03.03.2019 Views

iki terakhir tenan

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

KONSERVASI FLORA<br />

DAN FAUNA DI<br />

INDONESIA


2


3


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Produksi Media<br />

Pembelajaran Geografi<br />

Nama: Filia Rani Artanti<br />

NIM: 160721614453


Kata Pengantar<br />

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang<br />

Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah tercurah,<br />

sehingga penulis bisa menyelesaikan Buku Suplemen<br />

Geografi konservasi flora dan fauna di Indonesia.<br />

Adapun tujuan dari disusunnya buku ini adalah supaya<br />

para siswa dapat mengetahui konservasi flora dan<br />

fauna yang ada di Indonesia.<br />

Tersusunnya buku ini tentu bukan dari usaha<br />

penulis seorang. Dukungan moral dan material dari<br />

berbagai pihak sangatlah membantu tersusunnya buku<br />

ini. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada<br />

keluarga, sahabat, rekan-rekan, dan pihak-pihak<br />

lainnya yang membantu secara moral dan material<br />

bagi tersusunnya buku ini.<br />

Buku yang tersusun sekian lama ini tentu masih<br />

jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran<br />

yang membangun sangat diperlukan agar buku ini bisa<br />

lebih baik nantinya.<br />

Malang, 2 Maret 2019<br />

Penulis<br />

i


Daftar Isi<br />

Kata Pengantar ............................................. i<br />

Daftar Isi ...................................................... ii<br />

A. PENDAHULUUAN ................................. 1<br />

1. Identitas Flora dan Fauna di<br />

Indonesia ................................................. 1<br />

2. Persebaran Flora dan Fauna di<br />

Indonesia ................................................. 3<br />

B. KONSERVASI FLORA DAN FAUNA ...... 12<br />

1) Keanekaragaman flora dan fauna<br />

untuk masa depan umat manusia ......... 12<br />

2) Keanekaragaman hayati harus<br />

dilestarikan karena kepunahan terjadi<br />

untuk selamanya ................................... 15<br />

3) Upaya-upaya Konsevasi ................. 19<br />

C. Contoh Konservasi di Indonesia ........ 30<br />

1. Taman Nasional Alas Purwo .......... 30<br />

Daftar Pustaka ........................................... 41<br />

ii


iii


A. PENDAHULUUAN<br />

1. Identitas Flora dan Fauna di Indonesia<br />

Indonesia merupakan negara yang<br />

memil<strong>iki</strong> sumberdaya alam hayati yang<br />

tinggi dan tersebar di seluruh pelosok tanah<br />

air. Kekayaan sumber daya alam hayati<br />

menjadi tumpuan baru bagi pembangunan<br />

nasional selain penggunaan sumber daya<br />

alam tak terbarukan seperti minyak bumi<br />

dan gas alam.<br />

Upaya pemanfaatan kekayaan sumber<br />

daya alam hayati tidak dapat terlepas dari<br />

UUD 1945, khususnya pasal 33 ayat (3) yang<br />

berbunyi “Bumi dan air dan kekayaaan alam<br />

yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh<br />

negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya<br />

kemakmuran rakyat”. Pengertian<br />

dikuasai oleh negara dan dipergunakan<br />

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat<br />

tidak berarti pemanfaatannya dilakukan<br />

dengan semena-mena namun juga harus<br />

memperhatikan aspek-aspek keserasian,<br />

keselarasan, keseimbangan, keadilan yang<br />

1


2<br />

merata dan berkelanjutan, baik generasi<br />

masa kini maupun yang akan datang.<br />

Sumber daya alam hayati meliputi<br />

keanekaragaman flora dan fauna<br />

mempunyai fungsi dan manfaar sebagai<br />

unsur pembentuk lingkungan hidup yang<br />

kehadirannya tidak dapat diganti.<br />

Mengingat sifatnya yang tidak dapat diganti<br />

dan memil<strong>iki</strong> kedudukan serta berperan<br />

penting bagi kehidupan manusia, maka<br />

upaya konservasi sumber daya alam hayati<br />

flora dan fauna menjadi kewajiban mutlak<br />

bagi setiap generasi.<br />

Upaya-upaya konservasi tidak akan<br />

mendapatkan hasil seperti yang diharapkan<br />

tanpa dukungan dan peran serta aktif dari<br />

segenap lapisan masyarakat. Oleh karena<br />

itu salah satu upaya yang dianggap strategis<br />

dan efektif oleh pemerintah adalah dengan<br />

