ISO 26000: 2010 Guidance on Social Responsibility - CSR Indonesia
ISO 26000: 2010 Guidance on Social Responsibility - CSR Indonesia
ISO 26000: 2010 Guidance on Social Responsibility - CSR Indonesia
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<str<strong>on</strong>g>ISO</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>26000</str<strong>on</strong>g>:<str<strong>on</strong>g>2010</str<strong>on</strong>g> GUIDANCE<br />
ON SOCIAL RESPONSIBILITY DAN<br />
MANAJEMEN PEMANGKU<br />
KEPENTINGAN<br />
Jalal<br />
Lingkar Studi <strong>CSR</strong>/A+ <strong>CSR</strong> Ind<strong>on</strong>esia<br />
www.csrind<strong>on</strong>esia.com<br />
Lokakarya <strong>CSR</strong> Pertamina<br />
Denpasar, 19 November 2012
The use of <str<strong>on</strong>g>ISO</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>26000</str<strong>on</strong>g> by<br />
individual organisati<strong>on</strong>s is a<br />
crucial determinant of how<br />
much it can positively affect<br />
sustainable development. Key<br />
questi<strong>on</strong>s include not <strong>on</strong>ly how<br />
an organisati<strong>on</strong> uses the<br />
standard, but also the degree<br />
to which the organisati<strong>on</strong>’s<br />
overall governance<br />
is affected by it.<br />
Adrian Henriques
1. <str<strong>on</strong>g>ISO</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>26000</str<strong>on</strong>g>:<str<strong>on</strong>g>2010</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>Guidance</str<strong>on</strong>g> <strong>on</strong><br />
<strong>Social</strong> Resp<strong>on</strong>sibility<br />
Pembangunan Berkelanjutan<br />
Definisi dan Prinsip Tanggung Jawab<br />
Sosial<br />
Subjek Inti Tanggung Jawab Sosial<br />
2. Manajemen Pemangku<br />
Kepentingan<br />
Pemangku Kepentingan: Pengertian dan<br />
Manajemen<br />
Pemetaan Pemangku Kepentingan<br />
Pembinaan Hubungan dengan<br />
Pemangku Kepentingan<br />
AGENDA
Bagian 1. <str<strong>on</strong>g>ISO</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>26000</str<strong>on</strong>g>:<str<strong>on</strong>g>2010</str<strong>on</strong>g><br />
GUIDANCE ON SOCIAL<br />
RESPONSIBILITY
Pembangunan Berkelanjutan<br />
• Pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi<br />
sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi<br />
mendatang untuk memenuhi kebutuhannya (WCED, 1987,<br />
Our Comm<strong>on</strong> Future).<br />
• Jumlah total kapital--sosial, ek<strong>on</strong>omi, lingkungan,<br />
budaya, politik, pers<strong>on</strong>al--yang ditransfer dari satu<br />
generasi ke generasi berikutnya minimal sama (Serageldin,<br />
I. 1996. Sustainability as Opportunity and the Problem of <strong>Social</strong> Capital’,<br />
Brown Journal of World Affairs Vol. 3 No. 2).<br />
• Menjadi inspirasi utama triple bottom line: ek<strong>on</strong>omi,<br />
sosial, lingkungan. Tak ada aspek yang boleh<br />
dikorbankan dalam pembangunan.
