27.03.2017 Views

MAKALAH BAHASA INDONESIA KALIMAT

Download Makalah Bahasa Indonesia Tentang Kalimat

Download Makalah Bahasa Indonesia Tentang Kalimat

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>BAHASA</strong> <strong>INDONESIA</strong><br />

<strong>KALIMAT</strong><br />

Disusun Oleh :<br />

Bagus Perwira – 5177<br />

Yosef Kely – 5294<br />

Andreas Anang – 5485<br />

Imma Ayu – 5567<br />

Helga Laksita – 5612


Fakultas Teknologi Industri<br />

Teknik Informatika<br />

Universitas Atma Jaya Yogyakarta<br />

BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

1. Latar Belakang Masalah<br />

Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis,<br />

harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Bila tidak memiliki unsur subjek dan<br />

unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Kata yang seperti itu hanya dapat<br />

disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa. Kalimat adalah<br />

satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran<br />

yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras<br />

lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf<br />

latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda<br />

tanya (?) dan tanda seru (!).<br />

Kalimat dapat terdiri dari banyak kata dan banyak klausa. Kalimat yang<br />

memiliki banyak klausa disebut kalimat majemuk dan kalimat yang hanya terdiri dari<br />

satu klausa disebut kalimat tunggal. Beberapa contoh akan dijelaskan di sini untuk<br />

dapat membantu pembaca sehingga dapat lebih mengerti akan bahasan makalah ini<br />

yaitu unsur dan struktur kalimat.<br />

2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kalimat?<br />

2. Apa saja unsur kalimat?<br />

3. Bagaimanakah struktur suatu kalimat?<br />

4. Bagaimana membuat kalimat yang baik dan benar?<br />

3. Tujuan<br />

Makalah ini dibuat untuk :<br />

1. Menjelaskan unsur dan struktur kalimat kepada pembaca.<br />

2. Menambah pengetahuan akan penggunaan kalimat yang baik dan<br />

benar.<br />

3. Memberikan contoh-contoh penjelasan akan unsur dan kalimat.<br />

BAB II<br />

PEM<strong>BAHASA</strong>N<br />

1. Pengertian Kalimat<br />

Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan/tulisan yang<br />

memiliki ciri dapat berdiri sendiri dan memiliki makna yang utuh. Kalimat<br />

memiliki intonasi akhir, baik yang mendatar, menaik, maupun menurun dan<br />

memiliki klausa dengan dua unsur pokok yaitu subjek dan predikat.<br />

Berikut ini adalah contoh kalimat secara umum :<br />

- Angga adalah pemenang lomba Masak Daging Kuda yang pertama.<br />

- Pergi!


- Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras itu.<br />

Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur<br />

kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat<br />

antara lain SPOK :<br />

- Subjek / Subyek (S)<br />

- Predikat (P)<br />

- Objek / Obyek (O)<br />

- Keterangan (K)<br />

2. Unsur-unsur Kalimat<br />

a. Subjek<br />

Subjek disebut juga pokok kalimat karena merupakan inti dari kalimat.<br />

Biasanya subjek merupakan kata benda atau kata lain yang dibendakan. Untuk<br />

dapat mencari subjek dalam suatu kalimat maka menggunakan kata tanya ‘apa’<br />

untuk subjek orang, ‘siapa’ untuk subjek bukan orang.<br />

Ciri-ciri subjek adalah :<br />

- Subjek kalimat bahasa Indonesia lazimnya bersifat pasti<br />

(definite).<br />

- Subjek kalimat yang diawali dengan kata ‘bahwa’ itu<br />

merupakan klausa nomina.<br />

- Subjek dimungkinkan memiliki pewatas ‘yang’.<br />

- Subjek kalimat tidak pernah didahului oleh preposisi atau kata<br />

depan.<br />

Contoh :<br />

Toni berma bola.


