You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
2<br />
SABTU, <strong>28</strong> JULI <strong>2018</strong><br />
BUDAYA<br />
Ragam Bahasa Daerah<br />
di Kabupaten <strong>Bekasi</strong><br />
Oleh : Wasto Pujawiatna,S.Pd<br />
Guru SMPN 4 Setu Anggota KGPBR<br />
Kalau mendengar kata <strong>Bekasi</strong> entah itu<br />
Kabupaten atau Kota <strong>Bekasi</strong> yang terkenal adalah<br />
banyak pabrik atau industri ,itusekarang. Tapi<br />
kalau tahun 80-am <strong>Bekasi</strong> belum terkenal seperti<br />
sekarang ini,paling-paling yang terkenal tanaman<br />
rambutan, nangka, kecapi, tanahnya merah, dan<br />
ada lagi yang paling terkenal ,mengenai <strong>Bekasi</strong><br />
yaitu kompleks ( Maaf tempat mangkal para<br />
wanita pramu nikmat dan laki-laki hidung belang)<br />
dikenal dengan Malvinas sekarang tempat tersebut<br />
sudah dijadikan Rumah sakit Umum Kabupaten<br />
<strong>Bekasi</strong>,letaknya di Kecamatan Cikarang Barat.<br />
Penulis sendiri datang ke Kabupaten <strong>Bekasi</strong><br />
tahun 1984,itupun dibawa oleh orang tua yaitu<br />
bapak sebagai guru SPGN Tambun,selepas SD<br />
penulis tinggal di Kabupaten <strong>Bekasi</strong> sampai<br />
sekarang tahun <strong>2018</strong> sudah lumayan lama dan<br />
airnya air <strong>Bekasi</strong> ,kalau pulang ke bandung logat<br />
bahasanya sudah berubah itupun kata yang<br />
mendengar kalau berbicara bahasa sunda.<br />
Tahun 80-an sekolah –sekolah seperti SMA<br />
dan STM belum banyak ,hanya ada SMA N<br />
<strong>Bekasi</strong>,SPGN Tambun,SMAN Cikarang, SMAN<br />
Tambun,SMA Islam Cibitung,SMA karya bakti,STM<br />
Patriot, kalau di bandingkan dengan Kabupaten<br />
tetangga yaitu Karawang sangat ketinggalan<br />
disana ada STM N,SGON,SPK,SPMA dll, jadi<br />
kalau warga <strong>Bekasi</strong> ingin melanjutkan ke STM,atau<br />
SGO atau sekolah perawat harus ke Karawang.<br />
Konon masyarakat <strong>Bekasi</strong> zaman dahulu tidak<br />
ada yang mau jadi guru meskipun ada SPGN yang<br />
sekolah banyak yang dari luar <strong>Bekasi</strong>, banyak guruguru<br />
SD yang Konon masyarakat <strong>Bekasi</strong> zaman<br />
dahulu tidak ada yang mau jadi guru meskipun<br />
ada SPGN yang sekolah banyak yang dari luar<br />
<strong>Bekasi</strong>, otomatis di daerah yang dekat dengan<br />
sekolah SPG banyak yang membangun kontrakan<br />
alias jadi juragan kontrakan . jaman inpres guruguru<br />
SD berasal dari Jogya,Bali dan Bandung.<br />
Tahun tahun 85-90-an mulai dbuka akses jalan<br />
tol cibitung,kawasan Industri MM210, Kawasan<br />
Ejip, Hyundai dll. Ini awal mulai <strong>Bekasi</strong> dikenal<br />
dengan daerah industri bhkan daerah industri<br />
terbesar di Indonesia yang merupaka objek vital<br />
nasional, dengan banyaknya pabrik-pabrik tersebut<br />
otomatis banyak menyerap lapangan keeja. Ternyata<br />
tenaga kerjanya pu banyak yang bersala dari luar<br />
Kabupaten <strong>Bekasi</strong>, dari jawa tengah.jawa Timur,<br />
Kabupaten -Kabupaten di jawa barat , karena<br />
waktu itu lulusan-lulusan sekolah kejuruan di<br />
Kabupaten <strong>Bekasi</strong> belum banyak .<br />
Bagi yang kena gusuran pada membangun kontrakan<br />
