lingkungan, FTSP, ITENAS, 1996,Peraturan-Peraturan Tentang LingkunganHidup.Sabtanto, JS, Eksplorasi Geokimia RegionalBersistem Daerah Lembar Tilamuta-BKabupaten Limboto Propinsi SulawesiUtara, DSM, Bandung.47-11