Kabar Itah 2013-35 (I)
Kabar Itah 2013-35 (I)
Kabar Itah 2013-35 (I)
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
K a b a r I t a h<br />
Edisi <strong>35</strong> : Januari - Maret <strong>2013</strong><br />
Editorial<br />
Meskipun sudah termuat dalam artikel<br />
pendek tentang partisipasi YTS awal<br />
tahun ini pada PDAC (Prospectors and<br />
Developers Association of Canada) di<br />
Toronto, kami rasa tetap perlu menyoroti<br />
tentang meningkatnya keterlibatan<br />
perusahaan sektor tambang dalam<br />
masalah pertanggungjawaban sosial.<br />
Terutama sekali, secara signifikan<br />
hal ini muncul pada tahap eksplorasi<br />
dalam satu pembangunan mineral.<br />
Mengingat social responsibility atau<br />
pertanggungjawaban sosial adalah<br />
‘ruang non-teknis’, para geologis dan<br />
pihak teknis lainnya harus mempelajari<br />
keterampilan baru ini dalam rangka<br />
beriteraksi dengan masyarakat dan<br />
agar lebih efektif menangani masalah<br />
lokal. Salah satu pembicara meringkasnya<br />
dalam tiga pertanyaan: “Apa<br />
manfaatnya untuk saya?” “Bagaimana<br />
dampaknya terhadap air dan udara?”<br />
“Apa yang nanti tersisa untuk anak<br />
cucu kita?”<br />
Hal ini menunjukkan bahwa masalah<br />
sosial tidak mungkin dipisahkan dari<br />
masalah lingkungan – keduanya saling<br />
berkaitan. Dan menangani masalah<br />
ini membutuhkan orang dengan<br />
keahlian khusus, terutama yang<br />
mampu mendengar dan menanggapi<br />
pertanyaan yang diangkat oleh<br />
masyarakat secara terbuka, kemudian<br />
memberi jawaban yang tepat.<br />
Pentingnya melakukan segala sesuatu<br />
‘dengan benar sejak awal’ disoroti<br />
oleh beberapa pembicara; diakui<br />
pula bahwa setiap situasi berbeda<br />
dan membutuhkan solusi tepat yang<br />
berbeda pula.<br />
Kami semakin yakin melihat pengakuan<br />
akan pentingnya terlibat sejak<br />
tahap awal, dan perlunya investasi<br />
yang layak ketika melakukannya ‘dengan<br />
benar’. Sepuluh tahun lalu ketika<br />
pertama kali program kami dimulai,<br />
pemikiran tersebut masih belum terdengar<br />
sekali dalam industri ini.<br />
Bardolf Paul<br />
Pimpinan<br />
Social Responsibility menjadi Topik Hangat<br />
di Pertemuan Sektor Tambang Internasional<br />
Lima CEO dari lima perusahaan tambang besar membahas kontribusi sektor tambang terhadap pembangunan<br />
berkelanjutan. Diskusi dilakukan dalam sesi penutupan program diskusi CSR di pertemuan PDAC di Toronto<br />
Asosiasi Prospektor dan Developer<br />
Kanada atau PDAC (Prospectors<br />
and Developers Association of<br />
Canada) setiap tahun mengundang<br />
kurang lebih 30.000 ke Toronto,<br />
menjadikannya pertemuan sektor<br />
tambang yang terbesar sedunia.<br />
Tahun ini program Corporate Social<br />
Responsibility (CSR) dalam pertemuan<br />
ini diadakan selama tiga hari,<br />
membahas masalah seputar penggunaan<br />
sosial media oleh perusahaan<br />
hingga praktek-praktek CSR<br />
dalam kegiatan eksplorasi.<br />
Banyak pembelajaran bagi YTS<br />
ketika mengambil bagian dalam<br />
sesi-sesi pada program ini, karena<br />
sesi yang ada memberikan gambaran<br />
global tentang posisi perusahaan<br />
dalam hubungannya dengan<br />
masyarakat dan pihak lain yang<br />
berkepentingan; dan bagaimana<br />
perusahaan harus berurusan<br />
dengan masalah penting lainnya<br />
seperti keanekaragaman hayati,<br />
transparansi laporan pembayaran<br />
serta masalah pendapatan.<br />
Sesi media sosial juga membawa<br />
pengetahuan baru karena menunjukkan<br />
bahwa dengan meluasnya<br />
penggunaan media untuk mengkomunikasikan<br />
informasi, perusahaan-perusahaan<br />
harus siap lebih<br />
cepat menanggapi segala tudingan<br />
dan malpraktik atau komentar negatif<br />
lainnya. Munculnya media-media<br />
baru seperti Facebook dan Twitter<br />
membuat perusahaan lebih mudah<br />
berinteraksi secara langsung dan<br />
personal dengan masyarakat dan<br />
organisasi lokal. Hal ini membuat<br />
interaksinya lebih nyata dan cepat.<br />
Program tiga hari ini diakhiri dengan<br />
diskusi panel oleh lima orang CEO<br />
yang berusaha menjawab pertanyaaan<br />
seputar kontribusi sektor<br />
tambang terhadap pembangunan.
