EBOOK BENTARA TRIWULAN II 2017
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
entara-i-k.com | jsh-online.com<br />
Triwulan IV / <strong>2017</strong>
Bentara<br />
Ilmu Pengetahuan Kristen<br />
Selamat Datang di Bentara Ilmu Pengetahuan Kristen !<br />
Bentara adalah satu di antara Bentara-Bentara dalam sepuluh bahasa yang<br />
diterbitkan secara online sejak tahun 2009 oleh Badan Penerbit<br />
Ilmupengetahuan Kristen. Dari tahun 1930 sampai dengan 2009, berbagai<br />
Bentara edisi cetak terbit secara triwulanan dalam kesepuluh bahasa<br />
tersebut.<br />
Mary Baker Eddy mendirikan Badan Penerbit Ilmupengetahuan Kristen di<br />
Boston, Massachusetts, AS, sebuah badan yang menangani bidang<br />
penerbitan sebagai kepanjangan tangan Gereja Pertama Kristus, Ahli<br />
Ilmupengetahuan, guna memperluas serta memajukan ajaran<br />
Ilmupengetahuan Kristen. Ny. Eddy juga menulis buku ajar Ilmupengetahuan<br />
Kristen, Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci.<br />
Buku ini, bersama dengan Alkitab merupakan Pendeta bagi semua gereja<br />
Ilmupengengatuan Kristen di seluruh dunia.<br />
<strong>2017</strong> The Christian Science Publishing Society. All rights reserved.<br />
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memfotocopy atau menggandakan dalam bentuk apapun.<br />
Gambar Metrai Salib dengan Mahkota adalah suatu cap dagang terdaftar milik The Christian Science<br />
Board of Director dan digunakan dengan izin. Bentara Ilmupengetahuan Kristen adalah suatu cap<br />
dagang milik The Christian Science Publishing Society. Terjemahan bahasa Indonesia akan kata-kata<br />
yang dipergunakan dalam gambar metrai Salib dengan Mahkota adalah sebagai berikut:<br />
SEMBUHKANLAH ORANG SAKIT • BANGKITKANLAH ORANG MATI • TAHIRKALNAH ORANG KUSTA •<br />
USIRLAH SETAN-SETAN.
Bentara<br />
Ilmu Pengetahuan Kristen<br />
Daftar Isi<br />
Triwulan IV / <strong>2017</strong><br />
Dari para editor<br />
Mencapai Tujuan<br />
Oleh Margaret Rogers<br />
Artikel<br />
Kemenangan Kasih atas Kebencian<br />
Oleh Naomi Price<br />
Bimbingan Allah yang tidak dapat salah<br />
Oleh Jim Baker<br />
Menangani Magnetisme Hewani dalam Penyembuhan<br />
Oleh E. Vera Goringge Plimer<br />
Menemukan Juruselamat Kita<br />
Oleh Kevin Reeder<br />
Suatu tanggapan yang menyembuhkan atas peristiwa-peristiwa<br />
yang terjadi di dunia<br />
Oleh James Walter<br />
Penyembuhan dengan Doa<br />
Penyembuhan yang cepat dari gigitan ular<br />
Oleh Laura Hausladen<br />
Hubungan yang renggang dengan anak perempuan disembuhkan<br />
Nama penulis tidak diberikan<br />
Kesulitan berjalan. Rasa sakit dan bengkak, disembuhkan<br />
Oleh Lain Schofield<br />
Pembedahan secara mental membuka jalan untuk membangun suatu keluarga<br />
Oleh James B Wolf<br />
Untuk hal apakah kita berdoa<br />
Oleh William Robert Sudabby<br />
Sembuh dari penyakit yang membuat saya tidak berdaya<br />
Oleh Dian Walter
Mencapai tujuan<br />
Margaret Rogers<br />
Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 15 Februari <strong>2017</strong><br />
Aslinya diterbitkan di edisi 2 Januari <strong>2017</strong> majalah Christian Science Sentinel<br />
Waktu kecil, setiap bulan Januari saya selalu membuat daftar tujuan yang akan saya<br />
capai, menyimpannya di dalam kotak seakan itu rahasia negara, dan dengan cepat<br />
melupakannya. Satu tujuan yang selalu ada dalam daftar saya adalah belajar<br />
melakukan splits (suatu gerakan senam), yang selalu saja saya gagal melatih dan<br />
melakukannya. Sekarang saya sudah melupakan daftar tersebut, tetapi rasanya masih<br />
penting untuk secara teratur berpikir tentang tujuan, dan terutama tentang apa yang<br />
benar-benar membuat kita mencapai tujuan tersebut.<br />
Maksud suatu tujuan adalah mencapai sesuatu yang mungkin tidak akan terjadi tanpa<br />
niat dan upaya yang khusus. Ketika hal-hal yang rohaniah menjadi lebih sejati dan<br />
penting di dalam kehidupan seseorang, maka tujuan menjadi semakin rohaniah. Juga<br />
menjadi jelas bahwa kita perlu memahami dan dengan sadar mengatasi apa yang<br />
menghalangi kemajuan kita, di samping mempelajari apa yang membantu kita<br />
mencapai tujuan itu.<br />
Yesus Kristus menetapkan tujuan yang luhur bagi para pengikutnya: untuk saling<br />
mengasihi seperti ia mengasihi mereka, yang menurut penjelasannya adalah seperti<br />
Allah mengasihi dirinya (lihat Yohanes 15). Allah mengasihi Yesus sama seperti<br />
Pencipta ilahi mengasihi semua kehidupan—sebagai pernyataan yang menakjubkan<br />
akan diriNya sendiri, Roh yang sempurna. Yesus yakin akan kasih Allah kepadanya—<br />
dan kepada setiap orang. Ia mengenal Allah sebagai Bapa yang membimbingnya,<br />
berbicara kepadanya dan bekerja melaluinya. Kesatuan dengan Allah ini menjadikan<br />
Yesus mampu menyembuhkan orang dari berbagai penderitaan, penderitaan yang ia<br />
tahu tidak diciptakan Allah atau dibiarkan terjadi oleh Allah untuk alasan apa pun.<br />
Untuk menyadari bahwa Kasih yang sama dan yang mahakuasa ini juga bekerja<br />
melalui kita, dan sejatinya adalah substansi serta pemotivasi segala wujud, adalah<br />
suatu tujuan untuk secara sadar kita capai setiap hari.
Tujuan tersebut kelihatannya lebih mungkin dicapai kalau kita sadari bahwa<br />
kebanyakan orang mengalami sesuatu tentang kasih yang murni setiap hari—<br />
keindahan alam, musik, tawa yang lepas, kebaikan orang lain. Ketika kita tidak<br />
merasakan kehadiran Kasih, maka penting untuk mengetahui sebabnya dan<br />
membuang gangguan tersebut. Surat Yohanes yang Pertama dalam Kitab Perjanjian<br />
Baru menunjukkan dengan tepat suatu gangguan utama—ketakutan. Ketakutan<br />
mendatangkan siksaan, dan siksaan akan menenggelamkan kesadaran akan kasih.<br />
Tetapi kasih Allah yang sempurna selalu hadir untuk membuangkan ketakutan (lihat 1<br />
Yohanes 4).<br />
Kasih akan menembus dan menyembuhkan setiap kesedihan.<br />
Saya menyaksikan hal ini terjadi pada seorang teman sekerja yang bertahun-tahun<br />
silam mengalami tragedi. Ia bergulat dengan rasa bersalah, kebencian, ketakutan, dan<br />
penderitaan begitu lama sehingga kadang-kadang seakan tidak ada yang bisa<br />
mendatangkan kedamaian. Tetapi sedang saya mengamati keadaan itu, ada dua hal<br />
yang memberi saya harapan. Yang pertama adalah bagaimana kasihnya kepada<br />
sesama bertumbuh. Khususnya ia mengilhami saya dengan sikapnya yang penuh kasih<br />
kepada orang yang menghadapi kesulitan, bahkan mereka yang mungkin dihindari<br />
oleh orang lain. Hal yang kedua adalah, ia tidak pernah berhenti untuk mengenal serta<br />
mengasihi Allah dengan cara berusaha berdoa sebaik-baiknya, bahkan saat ia merasa<br />
bahwa doanya tidak menembus kegelapan yang menyelimutinya. Kini, orang datang<br />
kepadanya untuk mendapatkan penghiburan serta wawasan, dan ia kembali<br />
menikmati hidupnya. Sejak itu ia sudah menulis beberapa kesaksian untuk majalah<br />
Ilmupengetahuan Kristen, menyatakan rasa syukur untuk hal-hal yang berkaitan<br />
dengan kesembuhannya.<br />
Saya tidak mengenal orang yang telah sepenuhnya mencapai tujuan kasih yang<br />
sempurna seperti Yesus. Tetapi telah berulang kali terbukti bahwa kedua hal ini—<br />
berusaha mengenal dan mengasihi Allah, dan mengasihi sesama seperti diri kita<br />
sendiri—menghasilkan kesembuhan.<br />
Maka di sinilah kewaspadaan tentang apa yang menghalangi kita untuk melakukan hal<br />
tersebut diperlukan sekali lagi. Karena kesembuhan membuktikan kesejatian Allah<br />
seperti tidak dapat dilakukan hal yang lain, maka musuh Kebenaran—yang oleh<br />
Ilmupengetahuan Kristen juga disebut magnetisme hewani, atau apa pun yang hendak<br />
menarik kita menjauhi Kebenaran—bertujuan agar kita berpikir bahwa sulit untuk<br />
mengasihi dan sulit untuk berdoa.
