Pearl 33 - Love is Kind and Patient (April 2016 - Mei 2016)
Majalah Pearl is a free online Christian magazine for Indonesian women.
Majalah Pearl is a free online Christian magazine for Indonesian women.
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<strong>April</strong> <strong>2016</strong> - MEI <strong>2016</strong><br />
<strong>Pearl</strong> Magazine | <strong>33</strong> rd Edition<br />
SHAPED BY THE HANDS OF GOD<br />
LOVE IS KIND AND PATIENT
from<br />
the desk<br />
https://theangrypreacher.files.wordpress.com/2015/09/god-<strong>is</strong>-love.jpg
Editor<br />
Hei!<br />
a happy passover<br />
for all of you!!!<br />
Dari Yesus kita belajar kasih adalah tindakan. Yesus<br />
tidak cuma mengungkapkan kasih-Nya lewat kata-kata,<br />
tapi terlebih lewat tindakan. Ia merelakan diri menjadi<br />
korban penebus dosa, menderita dan d<strong>is</strong>alib, menjadi<br />
penyataan kasih Allah bagi manusia.<br />
Kasih adalah tindakan. Kali ini kita akan sama-sama<br />
belajar untuk menyatakan kasih lewat kesabaran dan<br />
kemurahan hati. Keduanya adalah bukti bahwa kasih<br />
tidak mementingkan diri sendiri. Keduanya<br />
memfokuskan diri kepada orang lain.<br />
Kami berdoa supaya lewat kesabaran dan kemurahan<br />
hati kita, kasih Yesus terekspresikan nyata melalui<br />
hidup kita. Dan biarlah lewat kasih yang kita<br />
tunjukkan itu, kita dikenali sebagai anak-anak Allah<br />
yang adalah kasih.<br />
Dhieta
ACLOSERWALK<br />
TABLE OF CONTENT<br />
<br />
From The Desk of<br />
<br />
<br />
Table of Content<br />
<br />
Masthead<br />
<br />
Dig Deeper:<br />
<br />
Closer Walk:<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Image by Elijah Hail - www.unsplash.com<br />
www.majalahpearl.com
Single:<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Marriage:<br />
<br />
<br />
Parenting:<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
How to Get Connected<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
VISION<br />
Membangun generasi wanita<br />
yang menjalankan fungsinya<br />
sebagai wanita sejati,<br />
berkarakter Kr<strong>is</strong>tus dan mau<br />
dibentuk menjadi indah di<br />
mata Bapa dan sesama.<br />
MISSION<br />
Menyediakan bacaan rohani<br />
yang biblical, practical dan<br />
sesuai dengan pergumulan<br />
generasi wanita Indonesia.<br />
Foto: Deathtostock.com
EDITOR IN CHIEF<br />
Viryani Kho<br />
EXECUTIVE ASSITANT<br />
Mekar A. Pradipta, Fel<strong>is</strong>ia Devi<br />
PUBLIC RELATIONS<br />
Mega Rambang<br />
FEATURES EDITOR<br />
Sarah Eliana<br />
CREATIVE DIRECTOR<br />
Eunike Santosa<br />
WEB DIRECTOR<br />
Febe Soehardjo<br />
WRITERS<br />
Yunie Sutanto, Poppy Noviana, Leticia Seviraneta,<br />
Glory Ekasari, Chr<strong>is</strong>tine Natalia<br />
GRAPHIC DESIGNER<br />
Mel<strong>is</strong>sa Halim, Michelle Herman, Veri Eden, Widia Teja<br />
EDITOR CONTRIBUTOR<br />
Megawati Wijaya<br />
WRITER CONTRIBUTORS<br />
Azaria Amelia, Tabitha Davinia Utomo, Wellney Yarra<br />
DESIGNER CONTRIBUTORS<br />
Marcia Halim<br />
-----------------------------------------------------<br />
ALL RIGHTS RESERVED BY MAJALAH PEARL<br />
No Material from th<strong>is</strong> magazine may be copied or reproduce<br />
without written perm<strong>is</strong>sion from <strong>Pearl</strong> Magazine.
DIGDEEPER<br />
Show Him<br />
your love<br />
[design] WIDIA TEJA<br />
https://unsplash.com/photos/d_JCOG2Id5Q<br />
www.majalahpearl.com
Kami melakukan<br />
pekerjaan tangan yang<br />
berat. Kalau kami<br />
dimaki, kami<br />
memberkati;<br />
kalau kami dianiaya,<br />
kami sabar; kalau kami<br />
difitnah, kami tetap<br />
menjawab dengan<br />
ramah;<br />
kami telah menjadi<br />
sama dengan sampah<br />
dunia, sama dengan<br />
kotoran dari segala<br />
sesuatu, sampai pada<br />
saat ini. Hal ini kutul<strong>is</strong>kan<br />
bukan untuk memalukan<br />
kamu,<br />
tetapi untuk menegor<br />
kamu sebagai<br />
anak-anaku yang<br />
kukasihi.<br />
—-1 Korintus 4:12-14<br />
Sahabat <strong>Pearl</strong> yang terkasih,<br />
seberapa banyak diantara kita<br />
yang senang menerima<br />
teguran? Tentu hanya orang<br />
yang berpikir terbuka dan<br />
besar hati yang mampu<br />
menerima dengan lapang dada.<br />
Ada sebuah quote yang<br />
berbunyi:<br />
“Satu tindakan<br />
berbicara lebih<br />
keras daripada<br />
seribu nasehat.”<br />
Tetapi teguran tanpa teladan<br />
ternyata juga tidak<br />
mengubahkan!<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
DIGDEEPER<br />
Rasul Paulus mengajar kita hal yang<br />
penting dalam mengasihi. Kasih tidak<br />
hanya dinyatakan lewat perkataan<br />
yang menyenangkan telinga; inti dari<br />
mengasihi adalah memberikan nilai<br />
kebenaran dalam kehidupan orang<br />
lain. Ia memberikan teladan<br />
bagaimana menjadi orang yang penuh<br />
dengan kesabaran, yang mengampuni,<br />
dan menerima segala sesuatu yang<br />
datang padanya dengan hati yang<br />
bersyukur. Ujian dan tantangan<br />
dalam hidup tetap akan datang dan<br />
pasti berlalu; namun yang penting<br />
adalah respon seperti apa yang ia<br />
berikan saat melewatinya: bersabar,<br />
bersikap ramah, dan merendahkan<br />
diri, karena kasihnya kepada Allah<br />
melebihi penderitaannya. Begitulah<br />
ekspresi kasih Paulus. Bagaimana<br />
dengan kalian?<br />
Kasih Yang Bertindak<br />
Sore itu, aku berjalan cukup cepat menuju tempat kursus les bahasa Inggr<strong>is</strong><br />
setelah selesai bekerja. Lokasinya tidak jauh dari kantor tempatku bekerja,<br />
namun tetap diperlukan waktu 15-20 menit untuk dapat sampai kesana. Saat<br />
aku berjalan, aku melihat seorang fotografer memotret objek dari kejauhan;<br />
namun yang menarik buatku adalah objek yang di fotonya: seorang pedagang<br />
asongan yang sedang menggendong dagangan asongannya sambil mendorong<br />
sebuah troli. Sekilas tampak biasa saja, namun karena sang fotografer tersebut<br />
terus-menerus memotret, aku mulai penasaran sebenarnya apa yang menarik<br />
dari pedagang asongan tersebut. Ternyata pedagang asongan tersebut<br />
mendorong troli ber<strong>is</strong>i seseorang yang cacat g<strong>and</strong>a, tanpa tangan dan kaki.<br />
Orang itu berbaring dalam pos<strong>is</strong>i tengkurap dan menempel pada troli tersebut.<br />
Sekalipun ada tanjakan dan gundukan yang cukup tinggi di trotoar, sekitar 50<br />
cm dari jalan, namun dia tetap menempel erat pada troli yang ditarik oleh si<br />
pedagang asongan dengan seutas tali berukuran kira-kira 1 meter.<br />
Hatiku terenyuh. se<strong>and</strong>ainya aku yang berada di troli itu, mau di taruh dimana<br />
muka ini? Apa yang orang cacat itu rasakan saat semua orang di pinggir jalan<br />
menatapnya dengan p<strong>and</strong>angan yang aneh? Aku pun demikian, hanya berjalan<br />
tepat dibelakangnya dan memperhatikan bagaimana troli itu terus melaju.<br />
www.majalahpearl.com
Jujur saat itu hatiku berkecamuk dan aku berpikir dalam hati, “Ya<br />
Tuhaaaan… Aku harus ngapain yah? Masa’ sih cuma ngeliat dan<br />
meneruskan berjalan tanpa ada respon apapun, padahal ini adalah<br />
kesempatan bagiku untuk menyatakan kasih-Mu kepadanya?” Tapi<br />
sebenarnya di s<strong>is</strong>i lain aku merasa takut, takut itikad baikku ditolak<br />
bahkan dianggap merendahkan apabila aku menyapa mereka dan sok baik<br />
memberi perhatian ataupun sedikit uang baginya. Ternyata berbuat baik<br />
itu ga mudah yah.. Perlu keberanian dan luapan kasih yang mendalam dari<br />
hati. Namun aku bersikeras tidak ingin hal ini berlalu begitu saja, dengan<br />
sabar aku menantikan peluang itu hadir didepanku. Dan aku putuskan<br />
untuk menanggung malu saja kalau aku ditolaknya. Segera aku membuka<br />
dompet yang ber<strong>is</strong>i uang tinggal selembar sampai tanggal gajian datang<br />
lagi, lekas aku menukarkan uang itu dengan pecahan yang lebih kecil<br />
kepada tukang nasi goreng d<strong>is</strong>ekitar jalan itu (hal ini aku lakukan saat aku<br />
melihat si pedagang asongan tersebut berhenti bersama trolinya untuk<br />
membeli minum sejenak). Segeralah aku menghampiri mereka dan<br />
memberikan uang yang sudah kutukarkan kepada orang cacat tersebut.<br />
Saat itu Ia hanya menatapku dan tersenyum tanpa bicara apapun. Yes,<br />
m<strong>is</strong>sion <strong>is</strong> complete!<br />
..ternyata berbuat baik itu ga mudah yah..<br />
perlu...<br />
keberanian dan luapan kasih<br />
yang mendalam dari hati.<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
DIGDEEPER<br />
Kasih itu Sabar dan Murah Hati<br />
dalam 1 Korintus 13, saya berpikir,<br />
mengapa rasul Paulus menyebut<br />
“sabar” terlebih dahulu, dan baru<br />
setelah itu “murah hati”?<br />
Pertama-tama, tanpa kasih kita<br />
akan sulit untuk dapat<br />
memaklumi, menerima dan<br />
bertahan dalam merespon<br />
perbuatan orang lain, persoalan<br />
hidup yang menerpa, atau bahkan<br />
kehendak Allah yang tidak sesuai<br />
dengan keinginan daging kita. Di<br />
situlah kasih benar-benar diuji:<br />
Sanggupkah kita bersabar?<br />
Kasih juga d<strong>is</strong>ebut “murah hati”.<br />
Tanpa kemurahan hati, tidak<br />
mungkin kita memberi bagi orang<br />
lain, baik itu waktu, tenaga, atau<br />
bahkan sekedar senyuman. Menarik<br />
sekali bahwa ketika Paulus<br />
hal pertama yang ia sebutkan<br />
adalah tindakan aktif, yaitu sabar<br />
dan murah hati.<br />
..Kasih juga<br />
d<strong>is</strong>ebut<br />
“murah hati ”.<br />
Tanpa<br />
kemurahan hati,<br />
tidak mungkin<br />
kita memberi<br />
bagi orang lain..<br />
Kasih yang sejati diwujudkan<br />
dalam perbuatan, dan dua hal<br />
pertama yang kita pelajari tentang<br />
kasih adalah bersikap sabar dan<br />
murah hati. Mari kita memulai<br />
tahun ini dengan mempraktekkan<br />
dua hal ini, dua hal yang sederhana<br />
tetapi berdampak besar.<br />
www.majalahpearl.com
2 Tesalonika 1:11-12<br />
Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk<br />
kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak<br />
bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya<br />
menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik<br />
dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu,<br />
sehingga nama Yesus,<br />
Tuhan kita,<br />
dimuliakan di<br />
dalam kamu dan<br />
kamu di dalam<br />
Dia, menurut<br />
kasih karunia Allah<br />
kita dan Tuhan Yesus<br />
Kr<strong>is</strong>tus.<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
ACLOSERWALK<br />
Photo credits: www.pexels.com<br />
Oleh: Leticia Seviraneta<br />
Design: Marcia Vericia<br />
www.majalahpearl.com
“Fakta bahwa aku adalah seorang wanita tidak menjadikan aku<br />
sebagai seorang Kr<strong>is</strong>ten yang berbeda,<br />
tetapi fakta bahwa aku adalah seorang Kr<strong>is</strong>ten menjadikan aku<br />
seorang wanita yang berbeda.”<br />
–El<strong>is</strong>abet h Elliot<br />
Dunia memberikan berbagai<br />
macam defin<strong>is</strong>i tentang<br />
kasih. Tidak terhitung<br />
jumlahnya pu<strong>is</strong>i, lirik lagu,<br />
naskah drama, dan dongeng yang<br />
telah ditul<strong>is</strong> mengenai topik ini.<br />
Sepanjang masa manusia berusaha<br />
menemukan defin<strong>is</strong>i mereka tentang<br />
kasih melalui pengalaman mereka.<br />
Ada yang memiliki akhir cerita yang<br />
bahagia, namun tidak sedikit juga<br />
yang berakhir dengan tragedi. Ada<br />
yang menggambarkan kasih seperti<br />
yang dilakukan Bunda Teresa kepada<br />
rakyat m<strong>is</strong>kin di Kalkutta, India.<br />
Ada juga yang menggambarkan<br />
kasih seperti Romeo dan Juliet<br />
yang sampai mati bersama karena<br />
tidak ingin terp<strong>is</strong>ahkan. Dari sekian<br />
banyak defin<strong>is</strong>i kasih yang diberikan<br />
dunia, manakah yang benar? Apa<br />
sesungguhnya p<strong>and</strong>angan Tuhan<br />
tentang kasih itu sendiri?<br />
Pintu kasih karunia dibuka<br />
untuk kita, agar kita menjadi anakanak-Nya<br />
sekaligus ahli war<strong>is</strong> semua<br />
janji-Nya dalam Alkitab. Dan kasih<br />
Tuhan tidak berhenti sampai di<br />
situ. Setelah kita menjadi milik-<br />
Nya, apabila kita jatuh dalam dosa,<br />
pengampunan dan pertolongan-Nya<br />
tersedia bagi kita.<br />
Paulus menjawab pertanyaan<br />
ini dengan terus terang dalam kitab 1<br />
Korintus 13:4-7 yang berbunyi,<br />
“Kasih itu sabar; kasih itu murah<br />
hati; ia tidak cemburu. Ia tidak<br />
memegahkan diri dan tidak<br />
sombong. Ia tidak melakukan<br />
yang tidak sopan dan tidak<br />
mencari keuntungan diri sendiri.<br />
Ia tidak pemarah dan tidak<br />
menyimpan kesalahan orang<br />
lain. Ia tidak bersukacita karena<br />
ketidakadilan, tetapi karena<br />
kebenaran. Ia menutupi segala<br />
sesuatu, percaya segala sesuatu,<br />
mengharapkan segala sesuatu,<br />
sabar menanggung segala<br />
sesuatu.”<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
ACLOSERWALK<br />
Perhatikan bahwa defin<strong>is</strong>i pertama tentang<br />
kasih adalah, “Kasih itu sabar.” Yuk kita lihat lebih<br />
dalam lagi di sepanjang artikel ini sebenarnya apa<br />
yang dimaksudkan dengan kasih itu sabar.<br />
Photo credits: www.picjumbo.com<br />
Di dalam terjemahan Yunani, kata “sabar”<br />
menggunakan kata makrothumeo sebagai kata kerja<br />
(verb) yang bila diterjemahkan ke bahasa Inggr<strong>is</strong><br />
berarti “long-suffering; to endure long as opposed<br />
to losing faith or giving up.” Jadi, kasih itu sabar<br />
dalam menanggung penderitaan, terus bertahan,<br />
dan tidak mudah menyerah. Dalam hal apa saja<br />
kah kita perlu belajar untuk bersabar?<br />
www.majalahpearl.com
Photo credits: www.pexels.com<br />
Kata makrothumeo adalah<br />
kata “sabar” yang digunakan<br />
di berbagai ayat dalam Alkitab<br />
yang berhubungan dengan<br />
mempraktekkan pengertian dan<br />
kesabaran terhadap orang lain. Ya,<br />
betul, setiap hari kita berhadapan<br />
dengan orang lain. Menghadapi<br />
berbagai macam orang yang<br />
berbeda sifat dan kebiasaan tentu<br />
menjadi tantangan tersendiri untuk<br />
mempraktekkan kesabaran. M<strong>is</strong>alnya<br />
ketika pergi berbelanja dengan<br />
teman yang kesukaannya berbeda<br />
dengan kita. B<strong>is</strong>akah kita bersabar<br />
menunggu ia berlama-lama di toko<br />
yang kita kurang minati? Ketika<br />
kita pergi liburan bersama keluarga,<br />
b<strong>is</strong>akah kita bersabar ketika ada<br />
anggota keluarga kita yang suka<br />
terlambat dan membuat jadwal<br />
liburan jadi kacau? Masih banyak<br />
hal-hal kecil di dalam hidup kita<br />