Debat Rencana Aksi Nasional pada Lokakarya tentang Polusi Air Raksa<br />
Pada awal Maret, YTS menjadi tuan rumah lokakarya<br />
bertajuk ‘Teknologi Alternatif untuk Pertambangan<br />
Skala Kecil’. Lokakarya nasional kedua ini<br />
diselenggarakan oleh Blacksmith Institute, mengundang<br />
sejumlah wakil pemerintah dari tingkat<br />
pusat, propinsi dan kabupaten. Selain itu, beberapa<br />
pemangku kepentingan juga hadir, termasuk tiga<br />
lembaga internasional UNEP, AusAid dan CIFOR.<br />
Terjadi banyak diskusi dan interaksi antar peserta<br />
dalam lokakarya yang bertujuan membahas strategi<br />
agar membantu Pemerintah Indonesia menyelesaikan<br />
masalah tentang air raksa. Presentasi<br />
pertama oleh Dinas Lingkungan Hidup menjelaskan<br />
proses INC segagai awal terbentuknya Minamata<br />
Convention yang segera ditandatangani Indonesia<br />
Oktober tahun ini di Jepang. Dinas Pertambangan<br />
kemudian memberikan presentasi tentang garis besar<br />
Draft Rencana Aksi Nasional tentang Air Raksa.<br />
YTS juga berkesempatan untuk mempresentasikan<br />
ringkasan hasil kegiatan proyek air raksa selama<br />
tujuh tahun terakhir. Selain itu, ada presentasi dari<br />
Blacksmith Institute tentang temuan mereka yang<br />
tersusun dalam National Inventory of Toxic Sites in<br />
Indonesia, serta presentasi dari UNEP tentang gambaran<br />
global yang menekankan perlunya formalisasi<br />
kegiatan tambang skala kecil oleh pemerintah.<br />
Sebelum lokakarya, peserta diajak mengunjungi<br />
lokasi emas di Kereng Pangi, untuk memperlihatkan<br />
dari dekat, dampak tambang skala kecil. Kami<br />
mengajak mereka melihat areal hutan curah hujan<br />
yang baru saja ditebas-tebang dan dibakar menjadi<br />
hunian penambang pendatang, dan bagaimana air<br />
raksa digunakan dalam proses amalgamasi.<br />
Peserta juga diajak melihat penggunaan kondensor<br />
oleh toko emas di kota. Harapan kami semua<br />
ini bisa mendorong dan membawa perubahan yang<br />
dibutuhkan sebagai awal untuk menghentikan air<br />
raksa mengalir ke tanah dan sungai kita.<br />
Atas: Peserta lokakarya mengunjungi lokasi emas di Kereng Pangi pada hari pertama, untuk melihat<br />
secara langsung kegiatan tambang tradisional dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar<br />
Bawah: Ratusan kasbok beroperasi di lokasi emas di Kerang Pangi, dan merubah area yang tadinya<br />
penuh hutan menjadi tanah tandus dan sungai yang tercemar<br />
Masyarakat Sediakan Sayur dan Ikan untuk Kamp Perusahaan<br />
Selain mempekerjakan warga setempat, strategi kebijakan<br />
lokal Kalimantan Gold lainnya adalah membeli<br />
bahan pangan hasil budidaya warga untuk memenuhi<br />
kebutuhan konsumsi di kamp. YTS sudah memulai program<br />
camp supply untuk membuka kesempatan bagi<br />
petani sayur di wilayah sekitar kamp perusahaan.<br />
Inisiatif baru ini akan meningkatkan dukungan kami<br />
bagi petani sayur dan ikan di desa Tumbang Mahuroi.<br />
Melalui pelatihan dan input material yang diberikan,<br />
petani lokal didampingi dalam kegiatan peningkatan<br />
budidaya sayur dan ikan. Selanjutnya, program ini juga<br />
mendampingi petani lokal untuk menjual hasil mereka<br />
ke kamp perusahaan yang ada di Marinyoi. Karena<br />
itu, sekarang adalah saat yang tepat bagi warga untuk<br />
mulai mengoptimalkan lahan mereka untuk bercocok<br />
tanam, terutama tanaman yang menghasilkan, sehingga<br />
kesempatan usaha ini tidak sia-sia.<br />