menetapkan berbagai macam kekayaan<br />

sumber daya alam hayati tersebut ke dalam<br />

bentuk identitas flora dan fauna daerah.<br />

Penetapan identitas flora dan fauna daerah


merupakan upaya nyata yang dilakukan<br />

sebagai tindak lanjut dari keputusan<br />

presiden Nomer 4 Tahun 1993 tentang<br />

satwa dan bunga nasional. Dengan<br />

ditetapkannya flora dan fauna identitas<br />

daerah tingkat I ini dapat dilanjutkan pula<br />

dengan pemilihan flora dan fauna di tingkat<br />

II, kecamatan dan desa. Diharapkan dengan<br />

dem<strong>iki</strong>an akan dapat mendorong upayaupaya<br />

perlindungan, pengawetan, serta<br />

pemanfaatan secara berkelanjutan sumber<br />

daya alam hayati flora dan fauna baik oleh<br />

aparat pemerintah di daerah maupun<br />

masyarakat secara keseluruhan sampai<br />

dengan ke tingkat II bahkan kecamatan dan<br />

pedesaan.<br />

2. Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia<br />

Wilayah Indonesia merupakan negara<br />

yang kaya akan keanekaragaman sumber<br />

daya hayati baik yang terdapat di darat, laut<br />

maupun udara. Keanekaragaman flora dan<br />

fauna tersebut mendorong pada peneliti<br />

3


dan pecinta alam datang ke Indonesia untuk<br />

menelliti flora dan fauna.<br />

a) Persebaran Flora di Indonesia<br />

Flora atau tumbuhan yang tumbuh<br />

disuatu tempat ada yang tumbuh secara<br />

alami dan ada juga yang dibudidayakan<br />

oleh manusia. Flora di berbagai tumbuh<br />

tempat didunia pasti berbeda-beda, hal<br />

ini dipengaruhi oleh faktor antara lain<br />

sebagai berikut:<br />

• Iklim<br />

• Jenis tanah<br />

• Relief (tinggi rendahnya permukaan)<br />

• Biotik (pengaruh mahluk hidup)<br />

4


Persebaran flora di Indonesia<br />

1) Hutan hujan tropis<br />

gambar: hutan hujan tropis<br />

sumber: www.liputan6.com<br />

Terdapat di daerah yang curah hujannya<br />

tinggi. Indonesia beriklim tropis dan dilalui garis<br />

khatulistiwa sehingga Indonesia banyak<br />

memporeleh sinar matahari sepanjang tahun,<br />

curah hujan tinggi dan temperatur udara tinggi.<br />

Hutan hujan tropis di Indonesia terdapat di<br />

Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan<br />

Papua.<br />

5


2) Sabana<br />

Gambar: sabana<br />

www.pressreader.com<br />

Terdapat di daerah yang hujannya sed<strong>iki</strong>t.<br />

Sabana berupa padang rumput yang diselingi<br />

pepohonan yang bergerombol. Sabana<br />

terdapat di Nusa Tenggara Barat dan Nusa<br />

Tenggara Timur.<br />

6


3) Stepa<br />

Gambar: Stepa<br />

Stepa adalah padang rumput yang sangat<br />

luas. Stepa terdapat di daerah yang curah hujan<br />

sangat sed<strong>iki</strong>t atau rendah.perbedaan stepa<br />

dan sabana, apabila stepa padang rumput yang<br />

sangat luas dan tidak terdapat pohon sama<br />

sekali. Sedangkan sabana padang rumput dan<br />

diselingi oleh beberapa pohon saja. Stepa<br />

terdapat di Nusa Tenggara Timur, baik untuk<br />

peternakan.<br />

7


4) Hutan Bakau atau Mangvore<br />

Sumber: Hutan Bakau<br />

Sumber: www.mldspot.com<br />

Hutan Bakau atau Morove adalah hutan<br />

yang tumbuh di pantai yang berlumpur. Hutan<br />

bakau banyak terdapat di pantai Papua, Sumatra<br />

bagian timur, Kalimantan Barat dan Kalimantan<br />

Selatan.<br />

8


9


10<br />

b) Persebaran Fauna di Indonesia<br />

Keanekaragaman dan perbedaan fauna di<br />

pengaruhi oleh keadaan alam, gerakan hewan<br />

dan rintangan alam. Fauna atau dunia hewan di<br />

Indonesia digolongkan menjadi tiga kelompok<br />

berdasarkan pengelompokan oleh Alfred<br />

Russel Wallace dan Max Wilhelm Carl Weber.<br />

Secara ringkas tiga kelompok fauna di<br />

Indonesia adalah sebagai berikut:<br />

1) Fauna tipe Asiatis<br />

Menempati bagian barat Indonesi sampai<br />

selat Makasar dan Selat Lombok. Di daerah ini<br />

terdapat berbagai jenis hewan menyusui<br />

yang besar seperti gajah, harimau, badak,<br />

beruang, orang utan.<br />

2) Fauna tipe Austalis<br />

Menempati bagian timur Indonesia,<br />

meliputi Papua dan pulau-pulau sekitarnya.<br />

Didaerah ini terdapat jenis hewan seperti<br />

kangguru, burung kasuari, cendrawasih,<br />

kakaktua.