,jadi dengan banyak industri dan kawasan<br />
meningkatkan taraf pendapatan ekonomi . pendatang<br />
dari daerah Kabupaten <strong>Bekasi</strong> bukan hanya bekerja<br />
di jalur industri,takeliling,pi banyak yang membuka<br />
usaha ,seperti seolsepatu,warung makan tegal,warun<br />
padang,tambal ban,pedagang nasi goreng, sate<br />
madura dll. Mulai tahun 2000-an sekolah-sekolah<br />
didirikan baik SMP Negeri ,SMA Negeri dan SMK<br />
negeri, untuk SMA negeri dan SMK negeri didirikan<br />
di setiap kecamatan yang awalnya hanya STM N<br />
Cibitung dan SMEN Cinitung( sekarang SMKN 1<br />
dan SMN 2 Cikarang barat-red).<br />
Sekarang warga <strong>Bekasi</strong> atau Pemuda-pemudinya<br />
banyak yang menjadi guru dan melanjutkan di<br />
sekolah keguruan dan profesi guru menjadi daya<br />
tarik tersendiri guruhonor banyak yang diangkat<br />
menjadi PNS semenjak pemerintahan SBY dan<br />
gaji guru ditambah ada sertifikasi guru .<br />
Walaupun demikian bukan berarti guru-guru<br />
di sekolah-sekolah SD sampai SMA/K tidak ada<br />
Yang berasal dari daerah lain? Banyak guru-guru<br />
baik SekolahDasar negeri atau SDIT SMPN dan<br />
SMPIT yang berasal dari luar Kabupaten <strong>Bekasi</strong>,<br />
alasannya karena tadi itu mereka datang karena<br />
ikut saudara ,ikut suami dll,<br />
Kembali sesuai dengan tema artikel yaitu penuutur<br />
bahasa derah di Kabupaten <strong>Bekasi</strong> sangat beragam<br />
karena latar belakang bersaladari berbagai daerah<br />
ataupun karena warga asli <strong>Bekasi</strong> itu sendiri, Pengguna<br />
bahasa daerah diKabupaten <strong>Bekasi</strong> terdiri dari;bahasa<br />
Betawi <strong>Bekasi</strong>, bahasa Sunda, bahasa jawa banten.<br />
Penutur bahasa Sunda banten cirinya kasar seperti<br />
aing,sia dll, mencakup daerah-daerah: bojong<br />
koneng,Cibitung bedeng,jara kosta,pasir limus,,<br />
Cikedokan ,telajung (Cibitung dan Cikarang barat),<br />
Lemah Abang, Cibarusah, kedung waringin,Bojong<br />
, Penbayuran Ciledug, Taman Sari, Cibening,Kampung<br />
sawah , Burangkeng ,kecamatan setu .<br />
Penutur bahasa jawa serang mencakup, Sukatani(<br />
daerah Suka Hurip, kampung Cangkring ,kampung<br />
Pulo Tiga dl<br />
Penutur Bahasa betawi : Tambun, Babelan,<br />
Cikarang utara, Tarumajaya, Tambelang hampir<br />
seluruh kecamatan di Kabupaten <strong>Bekasi</strong> .<br />
Kalau di tanya Kabupaten <strong>Bekasi</strong> termasuk<br />
suku bangsa apa tentunya berbeda pendapat<br />
yang berbicara sunda dalam kesehariandilingkungan<br />
dia berinteraksi tentunya akan menjawab suku<br />
sunda, tapi yang sehari-hari beerbicara bahasa<br />
betawi akan menjawab suku Betawi.<br />
Bahasa sunda yang dipergunakan untuk bertutur<br />
,berkomunikasi mereka termasuk dialek Banten<br />
karena sunda kasar seperti, sia,aing ,kemudian<br />
ada doang,ora pengaruh betawi. Bahasa jawa<br />
Serang misalnya : awan, buri, gelem, daerah<br />
Muaragembong karena daerah pantai tentunya<br />
banyak berasal dari Brebes,Tegal bertutur kata<br />
bahasa jawa untuk berinteraksi .<br />
Bahasa Batak digunakan oleh warga <strong>Bekasi</strong> yang<br />
berasal dari Sumatera utara dipergunakan oleh<br />
sesama dari suku Batak tetapi anak keturunan nya<br />