Bulan Januari, kami mulai mengidentifikasi jenisjenis<br />
sayur yang saat ini ada di kebun masyarakat.<br />
Ternyata jenis sayurnya masih terbatas, dan tingkat<br />
produksinya masih rendah. Bahkan, banyak dari sayur<br />
yang dimakan pada umumnya tidak ditanam di kebun<br />
mereka, justru dibeli dari para penjual sayur dari hilir<br />
dengan harga yang cukup mahal. Kemudian, kami juga<br />
mengidentifikasi jenis pelatihan yang dibutuhkan oleh<br />
para petani sayur ini, serta jenis sayur apa saja yang<br />
bisa diperkenalkan dalam program baru ini.<br />
Kami langsung menyadari bahwa tidak hanya perlu<br />
menambah jenis sayuran yang ditanam masyarakat,<br />
tetapi juga menurunkan harga bahan makanan di desa.<br />
Kami juga menyadari bahwa harga yang dibayarkan<br />
perusahaan kepada para petani sayur di Mahuroi harus<br />
bersaing dengan harga bahan yang sama dengan yang<br />
ada di Palangkaraya jika ingin program ini berhasil.<br />
Dengan demikian, bisa dipastikan para petani akan<br />
bersambung ke halaman 5<br />
2<br />
<strong>Kabar</strong> <strong>Itah</strong> - Edisi <strong>35</strong>
Kiat Khusus Menjalankan Musrenbang dengan Berhasil<br />
Musyawarah Perencanaan Pembangunan atau Musrenbang<br />
adalah proses tahunan untuk menyusun rencana<br />
pembangunan yang melibatkan banyak pemangku<br />
kepentingan dalam keputusan penggunaan dan alokasi<br />
anggaran pemerintah, untuk meningkatkan kesejahteraan<br />
sosial di satu daerah.<br />
Salah satu kunci keberhasilan dalam proses Musrenbanga adalah keterlibatan perempuan, karena aspirasi dan partisipasi<br />
mereka setara dengan kepentingan kaum laki-laki; karena itu mereka harus mewakili dirinya sendiri<br />
Proses ini dilaksanakan oleh pemerintah lokal dan dimulai<br />
di tingkat desa. Proposal dari tingkat desa kemudian<br />
dikompilasi dan dibahas di tingkat kecamatan sebelum<br />
kemudian diajukan sebagai bahan pertimbangan di<br />
tingkat kabupaten. Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan<br />
adalah hal penting untuk memastikan bahwa<br />
kebutuhan pembangunan yang terpenting bisa teridentifikasi<br />
dan diprioritaskan, untuk kemudian sebaik-baiknya<br />
diarahkan ke anggaran pemerintah yang terbatas sehingga<br />
keberhasilan perencanaan pembangunan semakin<br />
baik. Namun kurangnya pelatihan dan pengalaman<br />
dari staf pemerintah bisa membuat proses Musrenbang<br />
bisa hanya menjadi acara seremonial saja. Hal ini bisa<br />
menyebabkan menurunnya partisipasi masyarakat.<br />
Masyarakat mengekspresikan kekecewaan mereka terhadap<br />
proses yang sudah ada, karena banyak proposal<br />
program belum terealisasi tanpa alasan yang jelas.<br />
Karena keadaan ini, YTS bekerja sama dengan kabupaten<br />
Gunung Mas dan didanai oleh Ford Foundation,<br />
melaksanakan proyek tata kelola pemerintahan dalam<br />
rangka meningkatkan proses perencanaan di tiga kecamatan<br />
dampingan YTS di Gunung Mas.<br />
Di tingkat kabupaten, proyek berfokus pada perencanaan<br />
dan penganggaran, sementara fokus di tingkat desa<br />
dan kecamatan pada teknik fasilitasi dan perencanaan<br />
Musrenbang. YTS telah memfasilitasi pelatihan fasilitator<br />
untuk 52 orang dari 19 desa dampingan, dan membuat<br />
panduan agar forum perencanaan desa lebih efektif.<br />
Perencanaan dan fasilitasi Musrenbang di tingkat desa<br />
dan kecamatan sudah menunjukkan peningkatan. Tetapi<br />
