Warta Banda Aceh EDISI III 2016
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> Model Kota Madani Edisi <strong>III</strong> <strong>2016</strong><br />
Ekonomi dan<br />
Syariat Islam<br />
Prioritas<br />
Pembangunan<br />
Kota<br />
Daerah<br />
yang<br />
Kumuh<br />
Jadi<br />
Terbuka<br />
11 Sekolah di <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong><br />
Terima Penghargaan<br />
Kemendikbud<br />
DANA DESA UNTUK<br />
KESEJAHTERAAN GAMPONG
2 SALAM REDAKSI<br />
| Edisi <strong>III</strong> <strong>2016</strong><br />
Urgensitas<br />
Pembangunan Moral<br />
Kita pantas mensyukuri beberapa<br />
tahun terakhir pemerintah semakin<br />
sadar arti pentingnya pembangunan<br />
di tingkat gampong (desa). Buktinya sejak<br />
2015 pemerintah telah mengkucurkan<br />
dana triliyunan rupiah untuk pemerataan<br />
pembangunan sampai ke pelosok-pelosok.<br />
Ini merupakan kesempatan emas bagi<br />
pemerintah gampong mendapatkan amanah<br />
mengelola dana yang tak kecil itu. Namun<br />
jangan pula pongah, sebab dana tersebut<br />
adalah uang dari rakyat untuk pembangunan<br />
rakyat itu sendiri, jika aparatur desa tidak<br />
benar-benar memanfaatkan dengan baik<br />
maka tidak ada kesempatan lain mem bangun<br />
desa sendiri.<br />
Meskipun keuchik (kepala desa) sebagai<br />
orang yang bertanggungjawab<br />
penuh atas dana ini sejatinya da lam<br />
membuat program tetap mengede pankan<br />
musyawarah dengan perangkatnya<br />
serta masyarakat. Misalnya apa pembangunan<br />
yang sangat mendesak dan<br />
apa yang bisa membawa manfaat<br />
banyak bagi warga. Jangan sampai sete<br />
lah dibangun fasilitas tapi tidak dimanfaatkan,<br />
jika ini terjadi maka pembanguan<br />
tersebut akan sia-sia.<br />
Selain itu, pembangunan tidak hanya<br />
berbentuk sarana dan prasarana<br />
saja, melainkan membangun moral<br />
ma syarakat juga sangat diperlukan.<br />
Sebagai contoh, dalam satu gampong<br />
masyarakat mengeluh buruknya ak<br />
ses jalan di gampong<br />
mereka. Lalu<br />
membuat rapat dan<br />
ke mudian mereka<br />
se pakat untuk membangun<br />
jalan yang<br />
bagus supaya mu dah<br />
dilalui setiap pengguna<br />
jalan.<br />
Karena jalannya<br />
sudah bagus, para<br />
pengguna jalan pun<br />
nge but-ngebutan<br />
di jalan, hingga menabrak anak-anak,<br />
orang tua bahkan mencelakai pengguna<br />
jalan lainnya. Akhirnya di jalan tersebut<br />
dibuat polisi tidur agar peng guna jalan<br />
tidak me ngemudi de ngan ke cepatan<br />
tinggi. Na mun yang perlu digarisbawahi,<br />
yang tadinya ingin jalan<br />
bagus agar nyaman saat<br />
berkenderaan, ta pi<br />
akhirnya jadi tidak nyaman<br />
karena sudah dibuat<br />
polisi tidur.<br />
Inilah salah satu contoh<br />
mengapa pembinaan<br />
moral itu diperlukan.<br />
Sehebat apapun pembangunan<br />
fisik jika tidak<br />
digunakan oleh orang<br />
bijak tentu fasilitas tersebut<br />
tidak memberi manfaat juga. Oleh<br />
sebab itu dengan adanya dana desa,<br />
bagian hasil pajak dan Alokasi Dana<br />
Gampong (ADG) mudah-mudahan<br />
masyarakat Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> semakin<br />
maju dan berakhlakul karimah. []<br />
Opini<br />
Membangun Gampong dengan Dana Desa<br />
Oleh : Mirza Fanzikri, S.Sos.I, M.Si<br />
SEJAK diberlakukan Undang-Undang<br />
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa,<br />
secara nasional, desa mendapat<br />
mandat dan kewenangan yang lebih<br />
besar untuk mengurusi pemerintahan dan<br />
pembangunannya sendiri dalam skala lokal<br />
desa. UU Desa juga mengatur tentang posisi,<br />
peran dan kewenangan desa yang lebih luas.<br />
Salah satu dampak terpenting dari UU Desa,<br />
yang mampu menjawab persoalan masyarakat<br />
secara langsung, adalah adanya kucuran dana<br />
desa yang mengalir hingga tingkatan desa.<br />
Dengan adanya dana desa, kini gampong<br />
(sebutan desa adat di kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>) hadir<br />
dengan wajah baru sebagai “arena” pelaksanaan<br />
program pembangunan dari pemerintah, tidak<br />
seperti dulu lagi yang hanya sebatas “lokasi”<br />
program pembangunan. Dengan begitu desa<br />
akan bisa menyelenggarakan pemerintahan,<br />
pembangunan pemberdayaan masyarakat<br />
sendiri secara penuh. Dengan kata lain,<br />
gampong akan menjadi subjek pembangunan<br />
bukan lagi sebagai objek.<br />
Mendapat mandat untuk mengurusi<br />
pemerintahan dan mengelola anggaran<br />
pembangunan dalam angkat milyaran rupiah<br />
bukan hal yang mudah, dan juga belum<br />
tentu sulit. Di Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>, ada banyak<br />
perangkat gampong yang diisi oleh mereka<br />
yang memiliki SDM yang mumpuni serta<br />
berpengalaman dalam mengelola keuangan<br />
negara. Namun, kita juga tidak boleh menutup<br />
mata bahwa ada pula yang masih minim<br />
pengalaman. Hal ini menjadi tantangan<br />
tersendiri bagi pemerintah kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong><br />
dalam membangun senergisitas dengan<br />
menumbuhkan semangat kebersamaan<br />
membangun kota dari gampong.<br />
Dana Desa<br />
Pelaksanaan dana desa pada tahun 2015<br />
lalu kiranya menjadi pengalaman berharga<br />
bagi pemerintahan kota dan pemerintahan<br />
gampong. Terdapat berbagai macam kendala<br />
yang menyebabkan penyerapan dana desa<br />
belum maksimal. Bahkan masih ada gampong<br />
yang tak sempat melakukan<br />
pencairan dana desa<br />
pada tahap akhir, karena<br />
keterlambatan masuknya<br />
transeferan dana desa ke<br />
rekening kas gampong. Hal<br />
ini menjadi maklum, karena<br />
tahun 2015 merupakan<br />
tahun pertama pelaksanaan<br />
dana desa secara nasional<br />
yang masih minim<br />
persiapan. Tapi, hal tersebut<br />
tidak boleh terulang. Harus<br />
ada perbaikan manajemen<br />
dan pengelolaan yang baik, agar pelaksanaan<br />
dana desa berjalan secara efektif dan efesien.<br />
Kini, di awal tahun <strong>2016</strong>, pemerintah<br />
gampong tengah disibukkan dengan berbagai<br />
kegiatan penyusunan perencanaan gampong<br />
dan dokumen perencanaan pembangunan<br />
seperti Rencana Pembangunan Jangka<br />
Menegah Gampong (RPJMG), Rencana<br />
Kerja Pemerintah Gampong (RKPG), dan<br />
Rancangan Anggaran Pendapatan dan<br />
Belanja Gampong (RAPBG) sebagai syarat<br />
untuk pencairan dana desa serta dana dari<br />
APBK dan pembagian restribusi pajak yang<br />
tertuang dalam APBG.<br />
Hingga akhir Maret, hampir belum<br />
ada gampong di Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> yang<br />
benar-benar telah menyelesaikan tahapan<br />
penyusunan perencanaan pembangunan.<br />
Apalagi di pertengahan Maret baru saja<br />
diberlakukan aplikasi Sistem Keuangan Desa<br />
(Siskeudes), yang mengharuskan RKPG<br />
dan RAPBG diiput melalui komputer secara<br />
paralel. Tentu butuh proses adaptasi yang<br />
memakan waktu hingga mingguan.<br />
Belum tuntasnya dokumen perencanaan<br />