mempergunakan bahsa seari-hari dimana dia tinggal<br />
dilingkungan menggunakan bahsa daerah, begitupun<br />
dengan bahasa Minang , Madura, Palembang,Lampung<br />
dll. Penulis pernah menugaskan untuk siswa-siswa<br />
menerjemahkan lagu anak-anak yang berjudul<br />
:”Satu-Satu” berdasarkan asal orang tuanya ternyata<br />
pakai bahasa Batak,Sunda,Palembang,Madura,B<br />
etawi,Minang. Disekolah khususnya SMPN 4 setu<br />
guuru-gurunya prosentase yang paling besar berasal<br />
dari jawa ,disusul Sunda,kemudian <strong>Bekasi</strong>, disekolah<br />
–sekolah lain juga tentunya tidak jauh berbeda.<br />
Kemudian Penulis tinggal di kampung Lubang<br />
Buaya,Kecamatan Setu warganya terdiri dari asli<br />
Lubang Buaya ,Jawa, Banten, Madura ,Minang,Sunda,<br />
Flores. Warga Asli Lubang Buaya kalu diajak bahasa<br />
Sunda juga berbicara Sunda, berarti bisa dua<br />
bahasa Sunda dan Betawi. (*)<br />
Sebongkah Berlian<br />
di Bulan Ramadan yang Lalu<br />
Pulang sekolah, Selly merasa galau<br />
hatinya. Gurunya sudah mengingatkan<br />
untuk membayar uang les. Hari ini ada<br />
bimbel, berarti dia harus melunasi uang<br />
les yang masih menunggak. Dengan<br />
cepat dirinya mengambil sepeda motor<br />
butut kesayangannya.<br />
Meskipun butut, sepeda ini merupakan<br />
hadiah dari ibunya. Saat diterima<br />
masuk SMAN 1,dirinya mendapatkan<br />
hadiah. Ini merupakan suatu anugrah<br />
bagiku dan keluargaku karena bisa<br />
masuk sekolah favorit. Makanya ibuku<br />
saking senangnya membelikanku<br />
sebuah sepeda motor bekas sebagai<br />
hadiah terindah. Tidak terasa lima<br />
belas menit sudah berlalu, Selly sudah<br />
sampai di rumah.<br />
Meskipun hatinya galau, Selly merasa<br />
bahagia saat melihat adik bontotnya<br />
menyambut dengan ketawa dan langkah<br />
satu dua. Sejak ditinggal ibunya meninggal,<br />
Selly yang mengasuh adiknya.<br />
Selly mempunyai dua orang kakak<br />
perempuan. Kakak yang pertama sedang<br />
merantau ke Aceh sedang kakak yang<br />
kedua bekerja di Banyumas sebagai<br />
seles sepatu. Dengan terse nyum, digendong<br />
adiknya dan diajak masuk.<br />
Di dalam dilihatnya mbah Sani sedang<br />
duduk di ruang tamu. Mbah Sani<br />
adalah tetangga yang bersedia<br />
mengasuh Puput adiknya setelah<br />
ibunya meninggal.<br />
“Assalamu’alaikum, Mbah, lagi<br />
nopo?”<br />
“Mboten nopo-nopo,” sahut mbah<br />
Sani dengan buru-buru berdiri dari<br />
kursi. “Sampun kondor mbak.?”<br />
“Nggih mbah,”jawab Selly sambil<br />
menurunkan adiknya dari<br />
gendongan.<br />
Selly masuk ke dalam kamarnya dan<br />
merebahkan tubuhnya ke kasur. Hatinya<br />
mulai galau dan pikirannya kembali<br />
berputar mencari jalan ke luar untuk<br />
membayar uang les yang sudah katuh<br />
tempo. Hari ini waktunya untuk melunasi<br />
uang les yang sudah menunggak selama<br />
tiga bulan. Dia takut, karena gurunya<br />
tadi sudah mengingatkan uang les.<br />
Senja Di Hatiku<br />
Karya : Munirotul Badriah<br />
Guru SD Al Muslim<br />
Tambun <strong>Bekasi</strong><br />
Senja…<br />
Selalu indah untuk dipandang<br />
mata<br />
Salah satu anugerah dari Sang<br />
Pencipta<br />
Tak pernah bosan untuk berlamalama<br />
