Sriwijaya Magazine April 2018

58
JOURNEY
Selama di perjalanan menggunakan mobil,
guncangan kenacang cukup membuat isi perut
terkocok. Mual pastinya, namun sesekali dibayar
dengan pemandangan pepohonan dan beberapa
rombongan warga sekitar yang berusaha menembus
medan tanah yang berlumpur hanya untuk bisa
membeli bahan sembako di Merauke.
Mobil yang saya tumpangi sempat terjebak lumpur
dan semua penumpang di dalamnya berhamburan
keluar. Beruntungnya perjalanan dari Merauke
menuju Tanah Merah tidak dilingkupi hutan lebat.
Sesekali ada rumah dan warung untuk
singgah dan merehatkan badan yang cukup
lelah usai berjibaku dengan guncangan hebat
di dalam mobil.
Beruntung bagi kami, hanya menghabiskan
waktu tempuh 8-10 jam untuk sampai di Tanah
Merah. Walaupun selama di perjalanan ada
lubang-lubang yang menganga serta jalanan
berlumpur sehingga membuat mobil kami
beberapa kali di derek dengan truk, tidak
sampai menghabiskan waktu sampai 2-3 hari.
F
G
Sesampainya di Tanah Merah, kami lanjut
naik pesawat berbadan kecil dengan
jarak tempuh satu jam jika cuaca cerah.
Penerbangan menuju Kampung Danowage
tidak beroperasi setiap hari.
Penumpang harus memesan tiket dahulu
untuk dapat menaiki pesawat ke sana.
Terlebih lagi, di hari Minggu hanya terdapat
penerbangan di sore hari karena jika hari
Minggu hampir semua kegiatan diliburkan.
Terlihat jelas papan bertulisan Bandara
Korowai Batu, menandakan kami sudah
sampai di Bandara Danowage. Kanan-kiri
terlihat pepohonan hijau yang rindang,
sedap sekali dipandang mata.
F
G
H
I
Seorang Ibu tampak segar
dikarenakan Ibu dan
anaknya sesudah mandi
di aliran sungai Diram.
Proses pengolahan sagu
tradisional yang berada di
Kampung Danuwage.
Rumah pohon ini
dipergunakan untuk
para wisatawan yang
berkunjung ke Suku
Korowai, kampung
Danuwage.
Seorang Kakak yang
sedang memangku
adiknya ketika duduk
manis di Bandara
Danuwage.
EDISI 86 | APRIL 2018 |