You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Cerem nial<br />
<strong>Bisnis</strong> <strong>Jakarta</strong>, Kamis 1 <strong>September</strong> <strong>2016</strong><br />
7<br />
Penghematan<br />
Transfer Daerah Dilakukan Selektif<br />
JAKARTA - Kementerian<br />
Keuangan memastikan penghematan<br />
dana transfer ke daerah<br />
dan dana desa sebesar Rp72,9<br />
triliun akan dilakukan secara<br />
hati-hati dan selektif agar tidak<br />
mengganggu kinerja perekonomian<br />
nasional. “Penghematan<br />
dilakukan secara hati-hati dan<br />
selektif agar tidak mengurangi<br />
kualitas pelayanan dasar kepada<br />
masyarakat dan pembangunan<br />
infrastruktur untuk stimulasi<br />
perekonomian daerah,”<br />
kata Direktur Jenderal Perimbangan<br />
Keuangan Boediarso<br />
Teguh Widodo di <strong>Jakarta</strong>, kemarin.<br />
Boediarso menjelaskan,<br />
penghematan Rp72,9 triliun<br />
bersumber dari penghematan<br />
alamiah Rp36,8 triliun,<br />
penundaan sebagian penyaluran<br />
Dana Alokasi Umum<br />
(DAU) Rp19,4 triliun dan Dana<br />
Bagi Hasil (DBH) Rp16,7 triliun.<br />
Penghematan alamiah<br />
tersebut antara lain berasal dari<br />
DBH Pajak Rp4,2 triliun akibat<br />
turunnya perkiraan penerimaan<br />
pajak serta DAK fisik Rp6<br />
triliun karena beberapa daerah<br />
diperkirakan tidak bisa memenuhi<br />
persyaratan pencairan<br />
yang berbasis dari kinerja penyerapan.<br />
Kemudian, adanya<br />
penundaan pencairan DAK<br />
nonfisik Rp23,8 triliun yang berasal<br />
dari dana tunjangan profesi<br />
guru pegawai negeri sipil<br />
daerah Rp23,4 triliun dan dana<br />
tambahan penghasilan guru<br />
pengawai negeri sipil daerah<br />
Rp209 miliar.<br />
Penundaan pemberian dana<br />
tunjangan ini terjadi karena<br />
berkurangnya jumlah guru<br />
yang bersertifikasi dari<br />
1.300.758 orang menjadi<br />
1.221.947 orang karena pensiun,<br />
mutasi menjadi pejabat<br />
struktural dan meninggal, yang<br />
bisa dicairkan apabila anggarannya<br />
tersedia di RAPBN<br />
2017. “Masih ada sisa tunjangan<br />
guru 2015 yang mengendap<br />
Rp19,6 triliun, ini sebenarnya<br />
tinggal disalurkan.<br />
Jadi tidak ada istilah pemotongan,<br />
karena yang ada hanyalah<br />
mengoptimalkan sisa<br />
dana di kas daerah untuk membayar<br />
tunjangan di masingmasing<br />
daerah,” kata Boediarso.<br />
Selain itu, penghematan<br />
alamiah berasal dari penundaan<br />
pencairan dana desa Rp2,8 triliun,<br />
karena diperkirakan ada<br />
beberapa daerah yang tidak<br />
mampu memenuhi persyaratan<br />
penyaluran berdasarkan realisasi<br />
penyaluran dari kabupaten<br />
kota ke desa serta penyerapan<br />
di tingkat desa.<br />
Sedangkan, penundaan<br />
penyaluran sebagian DAU<br />
maupun DBH terjadi dengan<br />
mempertimbangkan kapasitas<br />
fiskal daerah berupa perkiraan<br />
pendapatan dan belanja daerah,<br />
termasuk belanja pegawai<br />
dan belanja modal serta posisi<br />
saldo kas pada akhir <strong>2016</strong>.<br />
“Penundaan DAU ini berlaku<br />
mulai <strong>September</strong> hingga<br />
Desember <strong>2016</strong> bagi 169 daerah<br />