Kemarahan atau keputus-asaan terhadap perilaku orang lain, misalnya, atau merasa<br />
bahwa kita tidak bisa diam dan berdoa, bukanlah pikiran yang berasal dari Allah dan<br />
kita dapat menolaknya.<br />
Taktik lain yang hendak mengganggu penyembuhan Kristus adalah mengatakan<br />
bahwa hal itu sudah usang dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan kebendaan.<br />
Namun, meskipun begitu besar sumber daya dicurahkan kepada ilmu pengobatan<br />
kebendaan, demikian banyak orang tidak mendapatkan kesembuhan yang<br />
sesungguhnya. Dipahami secara rohaniah, kesehatan adalah integritas kita sebagai<br />
pernyataan Allah, integritas yang tidak dapat dirusak atau hilang. Dalam keadaan apa<br />
pun, mendekat kepada pemahaman rohaniah tentang Allah ini, dan lebih banyak<br />
mengasihi, akan meningkatkan kesehatan.<br />
Jelaslah bahwa untuk menjalani Kasih ilahi yang menyembuhkan perlu upaya yang<br />
lebih besar dari setiap orang di antara kita. Tetapi kita sangat keliru jika menilai<br />
kemungkinan kita untuk mencapai tujuan ini hanya dari sudut pandang upaya insani.<br />
Pemahaman dan kasih kita tumbuh karena Allah membuatnya demikian, seperti<br />
halnya sinar dan air membuat tanaman tumbuh. Kasih ilahi mendorong pemikirpemikir<br />
rohaniah bergerak di jalan Kebenaran. Kuasa Allah membawa kita kepada<br />
tujuan itu.<br />
Mary Baker Eddy memberikan janji ini tentang apa yang dapat dicapai dengan<br />
bersandar kepada kuasa Allah: “Sekarang ini jiwa saya hanya dapat bernyanyi dan<br />
terbang tinggi. Suatu pemahaman yang lebih baik akan Kasih, keselalu-hadiran, dan<br />
kemahakuasaan Allah menyelimuti saya. Setiap hari saya mengenalNya semakin<br />
dekat, mengasihiNya semakin besar, dan dengan rendah hati berdoa untuk<br />
melayaniNya dengan lebih baik. Demikianlah dengan mencari dan menemukan<br />
(meskipun perlahan), akhirnya tidakkah kita dapat bersukacita bersama di dalam<br />
gereja yang berjaya?” (The First Church of Christ, Scientist, and Miscellany, hlm. 174).<br />
Margaret Rogers
Kemenangan Kasih atas kebencian<br />
Oleh Naomi Price<br />
Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 3 Mei <strong>2017</strong><br />
Aslinya diterbitkan di edisi September 1979 majalah The Christian Science Journal<br />
Salah satu musuh terbesar umat manusia adalah kebencian. Dibenci mungkin terasa<br />
tidak nyaman, tetapi membenci sangat merugikan. Seseorang yang membenci, yang<br />
menyimpan permusuhan yang dalam terhadap orang lain, terkadang merasakan<br />
akibatnya yang buruk secara fisik dalam ketegangan dan rangsangan lain yang tidak<br />
sehat pada tubuhnya. Gejala-gejala ini seharusnya menjadi peringatan baginya akan<br />
bahaya bermain api dengan cara membenci.<br />
Ny. Eddy mengutip Hannah More yang mengatakan, "Jika saya ingin menghukum<br />
musuh saya, saya harus membuatnya membenci seseorang” (Miscellaneous Writings,<br />
hlm. 223). Dan di tempat lain Pemimpin kita memperingatkan: “Jangan membenci<br />
siapa pun; karena kebencian adalah sarang penyakit yang menyebarkan virusnya dan<br />
akhirnya membunuh. Jika kita menurutinya, hal itu akan menguasai kita; membawa<br />
penderitaan bertubi-tubi kepada pemiliknya, sepanjang waktu dan di alam baka”<br />
(idem, hlm. 12). Tetapi ia juga meyakinkan kita, “Jika kita mengenakan persenjataan<br />
lengkap Kasih, maka kebencian insani tidak dapat mengenai kita” (Ilmupengetahuan<br />
dan Kesehatan, hlm. 571).<br />
Yesus Kristus mengajarkan hukum Allah untuk mengasihi sesama dalam keadaan apa<br />
pun—bahkan meskipun secara insani mereka mungkin kelihatannya seperti musuh<br />
besar yang hendak menghancurkan hidup kita. Pembuktian tertinggi Sang Guru sendiri<br />
yang mengasihi bahkan orang-orang yang menyalibnya adalah teladan kita.<br />
Yesus tidak hanya mengajarkan tetapi mempraktekkan ajaran bahwa tidak ada situasi<br />
yang mensahkan kebencian terhadap orang lain, dan Ilmupengetahuan Kristen<br />
menyatakan bahwa mengasihi siapa pun tanpa terkecuali adalah baik buat diri kita<br />
sendiri. Virus kebencian selalu mematikan bagi orang yang membiarkan virus itu<br />
menjangkiti pikiran dan perbuatannya—hal itu jauh lebih berbahaya baginya daripada<br />
bagi orang yang dibencinya—tetapi kasih menyembuhkan.
Bagaimana kita dapat mengasihi sementara orang lain membenci? Berpaling dalam<br />
doa kepada Allah, Kasih ilahi, dengan keinginan yang sungguh-sungguh untuk<br />
menyatakan sifat-sifatNya dalam keadaan apa pun akan memberi kita kekuatan serta<br />
kemampuan untuk berbuat benar. Suatu kali Ny. Eddy pasti telah mendapatkan<br />
sumber penghiburan dalam kata-kata berikut sehingga kata-kata itu menghiasi dinding<br />
kamar tidurnya: “Ketika orang lain membenci, melawan, mengabaikan, tolonglah aku,<br />
Tuhan yang baik, untuk lebih mengasihi mereka” (dari arsip Perpustakaan Gereja<br />
Induk). Tanggapannya yang lembut tetapi tanpa kompromi terhadap permusuhan<br />
adalah bukti bahwa doanya dijawab.<br />
Yesus Kristus berdoa untuk orang-orang yang menganiayanya, “Ya Bapa, ampunilah<br />
mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34). Suatu<br />
tanggapan yang bersifat Kristus seperti itu adalah suatu kemenangan dari kebaikan<br />
atas kejahatan dan suatu langkah kepada pembuktian akan ketidakberdayaan<br />
kebencian—bahkan ketidaksesuatuannya yang mutlak di dalam alam semesta yang<br />
sejati ciptaan Kasih. Dan Ilmupengetahuan Kristen menunjukkan bahwa semua yang<br />
menanggapi dengan cara yang bersifat Kristus ini pasti mendapatkan keamanan,<br />
bahkan dari itikad buruk yang mungkin secara insani khusus ditujukan kepada mereka.<br />
Bernalar seperti ini, dari dasar bahwa Allah, Budi ilahi, adalah satu-satunya pencipta<br />
alam semesta serta manusia, Ilmupengetahuan menyatakan, bahwa sebenarnya, tidak<br />
ada kebencian dan orang yang membenci. Di dalam alam semesta rohaniah Allah<br />
semua ciptaanNya, termasuk manusia, adalah pancaran dari Budi itu yang juga adalah<br />
Kasih ilahi; oleh karena itu mereka semua memiliki kecerdasan yang tidak berhingga<br />
dan secara tidak berhingga bersifat pengasih.<br />
Manusia insani yang membenci bukanlah keturunan Allah. Dalam mimpi tentang<br />
kehidupan fana mereka itu mewakili suatu ciptaan palsu—suatu bangsa yang terdiri<br />
dari wujud yang tidak cerdas yang tidak memiliki identitas yang sesungguhnya karena<br />
tidak mewakili Kasih, yang merupakan Asas yang hidup dari wujud yang sejati. Orang<br />
yang mengidentifikasi diri dengan kebencian menyangkal identitas mereka yang<br />
sesungguhnya sebagai pernyataan Kasih.
Orang-orang seperti itu adalah musuh bagi diri mereka sendiri. Tidak melihat dan<br />
menghormati ide yang benar akan Hidup sebagai pernyataan Kasih, mereka itu mudah<br />
membenci dan bahkan ingin membunuh kuasa yang dapat menyelamatkan mereka<br />
dari penderitaan yang mereka datangkan pada diri sendiri melalui kepercayaankepercayaan<br />
mereka yang palsu. Mereka itu dipengaruhi oleh yang disebut Rasul<br />
Paulus sebagai keinginan daging, yang “adalah perseteruan terhadap Allah,” (Roma<br />
8:7) dan yang juga adalah pembuat saran-saran palsu yang oleh Yesus Kristus dengan<br />
segera disangkal dengan kata-kata, “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus<br />
menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Matius<br />
4:10).<br />
Kebencian terhadap ide rohaniah, yang memiliki misi yang lemah lembut untuk<br />
mencerahkan serta menyembuhkan umat manusia, ditujukan kepada Yesus Kristus,<br />
yang begitu sempurna menyatakan ide yang benar tersebut hampir dua ribu tahun<br />
yang lalu. Sekarang ini kebencian sering ditujukan kepada Ilmupengetahuan Kristen<br />
dan Pemimpinnya, Mary Baker Eddy, sama seperti ketika ia hidup di dunia. Setiap<br />
orang yang telah melihat sekilas tujuan mulia Kristus dan mengalami kuasa<br />
penyembuhannya mungkin merasa terluka dan sakit hati ketika merasakan kegetiran<br />
yang begitu salah ditujukan kepada penjelmaan serta wahyu dari tujuan mulia<br />
tersebut. Tetapi ini bukanlah penangkal bagi kebencian pada kebenaran.<br />
Dalam pesan kepada Dewan Penceramah Ilmupengetahuan Kristen, suatu kali Ny.<br />
Eddy menulis: “Ketika kesesatan berusaha untuk didengar melebihi Kebenaran,<br />
biarkan ‘suara yang kecil dan halus’ menghasilkan fenomena Allah. Hadapilah dengan<br />
kepala dingin amukan unsur kebencian individual dan nyahkanlah kepalsuankepalsuannya<br />
yang paling besar” (The First Church of Christ, Scientist, and Miscellany,<br />
hlm. 249). Dan pengalaman menunjukkan bahwa ketika kita membalas kutukan<br />
dengan berkat dan selalu berdoa agar orang-orang yang jelas-jelas tersesat<br />
dicerahkan, maka prasangka dapat dihilangkan, kesalahpahaman dibetulkan, dan<br />
kebencian disembuhkan.
