kimia-anorganik-taro-saito
8 Reaksi dan Sifat-sifat Fisik Bidang-bidang yang penting dalam kimia anorganik kini antara lain: sintesis organik yang menggunakan senyawa kompleks dan organologam, katalis homogen, bioanorganik untuk mengelusidasi reaksi biologis yang melibatkan logam, dan mempelajari sifat padatan seperti katalisis padatan, hantaran, kemagnetan, sifat optis. Kimia anorganik dasar, walaupun awalnya kurang berkembang dibandingkan dengan kimia organik, kini menikmati perkembangan yang cepat dan meliputi semua unsur. Konstruksi teori ikatan, struktur dan reaksi yang meliputi molekul dan padatan adalah tantangan di waktu-waktu yang akan datang. 8.1 Reaksi katalisis Katalis menurunkan energi aktivasi reaksi dan meningkatkan laju reaksi, melalui peningkatan konstanta laju. Oleh karena itu, katalis sangat penting dalam industri kimia, penanganan gas buang dan reaksi kimia lain. Walaupun esensi katalis secara kimia agak kabur, aspek praktis katalis telah berkembang berbasiskan akumulasi pengetahuan empiris. Pengetahuan kita tentang mekanisme katalisis homogen berkembang seiring dengan perkembangan kimia anorganik, demikian juga pemahaman tentang katalisis padatan. a Katalis homogen Kimia katalis yang larut dalam pelarut telah berkembang dengan sangat pesat sejak penemuan katalis Wilkinson (1965), [RhCl(PPh 3 ) 3 ]. Kompleks ini bewarna ungu kemerahan yang terbentuk dengan pemanasan RhCl 3 .3H 2 O dan PPh 3 dengan refluks dalam etanol. Bila dilarutkan dalam pelarut organik, kompleks ini merupakan katalis yang sangat baik untuk hidrogenasi hidrokarbon tak jenih membentuk hidrokarbon jenuh pada suhu dan tekanan kamar, dan dapat juga mengkatalisis reaksi hidroformilasi olefin dengan H 2 dan CO membentuk aldehida. Di masa lalu, mekanisme reaksi katalitik biasanya tidak jelas. Sebelum katalis Wilkinson, proses Reppe, yang mengoligomerisasi asetilen atau katalis Ziegler Natta yang mempolimerisasi olefin dan diena, telah ditemukan dan studi detail tentang katalisis homogen telah dilakukan dari sudut pandang kimia koordinasi. Selanjutnya, reaksi katalitik kini dinyatakan sebagai siklus yang terdiri atas kombinasi beberapa tahap elementer yang terjadi pada kompleks katalis. 171
Koordinasi dan disosiasi Harus ada proses saat reaktan seperti olefin diaktivasi dan bereaksi dengan reaktan lain setelah dikoordinasikan pada logam pusat kompleks, dan ikatan ini terdisosiasi membentuk produk. Adisi oksidatif. Adisi oksidatif adalah satu di antara beberapa reaksi elementer kunci dalam kompleks logam. Reaksi ini adalah reaksi senyawa seperti logam alkil halida, RX, asam, HX atau dihidrogen, H 2 pada logam dalam suatu kompleks yang kemudian terdisosiasi menjadi R dan X, H dan X, H dan H, yang diikat pada logam sebagai dua fragmen anion. Bila ligan lain pada kompleks awal tidak keluar, bilangan koordinasinya meningkat sebanyak 2. Karena ligan alkil, halogen, dan hidrida lebih elektronegatif pada logam pusat, ligan-ligan ini dianggap secara formal sebagai ligan anion setelah koordinasi. Oleh karena itu, bilangan oksidasi ligamnya meningkat setelah reaksi adisi ini. Karena reaksi adisi disertai dengan oksidasi logamnya, reaksi ini disebut dengan reaksi adisi oksidatif. Misalnya, reaksi adisi alkilhalida pada kompleks iridium(I) tetra-koordinat [IrCl(CO)(PPh 3 ) 2 ], [Ir I Cl(CO)(PPh 3 ) 2 ] + RI → [Ir III (Cl)(I)(R)(CO)(PPh 3 ) 2 ] Iridium menjadi heksa-koordinat dan mengalami oksidasi dua elektron dari +1 menjadi +3. Karena molekul RI netral ditambahkan, tidak ada perubahan muatan dalam kompleks, dan bila alkil dan iodin adalah anion, bilangan oksidasi logamnya harus meningkat sebanyak 2 satuan. Perubahan yang sama juga terjadi bila dua ligan hidrida dibentuk sebagai akibat penambahan dihidrogen. Reaksi kebalikannya disebut eliminasi reduktif. Baik aksi oksidasi dan reduksi sangat penting sebagai tahap elementer dalam mekanisme katalisis homogen yang melibatkan hidrokarbon dan dihidrogen. Latihan 8.1. Bagaimana bilangan oksidasi rodium berubah dengan eliminasi reduktif dihidrogen dari [RhCl(H) 2 (PPh 3 ) 2 Sol)]? [Jawab] Berubah dari Rh(III) ke Rh(I). 172
