27.05.2016 Views

Warta Kota EDISI I 2016

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

1<br />

Semangat Perubahan<br />

<strong>EDISI</strong> I/TAHUN V/<strong>2016</strong><br />

WARTA KOTA<br />

Mengajak<br />

Generasi Muda<br />

Tebarkan Kebaikan<br />

Lewat Media Sosial<br />

Tindak Lanjut Pertemuan dengan<br />

Zekeriya Akcam<br />

Delegasi Banda Aceh<br />

Berangkat ke Turki<br />

PEMKO BANDA ACEH<br />

KOMITMEN KETERBUKAAN<br />

INFORMASI PUBLIK<br />

WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> I / <strong>2016</strong>


2<br />

Kutipan<br />

INDEKS<br />

Pro Insani<br />

Ikhlas<br />

Oleh: Dr. Tgk. Syamsul Rijal, MA<br />

REDAKSI<br />

Hiasi (isilah dengan ragam aktifitas) waktu dan hari anda agar<br />

lebih memberikan manfaat bagi yang lain tanpa mengharapkan<br />

balasan dan pujian sekalipun.<br />

Insya Allah kekuatan akan diberikanNya dalam kebaikan redhaNya.<br />

- Salam kreatif menuju rumah masa depan! -<br />

Aceh itu dikenal<br />

karena kegigihan<br />

kaum perempuannya,<br />

dan perempuan Aceh<br />

memiliki kemampuan<br />

seorang pejuang. Kita<br />

akan terus berjuang<br />

untuk mengisi<br />

pembangunan kota<br />

kita tercinta<br />

Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal, SE<br />

Walikota Banda Aceh<br />

3<br />

6-7<br />

10<br />

Literasi dan<br />

Kehidupan<br />

Kearifan Lokal<br />

Jadi Daya Tarik<br />

Pariwisata Banda Aceh<br />

Pentingnya Partisipasi<br />

Perempuan<br />

dalam Pembangunan<br />

REDAKSI<br />

Penerbit: Humas Sekretariat Daerah <strong>Kota</strong> Banda Aceh I Pengarah/Pembina: Walikota Banda Aceh<br />

- Wakil Walikota Banda Aceh - Sekretaris Daerah <strong>Kota</strong> Banda Aceh I Penanggung Jawab: Asisten<br />

Administrasi Umum I Pemimpin Redaksi: Wirzaini Usman Al-Mutiarai I Sekretaris Redaksi: Mukhlis,<br />

SH I Redaktur Pelaksana: Evi Marlina I Redaktur: Mahdi Andela I Reporter: Musfa Gustiawati,<br />

Afrizal Meukek, Hafid Junaidi, Hayatullah Pasee I Staf Redaksi: Yudi Risman I Staf Distribusi :<br />

Samsul Bahri I Photografer: Irwansyah Putra, Surya Mardiansyah, Twk. Wahidin I Layout/Desain:<br />

Mulyadi I Alamat Redaksi: Bagian Humas <strong>Kota</strong> Banda Aceh, Jl. T. Abu Lam-U No. 7 Telp. (0651)<br />

26184 I email: bna.warta@gmail.com I website: www.bandaacehkota.co.id<br />

WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> I / <strong>2016</strong>