• Model Awal<br />
Keberlanjutan yang Mana?<br />
Model Mutakhir
Peran Potensial Perusahaan dalam<br />
Pembangunan Berkelanjutan<br />
“For the business enterprise, sustainable development<br />
means adopting business strategies and activities that<br />
meet the needs of the enterprise and its stakeholders<br />
today while protecting, sustaining and enhancing the<br />
human and natural resources that will be needed in the<br />
future.” Business Strategy for Sustainable Development<br />
(IISD, 1992)<br />
“…If sustainable development is to achieve its potential,<br />
it must be integrated into the planning and<br />
measurement systems of business enterprises.” (Robert<br />
Steele, AtKiss<strong>on</strong> Group Internati<strong>on</strong>al)
Kenyataan Peran Perusahaan<br />
dalam Pembangunan<br />
Sebagian besar<br />
bencana lingkungan<br />
paling buruk<br />
disebabkan oleh<br />
perusahaan!<br />
(Hernan, <str<strong>on</strong>g>2010</str<strong>on</strong>g>)<br />
75% masalah sosial<br />
dan lingkungan<br />
disebabkan oleh<br />
perusahaan.<br />
(Kiernan, 2009)
Definisi dan Prinsip<br />
Tanggung Jawab Sosial<br />
“Resp<strong>on</strong>sibility of an organizati<strong>on</strong> for the<br />
impacts of its decisi<strong>on</strong>s and activities <strong>on</strong><br />
society and the envir<strong>on</strong>ment, through<br />
transparent and ethical behaviour that<br />
c<strong>on</strong>tributes to sustainable development,<br />
health and the welfare of society; takes into<br />
account the expectati<strong>on</strong>s of stakeholders; is<br />
in compliance with applicable law and<br />
c<strong>on</strong>sistent with internati<strong>on</strong>al norms of<br />
behaviour; and is integrated throughout the<br />
organizati<strong>on</strong> and practiced in its<br />
relati<strong>on</strong>ships. ”<br />
(<str<strong>on</strong>g>ISO</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>26000</str<strong>on</strong>g>: <str<strong>on</strong>g>2010</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>Guidance</str<strong>on</strong>g> <strong>on</strong><br />
<strong>Social</strong> Resp<strong>on</strong>sibility)
Prinsip Umum<br />
“When approaching and practising social<br />
resp<strong>on</strong>sibility, the overarching objective<br />
for an organizati<strong>on</strong> is to maximize its<br />
c<strong>on</strong>tributi<strong>on</strong> to sustainable development.<br />
Within this objective, ... organizati<strong>on</strong>s<br />
should respect the seven principles outlined<br />
below, as well as the principles specific to<br />
each core subject....”<br />
“Organizati<strong>on</strong>s should base their behaviour<br />
<strong>on</strong> standards, guidelines or rules of c<strong>on</strong>duct<br />
that are in accordance with accepted<br />
principles of right or good c<strong>on</strong>duct in the<br />
c<strong>on</strong>text of specific situati<strong>on</strong>s, even when<br />
these situati<strong>on</strong>s are challenging.”
Prinsip Tanggung Jawab Sosial<br />
1. Akuntabilitas<br />
2. Transparensi<br />
3. Perilaku Etis<br />
4. Penghormatan kepada<br />
Kepentingan Stakeholder<br />
5. Kepatuhan kepada Hukum<br />
6. Penghormatan kepada<br />
Norma Perilaku Internasi<strong>on</strong>al<br />
7. Penegakan HAM<br />
Sumber:<br />
<str<strong>on</strong>g>ISO</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>26000</str<strong>on</strong>g>: <str<strong>on</strong>g>2010</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>Guidance</str<strong>on</strong>g> <strong>on</strong> <strong>Social</strong> Resp<strong>on</strong>sibility
• Akuntabilitas: membuktikan bahwa<br />
organisasi bersangkutan melakukan segala<br />
sesuatu dengan benar.<br />
• Akuntabilitas yang diminta adalah terhadap<br />
seluruh pemangku kepentingan, dalam hal<br />
dampak organisasi atas masyarakat dan<br />
lingkungan—termasuk dampak yang tak<br />
disengaja atau tak diperkirakan<br />
• Organisasi seharusnya menerima bahkan<br />
mendor<strong>on</strong>g penyelidikan mendalam atas<br />
dampak operasi<strong>on</strong>alnya.<br />
Prinsip 1.<br />
Akuntabilitas
Prinsip 2.<br />
Transparensi<br />
• Sebuah organisasi seharusnya<br />
menyatakan dengan transparen<br />
seluruh keputusan dan aktivitasnya<br />
yang memiliki dampak atas<br />
masyarakat dan lingkungan.<br />
• Karenanya, yang dituntut adalah<br />
keterbukaan yang “clear, accurate<br />
and complete” atas seluruh<br />
kebijakan, keputusan dan aktivitas.
