22.07.2015 Views

o_19qq6mjc51jt2u9rt4l1j4o3npa.pdf

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Janji Tuhan yang Selalu Sempurna<br />

oleh :<br />

SUSI LEON


Beautiful in His Time - Janji Tuhan yang Selalu Sempurna<br />

Oleh Susi Leon<br />

Hak Cipta © 2013, Susi Leon<br />

Penyunting Naskah<br />

Desain cover<br />

Layout<br />

: James Yanuar<br />

: Denny Octavianus<br />

: Felly Meilinda<br />

Diterbitkan oleh:<br />

PT. VISI ANUGERAH INDONESIA<br />

Jalan Karasak Lama No.2 - Bandung 40235<br />

Telp : 022-522 5739 - Fax : 022-521 1854<br />

Email : visipress@visi-bookstore.com<br />

ISBN 978-602-8073-99-8<br />

Cetakan pertama, Januari 2014<br />

Indonesian Edition © Visipress 2013<br />

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang<br />

Dilarang memperbanyak sebagian atau<br />

seluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit.<br />

Member of CBA Indonesia<br />

No : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina<br />

Member of IKAPI<br />

No : 185/JBA/2010


PRAKATA<br />

BEAUTIFUL IN HIS TIME adalah sebuah buku perjalanan iman<br />

seorang anak Tuhan yang menantikan kehadiran seorang anak<br />

di tengah-tengah keluarganya. Dia yang menciptakan segala<br />

sesuatu menurut kuasa dan waktu-Nya untuk kita manusia.<br />

Beautiful in His time (Indah pada waktu-Nya) layak dibaca<br />

oleh setiap kita—baik pria maupun wanita—yang akan memberikan<br />

inspirasi, kekuatan, iman buat setiap kita yang sedang dan pernah<br />

mengalami pengalaman hidup seperti Susi dan Zaldy.<br />

Sesungguhnya manusia terlalu kecil untuk mendalami pikiran<br />

Allah yang Maha Besar. Namun Sang Pencipta begitu mulia karena<br />

membuat manusia berharga di mata-Nya, dan kita tak mungkin menyelami<br />

pikiran-Nya.<br />

Hanya oleh karena kasih, kekuatan dan penyerahan diri seorang<br />

Susi dan Zaldy mampu mengalami semuanya ini karena Dia yang<br />

menguasai dan mengendalikan kehidupan mereka.<br />

Saya sangat terberkati setelah membaca pengalaman kesaksian<br />

Susi dan Zaldy melalui Beautiful in His Time, saya pun percaya<br />

setelah Anda membaca buku ini, Anda akan sangat diberkati dan<br />

membuat iman Anda kepada Tuhan semakin kuat, bahwa Dia membuat<br />

segala sesuatu indah pada waktuNya, bukan waktu Anda dan<br />

saya.<br />

Pdt. Hanna Kristanto – Gembala IFGF Bellezza<br />

3


KATA PENGANTAR<br />

Kisah ini merupakan kejadian nyata yang dialami oleh adikku.<br />

Susi adalah satu-satunya saudara perempuanku dalam keluarga,<br />

dan Zaldy adalah suaminya. Mereka berdua adalah bagian<br />

dari hidupku yang amat penting. Aku sangat menyayangi mereka.<br />

Apa yang mereka alami mungkin pernah dialami oleh siapapun<br />

juga di dunia ini, meskipun porsinya berbeda. Tapi yang membedakan<br />

adalah bagaimana cara mengatasinya.<br />

Keduanya bisa melewati proses demi proses yang aku yakin tidak<br />

mudah dan sama sekali tidak menyenangkan. Dan juga tidak<br />

akan mudah untuk tetap mengucap syukur atasnya, tapi toh mereka<br />

melakukannya dengan penuh kerelaan.<br />

Aku cukup mengikuti bagaimana Allah membentuk kehidupan<br />

pernikahan mereka berdua, juga aku sangat tahu bagaimana perasaan<br />

mereka ketika tekanan dalam hati timbul karena keinginan dan<br />

kerinduan mereka akan seorang anak belum terpenuhi.<br />

Siapapun bisa mengalami hal ini. Kisah ini menjadi istimewa<br />

bukan karena bobot beratnya, tapi lebih karena cara mereka<br />

mengatasinya yang penuh dengan iman tetap mengandalkan dan<br />

menaruh Tuhan di atas segalanya.<br />

Jika kiranya ada di antara Anda yang membaca juga sedang<br />

mengalami hal ini, atau ada di antara orang-orang yang Anda cintai<br />

sedang mengalaminya, cobalah belajar dari mereka berdua. Jangan<br />

pernah menjadi marah kepada Tuhan, tapi sebaliknya tetap mengakui<br />

kebesaran Tuhan dan menaruh Dia di atas segalanya, biarkan<br />

rencana Tuhan tetap berjalan atas kehidupanmu, dan Anda bisa me-<br />

5


lihat bagaimana Dia akan selalu membawa kebaikan dalam hidupmu<br />

melalui semua peristiwa itu, bukan cuma dalam masalah penantian<br />

seorang anak, tapi dalam hal apapun juga. Kegagalan yang Anda<br />

alami hanya menunjukkan bahwa kisah hidupmu belum selesai.<br />

Aku harap kisah ini bukan untuk membesarkan mereka yang<br />

mengalaminya, tapi justru untuk membesarkan nama Tuhan dan<br />

memuliakan Dia yang empunya kehidupan ini. Semuanya dari Dia,<br />

oleh Dia dan bagi Dia, terpujilah nama Tuhan.<br />

From Ps. Sariwati Goenawan with warmest hug and love for Zaldy and Susi.<br />

— Roti Hidup Community (seperti ditulis di www.rotihidup.com), penulis seri<br />

buku Harvest Moment (diterbitkan VISI Press) dan Totally For Jesus<br />

6


DAFTAR ISI<br />

prakata ....................................................................................................3<br />

kata pengantar .................................................................................5<br />

