07.05.2021 Views

Buku Kenangan 50 Thn Kesi

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

orang Belanda sipil dan sejumlah tentara. Tahun 1885, Vikariat Batavia menetapkan

Singkawang sebagai stasi (paroki) dan mengangkat Pastor Staal sebagai pastor paroki

pertamanya. Beliau juga masih sering mengunjungi Bangka-Belitung dan Medan, dan

praktis hanya antara bulan Juli-Agustus Beliau berada di Singkawang. Tahun 1893-

1897, Beliau menjabat sebagai Vikaris Apostolik Batavia dan meninggal dunia di Banda,

karena sakit keras, saat melakukan visitasi ke Ambon, Kai dan Langgur, pada tanggal 30

Juni 1897.

Tahun-tahun selanjutnya karya misi saat itu hanya ditujukan kepada daerah-daerah

yang langsung di bawah pemerintah Belanda, yakni Sambas, Mempawah dan Sintang.

Pastor Walterus Staal S.J beberapa kali mengadakan perjalanan untuk meninjau

situasi. Beliau menganjurkan supaya misi dimulai di antara orang-orang Dayak yang

diam di sekitar Bengkayang, khususnya di kampung Sebalau. Daerah itu tidak terlalu

jauh dari Singkawang, sehingga Pastor Singkawang dan Pastor Sebalau dapat saling

berhubungan dengan mudah.

Residen Gijsbers dari Pontianak menganjurkan supaya Pastor W. Staal mengunjungi

juga daerah-daerah lain, teristimewa ke daerah Kapuas. Menanggapi anjuran ini, maka

Beliau mudik ke hulu Kapuas selama lima hari dengan perahu-motor dari Pontianak.

Daerah yang Beliau kunjungi saat itu adalah Semitau, kampung halaman orang-orang

Dayak dari Suku Rambai, Seberuang dan Kantuk. Pastor Staal mempunyai kesan yang

baik terhadap orang-orang Dayak di sekitar Semitau. Namun mengingat jumlah

mereka yang hanya sekitar 1.500 orang, dan perjalanan yang sulit sekali, sehingga

Pastor Staal tetap pada

rencananya semula: memilih

Sebalau.

Dalam

pertimbangan

selanjutnya, ternyata Sebalau

tidak dipilih, karena terletak

dalam daerah kekuasaan Sultan

Sambas dan tidak ada jaminan

bahwa penjabat-penjabatnya,

yang semuanya Islam, tidak

akan menghalangi karya misi di

antara orang-orang Dayak yang

masih animis. Akhirnya, pilihan

jatuh pada Semitau, tempat

Para Pastor Kapusin & Suster SFIC

kedudukan seorang Kontrolir

yang membawahi daerah Kapuas Hulu. Residen Sintang menyetujui rencana itu dan

menyatakan bahwa Suku Seberuang, Rambai dan Kantuk cukup taat pada Pemerintah

Hindia Belanda dan mereka bersedia menerima misi Katolik.

Kenangan & Syukur † 50 Tahun Gereja Katolik Keuskupan Sintang ║ hal. 11

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!