yang mempunyai kategori<br />
perkiraan posisi saldo per akhir<br />
<strong>2016</strong>, dengan besaran<br />
penundaan yang bervariasi<br />
mulai 20 persen hingga 50 persen,”<br />
jelas Boediarso.<br />
Ia memproyeksikan<br />
penundaan ini bisa membuat<br />
pendapatan daerah hingga akhir<br />
tahun <strong>2016</strong> akan berkurang, namun<br />
pemerintah daerah masih<br />
memiliki kemampuan untuk<br />
mendanai belanja operasional,<br />
termasuk belanja modal untuk<br />
infrastruktur publik. “Dengan<br />
memperhatikan saldo kas pada<br />
akhir Juli <strong>2016</strong>, serta perkiraan<br />
pendapatan yang diterima daerah<br />
dari PAD serta sebagian<br />
DAU dan DBH, maka daerah<br />
yang ditunda sebagian penyalurannya<br />
masih dapat membiayai<br />
belanja,”<br />
ungkapnya.(ant)<br />
Gamaland Hadirkan Ikon Baru di Cempaka Putih<br />
<strong>Bisnis</strong> <strong>Jakarta</strong>/grd<br />
JELASKAN MAKET - Direktur Pemasaran Gamaland, Ronald Cassidy Yusuf menjelaskan maket Arandra Residence di Cempaka Putih <strong>Jakarta</strong>,<br />
kemarin. Hunian bertingkat yang menyasar kalangan menengah ke atas ini akan memuli pembangunannya pada 4 <strong>September</strong> mendatang.<br />
JAKARTA - Gamaland,<br />
menghadirkan ikon baru berupa<br />
hunian bertingkat di Cempaka<br />
Putih <strong>Jakarta</strong>, yakni Arandra<br />
Residence. Hunian yang menyasar<br />
kalangan menengah ini<br />
diakui memiliki sejumlah keunikan,<br />
seperti memiliki semi private<br />
lift di mana satu lift di-<br />
gunakan untuk empat unit,<br />
tematik beach pool, parkiran<br />
dengan rasio 1:1, dan lokasi educational<br />
center. “Empat keunikan<br />
inilah yang akan kami<br />
tawarkan kepada konsumen.<br />
Di <strong>Jakarta</strong> keempat keunggulan<br />
ini jarang ada,” kata Direktur<br />
Pemasaran Gamaland,<br />
Ronald Cassidy Yusuf di <strong>Jakarta</strong>,<br />
kemarin.<br />
Arandra Residence Cempaka<br />
Putih dibangun dengan total<br />
investasi Rp2 triliun untuk<br />
tahap awal 700 meter persegi<br />
dibiayai Bank Mandiri, perjanjian<br />
kredit telah ditandatangani,<br />
sekaligus bank ini akan<br />
menyediakan layanan KPA.<br />
Untuk tahap awal akan<br />
dibangun tiga unit dengan harga<br />
Rp25 juta per meter persegi,<br />
sedangkan tahap berikutnya<br />
akan dibangun dua apartemen<br />
lagi. “Harga Rp25 juta per meter<br />
persegi itu tergolong murah<br />
mengingat harga apartemen di<br />
Pertamina<br />
Olah Minyak Irak di Singapura<br />
JAKARTA - PT Pertamina<br />
(Persero) mengolah minyak<br />
mentah Basrah, yang berasal<br />
dari Irak di kilang milik Shell<br />
International Eastern Trading<br />
Company (Sietco) di Singapura.<br />
Direktur Utama Pertamina<br />
Dwi Soetjipto mengatakan,<br />
minyak mentah jenis sour asal<br />
Irak tersebut tak cocok diolah<br />
di kilang sendiri. “Produk<br />
BBM yang dihasilkan selanjutnya<br />
dibawa ke Indonesia,<br />
sehingga akan mengurangi<br />
impor,” katanya.<br />
Pada Juni <strong>2016</strong>, Pertamina<br />
dan Sietco menyepakati kerja<br />
sama pengolahan minyak<br />