pembangunan gampong tersebut membuat<br />
pembayaran honorarium aparatur gampong<br />
juga ikut tersendat. Karena mulai tahun<br />
ini segala honorarium aparatur gampong<br />
menjadi bagian dari APBG. Jika APBG belum<br />
disahkan dalam reusam gampong (perdes),<br />
maka pencairan dana gampong juga ikut<br />
terhambat. Ini menjadi<br />
persoalan baru yang butuh<br />
penanganan secara tepat<br />
dan cepat.<br />
Butuh koordinasi yang<br />
kuat antar stake holder di<br />
kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>, mulai<br />
dari tingkatan pemerintah<br />
kota, SKPK, pendamping<br />
desa, kecamatan, hingga<br />
pemerintah gampong. Selain<br />
membangun sinergisasi dan<br />
penyamaan persepsi, saling<br />
mempercayai dan saling<br />
menjaga peran dan tanggung jawab masingmasing<br />
stake holder adalah hal yang prinsipil.<br />
Pemerintah kota, Badan Pemberdayaan<br />
Masyarakat (BPM), DPKK, pihak kecamatan,<br />
pemerintah gampong, serta pendamping desa<br />
merupakan elemen penting yang memiliki<br />
peranan masing-masing yang sama-sama<br />
bertanggung jawab dalam pelaksanaan program<br />
dana desa ini. Kiranya kerja sama yang baik<br />
antar elemen ini terus terawat secara integral,<br />
agar pelaksanaan dana desa ini terlaksana<br />
secara efektif dan efesien.<br />
Prioritas Dana Desa<br />
Dalam pelaksanaan program dana desa,<br />
pengaturan prioritas penggunaan anggaran<br />
ditentukan oleh pemerintah pusat, dalam hal<br />
ini kementrian desa, pembangunan daerah<br />
tertinggal, dan transmigrasi (Kemendesa<br />
PDT) sebagai perpanjangan tangan presiden.<br />
Prioritas penggunaan dana desa tahun <strong>2016</strong><br />
telah diatur dalam Permendesa nomor 21<br />
tahun 2015 tentang prioritas penggunaan dana<br />
desa tahun <strong>2016</strong>. Dalam Pasal 4 Permendesa<br />
tersebut, secara umum disebutkan, prioritas<br />
penggunaan dana desa tahun ini diutamakan<br />
untuk mendanai program atau kegiatan di<br />
bidang pelaksanaan pembangunan desa dan<br />
pemberdayaan masyarakat desa.<br />
Pemerintahan gampong di Kota <strong>Banda</strong><br />
<strong>Aceh</strong> patut bersyukur. Secara umum, telah<br />
banyak sarana dan prasarana masyarakat<br />
sebagai kebutuhan dasar yang terpenuhi<br />
secara baik. Hanya butuh sedikit biaya<br />
perawatan dan pembinaan, agar sarana dan<br />
prasaran tetap terawat dan berjalan secara<br />
baik. Dengan demikian, pemanfaatan dana<br />
desa di bidang pemberdayaan masyarakat dan<br />
pengembangan potensi ekonomi gampong<br />
kiranya menjadi prioritas dalam penggunaan<br />
dana desa. Bentuk komitmen dari prioritas<br />
dapat dibuktikan dengan pengalokasian<br />
anggaran yang lebih banyak di kedua bidang<br />
tersebut.<br />
Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan<br />
potensi ekonomi gampong merupakan<br />
dua hal yang harus berjalan beriringan. Secara<br />
implementatif, pemberdayaan masyarakat<br />
bisa dilakukan dengan mengadakan pelatihan<br />
keahlian bagi masyarkat yang berkomitmen<br />
ingin berpartisipasi dalam pengelolaan Badan<br />
Usaha Milik Gampong (BUMG). Begitu juga,<br />
langkah kongkrit dari dari pengembangan<br />
ekonomi gampong adalah mendirikan BUMG<br />
yang potensial. yang mampu meningkatkan<br />
Pendapat Asli Gampong (PAG). Hal terpenting<br />
sebagai pertimbangan pendirian BUMG yaitu,<br />
BUMG harus berupa usaha yang mampu<br />
menyerap tenaga kerja dari masyarakat<br />
gampong sebanyak mungkin. Dengan demikian,<br />
selain mendapatkan PAG, BUMG juga<br />
berperan dalam meminimalisir pengangguran<br />
dan mewujudkan kemandirian masyarakat<br />
gampong.<br />
Dengan adanya dana desa, semoga partisipasi<br />
masyarakat dalam pembangunan semakin<br />
meningkat. Kiranya dengan pelaksanaan dana<br />
desa secara efektif, efisien, dan akuntabel,<br />
program ini menjadi akan rahmat bagi semua<br />
elemen masyarakat dan mampu mengantarkan<br />
kesejahteraan kepada masyarakat sampai di<br />
tingkat gampong. Semoga! []<br />
Penulis, Alumni Program Magister<br />
(S2) Perencanaan Pembangunan Wilayah<br />
dan Pedesaan, USU Medan, dan kini<br />
bekerja sebagai Pendamping Desa di<br />
Kecamatan Meuraxa, Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>.<br />
REDAKSI<br />
PENERBIT Bagian Humas Sekretariat Daerah Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> | PEMBINA Walikota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Daerah Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> | PENGARAH M. Nurdin, S.Sos |<br />
PEMIMPIN REDAKSI Wirzaini Usman Al-Mutiarai | REDAKTUR PELAKSANA Evi Marlina | RADAKTUR Mahdi Andela - Hayatullah Pasee | KONSULTASI HUKUM Mukhlis, SH | RE-<br />
PORTER Hafid Junaidi- Afrizal Meukek - Abi Qanita | STAF REDAKSI Musfa Gustiawaty, S.Sos - Syamsul Bahri, Yudhi Risman | FOTOGRAFER Irwansyah Putra S.Sos - Surya Mardiansyah-Tuwahed<br />
Lambada | LAYOUTER Mulyadi | Diterbitkan berdasarkan keputusan Walikota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> Nomor 55 Tahun 2011, Tanggal 28 Februari 2011<br />
Redaksi menerima tulisan berupa opini dan surat pembaca, sesuai dengan misi <strong>Warta</strong> <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>, kirimkan beserta foto copy tanda pengenal ke alamat redaksi: Bagian Humas Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>, Jalan T. Abu Lam U No 07, <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>.<br />
Email: bna.warta@gmail.com
| Edisi <strong>III</strong> <strong>2016</strong> INFO KOTA<br />
3<br />
Ekonomi dan Syariat Islam<br />
Prioritas Pembangunan Kota<br />
Pemahaman dan pengamalan Syariat<br />
Islam masih menjadi prioritas dan<br />
fokus pembangunan Pemerintah<br />
Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> ke depan.<br />
Pemerintah Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> menjadikan<br />
Syariat Islam sebagai komitmen dan<br />
mengevaluasi untuk penyempurnaan action<br />
plan penerapan Syariat Islam dalam seluruh<br />
aspek kehidupan warga di Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>.<br />
“Pemerintah Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> selalu<br />
memberikan perhatian dan dukungan<br />
konkrit terhadap berbagai program dan<br />
kegiatan ke arah pembangunan bidang<br />
Syariat Islam, baik terhadap kegiatan SKPK<br />
maupun lembaga lainnya,” kata Walikota<br />
<strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> Illiza Sa’aduddin Djamal<br />
saat membuka Musyawarah Perencanaan<br />
Pembangunan (Musrenbang) Rencana<br />
Kerja Pembangunan Kota (RKPK) <strong>Banda</strong><br />
<strong>Aceh</strong>, beberapa waktu lalu di Aula Madani,<br />
Lantai IV Balai Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>.<br />
Musrenbang <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> <strong>2016</strong> bertema<br />
“Perencanaan Pembangunan yang Partisipatif<br />
dengan Menjunjung Tinggi Nilai Kearifan Lokal<br />
