13.04.2018 Views

BUKU_RPI_1

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

dapat memberikan kepastian sinyal bagi pengambil keputusan agar dapat melakukan<br />

intervensi yang tepat. Aspek sosial-budaya yang bervariasi dari satu lokasi ke lain tempat,<br />

kondisinya yang terus berkembang dan bersifat dinamis merupakan tantangan dalam<br />

membangun ukuran-ukuran yang sifatnya terukur. Salah satu indikator yang dapat diukur<br />

adalah keberadaan konflik serta resolusi penanganannya. Hal yang sebaliknya juga dapat<br />

dilakukan dalam konteks partisipasi masyarakat dan kaitannya dengan serapan tenaga<br />

kerja di dalam kegiatan kehutanan. Adanya kesamaan persepsi dari para pengguna hutan<br />

dalam hubungannya dengan tujuan melestarikan hutan merupakan indikator penting<br />

yang perlu mendapat perhatian dari pengelola lanskap hutan.<br />

Aliran manfaat dari hutan yang dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat<br />

setempat merupakan salah satu indikator ekonomi. Aspek equiti, keadilan dan pemerataan<br />

ini penting dalam konteks pemanfaatan sumberdaya alam. Maraknya konflik lahan yang<br />

muncul akhir-akhir ini dikarenakan persoalan akses yang menegasikan masyarakat setempat<br />

dan lebih memprioritaskan masyarakat dari luar untuk memanfaatkan sumberdaya alam.<br />

Selanjutnya adanya insentif pendanaan untuk melestarikan hutan merupakan indikator<br />

penting yang perlu dibangun dalam hubungannya dengan manajemen lanskap. Insentif<br />

tersebut harus mampu mendorong pelestarian kebun-kebun campuran, agroforestry<br />

yang selama ini menjadi asset penting dan modal sosial pemersatu kelompok masyarakat.<br />

Penelitian yang dilakukan di Jawa Timur berhasil mengidentifikasi hubungan antara<br />

parameter lanskap dengan parameter ekonomi . Parameter lanskap didekati dengan<br />

melakukan pengukuran terhadap landuse riel yang ada di lapangan atau lokasi penelitian.<br />

Tahapan yang dilakukan adalah menentukan kelas penggunaan lahan atau landuse, yang<br />

dalam penelitian meliputi pemukiman,perkebunan (sayuran,apel, kentang, dll), hutan,<br />

serta kebun campuran atau agroforestry. Skoring dilakukan untuk menentukan hubungan<br />

antar kelas penggunaan lahan (dalam bentuk prosentase).<br />

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara tingkat pendapatan<br />

masyarakat dengan pola penggunaan lahan, serapan tenaga kerja dan potensi hutan. Di<br />

lokasi penelitian, secara umum tingkat pendapatan petani majoritas rendah dan tersebar<br />

di seluruh kelas lahan hingga mencapai proporsi lebih dari 71 %. Hal ini mengindikasikan<br />

tingginya tingkat kemiskinan petani di wilayah tersebut. Selain itu, penggunaan lahan<br />

sawah, tanaman semusim pada tegalan dan pekarangan belum mampu mengangkat tingkat<br />

pendapatan petani. Sehubungan dengan itu maka perlu dipertimbangkan kemungkinan<br />

untuk memperkenalkan pola penggunaan lahan alternatif yang selain mampu meningkatkan<br />

pendapatan petani juga mendorong kelestarian lingkungan serta penurunan tingkat<br />

erosi dan sedimentasi. Konsep penggunaan lahan dengan memanfaatkan kombinasi<br />

antara tanaman keras dan tanaman semusim merupakan salah satu pilihan. Pendekatan<br />

agroforestry ini terutama banyak dikembangkan pada lahan yang memiliki kemiringan<br />

32 • Analisis Hasil Penelitian

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!