18.02.2018 Views

mwmcuhAUeH

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

2 MINGGU, 18 FEBRUARI 2018<br />

SAMBUNGAN<br />

..............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................<br />

Dituduh Gelapkan Setoran, Jukir Kritis Disiram Air Keras<br />

Anak dan Ayah<br />

ASAHAN-M24<br />

Hingga Sabtu (17/2) sore, Ambri Syahputra (10)<br />

dan ayahnya, Muhardi (40) warga Kec Pulau Pandring,<br />

Kab Asahan belum ditemukan.<br />

Menurut Kapolsek Kota Kisaran, Iptu Riato,<br />

pencarian melibatkan tim gabungan BPBD Kab Asahan<br />

terus dilakukan. "Dengan menyusuri sungai dari titik<br />

nol atau lokasi hanyutnya sang bocah dan ayahnya.<br />

Sekitar pukul 17:30 WIB, tim istirahat dan lanjut<br />

melakukan pencarian," katanya.<br />

Hanya saja, hingga berita ini dikirim ke meja<br />

redaksi, keberadaan kedua korban belum ditemukan.<br />

Diberitakan sebelumnya, berawal Ambri dan kedua<br />

orangtuanya Muhardi dan Ati (47) berlibur di pingir<br />

Sungai Sei Silau, Jumat (16/2). Setelah makan-makan,<br />

Ambri pergi bermain dan mandi-mandi di sungai. Tibatiba,<br />

Ambri terseret arus deras. Melihat itu Muhardi<br />

mengejar anak pertamanya itu. Naas, sang ayah juga<br />

ikut terseret arus. Ati juga mencoba membantu.<br />

Namun ia ditarik oleh warga. Akhirnya kedua korban<br />

menghilang ditelan arus sungai. Bersama warga, Ati<br />

melaporkan peristiwa itu ke Polsek Kota Kisaran.<br />

"Kemudian polisi dan BPBD Asahan datang membantu<br />

. Semoga dia (korban) bisa ditemukan. Kalau memang<br />

sudah tidak ada (meninggal), setidaknya bisa<br />

ditemukan," harapnya. (deni)<br />

Harimau Mengganas<br />

DOLOK SILAU-M24<br />

Warga di Juma Tusam, Huta Simeluk, Nagori Saran<br />

Padang, Kec Dolok Silau, Kab Simalungun, resah. Itu<br />

akibat sekelompok harimau masuk desa dan mengganas.<br />

Dua ekor kerbau milik Girsang Tarigan (50)<br />

jadi santapan harimau yang diduga kelaparan.<br />

Akibatnya, Gorsang mengaku rugi sekitar Rp15 juta<br />

Keterangan diperoleh, peristiwa terjadi Rabu (14/2)<br />

sekira pukul 23.00 WIB. Pascakejadian, Polres<br />

Simalungun melalui Polsek Dolok Silau bersama Balai<br />

Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera<br />

Utara, menggelar rapat koordinasi penanganan<br />

keluhan dan keresahan masyarakat Dolok Silau,<br />

Jumat (16/2) sekira pukul 09:45 WIB.<br />

"Sekelompok harimau keluar hutan dan berkeliaran<br />

di sekitar kampung hingga ke pemukiman warga. Kami<br />

pun sempat ketakutan." kata Girsang, pemilik kerbau<br />

yang dimangsa. Menurutnya, Kamis (15/2) sekitar<br />

pukul 10.00 WIB, ia mendapati seekor kerbaunya<br />

dalam keadaan mati. "Ada bekas gigitan di bagian<br />

leher. Sementara bagian belakang sampai ekor sudah<br />

habis disantap harimau," imbuh Girsang.<br />

Seekor kerbau lagi, lanjut Girsang, masih hidup<br />

tetapi ada bekas cakaran di bagian kaki. Sementara di<br />

sekitar TKP ditemukan bekas telapak kaki harimau.<br />

Personel Polsek Dolok Silau berkoordinasi dengan<br />

Pangulu dan anggota Koramil 18/ Saran Padang<br />

kemudian mengimbau warga agar tenang dan tetap<br />

waspada. "Memang ada ternak kerbau milik warga<br />

ditemukan dalam keadaan mati dengan kondisi sudah<br />

tercabik-cabik. Pemilik kerbau adalah Girsang Tarigan,"<br />

ungkap Kapolsek Dolok Silau, AKP Hilton Marpaung<br />

yang dikonfirmasi M24 usai rapat koordinasi.<br />

Pihak BKSDA, kata Kapolsek, sudah tiba di lokasi<br />

melakukan peninjauan . Kita bersama pihak BKSDA<br />

sedang melakukan investigasi lebih lanjut," tukas<br />

Hilton. (jhon)<br />

Pindah Genk<br />

SANTER dikabarkan ribut dengan salah satu<br />

anggota Girl Squad, Kerenina Sunny, maka Chacha<br />

Frederica diam-diam lengket dengan geng Mentri<br />

Ceria. Bahkan Chacha menyebut geng artis Luna<br />

Maya dan Ayu Dewi itu lebih enak diajak curhat.<br />

“Muncul katanya aku mau pindah ke geng Mentri<br />

Ceria. Kita kan bergaul sama siapa saja. Kebetulan<br />

saya cocok dan senang dekat dengan Mentri Ceria,<br />

karena nasihat mereka lebih bijaksana dan objektif,<br />

