DISERTASI - Ugm - Universitas Gadjah Mada
DISERTASI - Ugm - Universitas Gadjah Mada
DISERTASI - Ugm - Universitas Gadjah Mada
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<strong>DISERTASI</strong><br />
KARAKTERISTIK INOVASI, PENGETAHUAN KONSUMEN,<br />
KECUKUPAN INFORMASI, PERSEPSI RISIKO DAN<br />
KELANGKAAN DALAM PENUNDAAN ADOPSI<br />
INOVASI PADA MASYARAKAT MISKIN<br />
Oleh:<br />
Dyah Sugandini<br />
NIM. 04/1577/PS<br />
PROGRAM DOKTOR<br />
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS<br />
UNIVERSITAS GADJAH MADA<br />
YOGYAKARTA<br />
2012<br />
i
KARAKTERISTIK INOVASI, PENGETAHUAN KONSUMEN,<br />
KECUKUPAN INFORMASI, PERSEPSI RISIKO DAN<br />
KELANGKAAN DALAM PENUNDAAN ADOPSI<br />
INOVASI PADA MASYARAKAT MISKIN<br />
Disertasi untuk memperoleh<br />
derajat Doktor dalam Ilmu Ekonomi<br />
pada <strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
Dipertahankan di hadapan<br />
Dewan Penguji Sekolah Pascasarjana<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
Pada tanggal 29 Oktober 2012<br />
Oleh<br />
Dyah Sugandini<br />
Lahir<br />
Di Yogyakarta<br />
ii
LATAR BELAKANG<br />
RINGKASAN <strong>DISERTASI</strong><br />
Keputusan pemerintah Indonesia mendorong konversi secara bertahap penggunaan<br />
minyak tanah ke elpiji merupakan keputusan yang tepat. Terdapat beberapa alasan yang<br />
mendukung keputusan konversi tersebut. Pertama, penggunaan minyak tanah oleh masyarakat,<br />
terutama sebagai sumber energi rumah tangga, memberi beban cukup besar pada anggaran<br />
pemerintah. Kedua, kecukupan sumber energi minyak tanah yang merupakan sumber energi tak<br />
terbarukan semakin sedikit. Ketiga Indonesia telah menjadi net-importer minyak. Keputusan<br />
konversi dapat menghemat sediaan minyak dan pengeluaran pemerintah (Satriya, 2007). Namun<br />
sayangnya, meskipun konversi penggunaan minyak tanah ke elpiji ditujukan untuk memberikan<br />
manfaat bagi masyarakat luas, upaya konversi tidak terlaksana dengan lancar dan mudah. Hal<br />
tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat terkait produk inovatif, persepsi<br />
kelangkaan dan persepsi risiko yang relatif tinggi. (Sugandini, 2009).<br />
Studi ini memfokuskan pada penundaan adopsi, yaitu waktu yang dilalui individu<br />
sebelum dia memutuskan untuk mengadopsi elpiji sebagai pengganti minyak tanah. Literatur<br />
sebelumnya mengenai adopsi produk inovatif, produk dengan teknologi baru yang mampu<br />
menawarkan solusi lebih baik dari produk terdahulu dengan fungsi sama, tidak selalu mudah<br />
diterima oleh konsumen dengan karakteristik tertentu (Horsky, 1990; Rogers, 19 95; Martin, et<br />
al., 2007). Holness (2004), menambahkan bahwa keputusan adopsi maupun non adopsi inovasi<br />
produk akan selalu melibatkan pembentukan sikap terhadap inovasi.<br />
Penundaan adopsi didefinisikan sebagai tindakan konsumen untuk tidak membeli produk<br />
inovatif terlebih dahulu karena memiliki pertimbangan tertentu, antara lain kecukupan informasi,<br />
kepercayaan dan sikap berhati-hati terhadap inovasi (Rogers, 1995). Berdasarkan studi literatur<br />
mengenai adopsi produk inovatif menunjukkan bahwa, produk dengan teknologi baru dan<br />
mampu menawarkan solusi lebih baik dari produk terdahulu dengan fungsi sama tidak selalu<br />
mudah diterima oleh konsumen dengan karakteristik tertentu (Horsky, 1990; Rogers, 1995; Mick<br />
dan Fourner, 1998; Martin, et al., 2007). Pertimbangan-pertimbangan untuk tidak mudah<br />
mengadopsi produk inovatif meliputi persepsi risiko, kurangnya pengetahuan konsumen terhadap<br />
penggunaan produk, serta strategi pemasaran yang tidak tepat. Salah satu alasan mengapa elpiji<br />
1
tidak mudah diadopsi karena elpiji sebagai produk utilitarian dipersepsikan memiliki risiko<br />
tinggi dan membutuhkan keputusan yang kompleks<br />
Fenomena penundaan adopsi elpiji ini sejalan dengan Holness (2004) yang menunjukkan<br />
bahwa keputusan adopsi maupun non adopsi inovasi produk akan selalu melibatkan<br />
pembentukan sikap terhadap inova hasil penelitian. Joseph (2005) mendukung pernyataan<br />
Holness ini dari hasil penelitiannya tentang resistensi adopsi inovasinya. Menurut Joseph,<br />
penundaan adopsi inovasi disebabkan oleh tipe inovasi, karakteristik inovasi dan kecukupan<br />
informasi.<br />
Penelitian ini mengemukakan isu-isu yang dibahas untuk menganalisis faktor yang<br />
menyebabkan elpiji sebagai produk inovatif sulit diterima oleh kalangan tertentu. Isu-isu tersebut<br />
antara lain 1) penekanan riset inovasi yang cenderung memfokuskan pada bias pro inovasi<br />
konsep ini menunjukkan bahwa penelitian berkaitan dengan inovasi selalu menunjukkan<br />
kesuksesan sebuah produk inovatif yang bisa diterima oleh konsumen. Penelitian yang ada<br />
mengabaikan adanya penolakan inovasi atau pengabaian produk inovatif.; 2) pentingnya<br />
pemahaman persepsi karakteristik inovasi pada sikap konsumen; 3) pentingnya pengetahuan<br />
produk oleh konsumen; 4) persepsi informasi komunikasi pemasaran integratif; 5) persepsi risiko<br />
terkait dengan penggunaan inovasi baru; dan 6) pemahaman aspek situasional yaitu kondisi<br />
kehabisan persediaan atau stockouts.<br />
Studi ini menguji hubungan antar variabel dalam sebuah model yang menjelaskan<br />
sejumlah aspek perilaku adopsi produk inovatif yaitu elpiji bagi masyarakat miskin. Beberapa<br />
gab riset dikemukan dalam riset ini. Gap riset pertama dapat dilihat dari sisi teori yaitu terkait<br />
dengan kontribusi pada model penundaan adopsi inovasi keluarga yang tergolong miskin di<br />
negara berkembang untuk produk utilitarian yang diberikan secara gratis. Gap riset kedua<br />
berhubungan dengan bias pro inovasi. Gap riset ketiga mengacu pada pentingnya pemahaman<br />
persepsi karakteristik inovasi pada sikap. Gap keempat terkait dengan pentingnya pengetahuan<br />
produk inovatif oleh konsumen. Gap kelima yang dibahas terkait dengan persepsi informasi<br />
komunikasi pemasaran integratif. Gap keenam yang akan diisi terkait dengan persepsi risiko<br />
untuk penggunaan produk inovatif. Pemahaman aspek situasional yaitu kondisi kehabisan<br />
persediaan atau stockouts menjadi fokus gap riset selanjutnya. Terkait dengan konteks penelitian<br />
sebelumnya yang banyak menggunakan seting tempat bekerja, terkait dengan karyawan dan<br />
pelajar atau mahasiswa sebagai subyek penelitian dan pada kelompok sosial masyarakat<br />
2
menengah ke atas, studi ini memfokuskan pada pemahaman adopsi dan penggunaan teknologi di<br />
lingkup rumah tangga, pada sekelompok masyarakat yang mempunyai tingkat sosial ekonomi<br />
yang rendah, yaitu kelompok masyarakat yang tergolong miskin. Oleh karena itu, hasil studi ini<br />
diharapkan dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku masyarakat miskin terhadap inovasi<br />
produk baru. Untuk menjustifikasi beberapa fenomena yang muncul pada saat penelitian dan<br />
menguji faktor-faktor penundaan adopsi produk secara empiris, riset ini menggunakan<br />
pendekatan kuantitatif dan kuantitatif.<br />
Berkaitan dengan jenis produk yang digunakan dalam penelitian ini, penelitian ini<br />
membahas produk elpiji yang ditawarkan oleh pemerintah untuk menggantikan minyak tanah<br />
yang selama ini digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai konsumen. Penelitian ini<br />
menggunakan laporan diri untuk mengukur perilaku penundan adopsi produk untuk mengungkap<br />
persepsi konsumen dan sikap dalam melakukan penundaan adopsi produk inovatif elpiji.<br />