in<br />

S<br />

Untuk mengetahui subjek kalimat di atas caranya dengan<br />

menanyakan (dengan kata tanya siapa untuk subjek orang) ‘Siapa<br />

yang sedang bermain bola?’ maka jawabannya adalah Toni.<br />

b. Predikat<br />

Predikat merupakan unsur inti pada kalimat yang berfungsi untuk<br />

menerangkan subjek. Untuk mencari predikat dalam kalimat dapat diajukan<br />

pertanyaan dengan kata tanya “mengapa” dan “bagaimana”.<br />

Ciri-ciri predikat adalah :<br />

- Kata Adalah atau Ialah<br />

Predikat pada kalimat nominal lazimnya menggunakan kata<br />

‘adalah’ atau ‘ialah’. Dikatakan kalimat nominal karena<br />

predikat kalimat itu bukan kata kerja/verba. Predikat ‘adalah’<br />

digunakan untuk menghubungkan pelengkap atau komplemen.<br />

Penegasan untuk predikat yang berupa verba dan adjektiva<br />

dilakukan dengan kata ‘tidak’, sedang untuk predikat yang tidak<br />

berupa verba atau adjektiva, dilakukan dengan menggunakan<br />

kata ‘bukan’. Kalimat dengan Predikat demikian terutama<br />

digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat<br />

pengganti predikat.<br />

- Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas<br />

Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai<br />

kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan.<br />

Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat<br />

yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai


Contoh :<br />

modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara<br />

(subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.<br />

Total pengunjung Dufan adalah 1500 orang.<br />

S<br />

P<br />

c. Objek<br />

Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu<br />

kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek.<br />

Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak<br />

memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan<br />

berawalan me-. Merupakan keterangan predikat yang erat hubungannya dengan<br />

predikat.<br />

Ciri-ciri objek ini sebagai berikut :<br />

- Langsung di Belakang Predikat<br />

Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak<br />

pernah mendahului predikat dan di antara predikat dan objek<br />

tidak dapat disisipkan preposisi.<br />

- Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif<br />

Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi<br />

subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif<br />

ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif<br />

menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan<br />

perubahan bentuk verba predikatnya.


- Terdiri dari dua macam yaitu objek penderita dan objek<br />

penyerta<br />

Objek penderita adalah kata benda atau yang dibendakan baik<br />

berupa kata atau kolompok kata yang merupakan sasaran<br />

langsung dari perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh<br />

subjek.<br />

Makna objek penderita :<br />

1. Penderita<br />

Contoh : Pak Ali membajak sawah.<br />

2. Penerima<br />

Contoh : Ibu menjahit baju adik.<br />

3. Tempat<br />

Contoh : Wisatawan mengunjungi Pulau Bali.<br />

4. Alat<br />

Contoh : Andi melempar bola ke arah Budi.<br />

5. Hasil<br />

Contoh : Anak-anak mengerjakan tugas pelajaran Bahasa<br />

Indonesia.<br />

Objek penyerta adalah objek yang menyertai subjek dalam<br />

melakukan atau mengalami sesuatu.<br />

Makna objek penyerta :<br />

1. Penderita.<br />

Contoh : Ibu membelikan adik buku baru.<br />

2. Hasil.


Contoh : Penjahit itu membuatkan ibu baju kebaya.<br />

Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak<br />

pernah mendahului predikat.<br />

- Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan<br />

anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat<br />

transitif.<br />

Contoh objek kalimat :<br />

Ibu membelikan adik buku baru.<br />

S P O<br />

d. Pelengkap<br />

Dalam banyak hal, objek dan komplemen memiliki kesamaan. Komplemen<br />

menempati posisi di belakang predikat, tidak pernah diawali oleh preposisi atau<br />

depan, dan juga bersifat wajib hadir untuk melengkapi sebuah kalimat.<br />

Komplemen atau pelengkap itu harus hadir apabila predikatnya berupa verba aktif<br />

intransitif. Perbedaan yang mendasar antara objek dan pelengkap adalah bahwa<br />

komplemen tidak pernah dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif.<br />

Ciri – ciri pelengkap sebagai berikut :<br />

- Di Belakang Predikat<br />

Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di<br />

belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi<br />

unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat<br />

berikut.<br />

a) Diah mengirimi saya buku baru.<br />

b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.


Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai<br />

pelengkap dan tidak mendahului predikat.<br />

- Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.<br />

Contoh :<br />

a. Pemuda itu bersenjatakan parang.<br />

Kata parang adalah pelengkap.<br />

Bila ditanyakan “Bersenjatakan apa?” maka jawabannya<br />

parang (parang sebagai pelengkap).<br />

b. Budi membaca buku.<br />

Bila ditanyakan “Membaca apa?” maka jawabannya<br />

buku (buku sebagai objek karena dapat menempati subjek).<br />

- Unsur pelengkap atau komplemen tidak mungkin menduduki<br />

posisi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan<br />

pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek<br />

kalimat pasif, bukan pelengkap.<br />

Contoh pelengkap kalimat :<br />

Diah mengirimi saya buku baru.<br />

S P O Pelengkap<br />

e. Keterangan


Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih<br />

lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi<br />

tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata,<br />

frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi,<br />

seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk.<br />

Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti<br />

ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga.<br />

Jenis-jenis keterangan :<br />

1. Keterangan tempat<br />

Contoh : Ayah akan pergi ke Surabaya.<br />

2. Keterangan waktu<br />

Contoh : Andi belajar matematika pukul 8 malam.<br />

3. Keterangan cara<br />

Contoh : Bacalah buku itu dengan seksama.<br />

4. Keterangan tujuan<br />

Contoh : Bayi harus minum susu supaya sehat.<br />

5. Keterangan sebab<br />

Contoh : Toni tidak naik kelas karena malas belajar.<br />

6. Keterangan aposisi<br />

Contoh : Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.<br />

7. Keterangan tambahan<br />

Contoh : Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.<br />

8. Keterangan pewatas<br />

Contoh : Mahasiswa yang mempunyai indeks prestasi di atas tiga<br />

mendapat beasiswa.


Contoh keterangan yaitu :<br />

Ayah pergi ke Surabaya.<br />

S P Keterangan<br />

3. Struktur Kalimat<br />

Menurut bentuknya kalimat bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua,<br />

yaitu kalimat tunggal/kalimat dasar dan kalimat majemuk/kalimat luas. Kalimat<br />

tunggal hanya terdiri dari satu klausa, sedangkan kalimat majemuk terdiri dari lebih<br />

satu klausa. Contoh:<br />

(1)Budi sedang tidur.<br />

(2)Budi sedang tidur sedangkan Andi sedang mandi.<br />

a. Struktur kalimat dasar<br />

Kalimat dasar/kalimat tunggal/kalimat sederhana adalah kalimat yang<br />

hanya memiliki satu subjek dan satu predikat.<br />

Dalam bahasa Indonesia dikenal 6 struktur/pola kalimat tunggal, yakni:<br />

1. KB + KK<br />

Mahasiswa berdiskusi.<br />

2. KB + KK + KB<br />

Mereka menonton film.<br />

3. KB + KK + KB + KB


Paman mencarikan saya pekerjaan.<br />

4. KB + KS<br />

Dosen itu ramah.<br />

5. KB + K.Bil<br />

Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.<br />

6. KB + (KD + KB)<br />

Tinggalnya di Palembang.<br />

7. KB1 + KB2<br />

Rustam peneliti.<br />

Pola-pola kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca<br />

sebagai berikut.<br />

Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda<br />

(mahasiswa) dan predikat (P) kata kerja (berdiskusi). Kalimat itu<br />

menjadi Mahasiswa berdiskusi (S-P).<br />

Contoh lain:<br />

Pertemuan APEC sudah berlangsung. (S – P)<br />

Pola 4 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu)<br />

dan berpredikat kata sifat (ramah). Kalimat itu menjadi Dosen itu<br />

ramah (S-P).<br />

Contoh lain:<br />

Komputernya rusak. (S – P)


Pola 5 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku<br />

itu) dan berpredikat kata bilangan (sepuluh ribu rupiah). Kalimat<br />

selengkapnya ialah Harga buku itu sepuluh ribu rupiah (S-P).<br />

Contoh lain:<br />

<br />

Panjang jalan tol Cawang-Tanjung Priok tujuh belas<br />

kilometer. (S – P)<br />

Ketiga pola kalimat di atas masing-masing terdiri atas satu<br />

kalimat tunggal. Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan<br />

menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan menambahkan<br />

kata-kata pada unsur-unsurnya itu, kalimat akan menjadi panjang (lebih<br />

panjang daripada kalimat asalnya), tetapi masih dapat dikenali unsur<br />

utamanya.<br />

Kalimat Mahasiswa berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat<br />

