Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
2 <strong>Bisnis</strong> Utama<br />
EDISI <strong>297</strong>/TAHUN 06, 30 JANUARI - 5 FEBRUARI 2017<br />
DP Turun<br />
Dealer Mesra dengan Finance<br />
Pasar otomotif 2017 ini mulai bergairah. Kebijakkan<br />
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menurunkan uang muka<br />
atau down payment (DP) untuk kendaraan bermotor<br />
diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan<br />
penjualan kendaraan bermotor. Hal itu guna mendorong<br />
peningkatan ekonomi nasional.<br />
OJK merealisasikan penetapan<br />
penurunan batasan uang muka pembiayaan<br />
kendaraan bermotor disektor<br />
multifinance pada 13 Desember<br />
2016 lalu. Relaksasi DP sendiri<br />
didasarkan pada tingkat kredit<br />
bermasalah atau Non Performing<br />
Finance (NPF) setiap perusahaan<br />
pembiayaan atau rasio asset bermasalah<br />
pada perusahaan atau unit<br />
usaha syariah multifinance.<br />
Jika produsen mobil sedikit<br />
kelabakan dengan kebijakan OJK,<br />
tidak demikian dengan pelaku<br />
industri mobil. Kebijakan itu<br />
disambut baik Dealer Roda 4 (R4)<br />
untuk menggencarkan penjualan.<br />
Meski kebijakan OJK pengaruhnya<br />
lebih besar terhadap proses sistem<br />
financing.<br />
“Mau dibilang berimbas atau<br />
tidak, pasti ada pengaruh. Besar<br />
kecilnya pengaruh yang bisa mengendalikan<br />
adalah kita sendiri,” kata<br />
Area Sales Manager PT United Motors<br />
Centre (UMC), Main Dealer<br />
Suzuki wilayah Jawa Timur (Jatim)<br />
Aloysius Irmawan, kepada <strong>Bisnis</strong><br />
<strong>Surabaya</strong>, pekan lalu.<br />
Ia menambahkan aturan OJK<br />
adalah aturan pemerintah yang mau<br />
atau tidak tetap harus jalan. Namun,<br />
ada sebuah trik yang disiasati agar<br />
benturannya tidak terlalu terasa<br />
pada dealer.<br />
“Kedekatan dengan finance<br />
atau leasing itu sangat penting,<br />
justru itu yang kami tekankan.<br />
Lebih rekat dengan mereka dulu,”<br />
paparnya.<br />
2016 lalu, hampir 70 persen<br />
konsumen Suzuki Jatim memakai<br />
jasa finance dari seluruh tipe yang<br />
ada. Dengan rincian backbone<br />
Suzuki adalah Ertiga, Pick Up,<br />
dan Wagon, disusul tipe lainnya.<br />
Biasanya, konsumen lebih memilih<br />
kredit untuk menjaga flow keuangan<br />
mereka.<br />
“Karena tanpa finance tak<br />
mungkin bagi dealer untuk berkembang.<br />
Apalagi untuk mobil di<br />
segmen komersial seperti Suzuki,”<br />
jelas pria berkacamata ini.<br />
Saat ini, Suzuki menerapkan<br />
minimum DP 20 persen dari harga<br />
on the road (OTR) dengan<br />
tenor 5 tahun. Empat<br />
leasing tertinggi yang<br />
memback up PT UMC<br />
adalah Suzuki Kredit<br />
Finance, Oto Wana Artha,<br />
BCA Finance, dan Indo<br />
Mobil Finance. Empat<br />
perusahaan pembiayaan<br />
ini dua diantaranya mampu mengcover<br />
DP 20 persen dengan proses<br />
cepat. Yakni, Suzuki Kredit Finance<br />
yang juga memegang angka<br />
tertinggi selama tiga bulan terakhir,<br />
dan Oto Wana Artha. Dengan DP<br />
minim tersebut menjadi keuntungan<br />
tersendiri bagi Suzuki untuk bersaing<br />