yang Islami Demi Terwujudnya Model Kota<br />
Madani”. Tema Musrenbang tahun ini, sebut<br />
Illiza, sesuai dengan cita-cita masyarakat untuk<br />
mewujudkan <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> sebagai Model Kota<br />
Madani.<br />
“Mustahil walikota dan wakil walikota<br />
mewujudkan cita-cita tersebut tanpa partisipasi<br />
dan dukungan semua pihak. Mencapai<br />
kemadanian membutuh usaha bersama,<br />
modelnya terus kita kembangkan hingga<br />
<strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> menjadi Kota Madani yang<br />
tangguh dan modern.”<br />
Adapun prioritas pembangunan Kota<br />
<strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> selanjutnya adalah ekonomi<br />
kerakyatan dan penanggulangan kemiskinan,<br />
tata kelola pemerintahan yang baik dan<br />
reformasi birokrasi; pariwisata, seni dan<br />
budaya; pendidikan, pemuda dan olahraga;<br />
kesehatan; infrastruktur perkotaan berbasis<br />
bencana dan lingkungan hidup; serta<br />
pengarusutamaan gender.<br />
“Dalam musrenbang ini kita fokuskan<br />
pem bahasan perencanaan program pembangunan<br />
terhadap prioritas pembangunan<br />
tersebut. Se lain itu, Musrenbang ini ju ga<br />
diharapkan dapat menjembatani kepentingan<br />
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah<br />
Daerah dengan kepentingan masya<br />
Foto: Kiki Nuryakin<br />
Illiza Sa’aduddin Djamal saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan<br />
(Musrenbang) Rencana Kerja Pembangunan Kota (RKPK) <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>, Senin<br />
(28/3/<strong>2016</strong>) di Aula Madani, Lantai IV Balai Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>.<br />
rakat (bottom up-top down planning).”<br />
Pada kesempaan itu, Illiza juga mengingatkan,<br />
tantangan dan target pembangunan<br />
Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> semakin hari semakin<br />
besar. Isu-isu pembangunan berkelanjutan<br />
yang menjadi standar pembangunan kotakota<br />
di dunia terus meningkat. “Dan kita<br />
juga berupaya menyelaraskan diri mengejar<br />
standar tersebut.”<br />
“Tujuannya tidak lain agar kota kita beserta<br />
masyarakatnya menjadi lebih tang guh, lebih<br />
kuat, lebih cerdas, lebih sejahtera dan lebih<br />
dapat menerapkan nilai-nilai islami di dalam<br />
segala aspek kehidupan,” katanya lagi.<br />
Ia menambahkan, <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> saat ini telah<br />
bangkit kembali dan dikenal semakin baik oleh<br />
pihak luar. Bukan hanya di tingkat nasional<br />
namun juga di level internasional. Akses<br />
pihak luar ke <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> maupun sebaliknya<br />
semakin hari semakin baik dan membawa<br />
banyak pengaruh dan dampak positif.<br />
“Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> telah dicanangkan<br />
sebagai kota tujuan wisata islami dunia<br />
dan bertekad menerapkan konsep-konsep<br />
islamic smart city, resilient city, livable city,<br />
serta environmental city. Semua itu adalah<br />
PR besar kita bersama dalam menaikkan<br />
standar dan kualitas kota kita tercinta model<br />
kota madani ini,” katanya.<br />
Illiza kembali menegaskan perencanaan<br />
pembangunan yang dilaksanakan tiada artinya<br />
tanpa peran serta dan dukungan semua. “Bersatu<br />
kita teguh, bercerai kita runtuh. Pepatah tersebut<br />
tidak akan pernah gagal mengajarkan kita betapa<br />
kesatuan dan persatuan merupakan kunci sukses<br />
dalam membangun. Tanpa masyarakat tidak<br />
ada pemerintahan dan tanpa pemerintahan,<br />
masyarakat akan terbengkalai dan tercerai berai.”<br />
Islam, sebut Illiza, telah mengajarkan<br />
umat nya untuk bermusyawarah dan bermufakat<br />
demi mencapai kesepakatan bersama.<br />
“Dua kepala lebih baik daripada satu,<br />
dan tentunya 200 ribu warga kota akan dapat<br />
memberikan masukan yang lebih beragam dan<br />
mengakomodir segala permasalahan. Mudahmudahan<br />
seluruh warga kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> telah<br />
menuangkan seluruh ide dan pemikirannya<br />
melalui proses Musrenbang ini demi kemajuan<br />
kota kita tercinta,” pungkas Illiza.<br />
Sebelumnya di tempat yang sa ma, Sekretaris<br />
Bappeda M Ridha sela ku ketua pelaksana<br />
menyebutkan, Musrenbang merupakan forum<br />
antar pemangku kepentingan/stakeholder da lam<br />
menyelaraskan, mengklarifikasi, menajamkan,<br />
dan menyepakati prioritas pem bangunan kota.<br />
“Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan<br />
integrasi implementasi program dan<br />
kegiatan SKPK sesuai dengan RPJM Kota<br />
<strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> dengan RPJM Provinsi <strong>Aceh</strong><br />
serta sembilan agenda strategis (nawacita) pemerintahan<br />
pusat,” sebutnya.<br />
Dalam Musrenbang ini, sambungnya, para<br />
pihak akan mengklarifikasi usulan program dan<br />
kegiatan yang telah disampaikan masyarakat<br />
kepada pemerintah pada Musrenbang kecamatan<br />
sebelumnya.<br />
“Output yang diharapkan dalam kegiatan<br />
penting ini adalah kesepakatan<br />
tentang rumusan program dan kegiatan<br />
prioritas untuk penyempurnaan rancangan<br />
RKPK dan rancangan Rencana Kerja<br />
(Renja) SKPK 2017,” tutupnya seraya<br />
menyebutkan acara tersebut diikuti oleh<br />
sekitar 150 peserta yang tediri dari unsur<br />
Forkopimda, utusan kecamatan dan tokoh<br />
masyarakat. Hafid Junaidi<br />
Motivasi<br />
“Karena sesungguhnya sesudah<br />
kesulitan itu ada kemudahan.<br />
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada<br />
kemudahan.”<br />
***<br />
MENGELUH hanya merenggut<br />
semangat untuk melangkah.<br />
Mengeluh hanya mengekang<br />
rasa percaya diri. Mengapa bisa terjadi?<br />
Karena terlebih dahulu membayangi<br />
susah sebelum melakukan yang diren cana.<br />
Karena berkutat anggapan (bahkan yakin)<br />
kepada kemungkinan adanya hambatan<br />
besar, padahal belum benar-benar dilalui<br />
dengan persiapan diri serta antisipasi.<br />
Dalam mewujudkan rencana yang<br />
mencekoki diri seseorang mengata sulit<br />
sebelum bertindak hanya seringkali<br />
ang gapan pikirannya. Kata-kata tidak<br />
mung kin, susah, percuma, tidak menguntungkan,<br />
itulah ‘hantu-hantu’ kepe simisan<br />
diri. Belum lagi disuntik pe ngaruh<br />
Jangan Mengeluh<br />
Oleh: Riza Mulia S. Aw<br />
pihak luar yang menyusupi<br />
un tuk melemahkan semangat.<br />
Tentang pe ngaruh dari pihak<br />
luar ini saya pun per nah<br />
mengalami.<br />
“Dosen A itu orang nya<br />
payah, sering kali ‘menakutkan’<br />
selama belajar, pelit<br />
bahkan susah mendapati nilai<br />
bagus,” jelas beberapa kakak<br />
leting saat ka mi semester<br />
dua kuliah. Sebagai angkatan<br />
baru saya sendiri sempat<br />
terwarnai ang gapan itu. Namun entah lah,<br />
padahal ketika itu saya juga tidak begitu<br />
sependapat karena belum mengalami sendiri.<br />