Awal dari Segalanya ..................................................................... 9<br />

Isi hati Zaldy LEON ......................................................................... 11<br />

Isi hati sariwati goenawan .................................................... 15<br />

Isi hati otto dan yeni .................................................................. 19<br />

Isi hati lisa kaya ............................................................................... 23<br />

Bab 1. BENIH YANG DINANTIKAN ...................................................... 27<br />

Bab 2. KERINDUAN YANG DALAM ..................................................... 31<br />

Bab 3. SEKOLAH IMAN ............................................................................ 41<br />

Bab 4. BABAK BARU DIMULAI .............................................................. 49<br />

Bab 5. PELIHARALAH IMAN .................................................................. 75<br />

Bab 6. LAKUKAN TEROBOSAN! (Selamat Tinggal Duka…) ............ 95<br />

Bab 7. RENUNGAN YANG MEMBANGKITKAN ............................... 99<br />

Bab 8. DI BALIK PENDERITAAN ..........................................................105<br />

Bab 9. PERSIAPKAN DIRIMU! ............................................................. 113<br />

Bab 10. AKU, ZALDY, DAN TUHAN BELUM SELESAI .................... 117<br />

Bab 11. INDAH PADA WAKTUNYA ...................................................... 121<br />

penutup .............................................................................................. 127