perkembangan di tingkat kecamatan lebih lambat, karena<br />
koordinasi dan sinkronisasi antar SKPD masih agak sulit.<br />
Selain mendukung proses Musrenbang di Gunung Mas,<br />
YTS juga melakukan upaya yang sama di kecamatan<br />
Bukit Batu. Di kecamatan ini YTS aktif mendampingi<br />
kegiatan di tujuh kelurahan. Musrenbang tiap kelurahan<br />
cukup beragam secara signifikan dan masih sedikit<br />
peningkatan secara keseluruhan.<br />
Salah satu pengalaman positif dibagikan<br />
oleh Rawan, ketua LKK di Habaring<br />
Hurung: “Kalau kita ingin membangun<br />
desa kita, harus aktif, sama seperti<br />
kalau kita mau membangun rumah;<br />
perempuan dan laki-laki harus terlibat<br />
aktif. Proses dan model Musrenbang<br />
dari tahun ke tahun tetap sama, hampir<br />
tidak ada perubahan yang signifikan.<br />
Modelnya mungkin beda-beda, tapi<br />
tetap harus ada tindak lanjutnya.”<br />
“Musrenbang hanya memberi tahu kita<br />
program dari tiap dinas. Tetapi kalau<br />
mau berhasil, kita harus bisa memberikan<br />
alasan yang jelas. Misalnya,<br />
kalau kita minta perbaikan jalan: ambil<br />
foto jalannya, lalu lampirkan surat yang<br />
menyatakan itu adalah tindak lanjut dari<br />
Musrenbang dan berdasarkan hasil dari<br />
pertemuan masyarakat, kemudian ajukan<br />
ke pemerintah kota untuk menindaklanjutinya.<br />
Suratnya harus dilengkapi<br />
dokumen seperti notulensi dan dokumen pelengkap lainnya.<br />
Ingat juga, ajukan proposal untuk yang mendesak –<br />
kebutuhan masyarakat yang jadi prioritas. Pasti proposal<br />
berhasil”: ungkap Rawan menjelaskan strategi mereka.<br />
Rawan menjelaskan strategi Musrenbang di<br />
kelurahan Habaring Hurung<br />
Rawan juga berkomentar<br />
tentang keterlibatan<br />
perempuan: “Kalau<br />
perempuan terlibat aktif<br />
di Musrenbang hasilnya<br />
pasti berbeda, partisipasi<br />
mereka sangat penting.<br />
Perbedaan pendapat itu<br />
perlu dan harus diteliti<br />
bersama sehingga<br />
bisa ada jalan keluar<br />
terbaik. Perempuan<br />
biasanya lebih bijaksana<br />
dan kritis. Sayangnya<br />
mereka menganggap<br />
suara mereka sudah diwakilkan oleh laki-laki dan tokoh<br />
masyarakat lainnya.”<br />
Rawan menegaskan bahwa agar meminimalkan kekecewaan<br />
terhadap Musrenbang, masyarakat harus mengajukan<br />
proposal untuk program yang mendesak. Intinya,<br />
untuk mengembalikan minat dan semangat terhadap<br />
musrenbang: pertama harus ditingkatkan kesadaran di<br />
tingkat desa; selanjutnya masyarakat harus lebih aktif<br />
dan terbuka terhadap informasi; mereka harus realistis<br />
dan bekerja sama membangun hubungan baik dengan<br />
semua pihak. Selain itu, pemerintah di tingkat yang lebih<br />
tinggi harus lebih terbuka dengan informasi sehingga masyarakat<br />
tahu proposal mana yang sudah disetujui dan<br />
mana yang tidak.<br />
<strong>Kabar</strong> <strong>Itah</strong> - Edisi <strong>35</strong> 3
Profil Desa: Tumbang Mahuroi<br />
Tumbang Mahuroi adalah desa terakhir di sepanjang<br />
jalur Sungai Kahayan, termasuk dalam wilayah<br />
kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas.<br />
Bagian utara desa ini berbatasan dengan wilayah<br />
Kalimantan Barat dan sejak berdiri tahun 1840 hingga<br />
sekarang desa ini hanya bisa dijangkau dengan jalur<br />
sungai. Lama perjalanan ke desa ini sekitar dua jam dari<br />
Tumbang Marikoi, ibukota kecamatan Damang Batu.<br />
Tumbang Mahuroi dihuni oleh 239 kepala keluarga,<br />