Penelitian ini menunjukkan bahwa Produk-produk inovatif yang dipasarkan tidak<br />
menjamin bisa diterima dengan baik oleh konsumen, berbeda dari penelitian sebelumnya yang<br />
menunjukkan bahwa produk inovatif akan dengan mudah diterima oleh konsumen. Terdapat<br />
sejumlah faktor yang menyebabkan produk inovatif tidak bisa langsung diterima oleh<br />
masyarakat. Dengan demikian, rumusan masalah penelitian ini adalah: faktor-faktor apa yang<br />
menjelaskan perilaku penundaan adopsi inovasi produk?<br />
TINJAUAN LITERATUR DAN HIPOTESIS<br />
Perilaku Adopsi Inovasi<br />
Pengertian perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam<br />
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses yang<br />
mendahului dan menyusul dari tindakan ini. Permasalahan pokok yang terdapat dalam<br />
pemasaran dan perilaku konsumen, yaitu respon konsumen terhadap pelayanan ataupun produk<br />
yang baru. Keputusan yang diambil pemasar merupakan proses bagaimana produk baru dapat<br />
diterima oleh pasar, yang selanjutnya disebut sebagai proses adopsi. Hal ini juga merupakan<br />
proses mikro dari difusi inovasi. Dalam proses ini lebih ditekankan kepada individu-individu<br />
konsumen dalam menyikapi sebuah produk baru, apakah menerima ataupun menolak produk<br />
tersebut. Difusi menjadi penting disebabkan karena tidak semua orang dapat menerima sebuah<br />
inovasi, ataupun pada akhirnya dapat menerima hal tersebut akan tetapi membutuhkan waktu<br />
3
yang lama. Hal itu lebih dikarenakan adanya perubahan dari sebuah produk ataupun jasa yang<br />
sebelumnya telah biasa dipergunakan dan masyarakat butuh waktu untuk dapat menerima<br />
pemikiran baru inovasi dari perusahaan dan dapat dengan biasa mempergunakan penawaran baru<br />
tersebut (Rogers, 1995).<br />
Kategori Pengadopsi (Adopter).<br />
Untuk beberapa inovasi, sebenarnya target potensial pengguna terbagi menjadi dua,<br />
pengadopsi ( adopter) dan bukan pengadopsi ( non adopter) teknologi baru. Pengadopsi<br />
diklasifikasikan menjadi 5, inovator, pengadopsi awal, kelompok mayoritas awal, pengadopsi<br />
akhir, dan terlambat mengadopsi. Klasifikasi ini sudah menjadi standar untuk memposisikan<br />
adopter pada beberapa dekade sampai dekade sekarang. Klasifikasi ini merupakan konstruk<br />
temporal yang didasarkan pada lamanya waktu tunggu yang dilalui adopter sebelum mengadopsi<br />
suatu inovasi teknologi. Masing-masing kategori ini mempunyai tingkat resistensi dan waktu<br />
adopsi yang berbeda-beda.<br />
Pengertian Resistensi Inovasi<br />
Resistensi atau keengganan untuk berubah merupakan perilaku yang tidak mau berubah<br />
dan bertahan pada status quo, apalagi jika perubahan tersebut menyebabkan perubahan yang<br />
dramatis dari kebiasaan yang ada (Ram,1987). Resitensi terhadap inovasi terjadi jika seorang<br />
konsumen merasa terpaksa untuk merubah perilakunya ke arah produk inovatif. Marakas dan<br />
Hornik (1996) menjelaskan perilaku resistensi sebagai sebuah respon untuk menentang dengan<br />
adanya sistem baru<br />
Pengertian Penundaan (postponement)<br />
Terkait penundaan adopsi, Gatignon dan Robertson (1989); Szmigin dan Foxall (1998)<br />
telah mempelajari perbedaan tipe penolakan inovasi. Terdapat tiga tipe resistensi inovasi, yaitu<br />
menolak (rejection), menunda (postponement) dan melawan (opposition). Batas-batas ketiganya<br />
sangat kabur. Sehingga pengujian resistensi inovasi mempunyai arti yang sama dengan pengujian<br />
adopsi inovasi, karena keduanya menunjukkan hasil difusi inovasi. Penolakan (rejection) terjadi<br />
ketika seorang individu memproses informasi tentang inovasi dan memutuskan bahwa mereka<br />
4
tidak akan menggunakan inovasi tersebut, sehingga individu ini dapat digolongkan menjadi<br />
seorang yang menolak secara aktif sebuah inovasi. Penundaan ( postponement) terjadi ketika<br />
seorang individu memutuskan untuk menunda adopsi inovasi. Seorang postponer masuk ke<br />
dalam golongan bukan pengadopsi ( non-adopter). Individu ini ada dalam kondisi aktif,<br />
menunggu waktu yang dianggapnya tepat untuk mengadopsi inovasi. Ram dan Seth (1989)<br />
menyatakan bahwa penolakan atau penundaan adopsi inovasi bukan merupakan sisi sebaliknya<br />
dari adopsi inovasi, namun justru bisa dijadikan sebagai anteseden adopsi. Alasannya, bahwa<br />
individu biasanya akan mengambil sikap menunda adopsi sebelum benar-benar mengambil<br />
keputusan untuk mengadopsi. Inovasi produk sifatnya rumit dan lebih sensitif dan berbeda<br />
diantara beberapa faktor, meliputi ciri-ciri, kegunaan, dan konektifitas. Jika perusahaan bisa<br />
memahami dengan lebih baik non adopter, perusahaan bisa menciptakan strategi yang lebih baik<br />
untuk merubah non adopter menjadi adopter, sehingga bisa meningkatkan nilai produk (Joseph,<br />
2005).<br />
Hipotesis<br />
� Hipotesis 1: Keunggulan relatif berpengaruh negatif pada sikap menunda<br />
� Hipotesis 2: Kesesuaian berpengaruh negatif pada sikap menunda.<br />
� Hipotesis 3: Kerumitan berpengaruh positif pada sikap menunda.<br />
� Hipotesis 4: Ketercobaan berpengaruh negatif pada sikap menunda.<br />
� Hipotesis 5: Keterlihatan berpengaruh negative pada sikap menunda<br />
� Hipotesis 6: Pengetahuan berpengaruh negative pada sikap menunda<br />
� Hipotesis 7: Kecukupan informasi berpengaruh negatif pada sikap menunda<br />
� Hipotesis 8: Persepsi risiko berpengaruh positif pda niat menunda.<br />
� Hipotesis 9: Persepsi kelangkaan berpengaruh positif pada niat menunda.<br />
� Hipotesis 10: Sikap menunda berpengaruh positif pada niat menunda<br />
Model Penelitian<br />
Studi ini menguji beberapa faktor yang menyebabkan konsumen menunda keputusan<br />
terkait dengan adopsi produk inovatif yaitu elpiji. Aspek-aspek yang dibahas secara rinci<br />
dijelaskan oleh (1) persepsi konsumen mengenai tingkat karakteristik inovasi yang meliputi<br />
keunggulan relatif, kesesuaian, kerumitan, ketercobaan dan keterlihatan (2) pengetahuan<br />
konsumen yang meliputi pengetahuan subyektif dan obyektif yang meliputi pemahaman tentang<br />
produk baru, pemahaman cara kerja produk baru, dan pemahaman mengenai manfaat aktual<br />
produk baru; (3) persepsi kecukupan informasi yang akan berpengaruh pada sikap menunda, (4)<br />
5
vvrisiko yang dipersepsikan dan (5) stockout yang merupakan aspek situasional sebagai konsep<br />
yang langsung menjelaskan niat menunda adopsi produk. Model teoretis yang diajukan dalam<br />
studi ini adalah sebagai berikut:<br />
Keunggulan<br />
Relatif<br />
relatif<br />
Ketercobaan<br />
Keterlihatan<br />
Kerumitan<br />
Kesesuaian<br />
Karakteristik inovasi<br />
METODE PENELITIAN<br />
Paradigma Penelitian<br />
Gambar 1: Model Teoretis.<br />
Studi ini menganut paradigma positivisme. Paradigma positivisme berpandangan bahwa<br />
realitas adalah sesuatu yang tunggal, nyata, dapat dibagi dan menekankan pada terjadinya<br />
hubungan kausalitas yang pengujiannya dilakukan dengan dasar bebas dari nilai (Lutz, 1989).<br />
Teknik pengambilan sampel<br />
Pengetahuan<br />
Subyektif<br />
Sikap<br />
Menunda<br />
Menunda<br />
Kecukupan<br />
Informasi<br />
Pengetahuan<br />
Pengatahuan<br />
cara kerjae<br />
Pengetahuan<br />
manfaat<br />
Risiko<br />
Ekonomi<br />
Kelangkaan<br />
Niat<br />
Menunda<br />
Persepsi Risiko<br />
Risiko<br />
Fungsional<br />
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat miskin di DIY yang menjadi<br />
target konversi minyak tanah ke elpiji yang menunda adopsi elpiji. Pengambilan sampel<br />
dilakukan dengan non probabilitas atau tidak acak (non probability sampling), karena peneliti<br />