Tidaklah mudah bagi orang untuk menghadapi kebencian dengan kepala dingin, tetapi<br />
kita dapat dengan setia mengikuti teladan Sang Guru. Dengan yakin kita dapat<br />
membuang saran bahwa kebencian adalah tanggapan yang wajar terhadap kebencian,<br />
dan bertekad untuk hanya menyatakan Kasih ilahi saja, bahkan kalau kita diprovokasi<br />
secara keji. Contoh tentang hal ini dapat kita temui di halaman 576 majalah ini, di<br />
kolom Church in Action. Dikisahkan tentang seorang pelajar Ilmupengetahuan Kristen<br />
yang bekerja di surat kabar The Christian Science Monitor sebagai petugas pemasaran<br />
iklan. Saat melaksanakan tugasnya dia bertemu seorang pemilik toko yang berkata<br />
bahwa ia telah membenci Ilmupengetahuan Kristen selama dua puluh lima tahun.<br />
Menangani masalah tersebut dengan arif dan penuh kasih telah mendatangkan<br />
pencerahan dan hilangnya kebencian yang tidak beralasan—dan juga menghasilkan<br />
iklan di Monitor.<br />
Kebencian terhadap kebenaran tidak bisa mencederai kebenaran. Demikian juga<br />
kebencian tidak bisa melukai orang yang berpihak kepada Kebenaran dengan<br />
mengabarkan, mengajarkan, atau mempraktekkan Kebenaran. Sejatinya, tidak ada<br />
budi kedagingan yang mengirimkan pikiran-pikiran yang penuh kebencian, karena<br />
hanya ada satu Budi dan itu adalah Kasih ilahi. Dengan berpegang pada sikap mental<br />
ini kita aman—“mengenakan persenjataan lengkap Kasih.” Kebencian insani menjadi<br />
tidak berbahaya, dan kemenangan abadi Kasih terbukti.<br />
Naomi Price
Bimbingan Allah yang tidak dapat salah<br />
Oleh Jim Baker<br />
Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 3 Mei <strong>2017</strong><br />
Aslinya diterbitkan di edisi 5 Juli 2010 majalah Christian Science Sentinel<br />
Para pelaut zaman dahulu biasa menentukan posisi mereka dengan mengamati Bintang<br />
Utara. Dewasa ini, orang menggunakan Global Positioning System. Tetapi sepanjang zaman,<br />
orang yang berpaling kepada Allah untuk memperoleh bimbingan dan mendengarkan<br />
suaraNya telah dibimbing dengan aman, setapak demi setapak, ke mana pun mereka pergi.<br />
Belum pernah pergantungan kepada Allah seperti itu, lebih penting untuk dilakukan seperti<br />
pada masa ini, ketika para pekerja dan keluarga di Amerika maupun di berbagai wilayah di<br />
dunia harus berpindah tempat dan mengalami kebingungan. Ribuan orang-orang telah<br />
kehilangan pekerjaan serta tempat tinggal mereka, dan merasa tidak berdaya serta frustasi.<br />
Lalu bagaimana kita berdoa untuk menghasilkan penyesuaian yang selaras dan memuaskan<br />
bagi situasi seperti itu? Bagi saya, tidak ada yang lebih membantu daripada secara<br />
konsisten berusaha memahami lebih baik hubungan saya dengan Allah dan merasakan<br />
bimbinganNya yang tidak dapat salah.<br />
Pembelajaran ini telah sangat diperkaya oleh ketujuh sinonim atau nama lain untuk Allah<br />
yang diberikan Mary Baker Eddy dalam bab “Daftar Istilah dengan Keterangannya” di buku<br />
Ilmupengetahuan dan Kesehatan. Masing-masing sinonim melukiskan segi yang berbeda<br />
akan sifat Allah. Ketujuh sinonim itu adalah Asas, Budi, Jiwa, Roh, Hidup, Kebenaran, dan<br />
Kasih (lihat hlm. 587). Saya juga sangat terbantu oleh pengamatan Ny. Eddy bahwa “jika<br />
dipahami, Asas adalah satu-satunya istilah yang sepenuhnya menyampaikan ide-ide<br />
tentang Allah,—satu Budi, manusia yang sempurna, dan Ilmupengetahuan ilahi” (No and<br />
Yes, hlm. 20).<br />
Kalau saya merenungkan istilah Asas, saya berpikir tentang hukum—hukum yang bersifat<br />
universal, tidak memihak, dan senantiasa bekerja. Asas adalah hukum yang dengan selaras<br />
mengembalikan pemikiran yang menyimpang ke jalur yang benar. Asas adalah hukum yang<br />
menyatukan berbagai unsur yang berbeda melalui daya tarik rohaniah. Asas adalah hukum<br />
akan bimbingan yang tidak pernah gagal yang meniadakan langkah yang keliru.
Saya juga menyadari bahwa dalam kerajaan Asas, di mana Allah adalah satu-satunya<br />
kuasa, tidak dapat ada kekosongan. Tidak ada yang tidak pada tempatnya. Tidak ada<br />
yang tidak berguna. Tidak ada kekacauan. Kita menyelaraskan pikiran dengan Asas<br />
melalui doa yang dalam dan penuh pembaktian. Dalam doa, kita melihat melampaui<br />
keadaan insani untuk menyadari dan menetapkan kesejahteraan kita dalam kasih<br />
Allah Ibu-Bapa kita. Dan setelah melabuhkan diri dalam penjagaan yang kuat dan<br />
lemah lembut itu, maka kita dalam posisi yang baik untuk mendengarkan dengan<br />
penuh perhatian bimbingan ilahi yang akan membantu kita mengambil tindakan yang<br />
bijaksana.<br />
Kita selalu berada dalam “posisi” mencerminkan kebaikan Allah yang tidak berhingga.<br />
Hal ini tidak bergantung kepada pekerjaan, perilaku orang lain, perekonomian yang<br />
tidak stabil, atau lokasi geografis. Kita tidak mencari “posisi” yang baru, melainkan<br />
tempat di mana kita dapat menyatakan kebaikan Allah dengan lebih baik. Dalam<br />
syairnya “Jaga dombaku,” Mary Baker Eddy menulis:<br />
SuaraMu kudengarkan,<br />
Jangan ‘ku sesat;<br />
Kau kuturut gembira<br />
Biar jalanku b’rat.<br />
(Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen, no 304)<br />
Jalan di depan kita mungkin kelihatannya berat. Mungkin kita ragu apakah kita telah<br />
mengambil jalan yang benar. Hampir sepanjang jalan kita mungkin merasa takut.<br />
Tetapi, jika kita percaya kepada Allah saat berdoa, kita dapat merasa yakin akan<br />
dibimbing ke arah yang benar.<br />
Sebagai contoh, beberapa tahun yang lalu saya bekerja di perusahaan iklan dengan<br />
gaji yang baik. Meskipun demikian saya merasa terusik karena tugas saya mencakup<br />
beberapa segi yang menurut saya secara etis diragukan dan juga karena sulit<br />
mendapatkan tempat tinggal yang sesuai.<br />
Setiap hari saya berdoa mengenai keadaan tersebut, berusaha menyadari bahwa satusatunya<br />
tempat saya yang benar—baik di kantor maupun di rumah—adalah di mana<br />
saya mempunyai kesempatan yang besar untuk menyatakan talenta-talenta yang<br />
dikaruniakan Allah kepada saya.
Saya merasa yakin dapat menyerahkan hal ini dengan aman di tangan Allah, meskipun<br />
saat itu saya merasa terdorong untuk memperbaiki riwayat pekerjaan saya dan<br />
membuat daftar perusahaan di kota yang jauh letaknya, yang rasanya merupakan<br />
tempat yang lebih menyenangkan untuk bekerja dan tinggal.<br />
Tanpa terduga, beberapa bulan kemudian, tugas saya berakhir. Tetapi berkat<br />
perencanaan yang didukung intuisi rohaniah itu, saya dapat segera mengirimkan surat<br />
lamaran, termasuk riwayat pekerjaan yang sudah diperbaharui, ke berbagai<br />
perusahaan yang ada di daftar saya, dan terbang ke kota itu.<br />
Setibanya di kota tersebut, ketika pertama kali menelpon, orang yang menerima<br />
telpon saya berkata, “Anda telah memilih minggu terburuk selama sepuluh tahun<br />
untuk mendapatkan posisi yang anda inginkan.” Selanjutnya orang itu menceritakan<br />
tentang sebuah perusahaan besar yang telah menghentikan pengiklanan produk dan<br />
menghapus seluruh departemen periklanannya. Dua agen iklan langganan perusahaan<br />
tersebut juga terpaksa memberhentikan sejumlah pegawainya. Alhasil, saat itu ada<br />
sekitar 100 orang yang memiliki keahlian seperti saya, yang tanpa pekerjaan dan<br />
sedang mencari pekerjaan seperti yang saya inginkan—dan mereka semua memiliki<br />
koneksi di kota di mana saya merupakan pendatang baru.<br />
Itu merupakan saat yang berat bagi saya. Apakah doa saya untuk memperoleh<br />
bimbingan tidak cukup? Apakah saya kurang cermat mendengarkan apa yang<br />
kelihatannya seperti ide yang benar? Sungguh berat menerima saran bahwa “langkah”<br />
saya sesat, dan sungguh sulit untuk berpikir saya dapat “gembira” atas apa yang<br />
seakan merupakan “jalan yang berat.”<br />
Untuk mendapatkan kedamaian, dengan tekun saya merenungkan suatu pernyataan<br />
dari buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan,yang menyerukan kepada semua<br />
orangagar “. . . bersatu dengan Budi yang esa, untuk mengganti pendapat tentang<br />
nasib dengan paham yang benar tentang bimbingan Allah yang tidak dapat salah, dan<br />
dengan demikian menjadikan nyata keselarasan” (hlm. 424). Saya tahu saya tidak<br />
tunduk kepada hukum nasib, melainkan kepada hukum bimbingan Allah.
