24.04.2013 Views

kajian kerentanan kawasan permukiman padat terhadap bencana

kajian kerentanan kawasan permukiman padat terhadap bencana

kajian kerentanan kawasan permukiman padat terhadap bencana

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

erasal dari faktor kesalahan manusia (human error) yang beraktivitas di dalamnya<br />

(jakartafire.com). Dari fenomena ini terbentuk hipotesis awal bahwa, lingkungan <strong>permukiman</strong><br />

kumuh merepresentasikan keadaan perekonomian menengah ke bawah yang berimplilkasi pada<br />

rendahnya tingkat pendidikan sehingga menyebabkan rendahnya tingkat kepedulian akan<br />

keselamatan dalam bermukim.<br />

Sejaran dengan hipotesis awal tersebut, penelitian ini mengangkat lokasi <strong>kawasan</strong><br />

Kecamatan Tambora yang termasuk dalam wilayah Kotamadya Jakarta Barat. Pada dasarnya<br />

tidak ada justifikasi secara legal yang mengakategorikan sebuah wilayah dengan kategori kumuh.<br />

Namun kategori kumuh tersebut merupakan sebuah image yang terbangun dari data-data dari<br />

lapangan. Image kumuh dapat ditinjau dari dua hal yakni jumlah tingkat ke<strong>padat</strong>an penduduk dan<br />

bentukan fisik <strong>permukiman</strong>nya. Sebagai tahap awal identifikasi, Kecamatan Tambora merupakan<br />

sebuah <strong>kawasan</strong> <strong>permukiman</strong> dengan tingkat ke<strong>padat</strong>an penduduk tertinggi di propinsi DKI<br />

Jakarta. Bahkan disebutkan bahwa Kecamatan Tambora adalah wilayah ter<strong>padat</strong> se-Asia (Sinar<br />

Harapan, 2003). Dengan luas wilayah yang tidak terlalu besar (541,43 Ha), kecamatan ini miliki<br />

jumlah pendududuk 266.250 jiwa dengan demikian maka ke<strong>padat</strong>an rata-rata penduduknya<br />

adalah 491jiwa /Ha (sangat <strong>padat</strong>, >150jiwa/Ha). Pada survey tahun 2000, 2002, dan 2003,<br />

jumlah penduduk miskinnya menempati urutan ke-dua se-DKI Jakarta setelah Kecamatan<br />

Pedemangan Jakarta Utara.<br />

. Dalam definisinya, Ridho (2001: 15 ) membagi dua jenis pengertian mengenai<br />

kapung kumuh yang dipandang dari aspek legalitas. “<strong>permukiman</strong> (kampung) kumuh atau slums<br />

merupakan daerah pemukiman <strong>padat</strong> dalam kota, yang sebagian penduduknya dihadapkan pada<br />

masalah-masalah sosial, ekonomi, fisik dan lingkungan. Namun dalam kepemilikan dan hak atas<br />

tanah, semuanya adalah sah”. Berdasarkan data-data yang didapat beserta observasi lapangan,<br />

<strong>kawasan</strong> Kecamatan Tambora ini dapat digolongkan kedalam jenis Pemukiman Kumuh (slums).<br />

Bentuk fisik <strong>permukiman</strong> kumuh tersebut tidak terlepas dari faktor kemiskinan<br />

perkotaan. Bentukkan fisik <strong>permukiman</strong> yang tidak didasari dengan pola dan proses perencanaan<br />

yang sesuai aturan tentunya akan menyebabkan permasalahan di kemudian hari. Secara historis,<br />

<strong>kawasan</strong> Kecamatan Tambora merupakan lingkungan <strong>permukiman</strong> yang tumbuh secara alami<br />

(sebuah kampung yang tumbuh menjadi besar secara alami tanpa menjalani proses perencanaan<br />

kota). Seiring berjalannya waktu, <strong>kawasan</strong> Kecamatan Tambora tumbuh semakin tidak teratur.<br />

Hal ini dapat ditinjau dari tingkat kerapatan antar bangunan yang sangat tinggi, penggunaan lahan<br />

yang tidak teratur, lebar jalan yang semakin menyempit, dan sanitasi yang buruk. Hal ini<br />

diperparah lagi dengan perilaku anti-urban yang berpotensi menyebabkan timbulnya <strong>bencana</strong><br />

kebakaran seperti pencurian listrik, industri konveksi yang berlangsung 24jam/hari, penggunaan<br />

2

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!