OPINI<br />

3 3<br />

Literasi dan Kehidupan<br />

Negara Indonesia menempati<br />

urutan bawah<br />

dalam literasi dunia.<br />

Hal ini disebabkan<br />

karena budaya literasi masyarakatnya<br />

masih sangat rendah. Sejak 16 tahun<br />

silam, Indonesia telah ikut dalam<br />

proyek penelitian dunia untuk<br />

mengukur literasi membaca,<br />

matematika dan ilmu pengetahuan<br />

alam. Dari proyek penelitian dunia<br />

tersebut, terbukti memang Indonesia<br />

merupakan negara yang kurang daya<br />

bacanya dalam literacy purpose.<br />

Kebanyakan orang Indonesia<br />

mem baca atas dasar information purpose<br />

(Aulia, 2014). Literasi adalah<br />

kemampuan hidup (life skill). Oleh<br />

karena itu, literasi merupakan kebutuhan<br />

hidup masyarakat maju. Tentu<br />

saja rendahnya literasi seseorang<br />

menghambat kemajuan hidup suatu<br />

bangsa.<br />

Berdasarkan konteks penggunaan<br />

nya Baynham (1995) menyatakan<br />

bahwa literasi merupakan<br />

inte grasi keterampilan menyimak,<br />

ber bicara, menulis, membaca, dan<br />

berpikir kritis. Maka hal itu ter kait<br />

dengan kemampuan bahasa seseorang.<br />

Bahasa itu sendiri sangat<br />

erat dan tidak dapat dipisahkan hubungannya<br />

dengan budaya.<br />

Kehidupan yang bermutu tentulah<br />

hidup yang memiliki budaya literasi<br />

yang baik. Tingginya tingkat literasi<br />

seseorang akan menjadikan orang<br />

tersebut mampu melakukan fungsifungsinya<br />

di dalam kehidupan. Hal<br />

itu terlihat dari kemampuan seseorang<br />

dalam berbicara, memahami<br />

sebuah informasi dengan baik sehingga<br />

pada akhirnya mampu menyelesaikan<br />

masalah-masalah yang<br />

terjadi di dalam hidup. Dengan demikian<br />

berarti seseorang belajar<br />

mengembangkan potensi-potensi<br />

dalam dirinya untuk mencapai tujuan<br />

hidup.<br />

Setiap orang adalah makhluk<br />

sosial. Makhluk sosial memerlukan<br />

keterampilan berbahasa dalam mela<br />

kukan fungsinya di dalam kehidupan<br />

masyarakat. Untuk itu,<br />

kemampuan literasi sangat penting<br />

menjadi bekal diterimanya seseorang<br />

di dalam wadah masyarakat itu<br />

sendiri. Tingginya tingkat literasi<br />

seseorang terlihat dari sejauh mana<br />

keluwesannya dalam berinteraksi<br />

dan bekerja sama di dalam<br />

lembaga-lembaga sosial yang ada di<br />

masyarakat.<br />

Peran literasi di dunia pendidikan<br />

juga sangat besar. Semakin<br />

tinggi tingkat literasi pelajar<br />

maka akan semakin tinggi pula<br />

tingkat mutu pendidikannya. Hal<br />

ini terlihat dari perbedaan siswa<br />

yang di dalam kelasnya hanya<br />

mendapatkan pembelajaran lewat<br />

metode ceramah dengan siswa<br />

yang mendapatkan pembelajaran<br />

melalui metode problem solving,<br />

diskusi atau praktik langsung.<br />

Misal nya, ketika guru hanya mengajarkan<br />

apa itu pidato, seperti apa<br />

susunan dan bagaimana teknikteknik<br />

yang baik dalam berpidato<br />

melalui ceramah saja tentu akan<br />

berbeda jika guru mengajak siswa<br />

mengalami langsung seperti apa<br />

dan bagaimana berpidato di depan<br />

kelas.<br />

Literasi siswa yang dibimbing<br />

untuk praktik langsung jauh lebih<br />

baik dibandingkan dengan siswa<br />

yang hanya mendapatkan ilmu<br />

secara teoritis saja. Siswa yang<br />

praktik langsung mengalami proses<br />

menyimak, membaca, menulis,<br />

berbicara dan berpikir kritis.<br />

Hal ini sejalan dengan ungkapan<br />

Magnessen (dalam Silberman,<br />

1996) bahwa “Kita belajar 10% dari<br />

apa yang kita baca, 20% dari apa<br />

yang kita dengar, 30% dari apa yang<br />

kita lihat, 50% dari apa yang kita<br />

lihat dan dengar, 70% dari apa yang<br />

kita katakan, 90% dari apa yang kita<br />

katakan dan lakukan.”<br />

Kemampuan literasi dalam hal ini<br />

dapat diartikan juga sebagai proses<br />

membaca. Membaca yang dimaksud<br />

adalah membaca dalam konteks<br />

yang sangat luas yaitu iqra’. Membaca<br />

untuk memahami, membaca untuk<br />

menganalisis lingkungan dan masalah<br />

sekitar untuk kemudian dapat<br />

digunakan sebagai bahan untuk<br />

memecahkan sebuah masalah kehidupan.<br />

Hal ini juga dipertegas dengan<br />

sabda Rasulullah SAW : “Siapa saja<br />

yang menginginkan sukses di dunia,<br />

maka raihlah dengan ilmu. Siapa<br />

saja yang menginginkan sukses di<br />

akhirat, maka raihlah dengan ilmu.<br />

Dan siapa saja yang menginginkan<br />

sukses di dunia dan akhirat, maka<br />

raihlah keduanya dengan ilmu.”<br />

Melihat kenyataan yang ada<br />

bahwa masyarakat Indonesia memiliki<br />

tingkat literasi yang masih<br />

rendah maka diperlukan sebuah<br />

perubahan. Perubahan di sini dapat<br />

kita mulai dari dimensi pendidikan.<br />

Seperti dengan membangun budaya<br />

literasi di sekolah-sekolah yang<br />

ada di negeri ini. Misalnya dengan<br />

membiasakan anak-anak didik<br />

terampil membaca setiap harinya<br />

hingga memasukkan literasi karakter<br />

ke dalam kurikulum tersembunyi<br />

sebuah sekolah.<br />

(Sumber: dakwatuna.com)<br />

WARTA WARTA KOTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>EDISI</strong> I / I <strong>2016</strong> / <strong>2016</strong>


4 LAPORAN UTAMA<br />

Foto: Surya Mardiansyah<br />

Pemko Banda Aceh Komitmen<br />

Keterbukaan Informasi Publik<br />

Ini adalah bukti nyata komitmen<br />

Pemko Banda Aceh da lam<br />

mewujudkan keterbukaan informasi<br />

terkait pemerintahan dan<br />

pembangunan<br />

Semangat keterbukaan sebagaimana<br />

diamanahkan<br />

dalam Undang-Undang<br />

tentang Keterbukaan Informasi<br />

Publik, sudah selayaknya<br />

dijalankan oleh setiap level pemerintahan.<br />

Pemerintah <strong>Kota</strong><br />

Banda Aceh berkomitmen untuk<br />

memberikan seluruh informasi<br />

pembangunan kepada semua<br />

masyarakat.<br />

“Dengan demikian, diharapkan<br />

tingkat partisipasi dan keterlibatan<br />

publik di da lam mendukung<br />

aktivitas pembangunan juga akan<br />

semakin meningkat demi mencapai<br />

tujuan bersama,” begitu kata<br />

Sekda <strong>Kota</strong> Banda Aceh, Bahagia,<br />

pada acara launching Youth<br />

Report Center (YRC) Aceh, Rabu<br />

(17/2/<strong>2016</strong>) di Aula Balai <strong>Kota</strong><br />

Banda Aceh<br />

Menurut Sekda, sebagai wujud<br />

keterbukaan dan pelayanan infor<br />

masi publik tersebut, pihaknya<br />

telah melaksanakan serangkaian program,<br />

di antaranya adalah dengan<br />

menyediakan sarana informasi kegiatan<br />

dan pembangunan kota melalui<br />

website resmi Pemko Banda Aceh<br />

yaitu http://www.bandaacehkota.<br />

go.id/.<br />

Di samping itu, PPID <strong>Kota</strong><br />

Banda Aceh yang sudah terbentuk<br />

juga terus berupaya menyediakan<br />

dan mendistribusikan setiap permo<br />

honan akses informasi oleh berbagai<br />

pihak. “Ini adalah bukti nyata<br />

komitmen Pemko Banda Aceh dalam<br />

mewujudkan keterbukaan informasi<br />

terkait pemerintahan dan<br />

pembangunan,” katanya.<br />

Pemko Banda Aceh, sambungnya,<br />

WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> I / <strong>2016</strong>