Saya menemukan gedung perkantoran di pusat perdagangan kota itu, di mana<br />
beberapa penyembuh Ilmupengetahuan Kristen berkantor. Saya memasuki gedung<br />
tersebut, memilih nama seorang penyembuh dan mengetuk pintu kantornya. Dia<br />
menyilakan saya masuk, dan tidak lama kemudian kita membahas fakta bahwa<br />
kekhawatiran masyarakat tentang masa yang sulit tidaklah menjadikan kebenaran<br />
tentang Allah dan cerminanNya—saya sendiri dan semua orang di kota itu—kurang<br />
dapat dibuktikan bagi mereka yang sependapat dengan penentang perbudakan abad<br />
ke-19, Wendell Phillips, bahwa “satu orang di pihak Allah merupakan mayoritas.”<br />
Sesudah itu saya merenungkan kisah Alkitab dalam Kitab Keluaran tentang tulah yang<br />
menimpa bangsa Mesir yang tidak mengenal Allah, dan bahwa tulah itu tidak<br />
menyentuh bani Israel, yang dibimbing dan dilindungi Allah. Saya berpikir, bahwa<br />
seperti bani Israel, saya dapat bergantung kepada Allah sebagai sumber bimbingan<br />
dan perlindungan, dan tidak lama kemudian saya merasa yakin bahwa doa saya dan<br />
apa yang saya dengarkan secara rohaniah akan membawa hasil.<br />
Keesokan harinya saya diwawancarai dan diterima bekerja di suatu perusahaan, yang<br />
saya jalani selama beberapa tahun. Pekerjaan tersebut memberi kepuasan serta<br />
banyak berkat, dan memungkinkan saya mendapatkan tempat tinggal yang nyaman.<br />
Dengan penuh rasa syukur, saya resapi kata-kata nyanyian ini:<br />
Biar sumber dunia kering,<br />
KurniaMu turun t’rus,<br />
Seyogyalah kumuliakan<br />
NamaMu yang kudus.<br />
(Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen, No. 224)<br />
Selama bulan-bulan yang menegangkan dalam mencari pekerjaan itu, secara pasti<br />
saya telah menemukan, bahwa keselarasan saya—dan keselarasan orang-orang yang<br />
tinggal dan bekerja bersama saya—sangatlah terjamin saat saya percaya sepenuhnya<br />
kepada bimbingan Allah yang tidak dapat salah. Dan selama tahun-tahun sesudah<br />
pengalaman tersebut, saya semakin menghargai pengamatan Mary Baker Eddy bahwa<br />
“keselarasan manusia tidak dapat dilanggar seperti juga irama alam semesta”<br />
(Retrospection and Introspection, hlm. 61).
Menangani Magnetisme Hewani dalam Penyembuhan<br />
Oleh E. Vera Gorringe Plimmer<br />
Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 30 Maret <strong>2017</strong><br />
Aslinya diterbitkan di edisi Oktober 1969 majalah The Christian Science Journal<br />
Saya masih ingat ketika pada awal praktek penyembuhan saya, saya menghadapi<br />
suatu kasus yang sulit dengan keberanian serta ilham yang menakjubkan yang<br />
seringkali kita rasakan saat mulai terjun dalam pelayanan penyembuhan—semangat<br />
yang harus selalu kita jaga agar tidak memudar.<br />
Saya telah menekuni kasus tersebut cukup lama, namun tidak membuahkan hasil yang<br />
saya harapkan. Suatu hari, merasa perlu lebih banyak pencerahan, saya menelpon ibu<br />
saya, seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen yang berpengalaman, dan<br />
bercerita kepadanya tentang kasus tersebut tanpa menyebutkan nama. Ibu segera<br />
menjawab, “Apakah engkau telah menangani magnetisme hewani dalam kasus<br />
tersebut?” Saya mengatakan bahwa secara khusus hal itu tidak terlintas di dalam<br />
pikiran saya. “Kalau begitu,” kata Ibu, “malam ini jangan berdoa tentang masalah itu<br />
serta gejalanya. Tanganilah dengan tuntas magnetisme hewani serta kaitannya<br />
dengan kasus tersebut.”<br />
Saya merenungkan kata-kata Ibu. “Wah,” pikir saya, “selama berhari-hari saya<br />
menghabiskan waktu berusaha menangani akibat dari kepercayaan kebendaan<br />
tentang magnetisme hewani ini. Apa lagi yang harus saya lakukan?” Kemudian dengan<br />
sangat jelas saya menyadari, “Benar sekali, itulah tepatnya yang telah saya lakukan—<br />
menangani akibat dari sesuatu, tetapi tidak menangani sesuatu itu sendiri.”<br />
Dengan jelas sekali saya melihat bahwa kesesatan mendasar yang ada di balik setiap<br />
penyakit jasmani adalah mesmerisme yang membuat kita menerima, secara sadar<br />
atau tidak sadar, kepercayaan bahwa zat atau kebadanian merupakan dasar hidup<br />
kita. Dengan hanya menangani penyakit atau gejalanya, bahkan juga hukum-hukum<br />
fana yang terkait
kita hanya memangkas cabang atau akibat dari kesesatan yang mendasar ini, dan tidak<br />
menyentuh kepercayaan yang mendasari penyebabnya yang sudah ada selama<br />
berabad-abad. Magnetisme hewani adalah kebalikan mutlak insani, atau lawan, dari<br />
Ilmupengetahuan ilahi akan segala penyembuhan. Magnetisme hewani harus<br />
dikembalikan kepada keadaannya yang asli, ketidaksesuatuan, melalui doa<br />
penyembuhan yang spesifik.<br />
Malam itu saya mulai menangani kesesatan mendasar yang disebut magnetisme<br />
hewani dengan segala seluk-beluknya. Pertama, bekerja dengan bimbingan buku<br />
Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci karangan Mary Baker<br />
Eddy, Penemu dan Pendiri Ilmupengetahuan Kristen, saya melihat bahwa,<br />
“Magnetisme hewani tidak mempunyai dasar yang ilmiah, karena Allah memerintahi<br />
segala yang sejati, selaras, dan abadi, dan kekuasaanNya bukan hewani dan bukan<br />
juga insani” (hlm. 102). Oleh karena itu apa pun yang berasal dari magnetisme hewani<br />
juga tidak memiliki dasar yang ilmiah. Jelaslah bahwa hanya magnetisme hewani yang<br />
menyajikan gambaran tentang manusia yang sakit dan memerlukan doa<br />
penyembuhan, yang mengganggu pasien dan keluarganya dengan saran-saran<br />
tentang rasa sakit serta ketakutan—bahkan berusaha mengelabui penyembuh, bahwa<br />
kasus tersebut belum diatasi oleh Kebenaran. Semua ini hanyalah satu kesesatan yang<br />
dibesar-besarkan, bukan berbagai kesesatan yang perlu ditangani. Dan kepercayaan<br />
tentang magnetisme hewani ini tidak memiliki satu pun sifat Kebenaran.<br />
Tiba-tiba saya menyadari bahwa kuasa Kebenaran sedang bekerja; saya tahu bahwa<br />
jalan telah dibukakan bagi Kristus yang menyembuhkan untuk melaksanakan<br />
pekerjaannya dengan sempurna. Pasien saya pun merasakannya, dan dalam waktu<br />
singkat dia sembuh. Penanganan khusus tentang magnetisme hewani telah<br />
mendatangkan kuasa Kebenaran dalam doa penyembuhan saya untuk membuktikan<br />
kemahakuasaan Kebenaran.<br />
Ini bukan berarti berbagai penyembuhan yang indah dan jelas, sebagai hasil kegiatan<br />
mental yang hampir tanpa upaya, tidak pernah terjadi; hal itu terjadi dalam jumlah<br />
yang tidak terhitung banyaknya, ketika tidak ada perlawanan terhadap penyembuhan<br />
tersebut. Seseorang mungkin bertanya, “Mengapa saya masih perlu menangani<br />
magnetisme hewani?” Karena magnetisme hewani adalah suatu kepercayaan yang<br />
sangat mendukung zat serta ciptaan yang kebendaan sehingga selalu melawan<br />
kebenaran yang menyatakan bahwa ciptaan sepenuhnya ada di dalam dan tercipta<br />
dari Roh.
Magnetisme hewani menggunakan kedok dua peran khusus yang bersifat khayal:<br />
menyatakan dirinya sebagai substansi yang kebendaan, asal yang kebendaan, zat<br />
organik, kejasmanian, atau dirinya bersembunyi sebagai perlawanan mental yang<br />
halus terhadap Roh dan segala yang bersifat rohaniah. Magnetisme hewani hendak<br />
mencegah hasil yang ingin kita capai. Kita harus teliti melihat tipu dayanya yang halus,<br />
dan menghancurkan akibat yang ditimbulkannya.<br />
Apakah beberapa cara yang digunakan magnetisme hewani untuk menghalangi<br />
kesembuhan?<br />
Jika seseorang tidak tanggap terhadap doa penyembuhan—kepada kuasa Kristus,<br />
Kebenaran, yang kita pikirkan demi kebaikan orang itu—kita tidak boleh mengabaikan<br />
saran akan adanya pengaruh yang menghalangi. Rintangan ini, permusuhan budi<br />
kedagingan terhadap Allah dan terhadap hukum ilahi penyembuhan Kristus yang<br />
bekerja di dalam pergerakan kita, perlu dilihat dan ditangani secara khusus.<br />
Misalnya, apakah cukup bagi Yesus untuk menghancurkan kepercayaan fana tentang<br />
rasa sakit serta racun yang diakibatkan paku-paku yang ditusukkan kepadanya,<br />
padahal yang sesungguhnya menyalibnya adalah kebencian kepada Yesus serta<br />
ajarannya, yang dinyatakan penentang Kebenaran? Jadi sekarang pun kita seringkali<br />
perlu secara khusus menangani kebencian terhadap Kebenaran serta orang yang<br />
menyampaikan wahyu Kebenaran, sebelum kesembuhan jasmaniah dapat terjadi<br />
dengan sempurna. Bentuk kesesatan yang khusus ini merupakan salah satu upaya<br />
budi fana yang paling halus untuk merintangi kemuliaan penuh penyembuhan<br />
jasmaniah di dalam pergerakan kita saat ini, dan hendak memperdayai orang-orang<br />
yang terpilih.<br />
Tidaklah mengherankan bahwa penyembuhan rohaniah merupakan sasaran<br />
magnetisme hewani untuk menyerang agama kita. Pemimpin kita yang tercinta, Mary<br />
Baker Eddy, menulis: “Di zaman yang berbeda, ide ilahi memiliki bentuk yang berbeda,<br />
sesuai keperluan umat manusia. Di zaman ini, hal itu, lebih cerdas dari yang sudahsudah,<br />
mengambil bentuk sebagai penyembuhan Kristiani” (Miscellaneous Writings,<br />
hlm. 370). Ide yang kudus tentang penyembuhan rohaniah ini, yang oleh Ny. Eddy<br />
dijadikan batu penjuru Gerejanya yang terkasih, merupakan karunia yang paling<br />
menakjubkan kepada dunia sejak kedatangan Kristus Yesus.