yang seringkali muncul dan menguji<br />
kesabaran kita. Namun saat ini<br />
kita diingatkan betapa pentingnya<br />
menjadi sabar di situasi-situasi<br />
seperti itu karena ini merupakan<br />
atribut paling utama di dalam kasih.<br />
“Always be humble <strong>and</strong> gentle.<br />
Be patient (makrothumeo) with<br />
each other, making allowance<br />
for each other’s faults because<br />
of your love.”<br />
–Efesus 4:2 [NLT]<br />
Di saat ada orang-orang<br />
mulai menguras kesabaran kita,<br />
ingatlah kita harus sabar—bukan<br />
hanya karena sabar itu baik saja.<br />
Kita belajar menjadi sabar karena<br />
di dalam kesabaran itu kasih kita<br />
menjadi nyata bagi hidup orang<br />
tersebut.<br />
“Kami juga menasihati kamu,<br />
saudara-saudara, tegorlah<br />
mereka yang hidup dengan<br />
tidak tertib, hiburlah mereka<br />
yang tawar hati, belalah mereka<br />
yang lemah, sabarlah terhadap<br />
semua orang.”<br />
—1 Tesalonika 5:14<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
ACLOSERWALK<br />
Kita masing-masing sedang berada di musim<br />
kehidupan yang berbeda-beda. Secara spiritual ada<br />
yang belum bertobat, ada yang baru bertobat, ada<br />
yang masih bayi Kr<strong>is</strong>ten, ada yang terkadang masih<br />
suka tidak taat Firman Tuhan, dan ada juga yang<br />
sudah dewasa rohani serta dapat mengajar. Dalam<br />
ayat ini Paulus mengingatkan kita yang sudah lebih<br />
lama mengenal Kr<strong>is</strong>tus untuk bersabar dengan<br />
orang yang musim kehidupannya belum dewasa<br />
secara spiritual. Jangan kita merendahkan mereka<br />
tetapi dengan lembut dan sabar menegur bila ada<br />
yang perlu diubah, dan bersabar dalam proses<br />
pertumbuhan mereka. Ada orang-orang yang proses<br />
pertumbuhannya lambat di mata kita, namun<br />
mereka tetap berharga di mata Tuhan dan Tuhan<br />
bekerja di balik layar untuk menghasilkan sesuatu<br />
yang indah dari mereka.<br />
“Bersukacitalah dalam pengharapan,<br />
sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah<br />
dalam doa!”<br />
–Roma 12:12<br />
Photo credits: www.pexels.com<br />
www.majalahpearl.com
Kata “sabar” di ayat ini menggunakan kata<br />
hupomone yang berarti: “to remain under, to<br />
persevere, endure, sustain, bear up under, suffer,<br />
as a load of m<strong>is</strong>eries, adversities, persecutions<br />
with faith.” Dengan kata lain, bertahan dalam<br />
situasi-situasi yang sulit di dalam hidup kita. Kita<br />
berkata bahwa seseorang sabar bukan ketika ia<br />
sedang bersenang-senang. Kita memuji seseorang<br />
sabar karena di tengah situasi yang biasanya akan<br />
membuat emosi seseorang bergejolak, ia tetap b<strong>is</strong>a<br />
menahan diri dan tenang. Kesabaran merupakan<br />
buah yang hanya dapat muncul di tengah situasi<br />
yang tidak mengenakkan.<br />
“Sebab sama seperti kami mendapat bagian<br />
berlimpah-limpah dalam kesengsaraan<br />
Kr<strong>is</strong>tus, demikian pula oleh Kr<strong>is</strong>tus kami<br />
menerima penghiburan yang berlimpahlimpah.<br />
Jika kami menderita, hal itu menjadi<br />
penghiburan dan keselamatan kamu; jika<br />
kami dihibur, maka hal itu adalah untuk<br />
penghiburan kamu, sehingga kamu beroleh<br />
kekuatan untuk dengan sabar (hupomone)<br />
menderita kesengsaraan yang sama seperti<br />
kami derita juga.”<br />
—2 Korintus 1:5-7<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
ACLOSERWALK<br />
Photo credits: www.pexels.com<br />
Hanya ketika kita mengalami<br />
masa-masa sukar (suffering), kita<br />
dapat mengalami penghiburan<br />
(comfort). Di saat penderitaan<br />
terjadi di dalam hidup kita, justru<br />
itu menjadi saat di mana kita paling<br />
dapat mengalami kebaikan Tuhan<br />
yang akan menguatkan kita. Kita<br />
tidak perlu dihibur di tengah situasi<br />
hidup yang adem ayem; penghiburan<br />
hanya dapat dirasakan oleh orang<br />
yang di situasi sulit dan tetap<br />
mengecap kebaikan dan kehadiran<br />
Tuhan di dalamnya. Di saat itulah<br />
hubungan kita dengan Tuhan dibawa<br />
lebih intim lagi dan berada di level<br />
pengenalan yang lebih tinggi dari<br />
sebelumnya. Sama halnya di dalam<br />
hubungan persahabatan: teman<br />
yang paling berharga bagi kita<br />
bukanlah teman yang ada di masa<br />
senang, melainkan teman yang<br />
menemani kita dengan setia ketika<br />
kita susah. Teman yang hadir di<br />
saat kita menang<strong>is</strong> membawa level<br />
persahabatan kita lebih intim lagi<br />
dengan mereka.<br />
“Blessed (happy, to be envied)<br />
<strong>is</strong> the man who <strong>is</strong> patient<br />
under trial <strong>and</strong> st<strong>and</strong>s up<br />
under temptation, for when<br />
he has stood the test <strong>and</strong> been<br />
approved, he will receive [the<br />
victor’s] crown of life which God<br />
has prom<strong>is</strong>ed to those who love<br />
him.”<br />
–Yakobus 1:12 [AMP]<br />
Ayat ini tidak pernah berhenti<br />
menguatkan saya ketika saya<br />
mengalami masa-masa sulit. Di<br />
ayat ini dikatakan bahwa justru<br />
kita harus berbahagia ketika<br />
kita belajar untuk tabah, sabar,<br />
dan bertahan dalam menghadapi<br />
pencobaan. Semua ujian ditujukan<br />
supaya kita dapat naik kelas. Untuk<br />
dapat membawa kita naik kelas<br />
semakin serupa dengan Yesus, ujian<br />
harus kita jalani. Namun jangan<br />
takut, karena pencobaan yang kita<br />
alami tidak akan melebihi kekuatan<br />
kita (1 Korintus 10:13). Dalam<br />
belajar untuk menjadi sabar, kita<br />
perlu berteman dengan masalah<br />
dalam hidup. Jangan takut, karena<br />
Tuhan tidak meninggalkan kita<br />
sendiri di tengah pencobaan. Sama<br />
halnya dengan seorang dosen<br />
tidak berbicara pada saat muridmuridnya<br />
ujian di kelas, namun ia<br />
tetap berada di ruangan kelas itu<br />
bersama murid-muridnya. Demikian<br />
www.majalahpearl.com
juga halnya dengan Tuhan mungkin tidak<br />
banyak berbicara di tengah ujian kita, namun ia<br />
tidak pernah tidak hadir menemani kita. God may<br />
be silent, but he <strong>is</strong> never absent.<br />
“Nantikanlah Tuhan dengan hati<br />
yang tenang, tunggulah dengan<br />
sabar sampai ia bertindak.<br />
Jangan gel<strong>is</strong>ah karena orang<br />
yang berhasil hidupnya, atau<br />
yang melakukan tipu muslihat.“<br />
–Mazmur 37:7 [BIS]<br />
Waktu Tuhan dan waktu kita<br />
seringkali berbeda. Banyak hal-hal<br />
yang baik yang kita inginkan terjadi<br />
sekarang, namun belum kunjung<br />
terjadi. Di antara masa sekarang<br />
dan pengharapan akan apa yang kita<br />
inginkan terjadi ada sebuah ruang<br />
dan jarak yang bernama penantian.<br />
Di saat inilah tidak hanya kesabaran<br />
kita diuji, melainkan juga iman kita.<br />
Percayakah kita bahwa waktu Tuhan<br />
itu yang terbaik? Percayakah kita<br />
bahwa Tuhan sanggup membuat<br />
mujizat terjadi di kehidupan kita?<br />
Bangsa Yahudi di masa Yesus<br />
hidup menantikan seorang Mesias<br />
yang akan membebaskan mereka dari<br />
penjajahan bangsa Romawi. Defin<strong>is</strong>i<br />
mereka tentang Juru Selamat adalah<br />
saat ini membebaskan penderitaan<br />
f<strong>is</strong>ik mereka secara polit<strong>is</strong> lalu<br />
membangun kerajaan yang dapat<br />
dilihat mata saat itu. Namun yang<br />
Yesus lakukan bertolak belakang<br />
dengan harapan mereka: Yesus mati<br />
di atas kayu salib sebagai orang<br />
yang tidak bersalah. Rencana Tuhan<br />
jauh melampaui rencana manusia.<br />
Manusia menantikan kebebasan<br />
jasmani mereka; Tuhan memberikan<br />
kebebasan rohani dari belenggu<br />
dosa sampai selama-lamanya. Tuhan<br />
membangun kerajaan-Nya di bumi<br />
dengan tinggal di dalam hati setiap<br />
orang yang percaya kepada-Nya.<br />
Rencana Tuhan masih terus berjalan<br />
sampai ribuan tahun kemudian dan<br />
bahkan masih ada yang Ia siapkan di<br />
kehidupan kita. Percayalah kepada<br />
Tuhan dan pada waktu-Nya. Ia<br />
adalah pribadi yang ahli menjadikan<br />
segala sesuatu indah pada waktunya<br />
(Pengkhotbah 3:11). Bila iman kita<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
ACLOSERWALK<br />
kuat, maka kita akan menantikan<br />
dengan lebih sabar karena kita yakin<br />
bahwa penantian kita tidak akan siasia.<br />
“Sebab itu, sabarlah Saudarasaudaraku,<br />
sampai Tuhan<br />
datang. LIhatlah bagaimana<br />
sabarnya seorang petani<br />
menunggu sampai tanahnya<br />
memberikan hasil yang berharga<br />
kepadanya. Dengan sabar ia<br />
menunggu hujan musim gugur<br />
dan hujan musim bunga.”<br />
—Yakobus 5:7<br />
Kita memiliki satu pengharapan<br />
sebagai anak Tuhan yakni<br />
kedatangan Tuhan Yesus untuk<br />
kedua kalinya. Kita menantikan<br />
pembebasan secara penuh dari<br />
penderitaan dunia yang sudah<br />
jatuh ke dalam dosa, dukacita dan<br />
maut. Yakobus mengajarkan kita<br />
Photo credits: www.picjumbo.com<br />
www.majalahpearl.com
untuk bersabar seumpama seorang<br />
petani menunggu hasil panennya.<br />
Musim panen pasti akan datang,<br />
namun kita perlu menabur terlebih<br />
dahulu. Tuhan tidak mau kita hanya<br />
diam dan tidak berbuat apa-apa<br />
sementara dalam penantian; Ia ingin<br />
kita menabur benih di kehidupan<br />
orang lain. Bila kita tidak menabur,<br />
ketika musim panen datang pun<br />
tidak ada hasil yang b<strong>is</strong>a dipanen.<br />
Taburlah kasih dalam hidup orangorang<br />
yang sulit untuk dikasihi.<br />
Taburlah damai ke dalam hubungan<br />
yang retak. Taburlah kesabaran di<br />
hadapan dunia di berbagai situasi.<br />
“Orang-orang yang menabur dengan<br />
mencucurkan air mata, akan menuai<br />
dengan bersorak-sorai. Orang yang<br />
berjalan maju dengan menang<strong>is</strong><br />
sambil menabur benih, pasti pulang<br />
dengan sorak sorai sambil membawa<br />
berkas-berkasnya” (Mazmur 126:5-6).<br />
Orang sudah sering mendengar<br />
tentang Yesus, tetapi yang mereka<br />
rindukan adalah pengikut Yesus yang<br />
menunjukkan kepada mereka seperti<br />
apa Yesus itu. Mari menjadi wanita<br />
yang menunjukkan kepada dunia<br />
seperti apa Yesus itu, melalui kasih<br />
kita. ☺<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
ACLOSERWALK<br />
https://theangrypreacher.files.wordpress.com/2015/09/god-<strong>is</strong>-love.jpg<br />
TEXT AZARIA AMELIA ADAM<br />
DESIGN VERI EDEN<br />
www.majalahpearl.com
Kasih<br />
yang<br />
Sabar<br />
&<br />
Murah hati<br />
- BIBLE STORIES -<br />
KASIH ITU SABAR; KASIH ITU MURAH HATI<br />
1 Korintus 13:4<br />
Kasih itu bertindak sabar.<br />
Kesabaran berarti kemampuan<br />
untuk menerima suatu masalah<br />
atau penderitaan dengan tetap<br />
tenang dan tidak menjadi marah.<br />
Kesabaran bukan hanya<br />
kemampuan untuk bertahan, tetapi<br />
bagaimana kita bersikap saat<br />
berada dalam masalah atau<br />
penderitaan. Kasih itu juga murah<br />
hati. Orang yang murah hati akan<br />
mudah untuk memberi,<br />
peduli akan keadaan orang lain<br />
dan mau melakukan sesuatu<br />
untuk kebaikan.<br />
Di dalam Alkitab, ada banyak<br />
tokoh yang memberikan contoh<br />
bagaimana mereka menyatakan<br />
kasih yang sabar dan murah hati.<br />
Kali ini, kita akan mempelajari<br />
bagaimana Yesus dan Daud<br />
menyatakan kasih mereka.<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
ACLOSERWALK<br />
01<br />
Yesus<br />
yang Murah hati<br />
Ada banyak contoh kemurahan hati<br />
yang dinyatakan oleh Yesus. Kalau<br />
mau dibahas semuanya, pasti akan<br />
sangat panjang. Tetapi sebagai<br />
contoh, mari kita lihat saat Yesus<br />
menyatakan bukti kasih-Nya kepada<br />
sepuluh penderita kusta (Lukas<br />
17:11-19).<br />
Pada waktu itu, Yesus sedang<br />
berjalan ke Yerusalem melewati<br />
perbatasan Samaria dan Galilea.<br />
Yesus didatangi oleh sepuluh orang<br />
kusta yang berteriak untuk mendapat<br />
belas kasihan Yesus. Saat mem<strong>and</strong>ang<br />
mereka, Yesus berkata agar mereka<br />
pergi dan memperlihatkan diri kepada<br />
para imam. Kesepuluh penderita<br />
kusta itu menjadi sembuh dalam<br />
perjalanan mereka pergi<br />
memperlihatkan diri kepada para<br />
imam. Tetapi, hanya satu, seorang<br />
Samaria, dari sepuluh penderita kusta<br />
tadi yang kembali dan mengucap<br />
syukur kepada Yesus.<br />
http://www.freebibleimages.org/photos/lumo-manwww.majalahpearl.com
leprosy/<br />
Dalam cerita ini, Yesus bermurah<br />
hati melakukan kebaikan kepada<br />
penderita kusta. Yesus memberikan<br />
sesuatu yang mereka tidak b<strong>is</strong>a<br />
lakukan sendiri pada saat itu, yaitu<br />
kesembuhan dan pemulihan diri.<br />
Kalau jaman sekarang, sakit kusta<br />
sudah ada obatnya. Orang yang<br />
menderita kusta tinggal datang ke<br />
dokter dan menjalani pengobatan.<br />
Obatnya juga grat<strong>is</strong> lho, sudah<br />
ditanggung pemerintah. Tapi pada<br />
jaman dahulu, sakit kusta belum<br />
ada obatnya. Penderita penyakit ini<br />
dianggap terkena kutuk dan harus<br />
mem<strong>is</strong>ahkan diri dari masyarakat<br />
(Imamat 13).<br />
Yesus menyatakan kasih-Nya<br />
yang murah hati tanpa<br />
membeda-bedakan. Yesus bertemu<br />
kesepuluh penderita kusta dalam<br />
perjalanan-Nya melewati<br />
perbatasan Samaria dan Galilea.<br />
Setidaknya, ada orang Samaria dan<br />
Yahudi yang d<strong>is</strong>embuhkan oleh<br />
Yesus.<br />
Kasih Yesus kepada mereka tidak<br />
bersyarat. Yesus mau menunjukkan<br />
kemurahan hati-Nya sekalipun<br />
hanya satu orang yang kembali<br />
untuk mengucapkan syukur<br />
kepada-Nya. Yesus hanya<br />
menanyakan dimana kesembilan<br />
orang yang telah d<strong>is</strong>embuhkannya,<br />
lalu tidak ada lagi cerita tentang<br />
itu. Tidak ada tul<strong>is</strong>an yang<br />
menyatakan kalau mereka yang<br />
tidak berterima kasih kemudian<br />
menderita kusta kembali.<br />
Jesus was<br />
to t he<br />
kind<br />
unt hankful.<br />
Yesus juga pasti sudah banyak<br />
menghab<strong>is</strong>kan waktu bersama-sama<br />
dengan kedua belas murid-Nya.<br />
Yesus sudah mengajari banyak hal<br />
tentang kerajaan sorga, tentang<br />
Bapa, dan bahkan sudah<br />
memperlihatkan banyak mujizat.<br />
Tetapi dalam Yohanes 14:5-11<br />
diceritakan bahwa sebenarnya, para<br />
murid ini masih belum paham betul<br />
tentang apa yang diajarkan Yesus.<br />
Pada waktu Yesus berkata,<br />
“Akulah jalan dan kebenaran dan<br />
hidup, tidak ada seorang pun yang<br />
datang kepada Bapa tanpa melalui<br />
Aku. Sekiranya kamu mengenal<br />
Aku, pasti kamu juga mengenal<br />