LAPORAN UTAMA<br />

visi Banda Aceh sebagai Model <strong>Kota</strong><br />

Madani,” pung kas Sekda.<br />

YRC Aceh merupakan sebuah<br />

lembaga yang digagas oleh Tranparency<br />

International Indonesia<br />

(TII) dan Rumoh Transparasi un tuk<br />

mendorong pemuda di Aceh berpartisipasi<br />

aktif dalam melakukan<br />

audit sosial terhadap keterbukaan informasi<br />

dan pe layanan pu blik.<br />

Sekjen TII Dadang Tri sa songko<br />

dalam sambutannya<br />

menyebutkan, YRC<br />

Aceh dibentuk guna<br />

mendorong kaum<br />

muda sebagai<br />

penghuni populasi<br />

terbesar<br />

dalam masyarakat<br />

u n t u k<br />

5<br />

“Kami berharap pertemuan hari<br />

ini menjadi titik awal mendorong<br />

ke terlibatan pemuda di Banda<br />

Aceh untuk aktif dalam upaya pencegahan<br />

dan pem berantasan korupsi.<br />

Kehadiran kita akan diukur<br />

dari sejauh mana pemuda terlibat,<br />

laporan yang masuk dan tindak<br />

lanjut dari instansi layanan publik,”<br />

sebutnya.<br />

Acara tersebut dirangkai de ngan<br />

sesi<br />

diskusi<br />

dengan<br />

t e m a<br />

“Peran<br />

tentu memberi dukungan penuh<br />

atas inisiatif YRC Aceh yang gencar<br />

melakukan sosialisasi tentang pentingnya<br />

peran pemuda dalam mendorong<br />

keterbukaan informasi<br />

dan pelayanan publik di beberapa<br />

sekolah menengah, perguruan tinggi<br />

dan komunitas pemuda yang ada di<br />

<strong>Kota</strong> Banda Aceh.<br />

“Harapan kita, inisiatif konstruktif<br />

ini mampu menjadi virus pemicu<br />

bagi generasi muda untuk peka<br />

akan pelayanan dan keterbukaan informasi.<br />

Dan yang terpenting, hal<br />

ini juga sejalan dengan misi ketujuh<br />

Pemko Banda Aceh 2012-2017 yakni<br />

meningkatkan peran generasi muda<br />

sebagai kekuatan pembangunan<br />

kota,” katanya lagi.<br />

Ia pun menyakini, keterlibatan pemuda<br />

dalam mengawal peme rintahan<br />

dan pembangunan<br />

akan memberi<br />

arti penting untuk ke butuhan<br />

pembangunan itu sendiri. “Kami<br />

juga mengajak semua elemen untuk<br />

dapat mendukung dan men dorong<br />

percepatan perwujudan ke terbukaan<br />

informasi publik se cara maksimal<br />

di segala lini demi percepatan pembangunan<br />

dalam rang ka mewujudkan<br />

terlibat<br />

aktif dalam<br />

pencegahan<br />

dan pemberantasan<br />

korupsi.<br />

Menurutnya,<br />

pencegahan dan<br />

pemberantasan<br />

korupsi tidak cukup<br />

diajarkan di dalam kelas<br />

saja. Tidak pula harus<br />

turun ke jalan, dan menyorot kasuskasus<br />

besar di tingkat nasional. “Akan<br />

lebih efektif melalui pengalaman<br />

dengan langsung ikut mengawasi<br />

pelayanan publik di desa maupun di<br />

sekolah. Jadilah pelopor pengawasan<br />

layanan publik di daerah masingmasing,”<br />

ajaknya.<br />

Pemuda<br />

dalam<br />

Mendorong<br />

Keterbukaan<br />

Informasi dan Pelayanan<br />

publik”. Selain Sekda Bahagia, juga<br />

hadir tiga narasumber lain yakni<br />

Kepala Ombudsman RI Perwakilan<br />

Aceh Taqwadin Husen, Program<br />

Manager Youth Departement TII Lia<br />

Toriana, dan Koordinator YRC Aceh<br />

Crisna Akbar.<br />

Menindaklanjuti hasil diskusi,<br />

pada acara yang dihadiri oleh<br />

ratusan peserta dari 32 lembaga<br />

pendidikan dan LSM tersebut,<br />

juga ditandatangani kesepakatan<br />

bersama untuk mendukung Pemko<br />

Banda Aceh dan seluruh badan<br />

publik lainnya dalam meningkatkan<br />

keterbukaan informasi dan pelayanan<br />

publik di <strong>Kota</strong> Banda Aceh•Hafid<br />

Junaidi<br />

WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> I / <strong>2016</strong>


6<br />

INFO KOTA<br />

Dok. Humas Pemko Banda Aceh<br />

Kearifan Lokal<br />

Jadi Daya Tarik<br />

Pariwisata Banda Aceh<br />

Wali <strong>Kota</strong> Banda Aceh<br />

Illiza Sa’aduddin<br />

Djamal menjadi salah<br />

satu pembicara<br />

dalam forum Exposure Smart System<br />

Platform ITB-Telkomsel di The Ritz<br />

Carlton Hotel, Jakarta Selatan dengan<br />

tema “Smart City-Smart Islamic Tourism”.<br />

Acara ini digagas oleh Tel komsel<br />

dan ITB yang sedang bekerjasama<br />

melingkupi penelitian<br />

dan pengembangan Smart System<br />

Platform for The Nation dan<br />

pengimplementasiannya di bebe rapa<br />

kota yang bertujuan untuk mendukung<br />

penyelesaian masalah-masalah<br />

perkotaan.<br />

Wali <strong>Kota</strong> Illiza tampil pada<br />

sesi panel kedua yang membahas<br />

mengenai peranan smart city untuk<br />

meningkatkan pariwisata Indonesia<br />

dan peranan budaya di dalam mewujudkan<br />

smart city. Pada sesi ini juga<br />

dibahas contoh bagaimana peranan<br />

berbagai sektor dari pengalaman<br />

yang sudah dilakukan pemerintah<br />

daerah untuk mewujudkan hal tersebut.<br />

WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> I / <strong>2016</strong>