dan kegiatan mata pencaharian utama adalah tambang<br />
emas, padi ladang, pertanian dan peternakan, serta<br />
budidaya karet. Sebagian besar warga desa lebih suka<br />
menambang emas karena pekerjaan ini umumnya paling<br />
banyak menghasilkan uang.<br />
Fasilitas prasarana dan layanan publik di<br />
desa ini masih belum memadai. Hanya<br />
ada dua orang pekerja kesehatan, dan<br />
belum ada dokter. Warga masih menggunakan<br />
lampu tradisional di malam hari,<br />
meskipun ada juga yang menggunakan<br />
generator karena listrik masih belum<br />
masuk desa. Beberapa jalan desa sudah<br />
dicor beton, tetapi beberapa lainnya masih<br />
berupa jalan tanah. Anak-anak bisa<br />
bersekolah di TK, SD dan SMP, tetapi<br />
harus keluar jika ingin meneruskan ke<br />
SMA atau perguruan tinggi.<br />
YTS mendampingi Tumbang Mahuroi<br />
sejak Mei 2007, saat ini Kelompok Kerja<br />
Desa (KKD) sudah berfungsi dan ada<br />
Kelompok Peminat Program (KPP)<br />
budidaya sayur, karet, ikan dan babi.<br />
Sejak ada perusahaan eksplorasi beroperasi<br />
di daerah sekitar, transportasi<br />
dari desa ke Palangkaraya menjadi lebih<br />
mudah, meskipun kendaraan darat harus menggunakan<br />
jalur selatan melewati kabupaten Katingan. Selain itu,<br />
dengan lokasi yang berdekatan dengan kamp, banyak<br />
kesempatan usaha terbuka bagi desa ini mengingat<br />
kebutuhan perusahaan akan persediaan makanan segar<br />
seperti sayur, ikan dan ayam untuk memenuhi kebutuhan<br />
karyawan yang semakin banyak di kamp di Marinyoi.<br />
Untuk itu, YTS sudah mulai mendukung KPP di desa ini<br />
dengan memberikan pelatihan pengelolaan usaha skala<br />
kecil. Pelatihan dimulai bulan Maret hingga bulan Juni.<br />
Di bulan April ini, kami juga berencana meningkatkan<br />
dukungan teknis untuk KPP sayur dan ikan. Kami<br />
harap tanggapan positif dari masyarakat ini bisa segera<br />
berdampak dalam membantu ekonomi desa dan<br />
meningkatkan kesejahteraan karyawan lokal.<br />
Di Tumbang Mahuroi, anak-anak masih bisa bermain di air yang jernih, tidak seperti di desa-desa lain di sepangjang<br />
Sungai Kahayan, yang sungainya sudah keruh akibat maraknya kegiatan tambang tradisional<br />
Perencanaan Tahunan di Gunung Mas tahun <strong>2013</strong><br />
(Paling kiri) Feniwati, Yati dan Lisa mengelola penyelenggaraan perencanaan desa di Penda Rangas<br />
Proyek ‘Governance’ kami tahun ini memperluas<br />
dukungan ke 21 desa dampingan YTS di<br />
Kahayan. Dukungan ini dimaksudkan untuk<br />
mempersiapkan pemerintah dan kader lokal<br />
dalam memfasilitasi kegiatan perencanaan desa<br />
tahunan sendiri, setelah tahun sebelumnya Staf<br />
YTS yang menjadi fasilitator utama.<br />
Hasil proses monitoring perencanaan tahunan<br />
desa secara keseluruhan cukup memuaskan,<br />
dan masyarakat berhasil menyelenggarakan<br />
kegiatan ini secara mandiri, meskipun belum<br />
ada panduan anggaran yang jelas. Partisipasi<br />
meningkat tinggi, menandai bahwa hasil kerja<br />
fasilitator lokal sangat memuaskan. Ada kisah<br />
menarik dari kegiatan ini, salah satunya dari<br />
Penda Rangas, di mana empat perempuan<br />
memfasilitasi perencanaan desa karena staf<br />
desa tidak bisa hadir. Mereka terdorong untuk<br />
memastikan desa mereka tidak kehilangan hak<br />
untuk mendapat dukungan dari pemerintah.<br />
4<br />
<strong>Kabar</strong> <strong>Itah</strong> - Edisi <strong>35</strong>
Tertarik Membuat Pakan Ikan?<br />