- Page 130 and 131: Gambar 6.2 Pseudorotasi Berry. Komp
- Page 132 and 133: 6.2 Struktur electronik kompleks Di
- Page 134 and 135: Gambar 6.6 Pembelahan medan ligan d
- Page 136 and 137: Gambar 6.7 Perubahan energi orbital
- Page 138 and 139: di orbital yang lebih atas, sistemn
- Page 140 and 141: Gambar 6.10 Orbital molekul ikatan
- Page 142 and 143: Gambar 6.12 Perubahan energi akibat
- Page 144 and 145: Gambar 6.13 Spektrum absorpsi visib
- Page 146 and 147: magnet. Selain metoda ini, metoda y
- Page 148 and 149: pada atom besi. Walaupun berbagai m
- Page 150 and 151: menutupi tiga logam) berkoordinasi
- Page 152 and 153: Tabel 6.5 Haptisitas dan jumlah ele
- Page 154 and 155: Gambar 6.16 Struktur ferosen. Anali
- Page 156 and 157: Kompleks arena Senyawa aromatik ada
- Page 158 and 159: Tabel 6.7 Kompleks fosfin tersier (
- Page 160 and 161: Gambar 6.19 Struktur [CoH(N 2 )(PPh
- Page 162 and 163: Konsep ikatan tunggal antar logam y
- Page 164 and 165: Gambar 6.22 Tumpang tindih orbital
- Page 166 and 167: Kompleks kluster logam dapat secara
- Page 168 and 169: Gambar 6.25 Struktur [Fe 4 S 4 (SR)
- Page 170 and 171: Kestabilan termodinamika produk sub
- Page 172 and 173: medan ligan. Oleh karena itu, laju
- Page 174 and 175: 6.4 Usulkan cara sintesis selektif
- Page 176 and 177: Tabel 7.1 Sifat-sifat lantanoid Kar
- Page 178 and 179: T ln 2 0.693 = = λ λ Latihan 7.2
- Page 182 and 183: Reaksi sisipan Dalam reaksi suatu l
- Page 184 and 185: 8.2 Bioanorganik Banyak reaksi biol
- Page 186 and 187: Fiksasi nitrogen Reaksi yang mengub
- Page 188 and 189: eduksi Mn(IV) menjadi Mn (II) dalam
- Page 190 and 191: Gambar 8.4 Struktur YBa 2 Cu 3 O 7-
- Page 192 and 193: Kemagnetan Bahan magnetik dibagi at
- Page 194 and 195: Solusi 1.1 2.1 2.2 Dalam ikatan σ,
- Page 196 and 197: 5.1 2 Li + C 4 H 9 Br ➝ LiC 4 H 9
- Page 198 and 199: Proses Haber-Bosch menggunakan kata
- Page 200 and 201: Indeks 2-pusat 2-elektron .........
- Page 202: struktur Lewis ....................
Koordinasi dan disosiasi Harus ada proses saat reaktan seperti olefin diaktivasi dan bereaksi<br />
dengan reaktan lain setelah dikoordinasikan pada logam pusat kompleks, dan ikatan ini terdisosiasi<br />
membentuk produk.<br />
Adisi oksidatif. Adisi oksidatif adalah satu di antara beberapa reaksi elementer kunci dalam<br />
kompleks logam. Reaksi ini adalah reaksi senyawa seperti logam alkil halida, RX, asam, HX atau<br />
dihidrogen, H 2 pada logam dalam suatu kompleks yang kemudian terdisosiasi menjadi R dan X, H<br />
dan X, H dan H, yang diikat pada logam sebagai dua fragmen anion. Bila ligan lain pada kompleks<br />
awal tidak keluar, bilangan koordinasinya meningkat sebanyak 2. Karena ligan alkil, halogen, dan<br />
hidrida lebih elektronegatif pada logam pusat, ligan-ligan ini dianggap secara formal sebagai ligan<br />
anion setelah koordinasi. Oleh karena itu, bilangan oksidasi ligamnya meningkat setelah reaksi<br />
adisi ini. Karena reaksi adisi disertai dengan oksidasi logamnya, reaksi ini disebut dengan reaksi<br />
adisi oksidatif.<br />
Misalnya, reaksi adisi alkilhalida pada kompleks iridium(I) tetra-koordinat [IrCl(CO)(PPh 3 ) 2 ],<br />
[Ir I Cl(CO)(PPh 3 ) 2 ] + RI → [Ir III (Cl)(I)(R)(CO)(PPh 3 ) 2 ]<br />
Iridium menjadi heksa-koordinat dan mengalami oksidasi dua elektron dari +1 menjadi +3.<br />
Karena molekul RI netral ditambahkan, tidak ada perubahan muatan dalam kompleks, dan bila<br />
alkil dan iodin adalah anion, bilangan oksidasi logamnya harus meningkat sebanyak 2 satuan.<br />
Perubahan yang sama juga terjadi bila dua ligan hidrida dibentuk sebagai akibat penambahan<br />
dihidrogen.<br />
Reaksi kebalikannya disebut eliminasi reduktif. Baik aksi oksidasi dan reduksi sangat penting<br />
sebagai tahap elementer dalam mekanisme katalisis homogen yang melibatkan hidrokarbon dan<br />
dihidrogen.<br />
Latihan 8.1. Bagaimana bilangan oksidasi rodium berubah dengan eliminasi reduktif dihidrogen<br />
dari [RhCl(H) 2 (PPh 3 ) 2 Sol)]?<br />
[Jawab] Berubah dari Rh(III) ke Rh(I).<br />
172