• Sebuah organisasi harus<br />
berperilaku etis sepanjang<br />
waktu, dengan menegakkan<br />
kejujuran, kesetaraan dan<br />
integritas.<br />
• Promosi perilaku etis<br />
dilaksanakan melalui: (1)<br />
pengembangan struktur tata<br />
kelola yang mendor<strong>on</strong>g perilaku<br />
etis, (2) membuat dan<br />
mengaplikasikan standar<br />
perilaku etis, dan (3) terus<br />
menerus meningkatkan standar<br />
perilaku etis.<br />
Prinsip 3.<br />
Perilaku Etis
Prinsip 4.<br />
Penghormatan pada<br />
Kepentingan Stakeholder<br />
• Sebuah organisasi harus<br />
menghormati dan menanggapi<br />
kepentingan seluruh stakeholdernya.<br />
• Yang harus dilakukan adalah: (1)<br />
mengidentifikasi, (2) menanggapi<br />
kebutuhan, (3) mengenali hak-hak<br />
legal dan kepentingan yang sah,<br />
serta (4) mengenali kepentingan<br />
yang lebih luas terkait dengan<br />
pembangunan berkelanjutan.
Prinsip 5.<br />
Kepatuhan terhadap Hukum<br />
• Sebuah organisasi harus menerima<br />
bahwa kepatuhan pada hukum<br />
adalah suatu kewajiban.<br />
• Yang harus dilakukan adalah: (1)<br />
patuh pada semua regulasi, (2)<br />
memastikan bahwa seluruh<br />
aktivitasnya sesuai dengan<br />
kerangka hukum yang relevan, (3)<br />
patuh pada seluruh aturan yang<br />
dibuatnya sendiri secara adil dan<br />
imparsial, (4) mengetahui<br />
perubahan-perubahan dalam<br />
regulasi, dan (5) secara periodik<br />
memeriksa kepatuhannya.
Prinsip 6.<br />
Penghormatan terhadap<br />
Norma Perilaku Internasi<strong>on</strong>al<br />
Di negara-negara di mana<br />
hukum nasi<strong>on</strong>alnya atau<br />
implementasinya tidak<br />
mencukupi untuk<br />
melindungi k<strong>on</strong>disi<br />
lingkungan dan sosialnya,<br />
sebuah organisasi harus<br />
berusaha untuk mengacu<br />
kepada norma perilaku<br />
internasi<strong>on</strong>al.
Prinsip 7.<br />
Penghormatan terhadap HAM<br />
• Setiap organisasi harus<br />
menghormati HAM, serta<br />
mengakui betapa pentingnya HAM<br />
serta sifatnya yang universal.<br />
• Yang harus dilakukan: (1) manakala<br />
ditemukan situasi HAM tidak<br />
terlindungi, organisasi tersebut<br />
harus melindungi HAM, dan tidak<br />
mengambil kesempatan dari situasi<br />
itu, dan (2) apabila tak ada regulasi<br />
HAM di tingkat nasi<strong>on</strong>al, maka<br />
organisasi harus mengacu pada<br />
standar HAM internasi<strong>on</strong>al
Subjek Inti<br />
Tanggung Jawab Sosial<br />
Sumber:<br />
<str<strong>on</strong>g>ISO</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>26000</str<strong>on</strong>g>: <str<strong>on</strong>g>2010</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>Guidance</str<strong>on</strong>g> <strong>on</strong> <strong>Social</strong> Resp<strong>on</strong>sibility
“Each core subject includes<br />
a range of issues of social<br />
resp<strong>on</strong>sibility. These are<br />
described in this clause<br />
together with related<br />
acti<strong>on</strong>s and expectati<strong>on</strong>s. As<br />
social resp<strong>on</strong>sibility is<br />
dynamic, reflecting the<br />
evoluti<strong>on</strong> of social and<br />
envir<strong>on</strong>mental and ec<strong>on</strong>omic<br />
c<strong>on</strong>cerns, further issues may<br />
appear in the future.”<br />
Subjek Inti dan Isu
Hubungan Antar-Subjek Inti<br />
• “For each core subject an organizati<strong>on</strong><br />
should identify and address all those<br />
issues that have a significant or<br />
relevant influence <strong>on</strong> its decisi<strong>on</strong>s and<br />
activities.”<br />
• “Although all the core subjects are<br />
interrelated and complementary, the<br />
nature of organizati<strong>on</strong>al governance is<br />
different from the other core subjects.<br />
Effective organizati<strong>on</strong>al governance<br />
enables an organizati<strong>on</strong> to take acti<strong>on</strong><br />
<strong>on</strong> the other core subjects and issues.”<br />
• “An organizati<strong>on</strong> should look at the<br />
core subjects holistically, that is, it<br />
should c<strong>on</strong>sider all core subjects and<br />
issues, and their interdependence,<br />
rather than just c<strong>on</strong>centrate <strong>on</strong> a<br />
single issue.”