Pernahkah anda bermimpi buruk; anda merasa sudah<br />
berlari sekuat tenaga tetapi tidak maju sedikitpun? Jika<br />
ya, mungkin anda mengerti perasaan para peternak<br />
Bukit Batu ketika mendapati keuntungan usaha mereka<br />
akhirnya hanya habis untuk membeli pakan pabrik. Ingin<br />
membantu bangun dari mimpi buruk ini, YTS baru saja<br />
menyusun lokakarya bertema ‘Pengembangan Usaha<br />
Pakan Ikan dan Ayam Lestari’ untuk para peternak agar<br />
mereka bisa mulai menjalankan usaha lagi.<br />
Kami mengadakan lokakarya di tujuh kelurahan dampingan<br />
di Bukit Batu. Lebih dari delapan puluh perempuan<br />
dan enam puluh laki-laki terlibat. Lokakarya ini adalah<br />
tindak lanjut dari menggali minat masyarakat terhadap<br />
program pada Focus Group Discussions Februari lalu.<br />
Pelatihan dimulai dengan analisis kelembagaan dan<br />
SWOT untuk menggali apa saja yang diperlukan agar<br />
satu usaha bisa berhasil. Hasilnya, didapatkan bahwa<br />
selain mahalnya biaya pakan pabrik, masalah selama ini<br />
Warga Desa Marang bersemangat belajar tentang pembuatan pakan ikan dan ayam<br />
adalah pasar yang dikuasai tengkulak. Meskipun para<br />
tengkulak ini menyediakan bahan dasar usaha, sistem<br />
kreditnya tetap memaksa para peternak menjual produk<br />
kembali kepada tengkulak dengan harga sangat murah,<br />
sehingga mereka tidak punya daya tawar secara kolektif.<br />
Di luar itu, program pembuatan pakan ini juga bertujuan<br />
membangun kapasitas petani agar bisa menjalankan<br />
usaha mereka, membuat pakan alternatif dari bahanbahan<br />
lokal yang bisa diproduksi dan dijual dengan harga<br />
murah. Selanjutnya, diharapkan biaya operasional bisa<br />
berkurang dan keuntungan mereka meningkat.<br />
Pada lokakarya di Desa Banturung, di mana terdapat<br />
dua puluh peternakan ayam yang cukup besar dan tujuh<br />
puluh kolam ikan, pemerintah ikut mempresentasikan<br />
tentang masalah budidaya. Dinas Pertanian berbagi saran<br />
tentang cara penebaran bibit ikan, pemberian pakan<br />
dan beternak ikan serta standar gizi yang harus dipenuhi<br />
ketika membuat pakan ikan. Ada juga Badan Ketahanan<br />
Pangan yang memberikan saran tentang<br />
cara membentuk kelompok dan beberapa<br />
skenario yang bisa dicoba untuk membentuk<br />
koperasi desa atau kelompok tani.<br />
Dari lokakarya ini, tiap kelurahan membentuk<br />
kelompok khusus program usaha<br />
produksi pakan. Mereka memilih membentuk<br />
kelompok terpisah untuk kegiatan<br />
ini, kecuali Kanarakan yang memutuskan<br />
tetap memakai koperasi yang sudah ada.<br />
Pada bulan April dan Mei, tenaga ahli kami<br />
akan memberikan dua tahap pelatihan lagi<br />
untuk semua kelompok usaha yang baru<br />
dibentuk. Pelatihan pertama akan membahas<br />
tentang prinsip-prinsip organisasi diri<br />
dan tahap kedua akan membahas tentang<br />
pengelolaan keuang-an kelompok. Paruh<br />
tahun kedua nanti, YTS akan menindaklanjuti<br />
dengan rangkaian pelatihan teknis<br />
dalam produksi pakan.<br />
Masyarakat Sediakan Sayur dan Ikan untuk Kamp Perusahaan<br />
bersambung dari halaman 2<br />
memiliki pasar untuk hasil kebun mereka dan<br />
program baru ini tidak menyebabkan tekanan bagi<br />
warga desa.<br />
Program camp supply ini dijadwalkan untuk mulai<br />
pada bulan April, dan kami sudah mulai mengatur<br />
mekanisme pembelian dan pengantaran hasil dari<br />
desa ke kamp perusahaan. Untuk fungsi ini, kamp<br />