tidak dapat mengetahui secara pasti jumlah populasi penunda adopsi elpiji ini. Dalam tahap ini<br />
digunakan pengambilan sampel berdasarkan “penilaian” ( judgment) atau purposive sampling,<br />
6
karena peneliti mengenal siapa-siapa saja yang pantas (memenuhi persyaratan) untuk dijadikan<br />
sampel. Setelah kuesioner disebarkan ternyata hanya 280 responden yang memenuhi syarat<br />
untuk dianalisis lebih lanjut. Ini sudah memenuhi syarat kecukupan sampel.<br />
Hasil Pengujian validitas muka<br />
Pengujian validitas muka terhadap sebelas konstruk utama penelitian yang meliputi<br />
keunggulan relatif, kesesuaian, kompleksitas, ketercobaan, keterlihatan, pengetahuan produk,<br />
persepsi sumber informasi, persepsi risiko, persepsi kelangkaan, sikap menunda, niat menunda<br />
dan perilaku menunda, telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang menggunakan instrumen<br />
penelitian yang sama, meskipun konteks yang diteliti ada yang berbeda. Peneliti-peneliti tersebut<br />
antara lain: Gary C Moore da Izak Benbasat, 1991, Dennis A. Adams; R. Ryan Nelson dan Peter<br />
A. Todd (1992), Davis (2000), Butcher , Sparks dan O”Callaghan (2001), Viswanath Venkatesh<br />
dan Susan A. Brown (2001), Limayem dan Hirt (2003), (Oh et al, 2003), Bagozzi (1989), Joseph<br />
(2005), serta Antonis C. Stylianou dan Pamela J. Jackson (2007). Pengujian validitas isi juga<br />
dilakukan peneliti dengan meminta pendapat para ahli dan sebagian mahasiswa Program<br />
Doktoral FEB UGM untuk memberikan penilaian dan terjemahan kembali terhadap instrumen<br />
yang digunakan untuk mengukur setiap konstruk.<br />
Purifikasi Item Penelitian<br />
Purifikasi skala dilakukan untuk memperoleh seperangkat item bersama yang reliabel<br />
untuk semua kelompok responden dan untuk setiap konstruk. Kriteria yang digunakan adalah<br />
korelasi antar item. Di samping itu, dari purifikasi item yang digunakan untuk penelitian ini<br />
dapat juga digunakan untuk menjustifikasi adanya validitas konverjen dan validitas diskriminan.<br />
Hasil Pengujian validitas konverjen model pengukuran.<br />
Validitas konverjen dapat dinilai dari model pengukuran yang dikembangkan dalam<br />
penelitian dengan menentukan apakah setiap indikator yang diestimasi secara valid mengukur<br />
dimensi dari konsep yang diujinya. Sebuah indikator menunjukkan validitas konverjen yang<br />
signifikan apabila koefisien variabel indikator itu lebih besar dua kali standar errornya, atau nilai<br />
critical ratio ≥ 2 (Anderson dan Gerbing, 1998). Hasil confirmatory factor analysis dilakukan<br />
peneliti dengan program aplikasi statistik AMOS 4.01 atas tiga belas konstruk utama penelitian<br />
7
yang meliputi keunggulan relatif, kesesuaian, kompleksitas, ketercobaan, keterlihatan,<br />
pengetahuan produk, persepsi kecukupan informasi, persepsi risiko, persepsi kelangkaan, sikap<br />
menunda dan niat menunda semuanya mempunyai validitas konverjen yang signifikan. Hasil<br />
pengukuran factor loading setiap butir dan konstruk dengan confirmatory factor analysis dapat<br />
dilihat di Tabel 1.<br />
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Instrumen Pengukuran Studi Utama<br />
Konstruk Faktor CR Konstruk Faktor CR<br />
Loading<br />
Loading<br />
R1
Hasil Pengujian Validitas diskriminan<br />
Validitas diskriminan dapat dilakukan untuk menguji apakah dua atau lebih konstruk<br />
yang diuji memang berbeda dan masing-masing merupakan sebuah konstruk independen bebas.<br />
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, konstruk dalam model penelitian memiliki validitas<br />
diskriminan yang relatif baik, hal ini bisa dilihat dari masing-masing instrumen penelitian yang<br />
loading pada konstruk utamanya atau tidak masuk kekonstruk yang lainnya. Nunally (1978)<br />
mengatakan bahwa, konstruk yang memiliki validitas diskriminan berarti indikator-indikator<br />
yang mengukur suatu konstruk tidak memiliki korelasi dengan indikator-indikator yang<br />
mengukur konstruk lainnya.<br />
Hasil Pengujian Reliabilitas Model Pengukuran<br />
Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk<br />
yang menunjukkan derajat samapai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah<br />
konstruk laten yang umum. Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap<br />
construct dengan menggunakan koefisien Conbach’s Alpha telah memenuhi rules of thumb yang<br />
disyaratkan yaitu � 0.7 (Hair et al., 1998; Sekaran, 1999). Uji reliabilitas lain yang dilakukan<br />
adalah pengujian construct reliability dan variance extracted. Construct reliability dan extracted<br />
variance menunjukkan instrumen konsisten, yang ditunjukkan dengan nilai construct reliability<br />
di atas 0,07 dan variance extracted ≥ 0,50. Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji<br />
konsistensi internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa<br />
indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama (Purwanto, 2002).<br />
Berkaitan dengan pengujian reliabilitas konstruk dan variance extracted menunjukkan bahwa<br />
instrumen pengukuran ini mempunyai hasil yang konsisten sehingga kesalahan tidak sistematis<br />
dalam penelitian dapat dihindari.<br />
Metode Analisis Data<br />
Penelitian ini menggunakan teknik structural equation modeling (SEM). Studi ini<br />
menggunakan pendekatan SEM dua tahap, yaitu model pengukuran dan struktural. Model<br />
pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator-<br />
indikator emprisnya. Model struktural adalah model mengenai struktur hubungan yang<br />
membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor.<br />
9
HASIL PENELITIAN<br />
Deskripsi Karakteristik Responden<br />
Karakteristik responden merupakan gambaran dari keberadaan responden di daerah<br />
penelitian. Lokasi penelitian ada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan respondennya adalah<br />
masyarakat miskin penerima paket ELPIJI program konversi. Lokasi penelitian tersebut<br />
menyebar di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Karakteristik responden ini didasarkan atas:<br />
jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan kepala rumah tangga, tingkat penghasilan,<br />
jumlah orang yang menjadi tanggungan dalam keluarga dan pemakaian bahan bakar sebelumnya.<br />
Data terkumpul sebanyak 280 responden.<br />
Karakteristik Data Penelitian<br />
Karakteristik data penelitian ditunjukkan dengan statistik deskriptif yang terdiri atas nilai<br />
rerata dan deviasi standar. Pengujian normalitas data, nilai ekstrim, dan kecukupan sampel juga<br />
dijelaskan dalam pembahasan ini. Karakteristik data penelitian terlihat dalam Tabel 2.<br />
Tabel 2. Karakteristik data penelitian<br />
Variabel Min Max Rata-rata Variance Skew c.r. Kurtosis c.r<br />
Niat Menunda 2.750 4.670 4.1082 .273 -0.158 -1.079 -0.966 -3.301<br />
Sikap Menunda 2.000 5.000 4.1179 .152 -0.822 -5.613 4.224 14.429<br />
Keunggulan<br />
Relatif<br />
1.800 4.200 2.6149 .355 -0.012 -0.082 -0.976 -3.333<br />
Kesesuaian 2.000 4.200 2.0168 .309 0.014 0.092 -0.954 -3.259<br />
Keterlihatan 1.000 2.800 1.7129 .155 0.237 1.617 -0.064 -0.220<br />
Ketercobaan 1.667 5.000 2.0527 .462 -0.331 -2.262 0.081 0.278<br />
Kerumitan 3.000 5.000 4.1150 .145 0.310 2.121 0.450 1.536<br />
Pengetahuan<br />
subyektif<br />
2.000 5.000 3.8250 .167 -0.482 -3.291 3.302 11.279<br />
Pengetahuan cara<br />
kerja kompor<br />
1.000 5.000 3.3564 .500 -0.407 -2.781 0.063 0.215<br />
Pengetahuan 1.000 5.000 3.6557 .381 -1.164 -7.954 2.182 7.454<br />