Penekanan pada Isu yang<br />
Relevan atau Signifikan<br />
• “Acti<strong>on</strong> up<strong>on</strong> these core subjects and issues<br />
should be based <strong>on</strong> the principles and<br />
practices of social resp<strong>on</strong>sibility.... For each<br />
core subject, an organizati<strong>on</strong> should<br />
identify and address all those issues that<br />
are relevant or significant for its decisi<strong>on</strong>s<br />
and activities....”<br />
• “When assessing the relevance of an issue,<br />
short- and l<strong>on</strong>g-term objectives should be<br />
taken into account.”<br />
• “There is, however, no predetermined<br />
order in which an organizati<strong>on</strong> should<br />
address the core subjects and issues; this<br />
will vary with the organizati<strong>on</strong> and its<br />
particular situati<strong>on</strong> or c<strong>on</strong>text.”
Sifat Khusus<br />
Tata Kelola Organisasi<br />
• “Although all the core<br />
subjects are interrelated and<br />
complementary, the nature<br />
of organizati<strong>on</strong>al governance<br />
is somewhat different from<br />
the other core subjects.”<br />
• “Effective organizati<strong>on</strong>al<br />
governance enables an<br />
organizati<strong>on</strong> to take acti<strong>on</strong><br />
<strong>on</strong> the other core subjects<br />
and issues and to<br />
implement the principles....”
Subjek Inti 1.<br />
Tata Kelola Organisasi<br />
Definisi<br />
Tata kelola organisasi adalah sistem yang dibuat dan<br />
dijalankan oleh sebuah organisasi dalam mencapai<br />
tujuannya<br />
Prinsip dan K<strong>on</strong>sideran<br />
Akuntabilitas, transparensi, perilaku etis,<br />
penghormatan pada kepentingan stakeholder dan<br />
kepatuhan pada hukum harus dimasukkan ke dalam<br />
pengambilan keputusan.<br />
Proses dan Struktur Pengambilan Keputusan<br />
Seluruh organisasi harus memiliki proses, sistem dan<br />
struktur yang memungkinkannya untuk<br />
mengaplikasikan prinsip-prinsip dan praktik tanggung<br />
jawab sosial.
1. Penelitian mendalam (due<br />
diligence)<br />
2. K<strong>on</strong>disi yang menimbulkan<br />
risiko HAM<br />
3. Penghindaran pelanggaran<br />
4. Penyelesaian keluhan<br />
5. Diskriminasi dan kelompokkelompok<br />
rentan<br />
6. Hak-hak sipil dan politik<br />
7. Hak-hak ek<strong>on</strong>omi, sosial dan<br />
budaya<br />
8. Hak-hak fundamental<br />
ketenagakerjaan<br />
Subjek Inti 2.<br />
Hak-hak Asasi Manusia
1. Kerja dan hubungan<br />
ketenagakerjaan<br />
2. K<strong>on</strong>disi kerja dan jaminan<br />
sosial<br />
3. Dialog ketenagakerjaan<br />
4. Kesehatan dan keselamatan<br />
kerja<br />
5. Pengembangan sumberdaya<br />
manusia dan pelatihan<br />
Subjek Inti 3.<br />
Praktik Ketenagakerjaan
1. Pencegahan polusi<br />
2. Penggunaan<br />
sumberdaya yang<br />
berkelanjutan<br />
3. Mitigasi dan adaptasi<br />
terhadap perubahan<br />
iklim<br />
4. Proteksi lingkungan dan<br />
keragaman hayati dan<br />
restorasi habitat<br />
Subjek Inti 4.<br />
Lingkungan
Subjek Inti 5.<br />
Praktik Operasi yang Adil<br />
1. Anti-korupsi<br />
2. Keterlibatan yang<br />
bertanggung jawab dalam<br />
urusan politik<br />
3. Kompetisi yang adil<br />
4. Promosi tanggung jawab<br />
sosial dalam rantai pasokan<br />
(supply chain)<br />
5. Penghormatan terhadap<br />
hak cipta
Subjek Inti 6.<br />
Isu-isu K<strong>on</strong>sumen<br />
