04.04.2017 Views

WARTA AREA Edisi April 2017

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

CREATIVE PAGE<br />

MANISNYA<br />

PERMEN<br />

YANG MASIH TERASA<br />

Pada Suatu sore, seorang bapak<br />

melihat seorang anak yang sedang<br />

menangis sendirian di kursi<br />

taman. Bapak itu menghampiri<br />

anak itu dan bertanya “Mengapa<br />

engkau menangis, Nak?” setelah berbincang<br />

beberapa menit dengan anak itu,<br />

ternyata anak itu menangis karena ia baru<br />

saja ditinggal mati oleh ayahnya beberapa<br />

hari yang lalu.<br />

Sang bapak pun menghibur anak tersebut<br />

dan memberinya sebuah permen. Dan<br />

anak itupun kembali ke rumahnya dan sang<br />

bapak sudah tidak bertemu dengan anak<br />

tersebut.<br />

Selang beberapa tahun kemudian, anak<br />

yang sudah beranjak dewasa tersebut mengetahui<br />

bahwa sang bapak yang pernah<br />

menghiburnya itu hanya tinggal berdua<br />

dengan istrinya tanpa memiliki anak. Sejak<br />

saat itu, sang anak selalu mengunjungi<br />

rumah tersebut untuk memastikan bapak<br />

dan ibu tersebut baik-baik saja.<br />

Hingga pada suatu ketika, Bapak itu harus<br />

terbaring lemah di rumah sakit. Anak muda<br />

tersebut tetap datang menengoknya setiap<br />

hari dan menghabiskan waktu berjam-jam<br />

bersama bapak yang sudah beranjak tua<br />

itu. Pemuda itu menyuapinya, membersihkan<br />

badannya, dan membimbingnya<br />

berjalan-jalan di taman, lalu membantunya<br />

kembali berbaring. Pemuda itu baru pergi<br />

setelah merasa bila bapak itu sudah bisa<br />

ditinggal.<br />

Suatu ketika perawat yang datang memberi<br />

obat dan memeriksa kondisi bapak itu<br />

berkata, “Bapak punya anak yang berbakti.<br />

Setiap hari ia datang untuk mengurus<br />

Bapak. Sungguh beruntung ya, Pak.”<br />

Lelaki tua itu memandang perawat itu<br />

sejenak, lalu memejamkan kedua matanya.<br />

Dengan nada sedih, Bapak itu berkata,<br />

“Saya berangan-angan, seandainya ia<br />

adalah salah seorang anak saya. Ia adalah<br />

anak yatim yang tinggal di lingkungan tempat<br />

tinggal kami. Dulu sekali, saya melihatnya<br />

menangis setelah kematian ayahnya.<br />

Saya pun menghiburnya, dan membelikan<br />

permen untuknya.”<br />

Saya pun pernah bertanya padanya, ‘Nak,<br />

mengapa engkau menyusahkan diri untuk<br />

mengurus kami?’ Sambil tersenyum anak<br />

itu menjawab, ‘Manisnya permen masih<br />

terasa di mulut saya, Pak.’”<br />

Dari cerita ini kita belajar bahwa orang yang<br />

baik hatinya pasti akan mendapatkan imbalan<br />

yang baik pula dari Sang Pencipta. Maka, jangan<br />

memikirkan untung atau rugi ketika mempunyai<br />

kesempatan untuk membantu orang<br />

yang perlu bantuan. Lakukan saja perbuatan<br />

baik secara spontan, dengan hati yang tulus<br />

dan ikhlas karena hukum Tuhan tidak pernah<br />

salah. Apa yang kita tanam pasti akan kembali<br />

kepada kita pula, bahkan berkelimpahan.<br />

[RS]<br />

44<br />

Warta Area<br />

<strong>Edisi</strong> <strong>April</strong> <strong>2017</strong>.indd 44 3/31/<strong>2017</strong> 18:47:29

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!