24.11.2017 Views

Bab VI. Bidang Cairan Tubuh, Elektrolit & Gas Darah

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

BAB <strong>VI</strong><br />

BIDAI\IG CAIRAN TUBUH,<br />

ELEI(TROIIT & GAS DARAH<br />

URINE<br />

Jumlah urine orang dewasa di daerah tropis: 1.000 mL + 250 mL per 24 jam.<br />

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah urine:<br />

suhu tubuh, iklim, jenis dan jumlah makanan dan minuman, pekerjaan<br />

jasmani, transpirasi, umur, dan permukaan tubuh.<br />

Poliuria : urine 24 jamberjumlah lebih dari 2liter.<br />

Oliguria : urine 24 jamberjumlah kurang dari 400 mL.<br />

Anuria : urine per 24jam tidak ada ata.u kurang dari 100 mL<br />

Oliguria dan anuriaperlu dibedakan dari retentio urinae (retensi urine).<br />

Nikturia:<br />

Pengertian di klinik: berkemih malam hari (waktu tidur) lebih dari satu<br />

kali.<br />

Pengertian di laboratorium: urine malam hari lebih besar dari 500 mL<br />

dengan berat jenis kurang dari 1<br />

"01<br />

8.<br />

Urine siang hari: urine dari pukul08 pagi dan20 malam.<br />

Urine malam hari: urine dari pukul20 malam dan 08 pagi.<br />

Rasio urine siang hari: urine malam hari adalah 3 s<strong>amp</strong>ai dengan 4 banding 1.<br />

Rasio tersebut sering menurun pada insufisiensi ginjal dan biasanya disertai<br />

nikturia.<br />

Diuresis minimal orang dewasa normal: 30 mLlj<strong>amp</strong>ada siang hari walaupun<br />

dalam keadaan puasa.<br />

Diuresis maksimal orang dewasa normal: 1.200 mLljam.<br />

Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan<br />

-<br />

Urine ad random: sewaktu-waktu, dapat digunakan untuk pemeriksaan urine<br />

rutin.<br />

- (Jrine pagi, yaitu urine pertama setelah bangun tidur, pada keadaan normal<br />

lebih pekat daripada urine yang dikemihkan pada saat lain. Baik untuk<br />

mencari kelainan sedimen urine, proteinuria, dan tes kehamilan.<br />

345


PEMERIKSAAN LAB ORATORIUM KLINIK<br />

- Urine 24 jam antara lain pada penentuan bersihan kreatinin.<br />

- Urine aliran tengah (midstream) digunakan untuk biakan urine.<br />

Urine postprandial adalahbaik untuk mencari glukosuria.<br />

-<br />

* urine tiga gelas dapat digunakan untuk mempelajari lokalisasi perdarahan.<br />

Pengawet urine<br />

Pengawet umltm: Toluene: + 3 mL untuk + 1 liter urine<br />

Thymol: 2butir untuk + 1 liter urine<br />

Pengawet khusus<br />

(untuk urine 24 jum)<br />

HClpekat 10 mL<br />

Asam asetat glasial<br />

10 mL fuH 4,5)<br />

25 mL OH 2,0)<br />

Na2CO3 10 g<br />

(botol berwama)<br />

Formaldehida 40o/o 10 mL<br />

Asam sulfat pekat<br />

secukupnya agar pH 4,5<br />

Penentuan terhadap<br />

$_teroid, Y.M A, Katekolamin, Adrenalin,<br />

Noradrenalin<br />

Aldosteron<br />

Serotonin<br />

Porifiria<br />

Urobilinogen<br />

Addis Count<br />

Kalsium<br />

Urea nitrogen<br />

SAMPLING URINE<br />

Dengan perkembangan teknologi, yaitu pemeriksaan urine dengan cara Dipstick<br />

(carik celup) dar. adajenis yang dapat dibaca oleh alat khusus secara otomatis,<br />

maka pemeriksaan urine rutin menjadi sederhana, murah, dan cepat.<br />

S<strong>amp</strong>ling urine untuk mendapatkan urine pekat diperoleh sebagai berikut:<br />

S<strong>amp</strong>el dikemihkan 6 jam setelah miksi (kencing) terakhir dan setelah 8 jam<br />

puasa. Biasanya porsi ini diperoleh dari urine pertama setelah bangun tidur.<br />

cleun catch urine (pengambilan bersih) dan midstream (aliran tengah) urine<br />

adalah baik untuk kultur.<br />

Clean catch'.<br />

346


BIDANG CA/RAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

Pada wanita, labia mayora dibuka dengan dilebarkan ke s<strong>amp</strong>ing dan bila perlu<br />

dibersihkan dengan kapas basah (air hangat). Jangan lakukan s<strong>amp</strong>ling urine<br />

pada wanita yang sedang menstruasi.<br />

Pada pria yang tidak disunat, kulit penis dibuka ke belakang sebelum porsi urine<br />

dikemihlan<br />

Midstream: Dit<strong>amp</strong>ung urine bagian tengah.<br />

URINALISIS<br />

Pemeriksaan makroskopik<br />

Kejemihan, warna, bau<br />

Pemeriksaan sebenarnya (contoh pemeriksaan inti)<br />

Manual<br />

Protein<br />

Reduksi<br />

Sedimen<br />

Carik celun<br />

p H, berat jenis<br />

Nitrit, leukosit esterase<br />

Protein, Glukosa, Benda keton, Urobilinogen<br />

Bilirubin, <strong>Darah</strong><br />

Sedimen<br />

Berat jenis dapat ditambahkan apabila diperlukan.<br />

Warna<br />

Pada keadaan normal wama urine berkisar antara jernih tidak berwamakuning<br />

muda-kuning, disebabkan oleh urokrum dan urobilin.<br />

Derasnya diuresis mempunyai hubungan dengan kepekatan urine/warna.<br />

Beberapa keadaan yang memberi perubahan warna urine.<br />

Warna<br />

Penyebab<br />

- Kuning-cokelat Bilirubinuria, mudah berbuih (buih berwama<br />

- Merah<br />

kuning)<br />

Hematuria, porifiria, zat pewarna makanan<br />

atau gula-gula<br />

347


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

- Cokelat-hitam Hemoglobinuria, mioglobinuria, alkaptonuria<br />

Melaninuria pada sarkoma melanotik<br />

- Hrjau infeksi saluran kemih oleh B. pyocyaneus,<br />

makan obat pil de Wit<br />

- Putih keruh seperti susu Kiluria atau lemak dalam urine, pyuria berat<br />

Kejernihan<br />

Pada keadaan normal urine yang baru dikemihkan bersifat jernih, kecuali ada<br />

kekeruhan (berkabut) pada urine lindi yang disebabkan oleh fosfat (menghilang<br />

setelah dibubuhi zat asam).<br />

Endapan bisa berupa<br />

-<br />

-<br />

-<br />

Nubekula yaitu lendir, sel epitel, dan lain-lain.<br />

Fosfat amorf (menghilang setelah dibubuhi zatasam).<br />

Urat amorf (menghilang setelah dipanaskan).<br />

Kekeruhan (patologis) pada urine yang baru dikemihkan<br />

- Kiluria atau lemak dalam urine.<br />

Infeksi saluran kemih.<br />

-<br />

-<br />

-<br />

Unsur-unsur darah, leukosit atau eritrosit.<br />

Pada glomerulonefritis akut, urine berwarna merah keruh seperti air daging<br />

karena adanya eritrosit.<br />

Bau<br />

Penyebab perubahan bau urine<br />

- Makanan: durian, pete, jengkol.<br />

* Zatkimia: terpentin, mentol.<br />

-<br />

-<br />

-<br />

Kuman yang mengurai ureum dalam urine: bau amonia.<br />

Karsinoma saluran kemih: perombakan protein memberi bau busuk.<br />

Fistel vesico-rectal: bau.fekal.<br />

- Ketonuria: bau aseton.<br />

pH<br />

Nilai normal orang dewasa: 4,6-8,0<br />

Urine24 junbiasanya asam (pH : t 6)<br />

348


BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

Urine Asam<br />

Berpuasa<br />

Makan banyak protein<br />

Urine Lindi<br />

Vegetarian<br />

Alkalosis (respirasi dan metabolik)<br />

Asidosis (metabolik dan respirasi) Kuman yang membentuk amonia<br />

Obat yang digunakan untuk Obat yang digunakan untuk pencegahan<br />

pencegahan batu ginjal kalsium batu ginjal asam urat dan oksalat<br />

karbonat & kalsium fosfat<br />

Berat jenis<br />

Berat jenis (B J) urine orang dewasa sehat berkisar antara 1,001-1,035<br />

Pada keadaan patologik bisa berkisar antara 1,000-1,060<br />

Koreksi B J<br />

Bila ada glukosuria: kurangi 0,003 per g. glukosa/dl.<br />

Bila ada proteinuria: kurangi 0,001 per g. protein/dl.<br />

Tafsiran hasil<br />

- Diuresis mempengaruhi BJ; lebih deras diuresis, lebih rendah BJ dan sebaliknya.<br />

- Urine sewaktu dengan BJ 1,025 atau lebih memberi kesan adanya faal ginjal<br />

yang baik (bila tes protein negatif, reduksi negatif, dan sedimen urine normal).<br />

- Urine dengan BJ menetap sekitar 1,010 (: isostenuria): waspada terhadap<br />

adanya penyakit ginjal kronis (azotemia).<br />

Cara pemeriksaan<br />

- Urometer (cara lama). Memerlukan banyak urine. Banyak kesalahan.<br />

Refraktometer (sering digunakan). Menggunak an hany a setetes urine.<br />

-<br />

-<br />

Penentuan mudah, tepat, dan cepat.<br />

Carik celup. Mudah dan cepat, tetapi dipengaruhi oleh pH urine.<br />

PROTEIN<br />

Patogenesis proteinuria secara garis besar<br />

-<br />

-<br />

Passase protein berlebihan ke dalam filtrat glomerulus.<br />

Gangguan reabsorpsi protein oleh tubuli ginjal.<br />

349


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Tes carik celup terhadap protein<br />

As as berdasarkan reaksi antar a albumin dan t e t r a b ro m o s u lfo p hth al ein .<br />

Frotein lain seperti globulin, protein Bence Jones, pepton, mukoprotein kurang<br />

dapal dideteksi dengan tes ini.<br />

Batas kerentanan<br />

30 mg/dl albumin (1+).<br />

Sebenarnya 6 mgldL sudah memberikan sedikit perubahan warna.<br />

Gangguan tes<br />

-<br />

-<br />

Infus dengan po lyvinylpyrrolidone .<br />

Desinfektan dalam botoi pen<strong>amp</strong>ung urine: senyawa amonium kuaftener atau<br />

chlorhexidine.<br />

- Abatphenazopyridine memberikan waffra merah sedangkan albumin memberikan<br />

warna hijau.<br />

Tes terhadap glukosa<br />

Tes carik celup<br />

- Cara carik celup: Pemeriksaan glukosa dalam urine secara kualit4tif berdasarkan<br />

enzim glukosa oksidase.<br />

Catatsn<br />

Tes ini spesihk untuk glukosa. Kerentanan cara<br />

glukosa dalam urine yang masih memberikan hasil<br />

carik celup: kadar terendah<br />

positif adalah 0,1 gldL.<br />

Meilituria<br />

Glukosuria<br />

Galaktosuria<br />

Laktosuria<br />

Fruktosuria (arang)<br />

Pentosuria fiarang)<br />

Maltosuria fiarang)<br />

Benedict/Fehling<br />

+<br />

+<br />

+<br />

+<br />

+<br />

+<br />

Carik celup<br />

+<br />

350


BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

Gangguan tes glukosa cara carik celup<br />

Vitamin C baik tablet maupun dari sari buah-buahan dalam jumlah yang<br />

banyak dapat memberikan hasil negatif palsu atau hasil sangat rendah.<br />

Gangguan seperti ini juga didapat setelah pemberian antibiotika.<br />

Positif patsrz mungkin diperoleh oleh zat yang mengandung peroksida atau<br />

detergen (dengan daya oksidasi kuat) dalam botol pen<strong>amp</strong>ung urine.<br />