Bapa-Ku. Sekarang ini, kamu<br />
mengenal Dia dan kamu telah<br />
melihat Dia.” Tetapi ternyata<br />
respon Filipus, “Tuhan,<br />
tunjukkanlah Bapa itu kepada<br />
kami, itu sudah cukup bagi kami.”<br />
Yesus juga menyatakan<br />
kesabaran-Nya saat Tomas<br />
meragukan kebangkitan-Nya. Pada<br />
waktu itu, Tomas berkata,<br />
“Sebelum aku melihat bekas paku<br />
pada tangan-Nya dan mencucukkan<br />
jariku ke dalam bekas paku itu,<br />
dan mencucukkan tanganku ke<br />
dalam lambung-Nya, sekali-kali aku<br />
tidak akan percaya.”<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
ACLOSERWALK<br />
02 Yesus<br />
yang<br />
Sabar<br />
Coba bayangkan kalau kita dalam<br />
pos<strong>is</strong>i Yesus, kita pasti marah dan<br />
kecewa. Kita semua pasti punya<br />
teman dekat yang sering<br />
menghab<strong>is</strong>kan waktu bersama, yang<br />
hampir setiap hari bertemu, yang<br />
sudah berteman begitu lama.<br />
Setidaknya, kita pasti sudah tahu<br />
karakter masing-masing, kesukaan<br />
atau hal yang dibenci. Ketika kita<br />
merasa tidak dipahami, padahal kita<br />
sudah sering menjelaskan, pasti<br />
rasanya sangat tidak menyenangkan.<br />
Yesus juga begitu. Dia punya alasan<br />
untuk jadi kecewa dan marah, tetapi,<br />
karena Kasih-Nya kepada para murid,<br />
Yesus menunjukkan kesabarannya<br />
dengan menjawab pertanyaan<br />
tersebut dengan tenang tanpa t<strong>and</strong>a<br />
kemarahan. Dan kepada Tomas,<br />
Yesus dengan sangat sabar, menyuruh<br />
Tomas mencucukkan jari dan<br />
http://www.freebibleimages.org/photos/jesus-appears-thomas/<br />
tangan-nya ke tangan dan<br />
lambung-Nya.<br />
Betapa kita harus bersyukur atas<br />
kasih Yesus yang begitu besar kepada<br />
kita. Yesus tetap mengasihi kita<br />
dengan sabar meskipun kita sering<br />
mengecewakan-Nya dengan<br />
ketidakpercayaan dan kurangnya<br />
pengenalan akan Tuhan.<br />
Contoh lain tentang kasih yang<br />
sabar dan murah hati, telah<br />
ditunjukkan oleh Daud.<br />
www.majalahpearl.com
Kesabaran Daud dapat dilihat dari<br />
sikap hatinya saat menjalani proses<br />
sebelum memperoleh janji Tuhan,<br />
bahwa dia akan menjadi raja Israel.<br />
Daud mendapat janji tersebut<br />
semenjak dia masih remaja. Dia<br />
melewati banyak proses yang tidak<br />
mudah, mulai dari bert<strong>and</strong>ing<br />
melawan Goliath, sampai lari dari<br />
Saul selama bertahun-tahun. Proses<br />
tersebut dapat membuat Daud<br />
berubah menjadi tidak sabar, tetapi<br />
Daud tidak seperti itu. Dia tetap<br />
bersabar dan percaya kepada Tuhan.<br />
Dia tahu bahwa segala sesuatu pasti<br />
ada waktunya.<br />
Contoh yang b<strong>is</strong>a kita pelajari dari<br />
Daud adalah ketika Daud memiliki<br />
kesempatan untuk membunuh Saul<br />
dalam gua (1 Samuel 24). Kalau saja<br />
Daud bersikap tidak sabar dan<br />
langsung membunuh Saul, pada saat<br />
itu pula Daud b<strong>is</strong>a merebut tahta dan<br />
menjadi raja Israel. Daud<br />
membiarkan Saul tetap hidup dan<br />
berkata bahwa dia tidak ingin<br />
menjamah orang yang diurapi Tuhan.<br />
Dia percaya janji Tuhan akan<br />
tergenapi dengan cara Tuhan.<br />
Akhirnya, Daud berhasil bersabar<br />
melewati masa penantian itu. Dia<br />
tetap bertahan dalam penderitaan<br />
tanpa berkeluh-kesah, menggerutu<br />
dan marah.<br />
Contoh lain adalah tentang sikap<br />
Daud kepada anak Yonathan.<br />
Beberapa kali Alkitab menul<strong>is</strong> bahwa<br />
Daud dan Yonathan saling mengasihi<br />
satu sama lain. Mereka saling<br />
mengasihi seperti dirinya sendiri.<br />
Di dalam kitab Samuel, kita b<strong>is</strong>a<br />
membaca k<strong>is</strong>ah tentang bagaimana<br />
Yonathan menyelamatkan Daud dari<br />
ayahnya; Saul yang ingin membunuh<br />
Daud. Yonathan menyadari bahwa<br />
bukan dirinya yang akan menjadi raja<br />
(I Samuel 20-14-16), tetapi Daud,<br />
sahabatnya. Yonathan pun meminta<br />
Daud untuk bersumpah, apabila<br />
Daud menjadi raja, Daud akan<br />
bermurah hati kepadanya dan<br />
keluarganya. Pada masa itu, apabila<br />
tahta kerajaan diambil alih oleh<br />
seorang diluar keluarga kerajaan<br />
maka dinasti sebelumnya akan<br />
dimusnahkan. Pemimpin yang baru<br />
tidak akan membiarkan seorang pun<br />
hidup dan merebut tahtanya kembali.<br />
Tetapi Daud menunjukkan<br />
kemurahan hatinya kepada anak<br />
Yonathan, Mefiboset. Daud<br />
memerintahkan untuk mencari<br />
apakah masih ada orang dari keluarga<br />
sahabatnya, Yonathan. Daud berkata<br />
bahwa dia ingin menunjukkan<br />
kasihnya oleh karena Yonathan. Saat<br />
itu, Daud sudah menjadi raja,<br />
sedangkan kond<strong>is</strong>i Mefiboset adalah<br />
seorang yang cacat, dari keluarga raja<br />
yang tahtanya direbut Daud. Tetapi,<br />
Daud tetap memegang sumpah dan<br />
menyatakan kasihnya kepada<br />
Yonathan dengan menunjukkan<br />
kemurahan hati bagi Mefiboset.<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
ACLOSERWALK<br />
love<br />
<strong>is</strong> kind<br />
[design] WIDIA TEJA<br />
https:// unsplash.com/photos/jj<br />
/j j<br />
y<br />
yG0<br />
j 1rHy Y<br />
www.majalahpearl.com
“<strong>Love</strong> <strong>is</strong> patient, love <strong>is</strong> kind. It does not envy, it<br />
does not boast, it <strong>is</strong> not proud. It does not d<strong>is</strong>honor<br />
others, it <strong>is</strong> not self-seeking, it <strong>is</strong> not<br />
easily angered, it keeps no record of wrongs.”<br />
1 Corinthians 13:4-5 NIV<br />
Aku yakin kita semua pernah mendengar<br />
atau membaca ayat itu. Ayat itu sering<br />
sekali kita termukan! Di balik sampul<br />
buku Kr<strong>is</strong>ten, di kartu-kartu ucapan, di<br />
yang dibagikan di gereja, bahkan menjadi<br />
ayat hafalan wajib ketika kita masih di<br />
sekolah Minggu.<br />
1 Korintus 13:4-5 memang ayat yang terkenal.<br />
Namun, pertanyaannya adalah, apakah kita<br />
mempraktekkannya sebanyak membaca atau<br />
mendengarnya? Dalam ulasan kali ini, yuk<br />
kita pelajari apa yang dimaksud dengan salah<br />
satu ciri-ciri kasih, yaitu “love <strong>is</strong> kind”. Apa<br />
yang dimaksud dengan kind? Bukankah menurut<br />
dunia ini, “baik” dan “buruk” itu relatif? Lalu,<br />
mengapa kita harus baik kepada orang-orang?<br />
Kepada siapa saja kita harus berbuat baik?<br />
Berbuat baik kepada orang yang baik kepada<br />
kita sih gampang. Tapi, bagaimana caranya kita<br />
berbuat baik kepada orang yang jahat kepada<br />
kita?<br />
Nah, biar tahu jawabannya, yuk baca lebih lanjut…<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
ACLOSERWALK<br />
1<br />
Change of source<br />
Sebagai manusia yang masih hidup di dalam daging, kecenderungan kita<br />
adalah untuk lebih mementingkan diri kita sendiri di atas orang lain,<br />
karena kita ego<strong>is</strong>. Menjadi murah hati adalah sesuatu yang tidak datang<br />
dengan sendirinya. Menjadi murah hati adalah sesuatu yang melawan<br />
arus kedagingan kita. Kita perlu sumber kemurahan hati yang jauh<br />
lebih besar dib<strong>and</strong>ingkan oleh diri kita dan kedagingan kita untuk<br />
dapat terus menerus mengasihi– sumber kasih yang tidak berkesudahan.<br />
Dan jawabannya ada di dalam Kr<strong>is</strong>tus. 1 Yohanes 4:8 berbunyi,<br />
“barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah<br />
adalah kasih”, dan 1 Korintus 13:4 juga menyebutkan bahwa “kasih itu<br />
murah hati”. Dengan demikian:<br />
Allah = kasih<br />
kasih = murah hati<br />
Allah = murah hati!<br />
www.majalahpearl.com
kita harus connected<br />
dengan sumber kasih, yaitu<br />
Sang Kasih itu sendiri –<br />
Tuhan Yesus!<br />
Allah tidak hanya memiliki kasih. Ia<br />
adalah<br />
Dan karena salah satu ciri-ciri kasih<br />
adalah kemurahan hati, Allah dan<br />
kemurahan hati juga sesuatu yang<br />
tidak dapat kita p<strong>is</strong>ahkan. Kita tidak<br />
dapat bermurah hati bila kita tidak<br />
mengenal Allah dan mempunyai<br />
hubungan pribadi dengan-Nya. Well,<br />
mungkin saja kita b<strong>is</strong>a. Tetapi untuk<br />
seberapa lama? Dan seberapa dalam?<br />
Ketika kita hanya berbuat baik dengan<br />
meng<strong>and</strong>alkan kapasitas kita sebagai<br />
manusia – yang pada dasarnya adalah<br />
jahat – akankah kita berbuat baik<br />
ketika keadaannya sulit? Mampukah<br />
kita tetap berbuat baik dan bermurah<br />
hati ketika kita sendiri tidak<br />
diperlakukan demikian? Mampukah<br />
kita? Terus-terusan?<br />
Kita semua tahu jawabannya.<br />
Semua manusia, termasuk kita,<br />
mempunyai keterbatasan. Akan ada<br />
titik dimana kita lelah dan tidak<br />
mampu lagi bermurah hati.<br />
Bagaikan sebuah baterai yang jika<br />
terus menerus dipakai akan<br />
low-batt, begitu pula dengan usaha<br />
kita bermurah hati. Oleh karena<br />
itu, kita harus connected dengan<br />
sumber kasih, yaitu Sang Kasih itu<br />
sendiri – Tuhan Yesus! Ketika kita<br />
mempunyai iman akan apa yang<br />
telah Kr<strong>is</strong>tus perbuat bagi kita, kita<br />
pun akan mengalami perubahan<br />
hati. Ini membawa kita ke poin<br />
kedua…<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
ACLOSERWALK<br />
2<br />
Change of heart<br />
pertama, iman akan apa yang telah<br />
Kr<strong>is</strong>tus perbuat bagi kita akan<br />
membawa kita kepada perubahan hati<br />
yang akan memampukan kita untuk<br />
berbuat baik. Tapi, bagaimana<br />
caranya?<br />
Well, pertama-tama kita harus<br />
mengerti, bahwa kebaikan bukan<br />
hanya sesuatu yang kita tunjukkan<br />
secara lahiriah. Sebaliknya, perbuatan<br />
baik yang terlihat secara lahiriah<br />
adalah buah-buah dari perubahan<br />
hati oleh Kr<strong>is</strong>tus. Kita dapat berbuat<br />
baik karena kita memiliki hati yang<br />
lembut dan murah hati seperti Dia.<br />
Seperti tertul<strong>is</strong> di<br />
Segala sesuatu yang kita perbuat atau<br />
tidak perbuat adalah cerminan dari<br />
kond<strong>is</strong>i hati kita. Jadi, daripada<br />
pusing mikirin bagaimana caranya<br />
kita b<strong>is</strong>a terus berbuat baik dan<br />
menekankannya pada perbuatan<br />
belaka, yang harus kita pikirkan<br />
adalah apakah kita sudah memiliki<br />
hubungan pribadi dengan-Nya, yang<br />
didasari oleh iman akan apa yang<br />
telah Ia lakukan bagi kita, yang<br />
kemudian akan membawa kita kepada<br />
perubahan hati.<br />
Usaha untuk melakukan perbuatan<br />
yang baik tanpa memperbaiki sumber<br />
dari segala perbuatan kita – yaitu<br />
hati kita – tidak akan bertahan lama.<br />
Sebaliknya, ketika sumber dari segala<br />
perbuatan kita sudah diubahkan,<br />
perbuatan baik akan menjadi<br />
buahnya.<br />
Amsal 4:23,<br />
“Jagalah hatimu<br />
dengan segala<br />
kewaspadaan,<br />
karena dari situlah terpancar kehidupan”.<br />
www.majalahpearl.com
3<br />
Change of mind<br />
Nah, dengan hati yang baru, kita pun<br />
akan memiliki pola berpikir yang<br />
baru, karena dari hati kitalah<br />
kehidupan kita terpancar, salah<br />
satunya melalui cara kita berpikir.<br />
Kita belajar dari Efesus 4:32 dan<br />
Efesus 5:2, bahwa kita harus menjadi<br />
“ramah seorang terhadap yang lain,<br />
penuh kasih mesra dan saling<br />
mengampuni, sebagaimana Allah di<br />
dalam Kr<strong>is</strong>tus Yesus telah<br />
mengampuni kamu” dan “hidup di<br />
dalam kasih, sebagaimana Kr<strong>is</strong>tus<br />
Yesus telah mengasihi kamu”.<br />
Artinya, segala kebaikan yang kita<br />
tunjukkan kepada sesama kita<br />
bukanlah sesuatu yang baru. Kita<br />
hanya mengikuti teladan Yesus yang<br />
terlebih dahulu mengampuni dan<br />
mengasihi kita. Yesus yang telah<br />
memberikan diri-Nya sebagai tebusan<br />
untuk dosa-dosa kita.<br />
Berbuat baik tidak gampang. Ada<br />
kalanya berbuat baik tetap sulit<br />
walaupun kita sudah mengenal-Nya.<br />
Ada juga orang-orang tertentu yang<br />
sangat sulit dikasihi. Ada juga<br />
perbuatan-perbuatan tertentu yang<br />
sangat sulit untuk kita ampuni.<br />
Namun kita juga<br />
perlu tahu<br />
bahwa kita tidak<br />
selalu “mudah<br />
dikasihi”.<br />
Perbuatan -<br />
perbuatan kita<br />
juga tidak selalu<br />
menyenangkan<br />
hati Tuhan.<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
ACLOSERWALK<br />
Kalau perbuatan sesama manusia saja<br />
b<strong>is</strong>a menyakiti kita sampai sebegitu<br />
dalamnya, apalagi perbuatan kita di<br />
mata Tuhan yang begitu kudus dan<br />
suci? Ketika kita mengingat bahwa<br />
terlepas dari semua itu, Allah mau<br />
mengampuni dan bahkan mengasihi kita, Ia<br />
rela mengirimkan anak-Nya yang tunggal<br />
untuk mati menebus dosa - dosa<br />
kita, bagaimana mungkin<br />
kita tidak mengampuni dan<br />
mengasihi sesama kita?<br />
D<strong>is</strong>analah kita akan<br />
mendapatkan kekuatan dan<br />
tujuan berbuat baik. Kita<br />
berbuat baik bukan<br />
karena kita baik, namun<br />
karena Tuhan begitu<br />
baik kepada kita. Kita<br />
mengampuni, karena Ia<br />
terlebih dahulu mengampuni<br />
kita. Dan sebagaimana<br />
tertul<strong>is</strong> di 1 Yohanes 4:19,<br />
“kita mengasihi, sebab<br />
Allah terlebih dulu<br />
mengasihi kita”.<br />
https://unsplash.com/photos/gq5PECP8pHE<br />
www.majalahpearl.com
4<br />
Change of action<br />
Setelah sumber, hati, dan pikiran kita<br />
diubahkan, tentunya perbuatan kita pun<br />
akan berubah. Kita semua tahu bahwa<br />
kita harus berbuat baik, namun sejauh<br />
apakah kita harus mengasihi? Seberapa<br />
banyakkah kebaikan yang harus kita<br />
tunjukkan?<br />
Teladan kita yang sempurna, Yesus<br />
Kr<strong>is</strong>tus, mengajar kita begini, “kasihilah<br />
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”<br />
(Matius 22:39). Di awal artikel ini kita<br />
sudah membahas bahwa manusia pada<br />
dasarnya lebih senang mementingkan<br />
dirinya sendiri ketimbang orang lain. Nah,<br />
sekarang, setelah kita memiliki hati dan<br />
pola pikir yang diubahkan, kita diajar<br />
oleh Tuhan untuk mengasihi sesama<br />
sebagaimana kita mengasihi diri kita<br />
sendiri. Hal yang akan kita lakukan untuk<br />
diri sendiri, kita lakukan juga untuk orang<br />
lain. Hal yang tidak kita inginkan terjadi<br />
kepada kita, jangan lakukan kepada orang<br />
lain. Treat others the way you want to be<br />
treated.<br />
Kasih yang kita tunjukkan<br />
sepatutnya begitu luas<br />
sehingga kebaikan itu<br />
menggantikan “segala<br />
kepahitan, kegeraman,<br />
kemarahan, pertikaian dan<br />
kejahatan”. Kita tidak hanya<br />
menggunakan<br />
kesempatan-kesempatan yang<br />