3) Fauna peralihan<br />

Terdapat di bagian tengah Indonesia,<br />

meliputi Sulawesi dan daerah Nusa<br />

Tenggara. Di daerah ini terdapat hewan<br />

seperti: komodo, kuskus, babi rusa, anoa<br />

dan burung maleo.<br />

11


12<br />

B. KONSERVASI FLORA DAN FAUNA<br />

1) Keanekaragaman flora dan fauna untuk<br />

masa depan umat manusia<br />

Ekonomi Indonesia sebagai negara dengan<br />

kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat<br />

tinggi akan bergantung pada SDA hayati di<br />

masa depan. Oleh sebab itu, di dalam tata<br />

kehidupan dunia, Indonesia, dengan kekayaan<br />

sumber daya hayati yang dipunyai akan<br />

menempati posisi yang sangat sentral bagi<br />

peradaban manusia masa depan. Dengan<br />

dem<strong>iki</strong>an, konservasi keanekaragaman hayati<br />

menjadi keniscayaan dan mutlak harus<br />

dilakukan untuk menjamin kekayaan tersebut<br />

berkelanjutan.<br />

Pentingnya SDA hayati bagi umat manusia<br />

diakui masyarakat dunia, yang secara fomal<br />

telah menyepakati suatu perjanjian<br />

internasional yaitu Konvensi mengenai<br />

Kenekaragaman Hayati (Convention on<br />

Biological Diversity / “CBD”) pada tahun 1992.<br />

Dalam preambul CBD, negara pihak<br />

menyatakan bahwa keanekaragaman hayati


merupakan penopang sistem penyangga<br />

kehidupan manusia yang penting bagi evolusi;<br />

menjaga sistem biosfer ini yang membuat<br />

kehidupan manusia berkelanjutan; serta<br />

menekankan kekhawatiran akan laju kerusakan<br />

dan kehilangan keanekaragaman hayati yang<br />

sedang terjadi saat ini. Maka, konservasi,<br />

pemanfaatan yang lestari serta keadilan bagi<br />

masyarakat atas pemanfaatannya menjadi hal<br />

yang penting.<br />

Keanekaragaman hayati dapat dipandang<br />

sebagai fondasi ketahanan kesehatan dan<br />

pangan manusia karena mendukung<br />

berfungsinya ekosistem di mana manusia<br />

bergantung untuk mendapatkan sumber<br />

pangan, air bersih, mengatur iklim, banjir dan<br />

mengendalikan penyakit. Secara eksplisit CBD<br />

juga berfokus pada kontribusi jasa ekosistem<br />

terhadap kesehatan, mata pencaharian dan<br />

kesejahteraan. Selain itu, kekayaan ekosistem<br />

beserta keanekaragaman spesies dan<br />

genetiknya mempunyai nilai potensial dan<br />

aktual sebagai sumber pangan saat ini, sumber<br />

13


14<br />

pangan baru maupun alternatif yang dapat<br />

didedikasikan untuk beradaptasi terhadap<br />

perubahan iklim. Keanekaragaman sumber<br />

daya genetik, spesies dan mikroba memil<strong>iki</strong><br />

properti obat-obatan yang dapat menyediakan<br />

solusi bagi issu kesehatan sekarang maupun<br />

masa depan. Berbagai komponen<br />

keanekaragaman hayati yang mengandung<br />

biomasa termasuk micro-algae dapat dipakai<br />

sebagai sumber bahan bakar (biofuel). Berbagai<br />

spesies tumbuhan liar dapat dengan mudah<br />

dikonversi menjadi gula monomerik<br />

