Tabel.5Hasil Analisis Conto BatuanNOCONTOLOKASI Cu Pb Zn Cd As Ag Au HgBD/04.BTerowonganH.Imam4140 143 267 4 655 19 240 38BD/07.B Kelapa Dua 241 56 144 3 235 3 432 124BD/08.B Kelapa Dua 366 122 66 3 47000 5 12480 7BD/10.B Kelapa Dua 182 181 458 7 345 2 400 51BD/11.B Kelapa Dua 2410 701 443 9 5900 20 528 16BD/15.B Padengo.1 490 107 201 4 220 3 448 186BD/16.B Padengo.1 840 70 127 3 25 7 4416 88BD/17.B Padengo.2 1110 1600 3510 54 11900 5 3424 0.2BD/18.B Padengo.2 2950 2360 263 25 6000 25 3488 16BD/19.B Padengo.2 3450 7680 6630 76 8000 22 112 9BD/22.BSumur Tujuh(Titon)758 1190 5130 72 7200 7 2752 0.84BD/23.BKelapa Dua –Padengo.13910 106 236 3 135 10 1360 944.8. Analisis Conto BatuanSecara umum, hasil analisis conto batuanmenghasilkan konsentrasi unsur logam dasar danlogam mulia di atas rata-rata kerak bumi.Kondisi ini menunjukkan adanya mineralmineralikutan seperti kalkopirit, pirit, sfalerit,arsenopirit dan sinabar selain mineral utamanyaemas.Konsentrasi emas pada semua contoumumnya mengindikasikan kadar yangekonomis untuk ditambang, oleh karena iturencana membentuk Wilayah PertambanganRakyat perlu didukung dan ditindak lanjutisecara serius. Namun dalam hal pengolahannyaperlu dilakukan kajian lebih lanjut agar recoverypengolahan meningkat.Pengambilan bijih emas yang ditambangpada saat ini umumnya hanya dipilih bagian uratkuarsa atau “ref” nya saja. Batuan samping yangselama ini hanya dibuang sebaiknya diambiluntuk diolah selama kadar emasnya masihmemungkinkan untuk dapat diolah danekonomis. Umumnya untuk batuan emas primer,kadar emas yang mempunyai nilai ekonomis diatas 3 gr/ton. Dengan melakukan penambanganpada urat kuarsa yang berkadar emas tinggidisertai dengan batuan sampingnya yang masihekonomis maka hal ini akan memperpanjangumur tambang dan sesuai dengan kaidah<strong>konservasi</strong>.Tabel.6Hasil Analisis Conto Sedimen Sungai AktifKodeContoLokasi Cu Pb Zn Cd As HgBD/13.S Hilir S.Buladu 3970 531 2260 15 23500 866BD/21.S Hulu S.Buladu 145 58 131 4 320 464.9. Analisis Conto Sedimen Sungai AktifPengambilan conto sedimen sungai aktifBD/21.S dilakukan di bagian hulu yangmerupakan daerah “rona awal” yang merupakandaerah bebas dari lokasi pengolahan emas danpembuangan tailing, sedangkan conto BD/13.Smerupakan bagian hilir Sungai Buladu dimanaKolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005aliran air dan limbah pengolahan emasterakumulasi ke lokasi pencontoan tersebut.Dari hasil analisis kedua conto tersebutterlihat adanya peningkatan konsentrasi seluruhunsur yang dianalisis. Hal ini disebabkan adanyapenambahan endapan-endapan lumpur dari hasilpengolahan emas di atasnya, sehinggamengakibatkan terjadinya akumulasi47-10