ada untuk berbuat baik,<br />
namun kita juga<br />
menciptakan<br />
kesempatan-kesempatan<br />
untuk berbuat baik, karena<br />
kita sudah terlebih dahulu<br />
merasakan indahnya kasih<br />
Kr<strong>is</strong>tus, dan kita ingin<br />
membagikannya juga kepada<br />
dunia ini.<br />
Berbuat baik tidak mudah,<br />
namun kita tidak<br />
melakukannya dengan<br />
kekuatan kita sendiri! Jika<br />
kita beriman kepada-Nya,<br />
maka Ia yang akan<br />
senantiasa menolong kita,<br />
memperbaharui hati dan<br />
pikiran kita, sehingga<br />
perubahan itu pun akan<br />
berbuah menjadi<br />
perbuatan-perbuatan baik<br />
yang kita lakukan. <strong>Love</strong> <strong>is</strong><br />
kind. Are you?<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
ACLOSERWALK<br />
THE SOURCE OF<br />
<br />
AND <br />
written by Tabita Davinia<br />
designed by Febe Soehardjo<br />
Image by Danielle MacInnes - www.unsplash.com<br />
www.majalahpearl.com
ada mulanya, Allah menciptakan manusia sesuai<br />
dengan citra-Nya. Sifat kasih—termasuk kesabaran<br />
dan kebaikan—ada di dalamnya. Allah yang adalah kasih (1<br />
Yohanes 4:16) itu “membagikan” diri-Nya kepada manusia.<br />
Seharusnya, manusia pun b<strong>is</strong>a melakukan hal yang sama,<br />
mengasihi Tuhan dan sesama mereka.<br />
Tetapi sayangnya, citra tersebut<br />
rusak karena dosa. Hati manusia<br />
menjadi degil, enggan untuk sabar<br />
terhadap sesuatu, selalu memaksakan<br />
kehendaknya pada orang lain, dan<br />
bersikap pilih-pilih saat berbuat<br />
kebaikan. Manusia pun enggan untuk<br />
bersabar saat dihadapkan dengan<br />
berbagai persoalan, sehingga mereka<br />
sering salah mengambil keputusan.<br />
Kasih yang Dia berikan terkubur<br />
oleh ketakutan manusia; salahsalah<br />
tindakan kasih mereka malah<br />
membahayakan kehidupan mereka.<br />
B<strong>is</strong>akah manusia (termasuk kita)<br />
mengasihi dengan keadaan hati yang<br />
seperti itu? B<strong>is</strong>akah kita menunjukkan<br />
kasih Allah kepada sesama dengan<br />
hati yang murni, tanpa ada maksud di<br />
belakang tindakan dan perkataan kita?<br />
No. Kalaupun kita b<strong>is</strong>a mengasihi,<br />
pasti ada syarat-syarat di belakangnya.<br />
Buktinya, kita lebih sering menggunakan<br />
kata “... kalau...” daripada kata “...<br />
walaupun...”.<br />
“Aku mau mengasihi dia kalau<br />
dia berbuat baik padaku.”<br />
“Aku mau jadi pacarnya kalau<br />
dia memiliki f<strong>is</strong>ik yang sehat<br />
dan berwajah tampan.”<br />
“Aku mau mengasihi kelompok A<br />
kalau mereka menghentikan tindakantindakan<br />
mereka yang membahayakan<br />
orang lain.”<br />
... dan sebagainya.<br />
Ya, kalau kita mengasihi orang lain<br />
dengan kasih yang kita miliki, semua<br />
akan terasa berat. Pada akhirnya, kita<br />
dan mereka akan sama-sama terluka.<br />
Kita terluka karena apa yang kita<br />
harapkan tidak b<strong>is</strong>a mereka penuhi.<br />
Mereka pun terluka karena kasih yang<br />
kita berikan memiliki “udang di balik<br />
batu”—yang artinya, tindakan yang<br />
kita lakukan kepada mereka tidak<br />
tulus. Kebaikan dan kesabaran kita<br />
hanya akan bertahan sesaat kalau<br />
kita menunjukkannya dengan<br />
kekuatan kita sendiri.<br />
Jadi, bagaimana kita harus<br />
menunjukkan kesabaran dan<br />
kebaikan itu?<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
ACLOSERWALK<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Jawabannya hanya satu: teladanilah Yesus<br />
Kr<strong>is</strong>tus. Dialah satu-satunya Pribadi yang tidak<br />
berdosa, sehingga kasih yang telah Dia buktikan<br />
itu memang bukan sesuatu yang palsu. Dia adalah<br />
Tuhan dan Bapa yang betul-betul menunjukkan<br />
kebaikan dan kesabaran-Nya setiap saat. Walaupun<br />
kadang kita merasa Dia tidak adil, tidak mengerti<br />
kebutuhan kita, bahkan Dia sering kita anggap<br />
mudah kehilangan kesabaran saat kita mulai<br />
menjauh dari hadapan-Nya... but He still shows<br />
H<strong>is</strong> kindness <strong>and</strong> patience. Betapa dalam dan<br />
murninya kasih-Nya bagi kita!<br />
Tapi, bagaimana kalau dalam kenyataannya,<br />
kita sangat sulit untuk menunjukkan kebaikan<br />
dan kesabaran yang telah Tuhan berikan? Apakah<br />
itu bukti bahwa Tuhan belum memberikan teladan<br />
yang cukup bagi kita?<br />
“Tetapi jawab Tuhan kepadaku: Cukuplah<br />
kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru<br />
dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi<br />
sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku<br />
bermegah atas kelemahanku, supaya<br />
kuasa Kr<strong>is</strong>tus turun menaungi aku.”<br />
(2 Korintus 12:9)<br />
Sebelum Paulus menul<strong>is</strong> ayat di atas, dia sedang<br />
menceritakan tentang pergumulannya terhadap<br />
utusan Ibl<strong>is</strong> yang ada dalam dirinya. Paulus<br />
telah berseru kepada Tuhan sebanyak tiga kali agar<br />
utusan itu mundur darinya (2 Korintus 12:7—8).<br />
Dan rupanya, Tuhan tidak ingin agar utusan itu<br />
mundur dari Paulus (baca lagi ayat di atas, lalu<br />
lanjutkan dengan membaca ayatnya yang ke-10).<br />
www.majalahpearl.com
Kalau kita merenungkan ayat ini<br />
lagi, sebenarnya ayat di atas juga<br />
menjadi jawaban dari pertanyaan<br />
di akhir paragraf sebelumnya. Ya,<br />
kasih karunia Tuhan bagi kita sudah<br />
cukup—bahkan lebih dari cukup—<br />
untuk kita bagikan kepada orang lain.<br />
Ingatkah kalian saat Yesus diolok-olok<br />
sebelum dan setelah Dia d<strong>is</strong>alibkan?<br />
Manusia, pada umumnya, akan<br />
langsung kehilangan kesabaran dan<br />
mulai memaki-maki orang-orang yang<br />
mengejeknya. Tetapi tidak demikian<br />
dengan Yesus. Walaupun Dia adalah<br />
Tuhan, Dia tidak menggunakan kuasa<br />
ilahi-Nyauntuk menurunkan hujan<br />
es yang b<strong>is</strong>a membunuh semua orang<br />
yang mengolok-olok dan menyalibkan-<br />
Nya. Dalam kemanusiaan-Nya,<br />
Dia hanya diam, memanggul salib,<br />
dan mendengarkan semua olokan<br />
dan makian untuk-Nya. Dia juga<br />
mendengarkan semua tang<strong>is</strong>an h<strong>is</strong>ter<strong>is</strong><br />
dari orang-orang yang tidak tega<br />
melihat-Nya d<strong>is</strong>alib.<br />
Andai saja Yesus tidak memiliki<br />
kesabaran, mungkin karya keselamatan<br />
itu hanyalah omong kosong belaka.<br />
But, look! Yesus berjalan dengan penuh<br />
kesabaran menuju bukit Golgota karena<br />
Dia tahu bahwa rencana Bapa-Nya<br />
akan segera digenapi. Dia memilih<br />
untuk setia kepada Bapa-Nya, yaitu<br />
memberikan nyawa-Nya bagi semua<br />
orang, termasuk mereka yang telah<br />
mengolok-olok-Nya.<br />
Image by Elijah Hail - www.unsplash.com<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
ACLOSERWALK<br />
Kebaikan-Nya pun dapat kita<br />
rasakan sampai detik ini. Andaikan<br />
kita menul<strong>is</strong> sebuah buku tentang<br />
kebaikan Tuhan, rasanya buku itu<br />
akan tidak akan pernah selesai kita<br />
tul<strong>is</strong>. Kenapa? Karena kebaikan-Nya<br />
itu telah ada sejak kita masih ada<br />
dalam pikiran-Nya, dan akan terus<br />
ada sampai detik terakhir kehidupan<br />
kita! Tuhan telah memiliki rancangan<br />
hidup untuk kita, bahkan saat kita<br />
belum lahir. Banyak hal yang Dia<br />
kerjakan dalam hidup kita untuk<br />
menyadarkan kita betapa besar<br />
kasih-Nya kepada kita.<br />
“Well, Tuhan ‘kan memang tidak<br />
berdosa. Jadi Dia b<strong>is</strong>a mengasihi kita<br />
tanpa syarat. Dia b<strong>is</strong>a menunjukkan<br />
kebaikan dan kesabaran-Nya tiap saat.<br />
Lah kita apa? Kita ini berdosa, lho!<br />
Mana b<strong>is</strong>a kita mengasihi seperti<br />
yang sudah Dia teladankan?”<br />
Ya, Tuhan memang tidak berdosa,<br />
sedangkan kita semua berdosa. Itu<br />
memang tidak salah. Tapi akan jadi<br />
salah kalau kita terus beranggapan<br />
bahwa semua orang percaya tidak<br />
perlu menujukkan kesabaran dan<br />
kebaikan lewat kehidupannya.<br />
Memangnya Tuhan hanya meminta<br />
kita untuk percaya kepada-Nya,<br />
lalu setelah itu tidak ada tindakan<br />
lanjutan sebagai ungkapan syukur<br />
karena kita sudah d<strong>is</strong>elamatkan dari<br />
hukuman kekal? Salah. Bukan seperti<br />
itu yang Dia inginkan.<br />
Dalam K<strong>is</strong>ah Para Rasul 1:8,<br />
Tuhan Yesus berkata kepada muridmurid-Nya,<br />
“Tetapi kamu akan menerima kuasa,<br />
kalau Roh Kudus turun ke atas kamu,<br />
dan kamu akan menjadi saksi-Ku di<br />
Yerusalem dan di seluruh Yudea dan<br />
Samaria dan sampai ke ujung bumi.”<br />
Image by Pezibear - www.pixabay.com<br />
www.majalahpearl.com
Tuhan tidak membiarkan kita berjuang<br />
sendirian untuk bersaksi tentang diri-Nya.<br />
Justru Dia memberikan Roh Kudus untuk<br />
menuntun kehidupan kita sebagai orang<br />
percaya. Begitu pula dalam usaha kita<br />
menunjukkan kesabaran dan kebaikan.<br />
Roh Kuduslah yang mengingatkan kita agar<br />
mau untuk berbuat kebaikan. Memang ada<br />
pepatah yang berkata, “Berlakulah pada orang<br />
lain seperti kamu ingin diperlakukan mereka”,<br />
dan pepatah itu tidak salah. Tapi ingat,<br />
Tuhan juga berkata bahwa kita pun harus<br />
tetap berbuat baik dan bersabar saat apa<br />
yang kita lakukan tidak dihargai orang lain.<br />
Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita<br />
segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh<br />
pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh<br />
kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan itu Ia telah<br />
menganugerahkan kepada kita janjji-janji yang berharga<br />
dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh<br />
mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa<br />
mafsu duniawi yang membinasakan dunia.<br />
(2 Petrus 1:3-4)<br />
Petrus mengingatkan kita bahwa<br />
karena kuasa ilahi Tuhanlah, kita b<strong>is</strong>a<br />
hidup dan menunjukkan kesalehan<br />
kita. Kebaikan dan kesabaran pun<br />
merupakan dua sifat yang termasuk<br />
dalam kesalehan itu. Dengan kebaikan<br />
dan kesabaran, kita b<strong>is</strong>a menyatakan<br />
pada orang-orang di sekitar kita<br />
bahwa ada Tuhan yang berkuasa<br />
dalam hidup kita. Jangan takut kalau<br />
mereka tidak memedulikan segala<br />
kebaikan yang sudah kita berikan dan<br />
kesabaran yang sudah kita nyatakan.<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
ACLOSERWALK<br />
Dalam film Cinderella yang diputar<br />
tahun lalu, ada sebuah quote yang<br />
sering dikutip oleh banyak orang.<br />
Quote itu berbunyi, “Take courage<br />
<strong>and</strong> be kind”. Kalau saja Cinderella<br />
tidak bersabar dan tidak melanjutkan<br />
perbuatan baiknya, mungkin dia tidak<br />
akan pernah menjadi seorang putri.<br />
Dia akan tetap memakai pakaian<br />
kumal dan terus mengeluh tentang<br />
nasibnya, tanpa menyadari bahwa<br />
sebenarnya ada sikap-sikap dalam<br />
dirinya yang harus diperbaiki sebelum<br />
dia memiliki a happy ending story.<br />
Ladies, we are Heavenly God’s<br />
princesses! Seorang putri kerajaan<br />
Sorga seharusnya menunjukkan<br />
karakter-karakter yang dimiliki oleh<br />
Sang Khalik itu, sehingga orang-orang<br />
di sekitar kita b<strong>is</strong>a menyadari bahwa<br />
hidup kita berbeda dari hidup orangorang<br />
dunia ini.<br />
Tuhan telah meneladankan dan<br />
memberikan kasih-Nya kepada<br />
kita. Dialah sumber kebaikan dan<br />
kesabaran itu. Mintalah agar Dia<br />
terus memberikan dua hal tersebut,<br />
dan biarkan kuasa-Nya bekerja<br />
melalui kehidupan kita.<br />
Jadi, tidak ada alasan untuk menahan<br />
kebaikan dan enggan untuk bersabar<br />
terhadap segala sesuatu, kan? :)<br />
***<br />
www.majalahpearl.com
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong><br />
Image by Unsplash - www.pixabay.com
SINGLE<br />
Kapan<br />
Nikah<br />
?<br />
https://unsplash.com/photos/fKddmPKvv9U<br />
TEXT GLORY EKASARI<br />
DESIGN VERI EDEN<br />
www.majalahpearl.com
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
SINGLE<br />
etika saya baru lulus kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan, saya<br />
pernah mendengar seorang rekan kerja yang usianya sudah<br />
Kmendekati 30 tahun bercerita tentang pengalamannya dalam acara<br />
pernikahan saudaranya. Dia terus-menerus ditanya oleh<br />
kerabatnya, “Kamu kapan nikah?”, “Kapan nyusul?”, “Umur<br />
nambah terus, lho!” dan semacamnya. Akhirnya teman saya ini<br />
merasa sangat kesal dan ngumpet di kamar m<strong>and</strong>i sampai pesta<br />
selesai!<br />
Dengan semakin bertambahnya usia<br />
saya, dan dengan semakin<br />
banyaknya teman-teman yang<br />
berkeluarga —bahkan sudah punya<br />
dua anak (atau lebih), saya semakin<br />
sering mendengar pertanyaan itu.<br />
Saya juga semakin banyak<br />
mendengar keluhan orang-orang<br />
seusia saya yang merasa r<strong>is</strong>ih<br />
dengan pertanyaan serupa; beberapa<br />
dari mereka bahkan marah,<br />
sekalipun kemarahan itu tidak<br />
ditunjukkan kepada orang yang<br />
bertanya. Lebih-lebih lagi kalau<br />
pergi ke acara pernikahan sendirian,<br />
alias masih jomblo aja, mereka<br />
harus mengumpulkan tekad bulat<br />
sebelum berangkat kondangan.<br />
Kalau kamu tertarik pada judul<br />
artikel ini, saya berasumsi kamu<br />
adalah orang yang menghadapi<br />
masalah sudah-umur-segini-kok<br />
-belum-dapat-jodoh, atau minimal<br />
mengenal orang yang bergumul<br />
dalam hal ini. Daripada galau, mari<br />
kita sama-sama belajar dari firman<br />
Tuhan.<br />
Melihat<br />
ke dalam<br />
hati<br />
Kata C. S. Lew<strong>is</strong>, kesombongan<br />
bukanlah kebanggaan karena<br />
memiliki sesuatu, tapi<br />
kebanggaan karena memiliki<br />
lebih dib<strong>and</strong>ing orang lain.<br />
Demikian juga dengan rasa<br />
minder; rasa minder timbul<br />
bukan karena kita tidak punya<br />
apa-apa, tapi karena ada sesuatu<br />
yang dimiliki orang lain, yang<br />
tidak kita miliki. Sebenarnya<br />
saya tidak kekurangan apa-apa<br />
dalam hidup ini; saya punya<br />
semua yang saya butuhkan dan<br />
saya b<strong>is</strong>a melakukan apapun<br />
yang saya inginkan. Tapi ketika<br />
“punya pasangan” menjadi<br />
sebuah norma dalam<br />
masyarakat, saya—kadang tanpa<br />
sadar—mulai memb<strong>and</strong>ingkan<br />
diri saya dengan orang lain yang<br />
www.majalahpearl.com
sudah punya pasangan. Ini diperparah dengan pertanyaan-pertanyaan orang<br />
yang sifatnya seolah “menuduh” saya bersalah bila belum punya pasangan.<br />