Tidaklah berlebihan mengatakan bahwa kelanjutan agama kita dan keselamatan<br />
seluruh dunia bergantung kepada terpeliharanya ide ilahi ini. Oleh karena itu serangan<br />
budi kedagingan terhadap pekerjaan penyembuhan kitalah yang perlu dipahami<br />
dengan paling jelas dan juga ditangani dengan paling tekun.<br />
Kita tahu bahwa pewahyuan Pemimpin kita mengenai Kebenaran menghancurkan<br />
secara sempurna magnetisme hewani dalam segala bentuknya. Tetapi magnetisme<br />
hewani, yang dilambangkan sejak awal sebagai ular, masih tetap berusaha menggigit<br />
tumit perempuan itu, tumit penghancur ular itu, karena naluri licik yang seakan<br />
dimiliki ular itu memberitahunya bahwa perempuan itu, ide rohaniah tentang Kasih,<br />
akan menghancurkan kepalanya, sama sekali menghancurkan yang disangkakan<br />
sebagai kecerdasannya. Oleh karena itu dalam pekerjaan penyembuhan kita, penting<br />
untuk menangani malpraktek terhadap Ny. Eddy, yang mewakili ide ilahi, sebagai<br />
bagian penting dari perlawanan kita terhadap magnetisme hewani yang menentang<br />
Kebenaran yang menyembuhkan itu sendiri. Saya sangat yakin bahwa lebih<br />
mengedepankan nama serta kedudukan Pemimpin kita dalam praktek penyembuhan<br />
kita, serta dalam menghadapi perlawanan dunia terhadap misi ilahi Ny. Eddy, akan<br />
lebih mendatangkan kesembuhan yang baik dan cepat, dibanding faktor apa pun yang<br />
lain.<br />
Sebagai gambaran: saya kenal seorang wanita yang sembuh dari penyakit arthritis<br />
yang berat setelah mengalami kelumpuhan dan tidak dapat berjalan selama berbulanbulan.<br />
Penyembuh berdoa untuk mengetahui bahwa tidak ada tahap magnetisme<br />
hewani yang dapat menutup matanya untuk mengetahui apa yang masih perlu<br />
didoakan. Penyembuh itu terbimbing untuk menawarkankan buku We knew Mary<br />
Baker Eddy, dan ternyata pasiennya menolak mentah-mentah. “Tidak, terima kasih,”<br />
kata pasiennya. “Saya tidak suka mendengar tentang Ny. Eddy sebagai suatu pribadi.”<br />
Dengan segera penyembuh itu melihat apa yang merintangi doa penyembuhannya.<br />
Dengan mempercayai kemampuan rohaniah pasiennya untuk melihat kebenaran,<br />
perlawanan itu langsung dipatahkan. Mereka berbicara sekitar satu jam tentang Ny.<br />
Eddy, dan ketika penyembuh itu bangkit untuk pulang, pasiennya berjalan<br />
mengantarnya ke pintu. Dalam seminggu dia sudah pergi berbelanja. Kesembuhannya<br />
sempurna dan permanen.
Pasien itu sangat menghargai pesan yang disampaikan buku ajar kita, tetapi tidak<br />
pernah mengasihi si pembawa pesan. Diperlukan penanganan atas perlawanan<br />
terhadap si pembawa pesan untuk melarutkan kekerasan dalam pikiran pasien itu,<br />
yang telah menghalangi kesembuhan itu demikian lama.<br />
Magnetisme hewani, dalam kepercayaan, adalah aktor yang serba bisa. Dia<br />
menjajakan diri dalam berbagai samaran yang bertujuan mengalihkan pikiran dari hal<br />
yang utama. Dia dapat menyamar bukan hanya sebagai keresahan pasien, melainkan<br />
juga sebagai tekanan dari sanak-saudara yang merasa khawatir, atau kekesalan orang<br />
yang harus merawatnya.<br />
Mereka ini sebetulnya bukan orang-orang yang sulit atau keadaan yang sulit,<br />
melainkan magnetisme hewani yang tersembunyi, samaran mental yang hendak<br />
menghalangi kuasa penyembuhan Kristus, Kebenaran, untuk mencapai si pasien.<br />
Pemimpin kita memberikan pernyataan yang berguna tentang hal ini dalam Message<br />
to The Mother Church for 1901. Dia mengatakan, “Orang mungkin dengan santai<br />
mendengarkan kepalsuan yang tidak disuarakan, tidak sadar akan apa yang<br />
mencederai mereka atau bahwa mereka dicederai.” Kemudian Ny. Eddy menyatakan<br />
dengan keyakinan, “Kutukan mental ini tidak dapat membingungkan, menggelapkan,<br />
atau menyesatkan kesadaran seseorang, secara fisik, moral, atau rohaniah, jika ia tahu<br />
apa yang sedang bekerja dan menyadari kuasa nya atasnya” (hlm. 20). Penyingkapan<br />
kesesatan oleh Pemimpin kita ini sungguh merupakan bantuan yang menakjubkan<br />
bagi pekerjaan penyembuhan kita, sehingga sekarang kita tahu apa yang sedang<br />
bekerja—dan yang terpenting—melalui kasih Allah, menyadari kuasa kita atasnya.<br />
Ada satu hal lagi yang penting. Penyembuh dan perawat tidak sekali pun boleh<br />
menjadi tidak sabar dengan bentuk-bentuk magnetisme hewani yang seakan<br />
membentuk lingkungan pasien, betapapun berat kelihatannya. Seringkali sikap pasien<br />
terhadap kesulitan-kesulitan ini menjadikan penyembuh mampu melihat sebab-sebab<br />
mental yang mendasari kesulitan fisik pasiennya. Lalu penyembuh dapat menangani<br />
dengan tanpa beban dan dengan penuh kasih apa yang harus diatasi, tanpa merasa<br />
berkeberatan terhadap tuntutan tambahan yang mendorongnya untuk menjadi lebih<br />
bersifat khusus dan teliti dalam menggunakan Kebenaran dan Kasih.
Sangatlah menarik bahwa saat menyembuhkan puteri Yairus, Yesus tidak<br />
memerintahkan gadis itu untuk bangun sampai saran-saran magnetisme hewani yang<br />
menyesakkan, yang mengelilingi kasus tersebut ditanganinya. “Maka diusir-Nya semua<br />
orang itu” (Markus 5:40). Jika Yesus tidak lebih dahulu melenyapkan gangguan<br />
tersebut, gadis itu tidak akan dapat mendengar seruan ilahi untuk hidup dan<br />
mananggapinya. Oleh karena itu keperluan penyembuh yang pertama adalah<br />
membungkam semua pemikiran yang mengganggu, sehingga suara kecil dan halus<br />
doa penyembuhan yang ilmiah serta Kasih ilahi dapat didengar dengan jelas oleh<br />
orang yang perlu dibangunkan.<br />
Perlu dicatat bahwa Sang Guru datang ke rumah Yairus dan juga mengunjungi<br />
berbagai kasus lain dalam pelayanan penyembuhannya. Magnetisme hewani tidak<br />
pernah boleh dibiarkan mengelabui penyembuh untuk berpikir bahwa kasus-kasus<br />
tertentu tidak memerlukan kunjungannya, ketika mungkin kita perlu melindungi<br />
pasien dan Perkara kita dengan memberikan bukti lahiriah akan perhatian kita yang<br />
bersifat profesional. Mungkin penyembuh perlu melihat seberapa berat tekanan yang<br />
diberikan budi fana terhadap kasus tersebut dan kemungkinan adanya keperluan<br />
khusus dalam merawat pasien. Bahkan mungkin penyembuh perlu membangunkan<br />
pasien dengan menyuarakan Kebenaran. Banyak pasien merasa dikuatkan hatinya<br />
karena merasakan kasih yang telah mendorong penyembuh untuk mengunjunginya!<br />
Kita tidak pernah boleh menyerah kepada magnetisme hewani dengan cara tidak<br />
memberikan seluruh perawatan rohaniah yang diperlukan, terutama jika pasien tidak<br />
mengalami kemajuan. Pikiran pasien tidak pernah boleh menjadi takut atau putus asa<br />
karena merasa bahwa kasusnya tidak dipahami. Dalam keadaan seperti itu,<br />
magnetisme hewani mungkin mengatakan kepada pasien bahwa ia memerlukan<br />
diagnosa kedokteran. Saran seperti itu sesungguhnya adalah malpraktek yang<br />
ditujukan kepada kuasa Kristus yang menyembuhkan, dan sama sekali bukan pikiran<br />
pasien. Kristus adalah penyembuh yang memadai sepenuhnya; dan seperti<br />
ditunjukkan Yesus kepada kita, “dusta’ dan “pendusta” adalah nama-nama yang cukup<br />
spesifik yang kita gunakan untuk melawan dan memusnahkan setiap penyakit.
Dalam artikel ini saya menyebutkan beberapa muslihat magnetisme hewani yang<br />
hendak menghalangi penyembuhan indah yang dapat dilakukan Gereja kita. Jika<br />
dilawan dengan serta merta dan dengan saksama oleh Kebenaran, semua itu tidak<br />
berkuasa. Semua itu tidak dapat menyentuh atau menghalangi penyembuhan apa pun<br />
yang kita lakukan, karena melalui kasih yang besar bagi umat manusia yang dinyatakan<br />
Pemimpin kita, sekarang kita tahu persis apa yang sedang bekerja dan bahwa kita<br />
memiliki kuasa penuh atasnya.<br />
Jadi marilah kita terus maju, mengetahui dengan kepastian ilahi, bahwa meskipun<br />
mungkin dusta kebendaan masih berusaha memerangi ide rohaniah akan<br />
penyembuhan, hal itu hanya akan mendorong kita bangkit mencapai puncak<br />
pembuktian, dan memusnahkan semua pemikiran yang hendak menentang<br />
pengetahuan kita tentang Allah. Dengan demikian kita akan menunjukkan kepada<br />
dunia akibat penuh penyembuhan Kristus yang sedang terjadi melalui kuasa<br />
Ilmupengetahuan Kristen.<br />
Inilah panggilan ilahi yang sangat menggembirakan kepada kita masing-masing dalam<br />
pekerjaan penyembuhan kita saat ini.