INFO KOTA<br />

Selain Illiza, sesi ini diisi oleh pakar<br />

dan tokoh di beberapa bidang<br />

diantaranya Wali <strong>Kota</strong> Yogyakarta<br />

Haryadi Suyuti, Wali <strong>Kota</strong> Tangerang<br />

yang diwakili Kadishubkominfo<br />

dan Ahmad Mukhlis Yusuf selaku<br />

ang gota Kelompok Kerja Gerakan<br />

Revolusi Mental.<br />

Pada kesempatan tersebut, Illiza<br />

me nyampaikan penguatan nilai-nilai<br />

budaya dan kearifan lokal ikut<br />

membantu meningkatkan daya tarik<br />

pariwisata di <strong>Kota</strong> Banda Aceh. “Banyak<br />

wisatawan yang berkunjung ke kota kami<br />

karena ingin mengetahui dan merasakan<br />

pengalaman meng ikuti berbagai aktivitas<br />

budaya mau pun keagamaan.”<br />

“Di samping itu, kualitas pendidikan<br />

yang baik juga akan berdampak pada<br />

peningkatan mutu SDM dan layanan<br />

kesehatan yang akan menjadi sarana<br />

pendukung kepariwisataan di <strong>Kota</strong><br />

Banda Aceh,” sebut Illiza pada acara<br />

yang turut dihadiri oleh Menteri<br />

Pariwisata Arief Yahya yang bertindak<br />

sebagai keynote speech.<br />

Promosi Wisata Banda Aceh<br />

Sementara itu, sebelum sesi pre­<br />

Banyak wisatawan yang berkunjung<br />

ke kota kami karena ingin mengetahui<br />

dan merasakan pengalaman mengikuti<br />

berbagai aktivitas budaya mau pun<br />

keagamaan.<br />

sentasi, Illiza berkesempatan me ngadakan<br />

pertemuan singkat de ngan<br />

Menteri Pariwisata Arief Yahya.<br />

Kepada Menpar, Illiza me nyampaikan<br />

beberapa program pari wisata yang<br />

akan berlangsung di Banda Aceh pada<br />

tahun ini, antara lain Festival Kopi<br />

Internasional dan Rakernas Jaringan<br />

<strong>Kota</strong> Pusaka Indonesia (JKPI).<br />

“Tadi kami juga mengundang<br />

Bapak Menteri untuk menghadiri<br />

Rakernas JKPI yang akan berlangsung<br />

pada bulan Mei mendatang,<br />

dimana Banda Aceh menjadi tuan<br />

rumahnya. Beliau menyahuti akan<br />

7<br />

menjadwalkan agenda untuk dapat<br />

hadir pada acara tersebut,” kata Illiza.<br />

Hal lainnya, Illiza juga meminta<br />

dukungan dari Kemenpar RI untuk<br />

bantuan lighting Masjid Raya<br />

Baitur rahman dan pembangunan<br />

Museum Digital di Taman<br />

Bustanul Salatin (Taman Sari).<br />

“Alhamdulillah, permintaan itu<br />

juga disahuti positif oleh Pak<br />

Menteri, dan beliau menunggu<br />

DED Museum Digital dan besaran<br />

biaya yang dibutuhkan. Insya Allah<br />

akan segera kita follow up” pungkas<br />

Illiza•Hafid Junaidi<br />

Dok. Humas Pemko Banda Aceh<br />

WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> I / <strong>2016</strong>


8<br />

PEREMPUAN<br />

Foto: Kiki Nuryakin<br />

Pentingnya Partisipasi<br />

Perempuan<br />

dalam Pembangunan<br />

Wali <strong>Kota</strong> Banda Aceh<br />

Illiza Sa’aduddin Djamal<br />

menyebutkan partisipasi<br />

perempuan dalam pembangunan<br />

itu penting, terutama dalam tahap<br />

perencanaan kota. Seiring dengan<br />

meningkatnya keterlibatan perempuan,<br />

pembangunan kota juga<br />

semakin maju.<br />

Hal itu disampaikan Illiza saat<br />

membuka secara resmi Musyawarah<br />

Rencana Aksi Perempuan<br />

(Musrena) Regional I di Aula Kantor<br />

Camat Syiah Kuala, Kamis<br />

(18/2/<strong>2016</strong>). Musrena Regional<br />

I ini diikuti oleh ratusan peserta<br />

perwakilan dari Kecamatan Syiah<br />

Kuala, Kuta Alam, dan Ulee Kareng.<br />

“Musrena tahun ini merupakan<br />

yang kesembilan kali kita laksanakan,<br />

Kami menilai partisipasi perempuan<br />

di dalam pembangunan itu penting,<br />

terutama bagaimana kita melibatkan<br />

perempuan di dalam tahapan perencanaan,”<br />

sebut Illiza.<br />

Menurutnya, fokus usulan program<br />

dalam Musrena yang akan<br />

dibawa ke Musrenbang nantinya,<br />

tentu berbeda dengan aspirasi<br />

kaum laki-laki. “Perempuan itu<br />

lebih sensitif, telaten, sabar, dan<br />

adil terkait program-program yang<br />

diusulkannya,”<br />

Sehingga saat ini, sambung<br />

Illiza, program pembangunan<br />

Pem ko Banda Aceh termasuk salah<br />

satu yang terbaik di Indonesia.<br />

“Semenjak dilibatkankanya suara<br />

perempuan di dalam perencanaan<br />

kota, banyak sekali perkembangan<br />

kemajuan kota. Hari ini, partisipasi<br />

perempuannya juga semakin<br />

meningkat.”<br />

“Aceh itu dikenal karena kegigihan<br />

kaum perempuannya, dan<br />

perempuan Aceh memiliki kemampuan<br />

seorang pejuang. Kita<br />

akan terus berjuang untuk mengisi<br />

WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> I / <strong>2016</strong>