peningkatan unsur di hilir Sungai Buladu.Kondisi ini perlu diperbaiki karena unsur-unsuryang dianalisis tersebut merupakan unsur BahanBeracun dan Berbahaya (B3).4.10. ReklamasiAkibat adanya penambangan danpengolahan bijih emas menyebabkanberubahnya keadaan lingkungan sekitarnya,seperti terbentuknya lubang-lubang bekastambang, tumpukan tanah hasil penambangandan tailing hasil pengolahan. Dalam upaya agarkondisi alam tetap terjaga kelestariannya, makaperlu dilakukan usaha reklamasi yaitu dengancara menutup lubang-lubang bekas tambangdengan tanah buangan atau tailing hasilpengolahan. Penanaman kembali tanaman yangsesuai dengan kondisi tanah dan iklim daerah iniperlu dilakukan pada daerah-daerah yanggundul, agar tidak terjadi erosi karena air hujanserta mencegah terjadinya banjir.5. KESIMPULANDaerah pertambangan emas Desa Buladumerupakan salah satu lokasi pertambangan emasyang potensial untuk dikembangkan karenamemiliki jumlah sumber daya dan cadanganyang relatif besar untuk jenis UsahaPertambangan Sekala Kecil atau Wilayahpertambangan Rakyat.Kemungkinan pengembangan wilayahpertambangan ini cukup besar mengingatkondisi geologi yang relatif sama pada daerah diluar wilayah komplek pertambangan emas seluas125 Ha.Sistem penambangan yang dilakukan didaerah ini adalah tambang dalam atau“underground mining”. Kegiatan penambanganemas selama ini hanya ditujukan pada endapanbijih emas primer, terutama yang memiliki kadaremas tinggi yaitu urat kuarsa atau “ref”sedangkan batuan samping atau “panggape”yang mengalami ubahan pengersikan dan argilikalterasi biasanya dibuang di sekitar lubangtambang, oleh karena itu disarankan agar batuansamping pun ikut diolah selama bernilaiekonomis sehingga sesuai dengan kaidah<strong>konservasi</strong> dan dapat memperpanjang umurtambang.Upaya peningkatan kadar dan recoverypengolahan emas saat ini sedang dilakukan olehpihak Dinas Pertambangan dan Energi PropinsiGorontalo dengan memesan alat-alat“screening”, “jig” dan meja goyang. Hal ini pundapat mengefisienkan pemakaian air raksadalam proses amalgamasi sehingga efek negatifKolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005terhadap lingkungan hidup di sekitarnya dapatdiperkecil.Khusus mengenai kebijakan pemerintahterhadap pertambangan rakyat, upaya yangsedang dilakukan pihak Dinas Pertambangandan Energi Propinsi Gorontalo ini sejalandengan implementasi dari INPRES No.3 Tahun2000 tentang penanggulangan masalahPertambangan Tanpa Izin (PETI).DAFTAR PUSTAKAAsian Journal of Mining, 1999/2000,Indonesian Minerals Exploration &Mining, Melbourne, Australia.Aspinall Clive, 2001, Small-Scale Mining inIndonesia, IIED, England.Cooperation Between Pusdiklat Geologi, IAGIPengda Jabar & Banten, Office of SurfaceMining, April 26, 2004, Seminar onMineral Recovery and EnvironmentalProtection for Small Scale Mining.DESDM, Penanggulangan MasalahPertambangan Tanpa Izin (PETI),Implementasi Inpres No.3 Tahun.2000,Jakarta.DESDM, 2000, Agenda 21 SektorPertambangan, Jakarta.DJPU – LPM ITB, 1997, Rencana IndukPengembangan Pertambangan SkalaKecil, Bandung.LIPI, 2004, <strong>Sumber</strong>daya Tambang UntukKeberlanjutan Pembangunan, Jakarta.Husaini, dkk, 1991, Laporan Hasil PengkajianSistem Pengolahan Bijih Emas PrimerAsal Lanud, Kecamatan Modayag,Kabupaten Bolaang Mongondow, PropinsiSulawesi Utara, Bandung.Teknik Lingkungan, FTSP, ITENAS, 1996,Peraturan-Peraturan Tentang LingkunganHidup.Sabtanto, JS, Eksplorasi Geokimia RegionalBersistem Daerah Lembar Tilamuta-BKabupaten Limboto Propinsi SulawesiUtara, DSM, Bandung.47-11