1. Pemasaran yang adil, dengan<br />
informasi yang faktual dan tidak<br />
bias, serta praktik k<strong>on</strong>traktual<br />
yang adil<br />
2. Pemeliharaan kesehatan dan<br />
keselamatan k<strong>on</strong>sumen<br />
3. K<strong>on</strong>sumsi yang berkelanjutan<br />
4. Pelayanan dan dukungan terhadap<br />
k<strong>on</strong>sumen, serta penyelesaian<br />
keberatan<br />
5. Proteksi dan privasi data<br />
k<strong>on</strong>sumen<br />
6. Akses terhadap pelayanan<br />
esensial<br />
7. Pendidikan dan penyadaran
1. Pelibatan masyarakat<br />
2. Pendidikan dan kebudayaan<br />
3. Penciptaan lapangan kerja<br />
dan peningkatan<br />
keterampilan<br />
4. Pengembangan dan akses<br />
atas teknologi<br />
5. Kesejahteraan dan<br />
peningkatan pendapatan<br />
6. Kesehatan<br />
7. Investasi sosial<br />
Subjek Inti 7.<br />
Pelibatan dan<br />
Pengembangan Masyarakat
Bagian 2. MANAJEMEN<br />
PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemangku Kepentingan:<br />
Pengertian dan Manajemen<br />
Freeman dan Reed, 1983<br />
(definisi sempit):<br />
Kelompok dan individu kepada siapa<br />
sebuah organisasi bergantung untuk<br />
mempertahankan keberadaannya<br />
Freeman, 1984 (definisi luas):<br />
Kelompok dan individu yang dapat<br />
mempengaruhi dan atau dipengaruhi<br />
oleh pencapaian tujuan dari sebuah<br />
organisasi
K<strong>on</strong>teks Penciptaan<br />
Pendekatan Pemangku Kepentingan<br />
1. Timbulnya gerakan sosial,<br />
terutama gerakan k<strong>on</strong>sumen<br />
dan gerakan lingkungan.<br />
2. Peran pemerintah yang<br />
semakin luas dalam<br />
mengawasi kinerja<br />
perusahaan.<br />
3. Pasar global, yang<br />
meningkatkan persaingan di<br />
antara perusahaan-perusahaan<br />
partisipan, dan supply chainnya.<br />
4. Media massa yang semakin<br />
kasar.<br />
5. Semakin menipisnya<br />
kepercayaan terhadap bisnis.
Komp<strong>on</strong>en Manajemen<br />
Pemangku Kepentingan<br />
1. Pemetaan Pemangku<br />
Kepentingan<br />
• Identifikasi<br />
• Analisis<br />
• Pembuatan Profil<br />
2. Pembinaan Hubungan dengan<br />
Pemangku Kepentingan<br />
• Persiapan<br />
• Pelaksanaan aktivitas<br />
pembinaan<br />
• Pemberian tanggapan<br />
• Pengukuran
Tujuan Manajemen Pemangku Kepentingan:<br />
menjadi Civil Corporati<strong>on</strong><br />
“Civil corporati<strong>on</strong>s embrace a<br />
broader accountability for their<br />
acti<strong>on</strong>s and, in so doing,<br />
c<strong>on</strong>tribute to addressing<br />
societal needs and challenges<br />
in ways that could also deliver<br />
ec<strong>on</strong>omic value and success.”<br />
Sim<strong>on</strong> Zadek, 2001
Mengapa Melakukan<br />
Manajemen Pemangku Kepentingan?<br />
• Perubahan eksternal harus dipahami<br />
dan diantisipasi.<br />
• Keperluan mendapatkan kapital dari<br />
lembaga keuangan yang memiliki<br />
investment screening terkait aspek<br />
sosial dan lingkungan.<br />
• Kepatuhan terhadap guidance<br />
internasi<strong>on</strong>al <str<strong>on</strong>g>ISO</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>26000</str<strong>on</strong>g>.<br />
• Kepatuhan terhadap IFC Performance<br />
Standards.<br />
• Kepatuhan terhadap Standard<br />
Disclosure GRI G3.1 (pelaporan<br />
keberlanjutan).<br />
• Keperluan terkait pelaksanaan<br />
tanggung jawab sosial perusahaan<br />
(penentuan beneficiaries, dsb.).<br />
• Keperluan manajemen yang efektif.