Mahasiswa semester III sedang berdiskusi di aula (S P K). Perluasan<br />

kalimat itu adalah hasil perluasan subjek mahasiswa dengan semester<br />

III. Perluasan predikat berdiskusi dengan sedang, dengan<br />

menambahkan keterangan tempat di akhir kalimat.<br />

b. Struktur kalimat majemuk<br />

Kalimat majemuk setara<br />

Konstruksinya sangat sederhana yakni kalimat tunggal/kalimat dasar<br />

yang digabungkan dengan konjungsi/kata penghubung yang disebut<br />

konjungsi koordinatif, contohnya: dan, atau, sedangkan, tetapi, melainkan.<br />

Contoh kalimat majemuk setara:<br />

Adik sedang tidur, sedangkan Ibu sedang memasak di dapur.<br />

Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai<br />

berikut.


1. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan<br />

atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan<br />

hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.<br />

Contoh:<br />

<br />

<br />

Kami membaca.<br />

Mereka menulis.<br />

Kami membaca dan mereka menulis.<br />

Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu<br />

lebih dari dua kalimat tunggal.<br />

Contoh:<br />

<br />

<br />

<br />

Direktur tenang.<br />

Karyawan duduk teratur.<br />

Para nasabah antre.<br />

Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.<br />

2. Kedua kaltunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat<br />

dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan<br />

pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara<br />

pertentangan.<br />

Contoh:<br />

<br />

<br />

Amerika dan Jepang tergolong negara maju.<br />

Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara<br />

berkembang.<br />

Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan<br />

Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.


3. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu<br />

dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan.<br />

Contoh:<br />

<br />

<br />

Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat<br />

remaja, kemudian disebutkan nama-nama juara MTQ<br />

tingkat dewasa.<br />

Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu<br />

Pak Ustad membacakan doa selamat.<br />

4. Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata<br />

atau jika kalimat ituv menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut<br />

kalimat majemuk setara pemilihan.<br />

Contoh:<br />

<br />

Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor<br />

pos yang terdekat, atau para petugas menagihnya ke rumah<br />

pemilik televisi langsung.<br />

Kalimat Majemuk Bertingkat / tidak Setara<br />

Di dalam kalimat majemuk tidak setara hubungan klausa yang satu<br />

dengan yang lain adalah sebagai induk dan anak. Sehingga dapat dikatakan<br />

bahwa sesungguhnya yang satu menjadi sub bagian yang lain.<br />

Contoh:<br />

(1) Dia tidak berangkat kuliah karena hujan deras sekali.<br />

(2) Jika dia datang nanti, saya akan segera pergi.<br />

Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas<br />

dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Inti gagasan dituangkan<br />

ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan


waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan<br />

yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.<br />

Contoh:<br />

1. a. Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)<br />

b. Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer. (tunggal)<br />

c. Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka<br />

masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.<br />

2. a. Para pemain sudah lelah<br />

b. Para pemain boleh beristirahat.<br />

c. Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.<br />

Contoh kalimat :<br />

Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan<br />

membawamu ke hotel-hotel besar.<br />

Anak kalimat:<br />

Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.<br />

Induk kalimat:<br />

Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.<br />

Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena,<br />

apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah,<br />

sebelum, kendatipun, bahwa, dan sebagainya<br />

Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk tak setara (bertingkat)<br />

dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan<br />

kalimat majemuk tak setara (bertingkat).<br />

Misalnya:<br />

1. Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.<br />

2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum<br />

selesai.<br />

Kalimat pertama terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat<br />

majemuk setara, kami pulang, tetapi mereka masih bekerja, dan anak<br />

kalimat karena tugasnya belum selesai. Jadi, susunan kalimat kedua adalah<br />

setara + bertingkat.


BAB III<br />

KESIMPULAN<br />

Kalimat yang mewakili suatu gagasan dari suatu pemikiran ternyata memiliki berbagai<br />

unsur kalimat dan memiliki struktur kalimat yang kompleks. Untuk itu diperlukan kebiasaan<br />

untuk mengolah kata dengan baik sehingga dapat membuat kalimat yang menarik, benar<br />

secara struktural, dan tidak membosankan. Terutama dalam bahasa penulisan yang terkadang<br />

setiap kalimatnya dapat dibaca dengan intonasi yang berbeda oleh setiap orang.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!