Makin minderlah saya. Makin insecure-lah saya. Makin saya bertanya-tanya,<br />
“Kenapa saya belum punya pasangan? Apa yang kurang dari saya?” Runtuhlah<br />
kepercayaan diri kita. Pendek kata, kita merasa kuatir karena kita tidak<br />
memiliki “keamanan” yang dimiliki orang lain yang mempunyai pasangan.<br />
Saya yakin banyak dari kita yang familiar dengan khotbah Kr<strong>is</strong>tus tentang<br />
kekuatiran. Bagi saya khotbah ini bukan hanya tentang makanan dan pakaian,<br />
tapi juga segala kebutuhan kita, termasuk jodoh.<br />
Matius 6:25-27, 31-34<br />
“Karena itu Aku berkata<br />
kepadamu: Janganlah kuatir akan<br />
hidupmu, akan apa yang hendak<br />
kamu makan atau minum, dan<br />
janganlah kuatir pula akan<br />
tubuhmu, akan apa yang hendak<br />
kamu pakai. Bukankah hidup itu<br />
lebih penting dari pada makanan<br />
dan tubuh itu lebih penting dari<br />
pada pakaian? P<strong>and</strong>anglah<br />
burung-burung di langit, yang<br />
tidak menabur dan tidak menuai<br />
dan tidak mengumpulkan bekal<br />
dalam lumbung, namun diberi<br />
makan oleh Bapamu yang di sorga.<br />
Bukankah kamu jauh melebihi<br />
burung-burung itu? Siapakah di<br />
antara kamu yang karena<br />
kekuatirannya dapat<br />
menambahkan sehasta saja<br />
pada jalan hidupnya?<br />
Sebab itu janganlah kamu kuatir<br />
dan berkata:<br />
Apakah yang akan kami makan?<br />
Apakah yang akan kami minum?<br />
Apakah yang akan kami pakai?<br />
Semua itu dicari bangsa-bangsa<br />
yang tidak mengenal Allah. Akan<br />
tetapi Bapamu yang di sorga tahu,<br />
bahwa kamu memerlukan<br />
semuanya itu. Tetapi carilah<br />
dahulu Kerajaan Allah dan<br />
kebenarannya, maka semuanya<br />
itu akan ditambahkan kepadamu.<br />
Sebab itu janganlah kamu kuatir<br />
akan hari besok, karena hari besok<br />
mempunyai kesusahannya sendiri.<br />
Kesusahan sehari cukuplah<br />
untuk sehari.”<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
SINGLE<br />
“Bukankah hidup itu lebih penting dari<br />
pada makanan dan tubuh itu lebih<br />
penting dari pada pakaian?”<br />
Semua jen<strong>is</strong> kekuatiran, baik tentang makanan, pakaian, maupun jodoh,<br />
mengalihkan pikiran kita dari hal yang terpenting. Tenaga kita hab<strong>is</strong> untuk<br />
kuatir—dan kita semua tahu bahwa kekuatiran tidak menghasilkan apa-apa.<br />
Tuhan mengingatkan kita kembali, first things first. Yang mana yang lebih<br />
penting, hidup atau jodoh? Memenuhi tuntutan dunia atau melakukan<br />
kehendak Tuhan? Banyak wanita begitu kuatir memikirkan mengapa mereka<br />
belum mendapat jodoh, tetapi tidak pernah berpikir apakah hidup mereka<br />
berkenan kepada Tuhan atau tidak. Bila hal yang sebenarnya tidak mendasar<br />
ini sangat membebani kita, kita perlu memperbaiki perspektif kita dalam<br />
melihat segala sesuatu dalam hidup. Saya punya sebuah pertanyaan bagi<br />
pembaca:<br />
Q01<br />
Apakah mendapatkan pasangan hidup dan berkeluarga<br />
itu penting?<br />
Bila pembaca menjawab, “Penting,” saya akan mengulang<br />
pertanyaan di atas dengan sedikit tambahan saja.<br />
Q02<br />
Anda akan meninggal besok pagi. Apakah mendapat<br />
pasangan hidup dan berkeluarga itu penting?<br />
Berubah jawaban?<br />
Mengapa demikian? Karena perbedaan perspektif. Ketika<br />
menghadapi sesuatu yang lebih penting, skala prioritas kita<br />
berubah. Ketika kekekalan menjadi tolok ukur, semua yang<br />
menjadi bahan kekuatiran kita dalam hidup mendadak nampak<br />
begitu fana, kecil, dan tidak berarti.<br />
www.majalahpearl.com
https://unsplash.com/photos/qFEqgc9X3fw<br />
https://unsplash.com/photos/xCmvrpzctaQ<br />
https://unsplash.com/photos/_884Swi4XSo<br />
“Siapakah di antara kamu yang karena<br />
kekuatirannya dapat menambahkan sehasta<br />
saja pada jalan hidupnya?”<br />
Menurut saya, ini bagian yang paling cheeky.<br />
Seolah-olah Tuhan bertanya, “Kamu pusing<br />
masalah jodoh; memangnya apa yang b<strong>is</strong>a kamu<br />
lakukan?” Kita tidak punya kendali akan masa<br />
depan kita, termasuk kapan dan dengan siapa kita<br />
akan menikah. Satu-satunya yang b<strong>is</strong>a kita lakukan<br />
adalah menyerahkan kekuatiran dan pengharapan<br />
kita kepada Tuhan, dan tidak mengutak-atik apa<br />
yang sudah kita berikan kepada Tuhan.<br />
“Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak<br />
mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang<br />
di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan<br />
semuanya itu.”<br />
Ini adalah penghiburan yang besar. “Bapamu yang<br />
di sorga tahu.” Dia bukannya tidak peduli pada apa<br />
yang kita pikirkan dan rasakan; Dia tahu, karena<br />
Dia yang menciptakan kita. Kerinduan untuk<br />
memiliki seseorang yang dikasihi berasal dari Dia.<br />
“Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak<br />
mengenal Allah”—masalah cinta ini adalah masalah<br />
universal. Wajar bila manusia ingin dicintai dan<br />
diterima, dan kita tidak perlu malu mengakui hal<br />
itu kepada Tuhan. Dan bukan hanya itu, Tuhan<br />
juga memberi janji kepada kita...<br />
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan<br />
kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan<br />
ditambahkan kepadamu.”<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
SINGLE<br />
Beberapa waktu yang lalu, ketika<br />
ngobrol tentang pasangan hidup<br />
dengan seorang teman, saya bercerita<br />
bahwa saya sangat diberkati dengan<br />
cerita Rut dan Boas. Yang paling<br />
berkesan bagi saya dalam cerita itu<br />
adalah bagaimana Rut, yang bukan<br />
hanya seorang j<strong>and</strong>a tapi juga<br />
non-Israel, bertemu dengan Boas<br />
pada saat yang paling tidak ia<br />
sangka dalam hidupnya. Dia datang<br />
ke Betlehem bukan untuk mencari<br />
jodoh, tapi karena dia telah<br />
memutuskan untuk menyembah<br />
Allah Israel, sehingga tidak mungkin<br />
bagi dia untuk tetap tinggal di Moab.<br />
Masa depannya di Betlehem<br />
kelihatan suram: dia j<strong>and</strong>a yang<br />
harus menghidupi dirinya dan<br />
mertuanya yang juga j<strong>and</strong>a, dia<br />
menghadapi stigma dari orang-orang<br />
Israel, dan, sebagai wanita, dia hanya<br />
b<strong>is</strong>a bekerja kasar mengumpulkan<br />
s<strong>is</strong>a-s<strong>is</strong>a panen di ladang orang.<br />
Tetapi justru saat dia memutuskan<br />
untuk percaya kepada Tuhan dan<br />
bekerja sekuat tenaga, Tuhan<br />
memberikan apa yang tidak pernah<br />
ia pikirkan: seorang suami yang<br />
mapan, baik hati, dan mencintai<br />
Tuhan. Lebih dari itu, Rut menjadi<br />
nenek moyang Sang<br />
Juruselamat—suatu kehormatan<br />
yang bahkan tidak didapatkan oleh<br />
wanita Israel lain pada zamannya.<br />
https://unsplash.com/photos/51QcRqMjy6w<br />
Tuhan Yesus berkata,<br />
“Semuanya itu akan<br />
ditambahkan kepadamu,”<br />
yang berarti:<br />
01<br />
Bila kita mencari Tuhan dan<br />
mendapatkan Dia, kita mendapat pula<br />
semua berkat yang kita butuhkan,<br />
karena semua itu ada di dalam Dia;<br />
tapi ini juga berarti...<br />
www.majalahpearl.com
02<br />
Semua berkat yang lain, termasuk jodoh,<br />
hanya tambahan. Salib Kr<strong>is</strong>tus nilainya kekal,<br />
pengabdian kita kepada Tuhan juga bernilai<br />
kekal; pernikahan hanya berlangsung selama<br />
kita hidup di dunia. Kita hanya diberi sedikit<br />
waktu untuk mengabdi pada Tuhan; mari kita<br />
kelola waktu itu sebaik-baiknya. S<strong>is</strong>anya,<br />
biarlah Tuhan yang mengurus bagi kita.<br />
Merespon<br />
orang lain<br />
“Tapi gimana dong, saya ditanya<br />
orang terus...”<br />
Ingatlah hal-hal ini:<br />
Contoh jawaban<br />
(based on a true story)<br />
01<br />
02<br />
03<br />
Masalah jodoh ada di luar kendali<br />
kita. Tidak ada gunanya kita<br />
menguatirkan sesuatu yang tidak<br />
b<strong>is</strong>a kita kendalikan.<br />
Tuhan mengasihi kita dan<br />
memperhatikan hidup kita.<br />
Percayalah kepada Dia.<br />
A sense of humour won’t hurt.<br />
Santai, non, orang yang tanya<br />
itu cuma basa-basi :)<br />
Di kondangan, ditanya oleh tante,<br />
“Kapan nyusul nih?”<br />
Jawaban: “Wah, saya juga penasaran<br />
kapan saya nyusul, tante.”<br />
Mama bermain-main dengan anak<br />
sepupu saya. Langsung seorang kenalan<br />
saya berkata,<br />
“Tuh, mamanya uda pengen cucu lho!”<br />
Jawaban: “Iya tante, untung ada anak<br />
itu ya.”<br />
Dijamin orang yang tanya tertawa dan<br />
kapok. Selamat mencoba! ;)<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
SINGLE<br />
Written by Chr<strong>is</strong>tine Natalia<br />
Designed by Mel<strong>is</strong>sa Halim<br />
www.majalahpearl.com
Hendaklah kamu selalu<br />
rendah hati, lemah<br />
lembut, dan sabar.<br />
Tunjukkanlah kasihmu<br />
dalam hal saling<br />
membantu.<br />
Efesus 4:2<br />
“Enak yah, kamu masih single, masih<br />
punya banyak waktu yang b<strong>is</strong>a<br />
dimanfaatkan untuk ini dan itu.”<br />
Pernah nggak sih kita mendengar<br />
kalimat ini terucap oleh seseorang<br />
yang sudah berkeluarga. Sebagai<br />
seorang yang masih belum punya<br />
pasangan, tentu kita punya lebih<br />
banyak waktu yang fleksibel<br />
dib<strong>and</strong>ing mereka yang sudah<br />
berkeluarga. Nah, bagaimana ya<br />
kira-kira kita mempraktekan<br />
kesabaran dan kebaikan tersebut<br />
dalam hidup kita?<br />
Dalam Efesus 4:2 tertul<strong>is</strong>,<br />
“Tunjukanlah kasihmu dalam hal<br />
saling membantu.” Salah satu cara<br />
mempraktekan kesabaran dan<br />
kebaikan adalah dengan membantu<br />
orang lain dengan kasih. Kali ini, kita<br />
akan banyak lebih membahas<br />
bagaimana seorang single<br />
mempraktekan kesabaran dan<br />
kebaikan kepada mereka yang sudah<br />
berkeluarga. Sering kali dalam<br />
pertemanan, kita berpikir bahwa<br />
teman-teman kita yang sudah<br />
berkeluarga sudah bahagia dan<br />
happy-happy dengan hidupnya,<br />
sehingga kita jadi jarang meluangkan<br />
waktu untuk mereka dengan berpikir<br />
mereka pasti sibuk dan punya banyak<br />
acaranya masing-masing. Padahal,<br />
teman-teman kita yang sudah<br />
berkeluarga ini pasti tetap<br />
membutuhkan dukungan dan bantuan<br />
kita.<br />
Sebagai wanita single, hal apa saja<br />
yang b<strong>is</strong>a kita lakukan kepada<br />
teman-teman kita yang sudah<br />
berkeluarga? Pernahkah kita terpikir<br />
untuk melakukan hal-hal berikut?<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
SINGLE<br />
2<br />
Offer To Babysit<br />
Tutor A Child<br />
Siapa bilang orang tua nggak butuh<br />
waktu berdua saja? Apalagi sekarang<br />
sedang trend menikah muda dan<br />
pasangan-pasangan muda. Dengan<br />
usia yang masih dibawah 30, nggak<br />
sedikit pasangan yang sudah memiliki<br />
dua bahkan lebih anak dengan usia<br />
yang nggak berbeda jauh. Mungkin<br />
jika dilihat sekilas mata, ini adalah<br />
keluarga idaman dan lucu. Tapi,<br />
setiap keluarga pasti punya<br />
masalahnya masing-masing,<br />
khususnya keluarga muda. Pasti<br />
mereka membutuhkan break dan ingin<br />
menghab<strong>is</strong>kan waktu berdua, suami<br />
dan <strong>is</strong>tri. Nah, nggak ada salahnya<br />
kita mencoba menawarkan untuk<br />
mengajak anak mereka jalan-jalan<br />
sehingga teman kita b<strong>is</strong>a<br />
menghab<strong>is</strong>kan waktu dengan<br />
pasangannya. Mungkin budaya ini<br />
kurang akrab di telinga orang<br />
Indonesia karena terbiasa dengan<br />
suster atau pengasuh anak. Tapi<br />
dengan menawarkan bantuan untuk<br />
mengasuh atau mengajak anak teman<br />
kita jalan-jalan, selain kita<br />
mempraktekan kasih kepada mereka,<br />
mereka pun menyadari bahwa mereka<br />
nggak sendirian. Isn’t that sweet?<br />
Coba tawarkan diri untuk menjadi<br />
guru les bagi orang tua muda yang<br />
memiliki anak usia sekolah. Mereka<br />
pasti sangat senang jika kita<br />
meluangkan waktu untuk mereka.<br />
Apalagi jika mereka bukan keluarga<br />
yang kaya raya. Zaman sekarang,<br />
semua biaya mahal, termasuk uang<br />
les anak. Yuk kita coba, jika kita<br />
memiliki waktu luang dan ilmu serta<br />
kesabaran untuk mengajar. Ini adalah<br />
hal prakt<strong>is</strong> yang mudah untuk<br />
mempraktekan kasih, kebaikan dan<br />
kesabaran.<br />
...selain kita<br />
mempraktekan kasih<br />
kepada mereka,<br />
mereka pun menyadari<br />
bahwa mereka nggak<br />
sendirian...<br />
www.majalahpearl.com
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
SINGLE<br />
www.majalahpearl.com
Do A Chore<br />
Lend your ear<br />
Kadang tanpa kita duga hal kecil<br />
yang kita lakukan b<strong>is</strong>a berdampak<br />
dan bermakna sangat besar bagi<br />
seseorang. Hal simpel lainnya yang<br />
b<strong>is</strong>a kita lakukan adalah menawarkan<br />
diri untuk membantu pekerjaan<br />
rumah sebuah keluarga. Coba lihat di<br />
sekitar kita, tetangga atau teman<br />
kita. Mungkin ada yang sangat sibuk,<br />
nggak memiliki pembantu ataupun<br />
suster dan terlihat cukup kelelahan<br />
mengurus rumah tangganya. Nggak<br />
ada salahnya menawarkan diri untuk<br />
membantu membersihkan rumah,<br />
memotong rumput dan lain<br />
sebagainya. Mungkin di Indonesia<br />
masih terdengar asing, tapi hal ini<br />
sudah biasa dilakukan di luar negeri,<br />
lho.<br />
Hal paling mudah yang b<strong>is</strong>a kita<br />
lakukan adalah cukup dengan<br />
mendengarkan. Tahukah kalian, ada<br />
sindrom baby blues dimana ibu yang<br />
baru melahirkan tiba-tiba merasa<br />
sangat kesepian dan mengalami<br />
culture shock sehingga mereka b<strong>is</strong>a<br />
sangat melankol<strong>is</strong>. Mungkin d<strong>is</strong>aat<br />
seperti itu, suaminya sibuk bekerja<br />
tanpa tahu apa yang dialami sang<br />
<strong>is</strong>tri. Jika kita memiliki teman yang<br />
baru saja menjadi keluarga muda, yuk<br />
tunjukan kasih kita dengan hal yang<br />
paling simpel, memberikan telinga<br />
untuk mendengar segala keluh kesah<br />
mereka.<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
SINGLE<br />
Hearing from God through practical things<br />
Di kantor saya yang sebelumnya, saya<br />
memiliki seorang teman kantor yang<br />
setiap hari Selasa dan Kam<strong>is</strong> selalu<br />
membawa anaknya yang masih<br />
berumur 2 tahun ke kantor karena dia<br />
tidak punya pembantu rumah tangga<br />
ataupun pengasuh anak. Anaknya<br />
super lucu dan dalam sekejap, we<br />
became friends! Karena teman saya ini<br />
part time dan hanya masuk setiap<br />
Selasa dan Kam<strong>is</strong>, maka di dua hari<br />