mereka lebih pengalaman juga dalam seluruh aspek<br />

kehidupan,” ungkap Chacha<br />

Frederica ditemui di kawasan<br />

Kelapa Gading, Jakarta<br />

Utara, Sabtu (17/2). (net)<br />

TELUR DADAR<br />

SETELAH melihat Barongsai pada acara Imlek di Asia<br />

Mega Mas, Lokot Tua, menyempatkan diri untuk jalanjalan<br />

di pertokoan.<br />

Lokot Tua terlihat bingung, saat dia masuk ke tengah<br />

toko PAKAIAN DALAM WANITA (BH), MELIHAT KEJADIAN<br />

ITU MAK BEDAH gadis pramuniaga toko itu menghampirinya<br />

:<br />

Mak Bedah : “Ada yang bisa di bantu kek.. ?”<br />

Lokot Tua : “Saya nyari BH tapi lupa ukurannya, Dek...!”<br />

Mak Bedah : “Apa yang seukuran semangka ?”<br />

Lokot Tua : “Bbbb bukan… Dek..!”<br />

Mak Bedah : “Seukuran jeruk mungkin ?”<br />

Lokot Tua : “Bbbb bukan… juga…!”<br />

Mak Bedah : “Mungkin seukuran telur ya..!?”<br />

Lokot Tua : “Betul.. betul.. betul.. kali itu ! Tapi yang di<br />

dadar ya Dek...!!!”<br />

Mak Bedah : “HAHHHHH....!!!???”<br />

SIMALUNGUN - M24<br />

Nuriani Sijabat (45) masih terbaring lemah di Rumah<br />

Sakit Umum Daerah (RSUD) Perdagangan, Sabtu (17/2).<br />

Tampak sebahagian wajah dan tubuh warga Lorong<br />

Sukadamai, Kel Perdagangan I, Kota Perdagangan, Kab<br />

Simalungun ini mengalami luka bakar akibat disiram air<br />

keras kimia.<br />

"Masih tergolek lemah kakak, Bang. Besoklah abang<br />

datang biar enak bicara samanya," ucap adik korban, JR<br />

Sijabat kepada M24.<br />

Menurutnya, selama tiga tahun terakhir, untuk menghidupi<br />

ketiga anaknya, Nuriani menjadi tukang parkir di<br />

sekitaran Jln Sisingamangaraja, Kota Perdagangan. Sang<br />

suami disebut merantau. Seperti biasa, Kamis (15/2) sekitar<br />

pukul 22:45 WIB, Nuriani pulang ke rumahnya dengan<br />

menumpang becak motor (betor) yang dikemudikan<br />

Miswanto.<br />

Saat melintas di gang menuju rumahnya, Nuriani melihat<br />

seorang pria perawakan agak tegap mengenakan<br />

jaket dan helm hitam duduk di atas kreta (sepedamotor)<br />

tipe bebek.<br />

Ketika betor yang ditumpanginya berdekatan dengan<br />

kreta tersebut, pelaku langsung menyiramkan cairan ke<br />

wajah dan tubuh Nuriani. Selanjutnya pelaku langsung<br />

melarikan diri ke Jln Sisingamangaraja, Kec Bandar, Kab<br />

Simalungun. Ternyata cairan yang disiramkan pelaku adalah<br />

air keras kimia. Hal itu diketahui setelah korban<br />

merasakan panas menjalar di wajah dan tubuhnya yang<br />

terkena siraman.<br />

Melihat korban menjerit kepanasan, Miswanto langsung<br />

melarikan betornya ke RSUD Perdagangan. Oleh<br />

keluarga, peristiwa itu lalu dilaporkan ke petugas Polsek<br />

Perdagangan yang tengah melakukan patroli. Mendapat<br />

informasi tersebut, petugas langsung menuju RSUD Perdagangan.<br />

Kepada petugas, korban mengaku tak mengenal sosok<br />

pria yang menyiramkan air keras tersebut. Minimnya<br />

pencahayaan dan kaca helm yang dikenakan membuat<br />

Nuriani tak dapat melihat jelas wajah pelaku. Namun korban<br />

mengaku, beberapa minggu sebelumnya pernah berselisih<br />

paham dengan koordinator parkir bernama Tumpak<br />

Samosir.<br />

"Dari keterangan tersebut, kuat dugaan bahwa pelaku<br />

adalah Tumpak Samosir," jelas Kapolsek Perdagangan,<br />

AKP Daniel A Tambunan SH SIK.<br />

Malam itu juga, pihaknya melakukan pengejaran dan<br />

menangkap pelaku dari kediamannya di Desa Kuala Tanjung,<br />

Kel Perdagangan III, Kec Bandar,<br />

Kab Simalungun. Untuk pemeriksaan<br />

intensif, pelaku diboyong ke<br />

Mapolsek Perdagangan.<br />

Interogasi awal, pelaku beralibi saat<br />

kejadian sedang berada di rumah<br />

dalam keadaan kurang sehat. Namun<br />

petugas tak percaya begitu saja. Pelaku<br />

lalu dibawa ke RSUD Perdagangan<br />

dan dikonfrontir dengan korban.<br />

MEDAN-M24<br />

Tim Intelijen Kejaksaan Tinggi<br />

Sumatera Utara (Kejatisu) menangkap<br />

Madison Silitonga, terpidana<br />

kasus korupsi pengadaan tanah di<br />

Kementerian Pekerjaan Umum Tahun<br />

Anggaran (TA) 2004. Dia diringkus di<br />

kediamannya Jln Sei Blumai, Kel Babura,<br />

Kec Medan Baru.<br />

