Bangkit-Berdaya-edisi-1-versi-Mobile
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
LAPORAN UTAMA<br />
PADI DI SAWAH sudah habis<br />
dibabat. Bunga-bunga<br />
pun mulai bermekaran di<br />
kaki bukit. Petani Desa<br />
Ujungjaya, Pandeglang,<br />
mulai menggantungkan cangkul mereka<br />
saat kemarau menjelang. Menanam<br />
padi tidak efektif dilakukan saat kemarau<br />
datang. Pasalnya, sawah yang ada di<br />
desa ini tadah hujan. Tidak ada irigasi<br />
yang mengairi sawah mereka. Saat<br />
kemarau, banyak petani yang banting<br />
setir, ganti profesi untuk mencari uang.<br />
Ada yang menjadi buruh, pekerja bangunan,<br />
maupun berdagang. Namun, cukup<br />
banyak juga yang menjadi petani madu.<br />
“Kalau kemarau, bunga-bunga mulai<br />
mekar. Sehingga mempermudah lebah<br />
produksi madu,” ujar Eman Sulaiman,<br />
salah seorang petani madu Desa<br />
Ujungjaya. Dikatakan Eman, sebelum<br />
tahun 2013 penghasilannya dari bertani<br />
madu sangat kecil. Madu yang dihasilkan<br />
kualitasnya sangat rendah, sehingga<br />
tak banyak yang mau membeli. Secara<br />
kuantitas pun sangat sedikit.<br />
Saat itu, banyak petani yang menerapkan<br />
cara pangkas habis saat memanen<br />
madu. Dampaknya populasi lebah hutan<br />
sangat menurun. “Sangat disayangkan,<br />
karena lebah hutan tidak dapat dibudidaya,”<br />
jelasnya. Sebenarnya, lanjut<br />
Eman, madu jika dapat diolah dengan<br />
baik hasilnya lebih besar dari bersawah.<br />
BANGKIT BERDAYA! EDISI I/TAHUN I/ JAN-MARET 2017 5