(monomeric sugar) yang mungkin dapat dipakai<br />

sebagai stok produksi bahan bakar berbasis<br />

biomasa di masa depan, tanpa harus<br />

menjadikan konflik dengan produksi pangan.<br />

Beberapa riset pendahuluan di Indonesia<br />

menunjukkan ribuan spesies mikroba asli<br />

Indonesia, utamanya jamur, mempunyai<br />

potensi sebagai obat-obatan dan kosmetik<br />

yang memungkinkan untuk dipatenkan.<br />

Sangat jelas bahwa keanekaragaman hayati<br />

menyediakan solusi bagi permasalahan


pangan, kesehatan dan energi bagi<br />

kesejahteraan umat manusia dan menjaga<br />

planet bumi tetap hijau dan sehat.<br />

2) Keanekaragaman hayati harus dilestarikan<br />

karena kepunahan terjadi untuk selamanya<br />

Isu utama dalam konservasi adalah<br />

mencegah kepunahan yang dapat terjadi di<br />

semua tingkatan keanekaragaman hayati baik<br />

ekosistem, spesies maupun genetik.<br />

Kepunahan, terlebih yang bersifat massal,<br />

harus dicegah. Satu-satunya cara<br />

pencegahannya adalah konservasi dalam arti<br />

luas, termasuk pengelolaan secara<br />

berkelanjutan. Dalam mempertahankan<br />

stabilitasnya, ekosistem alam mempunyai<br />

tingkat ketahanan (resistensi) dan daya lenting<br />

(resiliensi) dalam menghadapi gangguan atau<br />

tekanan dari luar. Walaupun alam dapat<br />

mengembalikan dirinya ke tingkat semula,<br />

ancaman yang kecil pun pada tahap tertentu<br />

dapat mengakibatkan kehilangan spesies<br />

secara total. Namun, selama spesies aslinya<br />

masih tetap ada, maka komunitas biologi itu<br />

15


16<br />

akan cenderung kembali ke tingkat aslinya.<br />

Dem<strong>iki</strong>an pula halnya di tingkat genetik dimana<br />

variasi genetik pada suatu spesies dapat<br />

berkurang jika jumlah individu di dalam<br />

populasi berkurang, tetapi spesies dapat<br />

mengembalikan variasi genetiknya melalui<br />

mutasi dan rekombinasi. Namun, ketika suatu<br />

spesies punah, informasi genetik yang unik<br />

dalam materi DNA, maupun kombinasi khusus<br />

sifat-sifat unik yang dimil<strong>iki</strong>nya, akan hilang<br />

selamanya. Akibatnya, komunitas dan<br />

ekosistem tempat hidupnya akan kehilangan<br />

satu komponen penyusunnya sehingga potensi<br />

manfaat bagi manusia juga ikut hilang.<br />

Beberapa spesies Indonesia telah dinyatakan<br />

punah secara global, beberapa spesies lain<br />

mungkin telah punah secara lokal karena sudah<br />

sulit dijumpai di alam, dan ada spesies yang<br />

hanya tinggal di penangkaran dan sedang<br />

diupayakan untuk dilepasliarkan kembali ke<br />

habitat alam.<br />

Secara geografis, kepunahan dapat terjadi<br />

di tingkat yang sangat lokal, yaitu satu atau dua


populasi di suatu tempat mengalami<br />

kepunahan tetapi masih dapat ditemui di<br />

tempat lain. Kepunahan global terjadi apabila<br />

seluruh populasi di sebaran alami spesies telah<br />

punah. Selain itu, kepunahan juga dapat terjadi<br />