Penangkapan langsung dipimpin<br />

Asintel Kejatisu, Idianto dibantu Kasi<br />

Idpolhankam Intelijen Kejatisu, Oki<br />

Yudhatama, Jaksa di Bidang Intelijen,<br />

Yosgernold Tarigan dan Tim Intelijen<br />

Kejatisu lainnya.<br />

“Dia dihukum tiga tahun penjara<br />

dengan denda sebesar Rp50 juta<br />

dalam kasus tersebut. Hukuman ini<br />

sudah inkraht pada tahun 2006 berdasarkan<br />

putusan MA Nomor: 441/<br />

K.Pid/2006/MA tanggal 10 Agustus<br />

2006 dan putusan PK Nomor: 61.PK/<br />

Begitu bertemu, pelaku dan korban pun<br />

terlibat cekcok. Hanya saja pelaku keukuh<br />

mengaku tak mengetahui penyiraman<br />

terhadap korban.<br />

"Sekitar pukul 02:00 WIB, hari Jumat<br />

(16/02), pelaku akhirnya mengaku<br />

bahwa dialah pelaku penganiayaan<br />

dengan modus menyiramkan cairan kimia<br />

kepada korban. Motif awal yang kami<br />

peroleh ada dendam pelaku kepada<br />

Pid.Sus/2008 tanggal 16 September<br />

2008,” ujar Idianto kepada M24, Sabtu<br />

(17/2) sore.<br />

Idianto menerangkan, selama proses<br />

persidangan, mantan pimpinan bagian<br />

proyek pengendalian banjir dan<br />

pengamanan Pantai Medan dan sekitarnya<br />

pada Kementerian Pekerjaan<br />

Umum RI tahun 2004 itu berstatus tahanan.<br />

Namun usai putusan di pengadilan,<br />

dia melakukan banding hingga<br />

kasasi ke Mahkamah Agung.<br />

“Itu kan prosesnya lama. Jadi masa<br />

penahanannya habis waktu itu. Sehingga<br />

dia bebas demi hukum. Usai putusannya<br />

inkrah hingga Mahkamah<br />

Agung pada 2008 lalu, kita melacak<br />

terpidana ini dan pada malam tadi kita<br />

tangkap,” beber Idianto.<br />

Madison dinyatakan bersalah karena<br />

menyetujui pembayaran ganti rugi<br />

tanah dan bangunan tanpa meng-<br />

korban,” tambah Daniel.<br />

Seperti pengakuan pelaku, korban<br />

dituding tidak mematuhi kesepakatan<br />

yang mereka buat. Bahkan korban dituduh<br />

menggelapkan uang setoran<br />

parkir selama lima bulan. Dalam sehari,<br />

korban berkewajiban menyetor<br />

Rp100 ribu. Total setoran yang tak<br />

disetor korban sekitar Rp15 juta.<br />

(john)<br />

Makjang! Honorer Disdik Perawani Siswi SMA di SPBU<br />

Takut Diringkus, Jaksa Intel Silitonga Nekat Lompat<br />

indahkan hasil inventarisasi yang<br />

dibuat panitia pengadaan tanah Kabupaten<br />

Deliserdang. Perbuatannya ini<br />

bertentangan dengan Kepres No.55<br />

Tahun 1993.<br />

“Akibat perbuatannya negara mengalami<br />

kerugian sebesar Rp5 miliar<br />

lebih,” ungkapnya.<br />

Idianto juga menyampaikan, saat<br />

mengetahui kedatangan Tim Intelijen<br />

Kejatisu, Madison sempat bersembunyi<br />

di atap rumah. Bahkan terpidana<br />

nekat melompati dinding bagian belakang<br />

rumah setinggi tiga meter. “Akibatnya<br />

dia mengalami luka pada bagian<br />

tangan sebelah kanan. Namun<br />

berhasil ditangkap oleh anggota tim<br />

yang sudah berjaga,” tukasnya.<br />

Selanjutnya buronan itu dibawa ke<br />

Kejatisu untuk pemeriksaan administrasi<br />

dan serah terima dengan pihak<br />

Kejari Deliserdang. (ansah)<br />

Disorong Innova Ngebut, Ayah 1 Anak Tewas Terjepit<br />

SUNGGAL-M24<br />

Kehebohan terjadi di Jln Ringroad,<br />

Pasar 3 di depan Perumahan Vila Malina<br />

Indah. Seorang tewas terjepit<br />

Toyota Innova warna hitam dan truk<br />

pasir BK 9385 DL.<br />

Informasi dihimpun, peristiwa berawal<br />

truk pasir yang dikemudian Johan<br />

Siregar (40), warga Kel Lau Cih,<br />

Kec Medan Tuntungan datang dari<br />

Simpang Pos menuju Jln Asrama, Jumat<br />

(16/2) sekitar pukul 23:00 WIB.<br />

Setiba di lokasi, truk mengalami pecah<br />

ban. Setelah memarkirkan truk, Johan<br />

meminta bantuan teman dan tetangganya,<br />

Rama alias Aceh (26).<br />

Tak lama, Aceh tiba bersama anak<br />

Johan, Mariani (16) dengan mengendarai<br />

Yamaha Jupiter MX BL 5332 UI.<br />

Selanjutnya Johan masuk ke kolong<br />

truk untuk mengganti ban yang pecah.<br />

Sementara Rama memarkirkan keretanya<br />

di belakang truk. Bersama dengan<br />

Mariani keduanya pun melihat Johan<br />

yang sedang menukangi ban truk<br />

