atasnama pembangunan
Laporan-Penggusuran-2015_LBHJ_web
Laporan-Penggusuran-2015_LBHJ_web
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
A. LATAR BELAKANG<br />
Joel Audefroy (1994) dalam Eviction Trends Worldwide and the Role of Local<br />
Authorities the Right to Housing menyatakan bahwa <strong>pembangunan</strong> telah<br />
sejak dahulu menjadi salah satu alasan terbanyak penggusuran paksa di<br />
negara-negara berkembang. Penelitian tersebut juga menyoroti alasan<br />
utama penggusuran di Indonesia hingga tahun 1991 disebabkan oleh<br />
<strong>pembangunan</strong> dan penataan kota. Kini, pada tahun 2015, alasan yang<br />
sama—<strong>pembangunan</strong> dan penataan kota—masih digunakan untuk<br />
melakukan penggusuran paksa terhadap warga. (Audefroy, 1994)<br />
Sayangnya, <strong>pembangunan</strong> yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas<br />
kota dan masyarakat yang hidup di dalamnya ternyata belum tentu<br />
memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat.<br />
Pembangunan yang berlangsung di DKI Jakarta, ibukota Indonesia,<br />
cenderung menjadikan warga korban penggusuran paksa yang<br />
mengakibatkan terlanggarnya hak-hak dasar mereka.<br />
Padahal Indonesia telah meratifikasi Kovenan Internasional Hak-hak<br />
Ekonomi, Sosial, dan Budaya sejak tahun 2005. Pasal 11 kovenan tersebut<br />
menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan perumahan yang layak.<br />
Lebih lanjut, Pendapat Umum Committee on Economic, Social, and Cultural<br />
Rights (“CESCR”) Nomor 7 Tahun 1997, menyatakan bahwa penggusuran<br />
dapat berdampak pada hak untuk hidup, hak atas keamanan, hak untuk<br />
tidak dicampuri urusan pribadinya, keluarga, dan rumah tangga, serta hak<br />
atas jaminan hak milik. Bahkan, Komisi HAM PBB mengategorikan<br />
penggusuran paksa sebagai bentuk pelanggaran berat hak asasi manusia<br />
melalui resolusi nomor 2008/24.<br />
Ironis, di DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta justru kerap menjadi<br />
inisiator dari penggusuran paksa yang melanggar hak-hak dasar warganya<br />
sendiri. Pada tahun 2007, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerbitkan<br />
Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 tentang<br />
Ketertiban Umum. Perda tersebut mencanangkan ‘Lima Tertib DKI Jakarta’,<br />
yang salah satunya adalah ‘Tertib PKL’ dan ‘Tertib Hunian’, mengamanatkan<br />
pembongkaran lapak-lapak dan bangunan-bangunan liar.<br />
1