menunjuk satu orang Community Relations Officer<br />
yang akan membeli sayur langsung di desa setiap<br />
hari Minggu. Mereka juga menjadwalkan panen<br />
langsung dari kebun langsung sekitar hari Rabu.<br />
Program baru ini sudah mendapat tanggapan<br />
positif dari warga Mahuroi dan kami semua<br />
berharap program ini bisa membantu mengurangi<br />
ketergantungan terhadap bahan makanan yang<br />
mahal dari para penjual di hilir, dan membentuk<br />
ketahanan pangan di desa<br />
Joshua (paling kanan), Community Relation Officer KSK dan Godwin (kedua dari kanan), Field<br />
Coordinator YTS membahas mekanisme penyediaan bahan makanan ke perusahaan dengan<br />
warga desa Tumbang Mahuroi<br />
<strong>Kabar</strong> <strong>Itah</strong> - Edisi <strong>35</strong> 5
Kilas Berita<br />
Road Show YTS ke Pemerintah Gunung Mas<br />
Pertengahan Januari, staf YTS bersama Community Coordinator KSK<br />
mengunjungi beberapa dinas teknis di Gunung Mas. Tujuan kunjungan<br />
ini adalah untuk memberitahu pemerintah tentang kegiatan YTS dan<br />
KSK, serta menjajaki kesempatan kerjasama.<br />
Tim yang berangkat menemui staf senior di Bappeda, Badan Pemberdayaan<br />
Masyarakat, Dinas Pertanian dan Perkebunan, dan Dinas<br />
Peternakan dan Perikanan. Staf pemerintah yang ditemui menyambut<br />
kunjungan dengan baik dan meminta agar YTS menginformasikan<br />
perkembangan kegiatan secara rutin. Kedua belah pihak kemudian<br />
membahas kemungkinan kerja sama untuk dukungan teknis bagi petani<br />
di Hulu Kahayan.<br />
Berbagi Gagasan dengan WWF<br />
Dalam kegiatan perencanaan pembangunan di Tumbang Napoi, staf<br />
YTS dan WWF bertemu untuk membahas program kedua lembaga yang<br />
dijalankan di desa yang sama. Kami memandang penting untuk berkoordinasi<br />
agar tidak ada tumpang tindih kegiatan dan kebingungan.<br />
Kegiatan WWF berfokus di empat desa paling hulu Sungai Miri, sementara<br />
YTS mendampingi lima desa di bagian hilirnya. Tahun ini, YTS berencana<br />
untuk mulai mendampingi salah satu desa di hulu, Masukih. Kedua<br />
lembaga ini juga sama-sama mendampingi program budidaya karet.<br />
Fakta dari IFACS<br />
YTS menghadiri lokakarya yang diadakan oleh program Indonesian<br />
Forest and Climate Support (IFACS). Program ini adalah bantuan dari<br />
Amerika yang berfokus pada hutan dan perubahan iklim. Lokasinya<br />
antara lain DAS Katingan, termasuk Palangka Raya dan sekitarnya, serta<br />
zona penyangga di Taman Nasional Sebangau. Beberapa kelurahan di<br />
Bukit Batu juga ternyata termasuk area penyangga. Perlu diskusi lebih<br />
lanjut untuk mengidentifikasi kemungkinan kerja sama di kemudian hari.<br />
Masyarakat Adat Bahas Topik Kebijakan di Palangka Raya<br />
Bulan Februari YTS menghadiri Kongres Nasional AMAN (Aliansi Masyarakat<br />
Adat Nusantara) di Palangka Raya. Ada sesi dialog, dimana<br />
berbagai pihak membahas masalah kebijakan terkait hak-hak masyarakat<br />
adat. Ada pula sesi lokakarya, di mana topik menari lainnya dibahas,<br />
seperti: penguatan lembaga swadaya; rancangan undang-undang<br />
pengakuan dan perlindungan masyarakat adat; keterlibatan masyarakat<br />
adat dalam politik menjelang pemilu 2014, ekonomi hijau untuk masyarakat<br />
adat; penguatan lembaga-lembaga yang membela, melindungi dan<br />
melayani masyarakat adat; serta advokasi dan pendampingan kasus.<br />
Studi Akbar tentang Pertambangan Emas Skala Kecil<br />