yang pecah.<br />

“Jarak kereta sama pantat truk sekitar<br />

dua meter. Kereta menghadap ke<br />

arah berlawanan sambil menyalakan<br />

lampu untuk memberi tanda. Aku juga<br />

sudah kasih tanda pakai ban dan dahan<br />

pohon,” beber Johan kepada<br />

M24.<br />

Tanpa mereka sadari, dari arah Simpang<br />

Pos, mobil Toyota Inova hitam<br />

BK 961 SU yang dikemudikan D Manurung<br />

(71) melaju dengan kecepatan<br />

tinggi. Langsung menghantam kreta,<br />

Rama dan Mariani. “Baru lima menit aku<br />

di bawah, mobil itu masuk menghan-<br />

Gudang Penyimpanan Bansos Digrebek<br />

“Mendapat informasi itu kemudian<br />

kita tindaklanjuti untuk cek ke lokasi.<br />

Setelah dilakukan pemeriksaan benar<br />

ada ditemukan barang yang bertuliskan<br />

Dinas Sosial. Namun karena<br />

barang-barang itu milik Sibolga makanya<br />

kita koordinasikan ke Polres Sibolga,”<br />

kata AKP Dedi Kurniawan<br />

didampingi Kanit Opsnal, Dela Antomi,<br />

Sabtu (17/2).<br />

Dalam penggerebekan, Rabu (14/<br />

2) tersebut, lanjut Dedi, mantan Kepala<br />

Bidang (Kabid) Bansos Pemko Sibolga,<br />

Nursaini sempat mengamuk<br />

membantah gudang tersebut adalah<br />

miliknya. Saat petugas memanggil<br />

Kepling setempat, Nursaini pun tak<br />

berkutik.<br />

Pun begitu, Nursaini enggan membuka<br />

pintu gudang tersebut. Alasannya,<br />

kunci gudang dipegang pekerjanya<br />

yang tinggal di Sibolga. Petugas pun<br />

memerintahkan membuka gembok<br />

gudang. Dari dalam gudang ditemukan<br />

sejumlah barang bantuan berupa peralatan<br />

salon, matras, tenda, handuk<br />

dan popok bayi, mesin kompresor serta<br />

barang lainnya yang tidak disalurkan<br />

kepada masyarakat.<br />

Kepala Dinas (Kadis) Sosial Kota Sibolga,<br />

Amir Bahsyan Laoli kikuk saat<br />

dikonfirmasi soal barang bansos yang<br />

Direktur PT PMSP Divonis 4,5 Tahun<br />

PN MEDAN-M24<br />

Direktur PT Prima Mandiri Satria<br />

Perkasa (PMSP), Sri Mauliaty, dijatuhi<br />

hukuman 4 tahun 6 bulan penjara dalam<br />

sidang perkara korupsi pengadaan kapal<br />

di Dinas Perikanan dan Kelautan<br />

(Diskanla) Provinsi Sumatera Utara.<br />

Sri yang merupakan rekanan divonis<br />

paling tinggi dibanding dua terdakwa<br />

lain. Selain kurungan penjara 4,5<br />

tahun, Sri dikenai denda Rp100 juta<br />

subsidair 3 bulan kurungan. Bahkan,<br />

majelis hakim menghukum terdakwa<br />

Sri membayar Uang Pengganti (UP)<br />

sebesar Rp1,1 miliar, dengan ketentuan,<br />

bila UP tidak sanggup dibayar,<br />

maka harta bendanya disita dan dilelang<br />

untuk negara. Jika tidak mencukupi<br />

diganti dengan hukuman penjara<br />

selama 2 tahun 3 bulan.<br />

Sementara dua pejabat Diskanla<br />

Provsu, Matius Bangun selaku Kuasa<br />

Pengguna Anggaran (KPA) dan Andika<br />

Ansori Adil Nasution selaku Ketua<br />

Panitia Barang/Jasa (lelang) divonis<br />

masing-masing selama 1 tahun 4 bulan<br />

penjara dan denda Rp50 juta subsidair<br />

1 bulan kurungan. “Menyatakan ketiga<br />

terdakwa terbukti melakukan korupsi<br />

secara bersama-sama,” putus<br />

Jambret HP Ojol, Anak Sampali Mandi Darah<br />

PERCUT-M24<br />

Pelaku tindak kejahatan kembali<br />

jadi sasaran amuk warga di Jln Willem<br />

Iskandar. Tepatnya di depan warung<br />

Mie Aceh, dekat Sekolah Tinggi Ilmu<br />

Kesehatan Widya Husada, Sabtu<br />

(17/2).<br />

Ceritanya, siang itu Yopi (22),<br />

pengemudi ojek online (Ojol) mengendarai<br />

Honda Beat BK 6533 AGG sedang<br />

mengantar penumpangnya.<br />

Saat melintas di Stadion Mini Jln Willem<br />

Iskandar/Jln Pancing, Medan, warga<br />

SEI RAMPAH-M24<br />

Impian Sahrul Huda (27) menjadi<br />

Aparatur Sipil Negara (ASN) di Dinas<br />

Pendidikan Pemkab Sergai kandas<br />

sudah. Warga Simpang Roda, Desa<br />

Sei Buluh, Kec Teluk Mengkudu, Sergai<br />

ini bahkan dijebloskan ke penjara<br />

akibat memerawani siswi Kelas 1 SMA,<br />

sebut saja Bunga (15).<br />

Informasi dihimpun, berawal perkenalan<br />

di media sosial, Sahrul dan Bunga<br />

sepakat untuk bertemu di SMAN 1<br />

Sei Rampah. Selasa (13/2) sekitar<br />