Satu semester mela lui belajar mata<br />
kuliah B dengan Dosen A itu pun selesai,<br />
hampir ti dak pernah saya mendapati apa<br />
yang di katakan oleh beberapa kakak leting<br />
sewaktu itu. Puji Allah saya mendapati<br />
nilai A. Selang seminggu kemudian saya<br />
pun mendapati beberapa kakak<br />
leting tersebut semasa<br />
mengikuti mata kuliah dengan<br />
dosen A, hanya mendapati nilai<br />
tidak lebih baik dari cukup.<br />
Lantas benarlah satu ungkapan<br />
yang mengata, jika<br />
Anda berpikir bisa, insya Allah<br />
Anda bisa. Pun bila Anda<br />
berpikir tidak bisa, insya Allah<br />
Anda tidak bisa. Lihatlah<br />
lagi, pengeluh lebih banyak<br />
membeber banyak alasan ketimbang<br />
mencanangkan so lusi. Dan tak<br />
jarang pengeluh lebih mem besarkan<br />
harapan lain kepada yang tak dimiliki,<br />
sementara yang ada lazim tak ter perhati.<br />
Bukankah begitu?<br />
Persolan: Karena pun tak jarang harus<br />
mengalami, ma ka adakah cara mensiasati<br />
kelu han? Solusinya ikhlaslah. Ikhlas bukan<br />
berarti pasrah, tapi membesarkan hati untuk<br />
tetap teguh dengan positif. Mengeluh<br />
tanda keingkaran kecil terhadap rencana<br />
Tuhan. Buktinya? Karena cepat se kali<br />
mengambil keputusan sebelum benarbenar<br />
akan diterjadikan. Adapun ikhlas<br />
mencoba mengayomi diri untuk lebih<br />
cer das dan bijak, maka apapun yang<br />
terjadi sudah benar-benar berupaya mema<br />
hami takdir-Nya.<br />
Ingatlah kita. Selama mempertahankan<br />
anggapan sulit, maka selama<br />
itu juga niat untuk melangkah tak pernah<br />
mudah ter wujud. sementara tak sedikit<br />
orang yang melawan dengan dahulu<br />
membuktikan sete lah itu nyatanya jauh<br />
lebih dimudahkan. Hentikan mengambil<br />
kesimpulan sebelum ter jadi, karena<br />
itu hanya menambah kekhawatiran<br />
apapun. Lalui saja dan cobalah untuk<br />
menciptakan win-win solution.<br />
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan<br />
itu ada kemudahan. Sesungguhnya<br />
sesudah kesulitan itu ada kemudan.<br />
Maka apabila kamu telah selesai<br />
(dari satu urusan), kerjakanlah dengan<br />
sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”<br />
(QS. Alam Nasyrah: 5-7). [Nobel]
4 LAPORAN UTAMA<br />
| Edisi <strong>III</strong> <strong>2016</strong><br />
Dana Desa untuk<br />
Kesejahteraan Gampong<br />
Ir. Zulkifli Syahbuddin, MM<br />
Kepala Badan Pemberdayaan Masya rakat (BPM)<br />
Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong><br />
Pertama dalam sejarah, Pemerintah<br />
Gampong (Desa) di<br />
selu ruh Indonesia diberikan<br />
wewenang mengelola dana yang<br />
be gitu besar. Begitu juga di Kota <strong>Banda</strong><br />
<strong>Aceh</strong> setiap gampong mendapatkan alokasi<br />
dana hingga Rp 1 milyar lebih pada<br />
tahun ini. Dana tersebut masing-masing<br />
berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja<br />
Negara (APBN) yang disebut Dana Desa,<br />
dari Anggaran Pendapatan Belanja Kabupaten/Kota<br />
(APBK) disebut Alokasi Dana<br />
Gampong (ADG) serta bagian hasil pajak<br />
dan retribusi daerah.<br />
Lambaro Skep menjadi gampong dengan<br />
penerimaan dana terbesar pada tahun <strong>2016</strong><br />
ini yang mencapai Rp. 1,3 Milyar. Sedangkan<br />
gampong Ulee Pata men dapatkan alokasi<br />
terendah yaitu se besar Rp. 951 juta.<br />
Besar-kecilnya anggaran yang diterima<br />
gampong ditentukan melalui pembagian<br />
dengan menggunakan rumus-rumus tertentu,<br />
seperti indeks kesulitan daerah dan<br />
tingkat kemiskinan di gampong tersebut.<br />
Misalnya pembagian dana desa, 90<br />
persen dari dana yang berasal dari APBN<br />
ini dibagi rata kepada seluruh gampong,<br />
sedangkan 10 persen lainnya dibagi sesuai<br />
rumus, kemudian ADG, pengalokasiannya<br />
60 persen dibagi rata dan 40 persen sesuai<br />
rumus, begitu juga bagi hasil pajak dan<br />
retribusi daerah, 70 persen bagi rata dan<br />
30 persen menggunakan rumus.<br />
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat<br />
(BPM) Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> Ir. Zulkifli<br />
Syahbuddin, MM menjelaskan, tahun ini<br />
total dana desa yang diterima Kota <strong>Banda</strong><br />
<strong>Aceh</strong> mencapai Rp. 55,8 Milyar, meningkat<br />
hingga dua kali lipat dibandingkan tahun<br />
2015 yaitu sebesar Rp. 24 Milyar.<br />
Gampong Peuniti mendapatkan alokasi<br />
terbesar pada tahun ini, yaitu mencapai<br />
Rp. 706 juta, sedangkan Gampong Ulee<br />
Pata terendah yaitu Rp. 594 juta.<br />
Selanjutnya Alokasi Dana Gampong<br />
(ADG) tahun ini mencapai Rp. 38 Milyar angka<br />
ini meningkat cukup tajam dibandingkan<br />
tahun 2015 yang angkanya mencapai Rp. 9<br />
Milyar. Lambaro Skep mendapatkan alokasi<br />
terbesar mencapai Rp. 670 juta, dan gampong<br />
Lampaloh mendapatkan alokasi terendah<br />
yaitu sebesar Rp. 331 Milyar.<br />
Kemudian tahun ini Pemerintah kota<br />
juga mulai mendistribusikan bagi hasil<br />
pajak dan retribusi daerah ke gampong-<br />
Pembangunan parit dii salah satu gampong di Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>.<br />
gampong dengan alokasi mencapai. Rp. 2,<br />
8 Milyar. Alokasi tertinggi diberikan kepada<br />
gampong Kampung Baru sebesar Rp. 79 juta<br />
dan terendah gampong Alue Deah Teungoh<br />
sebesar Rp. 21 juta.<br />
“Dalam pelaksanaannya Pemko <strong>Banda</strong><br />
<strong>Aceh</strong> telah mengeluarkan sejumlah regulasi<br />
dalam bentuk peraturan walikota, serta<br />
ada Permendes dan Permendagri untuk<br />
dipedomani,”ujar Zulkifli.<br />
Pihaknya berharap pengelolaan da na yang<br />
diterima oleh masing-ma sing gampong tersebut<br />
dilakukan se ca ra transparan dan diketahui<br />
oleh se luruh lapisan masyarakat. Kemudian<br />
pengelolaannya harus bagus dan sesuai dengan<br />
yang direncanakan, serta laporan perencanaan<br />
dan keuangannya harus ditem pel sehingga<br />
semua masyarakat bisa memantau.<br />
Dana Desa<br />
Zulkifli menyebutkan penggunaan dana<br />
desa harus bedasarkan Peraturan Menteri<br />
Desa (Permendes) 21 Tahun 2015 serta<br />
Peraturan Walikota Nomor 2 Tahun <strong>2016</strong>.<br />
Dalam Permendes 21 Tahun 2015<br />
dijelaskan bahwa dana desa diperuntukkan<br />
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat<br />
gampong dan kualitas hidup manusia<br />
serta penanggulangan kemiskinan.<br />
Prioritas penggunaan dana desa di arahkan<br />
untuk pelaksanaan program dan kegiatan<br />
pembangunan gampong se perti sarana dan<br />
prasarana fisik untuk penghidupan, sarana<br />
prasarana kesehatan masyarakat, sarana<br />
prasarana pendidikan, sosial dan budaya,<br />
sarana prasarana produksi dan distribusi,<br />
sarana dan prasarana energi terbarukan serta<br />
kegiatan pelestarian ling kungan hidup.<br />
“Dalam perencanaannya dana desa<br />
mem pertimbangkan dan menyesuaikan de <br />
ngan tipologi gampong dan bedasarkan<br />
