PERANAN PENYAKIT CUCUMBER MOZAIC VIRUS (CMV ... - Balittas
PERANAN PENYAKIT CUCUMBER MOZAIC VIRUS (CMV ... - Balittas
PERANAN PENYAKIT CUCUMBER MOZAIC VIRUS (CMV ... - Balittas
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Keywords: cigar tobacco, <strong>CMV</strong>, resistant variety<br />
126<br />
PENDAHULUAN<br />
Tembakau cerutu dapat dibedakan menjadi<br />
tiga macam, yaitu bahan pembalut (dekblad), bahan<br />
pembungkus (omblad), dan bahan isi (filler).<br />
Di antara ketiga bahan tersebut tembakau bahan<br />
pembalut yang merupakan lapisan terluar merupakan<br />
bahan yang paling mahal harganya. Tembakau<br />
bahan pembalut cerutu membutuhkan persyaratan<br />
mutu yang tinggi antara lain tekstur yang halus seperti<br />
sutra, urat daun kecil, sangat elastik, warna<br />
merata, tidak cacat, dan daya bakarnya baik. Indonesia<br />
termasuk salah satu negara penghasil tembakau<br />
bahan cerutu yang utama di dunia khususnya<br />
untuk bahan pembalut. Kebutuhan pasar dunia<br />
akan bahan pembalut cerutu 47% dicukupi oleh<br />
tembakau dari Indonesia, yang berasal dari daerah<br />
Deli, Klaten, dan Jember (Hartana, 2006). Tembakau<br />
bahan isi lebih mengutamakan rasa dan aroma,<br />
serta daya bakar yang baik, dalam arti terbakar pelan-pelan<br />
tetapi tetap membara, sedangkan warna<br />
abu putih dan abu tidak mudah rontok. Tembakau<br />
bahan isi dihasilkan di banyak negara sehingga<br />
pangsa pasar Indonesia hanya 3–4% kebutuhan<br />
dunia. Berkenaan dengan perbedaan penggunaan<br />
tembakau bahan baku cerutu tersebut, maka pengembangan<br />
varietas tembakau cerutu perlu diarahkan<br />
pada sasaran yang akan dituju, yaitu untuk<br />
bahan pembalut, pembungkus, dan isi.<br />
Isu global yang berkembang saat ini antara<br />
lain mengenai residu pestisida pada tanaman. Terkait<br />
dengan isu tersebut pengendalian penyakit secara<br />
kimiawi mempunyai dampak negatif terhadap<br />
lingkungan dan mikroorganisme nontarget. Pengendalian<br />
virus yang efektif saat ini belum banyak<br />
diketahui. Sejauh ini pengendalian virus masih<br />
bersifat preventif, seperti penggunaan varietas<br />
tahan (Hadiastono, 1986; Melton, 1998), pemberantasan<br />
gulma (Semangun, 1993), pengendalian<br />
biologis melalui perlindungan silang (Homma,<br />
1990), pergiliran tanaman, pengelolaan sanitasi<br />
lingkungan, penggunaan biji dan alat perkembangbiakan<br />
vegetatif bebas infeksi virus. Menurut Semangun<br />
(1993) dan Sitepu, (1993) alternatif yang<br />
paling aman untuk pengendalian virus dengan<br />
menggunakan konsep pengendalian penyakit seca-ra<br />
terpadu.<br />
SERANGAN <strong>PENYAKIT</strong> <strong>VIRUS</strong> PADA<br />
TEMBAKAU SECARA EKONOMI<br />
Penyakit virus pada tembakau khususnya gejala<br />
mosaik, pada umumnya masih kurang disadari<br />
kerugiannya oleh petani, khususnya pada tembakau<br />
rajangan, karena tanaman yang sakit tidak mati<br />
dan masih memberikan hasil yang cukup lumayan.<br />
Pada tembakau cerutu penyakit virus menyebabkan<br />
kerugian yang cukup besar, karena selain mengurangi<br />
jumlah produksi, juga sangat berpengaruh<br />
terhadap mutu daun yang dihasilkan. Daun tembakau<br />
yang terserang virus pada umumnya menunjukkan<br />
gejala mosaik, berkerut atau menggulung,<br />
ukurannya menjadi lebih kecil, rapuh, elastisitas<br />
dan daya bakarnya menurun. Besarnya kerugian<br />
tergantung dari jenis virus yang menyerang, jenis<br />
tembakau dan waktu terjadinya infeksi (Saleh et al.,<br />
1992).<br />
Serangan <strong>CMV</strong> akan menurunkan produksi<br />
dan kualitas daun tembakau. Daun yang terserang<br />
<strong>CMV</strong> menunjukkan gejala sebagai berikut: terjadi<br />
perubahan warna secara nyata seperti pola mosaik,<br />
kebanyakan tanaman kerdil, daun menyempit, dan<br />
mengalami distorsi (Lucas, 1975). Aktivitas virus<br />
dan metabolisme sel inang sangat erat kaitannya,<br />
sehingga belum ada zat kimia yang dapat secara<br />
spesifik menghambat perbanyakan virus tanpa berpengaruh<br />
terhadap tanaman inangnya. Oleh karena<br />
itu pengendalian virus secara kimiawi belum dapat<br />
dilaksanakan (Boss, 1990). Pada pertanaman tem-