pukul 14:30 WIB, Sahrul tiba dengan<br />

mengendarai Toyota Kijang Innova<br />

milik orangtuanya.<br />

Setelah puas keliling Sei Rampah,<br />

Sahrul memarkirkan mobil di kawasan<br />

SPBU Sei Rampah. Di dalam mobil, tenaga<br />

honor Disdik Sergai ini melancarkan<br />

aksinya dengan menyiumi dan<br />

menggerayangi Bunga. Akhirnya korban<br />

pasrah saat rok abu-abu hingga<br />

celana dalamnya dibuka Sahrul.<br />

Saat itu juga Sahrul sukses merengut<br />

kesucian korban. Puas menyalurkan<br />

birahinya, pelaku mengantarkan<br />

korban pulang ke Perumahan<br />

Gardena, Desa Firdaus, Kec Sei<br />

Rampah.<br />

Melihat anaknya pulang dengan<br />

wajah lesu, ibu korban, Rosmawati<br />

(47) curiga. Setelah diinterogasi, ia<br />

terkejut mendengar jawaban korban.<br />

Korban mengaku telah diperawani pelaku<br />

sembari menunjukkan kemaluannya<br />

yang berdarah. Anak kedua dari<br />

tiga bersaudara itu mengaku terpak-<br />

Jln HM Yamin ini melihat HP ASUS yang<br />

tertempel di atas speedometer korban<br />

dirampas pelaku yang mengendarai<br />

Honda Supra X warna hitam.<br />

Tak terima, korban yang memiliki 3<br />

anak ini langsung mengejar pelaku sembari<br />

berteriak ‘jambret’. Mendengar itu,<br />

pelaku yang tinggal di kawasan Sampali,<br />

Pasar 6, Kec Percut Sei Tuan gugup.<br />

Tepat di lokasi yang lalulintasnya<br />

macet, pelaku terjatuh dari kreta.<br />

Mengetahui itu, warga sekitar langsung<br />

meringkus dan memukuli pelaku.<br />

Yuli sempat memutuskan untuk pulang<br />

ke rumah asalnya di Medan dengan<br />

harapan sang suami bisa mengintropeksi<br />

diri. Selama 4 bulan berada<br />

di kampung halaman, Yuli sama sekali<br />

tidak dinafkahi. Akhirnya sang suami<br />

pun menyusulnya dan meminta agar<br />

Yuli pulang ke Duri, Riau. Yuli pun bersedia.<br />

Berharap mendapatkan perlakuan<br />

yang lebih baik, Yuli justru diperlakukan<br />

semakin parah oleh suaminya.<br />

"Dia tetap tdk jujur soal penghasilannya<br />

(tiap ditanya dia jawab: 'bukan<br />

urusan mu')," tulis Yuli.<br />

Pada suatu pagi, Yuli mendapati<br />

suaminya tak berada di rumah. Tetangga<br />

menyebut bahwa Lucen pergi lewat<br />

jendela. Ia kemudian mencari keberadaan<br />

suami di rumah adik iparnya.<br />

Benar saja, Lucen berada di sana.<br />

Pertengkaran pun sempat terjadi di<br />

rumah adik Lucen hingga akhirnya Yuli<br />

melapor ke RT setempat. Betapa kagetnya,<br />

Ketua RT menyebut, sejak pindah<br />

empat tahun lalu, Lucen dan Erlinda<br />

terdaftar sebagai suami istri.<br />

Usai kejadian tersebut, Yuli tak tinggal<br />

diam. Ia mendatangi kantor tempat<br />

suaminya bekerja. Lagi-lagi Lucen<br />

mengaku ke kantornya bahwa ia telah<br />

menikah dengan Erlinda yang tidak lain<br />

adalah adiknya sendiri.<br />

Yuli juga sempat menghubungi mer-<br />

sa.<br />

Saat itu juga, Rosmawati membawa<br />

korban melaporkan peristiwa itu<br />

ke Polres Sergai dengan Laporan Polisi<br />

nomor: LP/42/II/2018/SU/RES SER-<br />

GAI. Keesokan harinya, Rabu (14/2),<br />

pelaku yang baru pulang bermain futsal<br />

ditangkap dan langsung diboyong<br />

ke Polres Sergai.<br />

Awalnya pelaku membantah berbuat<br />

cabul. Begitu dikonfrontir dengan<br />

korban ditambah barang bukti<br />

bercak darah di rok sekolah korban,<br />

pelaku pun tak berkutik.<br />

Kasat Reskrim Polres Sergai, AKP<br />

Rahmadani yang dikonfirmasi membenarkan<br />

adanya pelaku cabul terhadap<br />

anak bawah umur yang diamankan.<br />

(darmawan)<br />

tam. Keretanya terpental sampai ke<br />

depan, si Aceh sama anakku terjepit,”<br />

jelasnya.<br />

Peristiwa itu menarik perhatian<br />

warga yang langsung memadati lokasi.<br />

Kebetulan, petugas Sabhara Poldasu<br />

melintas. Dibantu warga, petugas<br />

mengevakuasi korban ke Rumah<br />

Sakit Tere Margaret, tak jauh dari lokasi.<br />

Naas, nyawa Aceh tak tertolong.<br />

Ayah satu anak itu tewas akibat luka<br />

remuk di tubuhnya yang terjepit. Sementara<br />

Mariani yang luka-luka masih<br />

mendapat perawatan di rumah sakit<br />

tersebut.<br />