Menemukan Juruselamat kita<br />
Oleh Kevin Reeder<br />
Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 30 Maret <strong>2017</strong><br />
Aslinya diterbitkan di edisi Agustus 2015 majalah The Christian Science Journal<br />
Karena kehidupan Yesus Kristus merupakan pusat ajaran Ilmupengetahuan Kristen,<br />
maka selalu bermanfaat untuk merenungkan makna kehidupan Yesus bagi kita. Dan<br />
cara untuk benar-benar memahami dan menghargai Yesus adalah dengan mengikuti<br />
jejaknya. Jika pesan injil bagi kita hanya ada di halaman-halaman sebuah buku, maka<br />
kita kehilangan sesuatu yang benar-benar penting. Hati kita memerlukan jauh lebih<br />
banyak dari itu. Kita ingin merasakan kedalaman kasih Yesus serta kekuatan dari<br />
keberaniannya yang tenang, dan mengetahui sumber dari kedua hal itu—sifatnya<br />
yang ilahi dan kedudukannya yang kekal sebagai anak Allah.<br />
Ilmupengetahuan Kristen mendorong kita mengambil langkah-langkah yang<br />
diperlukan untuk menjembatani kesenjangan di hati kita untuk dapat menghargai<br />
Yesus dengan benar. Suatu syair yang sangat disukai orang, yang ditulis oleh Mary<br />
Baker Eddy, dimulai sebagai berikut:<br />
Sudah kaulihat Juruselamat,<br />
Rasakan kuasa Firman?<br />
Itulah Kebenaran yang membebaskan,<br />
Dan kau dan aku temukan<br />
Dalam hidup dan kasih Tuhan.*<br />
Keseluruhan syair itu menunjukkan keperluan kita semua untuk mendekat kepada<br />
Kristus dan, saat menghadapi godaan serta cobaan hidup, menemukan penghiburan<br />
dalam pelukan Kasih ilahi, membasuh diri dalam mata air Roh yang memurnikan, serta<br />
berkomunikasi dengan “Hidup segala wujud ilahi” (Poems, hlm. 75). Ini bukanlah ideal<br />
yang bersifat abstrak. “Kebenaran yang membebaskan” menyatakan dirinya sendiri<br />
kepada umat manusia di jalan-jalan berdebu dan desa-desa pertanian, perahu-perahu<br />
nelayan, tempat-tempat ibadah, dan di jalan-jalan yang ramai di kota melalui<br />
kehidupan sosok ini, Yesus. Dan, sekarang, hal itu sekali lagi dikenal orang dalam<br />
praktek Ilmupengetahuan Kristen.
Jadi bagaimana hidup Yesus yang menakjubkan ini bisa lebih menggerakkan hati kita?<br />
Injil menunjukkan kepada kita hidup Yesus dalam berbagai lingkungan yang berbeda:<br />
kadang-kadang dikerumuni orang banyak yang mencari kesembuhan; di lain waktu<br />
berbagi kebenaran secara lebih mendalam dengan murid-muridnya saja. Kita juga<br />
melihat bagaimana Yesus dengan arif menanggapi musuh-musuh yang bertekad<br />
mengalahkannya. Tetapi ada satu lingkungan yang secara khusus perlu mendapat<br />
perhatian kita. Lingkungan yang seringkali dikunjunginya—kesendirian.<br />
Salah satu kisah menyatakan “Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus<br />
naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di<br />
situ” (Matius 14:23). Di sini, dan di berbagai peristiwa lain, kita menemukan<br />
kedalaman dan disiplin rohaniah dari hidupnya, yang telah membawa misinya jauh<br />
melampaui apa yang pernah dapat dicapai oleh antusiasme, kharisma perorangan,<br />
atau belas kasihan insani. Dan di saat-saat sendiri itu Yesus menunjukkan persyaratan<br />
penting untuk semua yang hendak mengikutinya. Dapatkah kita begitu saja<br />
menemukan Juruselamat yang hidup dan berjalan mengikuti jejaknya kecuali kita juga<br />
naik “ke atas bukit untuk berdoa seorang diri”?<br />
Doa yang kudus adalah titik awal yang penting bagi kemajuan rohaniah kita. Doa<br />
seperti itu memurnikan kita, menguatkan kita, memperdalam pengertian kita, dan<br />
mempersiapkan kita untuk pelayanan yang bebas dari diri. Langkah-langkah lain akan<br />
mengikuti apa yang dihasilkan doa yang konsisten dan terfokus, secara wajar. Dengan<br />
mempraktekkan penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen, sesederhana apa pun, kita<br />
mulai belajar dan membuktikan keteguhan serta ketenangan rohaniah yang dimiliki<br />
Yesus dalam menghapus ketakutan, penyakit, dan dosa. Dengan membuktikan<br />
kehadiran Kasih saat menghadapi perlawanan serta kebencian, kita menemukan<br />
kemampuan Kasih yang tidak berbatas untuk memenuhi keperluan insani. Dengan<br />
menanggalkan sifat mementingkan diri sendiri dan egotisme insani, dengan<br />
mengamalkan kesanggupan kita yang tidak dibatasi untuk mengampuni, dengan<br />
menyatakan kebaikan hati, rakhmat, dan menemukan sukacita dalam kebaikan yang<br />
dialami orang lain, kita akan semakin mengetahui kebaikan yang murni serta<br />
kekudusan sifat ilahi, atau Kristus, yang dinyatakan dalam diri Sang Guru kita tanpa<br />
batas.<br />
We want to feel the depth of Jesus’ love and the strength of his quiet courage, and to<br />
know their source—his divine nature and eternal Sonship with God.
Mungkin pengalaman saya berikut ini akan menjelaskan apa yang saya maksud. Dalam<br />
perjalanan mengunjungi kerabat yang tinggal di dekat pantai, saya berdoa untuk<br />
kunjungan tersebut, dan tersingkaplah dengan kejelasan yang menyakitkan bahwa<br />
hampir sepanjang hidup saya, saya selalu mencela mereka. Jelas sekali bahwa hal itu<br />
membuat mereka tidak nyaman, dan saya berjanji untuk berhenti berpikir dan<br />
bersikap seperti itu. Saya menggapai Kasih ilahi untuk mendapatkan kasih karunia<br />
yang memurnikan saya dari dosa tersebut dan memberi saya kekuatan untuk tetap<br />
teguh dalam tekad saya ini. Saya merasa ditegur dengan keras tetapi juga<br />
diperbaharui dan bersyukur.<br />
Perubahan pun terjadi serta merta, dan keluarga kami menikmati waktu yang<br />
menyenangkan bersama, seperti yang diharapkan, dan suka cita serta kasih pun<br />
dinyatakan di mana-mana. Segala sesuatu berjalan dengan sangat wajar, dan hal ini<br />
saja sudah merupakan suatu kesaksian dan suatu pencapaian yang besar. Tetapi<br />
meskipun perubahan ini sangat berarti dan diharapkan, masih ada berkat-berkat<br />
tambahan. Pembaharuan yang terjadi dalam pikiran saya memungkinkan saya untuk<br />
menerima lebih banyak lagi Kebenaran.<br />
Tanda-tanda awal dari kebebasan yang baru ini datang pada suatu pagi ketika saya<br />
berjalan sepanjang pantai. Sinar matahari baru saja muncul di permukaan air di<br />
cakrawala. Ketika berjalan pikiran saya terpusat pada kebangkitan Yesus, dan suatu<br />
ketika saya duduk menyaksikan matahari terbit dan melanjutkan berdoa. Berkasberkas<br />
sinar Sang Surya memancarkan warna ungu dan jingga di langit dan merubah<br />
permukaan air laut menjadi selimut keemasan dengan cahaya yang berubah-ubah.<br />
Sementara detik-detik berlalu pemandangan yang sangat indah dan mencengangkan<br />
itu menjadi lebih cemerlang, dan hal ini sesuai benar dengan doa saya, ketika makna<br />
yang sangat dalam dari tindakan Yesus yang menyelamatkan, muncul di pikiran saya.<br />
Bertahun-tahun yang lalu seorang pelajar Ilmupengetahuan Kristen yang arif dan<br />
berpengalaman dengan penuh kasih menegur saya dengan keras karena saya<br />
menganggap bahwa Yesus “agak seperti tetangga sebelah,” hanyalah seorang yang<br />
baik yang memberi teladan yang baik. Kemudian pelajar Ilmupengetahuan Kristen<br />
tersebut berbicara dengan penuh perasaan mengenai salib dan pengorbanan Yesus<br />
yang sangat besar bagi kita. Kata-katanya sangat berkesan dan saya berpikir tentang<br />
pelajaran itu selama bertahun-tahun, tetapi masih saja ada kesenjangan di hati saya.<br />
Perubahan kalbu diperlukan.
Dengan tulus saya mendambakan pemahaman yang lebih dalam tentang pendamaian<br />
Yesus, tetapi keinginan dan pikiran saya seolah tidak bisa membawa saya ke tempat di<br />
mana hati saya seharusnya berada. Lalu, di pagi hari di pantai itu, jawaban datang<br />
melalui penglihatan baru tentang Hidup ilahi yang disingkapkan Yesus. Kasih yang<br />
dibuktikan Yesus, dan kemuliaan yang bersinar melalui Yesus, sangat cemerlang dan<br />
indah bagi pikiran saya seperti sinar pagi yang gemerlap menyinari segala sesuatu di<br />
sekitar saya dan mengisi dunia dengan warna, bersinar dengan puji-pujian.<br />
As we follow Jesus in the Way, our love for him will grow as will the awareness of our<br />
unity with the Christ he so fully expressed.<br />
“Segala kemuliaan bagi Allah dan damai bagi hati yang berjuang!” tulis Ny. Eddy.<br />
“Kristus sudah menggulingkan batu dari pintu harapan serta iman manusia dan telah<br />
mengangkat mereka itu — dengan pewahyuan serta pembuktian tentang hidup dalam<br />
Allah — kepada kemungkinan menjadi satu dengan ide rohaniah tentang manusia<br />
serta Asas ilahinya, Kasih” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 45).<br />
Kebangkitan Yesus merupakan suatu terobosan yang luar biasa dalam pikiran insani,<br />
yang mengilhami suatu iman yang lebih luhur kepada Allah dan suatu ibadah yang<br />
lebih bersifat rohaniah. Berkas-berkas cahaya Kebenaran yang menakjubkan<br />
menembus kegelapan kefanaan. Satu orang, menghadapi permusuhan yang sangat<br />
keji, tanpa bantuan kecuali dari Allah dan kemahakuasaanNya, mengalahkan maut.<br />
Janganlah kita pernah mengabaikan makna yang dalam dari peristiwa menakjubkan<br />
itu bagi kehidupan kita.<br />
Janji mengenai hidup yang abadi mengilhami harapan yang besar yang dapat<br />
membuka jalan kepada kemajuan rohaniah yang tidak habis-habisnya. Hal itu<br />
mencakup janji untuk pengampunan, janji untuk awal yang baru, janji untuk<br />
membebat hati yang remuk, untuk memulihkan perhubungan, untuk menyembuhkan<br />
tubuh yang sakit, untuk menghapuskan segala macam ketidak-adilan, dan untuk<br />
menyembuhkan luka-luka lama. Lebih dari sekedar tiket untuk pergi ke suatu tujuan di<br />
masa depan, itu adalah janji yang penuh dengan kemungkinan yang tersedia saat ini<br />
untuk mengalami kebaikan serta kasih.