Identifikasi Pemangku Kepentingan<br />
Lima Pertanyaan tentang<br />
Manajemen Pemangku Kepentingan<br />
1. Siapa saja pemangku kepentingan kita?<br />
Analisis Pemangku Kepentingan<br />
2. Apa yang menjadi kepentingan mereka?<br />
3. Peluang dan tantangan apa saja yang dibawa oleh pemangku<br />
kepentingan kita?<br />
Membina Hubungan dengan Pemangku Kepentingan (Stakeholder<br />
Engagement)<br />
4. Tanggung jawab sosial apa saja (ek<strong>on</strong>omis, hukum, etika and<br />
filantropis) yang kita miliki terhadap pemangku kepentingan<br />
kita?<br />
5. Strategi, langkah dan keputusan apa saja yang harus kita ambil<br />
dalam menangani tanggung jawab ini?<br />
Carroll, A. 1991. The Pyramid of Corporate <strong>Social</strong> Resp<strong>on</strong>sibility–Toward the Moral Management of<br />
Organizati<strong>on</strong>al Stakeholders. Business Horiz<strong>on</strong>s No. 34.
Pemangku Kepentingan<br />
Menurut <str<strong>on</strong>g>ISO</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>26000</str<strong>on</strong>g>:<str<strong>on</strong>g>2010</str<strong>on</strong>g><br />
1. Kepada siapa perusahaan memiliki kewajiban<br />
hukum?<br />
2. Siapa yang terpengaruh secara negatif maupun<br />
positif oleh keputusan dan aktivitas<br />
perusahaan?<br />
3. Siapa yang menyuarakan pernyataan mengenai<br />
keputusan dan aktivitas perusahaan?<br />
4. Siapa yang biasanya terlibat dalam<br />
penyelesaian isu-isu penting?<br />
5. Siapa yang bisa membantu perusahaan dalam<br />
mengelola dampak tertentu?<br />
6. Siapa yang bisa mempengaruhi kemampuan<br />
perusahaan dalam menjalankan <strong>CSR</strong>-nya?<br />
7. Siapa yang akan dirugikan kalau tidak diengage?<br />
8. Siapa yang terpengaruh sepanjang value chain?
Pemetaan Pemangku Kepentingan
Langkah 1 Pemetaan.<br />
Persiapan Pemetaan<br />
Diskusi internal organisasi: Siapa itu Pemangku<br />
Kepentingan? Apa saja kepentingannya?<br />
Identifikasi awal tersebut, memanfaatkan:<br />
Identifikasi luas: menggunakan definisi luas<br />
Desktop research, “usual suspects” dan pendapat<br />
manajemen (Boutilier, 2008)<br />
Jawaban sementara atas pertanyaan <str<strong>on</strong>g>ISO</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>26000</str<strong>on</strong>g> (<str<strong>on</strong>g>ISO</str<strong>on</strong>g>,<br />
<str<strong>on</strong>g>2010</str<strong>on</strong>g>)<br />
Jawaban sementara atas jenis pemangku kepentingan<br />
AA1000 (AccountAbility, 2005)<br />
Jawaban sementara atas Power-Interest Grid (IFC, 2007)<br />
Pembuatan daftar sementara pemangku kepentingan.<br />
Pelatihan untuk seluruh pihak yang terlibat.
Langkah 2 Pemetaan.<br />
Penelitian Lapangan<br />
Verifikasi dan falsifikasi atas daftar sementara<br />
Identifikasi isu serta pendapat, harapan, pendirian,<br />
jaringan, dll (stakeholder profile).<br />
Metode:<br />
Wawancara terbuka dengan perwakilan kelompok-kelompok<br />
Pemangku Kepentingan; Snowballing; Observasi;<br />
Pengumpulan data sekunder<br />
Pencarian data untuk atribut atau kriteria (versi<br />
Mitchell, et al., 1999; Driscoll dan Starik, 2004;<br />
AA1000); serta power-interest grid (IFC, 2007)<br />
Pembuatan draft daftar akhir pemangku kepentingan<br />
dan isu, dengan pengelompokan sesuai dengan<br />
AA1000 dan <str<strong>on</strong>g>ISO</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>26000</str<strong>on</strong>g>
Identifikasi Pemangku Kepentingan<br />
dalam <str<strong>on</strong>g>ISO</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>26000</str<strong>on</strong>g>:<str<strong>on</strong>g>2010</str<strong>on</strong>g><br />
• Kepada siapa saja organisasi memiliki kewajiban<br />
hukum?<br />
• Siapa saja yang potensial terkena dampak positif dan<br />
negatif dari keputusan dan aktivitas organisasi?<br />
• Siapa saja yang biasanya dilibatkan manakala suatu<br />
isu muncul?<br />
• Siapa yang bisa membantu organisasi dalam<br />
mengelola dampak yang ditimbulkannya?<br />
• Siapa saja yang akan dirugikan kalau mereka tidak<br />
diikutsertakan dalam pembinaan hubungan<br />
(engagement)?<br />
• Siapa saja dalam value chain yang terkena dampak?