“Benar masih kita lakukan penyelidikan,”<br />

jelas Kanit Lantas Polsek<br />

Sunggal, Syahri Ramadhan terkait<br />

kecelakaan maut tersebut. (tiopan)<br />

diduga ditimbun mantan Kabidnya<br />

tersebut. Ia bahkan meminta awak<br />

media untuk tidak mempertanyakan<br />

masalah tersebut.<br />

Amir mengungkapkan, kini barang<br />

yang diamankan sudah disimpan di<br />

kantor Dinsos Sibolga. Penyitaan<br />

sudah melalui petunjuk Inspektorat<br />

Sibolga. “Kita amankan sesuai petunjuk<br />

dari inspektorat, karena ada<br />

merek Dinas Sosial dan Kemensos<br />

makanya kita ambil. Kalau tidak ada<br />

merek, barangnya tidak kita ambil.<br />

Pengambilan barang juga sudah disaksikan<br />

Inspektorat,” ungkap Amir.<br />

(rommy)<br />

Ketua Majelis Hakim, Saryana dalam<br />

sidang di Ruang Cakra IX, PN Medan,<br />

KAmis (15/2) lalu.<br />

Sebelumnya, Jaksa Penuntut Umum<br />

(JPU) Putri Marliana menuntut terdakwa<br />

Matius dan Andika masing-masing<br />

selama 2 tahun penjara dan denda<br />

Rp50 juta subsidair 2 bulan kurungan.<br />

Menanggapi putusan tersebut,<br />

keduanya langsung menyatakan terima<br />

sedangkan JPU Putri menyatakan<br />

pikir-pikir. Sementara, untuk terdakwa<br />

Sri yang hukumannya sama<br />

dengan tuntutan JPU Putri langsung<br />

menyatakan banding. (ansah)<br />

Tak tanggung, mata sebelah kanan<br />

pelaku sampai koyak. Wajah pelaku<br />

pun berlumuran darah. Sialnya, kreta<br />

pelaku (BK belum diketahui) hilang<br />

saat amuk massa itu. Kemudian pelaku<br />

diserahkan ke Polsek Percut Sei<br />

Tuan. Kepada petugas, pelaku mengaku<br />

nekat menjambret untuk biaya<br />

perobatan orangtuanya yang sedang<br />

sakit. Kapolsek Percut Sei Tuan, Kompol<br />

Hartono SIK yang dikonfirmasi<br />

membenarkan adanya pelaku jambret<br />

yang diamankan. (irwan)<br />

Suami Sudah Punya Anak dari Adik Perempuannya<br />

tuanya, namun jawaban yang diterima<br />

justru tak memuaskan. Lebih<br />

mengejutkannya lagi. "Saya membagikan<br />

kisah ini krn saya tdk mau<br />

ada korban mereka lagi setelah saya.<br />

Krn suami saya bilang setelah cerai<br />

dgn saya mamaknya akan menikahkan<br />

dia lagi," tulis Yuli.<br />

Setelah membuat status itu, Susi<br />

kemudian melapor ke polisi.<br />

"Benar, laporan tersebut ada di<br />

Polsek Mandau," kata Kapolres<br />

Bengkalis AKBP Abas Basuni seperti<br />

dilansir detikcom, Jumat (16/2/2018).<br />

Pelaporan tersebut, kata Abas, dilakukan<br />

pada 8 Desember 2017.<br />

Masih menurut Abas, laporan dari Susi<br />

Sakit-sakitan Anjal Tewas di Ruko<br />

MEDAN BARU-M24<br />

Aldy (20) ditemukan tewas di<br />

dalam Ruko kosong di Jln Nibung<br />

Raya No.20, Kel Petisah Tengah,<br />

Kec Medan Petisah, Sabtu (17/2).<br />

Informasi dihimpun di lokasi,<br />

korban tewas pertama kali diketahui<br />

rekannya, Ria (31) warga<br />

sekitar. Pagi itu ia melihat korban<br />

yang diketahui anak jalanan (anjal)<br />

tak bergerak sejak malam hari.<br />

“Dari tadi malam sudah nggak<br />

bergerak dia. Memang dia sudah<br />

sakit-sakitan selama di sini,” ucap<br />

Ria yang ditemui di lokasi kejadian.<br />

Curiga, Ria bersama Agus dan<br />

beberapa teman melaporkan hal<br />

tersebut ke Polsek Medan Baru.<br />

Petugas lalu menghubungi Kepling<br />

13 dan Tim Inafis Polrestabes Medan<br />

langsung melakukan cek TKP.<br />

Selanjutnya jenazah korban dievakuasi<br />

ke RSU dr Pirngadi Medan<br />

dengan Ambulance Puskesmas<br />

setempat.<br />

“Mayat sudah dievakuasi ke Rumah<br />

Sakit Pirngadi. Tidak ada ditemukan<br />

tanda-tanda penganiayaan<br />

di tubuh korban. Korban diduga<br />

meninggal karena sakit yang dideritanya,”<br />

ujar Kapolsek Medan Baru,<br />

Kompol Viktor Ziliwu SIK. (tiopan)<br />

“Alhamdulillah... Baca Metro 24<br />

MEDAN-M24<br />

Keceriaan terlihat jelas di wajah<br />

Yusuf (60). Pria yang menetap<br />

di Jln SM Raja/Jln Garu 1, Kec<br />

Medan Amplas, berucap syukur<br />

karena anaknya telah kembali ke<br />

rumah.<br />

Seperti diberitakan Hendra Iskandar<br />

(37), beberapa hari lamanya<br />