AWAL DARI SEGALANYA<br />

Apa yang aku tulis dalam buku ini adalah ungkapan dari rasa<br />

syukurku kepada Tuhanku, Yesusku, Bapa yang ajaib dan<br />

penuh kasih.<br />

17 Maret 2003 - Tanggal yang sangat aku ingat! Karena aku<br />

selalu menulis segala sesuatu dalam buku harianku.<br />

“Tuhan, aku merasa bahwa ada sesuatu yang Engkau rencanakan<br />

di balik semua peristiwa yang aku alami ini. Tidak mungkin aku<br />

harus mengalami tiga kali kehilangan anak tanpa campur tangan-<br />

Mu. Aku ingin sekali menuliskan semua pengalamanku ini. Aku<br />

rindu ini akan menjadi berkat bagi banyak orang. Aku yakin di luar<br />

sana ada banyak orang yang juga mengalami hal sama sepertiku.<br />

Tapi Tuhan, apakah hal ini hanya merupakan keinginan dagingku<br />

semata, atau apakah Engkau juga berkehendak yang sama denganku?”<br />

Lalu sambil tertawa, karena merasa apa yang akan aku<br />

katakan adalah hal yang lucu, aku berdoa lagi seperti ini, “Bolehkah<br />

aku minta tanda dari-Mu? Kalau ada orang yang memberikan<br />

aku komputer secara cuma-cuma, itu tandanya bahwa Engkau<br />

memang ingin aku menulis sebuah buku!”<br />

Lalu aku berpikir siapa kira-kira yang akan memberiku hadiah<br />

komputer? Kalau aku mendapatkan komputer itu dengan jalan<br />

membelinya, tentu itu tidak aneh. Karena itulah aku meminta tanda<br />

yang menurutku “mustahil.”<br />

9


Mengapa aku berdoa seperti itu? Karena memang sudah lama<br />

aku ingin menulis kebaikan Tuhan dalam hidupku dan hal-hal ajaib<br />

yang sering aku alami, terutama mengenai pergumulanku tentang<br />

anak. Selama ini di rumah kami hanya ada satu notebook yang selalu<br />

digunakan suamiku untuk bekerja. Seringkali ia juga harus membawanya<br />

ke kantor. Aku merasa tidak bebas menggunakannya. Aku<br />

ingin komputer milikku sendiri yang bisa bebas aku gunakan setiap<br />

saat.<br />

Keesokan harinya sejak aku berdoa seperti itu, aku benar-benar<br />

mendapat hadiah sebuah komputer dari adik bungsuku, Kurniawan.<br />

Kebetulan ia akan pindah ke Bandung setelah beberapa tahun bekerja<br />

di Jakarta. Ia memiliki dua buah komputer. Dan ia menghadiahkan<br />

salah satunya kepadaku. Anehnya, ia menghadiahkannya tanpa aku<br />

minta sama sekali, karena aku juga tidak mengetahui kalau ternyata<br />

ia memiliki dua buah komputer. Sejak saat itu aku menjadi yakin<br />

jika keinginanku menulis bukanlah semata-mata keinginan daging.<br />

Tuhan pun ingin aku menjadi berkat bagi banyak orang. Sayangnya<br />

baru saat inilah aku benar-benar melakukannya, setelah selama ini<br />

aku merasa berhutang kepada Tuhan karena belum memenuhi janji<br />

untuk menuliskan kisahku.<br />

Aku berdoa agar hikmat Tuhan mengalir dalam tulisanku ini, sehingga<br />

siapapun yang membacanya akan merasakan kuasa Tuhan<br />

yang nyata, dibangkitkan dari masalah apapun, lebih bersemangat<br />

dan diberkati. Amin!<br />

10


ISI HATI ZALDY LEON<br />

Apa yang kami alami saat ini merupakan masa yang amat sulit.<br />

Kami juga belum mengerti apa rencana Tuhan selanjutnya<br />

dalam kehidupan kami. Tapi saya sangat percaya bahwa<br />

rencana Tuhan adalah rancangan kebaikan, bukan rancangan kecelakaan.<br />

Rencana Tuhan pasti mendatangkan kebaikan bagi setiap<br />

anak-anak-Nya yang senantiasa berharap kepada-Nya.<br />

Tahun 2008 genap 10 tahun usia pernikahan saya dan Susi. Sepuluh<br />

tahun yang sarat dengan suka dan duka. Begitu banyak tantangan<br />

yang harus kami lewati. Tapi Tuhan yang kami kenal adalah Tuhan<br />

yang luar biasa. Di saat-saat kami melewati lembah kekelaman,<br />

masa-masa tergelap dan tersulit itu, TUHAN YESUS selalu ada dan<br />

memegang tangan kami. Dia setia memberikan kelegaan, kekuatan<br />

dan penghiburan yang baru.<br />

Sebagai pasangan suami isteri, tentu saja kami mendambakan<br />

keturunan. Kami berdua, khususnya Susi, yang sangat merindukan<br />

seorang anak perempuan. Keinginan kami itu begitu besar. Tak terhitung<br />

banyaknya air mata dan doa yang kami panjatkan pada Tuhan.<br />

Kelahiran Yea Nathaleen Queen Leon pada tanggal 20 Agustus<br />

2008 yang lalu adalah kelahiran anak kami yang ketujuh sejak<br />

awal pernikahan kami. Tiga kali Susi harus melakukan operasi Caesar<br />

untuk membantu kelahiran bayi kami. Dan tiga kali pula bayi kami<br />

pergi dan kembali ke rumah Bapa di sorga. Empat kehamilan yang<br />

lain mengalami keguguran setelah beberapa bulan di dalam kandungan<br />

Susi.<br />

11


Kehadiran Nattel (Yea Nathaleen Queen Leon) sungguh-sungguh<br />

mengajarkan kami arti iman dan kepercayaan seutuhnya kepada<br />

Tuhan. Masa-masa penantian kelahirannya adalah waktu yang<br />

penuh harapan, mendebarkan dan penuh ketegangan.<br />

Tanggal 20 Agustus 2008 atas seizin dokter saya diperbolehkan<br />

masuk dan mendampingi Susi di ruang operasi. Saya menemani dan<br />

memberikan dukungan kepadanya agar dia bisa tetap tenang dan<br />

tidak takut.<br />

Pukul tujuh pagi lewat beberapa menit…<br />

Operasi dilakukan. Bagi saya, ini adalah momen berharga, sekaligus<br />

sangat mendebarkan! Apa yang saya lihat dan alami selanjutnya<br />

merupakan momen yang tidak akan terlupakan sepanjang hidup<br />

saya.<br />

Segera setelah anak kami Nattel keluar dari kandungan Susi, ia<br />

harus berjuang untuk dapat bernafas dan bertahan hidup. Tubuh<br />

mungilnya dijejali berbagai macam obat melalui suntikan dan selang<br />

yang dimasukkan lewat mulut untuk membantunya agar tetap<br />

bernafas. Hati saya hancur! Saya benar-benar tak sanggup menyaksikan<br />

semua ini. Tak terasa air mata mengalir deras. Sekujur tubuh<br />

saya lunglai, seolah tak lagi bertenaga menahan cobaan ini. Saya<br />

