ebook-saddam 1
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
suatu saat nanti saya dapat membahagiakan kedua orang tua saya dan<br />
meningkatkan harkat, martabat dan derajat kedua orang tua.<br />
Selepas saya SMA saya sebenarnya tidak ada bayangan untuk melanjutkan<br />
perguruan tinggi, saya sadar bahwa untuk sekolah SMP dan SMA saja<br />
membutuhkan banyak biaya yang tidak sedikit apalagi untuk mengenyam<br />
bangku perkuliahan. Hingga pada suatu hari ketika saya membantu bapak<br />
saya memilah-milah barang rongsokan, saya mendapatkan buku SNMPTN<br />
berwarna biru. Dalam buku tersebut tertera berbagai daftar Universitas<br />
Negeri dan Ternama di Indonesia. Ingin rasanya saya mencoba mendaftar<br />
kuliah. Saya memberanikan diri mengatakan kepada Bapak dan Ibu, namun<br />
Bapak Ibu hanya diam saat itu. Saya mengerti betul seharusnya selepas SMA<br />
saya harus bekerja dan meningkatkan perekonomian keluarga. Tetapi disitu<br />
terkadang saya berfikir, saya juga ingin berjuang untuk Bangsa Indonesia.<br />
Harapan saya dengan sekolah tinggi saya dapat membantu banyak orang<br />
yang bernasib sama bahkan dibawah saya.<br />
Saya mencoba mendaftar beberapa beasiswa agar saya bekesempatan<br />
untuk dapat melanjutkan perguruan tinggi. Namun pada saat itu saya<br />
dinyatakan tidak lolos pada tes SNMPTN, Ujian Mandiri 1 Unnes, Ujian<br />
Mandiri 2 Unnes dan Ujian Mandiri Universitas Diponegoro. Saya sempat<br />
berputus asa dan menganggap bahwa sebaiknya saya mengubur mimpi<br />
saya dalam-dalam untuk kuliah. Hingga di tengah keputusasaan saya, Bapak<br />
memberikan koran bekas yang berisikan bahwa Unnes masih membuka<br />
pendaftaran tahap terakhir dan disediakan progam beaiswa Bidikmisi. Saya<br />
pun berusaha kembali dan akhirnya saya di nyatakan lolos, meski sebagai<br />
cadangan.<br />
Pada bulan Agustus 2012, saya dinyatakan lolos menjadi mahasiswa<br />
progam studi ilmu politik Unnes. Akan tetapi, pada semester pertama saya<br />
belum dinyatakan sebagai penerima beasiswa bidikmisi dan dikenakan<br />
biaya uang pangkal sebesar Rp 7.150.000. Seketika itu juga saya lemas<br />
karena keluarga kami tidak memiliki uang sepeser pun. Saya tidak memiliki<br />
apa–apa untuk persiapan awal kuliah, laptop pun saja saya tidak punya.<br />
Akhirnya selama satu semester saya meminta keringanan waktu untuk<br />
membayar uang pangkal tersebut. Kami sekeluarga pun bekerja keras. Saya<br />
memutuskan kuliah sambil bekerja apapun dari jadi babysitter hingga<br />
menjadi buruh pasar. Akhirnya, ditengah penghujung semester 1 saya<br />
diperkenankan mendapatkan keringanan uang pangkal dari kampus. Selain<br />
itu, saya juga mampu menperoleh IPK teringgi se-jurusan pada semester<br />
awal pertama.<br />
Pada semester kedua, secara mengejutkan saya dinyatakan lolos menjadi<br />
penerima beasiswa bidikmisi pengganti. Saya teramat bersyukur karena