tingkat kemajuan gampong seperti gampong<br />
tertinggal atau sangat tertinggal, gampong<br />
berkembang dan gampong maju atau mandiri,”lanjutnya.<br />
Lebih lanjut Zulkifli menjelaskan penggunaan<br />
dana desa selain diperuntukkan bidang<br />
pembangunan gampong juga difo kuskan<br />
untuk pemberdayaan masyarakat gampong<br />
seperti peningkatan investasi eko nomi<br />
gampong melalui pengadaan, pe ngembangan<br />
atau bantuan alat produksi, permodalan dan<br />
peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan<br />
pemagangan.<br />
“Begitu juga dukungan untuk kegiatan<br />
ekonomi, baik yang dikembangkan oleh<br />
BUMG atau BUMG bersama, maupun<br />
oleh kelompok atau lembaga ekonomi<br />
masyarakat gampong,”ujarnya.<br />
Alokasi Dana Gampong<br />
Zulkifli menyebutkan alokasi dana<br />
gampong yang berkisar antara 331 juta-<br />
670 juta pergampong digunakan untuk<br />
gaji keuchik dan aparatur gampong,<br />
pembangunan gampong dan pemberdayaan<br />
masyarakat gampong.<br />
“Kalau ADG semuanya disitu, mulai<br />
dari operasional perkantoran, Operasional<br />
Tuha Peut, dan sebagainya. Juga untuk<br />
bidang pembangunan gampong seperti<br />
kegiatan pemeliharaan sarana prasarana<br />
ibadah, kantor desa, prasarana kesehatan,<br />
prasarana pendidikan bahkan pelestarian<br />
lingkungan hidup,”lanjutnya.<br />
Bagian Retribusi Pajak<br />
Bagian hasil pajak dan retribusi daerah<br />
baru dialokasikan mulai tahun <strong>2016</strong> ini,<br />
gampong di Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> akan menerima<br />
sebesar Rp. 21 juta -79 juta per gampong.<br />
Pemanfaatan dan penggunaan dana<br />
ini juga hampir sama dengan ADG seperti<br />
untuk membiayai penyelenggarakan pemerintahan,<br />
pelaksanaan pembangunan dan<br />
pemberdayaan masyarakat gampong.<br />
Gaji Keuchik Naik<br />
Sehubungan dengan semakin banyaknya<br />
dana yang dikelola oleh gampong tentu akan<br />
semakin berat juga beban aparatur gampong.<br />
Atas pertimbangan itu Pemerintah Kota<br />
<strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> menaikkan gaji Keuchik dan juga<br />
aparatur gampong pada tahun ini.<br />
Gaji keuchik dari sebelumnya sebesar<br />
Rp. 1,5 juta kini menjadi Rp. 2 juta, begitu<br />
juga Sekdes menjadi Rp. 1, 5 juta, kemudian<br />
Kaur/Kasie/Kadus dan staf bendahara<br />
menjadi 1,1 juta. Angka tersebut belum<br />
termasuk tunjangan.<br />
Walikota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> Hj. Illiza Sa’aduddin<br />
Djamal, SE saat mengumumkan kenaikan<br />
gaji keuchik dan aparatur gampong berharap,<br />
kenaikan gaji ini menjadi motivasi tersendiri<br />
sehingga pelayanan masyarakat di gampong<br />
menjadi lebih baik ke depan. Abi Qanita<br />
Dana desa/ APBN tahun <strong>2016</strong> Rp. 55.864.119.000<br />
Tertinggi Gampong Peuniti Rp. 706.665.181,<br />
Terendah Gampong Ulee Pata Rp. 594.313.077.<br />
ADG/APBK tahun <strong>2016</strong> Rp. 38.407.220.440,<br />
Tertinggi Lambaro Skep Rp. 670. 638. 966,<br />
Terendah Lampaloh Rp. 331. 862. 888.<br />
Bagian Hasil Pajak dan<br />
Retribusi Daerah Tahun <strong>2016</strong> Rp. 2.800.000.000,<br />
Tertinggi Kampung Baru Rp. 79.234.109<br />
Terendah Alue Deah Teugoh Rp. 21. 626. 914.<br />
Foto: istimewa
| Edisi <strong>III</strong> <strong>2016</strong> MEREKA BICARA<br />
5<br />
Bagi gampong, dana desa itu seperti durian runtuh, pasalnya dana yang dikelolanya tidak sedikit sehingga perlu<br />
benar-benar transparan dan efektif. Berikut pendapat mereka.<br />
Semua Program Harus<br />
Dimusyawarahkan<br />
Terkait dengan pengalokasian<br />
dana desa dalam dua tahun<br />
terakhir, Kami dari DPR<br />
Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> mengharapkan<br />
kepada penyelenggara gampong<br />
khususnya para keuchik dan<br />
perangkat gampong agar dana desa<br />
ini betul-betul disalurkan pada<br />
kegiatan yang memang dibutuhkan<br />
oleh gampong dan tepat sasaran.<br />
Dalam pelaksanaannya kami<br />
meng harapkan jangan sampai<br />
menim bulkan masalah kemudian<br />
hari, jangan sampai ada keuchik<br />
atau perangkat gampong harus<br />
berhadapan dengan penegak<br />
hukum.<br />
Oleh karena itu kami berharap<br />
agar para keuchik di gamponggampong<br />
agar berkominukasi dan<br />
bermusyawarah dengan semua<br />
perangkat desa dan masyarakat,<br />
sehingga semua program dan<br />
kegiatan bisa diterima oleh<br />
masyarakat itu sendiri, dan<br />
keuchik punya pegangan bahwa<br />
programnya telah disepakati dan<br />
disetujui oleh seluruh pihak yang<br />
ada di gampong.<br />
Apapun keputusan yang<br />
dihasilkan adalah kesepakatan<br />
masyarakat di gampong, jangan<br />
sampai keuchik jalan<br />
sendiri, masyarakat<br />
jalan sendiri, nanti<br />
akan muncul fitnah<br />
dan macammacam.<br />
Makanya saya<br />
rasa dan perlu<br />
saya ingatkan<br />
dalam<br />
pengelolaan<br />
dana yang cukup<br />
besar ini<br />
agar betulbetul<br />
hatisekali.<br />
hati<br />
Ilmiza Sa’aduddin Jamal<br />
Ketua Komisi A DPRK <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong><br />
Daerah yang Kumuh<br />
Jadi Terbuka<br />
Nurdiansyah Yusuf<br />
Keuchik Lambaro Skep Kuta Alam<br />
<strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong><br />
Pengalaman tahun 2015<br />
lalu, setelah dana desa dan<br />
dana ADG kami terima<br />
maka kami bersama tokoh-tokoh<br />
masyarakat, unsur pemuda<br />
bermusyawarah,<br />
kemana kita guna<br />
dana ini.<br />
Setelah itu<br />
kita membuat<br />
program yang<br />
disepakati<br />
oleh Tuha Peut<br />
Gampong<br />
(TPG) baru kita ajukan<br />
ke BPM, nanti<br />
disana<br />
akan koreksi<br />
kembali, dan<br />
Alhamdulillah<br />
pada tahun<br />
2015 lalu apa yang kita<br />
rencanakan dengan izin Allah bisa<br />
terlaksana dengan baik, tidak ada<br />
proyek fiktif.<br />
Dalam perencanaannya kita libatkan<br />
semua, misalnya pembangunan di<br />
dusun maka kepala dusunnya kita<br />
libatkan, kemudian pembangunan untuk<br />
keperluan pemuda seperti lapangan bola<br />
maka pemudanya kita libatkan, begitu<br />
juga dengan kegiatan yang lain.<br />
Dan Alhamdulillah dengan adanya<br />
dana tersebut sudah terlihat hasilnya,<br />
seperti ada salah satu dusun ditempat<br />
kami yang dulu terkesan kumuh, kini<br />
setelah kita buat jalan dengan bagus<br />
maka sudah jauh dari kesan kumuh.<br />
Nah bagaimana untuk tahun <strong>2016</strong><br />
ini?, tahun ini dana kami terima lebih<br />
besar dari tahun 2015 bahkan paling<br />
besar diantara gampong-gampong<br />
lain di <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> yaitu mencapai<br />
Rp. 1,3 Milyar, didalamnya sudah<br />
termasuk dana desa, ADG dan bagi<br />
hasil retribusi.<br />
Bukan senang kita semakin besar<br />
kita terima ini tapi ini semakin besar<br />
tanggungjawab, maka kita mencoba<br />
untuk bekerja lebih maksimal agar<br />
dana itu termanfaatkan dengan baik<br />