tersebut itulah job description saya<br />
tiba-tiba bertambah. Dari writer<br />
menjadi nanny. Tapi saya sangat<br />
menikmati waktu-waktu mengurus<br />
anak bernama G<strong>is</strong>elle itu. Ketika<br />
mamanya sedang sibuk mengurus<br />
meeting ini dan itu, maka G<strong>is</strong>elle<br />
dititipkan di pangkuan saya. Kadang<br />
saya mengetik di laptop sambil<br />
menggendongnya, kadang saya<br />
menyalakan tontonan Hi-5 yang dia<br />
gemari, dan dia duduk tenang di<br />
depan laptop sementara saya bekerja.<br />
Salah satu ke<strong>is</strong>engan saya adalah,<br />
saya sering menaruh G<strong>is</strong>elle di bangku<br />
yang cukup tinggi lalu pura-pura<br />
meninggalkan dia sendirian. Biasanya<br />
dia langsung memasang muka<br />
ketakutan dan sedih karena akan<br />
ditinggalkan. G<strong>is</strong>elle akan segera<br />
mengulurkan tangannya untuk minta<br />
digendong dan diturunkan dari<br />
bangku tersebut. Saya merasa terharu<br />
dan senang tiap kali G<strong>is</strong>elle<br />
mengulurkan tangannya dengan muka<br />
sedih dan berserah. Karena saya<br />
merasa penting dan d<strong>is</strong>ayang. Saya<br />
pasti langsung akan menggendong,<br />
memeluk dan mencium si anak bocah<br />
ini.<br />
Saya cukup sering melakukan itu<br />
sampai satu waktu ketika G<strong>is</strong>elle<br />
lagi-lagi mengulurkan tangannya<br />
untuk minta digendong. God spoke in<br />
my heart, “Lihat, kamu saja senang<br />
kalau G<strong>is</strong>elle mengulurkan tangannya<br />
sambil berserah sepenuhnya karena<br />
dia nggak mau ditinggal sendiri.<br />
Bayangkan hatiKu ketika melihat<br />
anak-anakKu berserah sepenuhnya<br />
sama Aku dan nggak mau jalan<br />
sendirian. The way you love G<strong>is</strong>elle,<br />
<strong>is</strong>the way I love my children even<br />
more.”<br />
www.majalahpearl.com
Tiba-tiba saya mau nang<strong>is</strong> mendadak!<br />
Seakan-akan saya mengerti kenapa<br />
Tuhan sangat suka dengan umatNya<br />
yang benar-benar menyerahkan diri<br />
sepenuhnya kepada Tuhan. Tuhan<br />
cinta anak-anak yang nggak mau<br />
ditinggal sendirian sama Tuhan.<br />
Seperti saya yang nggak tega melihat<br />
muka pasrah dan sedih G<strong>is</strong>elle, jauh<br />
lebih nggak tega Tuhan melihat<br />
anak-anakNya. What I got <strong>is</strong>, Tuhan<br />
rindu dan menyukai hati-hati yang<br />
punya prinsip, “Tuhan, tanpa<br />
Engkau, I can do nothing.”<br />
Satu waktu lagi, ketika saya sedang<br />
menjaga G<strong>is</strong>elle. Anak ini nggak mau<br />
melangkah keluar ruangan kantor<br />
tanpa dipegang tangannya oleh orang<br />
yang lebih dewasa yang dia kenal.<br />
Satu waktu, ia bosan di ruangan dan<br />
pengen jalan-jalan. Tapi dia sama<br />
sekali gak bergerak maju, dia<br />
mendongakan kepalanya menatap<br />
saya dan mengulurkan tangan untuk<br />
dig<strong>and</strong>eng. Ketika saya mengenggam<br />
tangannya, dia pun mantap<br />
melangkah.<br />
Another lessonto learn. Begitu juga<br />
seharusnya hubungan kita dengan<br />
Tuhan. Makanya Tuhan bilang di<br />
Matius 18:3, yang b<strong>is</strong>a masuk ke<br />
kerajaan Surga adalah anak-anak<br />
kecil. Now I get the point! Tuhan<br />
rindu setiap kita sama kayak anak<br />
kecil, yang nggak berani melangkah<br />
kalau nggak dig<strong>and</strong>eng sama Tuhan.<br />
I got many things ketika saya<br />
mengasuh G<strong>is</strong>elle. Tuhan banyak<br />
berbicara melalui hal-hal yang saya<br />
baru mengerti ketika saya mengasuh<br />
anak bocah ini. God can speak to<br />
usthrough anything. Mungkin kita<br />
berpikir, seharusnya orang yang kita<br />
bantu yang merasa berterima kasih<br />
dengan ‘pertolongan’ kita. Tanpa kita<br />
sadari, dengan kita membantu orang<br />
lain, mempraktekan kebaikan,<br />
kesabaran dan kemurahan hati,<br />
Tuhan juga sedang mendidik dan<br />
melatih kita dengan cara-Nya.<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
MARRIAGE<br />
[berbuat baik<br />
www.majalahpearl.com<br />
kepada suami]<br />
[text] ALPHAOMEGA PULCHERIMA RAMBANG<br />
[design] WIDIA TEJA<br />
https://unsplash.com/photos/jCic71ZWQbs
j udul yang aneh bukan? Kebanyakan dari kita akan mengerutkan<br />
dahi dan berpikir, memang ada ya <strong>is</strong>tri yang mau berbuat jahat<br />
pada suaminya? Bukannya semua <strong>is</strong>tri ingin memberikan dan<br />
melakukan yang terbaik bagi suaminya.<br />
Nah,sekarang perhatikan ayat berikut:<br />
Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak<br />
berbuat jahat sepanjang umurnya.<br />
Mazmur 31:12<br />
Ayat ini mungkin akan membuat kita heran, terutama pada saat<br />
membaca bagian "sepanjang umurnya". Seorang kawan wanitaku<br />
bahkan pernah berkata, “Aku dulu nemu ayat ini rasanya gileee<br />
banget, gimana caranya berbuat baik seumur hidup gitu ya? Ga bikin<br />
yang jahat-jahat sama sekali. Sampe mikir, ‘Tuhan kenapa ayat ini<br />
Cuma buat <strong>is</strong>teri? Yang buat suami mana?’”<br />
Kalau dipikir-pikir, bener juga sih. Aku juga bingung, ada ya wanita<br />
kayak gitu^^’ SEPANJANG UMURNYA! SEUMUR HIDUP! How<br />
can? I cannot underst<strong>and</strong>.<br />
Seumur hidup selalu berbuat baik dan tidak pernah berbuat jahat<br />
kepada suaminya. Wanita yang di Amsal 31 ini manusia atau<br />
malaikat ya? SEUMUR HIDUP! Ayat ini b<strong>is</strong>a saja membuat <strong>is</strong>tri-<strong>is</strong>tri<br />
merasa terintimidasi, merasa gagal menjadi seorang <strong>is</strong>tri. Rasanya<br />
mustahil melakukan prinsip ini.<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
MARRIAGE<br />
Berbuat baik terus-menerus kepada suami, selalu melakukan yang baik<br />
bagi dia yang kadang mengecewakan kita tentu bukan hal yang mudah.<br />
Banyak alasan untuk berlaku tidak baik pada suami. Secara sengaja atau<br />
tidak sengaja alasan ini sering kita gunakan<br />
PMS<br />
Jujur saja. hormon selalu<br />
b<strong>is</strong>a jadi kambing hitam saat<br />
kita berlaku jahat kepada<br />
suami, M<strong>is</strong>alnya, saat kita<br />
marah besar karena hal kecil<br />
atau saat kita berlaku kasar<br />
dan tidak sabar. Memang<br />
sih, hormon dapat<br />
mempengaruhi perilaku kita,<br />
tapi bukankah Allah ingin<br />
kita hidup dalam<br />
pengendalian diri?<br />
Kelelahan<br />
Kelelahan mengerjakan<br />
banyak hal di rumah atau di<br />
kantor sering membuat<br />
suami menjadi sasaran<br />
tembak. Kita perlu<br />
pelampiasan dan siapa lagi<br />
yang siap sedia menjadi<br />
korban kalau bukan suami<br />
tercinta.<br />
Suami melakukan<br />
kesalahan<br />
Yup, suami melakukan<br />
kesalahan, lalu kita<br />
membalasnya dengan<br />
berbuat jahat. Tapi<br />
bukankah sebagai manusia<br />
kita masih b<strong>is</strong>a melakukan<br />
kesalahan? Bukankah saat<br />
kita berbuat salah, kita<br />
ingin diampuni? Mengapa<br />
kita tidak belajar<br />
memberikan pengampunan<br />
sebagaimana kita ingin<br />
diampuni?<br />
Kemurahan<br />
atau kebaikan<br />
adalah cinta<br />
yang bertindak.<br />
www.majalahpearl.com
Kita b<strong>is</strong>a saja punya banyak alasan untuk berbuat tidak baik kepada<br />
suami. Sebaliknya, kita kadang merasa tidak punya alasan untuk berbuat<br />
baik. Padahal, berbuat baik sesungguhnya tidak membutuhkan alasan.<br />
Cukup karena kita tahu Allah menghendaki kita melakukan itu.<br />
Stephen Kendrick dan Alex Kendrick dalam bukunya The <strong>Love</strong> Dare<br />
menul<strong>is</strong>kan demikian: Kemurahan atau kebaikan adalah cinta yang<br />
bertindak. Jika kesabaran adalah bagaimana cinta untuk meminimumkan<br />
keadaan yang negatif, kebaikan adalah bagaimana cinta bertindak untuk<br />
memaksimumkan keadaan yang positif. Kesabaran menghindari masalah;<br />
kebaikan menciptakan berkat. Yang satu mencegah, yang lain proaktif.<br />
Bagaimana berbuat baik khususnya kepada suami?<br />
1 Kelembutan<br />
Tidak ada yang senang dengan<br />
orang yang kasar. Bukankah kita<br />
pun demikian? Maka<br />
berhati-hatilah memperlakukan<br />
suami kita. Kita harus peka<br />
dengan apa yang dapat menyakiti<br />
hatinya. Ingat, jika hidup dan<br />
mati kita dikuasai lidah maka<br />
tentunya perkataan kita dapat<br />
mematikan dan membangkitkan<br />
semangat suami. Ucapkan<br />
perkataan yang tepat di waktu<br />
yang tepat dengan cara yang<br />
tepat, bahkan teguran pun dapat<br />
terdengar man<strong>is</strong> di telinga suami<br />
jika kita menegur dengan<br />
kelembutan.<br />
Perkataan yang diucapkan tepat<br />
pada waktunya adalah seperti<br />
buah apel emas di pinggan<br />
perak.<br />
Amsal 25:11<br />
Sangat mudah bagi kita mengkritik<br />
suami di hadapan orang lain.<br />
Sekalipun suami salah, belajarlah<br />
menahan diri, tegurlah suami empat<br />
mata, hindari mengkritiknya di<br />
hadapan orang lain. Bagaimanapun, ia<br />
adalah partner kita, jangan mengambil<br />
pos<strong>is</strong>i berlawanan dengannya. Selalu<br />
berpikir sebelum berbicara. Jangan<br />
bersikap kasar lalu meyesalinya<br />
belakangan. Bahkan bila kita perlu<br />
mengatakan hal-hal yang keras, kita<br />
berusaha seb<strong>is</strong>a mungkin supaya apa<br />
yang kita sampaikan terdengar halus<br />
di telinganya. Kita sungguh-sungguh<br />
peduli pada perasaan suami.<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
MARRIAGE<br />
2 Berin<strong>is</strong>iatif membantu<br />
Bertolong-tolonganlah<br />
menanggung bebanmu!<br />
Demikianlah kamu memenuhi<br />
hukum Kr<strong>is</strong>tus.<br />
Galatia 6:2<br />
Saat kita bermurah hati sedia<br />
menolong suami, kita akan<br />
mendapati jika ini melelahkan pada<br />
awalnya. Bayangkan,kita berespon<br />
pada setiap kebutuhan dan<br />
keperluannya di saat sebenarnya<br />
kita tak ingin, kita memilih<br />
melayaninya saat kita lebih butuh<br />
dilayani, saat kita lelah alih-alih<br />
ber<strong>is</strong>tirahat namun kita<br />
menyempatkan diri membuat kopi<br />
kesukaannya. Tapi,itulah<br />
kemurahan hati dan kebaikan. Kita<br />
belajar fokus pada kebutuhan<br />
suami dib<strong>and</strong>ing kebutuhan kita<br />
sendiri. Kebaikan hati membuat<br />
kita mengambil langkah tanpa<br />
diminta. Lebih dahulu. Sebagai<br />
suami maupun <strong>is</strong>tri, kita perlu<br />
belajar mendahulukan kepentingan<br />
maupun keinginan pasangan hingga<br />
ini menjadi gaya hidup kita.<br />
3 Kerelaan<br />
dengan tidak mencari<br />
kepentingan sendiri atau<br />
puji-pujian yang sia-sia.<br />
Sebaliknya hendaklah<br />
dengan rendah hati yang<br />
seorang menganggap yang<br />
lain lebih utama dari pada<br />
dirinya sendiri.<br />
Filipi 2:3<br />
Sejujurnya,ini pergumulan bagiku<br />
pribadi.Aku tahu kebutuhan<br />
suamiku,aku meresponinya<br />
tapiiiii...tak jarang aku mengeluh<br />
dan bersungut-sungut dalam hati<br />
#sigh. Aku bersikap tidak<br />
menyenangkan. Aku sedang<br />
berbuat jahat pada suamiku.<br />
Bukan bermurah hati jika kita<br />
melakukan sesuatu dengan rasa<br />
terpaksa.Tidak ada kebaikan jika<br />
kita mengerjakan sesuatu bagi<br />
suami dengan mengeluh dan<br />
bersungut-sungut. Kita perlu<br />
belajar sungguh-sungguh<br />
bermurah hati melakukan<br />
kebaikan tanpa<br />
menghitung-hitung apa yang<br />
sudah dikerjakan.<br />
www.majalahpearl.com
Pernah aku melayani suamiku karena<br />
ingin mendengar pujian darinya,<br />
oke…aku memasak makanan<br />
kesukaannya dan aku ingin<br />
mendengar dia berkata masakanku<br />
enak, hohoho. Sebelumnya ia pernah<br />
melakukannya, enak ya dipuji tu<br />
ternyata ^^’ Tapi, kali ini dia tidak<br />
memuji masakanku (mungkin karena<br />
lupa atau memang tidak enak :p).<br />
Aku sangat kecewa. Dan aku belajar,<br />
melakukan hal yang baik dengan<br />
pamrih ternyata mendatangkan<br />
kekecewaan saat apa yang kita<br />
harapkan tidak kita dapati. Konyol<br />
bukan? Tapi sejak itu, aku belajar<br />
untuk melakukan sesuatu dengan<br />
tulus, dengan sukacita. Motivasiku<br />
hanyalah karena aku mengasihi dia<br />
dan ingin menyenangkan suamiku.<br />
Berbuat baik pada suami tidak perlu<br />
dengan hal yang WAH. Lakukan<br />
kebaikan-kebaikan kecil yang kamu<br />
tahu akan menyenangkan dia,<br />
membuatkan kopi setiap hari,<br />
menyajikan kue man<strong>is</strong> yang dia suka,<br />
tidak mengomel/cemberut sewaktu<br />
menemaninya berkeliling di toko<br />
elektronik kesukaannya, dan banyak<br />
lagi pastinya yang kamu tahu akan<br />
membuatnya tersenyum. Biasakan<br />
dirimu. Sebagai <strong>is</strong>tri pasti kamu tahu<br />
apa yang akan menyenangkan dia.<br />
Kalau tidak tahu, bertanyalah pada<br />
suami. Suami mana sih yang tidak<br />
senang jika <strong>is</strong>trinya ingin tahu<br />
bagaimana menyenangkan suaminya<br />
^^ Sssttt…sesekali (atau sering ^^V)<br />
berpakaian seksi di tempat tidur<br />
tentunya akan sangat menyenangkan<br />
suami loooo…Hahahaha.<br />
Yuk,kita berbuat baik bagi suami<br />
kita seumur hidup kita!\(",)/<br />
https://unsplash.com/photos/TamMbr4okv4<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
MARRIAGE<br />
Written by Yunie Sutanto<br />
Designed by Mel<strong>is</strong>sa Halim<br />
https://www.pexels.com/photo/money-pink-coins-pig-9660/<br />
www.majalahpearl.com
“Saya menerima engkau sebagai<br />
pasangan hidupku dan berjanji untuk<br />
saling mengasihi dalam keadaan susah<br />
maupun senang, sakit maupun sehat,<br />
kaya maupun m<strong>is</strong>kin,<br />
dan berjanji setia, sampai maut<br />
mem<strong>is</strong>ahkan kita.”<br />
Demikian janji nikah yang diucapkan<br />
kedua mempelai di altar saat berdiri<br />
dihadapan Tuhan dan jemaat sebagai saksi.<br />
Saat keadaan kaya... Maupun m<strong>is</strong>kin...<br />
Saat pundi-pundi melimpah..<br />
Maupun saat pundi-pundi tidak penuh...<br />
Harapan setiap pasutri dalam hal finansial<br />
adalah memiliki rumah tangga yang<br />
mapan.Rumah tangga yang mapan itu<br />
identik dengan pundi-pundi yang penuh,<br />
sampai melimpah bahkan hingga b<strong>is</strong>a<br />
diwar<strong>is</strong>kan sampai tujuh turunan. Namun<br />
dalam realita perjalanan hidup,<br />
pundi-pundi tidak selalu dalam keadaan<br />
penuh.<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
MARRIAGE<br />
Salah satu sumber konflik paling<br />
dominan dalam rumah tangga adalah<br />
uang. Saat uang berlimpah, potensi<br />
konflik karena uang lebih jarang<br />
terjadi. Namun saat Tuhan izinkan<br />
ekonomi rumah tangga berada dalam<br />
keadaan pundi-pundi yang tidak<br />