mentah Basrah dengan skema<br />
crude processing deal<br />
(CPD). Pada Rabu, dilakukan<br />
serah terima dokumen kontrak<br />
CPD antara Senior Vice<br />
President Integrated Supply<br />
Chain (ISC) Pertamina Daniel<br />
S Purba dan General Manager,<br />
Product East, Trading &<br />
Supply Sietco Leong Wei<br />
Hung.<br />
Penyerahan dokumen disaksikan<br />
pula Direktur Utama<br />
Pertamina Dwi Soetjipto dan<br />
Presiden Direktur PT Shell Indonesia<br />
Darwin Silalahi.<br />
Daniel Purba menambahkan,<br />
Sietco dipilih sebagai mitra<br />
setelah melalui proses seleksi<br />
cukup panjang dari Januari<br />
hingga Mei <strong>2016</strong>.<br />
Saat ini, Sietco sudah terdaftar<br />
sebagai salah satu<br />
daftar mitra usaha terseleksi<br />
(DMUT) ISC Pertamina. “Volume<br />
minyak mentah yang<br />
akan diolah sebesar satu juta<br />
barel per bulan,” katanya.<br />
Sedangkan, produk yang<br />
dihasilkan antara lain mogas,<br />
aviation fuel, diesel oil, marine<br />
fuel oil (MFO), dan elpiji yang<br />
disesuaikan dengan kebutuhan<br />
Pertamina. Minyak Basrah<br />
tersebut berasal dari bagian<br />
Pertamina di Blok West<br />
Qurna I, Irak yang dikelola<br />
ExxonMobil Iraq Limited.<br />
Pertamina memiliki hak<br />
partisipasi sebesar 10 persen<br />
di West Qurna setelah<br />
membelinya dari ExxonMobil<br />
pada November<br />
2013. Sementara, Exxon-<br />
Mobil selaku operator<br />
menguasai 25 persen. Pemegang<br />
hak partisipasi<br />
lainnya adalah South Oil<br />
Company 25 persen, 15<br />
persen dimiliki Shell West<br />
Qurna BV, dan PetroChina<br />
menguasai 25 persen.<br />
West Qurna I berlokasi di<br />
Irak bagian selatan dengan<br />
produksi sekitar 400<br />
ribu barel per hari dan<br />
cadangan minyak sekitar<br />
sembilan miliar barel. (ant)<br />
kawasan Cempaka Putih dan<br />
Kelapa Gading saat ini sekitar<br />
Rp30 sampai Rp32 juta per meter<br />
persegi,” jelas Ronald.<br />
Nantinya pembangunan tahap<br />
kedua lebih menyasar segmen<br />
atas karena unit apartemen<br />
yang diluncurkan jenis<br />
penhouse serta baru akan diluncurkan<br />
pada tahun 2020<br />
melihat perkembangan pasar.<br />
Gamaland sebagai pengembang<br />
dengan reputasi internasional<br />
dengan proyek properti<br />
diantaranya Nirvana di Riau,<br />
Citraland Medan (kerja sama<br />
Ciputra), Multivision Tower<br />
<strong>Jakarta</strong>, Gama Tower <strong>Jakarta</strong>,<br />
Bekasi Industrial Estate, dan<br />
masih banyak lainnya menjanjikan<br />
seluruh proyeknya selesai<br />
tepat waktu. “Target serah terima<br />
tiga tower pertama dilakukan<br />
pada kuartal 4 tahun 2019,<br />
sehingga pembeli tidak perlu<br />
menungu telalu lama sudah dapat<br />
dihuni,” ungkap Ronald.<br />
Ronald juga menyatakan<br />
keyakinannya Arandra Residence<br />
yang dibangun di atas<br />
lahan seluas 2,7 hektar akan diminati<br />
banyak pembeli karena<br />
fasilitas yang sulit dimiliki apartemen<br />
lain di pusat kota. Arandra<br />
yang dalam bahasa<br />
sansekerta berarti penghidupan<br />
tentram ditawarkan mulai<br />
dalam tiga tipe unit yakni one<br />