YTS kini sedang dalam proses menjalin kerja sama baru dengan<br />
Overseas Development Institute (ODI), sebuah lembaga riset dan<br />
pembangunan dari Inggris yang menaruh minat pada dinamika sektor<br />
pertambangan emas skala kecil di Indonesia, termasuk hubungannya<br />
dengan perusahaan tambang.<br />
Inisiatif ini didanai AusAID, dan akan membuka sisi lain dari sektor<br />
ekonomi yang tersembunyi dan belum diketahui, yang bisa melibatkan<br />
jutaan orang di Indonesia.<br />
Kemitraan Energi Bersih dan Terbarukan Segera Dimulai<br />
YTS bergabung dengan tim New Ventures Indonesia untuk mendukung<br />
proyek ‘Energi Bersih dan Terbarukan’ di Kalteng. Proyek ini bertujuan<br />
membantu usaha-usaha baru di bidang energi hijau untuk mengembangkan<br />
usaha mereka dengan memberikan konsultasi, pelatihan dan<br />
menghubungkan dengan investor.<br />
Ini adalah tantangan besar bagi Kalimantan Tengah karena hanya sedikit<br />
pengusaha yang berpengalaman di bidang ini. Kegiatan pertama akan<br />
segera diadakan di Palangka Raya dalam waktu dekat.<br />
Kilas Berita<br />
YTS Membuka Jaringan untuk<br />
Belajar tentang CSR<br />
Pada pertengahan maret, YTS menghadiri<br />
konferensi dari IBL atau Indonesia<br />
Business Links, yaitu lembaga<br />
yang aktif mempromosikan kegiatan<br />
Corporate Social Responsibility atau<br />
CSR di Indonesia.<br />
Bersama peserta dari berbagai sektor -<br />
swasta, LSM dan staf pemerintah, YTS<br />
berkesempatan memperluas jaringan<br />
kerja dan belajar bagaimana perusahaan<br />
lain menjalankan CSR. Bagi lembaga<br />
seperti YTS, datang dari wilayah<br />
seperti Kalimantan, kegiatan semacam<br />
ini sangat bermanfaat sebagai pembelajaran<br />
dan sarana membangun<br />
hubungan dengan lembaga lain yang<br />
memiliki perspektif dan kegiatan yang<br />
sama. Selama dua hari kegiatan, kami<br />
juga berkesempatan berbagi pengalaman<br />
dengan peserta lainnya.<br />
Diterbitkan oleh:<br />
Yayasan Tambuhak Sinta<br />
Jl. Rajawali VII, Srikandi III No. 100<br />
Bukit Tunggal, Palangka Raya 73112<br />
Kalimantan Tengah - Indonesia<br />
Telp. +62 (0536) 3237184<br />
Fax. +62 (0536) 3229187<br />
Email: tambuhaksinta@gmail.com<br />
Website: www.tambuhaksinta.com<br />
Rekening Bank:<br />
Agenda<br />
Januari<br />
Musrenbang Desa<br />
Pelatihan fasilitator musrenbang desa di<br />
Kahayan<br />
Briefing tentang kampanye kesehatan dan<br />
pendidikan untuk 6 desa percontohan<br />
Februari<br />
Musrenbang kecamatan<br />
Pelatihan Note-Taking<br />
Pelatihan Fotografi untuk Staf<br />
Lokakarya Nasional Kedua tentang<br />
Pencegahan Polusi Air Raksa dari<br />
Kegiatan Tambang Skala Kecil<br />
Maret<br />
Musrenbang kabupaten<br />
Pendas CU di Miri Manasa dan Kahayan<br />
Hulu Utara<br />
Pelatihan Komputer di Miri Manasa<br />
Pelatihan VIPP (Visualization in<br />
Participatory Program)<br />
Pelatihan CLAP (Community-Led Analysis<br />
and Planning)<br />
<strong>Kabar</strong> <strong>Itah</strong><br />
<strong>Kabar</strong> <strong>Itah</strong> adalah media informasi yang diterbitkan setiap triwulan oleh Yayasan<br />
Tambuhak Sinta (YTS), afiliasi PT. Kalimantan Surya Kencana (KSK), sebuah<br />
perusahaan eksplorasi mineral.<br />
Yayasan Tambuhak Sinta<br />
BNI 1946<br />
Cabang Palangka Raya<br />
Kalimantan Tengah<br />
INDONESIA<br />
Number 0114981608<br />
Swift: BNINIDJA<br />
<strong>Kabar</strong> <strong>Itah</strong> - Edisi <strong>35</strong> 6