Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
2 Liputan Utama<br />
EDISI <strong>277</strong> | 11 | 13 Nov - 19 Nov 2017<br />
“Alhamdulilah, Makassar<br />
Tambah Baik”<br />
Suatu malam, di sebuah rumah Jl.Amirullah Makassar.<br />
Saat kami dipersilahkan masuk, sang Walikota<br />
Mohammad Ramdhan Pomanto, sedang asyik mengetik<br />
di smartphone miliknya. “Maaf ya, saya jawab<br />
dulu pesan dari warga kami,” ujarnya menyambut<br />
ramah media Bisnis Sulawesi untuk wawancara HUT<br />
ke-410 kota Makassar, 9 November 2017.<br />
Tak lama kemudian, ia<br />
membuka pembicaraan.<br />
”Kalo mau ko tau,<br />
urusan para warga tadi macammacam<br />
mi, mulai dari perkara air<br />
PDAM yang ngadat, listrik padam,<br />
anaknya sakit, sampai urusan<br />
mau cerai,” tuturnya tersenyum.<br />
Hingga jelang tengah malam pun<br />
ia masih mengurusi warganya.<br />
Danny, begitu ia akrab<br />
disapa, jadi Walikota Makassar<br />
sejak dilantik 8 Mei 2014. “Apa<br />
yang sudah Anda lakukan?”<br />
tanya kami. “Ah...biarlah warga<br />
Makassar yang menilai,” ujar<br />
Danny merendah.<br />
Baginya, seorang pemimpin<br />
tidak boleh hanya menangani<br />
hal-hal “besar” atau berurusan<br />
dengan orang-orang penting<br />
(elit). Hal remeh-temeh pada saat<br />
tertentu penting juga disimak.<br />
Sering terjadi persoalan besar dan<br />
berat justru bisa diselesaikan dari<br />
masukan hal-hal kecil. “Itulah<br />
sejatinya pelayan masyarakat,”<br />
tegasnya.<br />
Dalam pikiran Danny, di<br />
tahun pertama kepemimpinanya,<br />
ia lebih banyak membangun<br />
‘pondasi’ untuk mewujudkan<br />
mimpi besar mengantarkan<br />
Makassar sebagai kota dunia.<br />
Ia membenahi sistem akses<br />
bagi warga agar bisa menikmati<br />
pelayanan dasar seperti<br />
kesehatan, pendidikan dan<br />
kebersihan lingkungan. Bagi<br />
warga yang sakit, kini tak lagi<br />
repot karena akan didatangi<br />
mobil ‘dokter pribadi’ yang sudah<br />
dihubungi secara telemedicine.<br />
Pada tahap awal sekitar 48 unit<br />
mobil home care, yang akan<br />
ditambah hingga ratusan mobil<br />
yang diberi label ‘dottoro’ta’<br />
(dokter kita red).<br />
Begitu juga para orang<br />
tua siswa, tidak lagi dibebani<br />
kewajiban macam-macam<br />
pungutan di sekolah. Yang ada,<br />
hanya sifatnya sumbangan<br />
sukarela saja. Soal kebersihan,<br />
Danny sudah menyatakan perang<br />
terhadap sampah melalui gerakan<br />
massif ‘Makassar Tidak Rantasa’<br />
(Makassar tidak kotor) dan ‘Lisa’<br />
(Lihat sampah ambil).<br />
Di bibir jalan pun telah<br />
terpasang plastik besar untuk<br />
buang sampah dan mobil dengan<br />
kontainer tertutup yang setiap<br />
malam menjemput sampah warga<br />
tersebut. Hasilnya, di tahun 2015<br />
banjir pun sudah berkurang,<br />
termasuk akibat sejumlah kanal<br />
sudah dikeruk sebelumnya.<br />
“Alhamdulilah...Makassar sudah<br />
tambah baik,” bebernya.<br />
***<br />
Setiap tahun rumah di<br />
Pemandangan Pantai Losari Makassar kala senja, saat event tahunan F8 2017.<br />
bilangan Jl.RSI Faisal Makassar<br />
jadi korban kebanjiran setiap<br />
musim penghujan tiba. Aktifitas<br />
warga pun terganggu, dan<br />
merugikan perekonomian warga<br />
setempat. Apalagi banjirnya<br />
terjadi berhari-hari. “Tapi<br />
Alhamdulilah sejak dua tahun<br />
lalu tidak lagi banjir seperti dulu<br />
lagi. Memang ada genangan air di<br />
jalanan tapi hanya setengah jam<br />
saja sudah surut,” cerita Azikin<br />
Solthan, warga kompleks Jl.Faisal<br />
yang kini anggota DPR-RI saat<br />
kami mintai penilaian Danny-Ical<br />
memimpin kota Makassar. Ia<br />
mengisahkan hal itu saat pulang<br />
reses di dapil Makassar.<br />
Saat kami mengangkat kisah<br />
warga tersebut, Danny spontan<br />
menjawab, “Nah...itulah, biar<br />
saja warga yang menilai apa yang<br />
mereka rasakan sendiri.Tak elok<br />
kalo saya yang menilai sendiri<br />
apa yang sudah pemerintah<br />
kota lakukan dalam satu tahun<br />
terakhir ini.”<br />
Soal transportasi, masih<br />
terlihat adanya kemacetan? “Oh...<br />
memang belum saat ini. Tunggu<br />
mulai tahun 2017 secara bertahap<br />
akan banyak perubahan dalam<br />
urusan transportasi termasuk<br />
sebaran akses di beberapa titik<br />
luar kota,” ungkap Danny.<br />
Bagi sang Walikota, ia<br />
mengaku di tahun pertama masa<br />
tugasnya lebih mendahulukan<br />