bedroom dengan luas 36 meter,<br />
dua kamar tidur seluas 72 meter<br />
persegi dan 3 tempat tidur dengan<br />
luas 84 meter persegi. (grd)<br />
Proyek Bangka<br />
Mulai Produksi Gas<br />
Pertama<br />
JAKARTA - Chevron Indonesia Company Ltd mengumumkan<br />
Proyek Pengembangan Lapangan Bangka di Kalimantan<br />
Timur, mulai memproduksi gas alam pertamanya.<br />
“Gas pertama Proyek Bangka ini merupakan pencapaian<br />
penting untuk terus mendukung pemerintah menghasilkan<br />
energi secara selamat, efisien, dan andal bagi Indonesia,”<br />
kata Managing Director Chevron IndoAsia Business<br />
Unit Chuck Taylor dalam rilis yang diterima di <strong>Jakarta</strong>,<br />
kemarin.<br />
Chevron IndoAsia Business Unit membawahi Chevron<br />
Indonesia Company Ltd. Bangka menjadi tahap pertama<br />
dari Proyek Indonesia Deepwater Development<br />
(IDD) Chevron di Kalimantan Timur. “Proyek ini juga<br />
menunjukkan komitmen Chevron untuk membawa kemampuan<br />
global dan teknologi terkini bagi Indonesia serta<br />
menerapkan praktik terbaik dan keahlian dari proyekproyek<br />
pengembangan laut dalam kami di seluruh dunia,”<br />
tambah Taylor.<br />
Proyek Bangka memiliki kapasitas terpasang gas sebesar<br />
110 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan 4.000 barel<br />
kondensat per hari. Chevron memegang 62 persen saham<br />
kepemilikan di Proyek Bangka dengan mitra lainnya yaitu<br />
Eni 20 persen dan Tip Top 18 persen. Persetujuan pemerintah<br />
untuk keputusan akhir investasi atau “final investment<br />
decision” (FID) diberikan pada 2014.<br />
Selanjutnya, Chevron memulai kegiatan pengeboran<br />
sumur laut dalam pada semester kedua 2014. Taylor juga<br />
mengatakan, selama lebih dari 90 tahun, Chevron telah memenuhi<br />
kebutuhan energi Indonesia, menggerakkan pertumbuhan<br />
ekonomi, dan mendukung pengembangan masyarakat<br />
di Kalimantan Timur dan wilayah operasi lainnya.<br />
Selain di Kalimantan Timur, Chevron beroperasi di<br />
Riau. Dari lapangan-lapangan minyak darat di Riau dan<br />
lepas pantai di Kalimantan Timur, Chevron memproduksi<br />
lebih dari 12 miliar barel minyak. Selain migas, Chevron<br />
juga mengoperasikan lapangan panas bumi di Jawa Barat<br />
yaitu Darajat dan Salak. (ant)<br />
Menulife Bayar Klaim<br />
Senilai Rp 5,6 Triliun<br />
FPKB Perjuangkan<br />
Impor Tembakau Sampai Nol %<br />
JAKARTA -Fraksi Partai<br />
Kebangkitan Bangsa (FPKB)<br />
DPR akan berjuang dan menggalang<br />
dukungan untuk menolak<br />
impor semua bahan baku<br />
rokok, dari tembakau, kertas,<br />
cengkeh, dan sebagainya sampai<br />
nol persen. Untuk itu, FPKB<br />
akan menolak berbagai investasi<br />
asing di industri rokok, karena<br />
hal itu hanya akan menyengsarakan<br />
petani tembakau dan<br />
cengkih Indonedia.<br />
“PKB fraksi yang pertama<br />
kali menginisiasi menolak semua<br />
jenis impor terkait rokok, termasuk<br />
investasi asing. Karena itu,<br />
kami meminta semua petani<br />
rokok dan cengkeh untuk bersama<br />
PKB mengegolkan hal ini<br />
dalam Rancangan Undang-Undang<br />
Pertembakauan,” tegas<br />