UNSUR.UNSUR SEDIMEN URINE<br />

1. Organik<br />

1.1 Leukosit<br />

1.2 Eritrosit<br />

1.3 Toraklsilinder:<br />

1.3.1 Hialin, terdiri dari protein saja<br />

1.3.2 Bergranula, terdiri dari protein dan sel epitel<br />

1.3.3 Lilin (waxy) biasanya pada amiloidosis<br />

1.3.4 Lemak, mengandung butir-butir lemak<br />

1.3.5 Berisi sel darah:<br />

1.3.5.1 Eritrosit<br />

1.3.5.2 Leukosit<br />

1.4 Sel epitel<br />

1.5 Silindroid, (mempunyai ekor), Causa iritasi ginjal<br />

1.6 Oval fat bodies: sel epitel berisi butir lemak, sering ditemui pada<br />

sindrom nefrotik<br />

1.7 Potongan jaringan<br />

1.8 Benang lendir : mukoprotein<br />

1.9 Parasit (jarang) antaralain Trichomonas vaginalis<br />

1.10 Kurnan (tidak berarti bila tempat pen<strong>amp</strong>ung tidak steril)<br />

2. Nonorganik, adanya unsur-unsur nonorganik, baik amorf maupun<br />

kristal tidak banyak manfaatnya untuk klinik<br />

2.I Amorf:<br />

2.1.I Urat (urine asam)<br />

2.1.2 Fosfat (urine lindi)<br />

2.2 Kristal:<br />

351


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

2.2.1 Keadaan normal:<br />

2.2.1.1 Urat<br />

2.2.1.2 Kalsium oksalat<br />

2.2.1.3 Hipurat<br />

2.2,1.4 Amonium magnesium fosfat<br />

2.2.1.5 Kalsium karbonat<br />

2.2.2 Keadaan tak normal misalnya sistinuria<br />

2,2.3 Kristal obat: misalnya sulfa<br />

LPB : lapangan pandang besar<br />

LPK: lapangan pandang kecil<br />

ASAL-USUL KRISTAL DALAM SEDIMEN URINE<br />

Kristalisasi dari garam-garam yang pada keadaan fisiologis diekskresi oleh<br />

-<br />

-<br />

-<br />

urine. Misalnya fosfat, oksalat, urat.<br />

Pada umumnya tidak memberi arti untuk klinik.<br />

Gangguan metabolisme.<br />

Misalnya sistinuria yang didapat pada inborn error of metabolism.<br />

Sistine tak dapat melarut pada urine asam dan dapat membentuk batu ginjal.<br />

Obat: misalnya sulfa.<br />

- Makanan: misalnya jengkol.<br />

HUBUNGAN ANTARA pH URINE DAN KOMPOSISI BATU GINJAL<br />

pH rxine<br />


BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

BILIRUBIN DAN UROBILINOGEN<br />

Hemato-bilirubin atau bilirubin tak langsung setelah dikonjugasi oleh hati menjadi<br />

hepato-bilirubin atau bilirubin langsung (direk) yang dapat larut dalam air.<br />

Setelah mel<strong>amp</strong>aui ambang ginjal bilirubin direk bisa dijumpai dalam jumlah<br />

banyak : bilirubinuria yang memberikan wama kuning s<strong>amp</strong>ai cokelat pada<br />

urine tergantung dari kadarnya.<br />

Penyebab bilirubinuria<br />

- Kerusakan jaringan hati yang berat misalnya hepatitis akut<br />

- Kolestasis terutama yang ekstrahepatik<br />

Cara pemeriksaan bilirubin dalam urine diklohotofenil<br />

"Bed side" (di s<strong>amp</strong>ing tempat tidur): tes busa, busa urine berwarna kuning<br />

-<br />

-<br />

(bilirubin)<br />

setelah urine dikocok.<br />

Cara ini kurang rentan, sering memberikan hasil negatif palsu pada bilirubinuria<br />

yang minimal. Tes ini umunnya spesifik dan urobilinogenuria yang<br />

berat tidak akan memberikan hasil positif palsu.<br />

Tes Fouchet adalah tes yang lazim dipakai. Sangat sensitif.<br />

Cara carik celup.<br />

Tes carik celup terhadap bilirubinuria<br />

-4sas: reaksi antara bilirubin dengan (2,64icholorophenyl diazonium fluoborate).<br />

Garam diazonium dalam lingkungan asam memberikan wama merah-violet<br />

yang menjadi lebih tua bila kadar bilirubin meningkat.<br />

Kadar kerentanan: 0,5 mgidl bilirubin.<br />

Gangguan tes carik celup<br />

Kerentanan tes strip menurun bila pasien mendapat vitamin C dalam jumlah<br />

besar dan pada infeksi saluran kemih karena adanya nitrit.<br />

Negatif palsupadatrine yang telah lama disimpanata.u oksidasi bilirubin karena<br />

sinar matahari yang berlangsung lama.<br />

Positif palsu : obat-obat misalny a p h e n az o py ri din e .<br />

353


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Kadar urobilinogen dalam urine meningkat<br />

-<br />

-<br />

Kerusakan hati misalnya hepatitis akut<br />

Peningkatan perombakan hemoglobin dalam tubuh<br />

Kuman di dalam usus memegang peranan penting dalam pembentukan<br />

urobilinogen (:sterkobilinogen) yarlg setelah oksidasi menjadi urobilin<br />

(:stercobilin) dan memberikan wama khas kuning cokelat pada feses.<br />

Sebagian dari urobilinogen diabsorpsi kembali melalui kolon ke dalam darah, ke<br />

hati dan kemudian diekskresi kembali ke empedu (sirkulasi enterohepatik).<br />

Urobilinogen (dapat melarut dalam air) dikeluarkan melalui ginjal ke dalam<br />

urine.<br />

Pada urine yang telah larna didiamkan,v,robilinogen akan dioksidasi menjadi<br />

urobilin.<br />

Kadar urobilinogen dalam urine dan feses menurun<br />

-<br />

-<br />

Obstruksi total dari saluran empedu:<br />

Feses tidak berwarna kuning-+okelat tetapi menyerupai dempul ("acholic").<br />

Kerusakan hati berat.<br />

* Tidak adanya flora intestinal misalnya neonatus (fisiologis) dan setelah<br />

pengobatan antibiotika yang intensif.<br />

Cara penentuan urobilinogen dalam urine<br />

* Cara Watson-Schwartz<br />

-<br />

Cara carik celup<br />

BENDA KETON<br />

- CaraWallace_Diamond<br />

Metabolisme lemak sebagai suplai energi akan meningkatapabila jaringan tubuh<br />

kekurangan persediaan glukosa. Karena metabolisme lemak kurang efisien,<br />

terjadi penumpukan dari s<strong>amp</strong>ah metabolisme:<br />

asam beta-hidroksi butirat (t 80%)<br />

asam asetoasetat (+ 20%) dan aseton (hanya minimal)<br />

Cara penentuan<br />

-<br />

Tes nitroprusside (Rothera)<br />

Tes nitroprusside hanya mendeteksi asam asetoasetat dan aseton.<br />

Tidak menjadi masalah karena masing-masing jenis benda keton adalah<br />

proporsional.<br />

354


BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

- CaraGerhardt<br />

Asas tes ini adalah reaksi antaraferrichloride dengan asam asetoasetat.<br />

-<br />

Lebih peka daripada tes Rothera.<br />

Cara carik celup, menggunakan nitroprusside.<br />

Tafsiran<br />

Ketonuria didapat pada<br />

-<br />

- Kelaparan/puasa<br />

- Hiperemesis gravidarum<br />

Diabetes mellitus yang tak terkendali (ketoasidosis).<br />

Tes carik celup terhadap benda keton<br />

Asas berdasarkan tes Legal: asam asetoasetat dan aseton bereaksi dengan<br />

Natrium nitroprusid dan glisin.<br />

Batas kerentanan<br />

5 mgldL asam asetoasetat; 40-70 mg/dl aseton.<br />

Gangguan:<br />

Phenylketonuria memberikan warna merah-jingga, berbeda dengan warta<br />

lembayung oleh asam asetoasetat dan aseton.<br />

TES NITRIT<br />

Pielonefritis adalah penyakit yang tidak jarang dan pada golongan tertentu<br />

frekuensinya lebih sering: diabetes mellitus, orang tua, wanita hamil tua.<br />

Pemeriksaan penyaring terbaik adalah pemeriksaan mikroskopis dari sedimen:<br />

mencari adanya kuman dan peningkatan jumlah leukosit.<br />

Penentuan tes nitrit dapat digunakan untuk memberi petunJuk terhadap adanya<br />

kuman tertentu: E. coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, Citrobacter, dan<br />

Salmonella, berdasarkan daya mereduksi nitrat dalam urine menjadi nitrit.<br />

Enterococcu,s \<br />

i::#:;::::' l<br />

membentuk nitrit hanva parsiar<br />

355


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Beberapa persyaratan untuk tes nitrit<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

Urine harus mengandung cukup banyak nitrat.<br />

Lebih sering memberi hasil positif bila urine ditahan dalam kandung kemih<br />

selama lebih dari 4-6 jam. Oleh karena itu, sebaiknya digunakan s<strong>amp</strong>el urine<br />

pagi setelah bangun tidur.<br />

Apabila pasien berpuasa, tes nitrit dapat memberikan hasil negatif palsu.<br />

Urine harus diperiksa tidak lama setelah dikemihkan.<br />

Bila didiamkan dapat memberikan hasilpositif palsu.<br />

Obat-obat dapat mengganggu hasil tes nitrit di antaranya:<br />

Antibiotika.<br />

Wtamin C dosis tinggi (negatif palsu).<br />

HEMATURIA TANPA PROTEINURIA ATAU SILINDER ERITROSIT<br />

HEMATURIA KLINIK LABORATORIUM<br />

RE NAL<br />

Neoplasma<br />

-<br />

Karsinoma sel Massa ginjal, sakit pinggang/<br />

ginjal perut, demam, penurunan<br />

berat badan, anemia<br />

- Karsinoma pelvis<br />

- Tumor lain dari Riwayat penyalahgunaan<br />

parenkim ginjal obat analgesik, massa ginjal<br />

Nekrosis papil<br />

- Diabetes mellitus Demam, bakteriemia, sakit<br />

pinggang/perut<br />

- Penyalahgunaan Wanita paruh baya, Tes ferrichloride positif<br />

obat analgesik rasa sakit menahun,<br />

-<br />

-<br />

Anamnesis obat analgesik<br />

Anemia sel sabit Sakit pingganglperut, Hb S pada<br />

riwayat keluarga<br />

elektroforesis<br />

Obstruksi saluran Sering karena prostat<br />

kencing akut<br />

Penyakit kista<br />

- Ginjal polikistik Massa ginjal<br />

-<br />

Riwayat keluarga, hipertensi,<br />

Kista medular Jarunghematuria, salt-losing<br />

nephritis, uremia<br />

356


BIDANG CA/RAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

- Kista soliter Biasanya tidak ada hematuria<br />

- Medullary sponge kid- Anamnesis pernah ada batu,<br />

ney<br />

asidosis tubulus renal,<br />

nefrokalsinosis<br />

Vaskuler<br />

- Embolus ginjal Emboli lokalisasi lain, sakit perut,<br />

hemiparesis, dingin denyut nadi<br />

Batu<br />

Trauma<br />

(-), sakit pada ekstremitas<br />

Anamnesis batu ginjal<br />

Riwayat trauma, bekuan darah<br />

dalam urine<br />

Nefritis interstisial akut Riwayat pemakaian obat penisilin, Eosinohlia, eosinofil<br />

allopurinol,simetidin,furosemid, dalamurine<br />

URETER<br />

Neoplasma<br />

Batu<br />

Trauma<br />

sulfonamid<br />

Kolik<br />

Riwayat trauma<br />

KANDUNG KENCING<br />

Sistitis Disuria, miksi sering (Sering disertai piuria<br />

(Biakan urine positif<br />

Neoplasma<br />

Batu dan korpus alienum Anamnesis<br />

Hematuria pelari Latihan/pekerjaan jasmani berat, sering disertai<br />

proteinuria<br />

maraton<br />

Trauma<br />

Siklofosfamid<br />

(Endoksan)<br />

URETRADAN PROSTAT<br />

Riwayat trauma, fraktura pelvis<br />

Anamnesis obat, disuria<br />

Hipertrofi prostat benigna Nikturia, miksi sering, disuria (Sering disertai piuria)<br />

Uretritis akut<br />

Disuria<br />

Trauma dan korpus<br />

alienum<br />

Anamnesis<br />

ps: Di sini pemeriksaan sinar X, ultrasonograh, dan sistoskopi lebih berperan dalam<br />

menunjang diagnosis kl inis.<br />

357


PEMERIKSAAN LAB ORATORIUM KLINIK<br />

PENGARUH OBAT TERHADAP PEMERIKSAAN URINE RUTIN<br />

Pengaruh obat terhadap tes laboratorium dapat bersifat metodik (M) mengganggu<br />

tenik pemeriksaan atau memberi perubahan dalam tubuh, in vivo (V) dan<br />

yang lazim disebut efek s<strong>amp</strong>ing. Kebanyakan obat yang mempengaruhi<br />

pemeriksaan urine rutin bersifat "dose dependent" (tergantung dari dosis).<br />

Dosis obat lebih besar akan memberi pengaruh lebih besar terhadap pemeriksaan<br />

laboratorium. Adakalanya pengaruh obat itu hanya timbul pada individu tertentu<br />

dan bersifat alergik (A).<br />

Perubahan warna<br />

Jingga<br />

Merah<br />

Hijau<br />

Hijau biru<br />

Oranye<br />

Cokelat kuning<br />

Cokelat merah<br />

Cokelat hitam<br />

Oleh obat<br />

Santonin<br />

Phenolphthalein, pyramidon, sulfonal<br />

Keracunan fenol, metilen biru (di antaranya: pil<br />

de Wit)<br />

Triamteren<br />

Warna gelap bila disimpan Metronidazol, metildopa, nitrofurantoin<br />

Rif<strong>amp</strong>isin<br />

Senna<br />

Aloe, piridium, fenotiazin<br />

Penyebab metemoglobinuria misalnya karena<br />

DDS<br />

(A) dan hemolisis intravaskuler misalnya<br />

sefalosporin (A)<br />

Berat jenis (B J )<br />

Zatkontras Yodium untuk Rontgen akan menaikkan BJ urine s<strong>amp</strong>ai 7,036.<br />

