11.07.2017 Views

Ulin News 2017

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

LAPORAN UTAMA<br />

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMATIK (SLE)<br />

“PENYAKIT SERIBU WAJAH”<br />

Oleh: dr. I Nyoman Suarjana, S.PD-KR<br />

Divisi Reumatologi Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK ULM<br />

RSUD <strong>Ulin</strong> Banjarmasin<br />

Penyakit lupus eritematosus sistemik atau<br />

lebih dikenal dengan sebutan SLE atau LES<br />

atau berbagai istilah lainnya seperti penyakit<br />

dengan seribu wajah, merupakan salah satu<br />

penyakit reumatik autoimun yang memerlukan<br />

perhatian khusus, baik dalam mengenali tampilan<br />

klinis penyakitnya maupun pengelolaannya.<br />

Karakteristik penyakit SLE berupa inflamasi<br />

yang tersebar luas yang dapat menyerang semua<br />

organ atau sistem dalam tubuh. Pola gambaran<br />

klinis pada umumnya berhubungan dengan jenis<br />

autoantibodi yang ada dalam tubuh. Etiopatologi<br />

SLE belum diketahui secara pasti, diduga melibatkan<br />

interaksi yang kompleks dan multifaktorial<br />

antara variasi genetik dan faktor lingkungan.<br />

Penyakit ini terutama menyerang perempuan<br />

usia reproduksi dengan angka kematian<br />

yang cukup tinggi. Manifestasi klinis SLE sangat<br />

luas, meliputi keterlibatan kulit dan mukosa,<br />

sendi, darah, jantung, paru, ginjal, susunan saraf<br />

pusat (SSP) dan sistem imun. Manifestasi klinis<br />

terbanyak berturut-turut adalah artritis, ruam malar,<br />

gangguan ginjal/nefropati, foto sensitivitas,<br />

keterlibatan neurologis dan demam, sedangkan<br />

manifestasi klinis yang jarang dijumpai adalah<br />

miositis, ruam diskoid, anemia hemolitik, dan<br />

lesi subkutaneus akut.<br />

Perjalanan penyakit SLE sangatlah dinamis,<br />

sehingga seringkali menyulitkan diagnosis<br />

manakala profesional medik dihadapkan pada<br />

tampilan gejala atau keluhan yang tidak lengkap.<br />

Pengenalan dini terhadap kemungkinan seseorang<br />

terkena penyakit ini sangatlah penting karena<br />

kematian dapat terjadi dengan cepat terkait<br />

aktivitas penyakitnya pada tahun-tahun pertama.<br />

Selain itu, penyulit lanjut terutama pada sistem<br />

kardiovaskular dan terganggunya berbagai fungsi<br />

organ akibat progresifitas perjalanan alamiah<br />

penyakit memberikan kontribusi yang besar terhadap<br />

morbiditas maupun mortalitas penderita<br />

SLE atau sering disebut sebagai orang dengan<br />

lupus (ODAPUS).<br />

Manifestasi klinis yang beragam, seringkali<br />

menyulitkan profesional medik yang<br />

menangani penderita tersebut sehingga terjadi<br />

keterlambatan diagnosis. Tidak jarang selama<br />

berhari-hari, berminggu-minggu hingga berbulan-bulan<br />

atau bahkan sampai bertahun-tahun<br />

pasien didiagnosis berdasarkan manifestasi<br />

klinis yang dominan terlihat seperti anemia, glomerulonefritis,<br />

dermatitis dan sebagainya. Manifestasi<br />

yang muncul dapat terjadi dalam rentang<br />

waktu yang panjang. Kelambatan dalam menegakkan<br />

diagnosis akan berpengaruh terhadap tingkat<br />

keberhasilan pengelolaan maupun harapan hidup<br />

penderita SLE.<br />

Kewaspadaan Akan Penyakit SLE<br />

Kecurigaan terhadap penyakit SLE perlu<br />

dipikirkan bila dijumpai 2 (dua) atau lebih kriteria<br />

dibawah ini, yaitu:<br />

1.Wanita muda dengan keterlibatan dua organ<br />

atau lebih.<br />

2. Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa<br />

bukti infeksi) dan penurunan berat badan.<br />

3. Muskuloskeletal: artritis, artralgia, miositis<br />

4. Kulit: ruam kupu-kupu (butterfly atau malar<br />

rash), fotosensitivitas, lesi membran mukosa, alopesia,<br />

fenomena Raynaud, purpura, urti-karia, vaskulitis.<br />

5. Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindroma<br />

nefrotik<br />

6. Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen<br />

7. Paru-paru: pleuritis, hipertensi pulmonal, lesi<br />

parenkhim paru.<br />

8. Jantung: perikarditis, endokarditis, miokarditis<br />

9. Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati,<br />

splenomegali, hepatomegali)<br />

10. Hematologi: anemia, leukopenia, dan trombosi-topenia<br />

11. Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak<br />

organik, mielitis transversa, gangguan kognitif,<br />

neuropati kranial dan perifer.<br />

Kecurigaan tersebut dilanjutkan dengan melakukan<br />

eksklusi terhadap penyakit lainnya.<br />

Diagnosis SLE<br />

Diagnosis SLE dapat ditegakkan berdasarkan<br />

gambaran klinis dan laboratorium. The American<br />

College of Rheumbatology (ACR) revisi tahun<br />

1997, mengajukan 11 kriteria untuk klasifikasi SLE,<br />

dimana bila didapatkan 4 kriteria maka diagnosis<br />

SLE dapat ditegakkan. Kriteria tersebut adalah: (1)<br />

Ruam malar, (2) Ruam discoid, (3) Fotosensitifitas,<br />

(4) Ulkus mulut atau orofaring, (5) Artritis,(6)<br />

Serositis (pleuritis atau perikarditis), (7) Kelainan<br />

ginjal (proteinuria menetap>0.5 gram/hari atau ><br />

3+ bila tidak dilakukan pemeriksaan kuantitatif<br />

atau terdapat silinder seluler, (8) Gangguan neurologis<br />

(kejang-kejang atau psikosis), (9) Gangguan<br />

hematologis (anemia hemolitik atau leukopenia<br />

atau limfopenia atau trombositopenia), (10) Kelainan<br />

imunologis (anti-DNA positif atau anti-Sm<br />

positif atau tes serologis untuk sifilis positif palsu)<br />

dan (11) Antibodi antinuklear (ANA) positif.<br />

6 ULIN <strong>News</strong> Edisi 57 Mei - Juni <strong>2017</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!