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI<br />
dari FPKB, Daniel Djohan dalam<br />
diskusi ‘Tembakau Impor’ di<br />
Gedung DPR RI <strong>Jakarta</strong>, Rabu<br />
(31/8) kemarin.<br />
Menurut Daniel, industri<br />
rokok adalah satu-satunya yang<br />
memiliki nilai tambah atau added<br />
value untuk Indonesia. Karena<br />
semua bahan baku rokok<br />
ada di negara ini. Tapi aneh petani<br />
Indonesia tetap miskin. “Itu<br />
karena industri rokok sudah<br />
dikuasai asing. Sehingga asinglah<br />
yang justru menikmati<br />
nilai tambah kekayaan alam Indonesia<br />
ini,” ujarnya.<br />
Produksi tembakau petani<br />
Indonesia saat ini sekitar 225,6<br />
ribu ton, dan masih kekurangan<br />
175 ribu ton tembakau dan<br />
itu diatasi dengan impor. “Selain<br />
itu, industri rokok menyerap<br />
30,5 juta tenaga kerja. Cukai<br />
rokok yang didapat tahun<br />
2015 sebesar Rp 139,5 triliun<br />
atau 15% dari total pajak 2015.<br />
Artinya, jika rokok dilarang,<br />
sama artinya kita menghajar<br />
APBN kita sebesaf 15 persen,”<br />
katanya.<br />
Sementara itu dalam UU<br />
Tembakau yang ada masih<br />
memperbolehkan impor tembakau<br />
(20%), cengkeh (35%),<br />
dan investasi asing sebesar<br />
30%. “Itulah yang akan FPKB<br />
nol-kan, agar petani dan pekerja<br />
sejahtera, dan Indonesia bisa<br />
mengatasi kemiskinan. Khususnya<br />
di NTT, NTB, dan Indonesia<br />
Timur lainnya,” tandasnya.<br />
Industri rokok tersebut melibatkan<br />
4,2 juta petani tembakau,<br />
1,6 petani cengkeh,<br />
jutaan pekerja, dan 100 jutaan<br />
perokok. Dari data yang dilansir<br />
Asosiasi Petani Tembakau<br />
Indonesia (APTI) menyebutkan,<br />
produksi rokok nasional<br />
pada 2015 tercatat sebanyak<br />
360 miliar batang. Untuk itu,<br />
dibutuhkan pasokan tembakau<br />
di kisaran 360 ribu ton (1 batang<br />
rokok = 1 gram tembakau).<br />
Menurut data APTI, kapasitas<br />
produksi tembakau petani<br />
Indonesia tahun 2015 mencapai<br />
225.583 ton. Artinya, memang<br />
masih ada kebutuhan sekitar<br />
175 ribu ton, yang kemudian<br />
ditutup pemerintah dengan<br />
mengimpor tembakau dari<br />
luar negeri, antara lain dari<br />
Amerika dan China.<br />
Sementara itu, Ketua Asosiasi<br />
Petani Tembakau Indonesia<br />
(APTI), Agus Parmuji mengatakan,<br />
petani Indonesia<br />
masih sangat mampu untuk<br />
memproduksi tembakau<br />
sendiri, baik dari sisi lahan<br />
maupun sumber daya manusia.<br />
“Karena itu kalangan<br />
petani sejak lama memprotes<br />
kebijakan pemerintah<br />
yang dianggap terlalu<br />
longgar terhadap impor<br />
tembakau. Yang dibutuhkan<br />
adalah kebijakan untuk<br />
melakukan intensifikasi<br />
tembakau,” katanya.<br />
Dikatakan, untuk mengatasi<br />
impor yang semakin<br />
marak, pemerintah harus<br />
menaikkan cukai rokok<br />
tiga kali lipat yakni sampai<br />
20 persen. Dengan demikian<br />
petani tembakau dan<br />
cengkih terlindungi. “Saya<br />
mengharapkan DPR untuk<br />
mendukung perjuangan<br />
kami dan menyampaikan ke<br />
pemerintah agar petani<br />
rokok bisa menikmati kesejahteraan<br />