tak henti-hentinya berdoa, “Tuhan nyatakan mukjizatMu bagi anak<br />

kami, Nattel. Ia sangat membutuhkan Engkau! Tuhan, Engkau tahu<br />

bahwa kami sangat mencintai dan sangat merindukan anak ini. Tuhan<br />

nyatakanlah kasih setia-Mu atas Nattel.” Begitu saya menjerit<br />

dalam hati.<br />

Tim dokter terus berjuang untuk memberikan bantuan pernafasan,<br />

sampai akhirnya mereka berkata kepada saya bahwa anak<br />

kami Nattel tidak dapat tertolong lagi, karena saluran pernafasan<br />

yang seharusnya menyambung ke paru-paru ternyata terputus dan<br />

tertutup! Pagi itu, Nattel meninggalkan kami… Hanya setengah jam<br />

ia menikmati udara bumi ini. Setelah itu, ia pergi untuk selama-lamanya.<br />

12


Saya peluk Nattel, saya ciumi tubuhnya. Hati saya meraung melihat<br />

apa yang saya doakan pergi begitu saja meninggalkan kami berdua!<br />

Hati saya hancur. Anak yang sangat saya dambakan dan kasihi<br />

sekarang ada dalam pelukan saya, tetapi ia tak bernyawa lagi! Pikiran<br />

saya dipenuhi dengan berjuta pertanyaan. Kenapa Tuhan? Apa<br />

maksud semua ini? Apa yang Tuhan rencanakan bagi kami? TIGA<br />

KALI saya harus menggendong bayi kami yang baru lahir dalam keadaan<br />

tak bernyawa. Saya tidak tahan melihat keadaan bayi kami.<br />

Kenapa harus bayi ini yang pergi? Kenapa bukan saya saja? Hening<br />

…. Tak ada jawaban dari Tuhan. Terus terang, hati saya tak mampu<br />

mencerna maksud-Nya, saat itu.<br />

Hal tersulit lainnya adalah saat saya harus mengabarkan berita<br />

duka itu kepada isteri saya, Susi. Sesaat setelah ia pulih dari pengaruh<br />

bius, saya mendekati dia. Mulut ini rasanya tak mampu mengeluarkan<br />

kata-kata. Apa yang harus saya katakan kepada Susi? Ia<br />

yang selama ini telah mengandung, menjaga bayi kami dalam kandungannya<br />

selama 9 bulan. Ia yang merasakan setiap gerakan dan<br />

tanda kehidupan yang dikirimkan Nattel dalam rahimnya. Masa terindah<br />

yang tidak bisa ditukar dengan apapun! Kami sering mengajak<br />

Nattel berbicara, bernyanyi serta memainkan musik untuknya. Walaupun<br />

Nattel masih dalam kandungan, tapi kami dapat merasakan<br />

responsnya saat kami memanggil namanya.<br />

Saya berdiri terpaku. Menatap Susi yang baru saja siuman. Sekarang<br />

saya harus mengatakan pada Susi, bahwa Nattel sudah kembali<br />

ke rumah Bapa di sorga. Saya tak sampai hati membayangkan<br />

kesedihan hati Susi mendengar berita ini. Airmata mengalir, Susi tak<br />

bisa menahan kepedihan hatinya. Rasanya terlalu berat untuk kami<br />

tanggung! Kami berdua berpelukan dan menangis, hanya itu yang<br />

dapat kami lakukan.<br />

Tetapi Tuhan kami adalah Tuhan yang penuh dengan belas kasih.<br />

Di saat kesedihan dan penderitaan yang begitu dalam, penghiburan<br />

dan kekuatan-Nya selalu kami rasakan. Kekuatan dari sorga begitu<br />

luar biasa! Sehingga kami mampu menanggung semua kedukaan<br />

ini.<br />

13


Banyak yang berkata kepada kami, jika mereka yang harus<br />

menghadapi masalah seperti ini, pastilah mereka takkan mampu<br />

menanggungnya! Beberapa bahkan berkata, mungkin akan mengambil<br />

keputusan untuk meninggalkan Tuhan. Tetapi melalui buku<br />

ini saya ingin menyampaikan satu hal, kasih karunia Tuhan Yesus<br />

cukup bagi kami. Sehingga kami dapat melalui seluruh masa sulit<br />

ini dengan kuat! Karena Tuhan Yesus yang kami sembah adalah<br />

Tuhan yang luar biasa! Masa-masa sulit kami, tak kami jalani berdua<br />

saja. Tuhan Yesus selalu hadir memberikan kekuatan pada kami. Tak<br />

pernah sedetik pun Dia meninggalkan kami. Dia tetap ada setiap<br />

saat, bahkan ketika di ruang operasi saat Nattel berjuang untuk<br />

hidup. Penghiburan dan kekuatan Tuhan tak dapat saya ungkapkan<br />

dengan kata-kata. Dia Allah yang setia! Saya percaya, saat inipun<br />

Nattel sedang dalam pelukan-Nya.<br />

Buku ini berisi sepenggal kisah kehidupan saya dan Susi. Setelah<br />

apa yang kami alami bersama dengan Tuhan, kami yakin sekali bahwa<br />

Tuhan ingin kami berbagi kepada pembaca semua. Bukan untuk<br />

maksud apa-apa. Tetapi lebih sebagai ungkapan rasa syukur kami<br />

berdua, atas apa yang telah Tuhan Yesus lakukan bagi kami. Semoga<br />

kisah ini dapat menambah kekayaan iman setiap kita, menambah<br />

pengharapan bagi setiap kita yang sedang menantikan jawaban<br />

doa, dan menjadi lebih kuat dalam menjalani pergumulan kehidupan.<br />

Kami memang tak mengerti jalan pikiran-Nya. Tetapi kami akan<br />

tetap setia menjalankan bagian yang ditetapkan bagi kami berdua.<br />

Karena Dia Allah yang setia, yang mendengar doa dan yang tak pernah<br />

gagal!<br />

14


ISI HATI SARIWATI GOENAWAN<br />

Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian<br />

imanmu—yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas<br />

yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api—sehingga<br />

kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan<br />

kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.<br />

(1 Petrus 1:7)<br />

Tanah di sekitarnya mulai menutupi peti mati di dalam lubang<br />

kecil itu. Para pekerja kuburan itu dengan gesit melakukannya,<br />

dan dalam waktu sekejap saja peti itu sudah tidak terlihat<br />

lagi. Dengan tertutupnya peti itu, sepertinya berakhir juga kisah tentang<br />

seorang bayi kecil yang cantik yang bernama YEA NATHALEEN<br />

QUEEN LEON. Seorang bayi perempuan cantik yang bahkan belum<br />

sempat membuat kisah apa-apa dalam hidupnya. Hanya beberapa<br />

menit usianya, dan hanya sempat memberikan sebuah tangisan kecil,<br />

dan selebihnya hanya ada ketegangan yang ditinggalkannya bagi<br />

kedua orang tuanya, Zaldy dan Susi. Mereka berdua hanya bisa pasrah<br />