manfaat kompor<br />
Risiko ekonomi 1.667 5.000 4.0580 .425 -0.546 -3.728 0.051 0.174<br />
Risiko fungsional 3.000 5.000 4.1179 .232 0.464 3.169 -0.325 -1.109<br />
Kelangkaan 3.000 5.000 3.9866 .171 -0.072 -0.489 0.554 1.892<br />
Kecukupan 1.000 3.200 2.1495 .135 -0.006 -0.044 1.237 4.226<br />
Informasi<br />
Multivariate 30.127 11.909<br />
Sumber: Data Primer<br />
10
Evaluasi terhadap model dengan pendekatan dua tahap.<br />
Langkah-langkah yang dilakukan dalam two step approach to SEM adalah: estimasi terhadap<br />
measurement model dan estimasi terhadap structural model. Koefisien yang digunakan untuk<br />
mengukur model struktural berasal dari hitungan nilai komposit. Tujuan yang diperoleh adalah<br />
untuk mendapatkan koefisien pengukuran yang bagus sebelum digunakan dalam model<br />
struktural untuk menguji hubungan konstruk yang dihipotesiskan. Proses ini merupakan<br />
pendekatan dua tahap. Gambar 2. menunjukkan model penelitian sesudah analisis model<br />
pengukuran yang meliputi validitas untuk masing-masing konstruk penelitian.<br />
Keterlihatan<br />
Pengetahuan<br />
subyektif<br />
Pengetahuan<br />
cara kerja<br />
produk<br />
Pengetahuan<br />
manfaat<br />
produk<br />
Gambar 2. Model Penundaan<br />
Tabel 3 menjelaskan indeks goodness of fit model penelitian. Nilai chi-square yang<br />
rendah dengan tingkat signifikansi kurang dari 0,05 atau 0,01 menunjukkan bahwa, matriks input<br />
yang sebenarnya berbeda dengan matriks input yang diprediksi (Hair et al., 1998). Nilai chi-<br />
square dalam penelitian ini sebesar 33,9 dan tingkat signifikansi sebesar 0,01. Nilai goodness of<br />
fit yang tinggi menunjukkan bahwa, kemampuan model untuk mengekstraksi varians data<br />
empiris tinggi.<br />
Kecukupan<br />
informasi<br />
informasi<br />
Ketercobaan<br />
-0.211<br />
-0.238<br />
-0.125<br />
-0.041<br />
-0.231<br />
-0.017<br />
Sikap<br />
Menunda<br />
0.335<br />
Kerumitan<br />
Keunggulan<br />
relatif<br />
relatif<br />
-0.255<br />
-0.392<br />
0.369<br />
Kesesuaian<br />
Persepsi Risiko<br />
ekonomi<br />
Kelangkaan<br />
0.171<br />
Niat<br />
Menunda<br />
0.281 0.187<br />
Persepsi risiko<br />
fungsional<br />
Risiko Fungsional<br />
11
Tipe<br />
goodness of<br />
fit model<br />
Absolute fit<br />
measures<br />
Incremental<br />
fit measures<br />
Tabel 3. Nilai Goodness of Fit Model Empiris Utama<br />
Indeks goodness of fit<br />
model<br />
Chi-Square Statistic (χ 2 atau<br />
CMIN)<br />
P<br />
GFI<br />
RMSEA<br />
AGFI<br />
CFI<br />
Nilai yang<br />
direkomendasikan<br />
Kecil<br />
≥ 0,05<br />
≥ 0,90<br />
≤0,08<br />
≥ 0,90<br />
≥ 0,90<br />
Hasil Keterangan<br />
33.90<br />
0.010<br />
0.985<br />
0.081<br />
0.869<br />
0.971<br />
Baik<br />
Baik<br />
Baik<br />
Baik<br />
Baik<br />
Baik<br />
Parsimonious<br />
fit measures<br />
Normed χ 2 (CMIN/DF) 1≤ Normed χ2 ≤ 5 2.825 Baik<br />
Sumber: Data Primer<br />
Hasil ini menunjukkan bahwa, model yang dikembangkan untuk menjelaskan niat<br />
menunda sudah seperti yang diharapkan. Hasil pengujian model struktural juga menunjukkan<br />
bahwa, variabel-variabel ketercobaan, pengetahuan obyektif yang terdiri atas pengetahuan atas<br />
cara kerja produk dan pengetahuan atas manfaat produk tidak menunjukkan pengaruh yang<br />
signifikan pada variabel sikap menunda.<br />
Hasil Pengujian Hipotesis<br />
Tahap selanjutnya adalah pengujian hipotesis dengan mengevaluasi arah dan tingkat<br />
signifikansi hubungan kausalitas antar variabel yang ada dalam model penelitian. Penelitian ini<br />
menguji hubungan kausalitas dengan menggunakan uji satu sisi pada tingkat signifikansi sebesar<br />
10%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hair et al (1998) bahwa, penentuan nilai kritis tergantung<br />
pada penentuan teoretis mengenai hubungan yang diajukan. Jika hubungan positif atau negatif<br />
sudah dihipotesiskan, maka pengujian signifikansi satu arah dapat dilakukan.<br />
Berdasarkan model penelitian, ada hubungan alternatif yang perlu diuji, yaitu hubungan<br />
karakteristik inovasi, sumber informasi, pengetahuan produk pada sikap menunda dan hubungan<br />
kelangkaan dan persepsi risiko pada niat menunda. Tabel 6. menunjukkan ringkasan mengenai<br />
hasil pengujian arah dan signifikansi hubungan antar variabel yang dihipotesiskan.<br />
12
Tabel 4. Ringkasan hasil pengujian arah dan signifikansi hubungan<br />
antar variabel yang dihipotesiskan.<br />
Hubungan Arah<br />
Yang<br />
Diharap<br />
kan<br />
Arah<br />
Sebenar<br />
nya<br />
Koefisien<br />
jalur<br />
CR Keterangan<br />
H1 SikapMenunda
kesesuaian, kerumitan, keterlihatan, pengetahuan subyektif dari produk inovatif dan persepsi<br />
kecukupan informasi.<br />
Pengetahuan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi sikap menunda ternyata tidak<br />
menunjukkan hasil yang baik. Pengetahuan obyektif tidak berpengaruh signifikan pada sikap<br />
menunda, hanya pengetahuan subyektif yang mempunyai pengaruh sigifikan pada sikap<br />
menunda. Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan pengetahuan dengan adopsi inovasi tidak<br />
signifikan. Terkait kecukupan informasi, hasil penelitian ini menyatakan bahwa dalam<br />
mendifusikan inovasi, kekuatan komunikasi bisa berasal dari empat aspek yang termasuk dalam<br />
mekanisme propaganda, yaitu agen perubahan, dalam hal ini adalah tokoh masyarakat, 2) media<br />
masa (koran, radio) dan 3) pemerintah.<br />
Niat menunda, dipengaruhi oleh kelangkaan, risiko keuangan dan risiko kinerja produk.<br />
Risiko keuangan mempunyai pengaruh terkuat dalam hubungannya dengan niat menunda. Hasil<br />
penelitian ini menyatakan bahwa konsumen akan mempertimbangkan manfaat yang diterima dari<br />
aktivitas yang dilakukan (benefit) dan biaya yang harus dikeluarkan untuk proses-proses tersebut<br />
(cost), hal ini ditujukan untuk mengurangi kerugian yang mungkin akan diterima sebelum<br />
mengadopsi produk inovatif. Intinya mereka menyatakan menunjukkan ada hubungan persepsi<br />
risiko ekonomis dengan penundaan.<br />
Kontribusi Teori<br />
1) Kontribusi teori pertama berkaitan dengan proinnovation bias. Penelitian awal yang<br />
dilakukan peneliti terkait produk elpiji yang dianggap sebagai produk inovatif bagi<br />
masyarakat miskin, menunjukkan ada sebagian orang yang melakukan penolakan terhadap<br />
produk inovatif ini meskipun produk ini diberikan secara gratis. Fenomena yang dianalisis<br />
dalam penelitian ini diharapkan dapat mengurangi pro innovation bias yang ada pada<br />
penelitian adopsi inovasi sebelumnya.<br />
2) Kontribusi teori kedua terkait dengan definisi penundaan adopsi inovasi dan kategori non<br />
adopter. Definisi penundaan yang diajukan adalah sebagai berikut: penundaan adalah suatu<br />
kondisi dimana seseorang belum mau untuk mengadopsi produk/inovasi. Penundaan<br />
(postponement) merupakan proses aktif dimana pengguna menunda proses adopsi<br />
inovasinya. Penunda adopsi adalah seseorang yang berada dalam kelompok bukan<br />
14
pengadopsi ( non adopter). Pada masa menunda ini seorang konsumen akan melakukan<br />
pencarian informasi terkait produk inovatif. Seorang penunda inovasi akan menunggu waktu<br />
yang tepat untuk mengadopsi sebuah inovasi. Hasil penelitian mengkategorikan non adopter<br />
menjadi dua, yaitu penolak adopsi nyata dan penunda adopsi. Penolakan adopsi yang nyata<br />
merupakan proses aktif, dimana seorang individu memutuskan untuk menghindari atau<br />
menolak inovasi. Sedangkan penundaan juga merupakan proses aktif dimana pengguna<br />