Enam Kriteria untuk Pemetaan Pemangku<br />
Kepentingan menurut AA1000
K<strong>on</strong>tinum Uji Materialitas Isu dalam<br />
AA1000
Langkah 3 Pemetaan.<br />
Analisis Pemangku Kepentingan<br />
Memetakan seluruh isu (uji materialitas isu AA1000) dan<br />
pemangku kepentingan yang terlibat (dengan pengelompokan<br />
sesuai AA1000 dan <str<strong>on</strong>g>ISO</str<strong>on</strong>g> <str<strong>on</strong>g>26000</str<strong>on</strong>g>).<br />
Analisis stakeholder salience berbasis atribut (Mitchell et al., 1997;<br />
Driscoll dan Starik, 2004) dan komp<strong>on</strong>en (AA1000)—sebaiknya<br />
digabungkan.<br />
Analisis stakeholder prominence berbasis Analytical Hierarchy<br />
Process (Cummings dan Patel, 2009).<br />
Analisis power-interest grid (IFC, 2007).<br />
Analisis persepsi pemangku kepentingan dengan studi persepsi<br />
kualitatif (Firestein, 2009).<br />
Analisis modal sosial, termasuk jaringan (Boutilier, 2009).<br />
Peluang dan tantangan apa yang dihadapi organisasi untuk setiap<br />
isu/pemangku kepentingan.
Pemangku Kepentingan Kategori Kekuatan<br />
C<strong>on</strong>toh Penilaian Atribut<br />
Legitimasi<br />
Urgensi Kedekatan<br />
Score<br />
Utama<br />
/20<br />
Kerentanan <br />
Besaran<br />
Dampak<br />
Bupati Pr 5 5 5 5 20 3 5 8<br />
BPN Pr 4 5 5 5 19 3 5 8<br />
BAPEDALDA Pr 3 5 5 5 18 3 5 8<br />
DISNAKERTRANSOS Pr 3 5 5 5 18 2 4 6<br />
Kepala Desa Tanjung Pr 4 5 5 5 19 3 5 8<br />
Sira (Tokoh Adat) De 5 5 2 3 15 3 1 4<br />
Desa Pinang De 2 4 5 3 14 5 5 10<br />
Paguyuban Warga La 1 1 1 3 6 1 1 2<br />
K+DR<br />
/10
Pemerintah<br />
Pusat<br />
Pemerintah<br />
Provinsi dan<br />
Kabupaten<br />
Asosiasi Usaha<br />
Lembaga<br />
Swadaya<br />
Masyarakat<br />
Media Massa<br />
Masalah<br />
Kapasitas<br />
C<strong>on</strong>toh Grafik Gelembung<br />
Masalah<br />
Komunikasi Masyarakat<br />
Lokal dan<br />
Masyarakat<br />
Adat<br />
Tata Kelola<br />
Pemerintahan<br />
Kepentingan<br />
Dunia Usaha
Data Profil Pemangku Kepentingan<br />
1. Deskripsi (atribut, kepentingan, sumberdaya)<br />
2. Sejarah hubungan (dengan perusahaan, dengan pihak lain)<br />
3. Informasi k<strong>on</strong>tak (alamat, telef<strong>on</strong>, faksimili, email, website,<br />
individu yang bertanggung jawab beserta alamat k<strong>on</strong>taknya)<br />
4. Wilayah kerja (internasi<strong>on</strong>al, nasi<strong>on</strong>al, provinsial, lokal)<br />
5. Rantai pengaruh (jaringan, sumberdaya yang dibagi, pilihan<br />
bentuk aksi, momentum)<br />
(dimodifikasi dari) Gable, C. and Shireman, B. 2005. Stakeholder Engagement: A Three Phase<br />
Methodology. Envir<strong>on</strong>mental Quality Management, Vol. 14/3.