penuh, potensi konflik lantas<br />
meningkat tajam! Banyak rumah<br />
tangga yang goncang karena situasi<br />
finansial yang kurang baik.<br />
Namun apa mau dikata, saat<br />
menikah kita telah berjanji<br />
dihadapan Tuhan dan jemaat Tuhan,<br />
untuk mengasihi pasangan dalam<br />
keadaan apapun!Janji untuk<br />
mengasihi pasangan hidup itu<br />
mengatasi keadaan yang ada.Tetap<br />
memberi respon yang benar saat<br />
situasi tidak nyaman itulah bukti<br />
kesungguhan menjalankankasih<br />
Kr<strong>is</strong>tus dalam pernikahan.<br />
Ingat, kasih itu sabar... Kasih itu<br />
murah hati...<br />
Lantas ego kita berontak:<br />
Bagaimana b<strong>is</strong>a berlaku sabar dan<br />
berlaku murah hati saat keadaan<br />
begitu tidak nyaman?<br />
Apakah harus terus berhemat di<br />
sana-sini, kencangkan ikat pinggang<br />
hingga sesak rasanya?<br />
Apakah harus nyaman saja melihat<br />
AC yang bocor dan tidak dingin lagi<br />
itu?<br />
Apakah harus menahan diri saat ada<br />
penawaran d<strong>is</strong>kon di mall?<br />
Apakah harus naik angkot yang<br />
penuh sesak dan ugal-ugalan<br />
jalannya?<br />
Apakah harus masak setiap pagi<br />
karena tak lagi sesuai budget jika<br />
harus jajan diluar?<br />
www.majalahpearl.com
Rasanya serentetan “harus” itu tak<br />
akan ada hab<strong>is</strong>nya jika terus<br />
diungkapkan.<br />
Namun saat keadaan finansial kurang<br />
baik, berkat Tuhan yang satu ini<br />
selalu menyertai: Hati yang semakin<br />
dimurnikan! Nilai -nilai hidup yang<br />
tidak sesuai Firman Tuhan—entah itu<br />
material<strong>is</strong>me, hedon<strong>is</strong>me, atau yang<br />
lain—mulai dicabuti dari tanah hati<br />
kita.<br />
Siapa mencintai uang tidak akan<br />
puas dengan uang, dan siapa<br />
mencintai kekayaan tidak akan<br />
puas dengan penghasilannya.<br />
Inipun sia-sia.<br />
—Pengkotbah 5:9-10<br />
Karena akar segala kejahatan<br />
ialah cinta uang. Sebab oleh<br />
memburu uanglah beberapa<br />
orang telah menyimpang dari<br />
iman dan menyiksa dirinya<br />
dengan berbagai-bagai duka.<br />
—1Timotius6:10<br />
https://static.pexels.com/photos/2116/money-gold-coins-finance.jpg<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
MARRIAGE<br />
www.majalahpearl.com
Saat pundi-pundi penuh, benih-benih<br />
material<strong>is</strong>me,hedon<strong>is</strong>me, gengsi,<br />
pamer, sombong dan segudang<br />
“lalang” tersebut tumbuh bersamaan<br />
tanpa sadar di tanah hati ini. Namun<br />
saat diizinkan terkena PHK, barulah<br />
kita ingat bagaimana kita<br />
memutuskan meng<strong>is</strong>i hari Minggu<br />
bekerja demi meraih uang dib<strong>and</strong>ing<br />
beribadah, bagaimana kita lebih<br />
memilih lembur daripada<br />
membacakan cerita sebelum tidur<br />
buat buah hati, bagaimana kita lebih<br />
memilih menjawab chat jualan online<br />
daripada chat konseling seorang<br />
jemaat.<br />
Kasih itu sabar. Kasih itu murah hati.<br />
Hati yang penuh kasih Kr<strong>is</strong>tus akan<br />
memancarkan kehidupan yang<br />
melakoni kasih Kr<strong>is</strong>tus dalam<br />
keseharian hidupnya, di setiap aspek<br />
kehidupannya. Keputusan yang<br />
dibuat hari lepas haripasti bersumber<br />
dari kasih Kr<strong>is</strong>tus. Respon yang<br />
muncul saat situasi tidak nyaman<br />
sekalipun, tetap kasih Kr<strong>is</strong>tus.Kasih<br />
itu sabar;sabar menanggung segala<br />
perkara dan setia sampai akhir<br />
prosesnya.Kasih itu murah hati.<br />
Murah hati dalam hidup sehari-hari<br />
berarti tak jemu-jemu berbuat baik.<br />
Ia berbuat baik kepada<br />
suaminya dan tidak berbuat<br />
jahat sepanjang umurnya.<br />
—Amsal 31:12<br />
Let's get more practical. Sebetulnya<br />
apa yang membuat keadaan jadi<br />
challenging saat pundi-pundi tidak<br />
penuh? Tidak lain: Gaya hidup yang<br />
turun.Hidup ini jadi kurang nyaman<br />
untuk daging kita jika pundi-pundi<br />
tidak penuh. Tetapi apakah kita<br />
benar-benar tidak b<strong>is</strong>a menyesuaikan<br />
diri? Let's think about th<strong>is</strong> deeper.<br />
Kita b<strong>is</strong>a karena terbiasa. Kita sudah<br />
terbiasa dengan semua kenikmatan<br />
dan kenyamanan hidup yang kita<br />
miliki—atau yang kita pikir kita<br />
miliki. Sebab semua yang kita miliki<br />
sebenarnya untuk dikelola demi<br />
kemuliaan Tuhan, bukan?<br />
Penyesuaian pertama yang harus<br />
dilakukan adalah menurunkan gaya<br />
hidup. Belajarlah untuk mencukupkan<br />
diri dalam segala keadaan.<br />
Bersukacitalah dalam kebaikan Tuhan<br />
yang masih kita rasakan. There are<br />
always, always reasons to be grateful!<br />
Give thanks in all circumstances! See<br />
the good side of your life! Keep a<br />
“gratitude journal”!<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
MARRIAGE<br />
Mengutip nasehat Paulus dalam<br />
suratnya kepada Timotius: “Asal ada<br />
makanan dan pakaian, cukuplah.”<br />
Terbiasa makan diluar yang serba<br />
siap saji, nikmat dan tidak perlu<br />
repot? Kini, saat harus masak dan<br />
menyiapkan semua lauk sendiri,<br />
bersyukurlah untuk kesempatan<br />
memilih bahan dan menyajikan<br />
sendiri masakan bagi suami dan<br />
anak-anak. Bebas vetsin, bebas<br />
pewarna, lebih bersih dan sehat<br />
tentunya, apalagi jika dimasak dengan<br />
hati yang penuh kasih.Wah, lezat nian<br />
rasanya! Give your best to your<br />
family! All out buat Tuhan dalam<br />
mengatur menu harian. Tanpa terasa,<br />
skill memasak ter-upgrade!<br />
Terbiasa punya helper alias ART?<br />
Kini saat harus turun tangan sendiri<br />
mengurus anak dan rumah, banyak<br />
blessings in d<strong>is</strong>gu<strong>is</strong>e yang dialami<br />
apabila kita jeli: Anak-anak lebih<br />
dekat pada kita dan nilai-nilai hidup<br />
kita lebih tertanam pada diri anak,<br />
dan bukan nilai-nilai hidup si ART<br />
yang tertular ke anak. Kita b<strong>is</strong>a<br />
menikmati detil pertumbuhan<br />
anak-anak. Kita b<strong>is</strong>a memanfaatkan<br />
setiap teachable moments untuk<br />
meng<strong>is</strong>i gudang moral anak-anak.<br />
Pergunakanlah setiap kesempatan<br />
yang adauntuk menunjukkan kasih<br />
Kr<strong>is</strong>tus! Terus beri respon yang benar<br />
dalam situasi pundi-pundi yang tidak<br />
penuh. Rasa nyaman kita yang hilang<br />
belum sebesar rasa nyaman Kr<strong>is</strong>tus<br />
yang Ia tinggalkan saat Ia lahir ke<br />
dunia ini dan mati bagi kita semua.<br />
Akhir kata, terlebih baik hidup<br />
sederhana dan bergaya hidup<br />
sederhana terlepas apapun kond<strong>is</strong>i<br />
finansial kita! Jangan membiasakan<br />
diri bergaya hidup mewah, namun<br />
cukupkan diri dengan apa yang ada.<br />
Memang tidak mudah melakoni gaya<br />
hidup sederhana ditengah arus gaya<br />
hidup hedon<strong>is</strong>me seperti saat ini.<br />
Tetapi kita harus belajar tetap<br />
memberi respon yang benar sesuai<br />
Firman Tuhan apapun kond<strong>is</strong>inya.<br />
Tetap semangat mengerjakan<br />
keselamatan kita hari lepas hari,<br />
apapun kond<strong>is</strong>i hidup kita.<br />
Orang yang bersemangat dapat<br />
menanggung penderitaannya,<br />
tetapi siapa akan memulihkan<br />
semangat yang patah?<br />
—Amsal 18:14<br />
www.majalahpearl.com
Give your best to your family!<br />
https://www.pexels.com/photo/food-breakfast-egg-milk-8806/<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
PARENTING<br />
https://www.pexels.com/photo/s<strong>is</strong>ters-walking-nature-road-25946/<br />
Written by Grace Suryani Halim<br />
Designed by Mel<strong>is</strong>sa Halim<br />
www.majalahpearl.com
Parenting zaman sekarang memang lebih<br />
ribet. Zaman ortu kita, biasanya mendidik<br />
anak berdasarkan trad<strong>is</strong>i turun temurun<br />
plus kebiasaan yang kita lihat dari<br />
orang-orang sekitar. Ortu kita mana tau<br />
ibu Peranc<strong>is</strong> atau di Taiwan gimana cara<br />
mendidik anak-anaknya. Zaman sekarang?<br />
Kita dibombardir oleh aneka parenting tips<br />
dari aneka belahan dunia. Ada bagusnya<br />
sih, kita jadi tambah wawasan. Tapi ada<br />
s<strong>is</strong>i negatifnya juga, terlalu banyak<br />
informasi kadang justru membuat kita jadi<br />
bingung. Sebagian artikel parenting,<br />
mengatakan kita harus belajar melihat<br />
dunia dari s<strong>is</strong>i anak-anak, sebagian lagi<br />
mengatakan, ortu zaman sekarang kurang<br />
tegas/kurang memberi anak-anak<br />
kesempatan untuk berjuang, ada lagi yang<br />
lain mengatakan orang tua yang terlalu<br />
banyak menggunakan kalimat perintah<br />
tidak baik bagi psikolog<strong>is</strong> anak, sebagian<br />
lagi menyoroti fenomena generasi<br />
strawberry (cantik di luar tapi gampang<br />
bonyok). Sighh ...<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
PARENTING<br />
Belum lagi media sosial yang kini membuat kita<br />
b<strong>is</strong>a 'masuk' ke 'rumah' teman-teman kita untuk<br />
melihat foto/video/rekaman celoteh/prestasi<br />
anak-anak mereka.<br />
"Haa bayinya Mona, 8 bulan dah b<strong>is</strong>a makan sendiri!"<br />
"Wah anaknya Siti, umur 3 tahun dah b<strong>is</strong>a maen biola."<br />
"Hebat yah bayi zaman sekarang, 4 bulan saja sudah b<strong>is</strong>a les berenang!"<br />
Tekanan sosial untuk punya anak-anak yang super,<br />
p<strong>and</strong>ai di sekolah, fasih bicara bahasa-bahasa asing,<br />
lihai bermain alat musik, lincah berolah raga serta<br />
menguasai bela diri membuat kita tanpa sadar b<strong>is</strong>a<br />
menjadi tiger moms. Apalagi di kalangan Asia,<br />
yang masih banyak budaya kepo (sok mau tau<br />
ajaaa) dan saling memb<strong>and</strong>ing-b<strong>and</strong>ingkan.<br />
Bagaimana dengan kita sebagai orang tua<br />
Kr<strong>is</strong>tiani? Apakah firman Tuhan ada membahas<br />
soal Tiger Moms?<br />
www.majalahpearl.com
S<strong>is</strong>i positif Tiger Mom<br />
para Tiger Moms biasanya ingin anaknya bekerja keras untuk<br />
menjadi yang terbaik, alias memaksimalkan potensi mereka.<br />
Mereka percaya anak mereka punya kemampuan untuk menjadi<br />
yang terbaik. Ketika memikirkan s<strong>is</strong>i ini, saya jadi teringat<br />
tul<strong>is</strong>an Max Lucado di bukunya Just Like Jesus. Bapa<br />
mengasihimu apa adanya, tapi Ia menolak membiarkanmu<br />
seadanya. Bapa ingin kita menjadi seperti Kr<strong>is</strong>tus. Benar sekali!<br />
Allah Bapa juga rindu kita sebagai anak-anak-Nya yang sudah<br />
ditebus dari kematian kekal menjadi anak-anak yang memenuhi<br />
fungsi kita secara maksimal.<br />
https://www.pexels.com/photo/h<strong>and</strong>s-woman-photography-children-516/<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
PARENTING<br />
1. Timbul dari rasa tidak<br />
mau kalah.<br />
"Anaknya Shinta b<strong>is</strong>a bahasa<br />
M<strong>and</strong>arin sama Inggr<strong>is</strong>? Anak gue<br />
juga b<strong>is</strong>a. Tambah Spanyol malaahh!"<br />
Pokoknya semua yang anak<br />
orang lain b<strong>is</strong>a, anak gue juga harus<br />
b<strong>is</strong>a! Malahan kalau b<strong>is</strong>a lebihhh!!!<br />
Ketika kita punya pemikiran seperti<br />
itu, tanpa sadar kita memberi beban<br />
yang tidak seharusnya ditanggung<br />
oleh anak kita. Tuhan tidak<br />
menciptakan anak-anak kita supaya<br />
jadi serupa seperti anak-anak<br />
tetangga/anak-anak ipar kita. Tidak.<br />
Tuhan menciptakan anak-anak kita<br />
supaya mereka menjadi serupa dengan<br />
Kr<strong>is</strong>tus! Yang seharusnya kita<br />
b<strong>and</strong>ingkan bukanlah anak kita<br />
dengan anaknya kolega kantor, tapi<br />
anak kita dengan Kr<strong>is</strong>tus. Sudah<br />
seberapa banyak karakter Kr<strong>is</strong>tus<br />
tercermin di dalam hidup anak kita?<br />
Dan (ahem) bagaimana kita sebagai<br />
orang tua , sudahkah kita sendiri<br />
mencerminkan karakter Kr<strong>is</strong>tus?<br />
www.majalahpearl.com
2. Didasari rasa takut.<br />
Kalau kita menilik lebih dalam lagi,<br />
kenapa rasa tidak mau kalah muncul,<br />
selain karena natur manusia adalah<br />
selalu mau menjadi yang utama, ada<br />
faktor lain. Takut. Tidak b<strong>is</strong>a<br />
dipungkiri, dunia tempat kita hidup<br />
makin lama makin kompetitif, makin<br />
garang, makin cepat. Mungkin ada<br />
rasa takut di dalam hati kecil kita,<br />
bagaimana jika karena tidak jago<br />
bahasa asing/memainkan alat<br />
musik/jago olahraga maka anak-anak<br />
kita akan tersingkir dari persaingan<br />
dunia kerja? Bagaimana jika mereka<br />
tidak b<strong>is</strong>a menemukan pekerjaan yang<br />
layak? Dan sejuta kekuatiran lainnya.<br />
Moms, anak kita itu punya Tuhan.<br />
Jika kita b<strong>is</strong>a dan berani mengatakan<br />
bahwa Tuhan punya rencana yang<br />
besar untuk hidup kita, mengapa kita<br />
tidak berani mempercayai janji yang<br />
sama dari Tuhan yang sama untuk<br />
anak-anak kita? Tuhan SUDAH<br />
punya rencana yang indah buat<br />
anak-anak kita. dan Tuhan bukan<br />
Tuhan yang suka 'main<br />
rahasia-rahasiaan'. Jika kita bertanya<br />
maka Ia akan menjawab.<br />
Jika kita sadar bahwa Tuhan<br />
memegang penuh masa depan anak<br />
kita, kita b<strong>is</strong>a sedikit rileks. Kita<br />
tidak perlu panik dan marah-marah<br />
ketika anak kita salah mengerjakan<br />
PR. Saya tidak tau bagaimana dengan<br />
teman-teman sekalian, tapi kalau saya<br />
jujur, ketika saya marah-marah<br />
dengan anak saya, kadang alasannya<br />
adalah karena saya takut. "Aduh<br />
kamu itu gimana sih? Begini aja ga<br />
b<strong>is</strong>a! Kalo soal yang gampang begini<br />
aja ga b<strong>is</strong>a, gimana ngerjain soal<br />
EBTANAS nanti?? Gimana masa<br />
depan kamu nanti?!?!!?!".<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
PARENTING<br />
https://unsplash.com/photos/O1TNdLNvJLM<br />
www.majalahpearl.com
Lalu kita harus bagaimana<br />
1. Menjadi model untuk Karakter Allah.<br />
Yang utama dan terutama dalam<br />
tugas kita sebagai orang tua<br />
sebenarnya adalah menjadi wakil<br />
Allah bagi anak-anak kita. Menjadi<br />
wakil itu artinya memberi gambaran<br />
yang nyata dan riil tentang Allah<br />
kepada mereka. Allah Bapa itu figur<br />
Bapa yang sempurna. Allah Bapa,<br />
Bapa yang tidak pernah mentolerir<br />
dosa, yang tidak segan menghukum.<br />
Tapi, Ia juga Allah yang h<strong>and</strong>s on.<br />
Hosea 11 mencatat,<br />
Padahal Akulah yang mengajar<br />
Efraim berjalan dan mengangkat<br />
mereka di tangan-Ku (ay 3)<br />
Aku membungkuk kepada mereka<br />
untuk memberi mereka makan<br />