menatap<br />
Menjadikan iman semakin mantap<br />
Senja…<br />
Berteman denganmu bagai<br />
anugerah<br />
Yang tak pernah bisa untuk<br />
dirubah<br />
Karena rasa ini adalah pemberian-<br />
Nya<br />
Tidak setiap manusia dapat<br />
merasakannya<br />
Senja…<br />
Akankah esok kita masih berjumpa<br />
Seperti biasa saling menyapa<br />
Ku hanya bisa untuk berserah<br />
Kepada takdir dari Sang Maha<br />
Pemurah<br />
Untukmu Ayah<br />
Dan Ibu<br />
Oleh : Dewi Hajarwati<br />
Anggota KGPBR<br />
Ibu …<br />
Engkaulah wanita hebat<br />
Menerangi setiap langkah kami,<br />
anak-anakmu<br />
Terang…..<br />
Seperti bulan purnama yang<br />
menerangi bumi<br />
Ayah…<br />
Engkaulah sosok perkasa<br />
Melindungi kami putra-putrimu<br />
Memberikan energi dalam setiap<br />
tubuh kami<br />
Pikirannya berputar<br />
untuk mencari cara<br />
bagaimana membayar<br />
uang les. Mau<br />
min ta bapak, tidak mungkin. Bapak<br />
belum gajian. Lama Selly melamun<br />
memikirkan bagaimana cara untuk<br />
membayar uang les.<br />
“Duh…Gusti Allah, Bagaimana saya<br />
harus membayar uang les ya,?”<br />
“Siapa yang dapat aku maintain uang<br />
les,?” ratap Selly menitikkan air<br />
mata.<br />
“Aku malu banget, kalau harus dipanggil<br />
ke ruang administrasi bimbel,”<br />
Tiba-tiba terdengar suara dari luar<br />
kamar.<br />
“Sudah shalat belum mbak Selly,?”<br />
“Sudah hampir pukul dua lho.,”<br />
perintah sebuah suara.<br />
Begitu sadar, bahwa yang menyuruhnya<br />
untuk shalat adalah mbah Sani.<br />
Dengan melompat dari kasur, Selly<br />
menuju kamar mandi untuk mengambil<br />
air wudu. Karena dari pulang sekolah,<br />
dirinya terbenam dengan perasaan<br />
galau. Sampai melupakan shalat<br />
Dzuhur. Dengan khusuk Shelly shalat<br />
di kamarnya.<br />
Setelah selesai shalat, Shelly tidak<br />
langsung beranjak dari duduknya.<br />
Pikirannya masih teringat pesan gurunya.<br />
Hatinya benar-benar menjerit. Dia<br />
teringat kembali dengan uang les yang<br />
harus dibayarkan hari ini. Diambilnya<br />
Al-Quran di atas meja samping sajadah<br />
mulailah membaca surat Yassin. Dengan<br />
perlahan dibacanya surat Yassin sampai<br />
matanya mulai mengeluarkan air mata.<br />
Berkali-kali tangannya menyeka air<br />
mata agar tidak menutupi pandangannya<br />
untuk membaca Al-Quran. Setelah<br />
selesai membaca, diangkatlah kedua<br />
tangannya. Dengan suara parau dan<br />
terbata-bata Selly memohon kepada<br />
Allah SWT, untuk mengabulkan<br />
permohonannya.<br />
“Duh Gusti Allah,……..”<br />
“Hanya satu yang kumohon di bulan<br />
Ramadhan ini.”<br />
“Tolonglah Ya Allah…..”<br />
Seperti Matahari yang menyinari<br />
bumi<br />
Kami yang dulu selalu<br />
merepotkanmu<br />
Kini kami sudah besar dan bisa<br />
tegak berdiri<br />
Kami ingin melindungimu berdua<br />
Seperti engkau menjaga kami<br />
sedari kecil<br />
Kami ingin di masa tuamu kini<br />
Senyum manis selalu menghias<br />
bibirmu<br />
Akan kami lakukan apa yang<br />
engkau minta<br />
Biar merasakan seperti kami minta<br />
dulu<br />
Guruku Yang<br />
Tersayang<br />
Karya : Nadya Nur Azizah<br />
Kelas VI SDN Setiamekar 06<br />
Tambun Selatan<br />
Guruku . . . .<br />
Engkaulah wanita yang mulia<br />