pembenahan dan melakukan<br />
berbagai terobosan yang langsung<br />
dirasakan oleh warga, bukan<br />
yang dilihat oleh mata. Dalam<br />
pikirannya, kalau warga sudah<br />
bisa merasakan kebutuhan dasar<br />
mereka telah terlayani dengan<br />
baik, maka relatif akan lebih<br />
mudah menggerakkan mereka<br />
untuk berpartisipasi bersama<br />
pemerintah kota membenahi<br />
program lainnya.<br />
Mohamad Rusman<br />
Foto : Masyudi Firmansyah<br />
Lain Walikota, Lain Gaya<br />
Sejak pemerintahan RI tahun<br />
1951 sampai sekarang (era<br />
Ramdhan Pomanto), maka<br />
Makassar telah dipimpin 13<br />
Walikota. Mulai dari Walikota<br />
Sampara Dg.Lili (1951-1952).<br />
Namun bila ingin menelusuri<br />
jejak pemerintahan Kota<br />
Makassar, maka dimulai<br />
di era Walikota Makassar,<br />
H.M.Daeng Patompo (1965-<br />
1978). Pasalnya, warga Makassar<br />
melihat sosok Patompo identik<br />
dengan awal kemajuan kota<br />
Makassar. Ia begitu melegenda<br />
dan fenomenal,dengan sukses<br />
merintis ide “Makassar<br />
Metropolitan”.<br />
Selain walikota terlama, ia<br />
juga dikenal sebagai walikota<br />
yang telah melakukan perubahan<br />
di Makassar secara spektakuler.<br />
Misalnya, perluasan kota<br />
yang mengambil sebagian<br />
wilayah kabupaten Gowa dan<br />
Maros, memberi tambahan<br />
tiga kecamatan, Tamalate,<br />
Panakkukang dan Biringkanaya,<br />
meskipun dengan konsekwensi<br />
harus mengubah nama Makassar<br />
menjadi kota Ujung Pandang.<br />
Selain itu, Patompo membangun<br />
kawasan Jl.A.P.Pettarani,<br />
Tanggul Patompo, pembuatan<br />
jalan-jalan dalam kota,<br />
dan sejumlah gedung SD<br />
Pembangunan.<br />
Gaya kepemimpinan Patompo,<br />
memang dinilai unik, humoris,<br />
dan ada yang menggelarnya<br />
‘walikota gila’. Namun dari<br />
gayanya itu, justeru Patompo<br />
telah mengubah Makassar secara<br />
luar biasa.<br />
Sesudah Patompo, maka gaya<br />
Walikota Abustam (1976-1982)<br />
lebih menonjolkan pembangunan<br />
taman di hampir semua sudut<br />
kota. Sepanjang tepi jalan dalam<br />
kota rimbun dengan pepohonan.<br />
Karena itulah, Abustam digelar<br />
‘Wagiman’ (Walikota gila taman).<br />
Walikota Jancy Raib (1982-<br />
1988), adalah walikota ke-8<br />
menggantikan Abustam. Gaya<br />
Jancy dikenal pendiam dengan<br />
penampilan necis. Tidak banyak<br />
bicara, namun dibalik diamnya,<br />
ia sibuk membayar utang Pemda<br />
yang masih tersisa sejak dari<br />
Patompo hingga Abustam. Jancy<br />
pun mampu melunasinya.<br />
Kemudian Soewahyo tampil<br />
jadi walikota setelah Jancy<br />
Raib. Dia memerintah tahun<br />
1988-1993, dan membawa<br />
PSM Makassar juara kompetisi<br />
perserikatan dan menboyong<br />
Piala Presiden. Soewahyo cukup<br />
memberi perhatian terhadap<br />
olah raga di Makassar. Dan<br />
untuk kepentingan olah raga,<br />
Soewahyo melakukan perbaikan<br />
lapangan Karebosi, dan sejumlah<br />
infrastruktur di kota ini.<br />
Setelah Soewahyo, Makassar<br />
tak lagi dipimpin dari kalangan<br />
militer. H.A.Malik B.Masry<br />
tampil jadi walikota Makassar<br />
(1994-1999). Gaya Malik pun<br />
dikenal impresif. Retorikanya<br />
pun bersemangat. Ia berambisi<br />
‘menyulap’ Makassar seperti<br />
kota Abu Dhabi, yang terang di<br />
malam hari. Bagi Malik, kalau<br />
Makassar hidup 24 jam, maka<br />
ekonomi pun tumbuh lebih cepat.<br />
Sampah diperangi dengan sistem<br />
kontainer.<br />
Selanjutnya, era HB<br />
Amiruddin Maula pun tampil<br />
jadi walikota tahun 1999-2004.<br />
Gaya Maula yang dikenal<br />
tenang dengan performance<br />
bak seorang dosen mencatat<br />
prestasi mengembalikan nama<br />
Makassar dan menetapkan hari<br />
jadinya kota Makassar pada<br />
tanggal 9 November 1607. Selain<br />
itu, perbaikan infrastruktur<br />
kota juga jadi perhatian penuh<br />
Maula, dan berhasil membuat<br />
jembatan penghubung Tg.Bunga-<br />
Barombong.<br />
Walikota Ilham Arief<br />
Sirajuddin memerintah dua<br />
periode (2004-2014). Dikenal<br />
sosok Walikota yang enerjik<br />
dan “gila’ kerja. Di era Ilham,<br />
lapangan Karebosi dan pantai<br />
Losari sukses direvitalisasi. Tanpa<br />
sepeser pun pake dana APBD. Itu<br />
pun harus melewati hadangan<br />
unjuk rasa dan gugatan.<br />
“Membangun Makassar memang<br />
harus ‘setengah syaraf’,baru bisa<br />
maju,” tuturnya tersenyum.<br />
Mohamad Rusman