Ekonomi 2 - Bursa Open Source
Ekonomi 2 - Bursa Open Source
Ekonomi 2 - Bursa Open Source
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Unjuk Sikap<br />
Bacalah cuplikan berita berikut ini!<br />
62<br />
<strong>Ekonomi</strong> SMA Kelas XI<br />
Pembelian Pesawat Kepresidenan<br />
Rencana pemerintah untuk membeli pesawat kepresidenan seperti yang<br />
diminta oleh Wapres, Jusuf Kalla, melalui Sekretaris Wapres pada 4 Juli 2006<br />
menimbulkan reaksi keras dari masyarakat dan beberapa anggota legislatif.<br />
Pemerintah dinilai seolah-olah tidak peduli terhadap keadaan masyarakat yang<br />
paling urgen dan harus diselesaikan secepatnya oleh pemerintah. Menurut Alvin<br />
Lie, anggota DPR dari Komisi VII dalam Pikiran Rakyat 5 Juli 2006, harga satu<br />
pesawat Boeing 737-800 seri terbaru mencapai angkat 60–75 juta dolar. Apabila<br />
dua pesawat (minimal) yang harus dibeli, akan menghabiskan biaya di atas<br />
Rp 1 triliun atau setara dengan pembiayaan APBD setingkat Kabupaten Bandung.<br />
Belum lagi ditambah dengan biaya pemeliharaan pesawat yang biasanya akan<br />
melebihi biaya pembelian pesawat untuk jangka waktu tertentu. Beban anggaran<br />
hanya untuk bepergian Presiden dan Wakil Presiden akan semakin besar untuk<br />
masa mendatang, sedangkan penggunaannya hanya bersifat tentatif. Sepanjang<br />
yang kita ketahui, negara yang mempunyai pesawat kepresidenan adalah Amerika<br />
Serikat, tetapi kita harus melihat bahwa income per kapita negara adidaya ini<br />
mencapai 24.740 dolar AS. Coba bandingkan dengan income per kapita Indonesia<br />
yang pada saat ini adalah 740 dolar. Begitu juga dengan income per kapita Jepang,<br />
Singapura, dan Malaysia yang jauh di atas Indonesia. Namun, para pejabat<br />
negaranya masih mau menggunakan pesawat komersial apabila pimpinan negara/<br />
perdana menteri akan melakukan kunjungan ke luar negeri.<br />
Dengan adanya rencana pemerintah membeli pesawat kepresidenan dilihat<br />
dari kualitatif atau kuantitatif jelas merupakan pengeluaran pemerintah yang tidak<br />
rasional dan merupakan pemborosan APBN. Sepanjang sejarahnya, APBN RI<br />
sampai sekarang selalu defisit. Sektor pengeluaran negara lebih besar daripada<br />
sektor penerimaan negara.Pemerintah harus berpikir apa untung dan ruginya jika<br />
pembelian pesawat tersebut tidak perlu. Pembelian pesawat kepresidenan<br />
termasuk ke dalam klasifikasi pemborosan dan akan menambah defisit APBN.<br />
Hal ini berarti akan menambah utang luar negeri. Defisit ditutup oleh utang luar<br />
negeri berarti menambah beban masyarakat dan merampas masa depan bangsa.<br />
Dikutip dengan pengubahan dari www.pikiran-rakyat.com<br />
1. Setujukah kalian dengan rencana pembelian pesawat kepresidenan<br />
di atas? Jelaskan alasannya!<br />
2. Berikan pandangan kalian tentang pendapat yang mengatakan<br />
pemerintah dinilai seolah-olah tidak peduli terhadap keadaan<br />
masyarakat yang paling urgen dan harus diselesaikan secepatnya?