Diuretika: akan menurunkan BJ.<br />

Protein<br />

Tolbutamide, zat kontras rontgen, penisilin, PAS, sulfisoxazole (gantrizin) (M);<br />

dapat memberikan hasil positif palsu (cara asam sulfosalisil).<br />

Obat yang kadang-kadang menyebabkan proteinuria:<br />

P A S (V) Probenesid (V) Aminoglikosida: (V)<br />

Fenilbutazon (V) Streptomisin (V)<br />

Kanamisin<br />

Sefalosporin (V) Sulfa (V) Neomisin<br />

358


359<br />

BIDANG CA/RAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

IN H<br />

Rif<strong>amp</strong>isin (V) (A)<br />

(V) Griseotulvin (V)<br />

Gentamisin<br />

Kelompok Penisilin: (V)<br />

(A) termasuk Ampisilin<br />

Kloksasilin<br />

Reduksi<br />

Semua "reducing substance" (zat pereduksi) dapat memberikan positif palsu<br />

dengan tes Fehling atau Benedict (tergantung dosis).<br />

Aspirin<br />

Eter<br />

(M)<br />

(v)<br />

Vitamin C<br />

Oksitetrasiklin (M)<br />

Santonin (M)<br />

Antipirin<br />

(M)<br />

(M)<br />

Benda keton<br />

Salicylat dan bicarbonas natricus (M) dalam dosis terapeutik dapat memberi<br />

hasil-hasil positif palsu pada tes Gerhardt.<br />

Urobilin, Urobilinogen, Ekskresi dalam urine bertambah:<br />

Zilorlk (V) (transien)<br />

Riboflavin (M) obat-obat yang hepatotoksik (V): a.l.<br />

Rif<strong>amp</strong>isin<br />

Sedimen:<br />

Hematuria<br />

(A) kelompok Tetrasiklin (A) dan kelompok<br />

Eritromisin.<br />

Siklofosfamida (V)<br />

Fenasetin (V) (nefrotoksik)<br />

(sistitis hemoragik)<br />

Kadang-kadang:<br />

Amfoterisin B (V)<br />

Kelompok amino- (V)<br />

glikosida<br />

(v)<br />

Mandelic acid<br />

(v)<br />

(v)<br />

Coumarin<br />

Obat berisi Yodium (V)<br />

Zilorlk (alopurinol) (V)


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Jumlah urine:<br />

Berkurang/anuria<br />

Sulfadiazin (V) ) Kelompok amino- (V)<br />

glikosida<br />

Asetaminofen (V) ) Fenilbutazone (V)<br />

Sefalosporin (V) )<br />

PENYEBAB PROTEINURIA POSITIF PALSU DAN NEGATIF PAI,SU<br />

Penyebab<br />

Zat kontras Rontgen<br />

Urine encer<br />

Urine lindi<br />

Cara<br />

Dipstick<br />

Tolbutamida<br />

Sulfisoxazole (gantrisin) -<br />

Penisilin<br />

PAS<br />

Protein dengan berat molekul<br />

rendah, rantai ringan (-)<br />

(-)<br />

(+)<br />

Cara<br />

sulfosalisil<br />

(+)<br />

(+)<br />

(+)<br />

(+)<br />

(+)<br />

+<br />

+<br />

+<br />

Keterangan: '1-: positif (+) : positif palsu<br />

-: negatif (-) : negatif palsu<br />

TAFSIRAN HASIL PEMERIKSAAN URINE TIGA GELAS PADA<br />

HEIT{ATURIA<br />

pemeriksaan Urine Tiga Gelas<br />

Gelas Hematuria<br />

1 +++<br />

2+<br />

awal<br />

3 +10<br />

+++<br />

+++<br />

+++<br />

Hematuria<br />

total<br />

Hematuria<br />

akhir<br />

0l+<br />

0l+<br />

++<br />

360


BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

PIURIA<br />

PENYEBAB KLINIK PEMERIKSAAN<br />

LANJUTAN<br />

RENAL<br />

N efriti s int er s ti s i al akut<br />

-<br />

untuk kepastian Dx<br />

Bakterial: pieionefritis Demam, sakit pinggang Silinder leukosit, biakan<br />

akut<br />

urine dan darah<br />

* Nefritis hipersensitivitas Sering ada hematuria Eosinofil dalam pulasan<br />

akut<br />

N efriti s int er s ti s i al kr onis<br />

-<br />

Wright sedimen<br />

Pielonefritis bakterial Anamnesis: episode akut IVP: cacat kortikal,<br />

kronis sebelumnya " blunted calices ", ginjal<br />

- Penyalahgunaan Piuria steril (60%)<br />

kecil<br />

IVP: nekrosis papil<br />

analgesik<br />

- Deplesi K Polidipsia, poliuria Hipokalsemia<br />

- Nefrokalsinosis Polidipsia, poliuria Hiperkalsemra<br />

- Keracunan Pb Anak-anak, profesi, Eri bertitik basofilik<br />

kedokteran, industri Anemia, asam urat<br />

- Karena radiasi Riwayat radiasi IVP: striktura ureter dan<br />

atau infundibulum<br />

ginjal (?)<br />

- TBC fuwayat pernah TBC, Hematuria (sering)<br />

PPD positif<br />

- Nefrosklerosis Hipertensi lama<br />

- Nefronoftisis Riwayat keluarga, Anemia,<br />

(Medullary cystic disease) nikturia, poliuria, sinar X: kedua ginjal<br />

gagal ginjal<br />

kecil<br />

SISTEM EKSKRESI<br />

- Pielitis disertai batu<br />

- Sistitis akut<br />

Rasa sakit, kolik Sinar X: batu (?)<br />

Biakan urine positif<br />

Biakan urine positif<br />

- Uretritis Miksi sering<br />

Gonokokal . Kontak seksual<br />

L<br />

Nongonokokal J<br />

Biakan dan sediaan<br />

langsung<br />

361


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Bacaan lanjutan:<br />

Klatt EC; The Internet Pathology Laboratory for Medical Education;<br />

http ://www-medlib.med.utah. eduAVebPath/TUTORIALAIRINEAJRINE.html<br />

Hardjoeno H, dkk; Substansi dan <strong>Cairan</strong> <strong>Tubuh</strong>: Urinalisis, LEPI{AS 2004, hkn. 1-28<br />

SEDIMEN NEFRITIK<br />

GLOMERULO-<br />

NEF'RITIS<br />

Pascainfeksi<br />

Sifilis<br />

KLINIK<br />

Pascastreptokokal Riwayat sakit leher,<br />

impetigo<br />

Riwayat sifilis,<br />

pemeriksaan fisik<br />

PBMERIKSAAN<br />

LABORATORIUM<br />

untuk PENENTUAN<br />

DIAGNOSIS<br />

ASTO meninggi,<br />

komplemen serum<br />

menurun<br />

VDRL, RPR,TPHA,<br />

komplemen serum rendah<br />

Malaria<br />

Anamnesis, dernam Pemeriksaan malaria<br />

Endokarditis bakterialis Murmur jantung, de- Biakan darah, komplemen<br />

mam, manifestasi kulit, serum rendah<br />

splenomegali<br />

Abses viseral Demam, kelainan Komplemen rendah:<br />

abdominal (?)<br />

Setelah pembedahan /<br />

abdomen (?)<br />

dari kasus<br />

Hepatitis viral Anoreksia, ikterus, HBsAg positif (?)<br />

daerah hepar agak nyeri Biopsi ginjal: membranous<br />

tekan<br />

nephropathy<br />

Penyakit virus lain Neuropati yang <strong>Cairan</strong> otak: disosiasi<br />

(Guillain Barre, mono- merambat ke atas cyto-albumin<br />

nukleosis infeksiosa)<br />

P aul-Bunnell Spot-tes t<br />

362


BIDANG CA/RAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

DISERTAI PENYAKIT MULTISISTEM<br />

SLE<br />

Progressive systemic<br />

Sclerosis (PSS)<br />

Granulomatosis Wegener<br />

Sindrom Sjogren<br />

Vaskulitis<br />

Leukositoklastik<br />

(angiitis hipersensitivitas)<br />

Purpura trombotik<br />

trombositopenik<br />

Sindrom hemolitik<br />

uremik<br />

Poliarteriitis nodosa<br />

Krioglobulinemia<br />

esensial<br />

Sindrom "Good-pasture"<br />

Sindrom Alport<br />

(Nefropati familial)<br />

Idiopatik<br />

Arlralgia, ruam kulit,<br />

serositis,<br />

rambut rontok, fotoensitivitas<br />

Kelainan kulit,<br />

disfagia,<br />

malabsorpsi<br />

Disertai sinusitis<br />

Rontgen dada abnormal<br />

Gambaran "sicca"<br />

disertai<br />

artritis rematoid (RA)<br />

Purpura palpabel, asma<br />

Manifestasi sistemik<br />

terutama tanda neurologis<br />

Nyeri abdomen, diare,<br />

artralgia<br />

Manifestasi sistemik<br />

(paru dan hati)<br />

Purpura, artralgia,<br />

hepatosplenomegali<br />

Hemoptisis, kelainan<br />

Rontgen dada<br />

Tuli, katarak, lenticonus,<br />

riwayat keluarga<br />

Tes ANApositif<br />

Antibodi DNApositif<br />

Komplemen serum<br />

rendah<br />

Skleroderma I (Sc1-I)<br />

positif (antigen solubel<br />

dalam inti timus<br />

kelinci)<br />

Biopsi mukosa hidung<br />

paru dan ginjal bila ada<br />

indikasi<br />

SS-A atau SS-B: (+)pada<br />

60% kasus sicca Negatif<br />

dengan RA<br />

Biopsi kulit, eosinofilia<br />

Anemia hemolitik mikroangiopatik.<br />

trombositopenia<br />

Anemia hemolitik<br />

mikroangiopatik<br />

Biopsi ototitestis<br />

Angiogram (arterial)<br />

mencari mikroaneurisma<br />

daerah ginjal dan<br />

splanchnic<br />

Krioglobulin positif<br />

Komplemen serum rendah<br />

Biopsi ginjal (circulating<br />

anti-GBM antibody)<br />

Biopsi ginjal<br />

Indikasi untuk biopsi<br />

ginjal: tidak ada kelainan<br />

363


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Bucaan Lanjutan:<br />

Sabatine M.S (Ed.); The Massachusetts General Hospital Handbook of Intemal<br />

Medicine, Buku Saku Klinis: Penyakit Glomerulus, Penerbit Hipokrates 2001, hlm.<br />

134-136<br />

FENILKETONURIA<br />

Inborn error of metabolism (Kelainan metabolisme bawaan) ditandai dengan<br />

tidak adanya kegiatan fenilalanin hidroksilase dan meningginya fenilalanin dalam<br />

plasma yang sering menyebabkan retardasi mental.<br />

Pemeriksaan penyaring<br />

- Lanttan l0o/o ferri-chloride diteteskan kepada urine atau popok yang basah<br />

dengan urine.<br />

Wama biru tua hijau yang timbul menunjukkan adanya phenylpyruvic acid<br />

dalam urine.<br />

-<br />

Tes inhibisi (Guthrie)<br />

Strain B. subtilis digunakan di sini. Perlumbuhannya tergantung dari adanya<br />

fenilalanin. Di sini digunakan darah dari neonatus yang diserap dalarh cakram<br />

kertas saring. Daerah pertumbuhan di sekeliling cakram (+ darah) adalah<br />

proporsional dengan kadar fenilalanin. Diikutsertakan juga cakram berisi<br />

fenilalanin dari bermac am-macam kons entrasi sebagai kontrol.<br />

Bacaun laniutan:<br />

Biochemical Genetics, CMDT 200 4, hlm. | 64 6-1 647<br />

HEMOGLOBINURIA<br />

Hemoglobinuria: Hb bebas dalam urine.<br />

Kadar Hb bebas dalam plasma pada keadaan normal: < 5 mgldL.<br />

Hb bebas dalam plasma diikat oleh haptoglobin, tidak diekskresi oleh ginjal.<br />