PEREMPUAN<br />

pembangunan kota kita tercinta,” kata<br />

Illiza seraya menyebutkan pentingya<br />

pembangunan SDM disamping<br />

pembangunan secara fisik.<br />

Menolak LGBT<br />

Terkait dengan fenomena Lesbian,<br />

Gay, Biseksual, dan Transgender<br />

(LGBT) yang akhir-akhir ini mencuat<br />

di Indonesia, Illiza menyatakan<br />

menolak keras keberadaan mereka.<br />

”Kami mendukung sikap MUI Pusat<br />

yang menyatakan komunitas ini<br />

bertentangan dengan konstitusi dan<br />

hukum agama,” katanya.<br />

“LGBT sudah difatwakan haram<br />

oleh MUI, dan ini perlu kita<br />

sosialisasikan kepada masyarakat luas.<br />

Pada dasarnya kita tidak membenci<br />

orang-orangnya, tapi prilaku mereka.<br />

Dan kita harus mengupayakan agar<br />

mereka kembali ke jalan Allah,”<br />

pungkas Illiza.<br />

Di tempat yang sama, Ketua DPRK<br />

Banda Aceh Arif Fadillah menilai<br />

pelaksanaan Musrena Regional I ini<br />

sebagai ritme baru pembangunan kota,<br />

Aceh itu dikenal karena ke gigihan kaum perempuannya,<br />

dan perempuan Aceh memiliki ke mampuan seorang<br />

pejuang. Kita akan terus berjuang untuk mengisi<br />

pembangunan kota kita tercinta<br />

dan menjadi tahapan penting untuk<br />

merumuskan rencana pembangunan<br />

2017.<br />

“Kami berharap, Musrena ini dapat<br />

memberi masukan yang konstruktif<br />

dalam perencanaan pembangunan<br />

kota ke depan. Selain usulan program<br />

di bidang infrastruktur, saya menyarankan<br />

untuk fokus pada pembangunan<br />

SDM perempuan Banda<br />

Aceh,” katanya.<br />

“Tidak ada artinya infrastruktur<br />

bagus, tapi perekonomian rakyat tidak<br />

terurus dengan baik. Baiknya,<br />

fokus ke satu program pembangunan<br />

eko nomi kerakyatan seperti home<br />

9<br />

industri. Program-program yang diusulkan<br />

juga harus mampu men dongkrak<br />

perekonomian gampong masingmasing.<br />

Ia juga mengajak kaum perempuan<br />

untuk terlibat aktif dalam memonitor<br />

penggunaan Alokasi Dana Gampong<br />

(ADG), karena ada porsi bagi kaum<br />

perempuan dalam ADG tersebut.<br />

“Diskusikan dengan keuchik agar<br />

pengalokasiannya benar-benar menyentuh<br />

kebutuhan kaum perempuan.<br />

Kami juga berkomitmen untuk<br />

men jaga usulan ibu-ibu semua pada<br />

pembahasan RAPBK 2017 mendatang,”<br />

sebutnya. Hafid Junaidi<br />

Foto: Kiki Nuryakin<br />

WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> I / <strong>2016</strong>


10 KERJASAMA<br />

Tindak Lanjut Pertemuan dengan Zekeriya Akcam<br />

Delegasi Banda Aceh<br />

Berangkat ke Turki<br />

Wali <strong>Kota</strong> Banda Aceh<br />

Hj Illiza Sa’aduddin<br />

Djamal SE bersama<br />

Ketua DPRK Arif<br />

Fadillah dan sejumlah anggota DPRK<br />

<strong>Kota</strong> Banda Aceh berkunjungan<br />

ke <strong>Kota</strong> Istanbul Turki. Illiza dan<br />

rombongan tiba di Bandara Ataturk<br />

Turki, Rabu (6/1/<strong>2016</strong>), dan langsung<br />

menggelar peretmuan dengan<br />

Walikota Istanbul, Kadir Topbas.<br />

Illiza mengungkapkan keberangkatan<br />

delegasi Banda Aceh ke<br />

Turki merupakan tindak lanjut<br />

dari pertemuan yang dilakukannya<br />

pada November 2015 lalu dengan<br />

Duta Besar Turki untuk Indonesia,<br />

Zekeriya Akcam di Banda Aceh.<br />

Pada pertemuan di Banda Aceh<br />

November tahun lalu, katanya,<br />

Zekeriya Akcam memandang perlu<br />

dilakukannya pertemuan lanjutan<br />

untuk membahas secara detail<br />

bidang-bidang kerjasama yang akan<br />

di jajaki Banda Aceh–Istanbul.<br />

“Beliau mengundang delegasi<br />

Banda Aceh ke Turki dengan membawa<br />

proposal yang konkrit untuk dibahas<br />

langsung dengan Pemerintah <strong>Kota</strong><br />

Istanbul,” ungkap Illiza megingat kembali<br />

pembicaraannya dengan Duta<br />

WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> I / <strong>2016</strong><br />