Itu juga adalah janji dengan jangkauan yang tidak berbatas, karena setiap orang<br />
mendapat manfaat dari pengorbanan serta kemenangan Yesus. “Perbuatan Yesus itu<br />
adalah untuk menerangi umat manusia dan menyelamatkan seluruh dunia dari dosa,<br />
penyakit, dan maut” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 45). Itu adalah tindakan<br />
kasih yang tanpa syarat yang terjelma dalam pengorbanan yang tanpa syarat. Ia<br />
membiarkan dirinya dipukuli, dihina, dan disalib agar dia dapat bangkit lagi dan<br />
menunjukkan bahwa kejahatan dan maut tidak mempunyai kuasa atas manusia,<br />
karena Allah, kebaikan, adalah Hidup dari semuanya. Ini adalah tindakan kasih yang<br />
paling besar yang pernah dilakukan seseorang, atau dapat dilakukan seseorang.<br />
Mengasihi Yesus untuk segala yang dilakukannya adalah benar, tetapi,<br />
Ilmupengetahuan Kristen menunjukkan kuasa dari Juruselamat kita yang hidup, bukan<br />
dalam kepribadian Yesus, tetapi dalam Kristus yang abadi, roh Allah yang menjiwai<br />
Yesus dan senantiasa hadir, selalu tersedia untuk mengangkat, menyembuhkan, dan<br />
memperbaharui. Kalau kehadiran Yesus sebagai Juruselamat perorangan hanya<br />
terbatas selama beberapa tahun, roh Allah, Kristus, dan pengaruhnya yang<br />
menyembuhkan mengilhami dan menyentuh hati yang mudah menerima di setiap<br />
zaman.<br />
Kristus adalah pesan universal Allah akan kasih bagi umat manusia, mengembangkan<br />
kehendak Allah dalam keselarasan serta kasih karunia bagi setiap orang dan muncul<br />
dengan paling jelas serta konsisten di mana kerendahan hati serta kemurnian ada<br />
untuk menyambutnya. Selagi kita mengikuti Yesus di Jalan yang ditunjukkannya, kasih<br />
kita baginya akan tumbuh dan demikian juga kesadaran akan kesatuan kita dengan<br />
Kristus yang dinyatakan Yesus dengan sepenuh-penuhnya. Ilmupengetahuan Kristen<br />
menunjukkan bagaimana saat ini setiap orang dapat melakukan hal ini dan mulai<br />
mengalami seluruh janji dalam Kitab Perjanjian Baru.<br />
Dalam buku Miscellaneous Writings 1883–1896, Ny. Eddy menulis, “Bapa, kami<br />
bersyukur kepadaMu karena terangMu dan kasihMu mencapai dunia, membukakan<br />
penjara bagi orang yang terbelenggu, menghibur orang yang tidak bersalah, dan<br />
membuka lebar-lebar pintu-pintu gerbang sorga” (hlm. 275). Selagi kita maju,<br />
cemerlang pagi Paskah akan terus bersinar dan semakin indah bagi penglihatan kita,<br />
sampai, dalam kepenuhan waktu serta pertumbuhan rohaniah, semua kejahatan,<br />
dosa, kepedihan, penderitaan, dan maut berlalu dan semua yang tinggal adalah<br />
kemuliaan Hidup ilahi.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-<br />
Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,<br />
melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia<br />
bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.<br />
Yohanes 3:16, 17.<br />
* terjemahan dari syair “Nyanyian Persekutuan” karya Mary Baker Eddy ini<br />
disesuaikan dengan konteks dalam artikel ini dan digunakan khusus untuk artikel ini,<br />
tidak untuk menggantikan terjemahan “Nyanyian Persekutuan” yang ada di Buku<br />
Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen
Suatu tanggapan yang menyembuhkan atas peristiwa-peristiwa yang<br />
terjadi di dunia<br />
Oleh James Walter<br />
Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 20 Maret <strong>2017</strong><br />
Aslinya diterbitkan di edisi Februari <strong>2017</strong> majalah The Christian Science Journal<br />
Kemajuan-kemajuan di bidang penerbitan dan komunikasi mengakibatkan dunia ini seakan<br />
menciut, menyampaikan kepada kita berita mengenai peristiwa yang terjadi saat ini<br />
dengan lebih cepat dan gambaran yang lebih jelas, seperti belum pernah terjadi<br />
sebelumnya. Sekarang ini liputan peristiwa dunia dapat dilakukan hampir bersamaan<br />
dengan saat peristiwa itu terjadi. Tetapi meskipun kemajuan teknologi menjadikan berita<br />
lebih cepat didapat, hal itu tidak merubah sudut pandang mental dari mana kita melihat<br />
dan menanggapi berbagai peristiwa, padahal inilah yang pada akhirnya menentukan<br />
dampak yang ditimbulkan peristiwa itu bagi kita.<br />
Apakah sudut pandang ini? Umat manusia pada umumnya telah menerima pandangan<br />
tentang kehidupan dari apa yang seakan nyata bagi indera kebendaan—bahwa hidup ada<br />
dalam zat dan adalah karya dari zat, dan bahwa kejahatan sama sejati dan sama-sama<br />
mungkin terjadi seperti kebaikan, atau bahkan lebih. Itulah sebabnya berita tentang<br />
pertikaian, kekerasan, penderitaan, dan korupsi seolah wajar dan tak terhindarkan.<br />
Menanggapi berita-berita itu dengan kemarahan, ketakutan, atau kesedihan juga seakan<br />
wajar dilihat dari sudut pandang kebendaan ini. Tetapi reaksi seperti itu hanya akan<br />
mendukung pernyataan kejahatan. Harapan tertinggi yang dapat ditawarkan cara<br />
pemikiran kebendaan ini adalah merancang cara untuk membatasi kejahatan dan<br />
mengelola akibat yang ditimbulkannya.<br />
Ilmupengetahuan Kristen menawarkan sudut pandang yang secara radikal berbeda, yakni<br />
bahwa wujud pada dasarnya bersifat rohaniah, yang disimpulkan dari Kalam Alkitab yang<br />
penuh ilham. Ilmupengetahuan ini mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta<br />
dan yang memerintahi hidup, dan bahwa ciptaanNya sama sekali bersifat rohaniah,<br />
menyatakan wujudNya sebagai Roh (lihat Yohanes 4:24). Ilmupengetahuan ini<br />
menegaskan bahwa hidup, substansi, dan kecerdasan sesungguhnya bersifat ilahi dan<br />
bahwa hanya kebaikan saja yang sejati (lihat Kejadian 1:31).
Bahwa hal ini benar dapat dilihat dari akibatnya yang langsung dan menyembuhkan<br />
pada kehidupan insani; kesembuhan ini terjadi ketika budi insani mencapai<br />
pemahaman serta pengakuan yang tulus tentang kebenaran Ilmupengetahuan<br />
berkenaan dengan masalah-masalah yang spesifik.<br />
Jika kita memalingkan pikiran kepada yang Ilahi, dan mendasarkan kesimpulan kita<br />
sepenuhnya pada kesejatian rohaniah dari kebaikan Allah yang mahakuasa serta<br />
kesempurnaan ciptaan rohaniahNya, kita dapat melihat bahwa pernyataan kejahatan<br />
tidak mempunyai dasar. Kita menjadi sadar bahwa hal itu tidak mempunyai dasar<br />
dalam Roh ilahi, dan oleh karena itu tidak mempunyai dasar dalam kenyataan. Jika kita<br />
makin melihat kebenaran dari model yang rohaniah ini, pernyataan kejahatan yang<br />
datang kepada perhatian kita menjadi semakin tidak masuk akal sampai kita tidak lagi<br />
menerimanya sebagai suatu tuntutan yang sah.<br />
Semua ini bukan berarti bahwa kita menyarankan untuk mengabaikan hal-hal di dunia<br />
yang jelas-jelas memerlukan penyembuhan. Alih-alih demikian, kita menanganinya<br />
melalui pemahaman yang semakin baik tentang Allah.<br />
Jika kita merasa sulit untuk berpegang teguh pada sudut pandang yang rohaniah, kita<br />
dapat lebih berserah kepada kuasa Kristus, ide ilahi Allah yang dinyatakan Yesus.<br />
Kristus adalah pengaruh Kebenaran ilahi yang selalu hadir dalam pikiran insani untuk<br />
membimbing kita dan menjadikan kehadiran ilahi nyata. Kristus menunjukkan suatu<br />
dasar yang tidak dapat goyah dari mana kita harus menanggapi masalah-masalah yang<br />
terjadi di dunia dengan belas kasih, keberanian, kasih dan penyembuhan. Doa kita,<br />
yang didasarkan pada pemahaman bahwa Allah adalah kebaikan yang mahakuasa, dan<br />
kejahatan tidak mempunyai kuasa, dapat membantu mengurangi kejahatan di dunia,<br />
bukan hanya menjadikan kita mampu mengelola akibatnya.<br />
Di dalam buku ajar Ilmupengetahuan Kristen, Ilmupengetahuan dan Kesehatan<br />
dengan Kunci untuk Kitab Suci, Mary Baker Eddy memberikan suatu gambaran yang<br />
saya anggap bermanfaat dalam melihat bahwa apa yang dikatakan penanggapan<br />
kebendaan tidak bisa kita percayai. Ia menulis: “Suatu berita yang salah, yang secara<br />
khilaf mengabarkan kematian
seorang kawan, menyebabkan perasaan duka cita yang sama seperti kalau kawan itu<br />
betul-betul meninggal. Kita mengira, bahwa duka kita disebabkan oleh kehilangan<br />
kita. Suatu berita yang lain, yang membetulkan kekhilafan itu, menyembuhkan duka<br />
cita kita, dan kita insaf bahwa penderitaan kita semata-mata adalah akibat<br />
kepercayaan kita. Demikian jugalah dengan semua kesedihan, penyakit, dan maut.<br />
Pada suatu waktu akan kita insafi, bahwa tidak ada alasan untuk berduka cita, lalu<br />
kebijaksanaan ilahi akan dipahami. Kesesatan, bukan Kebenaran, mendatangkan<br />
segala penderitaan di bumi.” (hlm. 386).<br />
Meskipun di sini Ny. Eddy merujuk kepada berita yang tidak benar, bukan hanya dari<br />
sudut pandang rohaniah tetapi juga bagi pandangan insani—karena orang yang<br />
diberitakan itu tidak meninggal—menurut pendapat saya konsep “berita yang salah”<br />
itu berguna untuk diingat saat kita menghadapi kesaksian kejahatan di dalam hidup<br />
kita sendiri atau di dunia. Ungkapan itu dapat mengingatkan kita, bahwa jika dipahami<br />
dengan benar dari sudut pandang rohaniah, yang disangkakan sebagai tindakan<br />
kejahatan sesungguhnya tidak memiliki dasar dalam kesejatian, karena tidak berasal<br />
dari Allah. Dan hal ini benar, tidak peduli besarnya atau kuatnya bukti yang disajikan<br />
penanggapan kebendaan untuk mendukung pernyataan kejahatan. Maka, boleh<br />
dikatakan, setiap berita tentang kejahatan dapat dipandang sebagai berita yang salah.<br />
Beberapa tahun yang lalu saya mempunyai pengalaman yang membantu saya untuk<br />
melihat hal ini dengan lebih jelas. Saat itu saya bekerja untuk suatu perusahaan kecil<br />
yang manangani pembangunan perumahan. Salah satu tugas saya adalah<br />
mengkoordinasi layanan nasabah, sebagai penghubung dengan pemilik rumah dan<br />
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada rumah mereka. Saya ingat<br />
mendapat pemberitahuan dari pegawai kami bahwa ada “nasabah yang<br />
bersemangat”—seorang pemilik rumah yang mereka gambarkan dengan bahasa<br />
khusus dan mereka yakin tidak akan berhenti memberi saya masalah. Saya tertawa<br />
mendengar laporan tersebut, tetapi secara tidak sadar menerima pikiran bahwa suatu<br />
saat saya akan menghadapi masalah dengan wanita itu.<br />
Tidak lama sesudah itu, saya mendapat telpon dari wanita tersebut. Dengan cepat<br />
pembicaraannya berubah menjadi umpatan terhadap perusahaan dan pegawai kami,<br />
sebelum ia tiba-tiba mengakhiri pembicaraan. Saya terkejut dengan serangan yang<br />
membakar perasaan itu, tetapi saya tahu bahwa adalah tugas saya untuk<br />
menyelesaikan masalah tersebut.