menunda proses adopsi inovasi. Bukan pengadopsi (non adopter) ini terlihat di sebagian<br />
target populasi yang tidak pernah menggunakan teknologi atau tidak pernah mencoba inovasi<br />
pada awalnya. Bukan pengadopsi ini dibagi menjadi tiga, pertama yang secara eksplisit<br />
menentang penggunaan teknologi, terjadi pada individu yang membuat keputusannya<br />
berdasarkan pada kecukupan informasi tetang produk inovatif, sama halnya dengan<br />
keyakinan personalnya. Kedua, kelompok individu yang dengan sengaja menunda adopsi<br />
inovasi teknologi dan kemungkinan akan menunggu sampai ada perubahan pada variabel<br />
yang penting, seperti harga, atau menggunakan sedikit demi sedikit sambil menerapkan<br />
strategi menunggu dan melihat (wait and see). Ketiga, individu yang juga tidak tertarik (acuh<br />
tak acuh) dengan adanya inovasi teknologi atau mungkin menjadi tidak peduli dengan<br />
eksistensinya. Definisi penundaan yang bisa diajukan sebagai kontribusi hasil penelitian ini<br />
adalah sebagai berikut: Penundaan adalah suatu kondisi dimana seseorang belum mau untuk<br />
mengadopsi produk/inovasi. Penundaan ( postponement) merupakan proses aktif dimana<br />
pengguna menunda proses adopsi inovasinya. Penunda adopsi (postponer) adalah seseorang<br />
yang berada dalam kelompok bukan pengadopsi ( non adopter). Pada masa menunda ini<br />
seorang konsumen akan melakukan pencarian informasi terkait produk inovatif.<br />
3) Kontribusi teori ketiga terkait dengan karakteristik inovasi. Penelitian sebelumnya terkait<br />
karakteristik inovasi, membahas efek langsung persepsi karakteristik inovasi terhadap<br />
perilaku adopsi inovasi, efek langsung ini memberi sedikit penekanan pada proses berpikir<br />
dan sikap konsumen. Pada penelitian ini persepsi karakteristik inovasi dianalisis pengaruhnya<br />
pada sikap menunda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan karakteristik inovasi<br />
dengan sikap menunda sebesar 0,564. Hubungan karakteristik inovasi dengan niat menunda<br />
sebesar 0,377. Ini menunjukkan bahwa hubungan karakteristik inovasi dan sikap menunda<br />
lebih kuat dibandingkan dengan hubungan karakteristik inovasi dengan niat menunda. Hasil<br />
lain menunjukkan bahwa kesesuaian sebagai salah satu dimensi karakteristik inovasi<br />
15
mempunyai pengaruh terbesar terhadap sikap menunda, dibandingkan pengetahuan produk<br />
dan kecukupan informasi. Sehingga akan menjadi lebih baik jika persepsi karakteristik<br />
inovasi dianalisis pengaruhnya pada sikap menunda terlebih dahulu. Ketika persepsi<br />
karakteristik inovasi dijelaskan terlebih dahulu pada sikap atau aspek kognitif konsumen, hal<br />
ini akan membawa pemahaman penting secara praktis. 1) Pemasar akan mendapatkan<br />
pemahaman aspek kognitif tertentu yang bisa dimodifikasi untuk mempengaruhi keputusan<br />
konsumen dalam jangka panjang. 2) Sisi konsumen, akan mempelajari terlebih dahulu aspek<br />
inovasi yang terpenting yang sehingga akan diperoleh sejumlah informasi untuk memutuskan<br />
pembelian.<br />
4) Dengan diterimanya model penundaan dalam penelitian ini, dapat memberikan masukan<br />
bahwa tahapan keputusan adopsi inovasi yang diajukan oleh Rogers (1976) tidak hanya<br />
terdiri dari dua, menolak inovasi dan adopsi inovasi. Ada satu keputusan yang sebaiknya<br />
menjadi pertimbangan atas keputusan adopsi inovasi, yaitu keputusan untuk menunda adopsi<br />
inovasi.<br />
Kontribusi Metodis penelitian<br />
1) Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif secara bersama-sama.<br />
Pendekatan induktif dilakukan dengan melakukan penelitian eksploratori untuk memperoleh<br />
gambaran yang lebih jelas fenomena yang terkait dengan ide dan masalah penelitian.<br />
Pendekatan deduktif memfokuskan pada pengembangan hipotesis yang didasarkan pada<br />
suatu teori. Alasan melakukan penelitian dengan menggunakan dua metode sekaligus yakni,<br />
metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif karena, masing-masing metode<br />
memiliki kelemahan dan kelebihan tertentu, dan memiliki pendapat dan anggapan yang<br />
berbeda dalam memandang dan menanggapi suatu permasalahan. Dalam penelitian ini,<br />
pendekatan kualitatif digunakan untuk mengekplorasi beberapa variabel yang digunakan<br />
dalam penelitian, dan untuk menjustifikasi beberapa fenomena yang muncul pada saat<br />
penelitian. Pendekatan kuantitatif dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada<br />
masyarakat kelas bawah untuk menguji faktor-faktor penundaan adopsi produk secara<br />
empiris<br />
2) Pada umumnya riset tentang adopsi inovasi yang mengakomodasi konsep kelangkaan,<br />
kecukupan informasi dan persepsi risiko banyak menggunakan desain eksperimental yang<br />
16
mengutamakan validitas internal. Namun dalam penelitian ini menggunakan desain riset<br />
survei. Alasan digunakan disain survei karena diharapkan hasil penelitian ini mampu<br />
menangkap fenomena secara lebih luas dan digeneralisasikan untuk pengambilan keputusan<br />
penundaan adopsi produk inovatif, pada seting yang sama.<br />
3) Mayoritas riset adopsi inovasi yang ada menggunakan seting tempat bekerja, terkait dengan<br />
pengetahuan karyawan dan menggunakan pelajar atau mahasiswa sebagai subyek penelitian.<br />
Penelitian ini menekankan pada proses adopsi inovasi yang akan dilakukan oleh individu<br />
pengambil keputusan dalam rumah tangga yang mempunyai tingkat sosial ekonomi rendah<br />
atau yang tergolong miskin. Penelitian adopsi inovasi di lingkungan rumah tangga miskin ini<br />
masih jarang dilakukan, karena banyak peneliti yang mengambil setting adopsi inovasi pada<br />
individu dengan tingkat ekonomi menengah ke atas (Janes dan Collison, 2004; Conlon et al.,<br />
2006). Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menjelaskan<br />
perilaku rumah tangga miskin terhadap inovasi produk baru yang masih jarang dilakukan.<br />
Kontribusi Manajerial<br />
Secara ekonomi makro, hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi keberlangsungan<br />
program pemerintah terkait produk inovatif. Pemerintah seharusnya menyadari bahwa produk<br />
inovatif yang diluncurkannya, meskipun diberikan secara gratis kepada masyarakat, tidak<br />
sepenuhnya bisa diterima oleh masyarakat. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa, pada<br />
masyarakat miskin sikap penolakan aktif atas produk inovatif paling besar dipengaruhi oleh<br />
persepsi kesesuaian. Banyak masyarakat miskin yang menyatakan bahwa mereka perlu merubah<br />
segala sesuatu yang dimilikinya jika akan menggunakan kompor elpiji. Pengalaman baru bagi<br />
masyarakat untuk menggunakan kompor elpiji juga sangat berpengaruh pada sikap<br />
penundaannya. Dan yang lebih utama lagi, masyarakat miskin ini menganggap bahwa kompor<br />
elpiji sangat tidak sesuai dengan kondisi lingkungan mereka. Hasil wawancara dan observasi di<br />
lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat miskin ini tidak mempunyai dapur<br />
khusus, mereka biasa memasak di luar rumah mereka. Dapur yang ada di rumah masyarakat<br />
miskin ini tidak berdiri sendiri, banyak barang yang disimpan bersamaan di dalam dapur. Jadi<br />
sangat sulit bagi mereka untuk menggunakan dan menyimpan kompor elpijiSlah satu hal inilah<br />
yang menyebabkan individu yang masuk dalam kategori miskin, belum mau mengadopsi kompor<br />
elpiji.<br />
17
Niat menunda untuk adopsi kompor elpiji program konversi ini juga relatif tinggi. Niat<br />
menunda ini sangat dipengaruhi oleh sikap menunda. Sehingga pemerintah seharusnya<br />