tak pulang. Kekhawatiran pun<br />

sempat menyergap keluarga, lantar<br />

tak ada kabar soal kepergian<br />

Hendra.<br />

Hingga kemudian, Hendra tibatiba<br />

pulang ke rumah diantar beberepa<br />

temannya usai membaca<br />

Harian Metro24. “Terima kasih<br />

Metro24. Anak kami sudah kembali.<br />

Itu setelah kawan-kawannya<br />

baca koran Metro24 di kawasan<br />

Lubukpakam soal ketidakpulangan<br />

Hendra. Kini kami sudah kumpul<br />

bersama lagi,” bilang Yusuf saat<br />

menyambangi Kantor Redaksi Harian<br />

Metro24, Sabtu (17/2) siang .<br />

Seperti diberitakan Rabu (7/2),<br />

Hendra pergi dari rumah sejak 30<br />

Januari 2018 dan tak tahu dimana<br />

rimbanya. Keluarga pun sibuk mencari<br />

ke sejumlah lokasi bahkan melapor<br />

ke polisi terkait hilangnya<br />

Yusuf. “Sempat kami cari ke bebarap<br />

lokasi, bahkan lapor polisi juga.<br />

Setelah beritanya kami naikkan ke<br />

Metro24, tiga hari berselang, anak<br />

kami pulang. Metro24 sudah dibaca<br />

sampai ke pelosok. Sekali lagi<br />

terima kasih Metro24, koran yang<br />

sudah merakyat,” pungkas Yusuf<br />

sumringah. (edi)<br />

Pick Up Bk 9748 XD Digondong<br />

KARO-M24<br />

Enam bulan menghilang, Ronny<br />

Sanjaya Sitepu (37) akhirnya<br />

diringkus personel Polsek Simpang<br />

Empat di Jln Pendidikan, Desa<br />

jaranguda, Kec Merdeka, Kab<br />

Karo.<br />

Dalam paparannya, Sabtu (17/<br />

2), Kapolsek Simpang Empat, AKP<br />

Nazrides Syarif SH menjelaskan,<br />

penangkapan sesuai laporan polisi<br />

nomor: 662/VII/2017/Su/Res.<br />

Karo/Sek Simpang empat pada<br />

tanggal 16/08/2017 yang dilaporkan<br />

oleh korban Sonyarap Tua<br />

Haloho (38), warga Desa Gongsol,<br />

Kec Merdeka, Kab Karo. Dimana,<br />

korban melaporkan pencurian<br />

Toyota Kijang pick up warna<br />

biru tua Bk 9748 XD dari samping<br />

rumahnya.<br />

Petugas lalu melakukan penyelidikan.<br />

Kerja keras penyidik pun<br />

tak sia-sia. “Bahwa pelaku beraksi<br />

berdua dengan temannya Supardi<br />

Surbakti alias Takal Besi yang<br />

lebih dulu ditangkap dan ditahan di<br />

Polsek Berastagi atas kasus curanmor<br />

roda dua, beberapa waktu<br />

lalu,” ucap Nazrides.<br />

Keduanya mengambil mobil korban<br />

dengan cara menyongkel pintu.<br />

Selanjutnya pelaku memasukkan<br />

kunci yang sudah dipersiapkan<br />

kemudian mendorong mobil keluar.<br />

Pelaku lalu menghidupkan mesin<br />

mobil dan dilarikan ke arah Tiga Binanga,<br />

Kec Tigabinanga, Kab Karo.<br />

Di sana mobil dijual ke tukang botot<br />

dengan harga Rp10 juta.<br />

Selanjutnya, Jumat (16/2) petugas<br />

menangkap pelaku Ronny di<br />

Pajak Roga Berastagi. Ia diringkus<br />

saat menunggu sayur angkutannya.<br />

Untuk proses lebih lanjut, pelaku<br />

diboyong dan dijebloskan ke<br />

tahanan Polsek Simpang Empat<br />

“Kita akan terus melakukan<br />

pengembangan untuk pencarian<br />

mobil korban yang tidak diketahui<br />

keberadaannya,” pungkas Kapolsek.<br />

(sekilap)<br />

Hidung Patah Dikeroyok 16 Santri<br />

Kali ini Pesantren Islamic Centre<br />

Jln Slamat Ketaren, Desa Medan<br />

Estate, Kec Percut Sei Tuan.<br />

Hal itu terungkap setelah Yusuf<br />

(16), santri Kelas 1 Aliyah (setingkat<br />

SMA) Pesantren Islamic<br />

Centre mendatangi Polsek Percut<br />

Sei Tuan, Sabtu (17/2) pagi. Ia<br />

bahkan sudah beberapa kali datang<br />

bersama ibunya ke Polsek<br />

untuk memberi keterangan terkait<br />

pengeroyokan yang dialaminya.<br />

Menurut Yusuf, peristiwa itu<br />

berawal hilangnya dompet salah<br />

seorang santri Kelas 2 Aliyah. Selanjutnya<br />

ia diinterogasi oleh 16<br />

kakak kelas, Kamis (8/2) malam.<br />

“Saya disuruh mengakui telah<br />

mencuri dompet tersebut, padahal<br />

saya tidak tahu sama sekali.<br />

Makanya mereka mengeroyok<br />

hingga patah tulang hidung saya,”<br />

RSVI: Selama Dirawat<br />

terkait adanya pertengkaran dengan<br />

suami dan adik iparnya.<br />

"Korban mencari suaminya, lantas<br />

berjumpa di rumah adik ipar<br />

perempuannya. Terjadi pertengkaran<br />

dan dugaan pemukulan terhadap<br />