Engkau sudah mengajariku<br />
Di saat aku belajar di sini<br />
Guruku . . . .<br />
Engkaulah guruku tersayang<br />
Aku sangat bahagia menjadi<br />
muridmu<br />
Karna kau selalu baik padaku<br />
Guruku . . . .<br />
Engkaulah guruku tercinta<br />
Penuh kasih pada kami dan<br />
teman-teman<br />
Aku sangat menyayangimu<br />
Guruku . . . .<br />
Aku sangat senang<br />
Aku dapat belajar ilmu di sekolah<br />
Terima kasih guruku<br />
Engkaulah guru tersayang dan<br />
tercinta<br />
Ibuku Sayang<br />
“Berikan Mukjizat-<br />
Mu kepada hambamu<br />
ini.”<br />
“Hamba belum<br />
membayar uang les,”<br />
“Ya Allah, dari mana saya harus<br />
membayarnya,”<br />
“Bapakku belum gajian, kakakku<br />
belum pulang, dan ibuku sudah<br />
meninggal sebelum Ramadhan ini”<br />
ratap Selly dalam doanya.<br />
Air mata Selly yang ke luar sudah<br />
mengering, suaranyapun sudah berat.<br />
Akhirnya selly menutup doanya dengan<br />
mengucapkan aamin…aamiin…aamiin,<br />
ya Robbal Alamin. Selly melipat mukenanya.<br />
Dia buru-buru mandi karena<br />
waktu sudah menunjukkan pukul<br />
14.30. dengan cepat dia menge nakan<br />
pakaian untuk berangkat les.<br />
Sebelum berangkat les, digendongnya<br />
adiknya Puput sambil melantumkan<br />
lagu favoritnya yaitu “Pok Ame-ame<br />
Belalang Kupu-kupu. Kalua sudah<br />
menyanyi adiknya tertawa terbahakbahak.<br />
Selalu minta untuk diulang<br />
terus nyanyinya. Melihat adiknya<br />
bahagia, perasaan galaunya hilang.<br />
Hatinya ikut terhanyat bernyanyi<br />
dengan adiknya.<br />
“Eh, kurang lima belas menit lagi.”<br />
“Kakak berangkat ya Dek,” kata Selly<br />
pada adiknya.<br />
Adiknya hanya mengangguk, dan<br />
dengan perlahan turun dari gendongan<br />
kakaknya. Padahal umur Puput baru<br />
satu setengah tahun, tetapi perasaannya<br />
terkadang mengerti dengan keadaan<br />
yang sedang terjadi.<br />
Selly berpamitan dengan mbah Sani<br />
untuk berangkat les. Dengan mencium<br />
tangannya dia menstater motor kesayangannya.<br />
Perlahan dia mengendarain<br />
sepedanya. Rumah selly di dalam gang,<br />
sehingga membutuhkan kesabaran<br />
untuk mengendarain motornya. Takut<br />
banyak anak-anak yang lalu-lalang.<br />
Saat sepedanya akan berbelok di<br />
jalan raya menuju tempat les. Tibatiba<br />
sebuah mikrolet berhenti. Sehingga<br />
dengan cepat dirinya mengerem<br />
Karya : Andra Rafael<br />
Kelas: VI SDN Setiamekar 06<br />
Tamun Selatan<br />
Ibuku tersayang . . . .<br />
Kaulah wanita yang kuat<br />
Sungguh sabar mendidikku<br />
Sungguh kuat merawatku<br />
Dari kecil hingga besar<br />
Ibuku sayang . . . .<br />
Engkaulah pahlawanku<br />
Kau akan selalu menyayangiku<br />
Aku bangga padamu….oh ibu<br />
Ibuku sayang . . . .<br />
Kaulah jiwa dan ragaku<br />
Kau selalu di hatiku<br />
Kau selalu berharga di mataku<br />
Ibuku sayang . . . .<br />
Kau mengajariku dengan sabar<br />
Beragam cara kau buat aku<br />
tersenyum<br />
Aku selalu sayang padamu<br />
Oh, ibu………<br />
Guruku,<br />
Aku Sangat<br />
Mencintaimu<br />
Oleh :NN<br />
Oh, guruku . . . .<br />
Kaulah yang mengajariku<br />
Sampai aku bisa<br />
Kaulah guruku tercinta<br />
Meski aku nakal kau tetap sabar<br />