Saat itu saya menghadapi suatu pilihan. Boleh dikatakan saya dapat menerima “berita<br />
yang salah,”—yang nampak sebagai wanita yang penuh kemarahan serta kebencian.<br />
Atau saya dapat berpaling dalam doa kepada Allah, mengakui sifat wanita itu yang<br />
sesungguhnya sebagai anak Allah yang terkasih, yang hanya mampu menyatakan<br />
kelemahlembutan Ibu-Bapa ilahi, Kasih.<br />
Saya berdoa. Dan ketika saya siap untuk menelponnya kembali, telpon berdering.<br />
Ternyata wanita itu lagi. Sekarang dia tenang dan rendah hati, siap bekerja sama<br />
dengan saya untuk mendapatkan solusi bagi masalah-masalah pada rumahnya. Kuasa<br />
Kristus telah mendorong saya untuk mengenali keakuannya yang rohaniah dan<br />
sebenarnya sebagai pernyataan Allah, dan hal ini menghapuskan keadaan pikiran yang<br />
tidak wajar serta penuh kebencian, yang tidak merupakan bagian dari dirinya yang<br />
sesungguhnya. Dampak doa langsung terasa dan bersifat permanen. Kami menjalin<br />
hubungan yang ramah dan kooperatif dengan wanita tersebut selama masa garansi,<br />
yang berlangsung selama dua tahun.<br />
Pengalaman ini merupakan batu loncatan bagi saya untuk penerapan yang lebih luas.<br />
Ketika menghadapi berita tentang kejadian di dunia atau setempat yang tidak baik—<br />
apakah itu penyakit, bencana, kekerasan, korupsi—secara mental saya namai laporan<br />
itu “berita yang salah.” Meskipun ada bukti kebendaan untuk menunjang<br />
pernyataannya, hal itu tidak mempunyai dasar dalam fakta rohaniah. Sesungguhnya<br />
saya dihadapkan pada pilihan yang sama seperti yang terjadi di kantor saya: Apakah<br />
saya akan menerima sebagai sesuatu yang meyakinkan, kesaksian bahwa kejahatan itu<br />
suatu kesejatian yang tidak dapat saya atasi atau kendalikan, atau apakah saya tetap<br />
teguh dalam keyakinan bahwa kebaikan Allah itu mahakuasa dan selalu hadir dan<br />
bahwa saya dapat membuktikan fakta ini, meskipun dalam cara-cara yang sederhana?<br />
Jika kita membiarkan kesempurnaan rohaniah sebagai standar kita—yakni apa yang<br />
kita terima sebagai yang benar-benar sejati—kita tidak dapat dihipnotis untuk<br />
mempercayai dongeng tentang kehidupan yang didasarkan pada penanggapan<br />
kebendaan, dengan demikian kita dapat lebih banyak membantu umat manusia<br />
melalui doa. Tetapi menerima secara pasif bahwa dosa dan penderitaan itu wajar dan<br />
tak terhindarkan tidak dapat mendatangkan kesembuhan bagi pikiran seseorang atau<br />
dunia, dan kita menjadi bulan-bulanan pendapat umum.
Menerima bahwa sebab atau akibat kebendaan memiliki kuasa bukanlah yang<br />
dilakukan Sang Guru kita, Yesus Kristus. Orang yang paling membuktikan kuasa Kristus<br />
ini menunjukkan kepada kita cara mempraktekkan melalui teladan. Dalam Injil Lukas<br />
misalnya, dinyatakan bahwa ia diminta Yairus datang ke rumahnya untuk<br />
menyembuhkan anak gadisnya, yang hampir mati (lihat 8:41, 42, 49–56). Ketika Yesus<br />
dalam perjalanan, seorang utusan datang dari rumah Yairus membawa berita buruk,<br />
dan berkata kepada Yairus: “Anakmu sudah mati, jangan lagi engkau menyusahnyusahkan<br />
Guru!" Apakah Yesus mempercayai berita tersebut? Tidak. Ia menyadari<br />
dengan jelas bahwa itu bukanlah kata akhir yang menentukan, dan ia menanggapinya<br />
dengan penghiburan serta penyembuhan yang berasal dari pemahamannya yang<br />
bersifat Kristus tentang fakta-fakta rohaniah. Bahkan di hadapan apa yang seakan<br />
sebagai maut, ia teguh dalam keyakinan bahwa hidup anak itu utuh, tidak dapat<br />
dihancurkan di dalam Allah, yang adalah Hidup yang senantiasa hadir. Penilaiannya<br />
yang benar tentang keadaan itu membuatnya mampu memulihkan anak itu, dengan<br />
demikian membuktikan bahwa fakta rohaniah tentang Hidup yang senantiasa hadir<br />
selalu tersedia untuk kita saksikan.<br />
Pemahaman Yesus bahwa kesejatian bersifat rohaniah merupakan dasar dari ajaran<br />
serta karya penyembuhannya dan merupakan inti dari yang kita sebut injil. Injil, atau<br />
kabar baik, yang dikhotbahkannya dapat dirangkum dalam kata-kata ini: “Kerajaan<br />
Sorga sudah dekat” (Matius 10:7). Bagi Yesus, pemerintahan keselarasan yang<br />
mencirikan kerajaan ini bukan hanya merupakan keadaan di masa depan. Kata-kata<br />
serta perbuatannya menunjukkan bahwa kerajaan sorga adalah kesejatian rohaniah<br />
akan kehidupan di sini dan sekarang juga. Adakah kabar yang lebih baik? Tetapi<br />
ajarannya juga menjadikan jelas perlunya pembaharuan, pemurnian pikiran yang<br />
semakin memungkinkan kita untuk mengumpulkan sedikit demi sedikit fakta rohaniah<br />
mengenai keadaan apa pun, dan dengan fakta-fakta tersebut mendatangkan<br />
kesembuhan kepada umat manusia.<br />
Jadi, bagaimana kita akan memandang berita yang kita terima? Akankah kita terima<br />
kesaksian penanggapan kebendaan, berita-berita yang salah yang berasal dari pikiran<br />
fana? Atau akankah kita dibimbing oleh penanggapan rohaniah untuk menerima<br />
“kabar baik” yang dibawa Yesus kepada dunia, dan merangkul umat manusia dalam<br />
kasih yang menyembuhkan yang berasal dari injil Kebenaran? Injil itu tidak pernah<br />
basi, tidak pernah ketinggalan zaman, tidak pernah merupakan kabar untuk masa lalu.<br />
Injil selalu segar dan mengena—pandangan yang penuh ilham yang dapat kita<br />
gunakan untuk membawa berkat yang besar bagi dunia.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-<br />
Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,<br />
melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia<br />
bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.<br />
Yohanes 3:16, 17.<br />
* terjemahan dari syair “Nyanyian Persekutuan” karya Mary Baker Eddy ini<br />
disesuaikan dengan konteks dalam artikel ini dan digunakan khusus untuk artikel ini,<br />
tidak untuk menggantikan terjemahan “Nyanyian Persekutuan” yang ada di Buku<br />
Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-<br />
Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,<br />
melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia<br />
bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.<br />
Yohanes 3:16, 17.<br />
* terjemahan dari syair “Nyanyian Persekutuan” karya Mary Baker Eddy ini<br />
disesuaikan dengan konteks dalam artikel ini dan digunakan khusus untuk artikel ini,<br />
tidak untuk menggantikan terjemahan “Nyanyian Persekutuan” yang ada di Buku<br />
Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen