28.07.2018 Views

E - Paper Radar Bekasi Edisi 28 Juli 2018

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

2<br />

SABTU, <strong>28</strong> JULI <strong>2018</strong><br />

BUDAYA<br />

Ragam Bahasa Daerah<br />

di Kabupaten <strong>Bekasi</strong><br />

Oleh : Wasto Pujawiatna,S.Pd<br />

Guru SMPN 4 Setu Anggota KGPBR<br />

Kalau mendengar kata <strong>Bekasi</strong> entah itu<br />

Kabupaten atau Kota <strong>Bekasi</strong> yang terkenal adalah<br />

banyak pabrik atau industri ,itusekarang. Tapi<br />

kalau tahun 80-am <strong>Bekasi</strong> belum terkenal seperti<br />

sekarang ini,paling-paling yang terkenal tanaman<br />

rambutan, nangka, kecapi, tanahnya merah, dan<br />

ada lagi yang paling terkenal ,mengenai <strong>Bekasi</strong><br />

yaitu kompleks ( Maaf tempat mangkal para<br />

wanita pramu nikmat dan laki-laki hidung belang)<br />

dikenal dengan Malvinas sekarang tempat tersebut<br />

sudah dijadikan Rumah sakit Umum Kabupaten<br />

<strong>Bekasi</strong>,letaknya di Kecamatan Cikarang Barat.<br />

Penulis sendiri datang ke Kabupaten <strong>Bekasi</strong><br />

tahun 1984,itupun dibawa oleh orang tua yaitu<br />

bapak sebagai guru SPGN Tambun,selepas SD<br />

penulis tinggal di Kabupaten <strong>Bekasi</strong> sampai<br />

sekarang tahun <strong>2018</strong> sudah lumayan lama dan<br />

airnya air <strong>Bekasi</strong> ,kalau pulang ke bandung logat<br />

bahasanya sudah berubah itupun kata yang<br />

mendengar kalau berbicara bahasa sunda.<br />

Tahun 80-an sekolah –sekolah seperti SMA<br />

dan STM belum banyak ,hanya ada SMA N<br />

<strong>Bekasi</strong>,SPGN Tambun,SMAN Cikarang, SMAN<br />

Tambun,SMA Islam Cibitung,SMA karya bakti,STM<br />

Patriot, kalau di bandingkan dengan Kabupaten<br />

tetangga yaitu Karawang sangat ketinggalan<br />

disana ada STM N,SGON,SPK,SPMA dll, jadi<br />

kalau warga <strong>Bekasi</strong> ingin melanjutkan ke STM,atau<br />

SGO atau sekolah perawat harus ke Karawang.<br />

Konon masyarakat <strong>Bekasi</strong> zaman dahulu tidak<br />

ada yang mau jadi guru meskipun ada SPGN yang<br />

sekolah banyak yang dari luar <strong>Bekasi</strong>, banyak guruguru<br />

SD yang Konon masyarakat <strong>Bekasi</strong> zaman<br />

dahulu tidak ada yang mau jadi guru meskipun<br />

ada SPGN yang sekolah banyak yang dari luar<br />

<strong>Bekasi</strong>, otomatis di daerah yang dekat dengan<br />

sekolah SPG banyak yang membangun kontrakan<br />

alias jadi juragan kontrakan . jaman inpres guruguru<br />

SD berasal dari Jogya,Bali dan Bandung.<br />

Tahun tahun 85-90-an mulai dbuka akses jalan<br />

tol cibitung,kawasan Industri MM210, Kawasan<br />

Ejip, Hyundai dll. Ini awal mulai <strong>Bekasi</strong> dikenal<br />

dengan daerah industri bhkan daerah industri<br />

terbesar di Indonesia yang merupaka objek vital<br />

nasional, dengan banyaknya pabrik-pabrik tersebut<br />

otomatis banyak menyerap lapangan keeja. Ternyata<br />

tenaga kerjanya pu banyak yang bersala dari luar<br />

Kabupaten <strong>Bekasi</strong>, dari jawa tengah.jawa Timur,<br />

Kabupaten -Kabupaten di jawa barat , karena<br />

waktu itu lulusan-lulusan sekolah kejuruan di<br />

Kabupaten <strong>Bekasi</strong> belum banyak .<br />

Bagi yang kena gusuran pada membangun kontrakan<br />

,jadi dengan banyak industri dan kawasan<br />

meningkatkan taraf pendapatan ekonomi . pendatang<br />

dari daerah Kabupaten <strong>Bekasi</strong> bukan hanya bekerja<br />

di jalur industri,takeliling,pi banyak yang membuka<br />

usaha ,seperti seolsepatu,warung makan tegal,warun<br />

padang,tambal ban,pedagang nasi goreng, sate<br />

madura dll. Mulai tahun 2000-an sekolah-sekolah<br />

didirikan baik SMP Negeri ,SMA Negeri dan SMK<br />

negeri, untuk SMA negeri dan SMK negeri didirikan<br />

di setiap kecamatan yang awalnya hanya STM N<br />

Cibitung dan SMEN Cinitung( sekarang SMKN 1<br />

dan SMN 2 Cikarang barat-red).<br />

Sekarang warga <strong>Bekasi</strong> atau Pemuda-pemudinya<br />

banyak yang menjadi guru dan melanjutkan di<br />

sekolah keguruan dan profesi guru menjadi daya<br />

tarik tersendiri guruhonor banyak yang diangkat<br />

menjadi PNS semenjak pemerintahan SBY dan<br />

gaji guru ditambah ada sertifikasi guru .<br />

Walaupun demikian bukan berarti guru-guru<br />

di sekolah-sekolah SD sampai SMA/K tidak ada<br />

Yang berasal dari daerah lain? Banyak guru-guru<br />

baik SekolahDasar negeri atau SDIT SMPN dan<br />

SMPIT yang berasal dari luar Kabupaten <strong>Bekasi</strong>,<br />

alasannya karena tadi itu mereka datang karena<br />

ikut saudara ,ikut suami dll,<br />

Kembali sesuai dengan tema artikel yaitu penuutur<br />

bahasa derah di Kabupaten <strong>Bekasi</strong> sangat beragam<br />

karena latar belakang bersaladari berbagai daerah<br />

ataupun karena warga asli <strong>Bekasi</strong> itu sendiri, Pengguna<br />

bahasa daerah diKabupaten <strong>Bekasi</strong> terdiri dari;bahasa<br />

Betawi <strong>Bekasi</strong>, bahasa Sunda, bahasa jawa banten.<br />

Penutur bahasa Sunda banten cirinya kasar seperti<br />

aing,sia dll, mencakup daerah-daerah: bojong<br />

koneng,Cibitung bedeng,jara kosta,pasir limus,,<br />

Cikedokan ,telajung (Cibitung dan Cikarang barat),<br />

Lemah Abang, Cibarusah, kedung waringin,Bojong<br />

, Penbayuran Ciledug, Taman Sari, Cibening,Kampung<br />

sawah , Burangkeng ,kecamatan setu .<br />

Penutur bahasa jawa serang mencakup, Sukatani(<br />

daerah Suka Hurip, kampung Cangkring ,kampung<br />

Pulo Tiga dl<br />

Penutur Bahasa betawi : Tambun, Babelan,<br />

Cikarang utara, Tarumajaya, Tambelang hampir<br />

seluruh kecamatan di Kabupaten <strong>Bekasi</strong> .<br />

Kalau di tanya Kabupaten <strong>Bekasi</strong> termasuk<br />

suku bangsa apa tentunya berbeda pendapat<br />

yang berbicara sunda dalam kesehariandilingkungan<br />

dia berinteraksi tentunya akan menjawab suku<br />

sunda, tapi yang sehari-hari beerbicara bahasa<br />

betawi akan menjawab suku Betawi.<br />

Bahasa sunda yang dipergunakan untuk bertutur<br />

,berkomunikasi mereka termasuk dialek Banten<br />

karena sunda kasar seperti, sia,aing ,kemudian<br />

ada doang,ora pengaruh betawi. Bahasa jawa<br />

Serang misalnya : awan, buri, gelem, daerah<br />

Muaragembong karena daerah pantai tentunya<br />

banyak berasal dari Brebes,Tegal bertutur kata<br />

bahasa jawa untuk berinteraksi .<br />

Bahasa Batak digunakan oleh warga <strong>Bekasi</strong> yang<br />

berasal dari Sumatera utara dipergunakan oleh<br />

sesama dari suku Batak tetapi anak keturunan nya<br />

mempergunakan bahsa seari-hari dimana dia tinggal<br />

dilingkungan menggunakan bahsa daerah, begitupun<br />

dengan bahasa Minang , Madura, Palembang,Lampung<br />

dll. Penulis pernah menugaskan untuk siswa-siswa<br />

menerjemahkan lagu anak-anak yang berjudul<br />

:”Satu-Satu” berdasarkan asal orang tuanya ternyata<br />

pakai bahasa Batak,Sunda,Palembang,Madura,B<br />

etawi,Minang. Disekolah khususnya SMPN 4 setu<br />

guuru-gurunya prosentase yang paling besar berasal<br />

dari jawa ,disusul Sunda,kemudian <strong>Bekasi</strong>, disekolah<br />

–sekolah lain juga tentunya tidak jauh berbeda.<br />

Kemudian Penulis tinggal di kampung Lubang<br />

Buaya,Kecamatan Setu warganya terdiri dari asli<br />

Lubang Buaya ,Jawa, Banten, Madura ,Minang,Sunda,<br />

Flores. Warga Asli Lubang Buaya kalu diajak bahasa<br />

Sunda juga berbicara Sunda, berarti bisa dua<br />

bahasa Sunda dan Betawi. (*)<br />

Sebongkah Berlian<br />

di Bulan Ramadan yang Lalu<br />

Pulang sekolah, Selly merasa galau<br />

hatinya. Gurunya sudah mengingatkan<br />

untuk membayar uang les. Hari ini ada<br />

bimbel, berarti dia harus melunasi uang<br />

les yang masih menunggak. Dengan<br />

cepat dirinya mengambil sepeda motor<br />

butut kesayangannya.<br />

Meskipun butut, sepeda ini merupakan<br />

hadiah dari ibunya. Saat diterima<br />

masuk SMAN 1,dirinya mendapatkan<br />

hadiah. Ini merupakan suatu anugrah<br />

bagiku dan keluargaku karena bisa<br />

masuk sekolah favorit. Makanya ibuku<br />

saking senangnya membelikanku<br />

sebuah sepeda motor bekas sebagai<br />

hadiah terindah. Tidak terasa lima<br />

belas menit sudah berlalu, Selly sudah<br />

sampai di rumah.<br />

Meskipun hatinya galau, Selly merasa<br />

bahagia saat melihat adik bontotnya<br />

menyambut dengan ketawa dan langkah<br />

satu dua. Sejak ditinggal ibunya meninggal,<br />

Selly yang mengasuh adiknya.<br />

Selly mempunyai dua orang kakak<br />

perempuan. Kakak yang pertama sedang<br />

merantau ke Aceh sedang kakak yang<br />

kedua bekerja di Banyumas sebagai<br />

seles sepatu. Dengan terse nyum, digendong<br />

adiknya dan diajak masuk.<br />

Di dalam dilihatnya mbah Sani sedang<br />

duduk di ruang tamu. Mbah Sani<br />

adalah tetangga yang bersedia<br />

mengasuh Puput adiknya setelah<br />

ibunya meninggal.<br />

“Assalamu’alaikum, Mbah, lagi<br />

nopo?”<br />

“Mboten nopo-nopo,” sahut mbah<br />

Sani dengan buru-buru berdiri dari<br />

kursi. “Sampun kondor mbak.?”<br />

“Nggih mbah,”jawab Selly sambil<br />

menurunkan adiknya dari<br />

gendongan.<br />

Selly masuk ke dalam kamarnya dan<br />

merebahkan tubuhnya ke kasur. Hatinya<br />

mulai galau dan pikirannya kembali<br />

berputar mencari jalan ke luar untuk<br />

membayar uang les yang sudah katuh<br />

tempo. Hari ini waktunya untuk melunasi<br />

uang les yang sudah menunggak selama<br />

tiga bulan. Dia takut, karena gurunya<br />

tadi sudah mengingatkan uang les.<br />

Senja Di Hatiku<br />

Karya : Munirotul Badriah<br />

Guru SD Al Muslim<br />

Tambun <strong>Bekasi</strong><br />

Senja…<br />

Selalu indah untuk dipandang<br />

mata<br />

Salah satu anugerah dari Sang<br />

Pencipta<br />

Tak pernah bosan untuk berlamalama<br />

menatap<br />

Menjadikan iman semakin mantap<br />

Senja…<br />

Berteman denganmu bagai<br />

anugerah<br />

Yang tak pernah bisa untuk<br />

dirubah<br />

Karena rasa ini adalah pemberian-<br />

Nya<br />

Tidak setiap manusia dapat<br />

merasakannya<br />

Senja…<br />

Akankah esok kita masih berjumpa<br />

Seperti biasa saling menyapa<br />

Ku hanya bisa untuk berserah<br />

Kepada takdir dari Sang Maha<br />

Pemurah<br />

Untukmu Ayah<br />

Dan Ibu<br />

Oleh : Dewi Hajarwati<br />

Anggota KGPBR<br />

Ibu …<br />

Engkaulah wanita hebat<br />

Menerangi setiap langkah kami,<br />

anak-anakmu<br />

Terang…..<br />

Seperti bulan purnama yang<br />

menerangi bumi<br />

Ayah…<br />

Engkaulah sosok perkasa<br />

Melindungi kami putra-putrimu<br />

Memberikan energi dalam setiap<br />

tubuh kami<br />

Pikirannya berputar<br />

untuk mencari cara<br />

bagaimana membayar<br />

uang les. Mau<br />

min ta bapak, tidak mungkin. Bapak<br />

belum gajian. Lama Selly melamun<br />

memikirkan bagaimana cara untuk<br />

membayar uang les.<br />

“Duh…Gusti Allah, Bagaimana saya<br />

harus membayar uang les ya,?”<br />

“Siapa yang dapat aku maintain uang<br />

les,?” ratap Selly menitikkan air<br />

mata.<br />

“Aku malu banget, kalau harus dipanggil<br />

ke ruang administrasi bimbel,”<br />

Tiba-tiba terdengar suara dari luar<br />

kamar.<br />

“Sudah shalat belum mbak Selly,?”<br />

“Sudah hampir pukul dua lho.,”<br />

perintah sebuah suara.<br />

Begitu sadar, bahwa yang menyuruhnya<br />

untuk shalat adalah mbah Sani.<br />

Dengan melompat dari kasur, Selly<br />

menuju kamar mandi untuk mengambil<br />

air wudu. Karena dari pulang sekolah,<br />

dirinya terbenam dengan perasaan<br />

galau. Sampai melupakan shalat<br />

Dzuhur. Dengan khusuk Shelly shalat<br />

di kamarnya.<br />

Setelah selesai shalat, Shelly tidak<br />

langsung beranjak dari duduknya.<br />

Pikirannya masih teringat pesan gurunya.<br />

Hatinya benar-benar menjerit. Dia<br />

teringat kembali dengan uang les yang<br />

harus dibayarkan hari ini. Diambilnya<br />

Al-Quran di atas meja samping sajadah<br />

mulailah membaca surat Yassin. Dengan<br />

perlahan dibacanya surat Yassin sampai<br />

matanya mulai mengeluarkan air mata.<br />

Berkali-kali tangannya menyeka air<br />

mata agar tidak menutupi pandangannya<br />

untuk membaca Al-Quran. Setelah<br />

selesai membaca, diangkatlah kedua<br />

tangannya. Dengan suara parau dan<br />

terbata-bata Selly memohon kepada<br />

Allah SWT, untuk mengabulkan<br />

permohonannya.<br />

“Duh Gusti Allah,……..”<br />

“Hanya satu yang kumohon di bulan<br />

Ramadhan ini.”<br />

“Tolonglah Ya Allah…..”<br />

Seperti Matahari yang menyinari<br />

bumi<br />

Kami yang dulu selalu<br />

merepotkanmu<br />

Kini kami sudah besar dan bisa<br />

tegak berdiri<br />

Kami ingin melindungimu berdua<br />

Seperti engkau menjaga kami<br />

sedari kecil<br />

Kami ingin di masa tuamu kini<br />

Senyum manis selalu menghias<br />

bibirmu<br />

Akan kami lakukan apa yang<br />

engkau minta<br />

Biar merasakan seperti kami minta<br />

dulu<br />

Guruku Yang<br />

Tersayang<br />

Karya : Nadya Nur Azizah<br />

Kelas VI SDN Setiamekar 06<br />

Tambun Selatan<br />

Guruku . . . .<br />

Engkaulah wanita yang mulia<br />

Engkau sudah mengajariku<br />

Di saat aku belajar di sini<br />

Guruku . . . .<br />

Engkaulah guruku tersayang<br />

Aku sangat bahagia menjadi<br />

muridmu<br />

Karna kau selalu baik padaku<br />

Guruku . . . .<br />

Engkaulah guruku tercinta<br />

Penuh kasih pada kami dan<br />

teman-teman<br />

Aku sangat menyayangimu<br />

Guruku . . . .<br />

Aku sangat senang<br />

Aku dapat belajar ilmu di sekolah<br />

Terima kasih guruku<br />

Engkaulah guru tersayang dan<br />

tercinta<br />

Ibuku Sayang<br />

“Berikan Mukjizat-<br />

Mu kepada hambamu<br />

ini.”<br />

“Hamba belum<br />

membayar uang les,”<br />

“Ya Allah, dari mana saya harus<br />

membayarnya,”<br />

“Bapakku belum gajian, kakakku<br />

belum pulang, dan ibuku sudah<br />

meninggal sebelum Ramadhan ini”<br />

ratap Selly dalam doanya.<br />

Air mata Selly yang ke luar sudah<br />

mengering, suaranyapun sudah berat.<br />

Akhirnya selly menutup doanya dengan<br />

mengucapkan aamin…aamiin…aamiin,<br />

ya Robbal Alamin. Selly melipat mukenanya.<br />

Dia buru-buru mandi karena<br />

waktu sudah menunjukkan pukul<br />

14.30. dengan cepat dia menge nakan<br />

pakaian untuk berangkat les.<br />

Sebelum berangkat les, digendongnya<br />

adiknya Puput sambil melantumkan<br />

lagu favoritnya yaitu “Pok Ame-ame<br />

Belalang Kupu-kupu. Kalua sudah<br />

menyanyi adiknya tertawa terbahakbahak.<br />

Selalu minta untuk diulang<br />

terus nyanyinya. Melihat adiknya<br />

bahagia, perasaan galaunya hilang.<br />

Hatinya ikut terhanyat bernyanyi<br />

dengan adiknya.<br />

“Eh, kurang lima belas menit lagi.”<br />

“Kakak berangkat ya Dek,” kata Selly<br />

pada adiknya.<br />

Adiknya hanya mengangguk, dan<br />

dengan perlahan turun dari gendongan<br />

kakaknya. Padahal umur Puput baru<br />

satu setengah tahun, tetapi perasaannya<br />

terkadang mengerti dengan keadaan<br />

yang sedang terjadi.<br />

Selly berpamitan dengan mbah Sani<br />

untuk berangkat les. Dengan mencium<br />

tangannya dia menstater motor kesayangannya.<br />

Perlahan dia mengendarain<br />

sepedanya. Rumah selly di dalam gang,<br />

sehingga membutuhkan kesabaran<br />

untuk mengendarain motornya. Takut<br />

banyak anak-anak yang lalu-lalang.<br />

Saat sepedanya akan berbelok di<br />

jalan raya menuju tempat les. Tibatiba<br />

sebuah mikrolet berhenti. Sehingga<br />

dengan cepat dirinya mengerem<br />

Karya : Andra Rafael<br />

Kelas: VI SDN Setiamekar 06<br />

Tamun Selatan<br />

Ibuku tersayang . . . .<br />

Kaulah wanita yang kuat<br />

Sungguh sabar mendidikku<br />

Sungguh kuat merawatku<br />

Dari kecil hingga besar<br />

Ibuku sayang . . . .<br />

Engkaulah pahlawanku<br />

Kau akan selalu menyayangiku<br />

Aku bangga padamu….oh ibu<br />

Ibuku sayang . . . .<br />

Kaulah jiwa dan ragaku<br />

Kau selalu di hatiku<br />

Kau selalu berharga di mataku<br />

Ibuku sayang . . . .<br />

Kau mengajariku dengan sabar<br />

Beragam cara kau buat aku<br />

tersenyum<br />

Aku selalu sayang padamu<br />

Oh, ibu………<br />

Guruku,<br />

Aku Sangat<br />

Mencintaimu<br />

Oleh :NN<br />

Oh, guruku . . . .<br />

Kaulah yang mengajariku<br />

Sampai aku bisa<br />

Kaulah guruku tercinta<br />

Meski aku nakal kau tetap sabar<br />

Oh, guruku . . . .<br />

Kaulah yang selalu membimbingku<br />