menantikan hasil dari usaha para medis untuk mengusahakan<br />

kelangsungan hidup bayi mereka yang sangat mereka nantikan.<br />

Hanya kurang dari tigapuluh menit mereka bisa menikmati memiliki<br />

seorang bayi, tapi ketika dinyatakan bahwa Nathaleen tidak<br />

dapat diselamatkan, mereka pun hanya bisa bersyukur kepada Tuhan<br />

untuk segala kebaikanNya. Hati mereka menjerit pasrah kepada<br />

keputusan Tuhan. Tidak ada yang bisa mereka lakukan lagi, semuanya<br />

sudah diputuskan. Dan mereka pun menerima Nathaleen yang<br />

sudah tak bernyawa di dalam dekapan mereka. Aku melihat semua<br />

15


itu dari rekaman video, bagaimana adikku Susi menggendong dan<br />

mendekap putri kesayangannya. Seorang anak yang benar-benar<br />

mereka nanti-nantikan selama ini, setelah mengalami enam kali kehilangan.<br />

Ternyata kali inipun Tuhan masih belum mengizinkan mereka<br />

memilikinya.<br />

Aku melihat bagaimana Susi menyentuh putri kecilnya yang tak<br />

berdaya melawan kehendak Yang Mahakuasa. Dengan penuh rasa<br />

cinta dan sayang, aku menyaksikan mereka berdua berbicara kepada<br />

Nathaleen. Betapa beruntungnya putri tidur itu. Bahkan dalam kondisi<br />

yang sudah tidak hidup lagi pun, dia sangat dicintai dan disayangi<br />

oleh kedua orang tuanya.<br />

Kehamilan kali ini merupakan kehamilan yang ketujuh, setelah<br />

enam kali sebelumnya berjalan tidak mulus. Empat kali mengalami<br />

keguguran, dua kali berhasil dilahirkan namun kedua bayi itu lahir<br />

dengan kondisi yang tidak sempurna di bagian organ dalam tubuh<br />

mereka, sehingga akhirnya mereka pun tidak dapat diselamatkan.<br />

Namun berbeda dari kehamilan yang lain, kali ini ada konfirmasi<br />

demi konfirmasi dari banyak orang dan hamba-hamba Tuhan yang<br />

menyatakan bahwa bayi ini akan hidup dan dapat mereka miliki untuk<br />

dibesarkan. Bahkan ada beberapa orang yang mereka tidak kenalpun<br />

ikut menyampaikan pesan serupa.<br />

Bukan cuma itu, yang lebih dahsyat adalah bahwa Susi mendapatkan<br />

nama untuk putrinya ini dari mimpinya. Dia mendengar<br />

seseorang memberikan nama yang indah itu untuk putrinya, dan<br />

bahkan ia melihat ada sebuah tangan yang menuliskan nama itu<br />

di dalam mimpinya itu. Dan selama kehamilannya kali ini, hampir<br />

setiap dokter yang memeriksa mengatakan semuanya baik-baik. Tes<br />

USG empat dimensi yang dilakukan pun tidak menunjukkan adanya<br />

kelainan pada bayi ini.<br />

Menjelang hari kelahiran Nathaleen, semua orang yang mengenal<br />

Susi dan Zaldy ikut berdoa dan ikut menantikan dengan penuh<br />

sukacita. Bahkan Pastor Hanna, gembala mereka mengatakan, “Susi...<br />

siap-siap untuk celebration ya... kita rayakan hari kemenangan kita.”<br />

Ya... semua orang menantikan hari bahagia itu. Bahkan seluruh je-<br />

16


maat di gereja juga ikut menantikan kabar sukacita itu.<br />

Tapi ternyata bukan kabar bahagia, malah sebaliknya, semua jadi<br />

tercengang mendengar dengan rasa tidak percaya akan kenyataan<br />

yang ada. Tidak ada satu orang pun yang mengira kejadiannya akan<br />

seperti ini. Semua merasakan kesedihan yang mendalam, ikut larut<br />

dalam duka itu. Termasuk aku, yang menjadi kakak dari Susi. Semua<br />

bertanya, mengapa Tuhan? Mengapa Kau izinkan sekali lagi mereka<br />

mengalami hal ini? Mengapa mereka tidak dapat memiliki anak<br />

mereka Tuhan? Mengapa? Dan ada sejuta mengapa yang muncul<br />

dalam hati kami semua, tanpa dapat menemukan jawaban yang<br />

pasti. Sangat menyedihkan....Yea Nathaleen Queen lahir dengan<br />

fisik yang sangat sempurna, namun lagi-lagi ada kelainan di sistem<br />

pernafasannya sehingga ia tidak dapat melakukan pernafasan<br />

sendiri. Ia gagal nafas. Dan itu yang menyebabkan ia tidak dapat<br />

bertahan hidup.<br />

Kalau kami semua dapat merasakan hati yang sangat sedih dan<br />

berduka, bagaimana dengan mereka? Aku yakin, hati mereka hancur<br />

dan porak poranda. Aku yakin sekali tentang hal itu. Sesuatu yang<br />

mereka yakin sekali akan didapat, tapi ternyata masih belum bisa<br />

dimiliki... pasti sangat menyakitkan. Tapi justru di sinilah kekuatan<br />

dari Tuhan itu diperlukan.<br />

Di saat yang sangat berat, yang tidak mungkin dapat ditanggung<br />

oleh seorang manusia, di saat itulah kasih karunia Tuhan itu<br />

diperlukan. Aku yakin, hanya karena anugerahNya maka Susi dan<br />

Zaldy bisa bertahan dalam iman. Tidak sedikit pun aku mendengar<br />

mereka menyalahkan Tuhan. Mereka sama sekali tidak menghujat<br />

Tuhan untuk peristiwa ini.<br />

“Aku mendapatkan satu pelajaran dari semua ini, sepertinya Tuhan<br />

Yesus mau aku mencintai Dia lebih dari apapun juga di dunia ini,<br />

lebih dari anak-anakku itu,” kata adikku Susi ketika pertama kali aku<br />

menjenguknya di rumah sakit. Suatu pernyataan yang tidak mungkin<br />

bisa diucapkan kalau bukan karena anugerah Tuhan. Pernyataan<br />

iman yang luar biasa. Di tengah-tengah rasa kehilangan, ia tidak<br />

jadi menyalahkan Tuhan atau menjadi undur dari kasihnya kepada<br />

17


Tuhan, tapi justru sebaliknya, ia malah lebih lagi mencintai Tuhan.<br />

Mensyukuri apa yang Tuhan lakukan kepada mereka. Aku yakin, Tuhan<br />

pasti bangga sekali pada mereka berdua. Tuhan pasti sangat<br />

mencintai mereka. Mereka terpilih karena mereka memang spesial.<br />

Mereka orang-orang pilihan Tuhan di zaman ini, yang dipisahkan<br />

Tuhan untuk rencana-Nya yang ajaib. Hanya sedikit orang yang bisa<br />

menjalaninya, tapi mereka terpilih karena mereka dianggap tahan<br />

uji, sanggup melewati dapur perapian itu sekalipun dengan tingkat<br />

panas yang tinggi, tapi mereka lulus dalam ujian itu. Ia berhasil melewatinya<br />