Pada batas tertentu, apabila haptoglobin dalam plasma sudah jenuh dengan Hb<br />

maka Hb bebas akan muncul dalam urine (> 140 mgldL dalam plasma).<br />

364


BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

Kompleks Hb-haptoglobin dimetabolisasi oleh RES. Bila hemolisis terus berlangsung<br />

akan terjadi defisit pembuatan haptoglobin sehingga hemoglobimria<br />

dapat terjadi pada kadar plasma lebih rendah dari 140 mgyo.<br />

Cara penentuan hemoglobinuria<br />

-<br />

-<br />

Tes benzidin, guajac.<br />

Carik celup misalnya "Hematest"<br />

Mioglobinuria dan hematuria juga memberikan hasil tes positif.<br />

- Spektroskopi.<br />

Penyebab hemoglobinuria<br />

-<br />

-<br />

Transfusi darah-golongan tidak sesuai, anemia hemolitik, luka bakar, bisa<br />

ular.<br />

PNH, hemoglobinuria baris (march). Hemoglobinuria dingin paroksismal.<br />

Bacaan lunjutan:<br />

PNH, CMDT 2004, hlm. 47 247 3<br />

MIOGLOBINURIA<br />

Mioglobinuria: urine mengandung mioglobin.<br />

Berat molekul rendah: I dari pada Hb (yaitu 17.000).<br />

Mioglobin dalam darah tidak terikat oleh haptoglobin, mudah melalui ginjal dan<br />

keluar dengan urine. Ambang ginjal hanya 20 m{dL.<br />

Penyebab:<br />

-<br />

-<br />

Trauma, crush syndrome, setelah pembedahan besar, hemoglobinuria baris,<br />

minum alkohol, tersengat listrik, iskemia otot, misalnya karena penyumbatan<br />

arteri<br />

Penyakit otot progresif<br />

CITYLURIA (SILURIA)<br />

Chyluria: urine keruh menyerupai susu.<br />

365


PEMERIKSAAN LAB ORATORIUM KLINIK<br />

Penyebab:<br />

-<br />

-<br />

Filaria (parasit), penyumbatan ductus thoracicus oleh sebab lain (nonparasit)<br />

Trauma, tumor<br />

Cara membedakan: Kilus melarut dalam eter.<br />

DIABETES INSIPIDUS<br />

-<br />

Pembagian<br />

Kelainan Mekanisme<br />

Diabetes insipidus pusat Pengeluaran vasopresin tidak memadai<br />

Diabetes insipidus nefrogenik Gangguan respons ginjal terhadap vasopresm<br />

Penyebab Diabetes Insipidus Pusat<br />

-<br />

-<br />

-<br />

- Ensefalitis<br />

- Sarkoidosis<br />

- Granuloma eosinofilik<br />

Idiopatik (50% dari kasus-kasus diabetes insipidus pusat)<br />

Trauma atau karena operasi di sekitar kelenjar hipofisis atau hipotalamus<br />

Neoplasma primer atau sekunder (misalnya metastasis neoplasma mammae)<br />

Penyebab Diabetes Insipidus Nefrogenik<br />

Penyakit Ginjal Kronis<br />

Penyakit ginj al polikistik<br />

Penyakit medular kistik<br />

Pielonefritis<br />

Gangguan kadar elektrolit<br />

Hipokalemia, hiperkalsemia<br />

Obstruksi ureter<br />

Kegagalan ginjal yang lanjut<br />

Obat<br />

Litium, kolkisin, vinblastin, amfoterisin, metoksifluran<br />

Kelainan dalam diet<br />

Minum air banyak, kurang makan garam, kurang protein dalam makanan<br />

366


BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

LainJain<br />

Mieloma multipel, amiloidosis, penyakit Sjogren, sarkoidosis, penyakit sel<br />

sabit<br />

Bacsun lanjutan:<br />

Diabetes Insipidus, CMDT 2004,hlm.10'70 l0l2<br />

RAGAM SUBSTANSI DAN CAIRAN TUBUH<br />

AMNIOSENTESIS<br />

Pengambilan cairan amnion melalui dinding perut dengan cara steril, biasanya<br />

sekitar 50 mL.<br />

Tes ini dilakukan pada kehamilan minggu ke-16 s<strong>amp</strong>ai dengan ke-17.<br />

Kegunaannya antara lain:<br />

o Deteksi anomali anensefali dan spina bifida apabila pernah melahirkan anak<br />

dengan anomali tersebut (minggu ke-25 s<strong>amp</strong>ai ke-30). Kadar AFP, cairan<br />

amnion meningkat (3 mg/ml.).<br />

o Deteksi sindrom Down pada ibu dengan risiko tinggi untuk itu. Diperiksa<br />

adanya aberasi kromosom (trisomi 21).<br />

o Deteksi fetus pria dengan pemeriksaan determinasi kelamin. Tidak dikehendaki<br />

anak lelaki oleh pasangan suami istri karena anak tersebut menjadi<br />

hemofilia atau menderita penyakit distrofi muskularis lipe Duchenne<br />

sedangkan anak perempuan tidak.<br />

o Untuk menghindarkan kelahiran anak dengan misalnya penyakit Fabry<br />

Gaucher, Niemann Pick, Tay-Sachs, Sindrom Hunter, Huder, dan lain-lain.<br />

o Mendiagnosis fetal distress: AFP meninggi dan adanya mekonium dalam<br />

cairan amnion.<br />

Bacaan lanjutun:<br />

Prenatale diagnostiek, Diagn. Kompas, hlm. 1151 1153<br />

Hardjoeno H, dkk.; Substansi dan <strong>Cairan</strong> <strong>Tubuh</strong>: Tes dan Interpretasi <strong>Cairan</strong> Amnion,<br />

LEPHAS 2004, hlm. 175-188<br />

:367


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

EKSUDAT DAN TRANSUDAT<br />

EKSUDAT dan TRANSUDAT adalah sejumlah cairan yang mengumpul secara<br />

abnormal dalam rongga badan: peritoneum, pleura, dan perikardium.<br />

Eksudat biasanya terbentuk sebagai akibat peradangan.<br />

Transudat biasanya terbentuk karena peninggian tekanan hidrostatik atau penurunan<br />

tekanan:<br />

misalnya edema pada hipoalbuminemia.<br />

Biasanya tidak ada infeksi atatperadangan.<br />

Perbedaan eksudat dan transudat<br />

Eksudat<br />

Transudat<br />

Makroskopis<br />

Viskositas Tinggi (kental) Rendah (cair)<br />

Warna Pus, Jernih,<br />

berc<strong>amp</strong>ur darah (?) berc<strong>amp</strong>ur darah (?)<br />

seperti susu (?) kuning (pada ikterus)<br />

Beratjenis >1,018 4,0 gldl < 3,0 g/dl<br />

Bekuan Mungkin ada Tidak ada<br />

Mikroskopis<br />

Sel radang Sering ada Tidak ada atatjarang<br />

Kuman Sering ada Biasanya tidak ada<br />

sediaan apus dan biakan<br />

Bila ada cairan efusi yang berc<strong>amp</strong>ur dengan darah waspada terhadap kemungkinan<br />

adanya TBC atau proses keganasan.<br />

Bacaun lanjutan:<br />

Hardjoeno H, dkk; Substansi dan <strong>Cairan</strong> <strong>Tubuh</strong>: Tes dan Interpretasi <strong>Cairan</strong> Plewa,<br />

LEPHAS 2004, hlm. 55-80<br />

368


BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

SPUTUM<br />

Perubahan jumlah sputum:<br />

Jumlah sputum dapat mencapai 100 mLlhari atau lebih terutama pada penyakit:<br />

bronkiektasis, TBC dengan kavitas, abses paru-paru.<br />

Umumnya disertai bau busuk.<br />

Perubahan warna sputum:<br />

Sputum berwamamerah: hemoptisis, sering terdapat padakegagalan jantung, infark<br />

paru, peradangan paru-paru seperti TBC dan pneumonia, neoplasma paru-paru,<br />

Sputum berwarna kuning-hijau sering didapat pada peradangan paru.<br />

Sputum putih-kuning mungkin didapat pada TBC paru-palu atau peradangan<br />

palu-paru oleh jamur.<br />

Warna sputum seperti besi karat didapat pada gagal jantung.<br />

Pemeriksaan mikroskopis:<br />

Malwofeg berisi hemosiderin'. didapat pada kegagalan jantung, hemosiderosis<br />

pulmonal.<br />

Sel eosinofit dalamjumlah cukup banyak: mungkin didapat pada asma bronkial,<br />

infeksi parasit, bronkitis kronis, eosinofilia, dari Loeffler (pneumonia).<br />

Sel Langhans raksasa.' mungkin sesuai dengan TBC paru-pant atatinfeksi fungus.<br />

Spiral Curshmann'. mungkin sesuai dengan asma bronkial atau bronkitis kronis.<br />

Kristal Charcot-Leyden: nlrngkin didapat pada asma bronkial, bronkitis kronis.<br />

Kristal Charcot-Leyden biasanya tidak pernah t<strong>amp</strong>ak tanpa degenerasi sel<br />

eosinofil.<br />

Adanya sel abnormal nonmalignant: sel skuamosa mungkin didapat pada<br />

metaplasia sel skuamosa, bronkitis kronis, TBC, perokok berat. Sel maligna<br />

mringkin didapat pada neoplasma saluran napas bagian bawah baik primer<br />

maupun sekunder ataupada limfoma.<br />

Pemerilesaan mikrobiologi sputum adalah penting, baik sediaan apus maupun<br />

biakan.<br />

Khusus untuk pemeriksaan kuman BTA di s<strong>amp</strong>ing pemeriksaan sediaan langsung,<br />

sering diperlukan pemeriksaan yang lebih pasti yaitu dengan biakan BTA yang<br />

memakan waktu 6-8 minggu atau dilakukan tes DNA dengan cara MTB-PCR<br />

yang dapat memberikan hasil dalam waktu beberapa hari s<strong>amp</strong>ai satu minggu.<br />

369


370<br />

PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Apabila tak berhasil memperoleh sputum yang cukup baik, perlu dilakukan<br />

pencucian lambung dengan sonde dengan larutan NaCl 0,9 Yr. Hal ini sering<br />

dilakukan pada anak anak. Altematif lainnya adalah pengambilan korekan dari<br />

selaput bronkus melalui bronkoskopi.<br />

CAIRAN EMPEDU<br />

<strong>Cairan</strong> Empedu A:<br />

Berasal dari common bile duct.<br />

Jumlah 520 mI-.<br />

<strong>Cairan</strong> Empedu B:<br />

Berasal dari kandung empedu.<br />

Jumlah 30-75 mL.<br />

Pada penyakit empedu ata.u gangguan fungsi kandung empedu tidak<br />

diperoleh cairan. empedu B.<br />

<strong>Cairan</strong> Empedu C:<br />

Berasal dari ductus hepaticus.<br />

Pemeriksaan mikroskopis dapat menunjukkan keadaan patologis: kristal,<br />

misalnya kristal kolesterol (batu empedu), sel leukosit, eritrosit, kuman (E<br />

coli sering atat Salmonella pada cariier), parasit misalnya Giardia lamblia<br />

intestinalis.<br />

Penjelasan:<br />

Pemasangan sonde duodenum untuk pen<strong>amp</strong>ungan cairan empedu tersebut<br />

di atas kini jarang dilakukan karena melelalrkan pasien sedangkan keterangan<br />

yang diperoleh tidak banyak bermanfaat kecuali untuk mencai Giardia<br />

lamblia intestinalis atal Salmonella pada carrier (biakan).<br />

Sekarang tersedia pemeriksaan ultrasonografi untuk pemeriksaan kandung<br />

empedu di s<strong>amp</strong>ing kolesistografi.<br />

PEMERIKSAAN CAIRAN OTAK<br />

<strong>Cairan</strong> otak adalah jernih, tidak berwarna, dan tidak membeku bila didiamkan.<br />

Bila ada 300-600 sel/ul (leukosit) maka terjadi kekeruhan ringan. Lebih dari<br />

600 sel/ul akan memberikan kekeruhan yang jelas atau menyerupai pus (nanah).


BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

<strong>Cairan</strong> otak yang berc<strong>amp</strong>ur darah tidak membeku bila didiamkan dan semua<br />

tabung memberikan wama merah yang sama.<br />

Bila pada tabung pertama perdarahan jelas dan pada tabungtabung berikutnya<br />

berkurang atau menghilang menandakan perdarahan disebabkan oleh trauma<br />

jarum punksi (salah tenik).<br />

Warna ooxanthochromic" (kuning kemerahan) memberi kesan:<br />

- Ada perdarahan yang lebih lama dari 4 jam, atal<br />

- Adanya pigmen empedu<br />

Wama cairan otak bersifat kuning muda apabila kadar protein lebih besar dari<br />

100 mg/dl. Bekuan (kasar atau halus sebagai selaput) memberi kesan adanya<br />

fibrinogen atau fibrin. Bekuan kasar biasanya didapat pada cairan otak dengan<br />

jumlah leukosit yang tinggi. Bekuan halus sebagai selaput biasanya didapatpada<br />

meningitis TBC.<br />

Pemeriksaan protein<br />

* Globulin. Tes dari Nonne-Apelt untuk pemeriksaan kualitatif, diperlukan<br />

cairanotak yang jemih. Adanya darah dalam cairan mengganggu penilaian tes<br />

ini.<br />

Asas: <strong>Cairan</strong> otak dituangkan ke larutan amonium sulfat 50% jenuh.<br />

Bila ada globulin abnormal dalam cairanotak akan terbentuk cincin pada perbatasan<br />

kedua cairan tersebut. Derajat kekeruhan cincin adalah proporsional<br />

dengan jumlah globulin.<br />

Protein total: Pemeriksaan kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan<br />

reagens Pandy (larutan fenol jenuh) lebih kurang 1 ml. Bila jumlah protein<br />

meninggi akan terbentuk awan putih. Hasil dilaporkan sebagai berikut: negatif,<br />

I +,2 +,3 +, 4 +, berdasarkan kekeruhan & ketebalan awan.<br />

Pemeriksaan kuantitatif dilakukan dengan asam sulfosaliil 3% sebanyak 3 mL<br />

dic<strong>amp</strong>ur dengan 1 mL cairan otak. Kekeruhan yang timbul dibandingkan dengan<br />

tabung-tabung berisi kadar yang sudah diketahui arav dibaca dengan<br />

spektrofotometerlkolorimeter.<br />

Apabila kadar proteinnya lebih besar dari 45 mLldL adalah abnormal.<br />

371.


372<br />

PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Gula<br />

Pada keadaan normal kadar gula cairan otak adalah lebih kurang setengah kadar<br />

dalam darah.<br />

Pemeriksaan mikroskopis<br />

- Menghitung sel (dalam kamar hitung). Jumlah sel pada keadaan normal:<br />

0-8 / pL.<br />

- Hitung jenis sel (setelah dipisah dan dipulas Giemsa/Wright).<br />

- Mencari kuman (sediaan dipulas dengan Gram & bila perlu pewamaan BTA)<br />

Bacaan lanjatan:<br />

Hardjoeno H, dkk; Substansi dan <strong>Cairan</strong> <strong>Tubuh</strong>: Tes dan Interpretasi <strong>Cairan</strong> Otak,<br />

LEPHAS 2004, hlm. I 09-1 30<br />

Planta M.Y dkk; Diagnosis Banding Ilmu Penyakit Dalam: <strong>Cairan</strong> Serebrospinal,<br />

Penerbit Hipokrates 2003, hlm. 224-225<br />

PEMERIKSAAI\I FESES<br />

Jumlah feces biasanya di bawah 200 glhari.<br />

Pada vegetarian bisa lebih banyak dan dapat mencapai 350 glhari.<br />

Malcroskopis (dapat juga diperiksa "bed-side")<br />

FESES<br />

Merah, berc<strong>amp</strong>ur darah<br />

Hitam, melena<br />

Seperti dempul (acholic)<br />

Feses berwarna bisa didapat karena<br />

makanan tertentu:<br />

Merah<br />

Hijau<br />

KESAN<br />

Perdarahan saluran cerna bagian bawah<br />

Perdarahan saluran cerna bagian atas<br />

(esofagus, lambung)<br />

Obstruksi komplit saluran empedu.<br />

Misalnya tomat yang tak dicerna.<br />

Bayam dan sebagainya.<br />

Konsistensi: dibedakan menjadi biasa, lembek, cair, dan keras.


373<br />

BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

Pemeriksaan terhadap parasit<br />

Amoeba'. periksa dari feses segar untuk mendapatkan stadium histolitika.<br />

Telur cacing dan bista: tidak perlu feses segar.<br />

Telur cacing oksiuris'. periksa dari selotip yang telah ditempelkan pada'anus<br />

pasien.<br />

Pemeriksaan telur cacing dapat menggunakan cara konsentrasi apabila diperlukan.<br />

Pemeriksaan pencernaan<br />

Larutan lugol (yodium) untuk menilai pencernaan karbohidrat.<br />

Larutan eosin untuk menilai pencernaan protein.<br />

Larulan Sudan III untuk menilai pencernaan lemak.<br />

DIARE<br />

PENYEBAB DIARE BERDASARKAN MEKANISMEI{YA<br />

Penyebab<br />

Contoh<br />

LAMBUNG<br />

Kecepatan melalui Pengosongan lambung Setelah gastrellomi<br />

lambung<br />

Sekresi<br />

Flora<br />

USUS HALUS<br />

mel<strong>amp</strong>aui kem<strong>amp</strong>uan<br />

usus halus<br />

Pengosongan terlambat 10% pasien dengan<br />

disertai stasis<br />

stenosis pilorus<br />

Sekresi berlebihan Sindrom Zollinger<br />

Mungkin penyebab diare Ellison<br />

karena stasis<br />

Kecepatan melalui usus Propulsi meninggi Ansietas<br />

halus<br />

Malabsorpsi<br />

Tirotoksikosis<br />

Tumor karsinoid<br />

Sklerosis sistemik<br />

Defisiensi pankreas Pankreatitis<br />

Kelainan biliari Obstruksi


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Sekresi atau eksudasi<br />

Flora<br />

KOLON<br />

Kecepatan melalui kolon<br />

Malabsorpsi<br />

Sekresi atau eksudasi<br />

Flora abnorma<br />

Kelainan mukosa<br />

Distensi dengan sekresi<br />

berlebihan<br />

Ionic block<br />

Eksudasi<br />

Stasis kuman patogen<br />

Tidak adanya kontraksi<br />

penghambat<br />

Sekresi mukus yang<br />

berlebihan<br />

Eksudasi<br />

Substrat abnormal<br />

llnhibitor selektif<br />

Stasis<br />

Defek mukosa<br />

pertahanan<br />

Kuman<br />

Penyakit coeliac<br />

Sariawan tropikal<br />

Reseksi usus halus<br />

Obstruksi parsial<br />

Kolera<br />

Peradangan<br />

Divertikulosis<br />

Kolitis<br />

Papiloma vilosa<br />

Peradangan<br />

Malabsorpsi defisiensi<br />

Laktosa<br />

Antibiotika<br />

MAI.ABSORPSI<br />

KLASIFIKAS I MAIAB S ORP SI BERDASARKAN PATOFI SIOLOGI<br />

MALDIGESTI : gangguan pencernaan<br />

Pankreatitis kronis<br />

Penyakit fibrokistik<br />

I<br />

Insufisiensi pankreas.<br />

Karsinoma pankreas J<br />

374


37s<br />

BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

Obstruksi saluran empedu<br />

Kolestatis intrahepatik<br />

Garam empedu dalam usus berkurang<br />

Operasi lambung<br />

Reseksi ileum atau infiltrasi<br />

-<br />

-<br />

Penc<strong>amp</strong>uran makanan dengan<br />

enzim dan garam empedu<br />

terganggu<br />

Garam empedu kurang tersedia.<br />

Stasis usus halus<br />

f Dekonjugasi garam empedu.<br />

t D"u-inusi asam amino.<br />

MALABSORPSI : gangguan penyerapan<br />

Stasis usus halus<br />

Reseksi jejenum atau infiltrasi<br />

-<br />

Kerusakan selaput lendir usus.<br />

* Berkurangnya selaput lendir<br />

USUS.<br />

Penyakit Coeliac<br />

pada anak dan orang dewasa<br />

(steatorrhoea idiopatik)<br />

\ Kerusakan mukosa usus.<br />

I<br />

Tropical Sprue (sariawan)<br />

-<br />

Kerusakan mukosa usus.<br />

Pemeriksaan darah samar<br />

Sebaiknya pasien disiapkan 3 hari sebelumnya tidak makan daging.<br />

Dahulu digunakan tes benzidin. Sekarang ditinggalkan karena zat benzidin<br />

karsinogen. Sekarang banyak digunakan tes ortotoluidin atau tes guajac. Ada<br />

juga peralatan untuk pemeriksaan darah samar dengan menggunakan antibodi<br />

monoklonal terhadap hemoglobin.<br />

Yang lebih populer sekarang tes yang menggunakan strip, antara lain Hematest.<br />

Biakan feses<br />

Kuman: Salmonella, Shigella, E. coli, V. cholerae, dsb.<br />

Virus : Enterovirus, echovirus, adenovirus, dsb.


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Bacaun lanjutan:<br />

Hardjoeno H, dkk; Substansi dan cairan <strong>Tubuh</strong>: Tes dan Interpretasi Feses, LEpHAS<br />

2004,hlm. 157-174<br />

Nematode (Roundworm) Infections, CMDT 2004, hlm. l45l-14i0<br />

sabatine M.s (Ed.); The Massachusetts General Hospital Handbook of Intemal<br />

Medicine, Buku Saku<br />

Klinis: Diare, Penerbit Hipokrates 2001, hlm. 88-90<br />

PEMERIKSAAN Id,BORATORIUM PADA KWASHIORKOR<br />

DAN MARASMUS<br />

Kwashiorkor : defisiensi protein dengan energi yang cukup<br />

Marasmus : defisiensi protein dan energi<br />

Pemeriksaan laboratorium<br />

Muntahan : pemeriksaan mikroskopis dari muntahan.<br />

Diare : pemeriksaan feses rutin, bila perlu biakan dan pemeriksaan<br />

malabsorpsi.<br />

Anemia : pemeriksaan terhadap anemia.<br />

Tes berikut (kadar dalam darah) biasanya menurun: ureum, kalium, kolesterol<br />

total, fosfatase alkali, amilase, lipase.<br />

o kadar albumin darah menurun, mungkin


BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

< 15 g lemak dalam 3 hari.<br />

Apabila kadar > 18 g lemak/3 hari memberi kesan adanya steatorrhea.<br />

Absorpsi xilosa: ekskresi 5 g xilosa atau lebih selama 5 jam dalam urine.<br />

Bacaun lunjutan:<br />

Protein-Energy Malnutrition, CMDT 2004, hlm. 1212*1215<br />

ANALISIS SPERMA<br />

Persiapan: abstinensi (pantang seks) 2-3 hari<br />

S<strong>amp</strong>ling jangan menggunakan kondom karena adanya spermisida atau dicuci<br />

bersih. Dalam transpor ke laboratorium s<strong>amp</strong>el harus berada dalam suhu badan<br />

(masukkan ke saku kemeja). Pemeriksaan dilakukan dalam waktu 2 jam.<br />

Pen<strong>amp</strong>ungan di laboratorium adalah lebih diproritaskan.<br />

Jumlah: Volume<br />

pH<br />

Warna<br />

Kekentalan<br />

Bau<br />

Pencairan<br />

Kuman<br />

Debris<br />

Pergerakan<br />

(Hitung 1 00-200 sperma)<br />

gerakan aktif<br />

gerakan lemah<br />

tak bergerak<br />

Hasil normal<br />

1,f-5<br />

7,2-8,0<br />

Putih kekuningkuningan<br />

Merah jingga indikasi<br />

darah<br />

Kental<br />

Khas<br />

>30<br />

0<br />

0-t<br />

>60<br />


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Jumlah spermatozoa<br />

Jumlah leukosit<br />

Morfologi<br />

normal<br />

abnormal<br />

Aglutinasi<br />

Frultosa<br />

Clumping:aglutinasi<br />

Sperma tak bergerak<br />

5-t20<br />

< 102<br />

>60<br />


BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

o Narkoba<br />

o Malnutrisi atau defisiensi nutrien tertentu<br />

o Radiasi<br />

Bscuun lunjutan:<br />

Hardjoeno H, dkk; Substansi dan <strong>Cairan</strong> <strong>Tubuh</strong>: Analisis Semen, LEPHAS 2004,h1m,<br />

2942<br />

Infertility, CMDT 2004, hlm. 715-1ll<br />

Male Infertiliry, CMDT 2004, hlm. 920-921<br />

Sperm evaluation and testing, Sperm tests<br />

The Fertility Institutes, Los Angeles, Las Vegas Mexico, 2004<br />

ELEKTROLIT<br />

Yang dimaksud dengan elektrolit utama dalam darah adalah:<br />

NATRIUM<br />

Natrium<br />

Kalium<br />

Klorida<br />

: ion Na dalam serum<br />

: ion K dalam serum<br />

: ion Cl dalam serum<br />

Ion Na merupakan ion utama di luar sel.<br />

Nilai rujukan kadar Na dalam darah (Satuan mEqll-: mmol/L)<br />

Kadar normal: 135-150<br />

Hipernatremia : > 150<br />

Hiponatremia : < 125<br />

Hipernatremia<br />

Klinis: gejala neurologis, antara lain letargi, kelemahan otot, twitching,kejangkejang<br />

dan koma.<br />

Penyebab hipernatremia:<br />

1. Pemasukan ion Na berlebihan.<br />

2 Kehrlangan cairan lebih dari kehilangan ionNa.<br />

379


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Akibatnya: air keluar dari sel sehingga terjadi dehidrasi.<br />

Daya kompensasi berusaha mengurangi ekskresi urine dengan pelepasan ADH.<br />

Hiponatremia<br />

Penyebab hiponatremia:<br />

1. Kehilangan ion Na.<br />

2. Retensi cairan.<br />

Kebanyakan hiponatremia disebabkan oleh ketidakseimbangan air, bukan<br />

karena kehilangan natrium.<br />

Klinis:<br />

l. Gangguan neurologis, anlara lain karena edema otak.<br />

2. Kadar Na < 125 mEq/L: mulai timbul nausea, malaise, anrara 110-120<br />

mE{L timbul letargi dan sakit kepala, bila kadar < 110 mEqll.: kejangkejang<br />

dan koma.<br />

KALIUM<br />

Nilai rujukan kadar K+dalam darah (Satuan mEq/L: mmol/L)<br />

Kadar normal<br />

1 5-5<br />

Hiperkalemia<br />

Ringan :5-6,5<br />

Sedang :6.5-8 )Rerlu<br />

Berat : >gJ pengobatan<br />

Bandingkan dengan EKG: P menghilang, QRS melebar.<br />

Hipokalemia '.


BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

Mineralokortikoid berlebihan: hiperaldosteronisme primer (penyakit<br />

Conn), sindrom Cushing.<br />

Penyakit ginjal primer: gagal ginjal akut fase diuretik, pielonefritis<br />

kronis, sindrom Fanconi, asidosis tubular, iskemia ginjal.<br />

- Kehilangan melalui usus, diare, muntah-muntah, aspirasi, fistula.<br />

- Pemasukan kurang/menurun, malabsorpsi, kurang kalium dalam diet.<br />

- Paralisis periodik familial.<br />

- Pemberian insulin secara intravena.<br />

Penyebab hiperkalemia:<br />

Peningkatan beban<br />

Makanan: garam KCl, obat yang mengandung K.<br />

Transfusi darah<br />

Destruksi sel: pembedahan, trauma, dan luka bakar (kombustio), nekrosis,<br />

tumor, pengobatan kortikosteroid, rhabdomiolisis.<br />

Pergeseran K* transeluler<br />

Asidosis akut<br />

Intoksikasi digitalis<br />

Suksinil kolin<br />

Arginin hidroklorida<br />

Paralisis hiperkalemik periodik<br />

Hiperosmolalitas<br />

Defisiensi insulin<br />

Ekskresi berkurang<br />

Kegagalan ginjal akut atau menahun Hipoaldosteronisme<br />

Kekurangan volume cairan Diuretik hemat kalium<br />

Pseudo-hiperkalemia<br />

Trombositosis Leukositosis<br />

Hemolisis atau pelepasan K dari otot waktu pengambilan contoh darah<br />

KLORIDA<br />

Kadar normal Cl dalam serum: 98-108 mEq/L: mmol/L.<br />

Klorida diekskresi oleh ginjal ke dalam urine (bersama Na dan K).<br />

Penentuan kadar Cl dalam darah tidak begitu penting dibandingkan dengan<br />

penentuan kadar Na dan K.<br />

381


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Kadar klorida dalam serum meninggi<br />

- Dehidrasi<br />

Kelainan iatrogenik<br />

-<br />

-<br />

-<br />

Kelainan metabolik<br />

Misalnya asidosis hiperkloremik karena amonium klorida, lisin, dan<br />

arginin hidroklorida. Diuretika seperti asetazolamida yang menginhibisi<br />

karbonik anhidrase.<br />

Hiperparatiroidisme primer<br />

Kadar klorida dalam serum menurun<br />

Anemia pernisiosa<br />

-<br />

- Ulkus lambung<br />

* Karsinoma lambung<br />

- Poliposis lambung<br />

- <strong>Gas</strong>trektomi subtotal<br />

- Defisiensi besi<br />

- Kehamilan<br />

<strong>Gas</strong>tritis atrofik<br />

-<br />

-<br />

-<br />

Umur lanjut atau debilitas<br />

Defisiensi vitamin (pelagra)<br />

- Radiasi<br />

Bacaan lunjutan:<br />

Fluid & Eleckolyte Disorders, CMDT 2004,h\m.833-844, http://www.cmdtiinks.com<br />

Fluid & Electrolyte Disturbances, Harrison 2005, hlm. 252*263<br />

Siregar P, dkk.: Gangguan <strong>Elektrolit</strong> Dalam Klinik, Buku Ajar Ilrnu Penyakit Dalam Jilid Ii<br />

Ed.3, Balai Penerbit FKUI Jakarta 2001, hlm. 307_313<br />

ASAM BASA & GAS DARAH<br />

KEId,INAN REGUI,ASI ASAM-BASA<br />

Gejala klinik<br />

Waspada terhadap<br />

Hipotensi<br />

Lambat dalarn reaksi<br />

: Asidemia<br />

: Hiperkapnia<br />

Parestesia<br />

I<br />

L<br />

Tetani I<br />

Akaliemia<br />

Komulsi<br />

Hiperventilasi<br />

: Asidosis metabolik, alkalosis respirasi<br />

382


BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

Sistem Buffer Utama<br />

Bikarbonat -r F sebagai sistem buffer adalah efektifkarena<br />

Asam karbonat J<br />

- Kadar asam karbonat<br />

diatr:r oleh paru-paru dengan mengeluarkan COz (dapat berlangsung cepat).<br />

- Kadar bikarbonat<br />

diatur oleh ginjal: ekskresi, reabsorpsi, dan regenerasi (memerlukan waktu<br />

paling lama beberapa jam)<br />

Asam karbonat : HCO3 + H* -+HzCO:<br />

Amonia<br />

:NH3 + H* i NH4*<br />

Disodiumhidro-fosfate: NazHPO+ + H* -r NaH2POa<br />

Definisi beberapa istilah<br />

- Asidemia: pH \ (menurun)<br />

Asidosis respiratorik: PaCOz ,l penyebab awal<br />

As ido s is metab o lik: perubahan kadar<br />

HCO:- y penyebab awal<br />

- Alkaliemia:pH / (naik)<br />

Alkalosis respiratorik: PaCOz \ penyebab awal<br />

Alkalosis metabolik:perubahan<br />

HCOz- /<br />

penyebab awal<br />

383


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

HUBUNGAN NrrIU-NIIAT ASAM BASA (TAI\IPA PENYT.JLTT)<br />

Kelainan<br />

Perubahan 1 Perubahan \ Afek \ Hubungan rata-rata<br />

awal<br />

sekunder<br />

Asidosis<br />

metabolik<br />

Alkalosis<br />

metabolik<br />

Asidosis<br />

Respiratorik<br />

Alkalosis<br />

Respiratorik<br />

HCO3- 7 PaCO, ,(<br />

HCO3- 7 PaCo, 1(<br />

PaCO, 7( tlCO.- /<br />

PaCO, \ uCO,- \<br />

pH / LPaCOT:|,2<br />

aHCOj<br />

pH \ LPaCOT:O,1<br />

pH \ akut:<br />

pHl( akut:<br />

A H* : 0,75<br />

A HCO^<br />

APaCO"<br />

kronis:<br />

AHCO3- :0,35<br />

A H* : 0,75<br />

APaCO"<br />

APaCO"<br />

kronis:<br />

aHCO3- :0'50<br />

APaCO<br />

Asidosis dan alkalosis respirasi bisa bersifat akut ata.u kronis<br />

PERUBAHAN CO2 DAN pH PADA ASIDOSIS DAN ALKALOSIS<br />

Asidosis/alkalosis<br />

Asidosis metabolik<br />

Awal<br />

Kompensasi<br />

Asidosis respiratorik<br />

Awal<br />

Kompensasi<br />

Alkalosis metabolik<br />

Arah perubahan Perubahan Perubahan<br />

pH PCO2 HCO3<br />

\<br />

ke normal<br />

v<br />

ke normal<br />

\<br />

\\<br />

/1, /<br />

,(,<br />

\\\<br />

\<br />

1(<br />

1(,<br />

384


BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

Awal<br />

,<br />

/<br />

,/7(<br />

Kompensasi<br />

(sering kurang<br />

ke normal<br />

aIatJ 2(<br />

1(,<br />

/<br />

sempuma)<br />

Alkalosis respiratorik<br />

Awal<br />

Kompensasi<br />

,<br />

ke normal<br />

\\\<br />

\\<br />

\<br />

\\<br />

PENYEBAB ASIDOSIS METABOLIK<br />

Anion gap normal<br />

Kehilangan bikarbonat<br />

Diare<br />

Kehilangan usus halus<br />

Ureterosigmoidostomi<br />

Inhibitor c arbonic anhydras e<br />

Anion gap naik<br />

Produksi asam organik berlebihan<br />

Asidosis karena laktat<br />

Ketoasidosis diabetik<br />

Puasa, kelaparan y ang lama<br />

ketoasidosis karena alkohol<br />

Intoksikasi oleh salisilat, metanol,<br />

etilen glikol, paraldehida<br />

Gagal ginjal<br />

Asidosis tubular dari ginjal<br />

Penyakit ginjal tubulo-interstitial<br />

Penambahan HCL<br />

Amonium klorida<br />

Lisin-HCL<br />

Arginin-HCL<br />

Insufisiensi ginjal<br />

Asidosis pada azotemia<br />

Kegagalan ginjal akut<br />

PENYEBAB ALKALOSIS METABOLIK<br />

Responsif terhadap<br />

pemberian NaCl<br />

Resisten terhadap<br />

pemberian NaCl<br />

- Muntah-muntah<br />

Hiperaldosteronisme<br />

- Pengisapan cairan lambung Sindrom Bartter<br />

Sindrom Cushing<br />

385


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Diuretika: furosemid<br />

asam etakrinat<br />

tiazid<br />

Koreksi mendadak dari<br />

biperkapnia kronis<br />

Deplesi berat dari K*<br />

Minum licorice<br />

PENYEBAB ALKALO SI S RE SPIRATORIK (HIPERVENTII,ASI)<br />

Penyakit susunan saraf pusat<br />

-<br />

- CVA<br />

- Trauma<br />

Ansietas, histeria<br />

- Infeksi<br />

Tumor otak<br />

-<br />

Penyakit paru-paru<br />

- Emboli<br />

- Edema<br />

- Pneumonia<br />

- Gangguan keseimbangan ventilasi-perfusi disertai hipoksia<br />

Penyakit metabolik<br />

- Demam<br />

Intoksikasi salisilat<br />

-<br />

-<br />

-<br />

Insufisiensi hati<br />

Septikemia Gram negatif<br />

PENYEBAB ASIDO SIS RE SPIRATORIK (HIPOVENTIIA,SI)<br />

Penyakit susunan saraf pusat<br />

- Sedatif dosis berlebihan<br />

- Respirasi berhenti<br />

- Hipoventilasi alveolar yang primer<br />

- Tumor otak<br />

Penyakit paru-paru<br />

- Penyumbatan saluran napas secara mendadak<br />

386


BIDANG CAIRAN TTJBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

- COPD<br />

-<br />

-<br />

Pneumonia berat<br />

Edema paru-paru berat<br />

- Pneumotoraks<br />

Penyakit otot pernapasan<br />

-<br />

-<br />

Penyakit toraks yang membatasi pergerakan toraks<br />

Penyakit metabolik<br />

- Miksedema<br />

KELATNAN ASAM-BASA CAMPURAN<br />

Kelainan asam-basa yang sederhana adalah apabila hanya ada satu proses<br />

kelainan primer dan respons fisiologis berikutnya. Dengan kelainan asam-basa<br />

c<strong>amp</strong>ulan dimaksud: ada dua proses primer. Di sini perubahan pH bisa ekstrem<br />

atau hanya minimal tergantung apakah perubahan-perubahan primer menyebabkan<br />

akumulasi atau kompensasi perubahan-perubahan dalam plasma.<br />

Contoh<br />

-<br />

Asidosis metabolik dan alkalosis respiratorik<br />

Kasus (pria) dengan septikemia Gram negatifdalam keadaan shock, pernapasan<br />

cepat dan dalam (hiperventilasi). Mungkin karena produksi asam laktat, kadar<br />