Sampai aku bisa<br />

Kaulah yang mendorongku<br />

mengejar cita-cita<br />

Sampai aku dapat<br />

Oh, guruku . . . .<br />

Saat aku tidak mengerti<br />

Kau mendekati tuk mengajariku<br />

motornya. Ternyata dilihatnya ada<br />

seorang wanita muda turun dari<br />

microlet itu. Dengan wajah yang<br />

berbinar, melihat wanita muda itu<br />

yang tak lain adalah kakaknya yang<br />

beru datang dari Banyumas.<br />

“Mbak Sisi…mbak Sisi..”<br />

panggilnya<br />

Wanita itu menghampirinya. Dan<br />

mengajaknya untuk bersalaman.<br />

“Mau ke mana,?” tanya mbak Sisi<br />

“Aku mau les, Mbak.”<br />

“Mbak aku belum bayar les,”<br />

“Berapa,?” tanya mbak Sisi.<br />

“Lima ratus ribu, mbak,” jawab Selly<br />

dengan mata mulai berair.<br />

“Nich, uang lima ratus ribu buat bayar<br />

les, ya!” kata mbak Sisi sambil<br />

mengeluarkan uang dari dompetnya.<br />

Dengan tersenyum kakaknya<br />

memberikan uang les pada adik<br />

kesayangannya.<br />

“Mbak, bener ki, aku bisa bayar les,?”<br />

dengan mengambil uang dari tangan<br />

kakaknya, kemudian dipeluknya mabk<br />

Sisi dengan berkata perlahan<br />

“Terima kasih Duh Gusti Allah,”<br />

“Engkau telah mengabulkan<br />

doaku,”<br />

“Ya, sudah sana berangkat, nanti<br />

terlambat,!” kata mbak Sisi<br />

Selly langsung berangkat dan<br />

mengegas motornya dengan perasaan<br />

bahagia tak terkira. Dalam hati dia<br />

selalu bersyukur dan mengucapkan<br />

Alhamdulillah akan keberkhahan<br />

bulan Ramadhan.<br />

Sampai di tempat les, dirinya<br />

langsung menuju ruang administrasi<br />

untuk melunasi pembayar lesnya<br />

yang sudah jatuh tempo. Dengan<br />

rasa bahagia, kakinya melangkah<br />

menuju ruang belajar untuk mengikuti<br />

pelajaran. Waktu kurang tiga menit<br />

lagi dimulai, dan terlihat dari tempat<br />

duduknya tutornya sudah berjalan<br />

menuju ruang belajar. Alhamdulillah,<br />

kata Selly, di bulan Ramadhan ini,<br />

keberkahan telah berpihak padaku.<br />

Seperti mendapatkan sebongkah<br />

berlian. Terima kasih Ya Allah. (*)<br />

Sampai aku dapat<br />

Oh, guruku . . . .<br />

Tanpamu aku tidak bisa<br />

Membaca dan menulis<br />

Karenamu aku menjadi pandai<br />

Berhitung dan membaca<br />

Oh, guruku tersayang . . . .<br />

Aku sangat mencintaimu<br />

Tak kan kulupakan semua jasamu<br />

Sampai aku besar nanti<br />

Pegunungan<br />

Yang Indah<br />

Oleh : Rd. Danar Jongko<br />

Cokronegoro<br />

Kelas VI SDN Setiamekar 06<br />

Tambun Selatan<br />

Pegunungan indah sangat<br />

menyejukkan hati<br />

Aneka tumbuhan tumbuh di sana<br />

Para wisatawan berlomba untuk<br />

berkunjung<br />

Karena kesejukan dan<br />

keindahanmu<br />

Mata air yang menyejukkan juga<br />

ada<br />

Air terjun yang mempesona terlihat<br />

juga<br />

Hutanpun menghiasi<br />

pemandangan alammu<br />

Sungguh indah untuk dikunjungi<br />

Banyak hewan liar tinggal di hutan<br />

Banyak pohon yang sudah besar<br />

Tumbuh indah membuat udara<br />

sejuk<br />

Sangat indah untuk dipandang<br />

mata<br />

Pegunungan yang terlihat<br />

menjulang<br />

Tumbuh juga tanaman perkebunan<br />

Banyak sekali kekayaan alam yang<br />

ada<br />

Aku jadi ingin pergi ke sana

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!