Besar Turki untuk Indonesia di Banda<br />

Aceh, November tahun lalu.<br />

Kata Zekeriya Akcam, dengan<br />

membawa proposal tersebut, pihak<br />

Turki dapat mempelajari Sehingga<br />

dapat menyiapkan formula atau<br />

lembaga yang tepat untuk membantu<br />

Banda Aceh nantinya.<br />

Atas dasar itu, lanjut Illiza, dirinya<br />

memgambil kebijakan bersama<br />

dengan pihak legislatif melakukan<br />

kunjungan ke Istanbul pada Januari<br />

<strong>2016</strong>. Bersama Illiza juga berangkat<br />

Foto: Dok. Humas Pemko Banda Aceh<br />

Iskandar Bakri yang merupakan<br />

fasilitator dan penghubung pihak<br />

Pemerintah Istanbul dengan pihak<br />

Pemko Banda Aceh.<br />

Illiza juga mengikutsertakan<br />

Dirut PDAM Tirta Daroy T Novizal<br />

Aiyub dalam rangka membahas<br />

kerjasama dibidang pengelolaan air<br />

bersih. Dari jajaran legislatif, ada<br />

beberapa anggota DPRK yang juga<br />

ikut serta, diantaranya Ketua DPRK<br />

Arif Fadillah, Ilmiza dan Sabri<br />

Badruddin. Afrizal Meukek<br />

Foto: Dok. Humas Pemko Banda Aceh


KERJASAMA<br />

Kerjasama Sister City<br />

Kunjungan Duta Besar Turki<br />

untuk Indonesia, Zekeriya<br />

Akcam, ke Banda Aceh<br />

dimanfaatkan Illiza untuk menjajaki<br />

peluang kerja sama sister city dengan<br />

“Untuk membicarakan kerjasama<br />

secara serius, Turki telah mengundang<br />

pihak Pemko Banda Aceh berkunjung<br />

kesana,” tambah Illiza.<br />

Kata Illiza, Banda Aceh<br />

bersama<br />

dengan<br />

11<br />

salah satu kota di Turki.<br />

“Kita akan mulai dari sesuatu<br />

yang mudah dulu, yang bisa langsung<br />

di implementasikan hingga kepada<br />

kerjasama yang menyeluruh,” kata<br />

Illiza usai bertemu dengan Zekariya di<br />

ballroom hotel Hermes Palace, Sabtu,<br />

14 November lalu.<br />

Dalam pertemuan singkat tersebut,<br />

Illiza dan Zekeriya berbicara tentang<br />

kemungkinan kerjasama Banda Aceh<br />

dan Turki di berbagai bidang, mulai soal<br />

air bersih, smart city, green city, hingga<br />

penguatan hubungan emosional antara<br />

Turki dan Banda Aceh.<br />

Kata Illiza, sebenarnya Turki dan<br />

Banda Aceh selama ini juga telah<br />

terlibat dalam programrehabilitasi dan<br />

rekontruksi Banda Aceh pascagempa<br />

dan tsunami 2004 lalu. Saat itu, katanya,<br />

Banda Aceh menerima dukungan dan<br />

bantuan yang luar biasa dari Turki dan<br />

masyarakatnya.<br />

Beberapa waktu lalu, lanjut Illiza,<br />

Pemerintah <strong>Kota</strong> Banda Aceh juga<br />

telah melakukan komunikasi dengan<br />

<strong>Kota</strong> Istanbul.<br />

komunitas<br />

perkotaan dunia (UCLG-ASPAC)<br />

telah menyatakan komitmen<br />

untuk membangun suatu kota yang<br />

berkelanjutan.<br />

“Saya berharap hubungan baik dan<br />

kerjasama yang lebih dekat dengan<br />

Turki dapat kembali membantu<br />

Banda Aceh berkembang dan tumbuh<br />

menjadi kota yang berkelanjutan,”.<br />

Sementara itu, Zekeriya Akcam<br />

mengaku sangat senang bisa datang ke<br />

Aceh karena dalam sejarahnya Turki<br />

memiliki hubungan yang cukup dekat<br />

dengan Aceh.<br />

“Hubungan antara Turki dan Aceh<br />

sudah berlangsung sejak 400 tahun<br />

yang lalu sekira abad ke-16,” Ujar<br />

Zekeriya.<br />

“Karenanya, kerja sama antara<br />

Banda Aceh dan Turki tentu dapat<br />

lebih mudah diwujudkan,” kata<br />

Zekeriya seraya mengungkapkan jika<br />

saat ini ia juga tengah mengumpulkan<br />

dokumentasi sejarah Aceh-Turki yang<br />

tersebar di berbagai belahan negara.<br />

Ia juga memandang perlu diadakan<br />

pertemuan lanjutan untuk membahas<br />

potensi<br />

kerja sama antara Banda Aceh dan Turki.<br />

Ia pun meminta Pemko Banda Aceh<br />

untuk menyusun suatu proposal yang<br />

memuat lebih konkret bidang-bidang<br />

yang berpotensi untuk dikerjasamakan.<br />

“Sehingga kami juga dapat menyiapkan<br />

formula atau lembaga yang tepat untuk<br />

membantu Banda Aceh nantinya,”<br />

pungkas Zekeriya.<br />

Turut hadir mendampingi Illiza<br />

pada pertemuan yang berlangsung<br />

satu jam itu antara lain Sekdako<br />

Banda Aceh Ir Bahagia Dipl SE, Staf<br />

Ahli Bidang Hukum dan Politik Ir<br />

T Iwan Kesuma, Kadinkes dr Media<br />

Yulizar MPh, Kepala BKPP Dra Emila<br />

Sovayana, Kepala DK3 Jalaluddin<br />

ST MT, Kepala DSI Mairul Hazami<br />

SE MSi dan Dirut PDAM T Novizal<br />

Aiyub. Afrizal Meukek<br />

WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> I / <strong>2016</strong>


12<br />

Mengajak<br />

Generasi Muda<br />

Tebarkan Kebaikan<br />

Lewat Media Sosial<br />

SYIAR<br />

Kita bisa berdakwa<br />

kebaikan-kebaikan<br />

Pastinya ini amal<br />

mengalir untuk kita s<br />

nge-like dan men-sh<br />

akan mendapatk<br />

Walikota Banda Aceh,<br />

Hj Illiza Sa’aduddin<br />

Djamal SE mengajak<br />

generasi muda untuk<br />

menebarkan kebaikan lewat Media Sosial<br />

(Medsos). Demikian kata Wali <strong>Kota</strong> saat<br />

membuka workshop social media for<br />

social good di Auditorium Politeknik<br />

Aceh, Gampong Pango Raya, Banda<br />

Aceh. Kegiatan ini diselenggarakan oleh<br />

Komunitas Earth Hour Aceh.<br />

“Twitter, kita (Indonesia) sebagai<br />

pengguna ketiga dan faceboook terbanyak<br />

keempat di dunia. Dan mayoritas<br />

digunakan oleh generasi muda. Ini bagus<br />

sekali untuk mengempanyekan semua<br />

hal positif lewat medsos,” ujar Illiza,<br />

Sabtu (13/6/<strong>2016</strong>).<br />

Menurut Illiza, sangat banyak halhal<br />

positif yang bisa didakwahkan<br />

lewat media sosial, baik lewat twitter,<br />

Instagram, fecebook, path, line dan<br />

lainnya.“Kita bisa berdakwah dan<br />

mensyiarkan kebaikan-kebaikan melalui<br />

medsos. Pastinya ini amal jariyah dan<br />

akan mengalir untuk kita selamanya.<br />

Nge-twit, nge-like dan men-share halhal<br />

positif itu akan mendapatkan amal<br />

jariyah,” ungkap sosok Wali <strong>Kota</strong> yang<br />

sangat aktif menggunakan instagram,<br />

facebook dan twitter ini.<br />

“Misalnya, kempanye hemat listrik,<br />

kempanye lebih sedikit gunakan plastik<br />

kan bisa dilakukan di medsos. Efeknya<br />

ke seluruh dunia bukan hanya di Banda<br />

Aceh saja,” tambah Illiza.<br />

Illiza juga meminta para generasi<br />

muda tidak menggunakan medsos untuk<br />

menjelek-jelekkan orang, menghujat<br />

dan bertengkar. “Kalau kebaikan yang<br />

ditebarkan akan mendapatkan amal<br />

jariyah, tapi kalau keburukan yang<br />

ditebarkan yang didapatkan sebaliknya.<br />

Jadi pilih pahala yang terus menerus atau<br />

dosa,” tanya Illiza.<br />

Sementara itu, Koordinator <strong>Kota</strong><br />

Earth Hour Aceh, Dedi Saputra Jalil<br />

me ngungkapkan workshop yang diikuti<br />

para pelajar ini digelar un tuk<br />

mengempanyekan bagaimana menggunakan<br />

medsos un tuk kegiatan-kegiatan<br />

yang positif di bidang lingkungan,<br />

pendidikan dan lain-lain.<br />

Work shop berlangsung selama dua<br />

hari, yakni 13 sampai dengan 14<br />

Februari•Afrizal Meukek<br />

WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> I / <strong>2016</strong>


SYIAR<br />

13<br />

h dan mensyiarkan<br />

melalui medsos.<br />

jariyah dan akan<br />

elamanya. Nge-twit,<br />

are hal-hal positif itu<br />

an amal jariyah<br />

WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> I / <strong>2016</strong>