Pembinaan Hubungan dengan<br />
• Identifikasi aktivitas<br />
hubungan yang mungkin<br />
berhasil<br />
• Pengembangan dan<br />
penguatan kapasitas<br />
pemangku kepentingan,<br />
terutama dalam sumberdaya<br />
dan kompetensi<br />
• Pembinaan hubungan yang<br />
memfasilitasi: pemahaman<br />
atas isu-isu yang material,<br />
pembelajaran, dan perbaikan<br />
Pemangku Kepentingan
Persiapan Pembinaan Hubungan<br />
1. Deskripsi tujuan dan cakupan yang<br />
spesifik<br />
2. Penentuan representasi pemangku<br />
kepentingan (individu/kelompok mana<br />
yang harus dilibatkan, derajat pelibatan<br />
setiap pemangku kepentingan)<br />
3. Tingkatan pembinaan hubungan<br />
4. Metode pembinaan hubungan<br />
5. Media pembinaan hubungan (internet,<br />
telef<strong>on</strong>, video c<strong>on</strong>ference, interaksi langsung,<br />
cetakan, siaran radio/televisi atau gabungan)<br />
6. Teknik fasilitasi (pertemuan dengan<br />
fasilitator, debat, c<strong>on</strong>vening, pertemuan<br />
dengan mediator).
Tingkat dan<br />
Metode Pembinaan<br />
Hubungan<br />
(AA1000 SES)
Pemberian Tanggapan<br />
dan Pengukuran<br />
• Operasi<strong>on</strong>alisasi, internalisasi<br />
dan komunikasi hasil belajar,<br />
terutama dengan<br />
menyesuaikan strategi dan<br />
operasi yang semakin<br />
k<strong>on</strong>sisten dengan<br />
pembangunan berkelanjutan<br />
• Pengukuran, pemantauan<br />
dan penilaian kinerja<br />
• Pemetaan ulang dan<br />
redefinisi strategi
Kualitas<br />
Hubungan<br />
dengan<br />
Pemangku<br />
Kepentingan<br />
(AA1000 SES)
Pembinaan Hubungan yang Efektif<br />
(Zandvliet, 2007)<br />
• Beroperasi dengan sikap yang<br />
transparen<br />
• Mendistribusikan manfaat<br />
yang tidak bertentangan<br />
dengan norma lokal mengenai<br />
keadilan<br />
• Mendesain operasi secara<br />
inklusif dan mempersatukan<br />
• Memastikan<br />
keberlanjutan/pencapaian<br />
tujuan setiap aktivitas<br />
• Selalu menghormati manusia,<br />
norma budaya serta nilai-nilai<br />
yang dianut masyarakat
Indikasi Keefektifan Pembinaan<br />
Hubungan dengan Masyarakat Sekitar<br />
BURUK<br />
– Pencurian meningkat<br />
– Komunitas menuduh perusahaan mencuri sumberdaya mereka<br />
– Masyarakat ‘dikawal’ setiap kali memasuki wilayah perusahaan<br />
– Sabotase atas fasilitas perusahaan<br />
BERISIKO<br />
– Kelompok-kelompok yang mengatasnamakan masyarakat terus<br />
bermunculan<br />
– Meningkatnya tuntutan masyarakat<br />
– Isu yang sama terus menerus dil<strong>on</strong>tarkan<br />
– Perusahaan dituduh tidak peduli atau arogan<br />
BAIK<br />
– Tidak ada amuk masa setelah kejadian tertentu<br />
– Hadir dalam k<strong>on</strong>sultasi dengan perusahaan walau tidak dibayar<br />
– Masyarakat menunjukkan ‘biang kerok’ di antara mereka sendiri<br />
– Permintaan masyarakat terutama tidak berbentuk benda, melainkan<br />
keterampilan, akses, dsb.
Terima Kasih!<br />
J a l a l<br />
Lingkar Studi <strong>CSR</strong>/A+ <strong>CSR</strong> Ind<strong>on</strong>esia<br />
Jalan Danau Sentani Nomor 9 Bogor 16144<br />
www.csrind<strong>on</strong>esia.com<br />
office@csrind<strong>on</strong>esia.com<br />
jalal.csri@yahoo.com; +62-815-13803616