(ay 4)<br />
Luar biasa sekali! Allah itu Allah<br />
yang mengajar Efraim berjalan,<br />
ibu-ibu yang ngajarin anaknya jalan<br />
pasti tau yah, masa-masa belajar<br />
jalan itu masa-masa sakit pinggang.<br />
Harus nitah anak, bungkuk-bungkuk,<br />
harus diawasin terus. Allah juga<br />
mengangkat mereka di tangan-Nya.<br />
Pas baca ayat ini yang terbayang<br />
langsung figur ayah yang sedang<br />
melatih anaknya berjalan, yang<br />
begitu sudah selesai anaknya lalu<br />
digendong dan d<strong>is</strong>ayang-sayang ...<br />
So sweet banget ga sih. Allah juga<br />
membungkuk untuk memberi Efraim<br />
makan. Bayangkan Allah pencipta<br />
langit dan bumi melakukan semua itu<br />
untuk umat-Nya!<br />
Bagaimana dengan kita? Ketika anak<br />
kita bergumul, entah bergumul<br />
membereskan mainan, bergumul<br />
mengerjakan tugas, apakah kita ikut<br />
membungkuk dengan mereka? Atau<br />
kita cuman seperti pelatih yang<br />
duduk di samping lalu main<br />
perintah-perintah?? Apakah kita<br />
h<strong>and</strong>s on seperti Bapa, atau kita<br />
cuman ngomel-ngomel saja?<br />
Membantu anak tidak berarti kita<br />
mengerjakan semua bagiannya, tapi<br />
berarti kita ada di situ, memberi<br />
semangat, menawarkan minuman,<br />
memberi tepuk tangan dan ada di<br />
sana.<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
PARENTING<br />
2. The Golden Rules 3. Menjadikan moment<br />
bergumul dengan anak<br />
sebagai moment untuk<br />
bertanya kepada Tuhan.<br />
Segala sesuatu yang kamu<br />
kehendaki supaya orang perbuat<br />
kepadamu, perbuatlah demikian<br />
juga kepada mereka. Itulah <strong>is</strong>i<br />
seluruh hukum Taurat dan kitab<br />
para nabi. Mat 7 : 12<br />
Mari pikirkan sejenak ketika anak<br />
salah dan salah lagi dalam<br />
mengerjakan sesuatu, bagaimana<br />
perasaan anak kita? Bagaimana<br />
perasaan kita jika kita salah dan<br />
salah lagi di hal yang sama? Yang<br />
mana yang ingin kita dapatkan dari<br />
orang sekitar kita, dukungan atau<br />
omelan? Pelukan atau tudingan di<br />
depan muka?<br />
Segala sesuatu yang kita ingin anak<br />
kita lakukan, maka lakukanlah juga<br />
demikian. Jika kita ingin anak kita<br />
bertumbuh jadi orang yang sabar,<br />
maka kita juga harus sabar dengan<br />
mereka. Jika kita ingin mereka<br />
bertumbuh jadi orang yang tidak<br />
ego<strong>is</strong>, punya empati, maka kita juga<br />
harus menunjukkan empati kepada<br />
mereka.<br />
Ketika menul<strong>is</strong> ini, saya sebagai ibu<br />
juga sebenarnya masih terus<br />
bergumul. Apalagi di Singapore yang<br />
serba kiasu (takut kalah) sehingga<br />
tingkat kompet<strong>is</strong>inya jadi sangat<br />
tinggi. Terus terang ada banyak hal<br />
yang saya sendiri masih tidak b<strong>is</strong>a.<br />
Ketika saya bergumul untuk sabar,<br />
mengasihi, mendukung dan bukannya<br />
menjatuhkan, yang saya lakukan<br />
adalah membawa semua pergumulan<br />
saya ke tangan Dia yang empunya<br />
anak-anak saya. Ketika saya frustrasi,<br />
bingung, tidak tahu harus gimana,<br />
yang b<strong>is</strong>a saya lakukan adalah<br />
bertanya kepada Tuhan. Kadang saya<br />
langsung dapet ide, tapi tidak jarang<br />
Tuhan juga sepertinya diam. :p Tapi<br />
saya menolak untuk putus asa,<br />
karena saya tau Tuhan lebih sayang<br />
anak-anak saya daripada saya. Dan<br />
jika saya bertanya maka Ia pasti<br />
menjawab dengan cara-Nya.<br />
Menjadi orang tua, tidak pernah<br />
mudah. Itu beban yang berat. Tapi<br />
kita tidak pernah sendirian. Ada Ia<br />
yang selalu b<strong>is</strong>a di<strong>and</strong>alkan.<br />
www.majalahpearl.com
Menjadi orang tua, tidak<br />
pernah mudah. Itu beban yang<br />
berat. Tapi kita tidak pernah<br />
sendirian. Ada Ia yang selalu<br />
b<strong>is</strong>a di<strong>and</strong>alkan.<br />
https://www.pexels.com/photo/h<strong>and</strong>-palm-baby-child-7692/<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
PARENTING<br />
Be <strong>Kind</strong> to<br />
[Other Mothers)<br />
Ditul<strong>is</strong> oleh Yunie Sutanto<br />
Didesain oleh Michelle Herman<br />
(B<br />
u Kemal sedang menjemur bayinya,<br />
ketika ia melihat Bu Jiru melakukan<br />
hal yang sama di sebelah rumah. Bu<br />
Kemal menghampiri Bu Jiru, “Sudah usia<br />
berapa bayinya, Bu?” tanya Bu Kemal.<br />
“Oh, dua setengah bulan. Kalo bayi Ibu?”<br />
Bu Jiru balas bertanya, seraya mengubah<br />
pos<strong>is</strong>i jemur bayinya.<br />
“Genap enam bulan hari ini,” sahut Bu<br />
Kemal sembari tersenyum bangga. “Montok<br />
dia, Bu. Saya beri ASI eksklusif soalnya.”<br />
“Wah, berarti Ibu ngurus anak sendiri ya?<br />
Saya sedang nyari ART nih buat bantu urus<br />
si kecil. Cuti hamil saya hanya tinggal<br />
seminggu lagi...” nada suara ibu Jiru penuh<br />
kegundahan.<br />
“Ya, saya full time mom. Saya tidak tega<br />
meninggalkan anak di tangan orang lain. Yah,<br />
walaupun dulu saya ngantor juga sebelum<br />
www.majalahpearl.com
hamil”, Bu Kemal menjawab dengan sin<strong>is</strong>,<br />
sambil membetulkan popok bayinya.<br />
“Wah saya masih butuh penghasilan dari<br />
kantor saya, Bu. Jadi walaupun hati ini<br />
berat, belum b<strong>is</strong>a sepenuh waktu di rumah<br />
mengurus anak.”<br />
“Ya, tapi kan kasihan anaknya, Bu.<br />
Bagaimanapun akan beda lho anak yang<br />
diasuh sendiri dan yang dipasrahin ke orang<br />
lain”, celetuk Bu Kemal tanpa memikirkan<br />
perasaan Bu Jiru.<br />
“Hmm... Iya sih. Saya juga bingung....”<br />
Bu Jiru menjawab pelan.<br />
“Minum susu apa bayinya?” tanya Bu<br />
Kemal lagin dengan penuh rasa ingin tahu.<br />
“Oh itu... ASI saya sedikit, saya kuatir<br />
bayi saya kurang kenyang, jadinya pakai susu<br />
formula.” Ibu Jiru menjawab ragu-ragu.<br />
“Ya ampun, Bu. Kan ada teknik<br />
pemijatan payudara. B<strong>is</strong>a bikin ASI kita<br />
melimpah loh. Kalau masih tidak berhasil,<br />
ada pil agar ASI kita lancer. Sayur katuk dan<br />
kacang merah b<strong>is</strong>a membuat asi banjir kok...<br />
Jangan mau gampangnya saja kasih susu<br />
formula, kan anak kita butuh yang terbaik.<br />
Anak manusia ya minumnya susu manusia<br />
ah... Jangan dikasih susu hewan...”, tukas Bu<br />
Kemal, sungguh tidak memikirkan perasaan<br />
lawan bicaranya.<br />
“Oh, saya sudah minum pil pelancar ASI<br />
dari dokter. Tapi tiap dipompa tetap ngga<br />
keluar banyak. Sayur katuk dan pijat<br />
payudara juga sudah, tapi tetap sedikit sekali<br />
keluarnya. Trus bayinya nang<strong>is</strong> terus jadi aku<br />
ngga tega.”<br />
“Emang Ibu lahirannya normal atau<br />
caesar?”<br />
“Saya caesar, Bu... Padahal sudah senam<br />
hamil rutin supaya b<strong>is</strong>a persalinan normal,<br />
tapi saya terpeleset dan jatuh pas usia<br />
kehamilan <strong>33</strong> minggu, lalu ketubannya pecah<br />
duluan dan pembukaan ngga<br />
nambah-nambah, akhirnya caesar deh.”<br />
“Hmm... memang gitu sih kalo caesar tuh<br />
ASI-nya b<strong>is</strong>a kurang lancar, Bu.”<br />
KINDNESS<br />
DOES NOT<br />
CONDEMN OR<br />
JUDGE OTHERS.<br />
“Iya, mungkin begitu...<br />
Oh, saya pamit dulu ya, mau<br />
beresin rumah. Sampai<br />
jumpa, Bu.” Bu Jiru<br />
menyudahi sesi jemur bayi<br />
yang ternyata berubah<br />
menjadi tanya jawab dengan<br />
Bu Kemal.<br />
Di perjalanan Bu Jiru<br />
memikirkan percakapannya<br />
dengan Bu Kemal. “Malas<br />
banget ngobrol sama<br />
tetangga yang sok tahu dan<br />
penuh penghakiman seperti<br />
itu”, pikir Bu Jiru.<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
PARENTING<br />
Percakapan seperti yang<br />
terjadi antara Bu Jiru dan<br />
Bu Kemal sering sekali<br />
terjadi, terutama di antara<br />
ibu-ibu baru. Memang,<br />
salah satu sukacita menjadi<br />
seorang ibu adalah<br />
kemudahan untuk menjalin<br />
hubungan dengan ibu yang<br />
lain. Sebut saja tempatnya:<br />
di mall, ruang menyusui,<br />
taman bermain, bahkan di<br />
rumah sakit. Tapi,<br />
hubungan seperti apa yang<br />
kita jalin dengan sesama<br />
ibu?<br />
Allah ingin setiap<br />
hubungan yang kita jalin<br />
adalah hubungan yang<br />
dipenuhi dengan kasih.<br />
<strong>Love</strong> <strong>is</strong> kind, that <strong>is</strong> what<br />
the Bible said. <strong>Kind</strong>ness<br />
does not condemn or judge<br />
others. Apakah kasih<br />
seperti itu nampak dalam<br />
cara kita memperlakukan<br />
ibu-ibu lain? Paling<br />
gampang, apakah kasih<br />
seperti itu terlihat dalam<br />
TIDAK ADA<br />
IBU YANG<br />
SEMPURNA<br />
www.majalahpearl.com
cara kita bercakap-cakap dengan Ibu lain.<br />
Sebab, apa yang meluap dari mulut, keluar<br />
dari dalam hati bukan?<br />
Satu hal yang membantu kita untuk<br />
mawas diri dan tidak melakukan<br />
penghakiman adalah prinsip ini: tidak ada ibu<br />
yang sempurna. Menjadi seorang ibu memiliki<br />
tantangannya masing-masing. Tidak ada satu<br />
rumus pasti dalam membesarkan anak. Allah<br />
tidak memberikan anak yang sama kepada<br />
semua ibu di dunia. Setiap anak adalah<br />
pribadi yang berbeda, dilahirkan dalam<br />
keluarga yang berbeda, untuk tujuan ilahi<br />
yang berbeda.<br />
Kalau begitu, wajar sekali jika setiap ibu<br />
memiliki keputusan yang berbeda dalam<br />
membesarkan anak mereka. Apalagi, tuntutan<br />
jaman makin memacu para wanita untuk<br />
berperan g<strong>and</strong>a: di dunia profesi dan dalam<br />
rumah tangga. Wanita masa kini, yang<br />
mayoritas berpendidikan tinggi, banyak<br />
dipakai menjadi berkat di dunia profesional.<br />
Tidak ada yang salah dengan hal ini. Menjadi<br />
wanita bekerja bukanlah dosa.<br />
Saat menjadi ibu, seringkali kita memang<br />
diperhadapkan pada konflik batin: memilih<br />
karir atau buah hati. “To be a stay at home<br />
mom or working mom?”, demikian konflik<br />
batin yang dihadapi para ibu masa kini.<br />
Aneka debat di berbagai<br />
forum dunia maya tentang<br />
mommy wars antara ibu di<br />
rumah vs ibu bekerja pun<br />
marak detemui. Konflik<br />
batin ini semakin<br />
dipertajam dan diperumit<br />
dengan berbagai<br />
keputusan menantang lain<br />
yang juga menuntut<br />
dedikasi para ibu baru<br />
seperti: lahiran normal<br />
atau caesar? Memberikan<br />
ASI eksklusif atau susu<br />
formula? Homeschooling<br />
atau sekolah reguler?<br />
Semua itu menjadi<br />
perdebatan seolah yang<br />
melahirkan normal lebih<br />
berjuang daripada<br />
melahirkan caesar, yang<br />
menyusui lebih berjuang<br />
memberi gizi terbaik dan<br />
mengatur pola makan buat<br />
anaknya, yang menerapkan<br />
homeschooling lebih<br />
berdedikasi dalam urusan<br />
mendidik dan mengasah<br />
pola pikir anak.<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
PARENTING<br />
The question here <strong>is</strong>: Really? Are these<br />
mere myths or facts? An intensive research<br />
should be done to conclude it.<br />
Setiap ibu hendaknya berjalan dalam<br />
anugerah Tuhan agar dimampukan<br />
menjalankan tugasnya, sesuai dengan kond<strong>is</strong>i<br />
yang Tuhan berikan. Motherhood <strong>is</strong> hard, but<br />
God’s grace enable us. Kalau begitu, kenapa<br />
kita tidak menawarkan anugerah yang sama<br />
kepada sesama ibu?<br />
Bunda Teresa pernah berkata seperti ini,<br />
If you judge people, you have no time to love<br />
them said Mother Teresa. Tidak menghakimi<br />
adalah pintu untuk kita menawarkan kasih<br />
kepada sesama ibu. <strong>Love</strong> never judges. <strong>Love</strong><br />
cannot judge.<br />
Ketika kita tidak menghakimi, kita b<strong>is</strong>a<br />
mengerti pergumulan ibu-ibu lain. Kita b<strong>is</strong>a<br />
melakukan apa yang Alkitab perintahkan,<br />
tertawa bersama mereka yang tertawa, dan<br />
menang<strong>is</strong> bersama mereka yang menang<strong>is</strong>.<br />
Ketika kita berhenti menghakimi, kita b<strong>is</strong>a<br />
melangkah maju dalam memberikan kasih.<br />
Mungkin memberikan telinga untuk<br />
mendengar ibu-ibu lain berbagi beban, atau<br />
menyediakan waktu untuk ikut membawa<br />
pergumulan mereka kepada Tuhan.<br />
Let H<strong>is</strong> love shine through our life:<br />
LOVE IS<br />
PATIENT,<br />
LOVE IS<br />
KIND.<br />
www.majalahpearl.com
IT DOES NOT ENVY, IT DOES NOT BOAST, IT IS NOT PROUD.<br />
IT DOES NOT DISHONOR OTHERS, IT IS NOT SELF-SEEKING,<br />
IT IS NOT EASILY ANGERED, IT KEEPS NO RECORD OF WRONGS.<br />
LOVE DOES NOT DELIGHT IN EVIL BUT REJOICES WITH THE TRUTH.<br />
IT ALWAYS PROTECTS,<br />
ALWAYS TRUSTS,<br />
ALWAYS HOPES,<br />
ALWAYS PERSEVERES.<br />
(1 CORINTHIANS 13:4)<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
(<br />
Yuk, ikutan<br />
di Majalah <strong>Pearl</strong>!<br />
aktif<br />
Kirim surat pendek<br />
ber<strong>is</strong>i saran, kritik, ide<br />
atau encouragement<br />
(tidak lebih dari 10<br />
kalimat) untuk redaksi<br />
<strong>Pearl</strong>. Suratmu ini<br />
nantinya akan dimuat di<br />
rubrik “surat pembaca.”<br />
Have some questions?<br />
Kirimkan pertanyaanmu<br />
yang akan dijawab oleh<br />
beberapa anggota tim<br />
redaksi <strong>Pearl</strong>.<br />
Photo by Todd Quackenbush (https://unsplash.com/)<br />
www.majalahpearl.com
NEWSLETTER<br />
Connected]<br />
We are calling out<br />
Designers &<br />
Mari saksikan kebaikan Tuhan<br />
dalam hidupmu :) Kami<br />
mengundang teman-teman untuk<br />
mengirimkan kesaksian dengan<br />
tema “<strong>Love</strong> <strong>is</strong>...”<br />
Sejak menerima Tuhan, apakah<br />
ada hal-hal baru (karakter,<br />
kebiasaan hidup) yang Tuhan<br />
tanamkan dalam hidupmu? Apa<br />
perubahan terbesar yang kamu<br />
alami sejak menerima Tuhan<br />
Yesus sebagai Juru Selamat yang<br />
kekal?<br />
Layangkan kesaksianmu ke<br />
majalahpearl@gmail.com<br />
(kesaksian tidak lebih dari satu<br />
halaman kertas A4 please..<br />
Thanks!)<br />
Kesaksianmu akan dimuat di<br />
rubrik “kesaksian.”<br />
Writers<br />
to join our team now!<br />
Bila teman-teman<br />
berminat untuk<br />
melayani di majalah<br />
<strong>Pearl</strong> dalam bidang<br />
design dan writer<br />
(khusus untuk segmen<br />
marriage <strong>and</strong><br />
parenting), silakan email<br />
kami di<br />
majalahpearl@gmail.com<br />
beserta contoh<br />
karya-karya kalian!<br />
Ayo buruan, ladies! :D<br />
#0<strong>33</strong> (Apr <strong>2016</strong>-<strong>Mei</strong> <strong>2016</strong>) | <strong>Love</strong> <strong>is</strong> <strong>Patient</strong> <strong>and</strong> <strong>Kind</strong>
WWW.MAJALAHPEARL.COM