korban," ungkap Abas.<br />

"Pertengkaran mereka itu ya<br />

soal dugaan pernikahan suaminya<br />

dengan adiknya. Tetapi laporannya<br />

ke Polsek Mandau terkait<br />

KDRT," kata Abas.<br />

Menurut Abas, pihaknya akan<br />

berupaya mendamaikan kedua<br />

belah pihak terkait laporan KDRT<br />

tersebut. "Ya nanti kita upayakan<br />

untuk berdamai agar tidak meluas<br />

ke mana-mana," kata Abas.<br />

Walau demikian, Abas mengaku<br />

tidak mengetahui pasti keberadaan<br />

pelapor saat ini. "Nah apakah<br />

pelapor masih di Duri, saya<br />

juga kurang tahu," tutup Abas.<br />

Dalam penelusuran M24, inces<br />

ucap korban sebelum memasuki<br />

ruang PPA.<br />

M24 lalu mendatangi lokasi. Hanya<br />

saja, Kepala Sekolah Pesantren<br />

Islamic Centre tidak dapat ditemui<br />

karena sedang berada di Aceh.<br />

Namun aksi pemukulan itu dibenarkan<br />

oleh Yudha, petugas keamanan<br />

pesantren. “Yang lainnya juga<br />

sedang keluar, karena sedang<br />

membagikan brosur pesantren ini.<br />

Saya tahu ada pemukulan tersebut<br />

pada malam hari, namun saya<br />

lupa harinya. Saat itu bukan jam<br />

tugas saya,” ungkap Yudha.<br />

Kapolsek Percut Sei Tuan, Kompol<br />

Hartono SIK yang dikonfirmasi belum<br />

mengetahui adanya laporan<br />

korban.<br />

“Maklum saya baru saja bertugas<br />

di Percut. Nanti saya cek ya,”<br />

ucap Hartono. (irwan)<br />

SIANTAR-M24<br />

Pihak Rumah Sakit Vita Insani<br />

(RSVI) Pematangsiantar membantah<br />

pasien Ngatiman (42), warga<br />

Afdeling IV, Nagasaribu Parbalokan,<br />

Kab Simalungun mengalami<br />

kulit melepuh akibat keracunan<br />

obat saat dirawat.<br />

“Pasien atas nama Ngatiman<br />

rujukan dari RS Balimbingan dan<br />

dirawat di RSVI Kamis, 1 Februari<br />

2018,” ucap Humas RSVI,<br />

Choki Pardede kepada M24 terkait<br />

rekam medik pasien, Sabtu<br />

(17/2).<br />

Menurut Choki, Ngatiman dirawat<br />

setelah diagnosa mengalami<br />

patah tulang (fraktur) kaki di sebelah<br />

kanan dan sudah dilakukan<br />

tindakan operasi. Sepanjang dilakukan<br />

perawatan tidak ada<br />

menunjukkan alergi sampai pasien<br />

diizinkan dokter pulang pada Selasa,<br />

6 Februari 2018.<br />

“Obat-obatan yang dimasukkan<br />

ke tubuh pasien melalui infus. Kalau<br />

infus itu 100% langsung menyebar<br />

kemana-mana. Seharusnya<br />

hari itu juga menimbulkan drug eruption<br />

(alergi obat). Ternyata sampai<br />

pasien pulang tidak ada tanda-tanda<br />

itu, aman-aman saja,” jelasnya.<br />

Reaksi alergi, lanjutnya, bisa terjadi<br />

karena obat-obatan, makanan,<br />

kosmetik, lingkungan (debu dan<br />

sebagainya) maupun inpeksi sehingga<br />

menyebabkan stevens jhonson<br />

syndrome.<br />

Pihaknya juga sudah mengonfirmasi<br />

ke bagian Farmasi bahwa tidak<br />

satupun obat yang dimasukkan<br />

bertentangan dengan alergi pasien.<br />

“Saat pulang, pasien juga diberi<br />

resep. Tapi tidak bertentangan<br />

dengan alergi pasien sesuai anjuran<br />

RS Balimbingan,” pungkasnya.<br />

Saat ini, Ngatiman dirawat di<br />

RS Royal Prima Jln Ayahanda.<br />

Tepatnya di Lantai 9 Ruang 907.<br />

(adi)<br />

antara kakak beradik itu ternyata<br />

diketahui oleh sang ibu. Hal itu terungkap<br />

dari unggahan Facebook<br />

Erlinda Aritonang yang sempat discreenshoot.<br />

Dimana Erlinda mengucapan<br />

terima kasih kepada<br />

sang ibu karena merestui hubungan<br />

sedarah antara dirinya dan<br />

Lucen. "Terimakasih mama ku tercinta<br />

karena sudah merestui<br />

hubungan ku dengan bang lucen<br />

ricardo aritonang.. walaupun seluruh<br />

keluarga menentang hubungan<br />

sedarah kami, namu kami berdua<br />

anak kandung mu tak akan<br />

pernah berpisah.. dan terimakasih<br />

juga untukmu mama karena sudah<br />

menerima buah cinta kami anakmu<br />

dan borumu kandung ini yg bernama<br />

filbert aritonang..walaupun dia<br />

tidak normal seperti anak2 lain tapi<br />

kami bangga karena dia adalah<br />

bukti cinta dari hubungan kami..."<br />

(net)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!