14<br />

PEDULI<br />

Rehabilitasi Bagi<br />

Pecandu Narkoba<br />

Tanpa Proses Hukum<br />

Ada Syaratnya<br />

Para pecandu Narkoba di<br />

Indonesia dapat menjalani<br />

proses rehabilitasi tanpa<br />

diproses hukum dengan syarat<br />

harus dengan kesadaran atau kemauan<br />

sendiri. Rehabilitasi tidak berlaku bagi<br />

pecandu Narkoba yang ditangkap oleh<br />

aparat penegak hukum.<br />

Hal tersebut ditegaskan<br />

oleh Kepala Badan Narkotika<br />

Nasional (BNN) Provinsi Aceh<br />

Armensyah Thai dalam Sosialisasi<br />

Penyalahgunaan Narkoba bagi Remaja<br />

yang digelar di sebuah Warkop di<br />

kawasan Gampong Surien, Banda<br />

Aceh, Senin (15/2/<strong>2016</strong>).<br />

Turut hadir pada acara itu, Wali<br />

<strong>Kota</strong> Banda Aceh Illiza Sa’aduddin<br />

Djamal beserta sejumlah pejabat<br />

terkait, anggota DPRK Banda<br />

Aceh Ilmiza Sa’aduddin Djamal<br />

dan Irwansyah, tokoh masyarakat,<br />

pelajar/mahasiswa, serta ratusan<br />

warga setempat.<br />

“Jika datang ke BNN dengan<br />

sukarela atas kesadarannya<br />

sendiri dan minta direhab, maka<br />

para pecandu Narkoba akan kita<br />

rehabilitasi tanpa dituntut apa-apa.<br />

Namun bagi yang ditangkap oleh<br />

Jika datang ke BNN<br />

dengan sukarela atas<br />

kesadarannya sendiri<br />

dan minta direhab, maka<br />

para pecandu Narkoba<br />

akan kita rehabilitasi<br />

tanpa dituntut apaapa.<br />

Namun bagi yang<br />

ditangkap oleh polisi<br />

maupun BNN, mereka<br />

tetap akan kita proses<br />

secara hukum, ancaman<br />

penjaranya empat<br />

sampai lima tahun<br />

WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> I / <strong>2016</strong>