seperti emas murni. Iman mereka tetap teguh, keyakinan<br />

mereka akan Tuhan tinggal tetap.<br />

Tulisan kali ini aku dedikasikan untuk Susi dan Zaldy, pahlawan<br />

iman zaman ini. Tidak banyak yang seperti itu ada, tapi mereka<br />

adalah salah satunya. Juga buat Yea Nathaleen Queen, keponakanku<br />

yang walau kelahirannya ke dunia ini hanya beberapa menit saja,<br />

tapi bisa menjadi saksi yang dapat membawa banyak jiwa datang<br />

kepada Tuhan.<br />

Saat ini, kisah mereka akan banyak disebut dan diceritakan sebagai<br />

satu kesaksian akan kebesaran Tuhan. Allah kita adalah Allah<br />

yang memiliki kuasa untuk melakukan segala yang terbaik untuk<br />

anak-anak kesayangan-Nya. Semua yang Dia lakukan itu baik. Termasuk<br />

apa yang mereka alami, semua itu baik. Dia punya rencana<br />

yang ajaib, yang kita tidak bisa mengetahuinya sekarang, tapi nanti<br />

kita akan menyaksikan bagaimana Dia melakukannya dengan luar<br />

biasa. Hanya mereka yang tahan uji yang akan mendapatkannya.<br />

Kisah Yea Nathaleen Queen memang sudah berakhir ketika liang<br />

lahat itu ditutupi oleh tanah. Tapi kisah iman yang timbul karena<br />

kehadirannya dalam kehidupan orang tuanya akan selalu dikenang<br />

oleh setiap orang yang mengenal mereka, dan kini juga oleh anda<br />

yang membaca kisah nyata ini. Terimakasih Tuhan untuk anugerah<br />

ini. Kami bangga bisa memiliki Allah seperti Engkau.<br />

From Auntie with Love,<br />

Sari<br />

18


ISI HATI OTTO DAN YENI<br />

Saya dan Otto sangat bersyukur memiliki Zaldy dan Susi sebagai<br />

bagian dari keluarga kami. Bagi kami berdua, mereka adalah<br />

teladan iman. Melalui peristiwa duka yang mereka alami, justru<br />

IMAN itu menjadi nyata!<br />

Tanggal 20 Agustus 2008 merupakan sebuah momen penuh<br />

pengharapan bagi saya pribadi. Begitu banyak doa dan harapan<br />

kami naikkan pada Tuhan sampai hari itu. Jantung saya berdegup<br />

kencang! Kami semua sama-sama tegang menantikan proses kelahiran<br />

bayi dari kakak ipar saya, Zaldy dan Susi.<br />

Ketegangan kami mencapai puncaknya saat suster rumah sakit<br />

keluar dari ruang operasi dan memberitahukan kepada kami untuk<br />

menengok Nattel ke dalam ruangan. Kami masuk ke dalam… Sebuah<br />

pemandangan yang menghancurkan hati harus kami saksikan. Bayi<br />

mungil itu terbungkus kain pink. Mungil, wajahnya manis, tetapi… ia<br />

sudah tak bergerak lagi!<br />

Saya merasakan sebuah dejavu… Karena ini bukan kali pertama<br />

kami menghadapi momen duka. Dengan berat hati, kami semua harus<br />

mengulangi masa ini. Berat, sangat berat! Masih segar dalam<br />

ingatan saya, saat sebelumnya kami semua pun harus kehilangan<br />

bayi Zaldy dan Susi yang tercinta, Vallerie Faith. Separuh nafas kami<br />

seolah ikut terbawa bersama kepergiannya.<br />

Zaldy meminta saya untuk menemani dan menghibur Susi.<br />

Dalam hati saya menjerit, “Bagaimana mungkin saya sanggup menghibur<br />

Susi? Saat ini hati saya sedang kehilangan kekuatan untuk<br />

19


melakukannya.” Saya pun tidak mampu mengendalikan hati saya.<br />

Setiap kali kaki saya melangkah masuk ke dalam kamar melihat<br />

Susi, hati saya hancur berkeping-keping. Saya tak sanggup menghiburnya<br />

dengan apapun!<br />

Malam itu saya tidak dapat memejamkan mata. Setiap kali memaksa<br />

diri untuk tidur, pikiran saya terus menari-nari. Terbayang<br />

semua kejadian hari itu. Apalagi saat mengingat kejadian Nattel yang<br />

harus berjuang menarik nafas untuk bisa hidup. Tubuhnya begitu<br />

kecil dan ia tak berdaya. Dan yang membuat kesedihan saya bertambah<br />

adalah, kami tak dapat berbuat apa-apa untuk menolongnya!<br />

Saya berharap seluruh kejadian hari itu HANYA MIMPI! Saya<br />

ingin segera bangun dan mengakhiri mimpi buruk itu. Tapi apa daya,<br />

semua ini adalah kenyataan pahit, yang harus dapat kami tanggung<br />

dan lalui bersama-sama. Ah, ingin rasanya meraung sepuas hati!<br />

Tapi untuk apa? Airmata saya rasanya takkan mampu menghapus<br />

duka yang terjadi.<br />

Bagi saya pribadi, Nattel bukan sekedar keponakan kami. Dia<br />

adalah anak pengharapan kami semua. Ada banyak harapan dan<br />