hanya di habitat alamnya (punah di alam).<br />

Kepunahan ekologis dapat terjadi ketika suatu<br />

spesies hanya tinggal di dalam populasi yang<br />

sangat kecil yang secara ekologis sudah tidak<br />

dapat bertahan hidup dalam jangka panjang<br />

(tidak viable).<br />

Secara umum penyebab kepunahan spesies<br />

dapat dialamatkan kepada dua hal yaitu:<br />

a) Kerusakan habitat yang diakibatkan oleh<br />

konversi habitat alami serta pemanfaatan<br />

sumberdaya alam dengan cara yang<br />

merusak;<br />

b) Pemanfaatan spesies yang tidak<br />

berkelanjutan seperti perburuan dan<br />

perdagangan ilegal, termasuk tidak ada<br />

atau tidak efektifnya regulasi,<br />

pemanfaatan yang tidak terpantau serta<br />

17


masuk dan berkembangnya spesiesspesies<br />

yang bersifat invasif.<br />

Kepunahan dapat terjadi secara alami,<br />

misalnya karena perubahan iklim yang<br />

ekstrim yang pernah terjadi pada masa<br />

geologi jutaan tahun yang lalu. Kepunahan<br />

secara alami juga dapat disebabkan oleh<br />

epidemi penyakit, asteroid atau spesies<br />

invasif.<br />

Aktivitas manusia mempercepat<br />

kepunahan dengan meningkatnya jumlah<br />

penduduk, perusakan dan fragmentasi<br />

habitat, pencemaran dan pemanasan global.<br />

Dari catatan kepunahan, 99% spesies yang<br />

punah disebabkan oleh kegiatan manusia.<br />

Terkait dengan hal tersebut, IUCN<br />

memperkirakan bahwa kehilangan dan<br />

perusakan habitat berpengaruh pada 86%<br />

dari seluruh burung, 86% mamalia dan 88%<br />

amphibi yang terancam punah.<br />

18


3) Upaya-upaya Konsevasi<br />

Konservasi bertujuan untuk melindungi<br />

habitat atau tempat hidup berbagai jenis<br />

mahluk hidup dari kerusakan, baik karena erosi,<br />

longsor, dan lain-lain. Selain itu, konservasi juga<br />

bertujuan untuk melindungintumbuhan dan<br />

hewan dari kepunahan. Untuk mencapai tujuan<br />

tersebut, sejumlah wilayah harus dikonservasi<br />

untuk melindungi habitat dan mahluk hidup<br />

dari kerusakan dan kepunahan.<br />

Indonesia memil<strong>iki</strong> sejumlah kawasan<br />

konservasi yang dibagi menjadi kawasan suaka<br />

alam dan kawasan pelestarian alam. Pengertian<br />

dari kedua kawasan tersebut adalah:<br />

a) Kawasan suaka alam adalah kawasankawasan<br />

dengan ciri khas tertentu, baik<br />

di daratan maupun di perairan yang<br />

mempunyai fungsi pokok sebagai<br />

sebagai kawasan pengawetan<br />

keanekaragaman tumbuhan dan satwa<br />

serta ekosistemnya yang juga berfungsi<br />

19


20<br />

sebagai wilayah sistem penyangga<br />

kehidupan.<br />

b) Kawasan pelestarian alam adalah<br />

kawasan dengan ciri khas tertentu, baik<br />

di daratan maupun di perairan yang<br />

mempunyai fungsi perlindungan sistem<br />

penyangga kehidupan, pengawetan<br />

keanekaragaman jenis tumbuhan dan<br />

satwa, serta pemanfaatan secara lestari<br />

sumber daya flora dan fauna serta<br />

ekosistemnya.