apa yang akan kita laksanakan. Dalam<br />
penggunaannya tentu kami ikuti sesuai<br />
mekanisme yang ada.<br />
Realisasinya Cukup Memuaskan<br />
Alhamdulillah kalau untuk realisasi<br />
dana gampong baik yang<br />
berasal dari dana desa maupun<br />
Alokasi Dana Gampong ( ADG) pada<br />
tahun 2015 lalu di tempat kita sangat<br />
memuaskan.<br />
Keterlibatan tuha peuet dan masyarakat<br />
betul-betul sudah ada sejak perencanaan<br />
hingga pelaksanaan program. Tuha peuet<br />
sendiri juga sebagai pelaksana di lapangan<br />
artinya terlibat langsung dalam kegiatan.<br />
Kami tentu sangat mengharapkan agar<br />
kita bersama keuchik bisa terus bersinergi<br />
dan solid, apalagi ke depan ini dana yang<br />
kita terima lebih besar, mencapai 1 Milyar<br />
lebih.<br />
Kalau selama ini semua kegiatan<br />
yang berkaitan dengan program dana<br />
desa diketahui oleh tuha peuet, apalagi<br />
sekarang tuha peuet juga sudah ada<br />
sedikit tunjangan, kalau dulu memang<br />
tidak ada sama sekali.<br />
Jadi kita melihat dana ini memang<br />
sangat bagus, namun kita tetap harus<br />
berhati-hati, bahkan kita juga wanti-wanti<br />
pak keuchik agar tidak bermasalah dengan<br />
hukum kemudian hari.<br />
Kalau terkait dengan dana yang akan<br />
kami terima tahun <strong>2016</strong>, memang kami<br />
dari pihak gampong sudah beberapa kali<br />
rapat dan sudah menyusun Rencana Kerja<br />
Pembangunnan Gampong (RKPG), dan<br />
Alhamdulillah sekarang sedang disusun<br />
kembali dari seluruh usulan masyarakat,<br />
karena dalam penyusunan kita libatkan<br />
semua.<br />
Teuku Amiruddin<br />
Tuha Peuet Gampong Seutui
6 PENDIDIKAN<br />
| Edisi <strong>III</strong> <strong>2016</strong><br />
Karena UN Jujur<br />
Foto: Surya Mardiansyah<br />
Walikota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>, Illiza Sa’aduddin Djamal<br />
menyerahkan penghargaan dari Kemendikbud<br />
RI kepada 11 sekolah yang melaksanakan Ujian<br />
Nasional dengan jujur pada 2015.<br />
11 Sekolah di <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> Terima<br />
Penghargaan Kemendikbud<br />
Setiap kejujuran pasti mendapat<br />
balasan yang setimpal. Seperti<br />
halnya Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>, karena<br />
melaksanakan Ujian Nasional (UN)<br />
secara jujur, maka 11 sekolah raih penghargaan<br />
dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan<br />
(Kemendikbud) Republik Indonesia.<br />
Sekolah-sekolah yang memperoleh penghargaan<br />
tersebut dinilai memiliki integritas<br />
dalam penyelenggaraan UN 2015 lalu. Ke 11<br />
sekolah tersebut masing-masing, SMA Negeri<br />
10 Fajar Harapan, SMA Negeri 3 <strong>Banda</strong><br />
<strong>Aceh</strong>, SMA Negeri 4 <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>, SMA Fatih<br />
Bilingual School, SMA Laboratorium Unsyiah,<br />
SMK Negeri 1 <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>, SMK Negeri 2<br />
<strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>, SMK Negeri 5 <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>, SMP<br />
Negeri 19 Percontohan, SMP IT Nurul Islah<br />
dan SMP Methodist.<br />
Penghargaan dari Mendikbud untuk 11<br />
Seko lah itu diserahkan Walikota Ban da <strong>Aceh</strong>, Hj<br />
Illiza Sa’aduddin Djamal SE, kepada masingmasing<br />
Kepala Se ko lah, saat apel gabungan<br />
PNS Pem ko <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> Senin (04/04).<br />
11 SEKOLAH PENERIMA PENGHARGAAN<br />
SEKOLAH BERINTEGRITAS<br />
1. SMAN 10 Fajar Harapan<br />
2. SMAN 3<br />
3. SMAN 4<br />
4. SMA Fatih Bilingual School<br />
5. SMA Laboratorium Unsyiah<br />
6. SMKN 1<br />
7. SMKN 2<br />
8. SMKN 5<br />
9. SMP 19 Percontohan<br />
10. SMP IT Nurul Islah<br />
11. SMP Methodist<br />
Da ri 11 se kolah berintegritas di <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>,<br />
SMA Negeri 10 Fajar Harapan dan SMP<br />
Negeri 19 Percontohan merupakan dua<br />
sekolah yang memiliki Indeks Integritas<br />
Ujian Nasional (IIUN) amat baik.<br />
SMAN 10 Fajar Harapan meraih 93,56<br />
sementara SMPN 19 Percontohan meraih<br />
angka 95,13. Angka IIUN kedua sekolah ini<br />
jauh berada di atas rata-rata IIUN Nasional,<br />
yakni 63,28.<br />
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan<br />
Olahraga Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>, Syaridin, M. Pd<br />
mengatakan IIUN diberikan karena sekolah<br />
tersebut dinilai memiliki kejujuran dalam<br />
penyelenggaraan Ujian Nasional. Semakin<br />
tinggi indeks yang dimiliki maka semakin<br />
tinggi tingkat kejujuran sekolah dalam<br />
penyelenggaraan UN.<br />
“Penilaian dilakukan langsung oleh pi hak<br />
Kemendikbud RI tanpa sepenge tahuan kita,<br />
Penilaiannya sangat independen, jadi kita<br />
tidak bisa minta agar nilai kita ba gus,”ujarnya.<br />
Syaridin menjelaskan pihak Kemendikbud<br />
menilai integritas dari hasil UN<br />
tahun 2015 yang dikerjakan siswa sehingga<br />
diperoleh 11 sekolah yang dinilai jujur.<br />
Pihaknya berharap pada tahun ini akan<br />
semakin banyak sekolah yang mendapatkan<br />
penghargaan tersebut.<br />
“Dengan adanya penilaian ini kita berharap<br />
bisa memacu sekolah-sekolah lainnya,<br />
khususnya kepala sekolah agar mampu<br />
menjadi sekolah-sekolah yang melaksanakan<br />
ujian dengan jujur,” lanjutnya.<br />
Kejujuran Sulit Diukur<br />
Terkait dengan metode yang digunakan<br />
dalam melakukan analisis indeks integritas,<br />
ada dua jenis kecurangan yang menjadi<br />
perhatian, yaitu kecurangan individual dan<br />
kecurangan massal. Kecurangan individu<br />
dilakukan dengan melihat jawaban teman<br />
di dalam satu ruang. Kecurangan massal<br />
terjadi di ruangan dengan dibantu pihak<br />
lain, termasuk pengawas. Dari dua jenis<br />
kecurangan ini, yang sering terjadi adalah<br />
kecurangan massal.<br />
Untuk melakukan analisis kecurangan,<br />
ada dua metode, yaitu pairwise comparison<br />
dan metode kumulatif. Pada metode pertama,<br />
analisis dilakukan dengan membandingkan<br />
satu individu dengan indiviodu lainnya. Pada<br />
metode kedua, analisis dilakukan dengan<br />
menganalisa keseragaman pola jawaban yang<br />
salah dalam satu sekolah. Kejujuran sulit<br />
diukur, tetapi kecurangan bisa diukur.<br />
Berprestasi Saja Tidak Cukup<br />
Sementara sebelumnya saat menyerahkan<br />
penghargaan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan<br />
(Kemendikbud) RI Anies Baswedan<br />
mengapresiasikan kepada sekolah yang<br />
memiliki integritas dalam penyelenggaraan<br />
Ujian Nasional (UN) terbaik se-Indonesia.<br />
Ia mengharapkan penghargaan itu dapat<br />
memotivasi para kepala sekolah yang lain<br />
untuk meningkatkan integritas dalam pelaksanaan<br />
UN.<br />
“Mulai sekarang, kita harus mengubah<br />
pola pikir dan cara pandang kita bahwa<br />
berprestasi saja tidak cukup, harus diikuti<br />
dengan integritas yang tinggi. Oleh<br />