cita-cita yang kami rencanakan untuk dilakukan bersama Nattel.<br />

Saya dan Susi melalui masa kehamilan bersama-sama. Usia kehamilan<br />

kami hanya terpaut kurang lebih 1,5 bulan saja. Saya masih<br />

ingat betul, saat kami bersama-sama melewati masa-masa mual, lelah<br />

dan ngidam bareng. Ada banyak kenangan di masa kehamilan<br />

itu, yang kami lalui bersama.<br />

Untuk segala sesuatu yang telah dilalui Susi dan Zaldy, saya bahkan<br />

tak memiliki kata-kata untuk mengungkapkan, betapa sedih dan<br />

berduka hati mereka (dan kami semua)! Mungkin kalau hal itu terjadi<br />

kepada saya, rasanya sudah pasti saya tidak akan mampu bertahan!<br />

Terus terang saya sempat marah dan menganggap Tuhan tidak<br />

adil! Apakah Tuhan begitu buta dan tak melihat segala pengorbanan<br />

dan kesetiaan Zaldy dan Susi dalam mengikut Tuhan? Belum cukupkah<br />

Tuhan membiarkan mereka melalui masa-masa kekelaman? Hati<br />

saya tak dapat menerima.<br />

20


Tetapi suami saya, Otto, mengingatkan saya. Apapun yang terjadi,<br />

DIA tetaplah Allah yang Adil dan penuh kasih. Kasih-Nya tetap<br />

sama dan tidak berubah! Tentu saja kami sekeluarga tak dapat<br />

mengerti mengapa Tuhan membiarkan semua ini terjadi. Tetapi doa<br />

kami adalah, kami semua justru semakin setia dan tak undur mengikut<br />

Tuhan.<br />

Saya sungguh percaya, sekalipun kita ada di dalam lembah<br />

kekelaman, segala sesuatu terjadi untuk mendatangkan kebaikan<br />

bagi semua yang mengasihi Dia. Puji Tuhan!<br />

Love,<br />

Otto & Yeni<br />

21


ISI HATI LISA KAYA<br />

Beberapa hari setelah tanggal 12 Mei 2005, hatiku masih dihinggapi<br />

pertanyaan kepada Tuhan. “Tuhan, kenapa harus Zaldy<br />

dan Susi? Tuhan, kenapa harus empat kali? Tuhan, kenapa harus<br />

Vallerie Faith?”<br />

Saya yakin, pertanyaan yang sama pun muncul dalam benak<br />

setiap teman yang menjadi saksi kedukaan yang terjadi pada 12<br />

Mei 2005 itu. Namun demikian, saya memperoleh pelajaran iman<br />

yang berharga melalui peristiwa ini. Seketika itu juga, aku merasa<br />

sangat berdosa telah mempertanyakan dan meragukan apa yang<br />

Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan Zaldy dan Susi. Pertanyaanpertanyaanku<br />

itu menimbulkan kesan seolah Tuhan itu tidak adil!<br />

Aku pernah membaca sebuah buku tentang kesaksian hidup<br />

Joni Eareckson Tada. Dalam buku itu dituliskan bahwa, “Sorga dan<br />

neraka berpartisipasi dalam kejadian hidup kita.” Pada saat Zaldy dan<br />

Susi kehilangan Vallerie, iblis telah bersiaga untuk mengambil iman<br />

mereka, karena iblis tahu betapa berharganya Vallerie bagi Zaldy<br />

dan Susi. Tetapi saya bersyukur, ketika toh Vallerie harus kembali ke<br />

rumah Bapa di Sorga, Zaldy dan Susi tetap memilih Sorga sebagai<br />

perhentian iman mereka, dan bukan kalah dan menyerah kepada si<br />

iblis!<br />

Aku masih ingat saat itu Susi berkata kepada Vallerie, “Valle itu<br />

anak Tuhan, sudah diberikan kesempatan untuk hamil selama 9 bulan<br />

pun, mami sudah bersyukur.” Zaldy pun berkata, “Tuhan sangat<br />

menyayangi Valle!”<br />

23


Kekuatan itu sesungguhnya datang dari Tuhan! Hingga Susi<br />

dapat mengatakan, “Hidup harus terus berlanjut!”<br />

Peristiwa ini mengingatkan aku, betapa berharganya seorang<br />

anak dalam kehidupan sebuah keluarga. Peristiwa ini pun membuat<br />

aku menyesali sikapku yang sering kurang sabar terhadap Sharon,<br />

anakku. Seperti titik hitam di atas selembar kertas putih. Terkadang<br />

sebagai orangtua, kita selalu fokus kepada titik hitam kecil itu, padahal<br />

sebenarnya warna putih lah yang lebih dominan dalam lembar<br />

hidup anak-anak kita. Seperti itulah aku sering memandang Sharon<br />

ketika dia sulit diatur dan bandel. Kenakalannya sesungguhnya<br />

hanya seperti titik hitam itu. Padahal ia punya segudang kebaikan<br />

lainnya.<br />

Aku ingat sekali, apa yang Tuhan katakan dalam Matius 19:14<br />

—Tetapi Yesus berkata : “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi<br />

mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang<br />

seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.” Berbahagialah kita,<br />