bikarbonat menjadi sangat rendah.<br />

Kompensas i: P aCOz menurun.<br />

Di sini terjadi penunrnan PaCOz yang lebih banyak daripada yang dapat<br />

diperkirakan akibat asidosis metabolik.<br />

Pemeriksaan laboratorium<br />

PaCOz: 15 mmHg (Normal3445 mmHg)<br />

pH darah: 7,35 (l.lormal 7,37-7,77)<br />

(darah arteri)<br />

Bikarbonat plasma: 8 mEq/L : mmol/L fnormal 23-29 mmol/L (darah<br />

arteri)1.<br />

Tafsiran<br />

Kadar bikarbonat plasma adalah sekitar 16 mmol/L lebih rendah dari normal (24<br />

dikurangi 8). Dapat diperkirakan bahwa PaCOz seharusnya dikompensasii<br />

jJ47


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

dikurangi 19 mm Hg (16 mmoVl x 1,2 mmHglmmollL: 19 mm Hg) akibat<br />

respons fisiologis.<br />

Temyata di sini lain halnya:<br />

Penurunan PaCOz adalah 25 mm Hg (a0-15 mm Hg) dan bukan 19 mm Hg<br />

seperti diperkirakan di atas.<br />

Perbedaan antara kenyataan dan perkiraan menunjukkan adanya proses independen<br />

yang merangsang ventilasi paru dan membuktikan adanya kelainan<br />

asam-basa c<strong>amp</strong>uran; dalam hal ini asidosis metabolik disertai alkolosis<br />

respiratorik.<br />

Kelainan asam-basa c<strong>amp</strong>uran: alkalosis metabolik dan alkalosis respiratorik<br />

contoh kasus sfuosis hepatis yang mengalami kegagalan (decompensated).<br />

Tanpa pengobatan biasanya penyakit ini menyebabkan asidosis metabolik. Dengan<br />

pemberian diuretika yang cukup banyak disertai pembatasan garam dalam makanan<br />

dalam rangka pengobatan asites dan edema, pasien masuk dalam keadaan alkalosis<br />

metabolik.<br />

Pemeriksaan laboratorium<br />

Bikarbonat plasma : 38 mEq/L (normal pada pria: 24-28 mEq/L)<br />

PaCOz :42mmLlg (normal padapria: 3545 mmHg)<br />

pH darah<br />

(arteri)<br />

: 7,59 (normal 7,35-7,45)<br />

Tafsiran<br />

pH darah menunjukkan adanya alkaliemia.<br />

Bikarbonat plasma berselisih (naik) 14 mEqlL (3 8 dikuran gi 2a n:tr;qlL).<br />

Diperkirakan PaCOznaikT mmHg QamBqlL x 0,5 mmHg/mEq/L).<br />

Ternyata kadar PaCO z tidak banyak berubah:<br />

42 dikurangi 40 mmHg:2 mmHg<br />

Perbedaan antarahasil yang diperoleh dan yang diperkirakan memberi petunjuk<br />

adanyarangsangan lain yang menyebabkanadanyaalkolosis respiratorik di atas,<br />

kelainan dasar: alkalosis metabolik.<br />

388


BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

DAFTAR PENYAKIT/KEI.AINAN YAI\IG SERING DISERTAI<br />

KEIAINAN ASAM BASA<br />

Penyakit/kelainan<br />

Kelainan Metabolik Kelainan Respiratorik<br />

Asidosis Alkalosis Asidosis Alkalosis<br />

Sepsis X X<br />

Gagal ginjal X X<br />

Diabetes mellitus dan<br />

ketonuria<br />

X<br />

Diare<br />

X<br />

Drainase empedu/usus halus<br />

X<br />

Cardio-pulmonary arrest X X<br />

Insufisiensi hati X X<br />

Minum alkohol X X<br />

Obstruksi jalan pemapasan<br />

X<br />

COPD<br />

X<br />

Muntah-muntah, pengisapan<br />

lambung<br />

X<br />

Obat:<br />

Diuretika<br />

X<br />

Inhibitor carbonic anhydrase X<br />

Phenformin<br />

X<br />

N H4C1<br />

X<br />

Salisilat (dosis tinggi) X ' X<br />

Sedatif (dosis tinggi)<br />

RACUN:<br />

Metanol<br />

Paraldehida<br />

X<br />

X<br />

X<br />

ASIDOSIS OLEH TUBULI GINJAL<br />

Definisi: Renal tubular acidosis (RTA) adalah segolongan kelainan klinis yang<br />

ditandai oleh tidak m<strong>amp</strong>unya ginjal untuk mengekskresi cukup banyak asam ke<br />

dalam urine sehingga ada asidosis metabolik yang menetap disertai hiperkloremia<br />

serta dapat timbul deplesi K+ dan atau hiperkalsiuria sebagai penyulit.<br />

RTA tipe distal : tipe I<br />

Biasanya sporadis,familial bisa disertai penyakit genetik lain, jarang sebagai<br />

penyakit autosomal dominan yang tersendiri.<br />

Kasus sporadis umumnya sebagai penyakit primer dan terutama pada wanita<br />

atau sekunder karena penyebab yang memberi predisposisi seperti penyakit<br />

389


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

autoimun dengan hipergama-globulinemia (terutama sindrom Sjogren) amfoterisin<br />

B atau pengobatan dengan litium, hansplantasi ginjal, nefrokalsinosis dan<br />

penyakit giqal medullary cystic.<br />

RTA tipe proximal: tipe II<br />

Penyebab<br />

- SindromFanconi<br />

Intoleransi fhrktosa<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

Penyakit Wilson<br />

Sindrom Lowe<br />

Mieloma multipel<br />

Hipokalsemia kronis dengan hiperparatiroidisme sekunder<br />

Transplantasi ginjal<br />

Obat: asetazolamida, sulfonamida, tetrasilin yang kedaluwarsa<br />

RTA tipe IV<br />

Defek utama adalah berkurangnya produksi amonia. Biasanya menyertai<br />

hipoaldosteronisme selektif (hiporeninisme).<br />

Diagnosis<br />

-<br />

-<br />

-<br />

HCO; dalam plasma: rendah<br />

pH darah: asam<br />

Anion gap: normal<br />

Tes untuk konfirmasi RTA distal<br />

Pemberian beban asam: amonium klorida 100 mg/kg diberikan secara oral.<br />

Pada keadaan normal pH urine menurun s<strong>amp</strong>ai lebih kecil dat'r 5,2 dalam 3-6<br />

jam.<br />

Pada R T A, pH urine tetap di atas 6.<br />

Tes untuk konfirmasi RTA proksimal<br />

Na-bikarbonat diberikan melalui infus untuk menaikkan HCO; plasma.<br />

Pada RTA proksimal HCO;akan keluar dalam urine sebelum HCO, plasma<br />

mencapai kadar normal.<br />

390


BIDANG CA/RAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

ANION GAP<br />

Kation utama<br />

Na*<br />

K*<br />

Anion utama<br />

c1-<br />

HCO3-<br />

Jumlah kation utama<br />

(!142 mEq/L)<br />

Jumlah anion utama<br />

(t 130 mEq/L)<br />

Anion gap adalahperbedaan antara jumlah kation utama dikurangi jumlah anion<br />

utama.<br />

Anion gap sebenarnya karena<br />

- asam organik sulfat<br />

- asam anorganik { \<br />

fosfat<br />

yang sebenamya merupakan jumlah anion yang tidak diukur.<br />

Pada keadaan normal anion gap adalah:<br />

(Nu* * f+;-1Cf + COzcontent) : 12 +2mEqiL.<br />

Anion gap menurun<br />

- Paraproteinemia<br />

Protein abnormal menggantikan Na+ sebagai kation. Kadar Na menurun dan<br />

menyebabkan hiperkloremia relatif. Terutama oleh mieloma jenis IgG.<br />

Anion gap meninggi<br />

Anion gap sangat berguna untuk diagnosis banding asidosis. Jumlah klorida<br />

-<br />

dan COz content bisa dipertahankan agak konstan karena apabila ada perubahan<br />

kadar COz (oleh perubahan pH dan buffer) kadar klorida akan<br />

berubah. Klorida naik apabila CO2 menurun.<br />

Asidosis karena kehilangan bikarbonat atau kelainan ginjal tubular:<br />

COz rendah<br />

Klorida dalam serum naik<br />

391


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Anion gap tidak ada banyak perubahan<br />

-<br />

Asidosis karena benda keton, laktat, atau salisilal menyebabkan adanya<br />

tambahan anion dalam jumlah yang besar:<br />

COz rendah<br />

Klorida dalam serum menetap<br />

Pada asidosis karena laktat:<br />

pHmenurunjelas<br />

Anion gap besar<br />

Osmolalitas plasma naik<br />

- Anion gap juga meningkat pada:<br />

Kegagalan ginjal (tidak terlalu tinggi, 20-25 mEq/L).<br />

Keadaan c<strong>amp</strong>uran asidosis dengan kompensasi alkalosis (kadar bikarbonat<br />

normal).<br />

TEKANAN GAS DALAM DARAH<br />

Tanda-tanda klinis hipoksia, retensi COz, dan kelainan asam basa sering kali<br />

tidak jelas dan subjektif.<br />

Tirjuan penentuan analisis gas<br />

Mengetahui keadaan hipoksemia, hipokapnia, hiperkapnia, serta mengetahui<br />

apakah ada perubahan pH dan asidosis atau alkalosis, baik metabolik maupun<br />

respiratorik.<br />

NILAI NORMAL ANALISIS GAS DARAII ORANG DEWASA<br />

Pemeriksaan Unit Pria Arteri Vena<br />

Wanita<br />

pH<br />

mmHg Pria 7,37-7,44 7,35-7,45<br />

wanita I<br />

PCO2 mmHg Pria 3445 36-50<br />

Wanita 3142 34-50<br />

PO, mmHg Pria 80-90 2540<br />

Wanita 75-85 idem<br />

Bikarbonat mmol/L Pria 23-29 25-30<br />

Wanita 20-29 23-28<br />

392


393<br />

BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

Total CO, mmol/L Pria 24-30 26-31<br />

Wanita 2l-30 2429<br />

Kelebihan basa Pria -2,4-2,3 0,0-5,0<br />

(Base Excess) mmolil Wanita -2,3-I,2 -1,0-3,5<br />

Alat analisis gas darah (blood gas analyser) otomatis<br />

Mengukur pH. PO rdan PCO 2 dan dapat menghitung nilai bikarbonat plasma<br />

dan jumlah CO, (total CO r) berdasarkan mmus Henderson-Hasselbach. Untuk<br />

menghitung kadar "base excess" perlu diketahui kadar Hb.<br />

PaO ,<br />

: tekanan oksigen dalam darah/plasm a artei. Kadar molekul oksigen bebas.<br />

SaOr: Saturasi oksigen:<br />

Jumlah oksigen yang terikat oleh hemoglobin. Disebut sebagai persentase<br />

dari hemoglobin jika jenuh dengan oksigen.<br />

CaO r: kadar oksigen darah arteri.<br />

CaO r: SaO, x 1,34 x Hb (mli 100 mL darah).<br />

KRITERIA PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA ASID OSIS<br />

DAN ALKALOSIS (darah arteri)<br />

pH<br />

PCO2<br />

HCOj<br />

ASIDOSIS 45<br />

ALKALOSIS > 7,45


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

-<br />

-<br />

-<br />

-<br />

Demikian juga NaF. Hindarkan sebisa mungkin pembendungan pada waktu<br />

pengambilan darah vena.<br />

Sebelum pengambilan darah kapiler, kapiler setempat dipanaskan (4SoC) dan<br />

ata.u di-massage.<br />

Posisi pasien: PCOz lebih rendah 3-4 mmHg dalam posisi duduk atau berdiri<br />

daripada posisi berbaring.<br />

Persiapan pasien: sebaiknya contoh darah diambil setelah istirahat selama 30<br />

menit dan setelah puasa. Misalnya setelah makan, pH darah dapat naik<br />

0,015-0,03. Pada bayi baru lahir PaO, dapat menurun hingga 13 mmHg<br />

setelah men)'usu selama 10 menit. Di s<strong>amp</strong>ing perubahan pH, pekerjaan<br />

jasmani menaikkan COr.<br />

Penyimpanan dan pengiriman bahan: hindarkan kontaminasi udara. Es<br />

batu (melting ice) dapat digunakan untuk menstabilkan suhu s<strong>amp</strong>el selama 2<br />

jam.<br />

Sebaliknya pemeriksaan laboratorium dilakukan dalam waktu satu jam setelah<br />

pengambilan s<strong>amp</strong>el darah. Setelah 3 jam hasil tes mungkin tidak dapat<br />

dipercaya. Oksigen dikonsumsi oleh sel-sel retikulosit, eritrosit, dan leukosit<br />

dalam s<strong>amp</strong>el sedangkan sejumlah CO, dibebaskan oleh sel-sel tersebut.<br />