karena itu yang mendapatkan anugerah<br />
adalah mereka yang memiliki integritas<br />
tinggi”,ujarnya. Abi Qanita
| Edisi <strong>III</strong> <strong>2016</strong> LAPORAN KHUSUS<br />
7<br />
Mengenal Lebih Dekat Hutan Kota BNI<br />
Menjadi Objek Penelitian<br />
Bertema Lingkungan<br />
Tak ada salahnya, jika Anda ke Kota<br />
<strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> menyempatkan diri<br />
sejenak menyambangi Hutan Kota<br />
BNI milik pemeritah Kota <strong>Banda</strong><br />
<strong>Aceh</strong>. Tempat ini sengaja didesain sedemikian<br />
rupa dan ditanami berbagai macam jenis<br />
tumbuhan, sehingga menyimpan pesona<br />
tersendiri bagi pengunjung.<br />
Hutan Kota ini dibangun pada 2010<br />
di atas lahan seluas kurang lebih 7 hektar.<br />
Lokasinya tidak jauh dari pusat Kota <strong>Banda</strong><br />
<strong>Aceh</strong>, sekitar 6 kilo meter atau lebih kurang<br />
Gerbang Hutan Kota<br />
Foto: Hayatullah Pasee<br />
10 menit perjalanan dengan kenderaan<br />
bermotor, tepatnya di Gampong Tibang.<br />
Taman ini lahir berkat kerjasama<br />
Yayasan Bustanussalatin, PT. BNI 46<br />
Persero dan Pemerintah Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong><br />
melalui Dinas Kebersihan dan Keindahan<br />
Kota yang berkomitmen ingin menjadi<br />
<strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> sebagai kota hijau.<br />
Hutan Kota BNI Tibang <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong><br />
dirancang menjadi sebuah hutan yang<br />
memiliki keseimbangan antara nilai ekologis<br />
dan nilai sosial budaya. Dari lahan kosong,<br />
lokasi tersebut disulap menjadi taman favorit<br />
bagi kawula muda di sore hari.<br />
Lebih dari 110 spesies pohon dan<br />
jenis bunga ditanami di lokasi yang sejuk<br />
ini. Setiap pohon dituliskan nama dalam<br />
bahasa Indonesia dan nama latin. Sehingga<br />
pengunjung dapat langsung mengenal<br />
tumbuhan yang ada disana, di antaranya<br />
ada ketapang kencana/terminalia mentally,<br />
kamboja/ plumeria sp, sirsak/annona<br />
miuricata dan beberapa jenis lainnya.<br />
Huta Kota Menjadi Objek Penelitian<br />
Selain dapat dimanfaatkan sebagai<br />
tempat refresing dan berfoto ria, tempat ini<br />
juga menjadi objek penelitian dan media<br />
pembelajaran khususnya tentang namanama<br />
tumbuh-tumbuhan yang sudah<br />
jarang ditemui dan jenis burung-burung<br />
langka. Tempat ini menjadi primadona<br />
bagi berbagai institusi pendidikan sebagai<br />
tempat wisata pendidikan alam. Hingga<br />
saat ini tercatat 16 penelitian yang telah<br />
menjadikan hutan kota sebagai objeknya<br />
dengan berbagai tema lingkungan yang<br />
berbeda seperti penelitian tentang<br />
cadangan karbon yang tersimpan,<br />
model arsitektur percabangan pohon,<br />
inventarisasi jenis tumbuhan dan tanaman<br />
hias, evaluasi kenyamanan thermal, habitat<br />
larva nyamuk, dan beberapa tema lainnya.<br />
Untuk penelitian tentang burung telah<br />
dilakukan oleh Dr. Aida Fithri, Dosen<br />
Universitas Syiah Kuala pada program<br />
studi biologi. Riset ini dilaksanakan pada<br />
Januari hingga Juni 2012. Penelitian<br />
tersebut menggunakan metode transek<br />
garis (line transect method) dan identifikasi<br />
jenis burung menggunakan MacKinnon et<br />
al.(2000).<br />
Berdasarkan hasil pengamatannya<br />
ditemukan 26 jenis burung yang terdiri dari<br />
16 famili, beberapa dari mereka merupakan<br />
burung yang dilindungi dan terdapat<br />
pula burung imigran seperti Alcedinidae,<br />
Nectariniidae, Egretta spp dan Bubulcus<br />
ibis adalah jenis burung yang dilindungi<br />
berdasarkan PeraturanPemerintah No.7<br />
tahun 1999.<br />
Selain itu Merophsphilipinus dan<br />
Hirundorustica adalah jenis burung<br />
yang termasuk ke dalam burung imigran<br />
(Holmes and Nash, 1999: MacKinnon,<br />
2000). Dari penelitian tersebut disimpulkan<br />
bahwa burung yang selalu hadir di Hutan<br />
Kota BNI Tibang adalah jenis pemakan<br />
tumbuh-tumbuhan /herbivora dan jenis<br />
burung pemakan serangga. Kemudian dari<br />
penelitian juga dapat disimpulkan bahwa<br />
dari kemampuan beberapa jenis burung<br />
yang telah berkembang biak menunjukkan<br />
bahwa Hutan Kota merupakan tempat<br />
yang layak untuk habitat mereka sebagai<br />
tempat yang mendukung keberlangsungan<br />
kehidupan spesies burung-burung tersebut.<br />
Penelitian serupa juga telah dilakukan<br />
oleh Mauliza seorang mahasiswa tingkat<br />
akhir Fakultas Keguruan dan Ilmu<br />
Pendidikan Universitas Serambi Mekkah<br />
<strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>. Namun yang ditelitinya<br />
adalah jenis kupu-kupu. Penelitian tersebut<br />
menyebutkan bahwa ditemukan 20 jenis<br />
kupu-kupu yang beterbangan di Hutan<br />
Kota. Keberadaan burung, kupu-kupu,<br />
dan jenis hewan lainnya menandakan<br />
adanya fungsi ekologi yang tercipta<br />
dengan hadirnya Hutan Kota dan turut<br />
menciptakan ekosistem baru berskala kecil.<br />
Kedatangan hewan-hewan tersebut<br />
biasanya menandakan ketersediaan sumber<br />
makanan mereka yang berasal dari pohon,<br />
bunga, ataupun binatang kecil lainnya<br />
seperti serangga, cacing, ulat, dan hewan<br />
air seperti udang tambak, kodok, dan ikan.<br />
Pro ses adaptasi dari<br />
he wan tersebut yang<br />
bersarang, bertelur<br />
atau berkembang biak<br />
di hutan kota disebabkan<br />
pula ka rena<br />
keberadaan pohon<br />
yang beranekaragam<br />
dan tum buh<br />
subur yang menghadirkan<br />
iklim mikro<br />
yang nyaman ba gi<br />
kelangsungan kehidupan<br />
hewan ter sebut.<br />
Kepala Dinas Keber<br />
sihan dan Ke indahan Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>,<br />
Jalaluddin ST., MT mengatakan perkembangan<br />
kota sudah selayaknya berbasis sains. Hutan<br />
kota harus menjadi tuan rumah untuk<br />
berbagai penelitian yang dapat diterapkan bagi<br />
perkembangan kota ekologis.<br />
“Sehingga pemko dapat mengambil<br />
dasar penelitian yang ada dalam penentuan<br />
kebijakan pembangunan kota,“ ujarnya.<br />
Sementara itu Pemimpin BNI Cab.<br />
<strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>, Ir. Muh. Irjan Nasaruddin<br />
mengutarakan salah satu ciri sebuah kota<br />
yang ideal merupakan kota yang memiliki<br />
ruang hijau.<br />
“Kota tanpa hutan akan ketinggalan<br />
zaman. Keterlibatan berbagai stakeholder<br />
(Institusi pemerintahan, swasta, dan<br />
perguruan tinggi) penting untuk membangun<br />
sebuah ruang ekologis baru perkotaan,“<br />
katanya.<br />
Ikhsan salah seorang pengunjung yang<br />
baru pertama sekali datang ke Hutan Kota<br />
mengakui tempatnya nyaman dan menarik.<br />
Ke depan ia akan datang lagi bersama<br />
keluarganya.<br />
Dari pintu masuk, pengunjung melewati<br />
sebuah jembatan besi berukuran 20 meter.<br />
Disana ada sebuah tugu yang bertuliskan<br />
“Hutan Kota BNI <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>” jalan setapak<br />