karena Vallerie Faith adalah salah satu yang empunya Kerajaan Sorga.<br />

Melalui kisah sahabat kami, Zaldy dan Susi, aku menjadi lebih<br />

memahami kisah Ayub. Kehidupan Ayub yang nampak begitu sempurna<br />

dimata Allah pun, tetap harus mengalami sebuah proses<br />

pemurnian.<br />

Tuhan izinkan semua itu terjadi agar manusia dapat memahami,<br />

bahwa sebaik apapun manusia, tetap Tuhanlah yang berkuasa atas<br />

hidupnya. Seperti yang pernah Susi sampaikan, bahwa hidup kita<br />

seperti sebuah batang kayu kecil yang harus mengikuti aliran sungai.<br />

Begitulah kita mengikuti kehendak Tuhan!<br />

Melalui tulisanku ini aku ingin menyampaikan rasa syukurku<br />

pada Tuhan karena aku diizinkan mengenal mereka, dan dari merekalah<br />

aku bisa belajar banyak tentang iman.<br />

Aku yakin kisah kepergian Vallerie Faith akan menjadi sebuah<br />

kesaksian besar yang menjadi bukti iman kedua orang tuanya dan<br />

mampu mengubah hidup banyak orang.<br />

24


Untuk Zaldy dan Susi, terima kasih telah menyertakan aku menjadi<br />

bagian dalam hidup persahabatan kalian. Aku bersyukur untuk<br />

semua hal yang sudah aku lihat, aku ambil, dan aku renungkan dari<br />

peristiwa perginya Vallerie. Kisah kalian telah membawa pengertian<br />

baru dalam hidup aku.<br />

Mengutip ucapan Joni Eareckson Tada : “Dan aku hidup dengan<br />

kesadaran bahwa hal-hal yang lebih baik masih akan datang,”<br />

Good Luck & God bless you….<br />

Lisa Kaya<br />

25


- BAB 1 -<br />

BENIH YANG DINANTIKAN<br />

“Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku,<br />

menenun aku dalam kandungan ibuku.”<br />

(Mazmur 139:13)<br />

Ada begitu banyak pasangan suami istri yang belum juga<br />

mempunyai anak hingga saat ini. Mungkin Anda atau siapapun<br />

yang Anda kenal, juga mengalami hal yang sama. Melalui<br />

buku ini aku ingin berbagi pengalaman hidupku. Karena aku juga<br />

termasuk salah satu wanita yang belum dikaruniai buah hati. Karena<br />

aku juga pernah berada dalam penantian yang sangat… sangat…<br />

panjang, TANPA KEPASTIAN.<br />

Cukup sering aku mendengar kesedihan orang-orang yang begitu<br />

merindukan kehadiran seorang anak. Satu tahun, dua tahun,<br />

lima tahun, bahkan belasan tahun mereka menderita dalam penantian.<br />

Menderita menanggung rindu, ada pula yang menderita<br />

menanggung malu. Belum lagi berbagai pertanyaan dari keluarga<br />

dan orang sekitar yang memberikan tekanan yang tidak sedikit.<br />

Sebagian istri di dunia ini ada yang sama sekali belum pernah<br />

mengalami kehamilan. Mereka sangat menginginkannya, namun<br />

beberapa masalah membuat mereka sulit untuk hamil. Sebagian<br />

karena “kurang subur,” sebagian karena bermasalah dengan sperma<br />

suami, karena adanya perlengketan di saluran rahim, ketidakseimbangan<br />

hormon, telur sang istri sulit matang, ataupun berbagai vi-<br />

27


us. Malah sisanya dengan alasan yang tidak pernah diketahui.<br />

Aku juga sering mendengar cerita teman-teman tentang kunjungan<br />

pasangan suami istri ke dokter, shinse, atau tempat lain yang<br />

dianggap mampu membantu masalah mereka. Banyak dari mereka<br />

yang akhirnya berhasil mendapatkan anak, bahkan beberapa anak.<br />

Namun tidak sedikit yang sampai saat ini belum juga berhasil. Padahal<br />

banyak metode yang sudah mereka coba lakukan. Dari mengikuti<br />

program kehamilan, mencoba inseminasi, sampai bayi tabung<br />

yang tingkat keberhasilannya memang sangat kecil.<br />

Anda pun mungkin sering mendengar kisah seorang ibu yang<br />

mengalami keguguran. Aku sangat dapat merasakan kesedihan<br />

mereka. Bukan hanya kesedihan, tetapi ditambah pula dengan rasa<br />

khawatir, tertekan, tidak tahu harus berbuat apa saat menyaksikan<br />

darah mengalir keluar dari rahimku. Aku dihinggapi rasa kehilangan<br />

dan kecewa yang sangat besar, ketika akhirnya calon bayi kami harus<br />

pergi.<br />

Tak hanya sampai di situ. Masalah kehamilan tidak “sesederhana”<br />

itu. Begitu kompleks. Kalau pun akhirnya si jabang bayi hadir<br />

dalam rahim ibu, dan berhasil lahir tepat pada waktuya, ITU BELUM<br />

SELESAI!! Ia masih harus berjuang untuk hidup di luar rahim sang<br />

ibu. Jika seorang bayi dapat lahir dengan kondisi normal, maka lengkaplah<br />

kebahagiaan keluarga yang menantikannya. Namun ketika<br />

bayi itu harus lahir dengan kondisi yang mengenaskan, maka perjuangan<br />

sang bayi dan orang tuanya masihlah panjang!<br />

Bagi sebagian orang, keinginan untuk memiliki anak memang<br />

bukan hal mudah. Di samping memerlukan biaya pengobatan yang<br />

tidak sedikit, kehamilan memerlukan kesabaran, ketulusan, ketabahan,<br />

ketekunan dan kekuatan lahir batin. Dan di atas semuanya itu,<br />

tentu saja membutuhkan IMAN! Karena hanya Tuhanlah yang sanggup<br />

menentukan kisah hidup setiap manusia. Hanya Dia pula yang<br />

mampu mengubah yang mustahil menjadi mungkin.<br />

Bila saat ini Anda sedang tertekan dengan masalah penantian<br />

datangnya seorang anak, percayalah bahwa Tuhan lebih besar dari<br />

segala penderitaan dan persoalan Anda! Dia Tuhan yang PEDULI dan<br />

28 — BEAUTIFUL IN HIS TIME —


SANGGUP melakukan segala yang mustahil.<br />

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban<br />

berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu,” ( Matius<br />

11:28 )<br />

Seperti yang telah aku sampaikan diatas, aku juga salah seorang<br />

wanita yang mengalami banyak kesulitan dalam masa kehamilan.<br />

Dalam usia perkawinan kami yang hampir genap sebelas tahun, aku<br />

sudah mengalami 7 kali kehamilan. Tiga kali di antaranya gugur ketika<br />

berusia 5 sampai 6 minggu, dan satu kali gugur ketika berusia 14<br />

minggu. Sedangkan tiga lainnya berhasil lahir ke dunia ini. Namun<br />

sayang, ketiga putri kami (Karenina Audrey Leon, Vallerie Faith Leon,<br />

dan Yea Nathaleen Queen Leon) segera kembali ke rumah Bapa di<br />

Sorga sesaat setelah dilahirkan. Karena mereka memiliki kelainan<br />

dalam sistem pernafasan.<br />

Hingga saat ini kami belum memiliki seorang anak pun yang berasal<br />

dari rahimku. Namun aku sangat bersyukur pada Tuhan, karena<br />

aku dan suami diberikan kekuatan untuk melalui semua badai itu.<br />

Bahkan di dalam badai itulah, kami melihat kebesaran dan kesetiaan<br />

Tuhan. Dan hanya oleh anugerah-Nya, kami dapat berkata, “Kami<br />

menginginkan Tuhan lebih dari kami menginginkan seorang<br />

anak,” Begitu berartinya Tuhan dalam kehidupan kami. Dan itulah<br />

yang ingin aku bagikan dalam buku ini.<br />

— Bab 1 # BENIH YANG DINANTIKAN —<br />

29

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!