di negeri ini,”<br />
katanya. (har)<br />
<strong>Bisnis</strong> <strong>Jakarta</strong>/son<br />
STRATEGI MANULIFE - Presiden Direktur & CEO Manulife Indonesia Indren S Naidoo berbincang dengan<br />
Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan sebelum<br />
Pemaparan Market Outlook Indonesia dan Strategi Manulife Indonesia di <strong>Jakarta</strong>, kemarin.<br />
JAKARTA -Menulife Indonesia<br />
telah membayar klaim,<br />
nilai tunai penyerahan polis,<br />
anuitas dan manfaat lain senilai<br />
Rp 5,6 triliun. “Saat ini perusahaan<br />
dipercaya 2,2 juta nasabah<br />
untuk mengelola lebih dari<br />
Rp 50,2 triliun dana mereka,”<br />
kata Presdir dan CEO Manulife<br />
Indonesia Indren S Naidoo di<br />
<strong>Jakarta</strong>, kemarin.<br />
Naidoo mengatakan, pertumbuhan<br />
bisnis konsolidasi<br />
Menulife tahun lalu cukup stabil,<br />
yang tercermin dari pendapatan<br />
bersih premi asuransi<br />
yang meningkat 3 persen<br />
dibanding tahun sebelumnya,<br />
yang didorong kenaikan<br />
pendapatan premi lanjutan (renewal)<br />
peoduk individu dan<br />
group saving. Ia mengatakan,<br />
total premi lanjutan melonjak<br />
sekitar 6 persen.<br />
Naidoo optimistis, kinerja<br />
tahun ini bisa melampaui capaian<br />
tahun lalu. Hal itu dilihat<br />
dari hasil kinerja positif selama<br />
semester pertama <strong>2016</strong> dan beberapa<br />
faktor pendukung lainnya.<br />
“Kami optimistis pertumbuhan<br />
hingga tahun ini bisa<br />
signifikan. Hasil semester pertama<br />
tahun ini, bisnis kami meningkat,<br />
baik di kanal agency,<br />
bancassurance, employee<br />
benefit, asset management,<br />
hingga syariah,” katanya.<br />
Ia mengatakan, Manulife<br />
secara konsolidasi baik asuransi<br />
jiwa (termasuk syariah),<br />
dana pensiun, dan manajemen<br />
aset, meraih kinerja positif. Total<br />
premi bisnis baru Manulife<br />
tercatat mencapai Rp 1,8 triliun<br />
atau tumbuh 28% dari periode<br />
yang sama 2015 yang<br />
sebesar Rp 1,4 triliun. Total<br />
premi bisnis baru itu sebagian<br />
besar ditopang penjualan<br />
produk investasi yang mencapai<br />
Rp 1 triliun, sisanya dari<br />
produk proteksi sebesar Rp<br />
764 miliar. ‘’Pada semester I<br />
tahun lalu, produk investasi<br />
Manulife sebesar Rp 785 miliar<br />
dan proteksi sebesar Rp 652<br />
miliar,’’ ungkapnya.<br />
Sementara itu, Chief Economist<br />
and Investment Strategist<br />
Manulife Asset Management<br />
Indonesia Katarina Setiawan<br />
mengatakan, makro ekonomi<br />
Indonesia saat ini makin kokoh.<br />
Hal itu terlihat dari nilai Rupiah<br />
yang stabil, pasar saham dan<br />
obligasi yang semakin menarik<br />
bagi investor karena menawarkan<br />
yield yang tinggi, keyakinan<br />
konsumen yang tertinggi<br />
di dunia mencapai 114,2%, belum<br />
lagi kepercayaan pasar terhadap<br />
tim ekonomi Indonesia<br />
yang semakin membaik.<br />
Dalam jangka panjang, kata<br />
Katarina, kondisi ekonomi<br />
akan membaik. Prospek IHSG<br />
masih sangat bagus, belum<br />
lagi masih ada ruang pelonggaran<br />
moneter oleh Bank Indonesia<br />
(BI). (son)