PEDULI<br />

polisi maupun BNN, mereka tetap<br />

akan kita proses secara hukum,<br />

ancaman penjaranya empat sampai<br />

lima tahun.”<br />

Menurutnya, Indonesia saat<br />

ini sudah masuk dalam kategori<br />

‘darurat’ Narkoba. “Berdasarkan<br />

survei, saat ini ada empat sampai<br />

lima juta pecandu Narkoba di<br />

Indonesia, dan 30 hingga 50 orang<br />

meninggal dunia setiap harinya<br />

karena Narkoba,” ungkapnya.<br />

Ia menambahkan, penyalahgunaan<br />

Narkoba terbanyak di Aceh adalah<br />

jenis Ganja dan Sabu-Sabu. “Ratarata<br />

orang pecandu itu sifatnya<br />

berubah menjadi pembohong, dan<br />

rentan terlibat tindakan kriminal<br />

seperti mencuri dan membunuh.<br />

Kecanduan Narkoba itu sangat sukar<br />

disembuhkan, dan walaupun sudah<br />

berhenti dapat saja terulang kembali.”<br />

“Kami sangat mengharapkan<br />

dukungan dari pemerintah untuk<br />

mengajak masyarakat berperan aktif<br />

dalam pemberantasan Narkoba di<br />

lingkungan masing-masing. Mari<br />

kita mulai dari sendiri sendiri dengan<br />

menjaga keluarga kita di rumah<br />

agar terhindar dari Narkoba. Pada<br />

kesempatan ini, kami juga mendorong<br />

pemerintah kabupaten/kota di Aceh<br />

untuk segara membentuk BNN di<br />

daerahnya,” pungkasnya.<br />

‘Tsunami Moral’<br />

Dalam acara yang dimoderatori<br />

oleh Abon Usman itu, Wali <strong>Kota</strong><br />

Illiza menyampaikan maraknya<br />

penyalahgunaan Narkoba di<br />

kalangan remaja akibat dari<br />

lemahnya iman yang diikuti dengan<br />

merosotnya akidah. “Kondisi hari<br />

ini sudah sangat meresahkan, lebih<br />

parah dari tsunami 2004 lalu yakni<br />

tsunami moral,” katanya.<br />

Dari 500 kasus yang ditangani oleh<br />

pihak Kejari Banda Aceh, ungkap<br />

Illiza, 300 kasus atau sekitar 70<br />

persennya terkait dengan Narkoba.<br />

“Soal bahaya Narkoba, saya yakin kita<br />

semua sudah tahu, dan rokok adalah<br />

‘pintu masuk’ bagi Narkoba. Bek<br />

gara-gara sibak rukok teuk, anak kita<br />

menjadi pecandu Narkoba,” kata Illiza<br />

seraya mengimbau kaum ayah untuk<br />

segera berhenti merokok agar tidak<br />

menjadi contoh yang buruk bagi<br />

anaknya hingga terjerumus ke dalam<br />

pusaran Narkoba.<br />

“Narkoba itu mengubah<br />

kepribadian anak-anak<br />

kita menjadi pemarah,<br />

pemurung, dan pemalas. Banda<br />

Aceh adalah rumah kita, dan tidak<br />

cukup hanya dengan satu orang<br />

15<br />

baik atau saleh yang berdakwah<br />

anti Narkoba. Kita harus bersamasama,<br />

bahu-membahu membangun<br />

generasi muda yang lebih baik.”<br />

Menurut Illiza, dalam<br />

penanganan masalah Narkoba,<br />

pemuda harus berada di garda<br />

terdepan. “Para pemuda harus<br />

peduli danmau menjaga gampongnya<br />

dari pengaruh Narkoba. Harus ada<br />

rasa memiliki terhadap kota kita ini,”<br />

Pemko Banda Aceh, sebutnya,<br />

sangat concern terhadap penanganan<br />

permasalahan Narkoba. Dan<br />

menyahuti permintaan BNN Aceh,<br />

pihaknya juga sudah menyiapkan<br />

lahan seluas 1.000 m² untuk<br />

pembangunan gedung BNNK di<br />

Banda Aceh. “Ini agar kita semua<br />

bisa lebih optimal dalam hal<br />

pemberantasan Narkoba di kota kita.”<br />

Sebelum mengakhiri pemaparannya,<br />

Illiza kembali mengingatkan para<br />

remaja akan bahaya Narkoba yang juga<br />

dapat menularkan HIV/AIDS. “Kami<br />

hanya bisa mengingatkan, hanya Allah<br />

yang bisa mengilhami. Sebagai langkah<br />

awal, mari kuatkan niat untuk terus<br />

memperbaiki diri,<br />

karena Allah sesungguhnya menyukai<br />

orang-orang yang bertaubat,” katanya.<br />

Di tempat yang sama, anggota<br />

DPRK Banda Aceh Ilmiza Sa’aduddin<br />

Djamal mengapresiasi Pemko Banda<br />

Aceh yang sudah menyiapkan lahan<br />

untuk pembangunan gedung BNNK.<br />

“Ini merupakan bentuk komitmen<br />

pemerintah, dan Banda Aceh harus<br />

menjadi role model bagi daerahdaerah<br />

lain,” katanya.<br />

Ia juga mengajak para pemuda<br />

untuk menjadi pageu gampong guna<br />

mengeliminir pengaruh Narkoba<br />

di <strong>Kota</strong> Banda Aceh. “Dalam waktu<br />

dekat kami juga akan mengadakan<br />

RDP dengan pemuda terkait<br />

pembahasan qanun gampong.<br />

Kami ingin pemuda mempunyai<br />

payung hukum agar dapat terlibat<br />

aktif dalam pemberantasan narkoba<br />

di gampong masing-masing,”<br />

pungkasnya•Hafid Junaidi<br />

WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> I / <strong>2016</strong>


16 PRESTASI<br />

Kemenpupera Apresiasi Pemko Banda Aceh<br />

Soal Penataan Kawasan Kumuh<br />

Kementerian Pekerjaan<br />

Umum dan Perumahan<br />

Rakyat (Kemenpupera) RI<br />

mengapresiasi Pemerintah<br />

<strong>Kota</strong> Banda Aceh yang sukses<br />

menjalankan sejumlah program guna<br />

mendukung pencapaian target universal<br />

akses pada 2019 mendatang. Salah<br />

satunya adalah keberhasilan di bidang<br />

penataan kawasan kumuh.<br />

Hal tersebut disampaikan langsung<br />

oleh Dirjen Cipta Karya Andreas<br />

Suhono kepada Wali <strong>Kota</strong> Banda Aceh<br />

Illiza Sa’aduddin Djamal saat keduanya<br />

bertemu di Gedung Kemenpupera,<br />

Jakarta, Rabu (17/02/<strong>2016</strong>). Illiza datang<br />

bersama Kadis PU Samsul Bahri,<br />

dan diterima oleh Andreas beserta<br />

jajajaranya di Ruang Rapat Dirjen Cipta<br />

Karya Kemenpupera.<br />

Dalam pertemuan itu, Illiza menyampaikan<br />

laporan terkait programprogram<br />

universal akses dan berbagai<br />

program lainnya yang telah dilakukan<br />

di Pemko Banda Aceh pada 2015 lalu.<br />

“Kami memohon bantuan pusat untuk<br />

penyempurnaan program-program<br />

uni versal akses seperti pembangunan<br />

distrik meter area (DMA) PDAM dan<br />

pengentasan daerah kumuh,” katanya.<br />

“Kami juga mengharapkan dukungan<br />

penuh dari Ditjen Cipta Karya untuk<br />

menyukseskan program 100-0-100<br />

(100% akses air minum-0%pemukiman<br />

kumuh-100% akses sanitasi) di <strong>Kota</strong><br />

Banda Aceh pada tahun <strong>2016</strong>,” sebut<br />

Illiza.<br />

Kepada Andreas, Illiza kembali<br />

melaporkan rencana pembangunan<br />

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)<br />

yang dananya bersumber dari APBN,<br />

dan akan dimulai pengerjaannya tahun<br />

ini juga.<br />

“Hal ini semua tentu tidak terlepas<br />

dari dukungan Kemenpupera kepada<br />

kota kecil kami. Untuk itu, kami<br />

mengucapkan terimakasih khususnya<br />

kepada Dirjen Cipta Karya atas bantuan<br />

yang telah diberikan selama ini,” ujarnya.<br />

Permohonan Wali <strong>Kota</strong> Illiza tersebut<br />

disambut positif oleh Andreas Suhono.<br />

Ia pun memuji Pemko Banda Aceh<br />

di bawah kepemimpinan Illiza yang<br />

berhasil mencapai target 100 persen<br />

dalam hal penataan pemukiman kumuh.<br />

Sementara untuk akses air bersih<br />

di Banda Aceh, berdasarkan data<br />

Kemenpupera sudah mencapai 95<br />

persen dan perpipaannya 60 persen.<br />

“Banyak kabupaten/kota lain yang tidak<br />

Dok. Humas Pemko Banda Aceh<br />

mampu mencapai target seperti yang<br />

kita harapkan. Bahkan ada yang nol<br />

persen,” ungkapnya.<br />

“Untuk itu kami sangat mengapresiasi<br />

<strong>Kota</strong> Banda Aceh atas keberhasilan<br />

pencapaian target 100 persen di<br />

tahun 2015. Sebagai perbandingan,<br />

<strong>Kota</strong> Bandung hanya mencapai target<br />

20 persen dalam program penataan<br />

kawasan kumuh,” ungkapnya lagi.<br />

Seperti diketahui, RPJMN 2015-2019<br />

mengamanatkan pada 2019 Indonesia<br />

harus bisa mencapai universal akses.<br />

Artinya, pada tahun tersebut setiap<br />

mayarakat Indonesia baik yang tinggal di<br />

perkotaan maupun kawasan perdesaan<br />

sudah memiliki akses 100 persen<br />

terhadap sumber air minum aman dan<br />

fasilitas sanitasi layak.<br />

Indikator 100 persen yang dimaksud<br />

ialah, 85 persen penduduk Indonesia<br />

mendapatkan layanan air minum yang<br />

memenuhi Standar Pelayanan Minimal<br />

(SPM) dan 15 persen memenuhi<br />

kebutuhan dasar. Sedangkan pencapaian<br />

universal akses di sektor sanitasi<br />

menargetkan 85 persen penduduk<br />

Indonesia mendapatkan layanan sanitasi<br />

yang memenuhi SPM yaitu pada sektor air<br />

limbah dan persampahan•Hafid Junaidi<br />

WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> I / <strong>2016</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!