dengan kompetitornya.<br />
“Data yang dikelola dari tahun<br />
lalu, dari total penjualan 9.036, itu<br />
6.500 nya pembelian secara kredit,”<br />
imbuhnya. Setiap finance, memiliki<br />
kualifikasi dan standar sendiri untuk<br />
menentukan layak atau tidaknya<br />
menjadi nasabah mereka. Finance<br />
akan memilih dealer dengan nasabah<br />
yang minim resiko. Terlebih<br />
dengan DP ringan, tentu menjadi<br />
pertimbangan bagi perusahaan<br />
pembiayaan untuk meloloskan<br />
calon kreditur.<br />
Sebagai bocoran, BCA Finance<br />
memiliki metode baru Fast Track<br />
tanpa ribet. Cukup memberikan<br />
nomor rekening, maka pihak bank<br />
akan langsung menginput lalu<br />
mengecek semua data transaksi customer<br />
untuk menentukan kelayakan.<br />
“Program kami<br />
didukung partner leasing<br />
dan rekan sales di cabang<br />
untuk meningkatkan<br />
penjualan,” tambahnya.<br />
Sebagai Area Sales Manager,<br />
Aloysius, menyadari<br />
bahwa inovasi sangat<br />
dibutuhkan untuk menghadapi<br />
kompetitor. Terlebih persaingan<br />
pasar otomotif tahun ini diprediksi<br />
bakal lebih ketat dengan hadirnya<br />
varian terbaru dari pabrikan lain.<br />
“Tahun ini kami yakin dengan<br />
adanya mobil keluaran terbaru<br />
minimal kami mampu menghadapi<br />
persaingan otomotif R4,” paparnya<br />
optimis.<br />
Hal serupa juga disampaikan<br />
Dharmawan Halim, Area IV<br />
General Manager PT Toyota Astra<br />
Motor (TAM) beberapa waktu lalu.<br />
Toyota berancang-ancang mengukuhkan<br />
diri sebagai market leader di<br />
kelasnya.<br />
“Banyaknya kompetitor<br />
membuat Toyota terus menghadirkan<br />
produk baru dan improvement<br />
model yang mengutamakan local<br />
content yang tinggi,” terang Dharmawan.<br />
Kompetisi di pasar otomotif<br />
yang semakin ketat membuat<br />
Toyota menghadapi tantangan lebih<br />
besar ke depan.<br />
Namun, melalui produk terbaru,<br />
pengusung semangat Let’s Go<br />
Beyond ini berharap dapat membukukan<br />
kinerja yang baik dengan<br />
market share minimal 35 persen.<br />
Berdasarkan pantauan dari <strong>Bisnis</strong><br />
<strong>Surabaya</strong>, Toyota masih nyaman<br />
menetapkan DP minim di angka 30<br />
persen<br />
“Untuk sistem kredit, kami<br />
masih menjual mobil Toyota dengan<br />
minimum DP 30 persen,” ujar salah<br />
satu resepsionis PT TAM Jatim yang<br />
berlokasi di kawasan Basuki Rahmat.<br />
Harga termurah, bunga kompetitif,<br />
cash back gede, serta bonus<br />
dan pelayanan servis menjadi poin<br />
utama para sales untuk memasarkan<br />
produk mereka di tengah persaingan<br />
dengan DP minim. (lely)<br />
OJK tetap Mengkaji<br />
Rencana penurunan uang muka terus<br />
dikaji otoritas jasa keuangan (OJK). Meski<br />
usulan uang muka sebesar 0 persen batal<br />
diterapkan. Bahkan, akan memfinalkan relaksasi<br />
besaran uang muka atau down payment/DP<br />
pembiayaan kendaraan bermotor<br />
perusahaan pembiayaan (multifinance).<br />
Dalam kajian terakhir, OJK membatalkan<br />
rencana DP sebesar 0 persen. Namun, multifinance<br />
dengan kualitas pembiayaan baik<br />
dapat menawarkan besaran DP sebesar 5<br />