menyadari bahwa perlu untuk memperkecil sikap menunda agar niat menunda yang merupakan<br />
proksi perilaku menunda bisa diperkecil. Persepsi risiko ekonomi atau keuangan yang tinggi juga<br />
menyebabkan niat ke arah penundan menjadi tinggi. Sebagian besar masyarakat yang menunda<br />
menyatakan bahwa penggunaan kompor elpiji relatif berharga mahal dan tidak bisa diecer.<br />
Untuk mensukseskan program konversi energi ini sebaiknya pemerintah bisa mengurangi risiko<br />
yang dipersepsikan oleh masyarakat miskin ini. Makin berkurangnya persepsi risiko akan<br />
menurunkan niat menundanya dan produk inovatif akan semakin mudah diadopsi.<br />
Pemahaman penundaan produk inovatif dari aspek komunikasi pemasaran dan aspek<br />
kelangkaan konsumen sehingga dapat memberikan wawasan bagi pemasar dan pemerintah<br />
dalam memberikan pelayanan kepada konsumen dengan lebih baik. Jika program ini berhasil,<br />
manfaat keberhasilan program ini tidak hanya untuk pemerintah, tetapi juga seluruh masyarakat<br />
Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini memiliki kekuatan untuk memahami suatu fenomena<br />
yang tidak hanya dipahami dari sisi internal konsumen tetapi juga eksternal.<br />
Pemahaman aspek-aspek yang mempengaruhi penundaan sebaiknya juga dilakukan sejak<br />
dini, karena program konversi minyak tanah tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat. Rogers<br />
(1995) berpendapat bahwa tingkat kecepatan adopsi individu berbeda satu sama lain. Individu<br />
yang memiliki tingkat inovasi tinggi bisa menerima produk inovatif dengan cepat dibandingkan<br />
dengan individu yang memiliki tingkat kecenderungan apatis terhadap produk inovatif. Berkaitan<br />
dengan studi ini, subjek penelitian yang digunakan adalah masyarakat kelas bawah yang<br />
cenderung memiliki tingkat kemampuan ekonomi lemah, pendidikan rendah, dan persepsi risiko<br />
tinggi. Program konversi minyak tanah ke gas elpiji dipersepsi oleh masyarakat sebagai program<br />
yang menawarkan ketidakpastian karena masyarakat cenderung memiliki kecurigaan terlebih<br />
dahulu sebelum mengenal produk gas ini. Oleh karena itu, baik pemerintah maupun instansi<br />
terkait yaitu Pertamina dan distributor produk gas lainnya harus memahami faktor-faktor yang<br />
menyebabkan masyarakat melakukan penundaan adopsi. Hal ini penting dilakukan karena<br />
kesuksesan program konversi minyak tanah ke gas dapat menguntungkan semua pihak yaitu<br />
ekonomi negara, masyarakat, dan industri.<br />
18
Keterbatasan Penelitian<br />
Keterbatasan penelitian ini ditunjukkan dengan adanya lingkup penelitian yang pada<br />
setting tertentu. Penelitian ini hanya bisa digeneralisasi pada lingkup penelitian yang memiliki<br />
kriteria subyek dan obyek penelitian tertentu. Subyek penelitian yang ditentukan dalam<br />
penelitian ini terbatas pada masyarakat miskin dengan kriteria menunda adopsi dan tingkat<br />
pengeluaran maksimal Rp. 1.500.000 per bulan. Obyek penelitian juga terbatas pada kategori<br />
produk yang memiliki manfaat atau produk utilitarian, yaitu produk yang bisa memberikan baik<br />
manfaat bagi konsumen.<br />
Penelitian ini juga hanya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penundaan<br />
adopsi dilihat dari aspek karakteristik inovasi, pengetahuan, kecukupan informasi, persepsi<br />
risiko, kelangkaan dan sikap. Ada faktor karakteristik inovasi lain yang sebenarnya bisa<br />
digunakan untuk memprediksi sikap adopsi inovasi seperti citra dan kesukarelaan (Venkatesh<br />
dan Brown, 2001). Faktor persepsi pengguna yang meliputi relevansi informasi, kesadaran dan<br />
kepercayaan ( Agrawal dan Prasad, 1991) serta faktor psikologis yang dimiliki individu dalam<br />
adopsi inovasi yang terdiri atas keinovasian dan keterlibatan (Tabak dan Bar, 1998), juga tidak<br />
dianalisis dalam penelitian ini.<br />
Saran Penelitian di Masa yang akan Datang<br />
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel ketercobaan dan pengetahuan obyektif<br />
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan pada sikap menunda. Untuk penelitian di masa yang<br />
akan datang, penggunaan variabel ini perlu dilakukan pengujian lagi agar mendapatkan<br />
hubungan yang diinginkan. Akan lebih baik jika pengetahuan obyektif yang terdiri atas<br />
pengetahuan tentang cara kerja produk inovatif dan manfaat produk inovatif diuji pengaruhnya<br />
secara sendiri-sendiri terhadap sikap menunda.<br />
Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu yang diamati adalah kelompok yang<br />
menunda adopsi saja. Untuk riset berikutnya diharapkan setting penelitiannya bukan hanya pada<br />
masyarakat miskin yang menunda adopsi tetapi pada masyarakat miskin yang menolak dan yang<br />
sudah mau mengadopsi. Sehingga diharapkan ada komparasi hasil dari ketiganya.<br />
Secara teoritis, diharapkan bahwa ada penelitian lanjutan tentang penundaan adopsi<br />
dengan setting yang lain untuk mengeneralisasi model penelitian ini dan variabel-variabel yang<br />
mempengaruhi perilaku penundaan adopsi. Akan lebih bermanfaat jika penelitian penundaan<br />
19
adopsi selanjutnya dilakukan pada produk utilitarian lagi, yaitu produk yang dikonsumsi karena<br />
manfaatnya sehingga dapat menguatkan hasil temuan penelitian ini.<br />
Faktor karakteristik inovasi lain yang sebenarnya bisa digunakan untuk memprediksi<br />
sikap adopsi inovasi seperti citra dan kesukarelaan, persepsi pengguna yang meliputi relevansi<br />
informasi, kesadaran dan kepercayaan serta faktor psikologis yang dimiliki individu dalam<br />
adopsi inovasi yang terdiri atas keinovasian dan keterlibatan sebaiknya juga digunakan dalam<br />
penelitian-penelitian penundaan adopsi inovasi produk inovatif selanjutnya.<br />
20
DAFTAR PUSTAKA<br />
Adams, D.A; Nelson, R.R; and Todd, P.A (1992), "Perceived Usefulness, Ease of Use, and<br />
Usage of Information Technology: a Replication", MIS Quarterly 16: 227–247<br />
Alba, J.W and Hutchinson (1987), “Dimensions of Consumer Expertise,” Journal of Consumer<br />
Research, 13(March): 411 - 454.<br />
Allen, F (1993), “Dimensional Diagnosis of Personality, Not Wheter, but When and Which,”<br />
Psycological Inquiry, Vol 4.p 110<br />
Antil, J.H (1988), “New Product Or Services Adoption: When Does It Happen,” Journal of<br />
Consumer Marketing, 5: 5-17.<br />
Bailey, J.E. and Pearson, S.W (1983), “Development of a Tool for Measuring and Analyzing<br />
Computer User Satisfaction,” Management Science (29:5), May: 530-545<br />
Brown S. A and Venkatesh V (2005), “Model of Adoption of Technology in Households: A<br />
Baseline Model Test and Extension Incorporating Household Life Cycle,” MIS<br />
Quarterly, 29(3):399–26<br />
Conlon, E.G; Zimmer-Gembeck, M.J; Creed, P.A and Tucker, M (2006), “Family History, Self-<br />
Perceptions, Attitudes and Cognitive Abilities Are Associated With Early Adolescent<br />
Reading Skills,” Journal of Research in Reading, Feb, Vol. 29 Issue 1: 11-32.<br />
Davis, F.D. (1989), “Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of<br />
Information Technology,” MIS Quartely, 13: 319-339<br />
Davis, F.D., Bagozzi. R.P and Warshaw. P.R (1989), “User Acceptance of Computer<br />
Technology: A Comparison of Two Theoretical Models”. Management Science. 35: 982-<br />
1002.<br />
Dholakia, U.M. (2001), “A Motivational Process Model of Product Involvement and Consumer<br />
Risk Perception”, European Journal of Marketing, Vol. 35 Nos 11/12: 1340-1360.<br />
Dowling, G.R and Staelin, R (1994), “A Model of Perceived Risk and Intended Risk-Handling<br />