Kadar O, dapat menurun 2,6 mmHgl jam dan CO., dapat meningkat,l mmHg/<br />

jam sedangkan pH dapat menurun O,4ljam:<br />

Pencatatan data pasien: perlu dilengkapi dengan umur, kelamin, suhu, dan<br />

kadar Hb dari pasien.<br />

Suhu pasien dan suhu penentuan perlu dikoreksi dengan menggunakan rumus<br />

Burnett.<br />

KURVA DISOSTAST OKSIGEN (ODC) PADA ORANG SETTAT (37oC)<br />

Rumus untuk meramalkan tekanan oksigen dalarn arteri @aOr):<br />

PaOr: 109-(0,43 x umur (tahun)) 14,1 (SD) Satuan mmHg.<br />

Contoh:<br />

Seorang berumur 60 tahun:<br />

Seorang berumur l0 tahun:<br />

709-25,8:73,2<br />

(variasi 69,1 s.d. 77,3)<br />

t094,3:104,7<br />

(variasi 100,6 s.d. 108,8)<br />

394


BIDANG CA/RAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

PERNAPASAN<br />

Dalam proses pernapasan (respirasi) terjadi penggantian dua jenis gas utama.<br />

Pemasukan O, dan pengeluaran COr. Proses ini dipengaruhi oleh kondisi tubuh<br />

dan kondisi lingkungan hidup.<br />

Komposisi udara<br />

Atmosfer /<br />

Inspirasi (%) Ekspirasi (%)<br />

o2<br />

CO,<br />

N2<br />

(gas mulia)<br />

Lain-lai.n<br />

20,96<br />

0,04<br />

79<br />

sansat sedikit<br />

15<br />

5<br />

79<br />

sansat sedikit<br />

Kurva Disosiasi Oksigen (ODC) normal:<br />

Orang-orang muda sehat mempunyai tekananO, lebih tinggi daripada orang<br />

berumur yang sehat.<br />

Kurva disosiasi O, tergeser ke kanan (saturasi O, berkurang) apabila pH<br />

darah menurun, suhu naik, danPCO, meningkat. Sedangkan kurva agak tergeser<br />

sebaliknya (ke kiri) apabila pH naik, PCO2 menurun dan2,3 DPG menurun.<br />

Pengaruh Hb: Transfer O, berlaku 95%o oleh eritrosit (Hb). Hb 7 gldL adalah<br />

nilai kritis untuk menyuplai cukup oksigen ke jaringan otak dan miokard.<br />

INSIIFISIENSI RESPIRASI PaOr< 60 mmHg<br />

dan/atauPaCO, > 50 mmHg.<br />

Bacaan lanjutun:<br />

Acidosis & Alkalosis, Harrison 2005, hlm. 263-271<br />

39s


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

HIPOKSIA<br />

Pembagian Hipoksia<br />

1. Histotoxic hypoxia (hipoksia histotoksik)<br />

2. Anemic hypoxia (hipoksia anemik)<br />

3. Stagnant hypoxia (hipoksia stagnan)<br />

4. Hypoxic hypoxia (hipoksia hipoksik)<br />

Penyebab hipoksia jaringan yang umum<br />

- Shock :penyakit jantung, perdarahan, trauma, kuman<br />

- Gagaljantung:<br />

-<br />

-<br />

penyakit jantung iskemik<br />

penyakit jantung rematik<br />

penyakit jantung hipertensif<br />

kardiomiopati<br />

Penyakit paru-paru : asma, penyakit paru kronis, trauma dada<br />

Paralisis pernapasan: keracunan anestesia<br />

trauma kepala CVA<br />

trauma spinal miastenia gravis<br />

polineuritis<br />

ADULT RESPTRATORY DTSTRESS SYNDROME (ARDS)<br />

Klinis: Ansietas, dispneu, takipneu.<br />

Diobati karena tranma, shock atau sepsis.<br />

Foto toraks (sinar x): infitrat difus alveolar dan interstitial.<br />

Compliance paru berkurang.<br />

Sianosis dapat timbul.<br />

Pemeriksaan laboratorium analisis gas darah:<br />

- PaO, menurun<br />

Biasanya sulit menaikkanPaO, walaupun diberikan terapi O, dengan tekanan<br />

inspirasi tinggi.<br />

- PaCO, menurun<br />

Pada stadium lanjut PaCO , naik(tandaprognostik buruk).<br />

Penyebab:<br />

- Sepertiga dari semua pasien dalam shock berat (hipotensi) atau setelah trauma<br />

masif.<br />

396


BIDANG CA/RAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

- Bypass kardiopulmoner. Infeksi berat lain.<br />

- Septikemia<br />

-<br />

- Pneumonia viral. - Emboli lemak.<br />

- Pneumonitis karena aspirasi. - pankreatitis.<br />

Overdosis narkotik intravena.<br />

Patogenesis<br />

Patogenesis ARDS tak jelas. Kerusakan endotel kapiler paru menyebabkan<br />

permeabilitas meninggi, perdarahan interstitisal, dan alveolar, serta edema.<br />

Surfaktan menurun, menyebabkan atelektasis alveolar dengan shunt kanan ke<br />

kiri^. C o mp I i anc e p arv menurun akibat adany a peningkatan jumlah cairan ekstravaskuler<br />

dalam paru dan atelektasis alveolar difus yang mengakibatkan mengurangi<br />

kapasitas residual paru yang fungsional.<br />

Kegagalan Respirasi pada Orang Dewasa<br />

PaO, < 55 mmHg<br />

PaCO, > 45 mmHg<br />

Pulmonal:<br />

Emfisema<br />

Bronkitis kronis<br />

Asma<br />

Fibrosis interstitial<br />

<strong>Cairan</strong>pleura masif<br />

Pneumonia berat<br />

CHRONTC OBSTRUCTTVE PULMONARY DTSEASE (COPD)<br />

Pemeriksaan Emfisema pan-asinar predominan Bronkitis kronis<br />

laboratorium (defisiensi alfa-1-antitripsin) predominan<br />

Analisis gas darah: PaO, menurun (ringan atau sedang) PaO, menurun fielas)<br />

PaCO, normal atau menurun PaCO, normal,<br />

menurun atau<br />

meninggi<br />

397


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Kapasitas paru total Na i k<br />

(: rLC)<br />

(TLC: total lung<br />

capacity)<br />

Volume residual (:RV)Naik<br />

Kapasitas vital (VC) Normal atau menurun<br />

Bila kadar CO,<br />

tinggi biasanya<br />

disertai bikarbonat<br />

yang meninggi<br />

Naik<br />

Naik<br />

Rasio RV/TLC Naik Naik<br />

FE<strong>VI</strong> Menurun jelas Memrrun<br />

Normal atau menurun<br />

Tes faal hati Mungkin terganggu Bisa terganggu<br />

'<br />

(deposisi granula alfa-l-antitripsin<br />

dalam parenkim hati)<br />

Hematokrit o% 3545 50-55<br />

Sputum Sedikit, mukoid Banyak, purulen<br />

Nonpulmonal: Depresi SSP (obat, perdarahan, cedera kepala)<br />

Neuromuskular (Guillain Barre, polio, cedera sumsum tulang<br />

spinal)<br />

Kelainan dinding toraks (kongenital, dll).<br />

Kardiovaskuler:<br />

Kegagalan ventrikel kiri, shunt intrakardial kanan ke<br />

kiri, emboli paru<br />

Trauma, edema paru yang nonkardiogenik<br />

Bacsan lunjutan:<br />

ARDS, CMDT 2004, hlm. 3 03-305<br />

Chronic Obstructive Pulmonary Disease, Harrison 2005, hlm. 1541*1554<br />

KOMA ISKEMIK_ANOKSIK<br />

Anoksia serebri selama 4 menit menyebabkan koma ireversibel.<br />

Misalnya:<br />

- kegagalan jantung dan sirkulasi darah, jantung berhenti berdenyut selama 4<br />

menit.<br />

398


BIDANG CA/RAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

-<br />

-<br />

kegagalan paru dan pernapasan.<br />

faktor berganda, anemia, dan kelainan asam basa.<br />

Koma karena hipoksia otak<br />

Dapat timbul bila syok (atau PO2 lebih kecil dari 40 mmHg) berlangsung<br />

lebih dari 10 menit.<br />

Risiko tinggi pada orang usia lanjut, dan anak-anak.<br />

PEMERIKSAAN ANTIOKSIDAN DALAM DARAH<br />

(berdasarkan kolorimetri)<br />

Nilai rujukan (Prodia)<br />

# SAT (Status Antioksidan Total)<br />

Nilai rujukan: 1,30-7,77 mmol/L<br />

Menggunakan serum atau plasma<br />

# SOD (Superoxide Dismutase)<br />

Nilai rujukan: I103-1601 U/gHb<br />

Menggunak an darah lengkap EDTA,{Heparin<br />

# GPx (Glutathione Peroxidase)<br />

Nilai rujukan : 27,5-7 3,6 U/gHb<br />

Menggunakan darah lengkap EDTA/Heparin<br />

Antioksidan dalam ragam cairan tubuh<br />

Dari ragam cairan tubuh, kadar antioksidan tertinggi didapat pada IIRINE.<br />

(Kosasih E.N.: Antioksidan dalam urine, Maj. Intisari Maret 2005)<br />

399


PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK<br />

Bacaan Lanjutan <strong>Bab</strong> <strong>VI</strong>:<br />

Klatt EC; The Internet Pathology Laboratory for Medical Education;<br />

http : //www-medlib.med.utah. eduiWebPaIh/TUTORIAL/URINEAJRINE.html<br />

Hardjoeno H, dkk.; Substansi dan <strong>Cairan</strong> <strong>Tubuh</strong>: Urinalisis, LEPHAS 2004,<br />

hlm. l-28<br />

Sabatine M.S (Ed.); The Massachusetts General Hospital Handbook of Internal<br />

Medicine, Buku Saku Klinis: Penyakit Glomerulus, Penerbit Hipokrates 2001,<br />

hlm. 134-136<br />

B iochemical Genetics, CMDT 200 4, hlm. 1 6 4 6-1 647<br />

PNH, CMDT 2004, hlm. 47 247 3<br />

Diabetes Insipidus, CMDT 2004, hlm. 1070*1072<br />

Prenatale diagnostiek, Diagn. Kompas, h1m. 1151-1153<br />

Hardjoeno H, dkk.; Substansi dan <strong>Cairan</strong> <strong>Tubuh</strong>: Tes dan Interpretasi <strong>Cairan</strong><br />

Amnion, LEPHAS 2004, hlm, 175-188<br />

Hardjoeqo H, dkk.; Substansi dan <strong>Cairan</strong> <strong>Tubuh</strong>: Tes dan Interpretasi <strong>Cairan</strong><br />

Pleura, LEPHAS 2004, hlm. 55-80<br />

Hardjoeno H, dkk.; Substansi dan <strong>Cairan</strong> <strong>Tubuh</strong>: Tes dan Interpretasi <strong>Cairan</strong> Otak,<br />

LEPHAS 2004, hlm. 1 09-1 30<br />

Planta M.V dkk.; Diagnosis Banding Ilmu Penyakit Dalam: <strong>Cairan</strong><br />

Serebrospinal, Penerbit Hipokrates 2003, hlm. 224-225<br />

Hardjoeno H, dkk.; Substansi dan <strong>Cairan</strong> <strong>Tubuh</strong>: Tes dan Interpretasi Feces,<br />

LEPHAS 2004, hlm. 157 -17 4<br />

Nematode (Roundworm) Infections, CMDT 2004, hlm. I 45 l-l 47 0<br />

Sabatine M.S (Ed.); The Massachusetts General Hospital Handbook of Intemal<br />

Medicine, Buku Saku Klinis: Diare, Penerbit Hipokrates 2001, hlm. 88-90<br />

Protein-Energy Malnutrition, CMDT 200 4, Hal. 1212-l2l 5<br />

400


BIDANG CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & GAS DARAH<br />

Hardjoeno H, dkk.; Substansi dan <strong>Cairan</strong> <strong>Tubuh</strong>: Analisis Semen, LEPHAS<br />

2004, hlm. 2942<br />

Infertility, CMDT 2004, hlm. 7 I51 17<br />

Male Infertility, CMDT 2004, hlm. 920-92I<br />

Sperm evaluation and testing, Sperm tests The Fertility Institutes, Los Angeles,<br />

Las Vegas Mexico,2004<br />

Fluid & Electrolyte Disorders, CMDT 2004, hlm. 833-844,<br />

http ://www. cmdtlinks. com<br />

Fluid & Electrollte Disturbances, Harrison 2005, hlm. 252-263<br />

Siregar P, dkk.: Gangguan <strong>Elektrolit</strong> dalam Klinik, Buku Ajar Ilmu Penyakit<br />

Dalam Jilid II Ed.3, Balai Penerbit FKUI Jakarta 2001, hlm. 307-313<br />

Acidosis & Alkalosis, Harrison 2005, hlm. 26327I<br />

ARDS, CMDT 2004. hlm. 303-305<br />

Chronic Obstructive Pulmonary Disease, Harrison 2005, hlm. 1547-1554<br />

40'-

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!