persen.<br />
Relaksasi DP multifinance ada besaran<br />
uang muka yang sebelumnya 15 persen<br />
berpotensi menjadi 5 persen. “Besaran<br />
DP yang 0 persen kami putuskan tidak jadi<br />
diterapkan. Saat ini lagi tahap finalisasi (relaksasi),<br />
nanti dilihat (perusahaan) mana<br />
yang mendapat DP 5 persen atau yang<br />
meraih DP 10 persen,” kata Kepala Eksekutif<br />
Pengawas Industri Keuangan Non Bank<br />
(IKNB) OJK Firdaus Djaelani.<br />
Seperti diketahui, ketentuan uang muka<br />
yang berlaku bagi perusahaan pembiayaan<br />
sesuai surat edaran OJK nomor 19/SEO-<br />
JK.05/2015 dan nomor 20/SEOJK.05/2015.<br />
Dengan SE tersebut OJK menyatakan multifinance<br />
dengan non performing financing<br />
(NPF) kurang dari 5 persen dapat memberlakukan<br />
DP kendaraan roda dua dan empat<br />
untuk produktif sebesar 15 persen, serta<br />
uang muka 20 persen untuk pembiayaan<br />
mobil segmen konsumtif.<br />
“Awalnya, DP 0 persen itu merupakan<br />
usulan Asosiasi Perusahaan Pembiayaan<br />
Indonesia (APPI). Namun, setelah dilakukan<br />
forum group diskusi, ternyata mayoritas<br />
tak mengusulkan hal itu,” ujar Firdaus. Dia<br />
menuturkan sebagian besar multifinance<br />
tak menghendaki usulan tersebut karena<br />
khawatir rasio kredit bermasalah atau nonperforming<br />
financing (NPF) semakin meningkat.<br />
Head of Region PT Adira Dinamika Multifinance<br />
Tbk Jawa Timur (Jatim) Krisdianto,<br />
dalam menanggapi relaksasi aturan Loan<br />
to Value (LTV) kredit kepemilikan rumah<br />
sebelumnya. Saat ini multifinance masih<br />
mengikuti aturan OJK yang melonggarkan<br />
FTV pada 2015. Yakni, 75–80 persen. Dimana<br />
uang muka yang harus dibayarkan<br />
konsumen 20–25 persen. ’’Kalau kendaraan<br />
roda dua, DP-nya 20 persen,’’ terangnya.<br />
Dengan kondisi ini, Adira Jatim mencatat<br />
outstanding pembiayaan sekitar Rp<br />
350 miliar per bulan. Periode Januari - Mei<br />
2016, total outstanding pembiayaan mencapai<br />
Rp 1,75 triliun. Jumlah itu tumbuh<br />
sepuluh persen secara year on year. Angka<br />
pertumbuhan tersebut masih berada<br />
dibawah target perseroan yang mencapai<br />
15 persen.<br />
Jika memungkinkan, tambah Krisdianto,<br />
OJK dapat melonggarkan aturan FTV<br />
setelah lebaran. Ketua APPI Suwandi W<br />
Siahaan, menilai, jika besaran DP dari 15<br />
persen turun jadi 5 persen masih dalam<br />
kategori yang baik bagi multifinance.<br />
APPI memperkirakan total aset industri<br />
multifinance dapat tumbuh maksimal<br />
1 persen secara year on year (yoy) pada<br />
akhir 2016. Sedangkan piutang pembiayaan<br />
dapat naik kisaran 3-5 persen (yoy).<br />
Data statistik menunjukan perusahaan<br />
pembiayaan yang dipublikasikan OJK,<br />
hingga Agustus 2016 piutang pembiayaan<br />
industri multifinance naik 2,97 persen secara<br />
year to date (ytd) menjadi Rp 374,06<br />
triliun. Industri mengalami kenaikan total<br />
aset 1,65 persen (ytd) menjadi Rp 432,74<br />
triliun. Meski demikian, pertumbuhan aset<br />
multifinance secara yoy minus 1,14 persen<br />
dibanding posisi Agustus 2015 yang sebesar<br />
Rp 437,74 triliun. (ton)