Oh, guruku . . . .<br />
Kaulah yang selalu membimbingku<br />
Sampai aku bisa<br />
Kaulah yang mendorongku<br />
mengejar cita-cita<br />
Sampai aku dapat<br />
Oh, guruku . . . .<br />
Saat aku tidak mengerti<br />
Kau mendekati tuk mengajariku<br />
motornya. Ternyata dilihatnya ada<br />
seorang wanita muda turun dari<br />
microlet itu. Dengan wajah yang<br />
berbinar, melihat wanita muda itu<br />
yang tak lain adalah kakaknya yang<br />
beru datang dari Banyumas.<br />
“Mbak Sisi…mbak Sisi..”<br />
panggilnya<br />
Wanita itu menghampirinya. Dan<br />
mengajaknya untuk bersalaman.<br />
“Mau ke mana,?” tanya mbak Sisi<br />
“Aku mau les, Mbak.”<br />
“Mbak aku belum bayar les,”<br />
“Berapa,?” tanya mbak Sisi.<br />
“Lima ratus ribu, mbak,” jawab Selly<br />
dengan mata mulai berair.<br />
“Nich, uang lima ratus ribu buat bayar<br />
les, ya!” kata mbak Sisi sambil<br />
mengeluarkan uang dari dompetnya.<br />
Dengan tersenyum kakaknya<br />
memberikan uang les pada adik<br />
kesayangannya.<br />
“Mbak, bener ki, aku bisa bayar les,?”<br />
dengan mengambil uang dari tangan<br />
kakaknya, kemudian dipeluknya mabk<br />
Sisi dengan berkata perlahan<br />
“Terima kasih Duh Gusti Allah,”<br />
“Engkau telah mengabulkan<br />
doaku,”<br />
“Ya, sudah sana berangkat, nanti<br />
terlambat,!” kata mbak Sisi<br />
Selly langsung berangkat dan<br />
mengegas motornya dengan perasaan<br />
bahagia tak terkira. Dalam hati dia<br />
selalu bersyukur dan mengucapkan<br />
Alhamdulillah akan keberkhahan<br />
bulan Ramadhan.<br />
Sampai di tempat les, dirinya<br />
langsung menuju ruang administrasi<br />
untuk melunasi pembayar lesnya<br />
yang sudah jatuh tempo. Dengan<br />
rasa bahagia, kakinya melangkah<br />
menuju ruang belajar untuk mengikuti<br />
pelajaran. Waktu kurang tiga menit<br />
lagi dimulai, dan terlihat dari tempat<br />
duduknya tutornya sudah berjalan<br />
menuju ruang belajar. Alhamdulillah,<br />
kata Selly, di bulan Ramadhan ini,<br />
keberkahan telah berpihak padaku.<br />
Seperti mendapatkan sebongkah<br />
berlian. Terima kasih Ya Allah. (*)<br />
Sampai aku dapat<br />
Oh, guruku . . . .<br />
Tanpamu aku tidak bisa<br />
Membaca dan menulis<br />
Karenamu aku menjadi pandai<br />
Berhitung dan membaca<br />
Oh, guruku tersayang . . . .<br />
Aku sangat mencintaimu<br />
Tak kan kulupakan semua jasamu<br />
Sampai aku besar nanti<br />
Pegunungan<br />
Yang Indah<br />
Oleh : Rd. Danar Jongko<br />
Cokronegoro<br />
Kelas VI SDN Setiamekar 06<br />
Tambun Selatan<br />
Pegunungan indah sangat<br />
menyejukkan hati<br />
Aneka tumbuhan tumbuh di sana<br />
Para wisatawan berlomba untuk<br />
berkunjung<br />
Karena kesejukan dan<br />
keindahanmu<br />
Mata air yang menyejukkan juga<br />
ada<br />
Air terjun yang mempesona terlihat<br />
juga<br />
Hutanpun menghiasi<br />
pemandangan alammu<br />
Sungguh indah untuk dikunjungi<br />
Banyak hewan liar tinggal di hutan<br />
Banyak pohon yang sudah besar<br />
Tumbuh indah membuat udara<br />
sejuk<br />
Sangat indah untuk dipandang<br />
mata<br />
Pegunungan yang terlihat<br />
menjulang<br />
Tumbuh juga tanaman perkebunan<br />
Banyak sekali kekayaan alam yang<br />
ada<br />
Aku jadi ingin pergi ke sana