berukuran lebar dua meter mengantarkan<br />
pengunjung dapat berkeliling-keliling.<br />
Di tengah perjalanan pengunjung akan<br />
mendapatkan satu jembatang tajuk yang<br />
panjang, serta jembatan bebelokan patah<br />
yang dibangun di atas tambak di sela-sela<br />
pohon manggrove.<br />
“Kami rutin kemari, kadang sebulan<br />
sekali, bahkan seminggu sekali, kami suka ada<br />
penghijauan disini,” kata Saira, pengunjung<br />
dari Kuta Alam.<br />
Sampai saat ini tercatat,<br />
pengujung Hutan Kota mencapai<br />
52.048 orang. Untuk<br />
kenyamanan pengujung, di<br />
tempat tersebut disediakan<br />
area parkir yang nyaman,<br />
pusat informasi dan souvenir<br />
shop yang menjajakan barangbarang<br />
untuk buah ta ngan, area<br />
pembibitan dan pasar tanaman<br />
hias, toi let, mushalla, lapangan<br />
basket dan voli outdoor, jalur<br />
pejalan kaki, jembatan tajuk<br />
(ramp canopy trail), dan<br />
jembatan bakau (mangrove boardwalk).<br />
Setiap hari Hutan Kota tidak kurang<br />
didatangi 500 pengunjung. Baik dari<br />
lokal, nasional, bahkan ada dari internasional<br />
seperti Jepang, Korea, Malaysia<br />
dan dari mancanegara lainnya. Menurut<br />
petugas biasanya paling banyak pada<br />
hari Minggu, karena orang banyak<br />
yang libur kerja, mulai dari pagi orang<br />
berolahraga sampai sore, masih saja<br />
ramai. Hayatullah Pasee
W ARTA<br />
PROFIL<br />
8<br />
<strong>EDISI</strong> <strong>III</strong> 20016<br />
Yusniar<br />
Keuchik<br />
Perempuan<br />
Pertama<br />
26 Maret <strong>2016</strong> menjadi<br />
sejarah baru bagi Yusniar<br />
dan bagi Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>,<br />
pasalnya ia dilantik menjadi Keuchik<br />
(Kepala Desa) perempuan pertama<br />
gampong Cot Mesjid Kecamatan Lueng<br />
Bata Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>. Pelantikan<br />
dan pengambilan sumpah Yusniar<br />
dilakukan Camat Lueng Bata Iqbal<br />
Rokan S.STP, bertempat di Masjid Al-<br />
A’la Gampong Cot Mesjid Lueng Bata<br />
<strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>.<br />
Selama ini <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong> belum<br />
memiliki Keuchik dari kalangan<br />
perempuan, namun Yusniar terpilih<br />
setelah meraih suara terbanyak pada<br />
pemilihan Keuchik Oktober 2015 lalu.<br />
Yusniar Unggul dari dua calon lainnya.<br />
Tidak pernah terbayangkan<br />
sebelumnya Yusniar akan menjadi<br />
keuchik, ia mendaftarkan diri kepada<br />
panitia pemilihan Keuchik tepat di hari<br />
akhir dibukanya masa pendaftaran.<br />
Yusniar merupakan istri dari Pj. Keuchik<br />
sebelumnya Baktiar Ali.<br />
“Awalnya masyarakat suruh suami<br />
saya naik lagi, tapi beliau katanya mau<br />
istirahat, lalu masyarakat menyuruh<br />
saya, dan saya mendapatkan dukungan<br />
juga dari suami dan ibu-ibu pengajian<br />
makanya, saya pun mendaftarkan<br />
diri tepat pada malam hari terakhir<br />
pendaftaran,” ujar Yusniar saat ditemui<br />
di ruang kerjanya.<br />
Yusniar menyebutkan visi-misinya<br />
menjadi keuchik antara lain fokus<br />
pada persoalan pendidikan, kesehatan<br />
masyarakat, pengajian baik anak-anak,<br />
remaja, pemuda, ibu-ibu dan bapakbapak.<br />
Selanjutnya ia berharap pemuda<br />
di gampongnya kompak dan tidak<br />
terkotak-kotak.<br />
“Mungkin sebelumnya ada<br />
perbedaan-perbedaan, sekarang saatnya<br />
kita bersatu membangun gampong,<br />
jangan ada lagi ngomong-ngomong di<br />
belakang, kalau ada masalah mari kita<br />
transparan,” lanjutnya.<br />
Yusniar sudah memetakan, tidak<br />
banyak persoalan di gampong cot Mesjid<br />
itu. Namun dengan semakin banyak<br />
anggaran yang akan dikelola gampong,<br />
khususnya dalam dua tahun terakhir<br />
membuat pihaknya harus bekerja lebih<br />
keras demi suksesnya pembangunan<br />
gampong.<br />
Yusniar mengakui belum<br />
berpengalaman da lam pemerintahan<br />
gampong dan pengelolaan dana<br />
gampong. Namun kekompakan serta<br />
dukungan dengan aparatur gampong<br />
lain seperti kaur-kaur dan Tuha Peut<br />
Gampong (TPG) diharapkan tidak<br />
ada persoalan dalam perencanaan<br />
pembangunan gampong.<br />
“Saya belajar dari orang-orang yang<br />
sudah pengalaman seperti tuha peut<br />
gampong dan aparatur gampong lainnya<br />
dalam mengelola dana desa ini,<br />
kalau ada persoalan kami rapatkan<br />
dengan tuha peut,” lanjutnya.<br />
Namun demikian, Yusniar<br />
sebelumnya memang aktif pada<br />
sejumlah kegiatan di tingkat<br />
gampong, khususnya saat menjadi<br />
ketua PKK Cot Mesjid. Disamping<br />
itu ia aktif di Pendidikan Anak<br />
Usia Dini (PAUD) desa yang juga<br />
didirikannya sejak 2010 serta<br />
pengajian Almuslimah gampong<br />
Cot Mesjid.<br />
“Kalau keberanian saya untuk<br />
tampil dan berdiri di muka umum<br />
mungkin karena selama menjadi<br />
pengurus PKK dan PAUD sering<br />
mengikuti pelatihan-pelatihan,<br />
sering tukar pengalaman dengan<br />
orang-orang dari luar <strong>Banda</strong><br />
<strong>Aceh</strong>,”ujarnya.<br />
Yusniar mengakui sejauh<br />
ini tidak ada kendala dalam<br />
kepemimpinannya. Ia berharap<br />
kondisi tersebut bisa terus berlanjut<br />
dan dipertahankan sehingga<br />
gampong Cot Mesjid tetap aman dan<br />
damai seperti sebelumnya.<br />
“Kita harap bersama-sama<br />
membangun desa. Kalau prokontra<br />
mungkin tetap ada<br />
tapi kita ajak agar bersamasama<br />
untuk membangun<br />
gampong,”lanjutnya.<br />
Dan kini Yusniar sudah<br />
dilantik dan siap mengemban<br />
amanah, ia akan menjadi<br />
pemimpin bagi 4053<br />
penduduk Gampong Cot<br />
Mesjid Kecamatan Lung Bata<br />
Kota <strong>Banda</strong> <strong>Aceh</strong>. Selamat<br />
Bertugas!<br />
Sejarah Kepemimpinan Perempuan<br />
di <strong>Aceh</strong><br />
Kepemimpinan perempuan bukanlah<br />
hal baru di <strong>Aceh</strong>. Dalam sejarah<br />
kerajaan <strong>Aceh</strong> maupun perlawanan<br />
terhadap penjajahan tercatat sejumlah<br />
nama perempuan yang dipercayakan<br />
menjadi pimpinan. Pada masa Kerajaan<br />
Darussalam tercatat <strong>Aceh</strong> pernah dipimpin<br />
oleh beberapa ratu selama kurun waktu<br />
59 tahun, ratu-ratu itu seperti : Sulthanah<br />
Sri Ratu Tajuk Alam Safiatuddin Johan<br />
Berdaulat ( memerintah tahun 1641–1675 ),<br />
Sulthanah SriRatu Zakiatuddin (memerintah<br />
tahun 1675-1678), Sultanah Sri Ratu<br />
Nurul Alam Naqiatuddin ( memerintah<br />
tahun 1678–1688), dan terakhir adalah<br />
Sulthanah Sri Ratu KamalatSyah<br />
(memerintah tahun 1688–1699).<br />
Begitupun Ketika <strong>Aceh</strong> memasuki<br />
masa ketegang an dengan kolonialisme<br />
Belanda, atau yang lebih dikenal dengan<br />
masa perang <strong>Aceh</strong>, perempuan juga<br />
tampil di depan sebagai pemimpin gerakan.<br />
Sebut saja di sini nama-nama seperti Cut<br />
Nyak Dien, Cut Meutia, Teuku Fakinah,<br />
Pocut Baren,dan lain sebagainya.