Kawasan suaka alam terdiri atas kawasan<br />

cagar alam dan kawasan suaka marga satwa.<br />

Pengertian dari dua kawasan tersebut adalah:<br />

a) Kawasan cagar alam<br />

Gambar: kawasan cagar alam penanjung<br />

pengandaran<br />

Sumber: http://bandung.panduanwisata.id<br />

Kawasan cagar alam adalah kawasan<br />

suaka alam yang karena keadaan alamnya<br />

memil<strong>iki</strong> kekhasan tumbuhan, satwa dan<br />

ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang<br />

dililndungi dan perkembangannya<br />

berlangsung secara alami. Contohnya adalah<br />

21


Arca Domas, Gunung Burangrang,keuweung<br />

sancang, penan pengandaran dan lain-lain.<br />

b) Kawasan Suaka Margasatwa<br />

Gambar: suaka marga satwa Muara Angke<br />

Sumber: www.sukasukadee.com<br />

Kawasan suaka marga satwa adalah<br />

kawasan suala alam yang memil<strong>iki</strong> ciri khas<br />

berupa keanekaragaman dan atau tidak<br />

keunikanj enis satwa yang untuk<br />

kelangsunganhidup dan atau keunikan jenis<br />

satwa yang hidupnya dapat dilakukan<br />

pembinaan terhadap habitatnya. Contohnya<br />

Suaka Margasatwa Muara Angke Jakarta,<br />

22


Rimbang Baling Riau, Batanghari, Barumun,<br />

Cikepuh dan lain-lain.<br />

23


24<br />

Peta Persebaran Taman Nasional


Kawasan pelestarian alam terdiri atas<br />

Kawasan Taman Nasional, Kawasan Taman<br />

Hutan Raya dan Kawasan Taman Wisata Alam.<br />

Pengertian dari masing-masing adalah:<br />

a) Kawasan Taman Nasional adalah kawasan<br />

pelestarian alam yang mempunyai<br />

ekosistem asli, dikelola dengan sistem<br />

zonasi yang dimanfaatkan untuk<br />

keperluan penelitian, ilmu pengetahuan,<br />

pendidikan, menunjang budidaya,<br />

pariwisata, dan rekreasi. Contohnya<br />

adalah Gunung Leuser (Aceh), Way<br />

Kambas (Lambung), Ujung Kulon (Banten),<br />

Baluran (Jawa Timur) dan lain-lain.<br />

25


) Kawasan Taman Hutan Raya (THR)<br />

Gambar: THR Ir. H. Djuanda Bandung<br />

Kawasan taman hutan raya adalah<br />

kawasan pelestarian alam untuk tujuan<br />

koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami<br />

atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan<br />

asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan<br />

peneliti, ilmu pengetahuan, pendidikan,<br />

menunjang budidaya, budaya, pariwisata,<br />

dan rekreasi. Contohnya THR Ir. Juanda di<br />

Bandung, THR Pancoran Mas di Depok, THR<br />

gunung Palasari dan Lain-lain.<br />

26


c) Kawasan Taman Wisata Alam<br />

Gambar: Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu<br />

Sumber: http://pesonawisataindonesia.com<br />

Kawasan taman wisata alam adalah<br />

kawasan pelestarian alam dengantujuan<br />

utama untuk dimanfaatkan bagi<br />

kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.<br />

Contohnya Gunung Papandayan, Kawah<br />

Gunung Tangkuban Perahu, kawah<br />

Kamojang, Gunung Guntur, dan lain-lain.<br />

27


d) Kawasan Taman Laut<br />

Gambar: Taman Laut Bunaken<br />

www.wisata-tanahair.com<br />

Taman Laut adalah tempat<br />

perlindungan kawasan atau ekosistem bawah<br />

laut yang dilakukan oleh pemerintah setempat.<br />

