25.07.2013 Views

Citra Biner

Citra Biner

Citra Biner

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

yang dalam hal ini, fg(i, j) adalah citra hitam-putih, fB(i, j) adalah citra biner, dan<br />

T adalah nilai ambang yang dispesifikasikan. Dengan operasi pengambangan<br />

tersebut, objek dibuat berwarna gelap (1 atau hitam) sedangkan latar belakang<br />

berwarna terang (0 atau putih).<br />

Nilai ambang T dipilih sedemikian sehingga galat yang diperoleh sekecil mungkin.<br />

Cara yang umum menentukan nilai T adalah dengan membuat histogram citra.<br />

Jika citra mengandung satu buah objek dan latar belakang mempunyai nilai<br />

intensitas yang homogen, maka citra tersebut umumnya mempunyai histogram<br />

bimodal (mempunyai dua puncak atau dua buah maksimum lokal) seperti yang<br />

ditunjukkan pada Gambar 11.3. Nilai T dipilih pada nila i minimum lokal yang<br />

terdapat di antara dua puncak. Dengan cara seperti ini, kita tidak hanya mengkonversi<br />

citra hitam-putih ke citra biner, tetapi sekaligus melakukan segmentasi objek dari<br />

latar belakangnya.<br />

Gambar 11.4 memperlihatkan segmentasi objek (botol dan apel) dari latar<br />

belakangnya dengan cara mengkonversikan citra hitam-putihnya menjadi citra<br />

biner dengan menggunakan nilai ambang T = 90 dan T = 100. Gambar 11.5<br />

memperlihatkan konversi citra Lena menjadi citra biner dengan T = 128 dan T = 150.<br />

.<br />

P(r)<br />

kelas 0<br />

Gambar 11.3 Penentuan nilai ambang T<br />

(a) (b)<br />

170 Pengolahan <strong>Citra</strong> Digital<br />

T<br />

kelas 1<br />

r

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!