Activity”, Journal of Consumer Research, Vol. 21 No. 1: 119-134.<br />
Fiske, S, T and Jennifer, E (1994), “Affirmative Action in Theory and Practice: Issue Of Power.<br />
Ambiguity and Bender versus Race,” Basic Applied Social Psychology, vol. 15: 201-220<br />
Fitzsimons, G.J (2000), “Consumer Response To Stockouts,” Journal of Consumer Research,<br />
27:249-266.<br />
21
Gahtani, A.S (2003), ”Computer Technology Adoption in Saudi Arabia: Correlates of Perceived<br />
Innovation Attributes,” Information Technology for Development. 10: 57–69.<br />
Gatignon, H and Robertson, T.S (1985), “A Proportional Inventory for New Diffusion<br />
Research,” Journal of Consumer Research, 11: 849-867.<br />
Hair, Jr., Anderson, R.E., Tatham, R.L and Black, W.C (1998), “Multivariate Data Analysis,”<br />
New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.<br />
Holak, S.L (1988), " The Influence of Variety on The Demand for Bundles of Musical<br />
Performances", in Advances in Consumer Research Volume 15, eds. Micheal J. Houston,<br />
Provo, UT : Association for Consumer Research, Pages: 22-26.<br />
Holness, D.A (2004), “ The Discontinuance of Innovations in Pharmaceutical Labeling”,<br />
unpublished Doctoral Dissertation, Huizenga Graduate School of Business and<br />
Enterpreneurship, Nova Southeastern University.<br />
Horsky, D ( 1990), “A Diffusion Model Incorporating Product Benefits, Price, Income, and<br />
Information,” Marketing Science, 9: 342-365<br />
Hsu, M.K., Mesak, H.I ( 2005), “Government Programmes and Diffusion of Innovations in<br />
Taiwan: An Empirical Study of Household Technology Adoption Rates. “Journal of<br />
Nonprofit and Public Sector Marketing”. Binghamton: 13: 12-19<br />
Janes, P. L., Collison, Jim (2004), “Community Leader Perceptions of the Social and Economic<br />
Impacts of Indian Gaming,” Gaming Research and Review Journal, Vol. 8 Issue 1: 13-30<br />
Joseph, R.C (2005), An Examination of Non Adoption and Decision Inertia: A Web Based<br />
Perspective, Unpublished Doctoral Dissertation, The City University of NewYork.<br />
Joseph, R.C (2010), “Individual Resistance to IT innovations,” Communication of the ACM, vol<br />
53 no 4<br />
Kaharana, E., Straub, D.W and Chervany, N.L (1999), “Information Technology Adoption<br />
Across Time: A Cross-sectional Comparison of Pre-adoption and Post-adoption Beliefs,<br />
“MIS Quartely”. 23(2): 183-213<br />
Kim, S. 2003. Exploring Factors Influencing Personal Digital Assistant (PDA) adoption .<br />
Unpublish thesis of mass communication faculty, University of Florida. 9-112<br />
Limayem, M and Hirt, S. G (2003), “Force of Habit and Information Systems Usage: Theory<br />
and Initial Validation. Journal of the Association for Information Systems, 4: 65–97.<br />
Limayem, M., Hirt, G.S and Cheung, C.M.K (2007), “How Habit Limits The Predictive Power<br />
Of Intention: The Case Of Information Systems Continuance,” Mis Quarterly, Vol. 31<br />
(12), Issue 4: 705-737.<br />
22
Lockett, A and Litter, D (1997), “The Adoption of Direct Banking Services.” Journal of<br />
Marketing Management, 13 (11): 791-881.<br />
Looi, H.C (2005 ), “E-Commerce Adoption in Brunei Darussalam: A Quantitative Analysis of<br />
Factors Influencing Its Adoption,” Communications of the Association for Information<br />
Systems, Vol. 15: 61-81.<br />
Lutz, R. J (1989), "Presidential Address Positivism, Naturalism and Pluralism in Consumer<br />
Research: Paradigms in Paradise,” Advances in Consumer Research, Volume 16: 1-8.<br />
Maltz, E. (2000), “Is All Communication Created Equal?: An Investigation into the Effects of<br />
Communication Mode on Perceived Information Quality,” Journal of Product Innovation<br />
Management, Vol. 17, 110-127.<br />
Marakas, G.M. and Hornik, S (1996) “Passive Resistance Misuse: Overt Support and Covert<br />
ecalcitrance in Is Implementation”, European Journal of Information Systems, 5: 208-<br />
219.<br />
Marshall, T. E., Rainer, R. K., and Morris, S. A (2003)."Complexity and Control as<br />
Determinants of Performance with Information Technology Innovations." Journal of<br />
Computer Information Systems, 43(3,Spring): 1-9.<br />
Martin, P.Y., Hamilton, V.E., Mc.Kimmie, B.M., Terry, D.J and Martin, R (2007), “Effects of<br />
Caffeine on Persuasion and Attitude Change: The Role Of Secondary Tasks in<br />
Manipulating Systematic Message Processing, European Journal of Marketing. Vol 37,<br />
issue 2: 320-338.<br />
Mick, D.G and Fournier, S. (1998), “Paradoxes of Technology: Consumer Cognizance,<br />
Emotions, and Coping Strategies,” Journal of Consumer Research, 25: 123-143.<br />
Moore, G.C and Banbasat, I (1991), “The Development of an Instrument to Measure The<br />
Perceived Characteristics of Adopting an Information Technology Innovation,”<br />
Information Systems Research, (2:3), September: 192-222.<br />
Moore, B.C. J (1989), “An Introduction to the Psychology of Hearing,” Academic Press,<br />
London; San Diego, 3 rd edition.<br />
Pavlou, P.A (2003), “Consumer Acceptance of Electronic Commerce: Integrating Trust and Risk<br />
with the Technology Acceptance Model,” International Journal of Electronic<br />
Commerce, Spring, Vol. 7, No. 3: 101-134.<br />
Philippe, A and Ngobo, P.V. (1999), ”Assessment of Consumer Knowledge and Its<br />
Consequences: A Multi Component Approach,” Advances in Consumer Reseach, Vol<br />
26: 569-575.<br />
23
Punj, G and Srinivasan, N (1989), “Influence of Expertise and Purchase Experience on The<br />
Formation of Evoked Sets,” Advances in Consumer Research, 16: 507-514.<br />
Purwanto, B.M. (2002), “The Effect of Salesperson Stress Factors on Job Performance,” Jurnal<br />
Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 17: 150-169.<br />
Raju, P.S., Lonial, S.C and Mangold, W.G ( 1995), “Differential Effects of Subjective<br />
Knowledge, Objective Knowledge, and Usage Experience on Decision Making: An<br />
Exploratory Investigation,” Journal of Consumer Psychology, 4(2): 153-180<br />
Ram, S (1987), “A Model of Innovation Resistance,” Advances in Consumer Research, 14: 208-<br />
212.<br />
Ram, S and Sheth, J.N (1989), “Consumer Resistance to Innovation: The Marketing Problem<br />
And Its Solutions,” Journal of Consumer Marketing, 6 (Spring): 5-14.<br />
Reiss, M.L.R and Wacker, R.R (2000), ”Assistive Technology Use and Abandonment Among<br />
College Students with Disabilities,” International Electronic Journal, 3 ( 23) for<br />
Leadership in Learning.<br />
Rogers, E.M (1983), “ Diffusion of Innovations,” 3 th ed. New York: The Free Press.<br />
Rogers, E.M (1995), “Diffusion of Innovations,” 4 th ed. New York: The Free Press.<br />
Rogers, E.M and Shoemaker, F.F (1971), “Communication of Innovators: A Cross -Cultural<br />
Approach,” New York: The Free Press.<br />
Rogers, E. and Kincaid, D.L ( 1981), “Communication Networks: A Paradigm for New<br />
Research,” New York: Free Press.<br />
Satriya, E (2007) “Menyoal Konversi Minyak Tanah ke Bahan Bakar Gas,” Downstream<br />
Indonesia Edisi Feb.<br />
Shih, E.C and Venkatesh, A (2004), “Beyond Adoption: Development and Application of A Use<br />
Diffusion Model,” Journal of Marketing, 68: 1: 59-72<br />
Sridhar, S.S and Balachandran, B.V (1997), “ Incomplete Information, Task Assignment, and<br />
Managerial Control Systems,” Journal Management Science, Volume 43 Issue 6: 764-<br />
773.<br />
Stylianou, A.C and Jackson, P (2007), “A Comparative Examination of Individual Differences<br />
and Beliefs on Technology Usage: Gauging the Role of the IT Artifact,” Journal of<br />
Computer Information Systems. Summer: 11-18.<br />
Sugandini, D (2007), “Studi Eksploratori Konversi Minyak Tanah ke Gas,” Tidak dipublikasikan<br />
24
------------- (2009), “Studi Eksplorasi Keputusan Penundaan Adopsi ELPIJI Bagi Masyarakat<br />
Miskin, Prosiding the 4th MRC’s Doktoral Journey in Management, <strong>Universitas</strong><br />
Indonesia, Jakarta.<br />
------------- (2009), “Anteseden Penundaan adopsi inovasi,” Prosiding Kolokium Nasional<br />
Program Doktor, isu pengukuran dan riset-riset kontemporer dalam penelitian disertasi<br />
ilmu-ilmu ekonomika dan bisnis, UGM Yogyakarta.<br />
------------- (2009), “Pilot Studi: Karakteristik Inovasi, Informasi, Kelangkaan dan Persepsi<br />
Risiko dalam Penundaan Adopsi Inovasi,” Prosiding-Hibah Doktor, Dikti-LPM UGM.<br />
Szmigin, I and Foxall, G (1998), “Three Forms of Innovation Resistance: The Cas e of Retail<br />
Payment Methods. Technovation 18, 6/7: 459-468.<br />
Szmigin, I.T.D and Bourne, H. (1999), “Electronic Cash: A Qualitative Assessment of Its<br />
Adoption,” International Journal of Bank Marketing, 17: 192-202.<br />
Trafimow, D; Sheeran, P; Conner, M and Finlay, K.A (2002), “Evidence that Perceived<br />
Behavioral Control is a Multidimensional Construct: Perceived Control and Perceived<br />
Difficulty,” British Journal of Social Psychology, 1: 101–121.<br />
Venkatesh, V and Davis, F.D (1996), “A Model of The Antecedents of Perceived Ease of Use:<br />
Development and Test,” Decision Sciences, 27 (3): 451-478<br />
Venkatesh, V and Davis, F.D (2000), "A Theoretical Extension of The Technology Acceptance<br />
Model: Four Longitudinal Field Studies", Management Science 46(2): 186–204<br />
Venkatesh, V and Brown, S.A (2001), “A Longitudinal Investigation of Personal Computers in<br />
Homes: Adoption Determinants and Emerging Challenges,” MIS Quarterly, Vol. 25 Issue<br />
1: 71-102<br />
Venkatesh, V; Morris M.G; Davis, G.B and Davis, F.D (2003), User Acceptance of Information<br />
Technology: Toward A Unified View,” MIS Quarterly. 27 (3): 425-478<br />
Wee, T.T.T (2000), “ Factors Affecting New Product Adoption in Consumer Electronic,”<br />
Singapore Management Review. Volume: 25, Issue, 2: 51-72.<br />
Wood, S.L and Lynch, Jr.J.G. (2002), “Prior Knowledge and Complacency in New Product<br />
Learning,” Journal of Consumer Research, Vol. 29: 416-426.<br />
25
DAFTAR RIWAYAT HIDUP<br />
Nama: : Dyah Sugandini<br />
Tempat, Tanggal Lahir: : Yogyakarta, 17 Juni 1971<br />
Status: : Menikah<br />
Nama Suami : Joni Asdono<br />
Nama Anak : (1) Rahajeng Arundati<br />
(2) Muktiarya Yodhatama<br />
Alamat Rumah: : Gedongan Sumberagung Moyudan, Sleman.<br />
No. Telp/Hp: : 0274-6497223 / Hp: 087838638917<br />
Alamat e-mail : diah_sugandini@yahoo.com<br />
Pekerjaan: : - Dosen , Jurusan Manajemen, FE, UPN“Veteran”<br />
Yogyakarta Sejak Tahun 1995 sampai sekarang<br />
- - Dosen Tamu Di FEB UGM, Tahun 2010-2011<br />
RIWAYAT PENDIDIKAN:<br />
S1 : Jurusan Manajemen, FE, UPN “Veteran” Yogyakarta<br />
S2 : Jurusan Manajemen, FEB- UGM Yogyakarta<br />
S3 : Program Doktor, Jurusan Manajemen, FEB. UGM (belum lulus)<br />
PENGALAMAN PENELITIAN DAN SEMINAR TAHUN TERAKHIR:<br />
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan/ Sumber<br />
.1. 2007 Need Survey 2007 Toward Universits<br />
<strong>Gadjah</strong> <strong>Mada</strong><br />
PPM- UGM HiLink Project<br />
.2. 2 2007 Analisis Faktor yang Mempengaruhi<br />
Adopsi Makanan Organik dan<br />
UGM (DP2M DIKTI)<br />
26
Fungsional<br />
.3. 2009 Evaluasi keefektivan program PNPM<br />
Mandiri Perdesaan sebagai upaya<br />
pengentasan kemiskinan di Bantul, DIY<br />
.4. 2009 Karakteristik inovasi dan persepsi risiko<br />
dalam penundaan adopsi inovasi<br />
.5. 2010 Ipteks Bagi masyarakat Giwangan,<br />
Program pengelolaan sampah pasar<br />
giwangan<br />
.6. 2011 Resistensi Inovasi: Strategi Pemasaran<br />
Dan Solusi<br />
.7. 2011 Moderator Pada Seminar Nasional<br />
Industri Kreatif Sebagai Stimulus<br />
Perekonomian Indonesia<br />
.<br />
PENGALAMAN MENULIS ARTIKEL ILMIAH:<br />
Hibah unggulan Strategis<br />
Nasional DIKTI<br />
Hibah Doktor, Dikti-UGM<br />
Hibah IBM- Dikti<br />
Prosiding Seminar Nasional<br />
Manajemen Akademik dan<br />
Bisnis, UMS Solo<br />
Creative week management<br />
event, UGM<br />
TAHUN JUDUL ARTIKEL<br />
ILMIAH<br />
NAMA JURNAL<br />
1. 2006 The Essential of Leadership Balance, Economic, Business, Management<br />
and Accounting, UMS Surabaya<br />
2. 2007 Pengaruh Reward dan job<br />
Disain terhadap<br />
Keuntungan<br />
Kharisma, FE UPN “Veteran” Yogyakarta<br />
3. 2008 Pemilihan dan bentuk Benefit, Jurnal Manajemen da Bisnis, UMS<br />
fungsi empirik: Studi kasus<br />
penentu kinerja perusahaan<br />
Ditinjau dari strategi<br />
komunikasi pemasaran<br />
Solo<br />
4. 2009 Delay consumption: Studi<br />
pengambilan keputusan<br />
produk fashion<br />
5. 2009 Anteseden Penundaan<br />
adopsi inovasi<br />
6. 2009 Keputusan penundaan<br />
adopsi ELPIJI bagi<br />
masyarakat miskin<br />
Jurnal Manajemen Eonomika <strong>Mada</strong>ni,<br />
<strong>Universitas</strong> paramadina, Jakarta<br />
Prosising Kolokium Nasional Program Doktor ,<br />
isu pengukuran dan riset-riset kontemporer<br />
dalam penelitian disertasi ilmu-ilmu<br />
ekonomika dan bisnis, UGM Yogyakarta<br />
Prosiding the 4 th MRC’s Doktoral Journey in<br />
Management, <strong>Universitas</strong> Indonesia, Jakarta<br />
27
PENGALAMAN MENULIS BUKU:<br />
1. 2009 : Merubah Utang Menjadi Cuan<br />
Penerbit: Media Presindo, Yogyakarta<br />
2. 2010 : 7 cara merubah nasib,<br />
Penerbit Media Pressindo, Yogyakarta<br />
PENGALAMAN SEBAGAI TRAINER<br />
Judul Pelatihan Nama perusahaan/peserta<br />
1. Manajemen supervisi PT. Badak NGL, PT Krakatau Steel, VICO<br />
2. Strategi Pemasaran PT. PTP. IV Medan<br />
3. Manajemen<br />
Outsourcing<br />
Medco Jakarta, Cevron.<br />
4. Manajemen IPMOMI Jawa Timur, Indonesia Power Surabaya,<br />
Pemasaran<br />
Schlumberger.<br />
5. Audit Pemasaran Indonesia Power Surabaya<br />
6. Analisis Beban Kerja BRI Pusat Jakarta, BPD Sumatera Selatan.<br />
7. Kepuasan Pelanggan PT Pertammina UPMS Palembang, Krakatau Steel<br />
8. Manajemen Proyek PT Pertamina Balikpapan, Petrokimia<br />
9. Manajemen Risiko Inhouse training di Petrokimia Gresik<br />
10. Manajemen<br />
Perubahan<br />
PT Arun, Semen gresik<br />
11. Supply Chain<br />
Management<br />
PT Petrochina Sorong, PT Semen Gresik<br />
12. Manajemen Inhouse training , PT. Semen Gresik, KPA,KPI, Kaltim<br />
Pelayanan<br />
Industrial Estate.<br />
13. Community<br />
Development<br />
Semen Gresik, Arutmin, KPC<br />
14. Disribution Cost and<br />
Control<br />
PT. Pertamina Persero UPMS Palembang<br />
15.<br />
Customer service<br />
excellence<br />
Inhouse training , Pertamina Learning Centre, Jakarta<br />
Inhouse training , PT. Semen Gresik<br />
28
16.<br />
17.<br />
Effective Secretary<br />
Negotiation Skill<br />
18. Supply market<br />
analysis<br />
19. Customer<br />
Relationship<br />
Management<br />
20. Manajemen SDM<br />
untuk non SDM<br />
21. Manajemen<br />
Keuangan untuk non<br />
posisi keuangan<br />
22. Dll<br />
Inhouse training , Pertamina Learning Centre, Jakarta;<br />
Arutmin.<br />
Inhouse training , Pertamina Learning Centre, Jakarta,<br />
PT Bukit Makmur.PT Badak, NGL.<br />
PT. Cevron Pakanbaru.<br />
PD. BPR Gunung Kidul<br />
PT. Semen Gresik, KPA,KPI, Kaltim Industrial Estate,<br />
KJS.<br />
PT Citic Seram, PT Kobatim.<br />
29