Kawasan taman laut ini biasa sengaja dilakukan<br />

untuk mencegah kepunahan atau<br />

pengrusakkan untuk meneruskan keragaman<br />

hayati di daerah setempat.<br />

Pencegahan pada taman laut biasa<br />

dilakukan setelah terjadi kerusakan di daerah<br />

tersebut. Untuk memperba<strong>iki</strong>nya maka<br />

28


pemerintah dan kelompok peconta alam<br />

melakukan perlindungan. Salah satu contoh<br />

taman laut yang terkenal di Indonesia adalah<br />

taman laut Bunaken yang terletak di Manado.<br />

Salah satu keunggulannya yakni keindahan<br />

alamnya dan bebas dari sampah.<br />

29


C. Contoh Konservasi di Indonesia<br />

1. Taman Nasional Alas Purwo<br />

Gambar: Taman Nasional Alas Purwo<br />

Sumber: http://www.cintaindonesia.web.id<br />

Taman nasional alas purwo adalah taman<br />

nasional yang berada di ujung Timur Pulau<br />

Jawa, bersebrangan dengan Taman Nasional<br />

Ujung Kulon yang berada di ujung barat Pulau<br />

Jawa<br />

Taman nasional ini merupakan salah satu<br />

taman nasional yang memil<strong>iki</strong> ekosistem<br />

savana sehingga disini juga kita bisa melihat<br />

miniatur dari ekosistem padang rumput<br />

30


Afrika yang sangat eksotis. Biasanya di<br />

padang rumput ini terdapat spesies banteng<br />

dan burung-burung yang saling berintersksi.<br />

Taman Nasional Alas Purwo (TNAP)<br />

memil<strong>iki</strong> ekosistem laut dan ekosistem<br />

dataran yang sangat eksotis untuk dikunjungi<br />

dan merupakan habitat yang baik bagi<br />

berbagai populasi flora dan fauna khas Jawa.<br />

Selain itu, arus ombak di pesisir kawasan<br />

taman nasional ini menjadi salah satu daya<br />

tarik utama TNAP.<br />

a) Letak geografis<br />

Taman Nasional Alas Purwo secara<br />

geografis terletak antara 8° 26’ 46” – 8° 47’<br />

00” Lintang Selatan dan 114° 20’ 16” – 114°<br />

36’ 00” Bujur Timur. Secara administrasi<br />

wilayah kawasan taman nasional ini berada<br />

di Kecamatan Muncar, Tegaldlimo, dan<br />

Purwoharjo, Kanupaten Banyuwangi, Jawa<br />

Timur, Indonesia. Taman nasional ini<br />

dibatasi oleh hutan produksi di sebelah<br />

31


32<br />

barat, Selat Bali di sebelah timur, dan<br />

Samudra Indonesia di sebelah selatan.<br />

b) Luas Kawasan Taman Nasional Alas Purwo<br />

Taman nasional ini memil<strong>iki</strong> 43.420 ha<br />

yang meliputi Semenanjung Blambangan<br />

yang terletak di bagian palih ujung tenggara<br />

Pulau Jawa. Setelah disebutkan<br />

sebelumnya, kawasan ini pun mencakup<br />

tiga kecamatan di Kabupaten Banyuwangi.<br />

c) Iklim dan Topografi<br />

Iklim di kawasan ini termasuk iklim tipe B<br />

dengan curah hujan rata-rata berkisar<br />

antara 1.000 – 1.500 mm/tahun. Curah<br />

hujan di kawasan ini agak rendah karena<br />

pengaruh angin muson yang membawa uap<br />

air jarang sampai ke wilayah ini, hal inilah<br />

yang sering terjadi pada pulau-pulau di<br />

sebelah timur Pulau Bali. Curah hujan yang<br />

kecil ini pula menyebabkan hanya ada satu<br />

aliran sungai utama yang permanen. Suhu<br />

rata-rata di kawasan ini adalah 22° – 31° C,<br />

dan pada musim kemarau suhu dapat<br />

mencapai 37° C.


Taman nasional ini berada pada<br />

ketinggian 0 – 332 m di atas permukaan laut<br />

dengan topografi yang bervariasi, mulai dari<br />

dataran rendah sampai dengan dataran<br />

tinggi. Di bagian barat dan selatan kawasan<br />

taman nasional merupakan daerah yang<br />

datar hingga landai. Di sebelah timur laut,<br />

yaitu Tanjung Sembulungan daerah mulai<br />

bergelombang atau berbukit hingga ke arah<br />

barat di Blok Waktu Pecah. Dari arah selatan<br />

sekitar daerah Sadengan ke arah tengah<br />

kawasan, hampir seluruhnya merupakan<br />

daerah yang berbukit atau bergelombang<br />

dengan puncaknya, yaitu Gunung<br />

Linggamanis (322 m dpl).<br />

Dataran aluvial di bagian barat ditanami<br />

padi, semangka, dan komoditas lainya. Zona<br />

penyangga yang luas memisahlan daerah<br />

tersebut dengan kawasan taman nasional,<br />

dan dengan perkebunan teh yang<br />

menghubungkan Taman Nasional Alas<br />

Purwo dengan Taman Nasional Meru Betiri<br />

di daerah barat dan Gunung Raung di<br />

33


sebelah utara. Kawasan ini memil<strong>iki</strong> banyak<br />

jurang dan lembah-lembah yang dalam.<br />

d) Sejarah Kawasan<br />

Kawasan taman nasional ini memil<strong>iki</strong><br />

sejarah yang sangat panjang dimulai pada<br />

tahun 1939 tentang penetapan kawasan<br />

untuk pelestarian.<br />

• 1 September 1939 berdasarkan Surat<br />

Ketetapan GB. Stbl. No. 456 Gubernur<br />

Jenderal Pemerintahan Belanda<br />

menetapkan kawasan Alas Purwo<br />

sebagai Suaka Margasatwa Banyuwangi,<br />

dengan luasan 62.000 ha.<br />

• 26 Februari 1993 berdasarkan Surat<br />

Keputisan Menteri Kehutanan No.<br />

190/Kpts-II/93 status dan nama<br />

kawasan diubah menjadi Taman<br />

Nasional Alas Purwo dengan luas 43.420<br />

ha.<br />

• Taman nasional ini juga telah ditetapkan<br />

sebagai Sister Parks (kerja sama<br />

Indonesia – Malaysia).<br />

e) Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem<br />

1) Ekosistem<br />

34


Tipe ekosistem yang terdapat di<br />

Taman Nasional Alas Purwo sebagian<br />

besar berupa tipe ekosistem hutan tropis<br />

dataran rendah dan hutan pantai yang<br />

lebat. Terdapat dua spesies khas dan<br />

langka dari wilayah ini, yaitu Sawo Kecik<br />

(Manilkara kauki).<br />

Gambar: savana sadengan TN Alas purwo<br />

Sumber: www.merdeka.com<br />

Secara lebih jelasnya tipe-tipe<br />

ekosistem yang berada di TNAP yaitu:<br />

• Hutan pantai. Hutan pantai terdapat di<br />

sepanjang bagian timur kawasan TNAP,<br />

jenis flora yang tumbuh di sana di<br />

antaranya adalah Ketapang (Terminalia<br />

35


36<br />

catappa), Nyamplung (Calophyllum<br />

inophyllum), Waru Laut (Hibiscus<br />

tiliaceus), dan Keben (Barringtonia<br />

asiatica).<br />

• Hutan Payau atau Hutan Mangrove.<br />

Hutan jenis ini memil<strong>iki</strong> luasan yang<br />

cukup luas (25% dari luas hutan payau di<br />

Pulau Jawa) dengan kondisi yang<br />

mamsih sangat baik di daerah<br />

Slenggrong dan Segoro Anak. Spesies<br />

tumbuhan yang ada di ekosistem ini<br />

antara lain, Bakau (Rhizopora ) dan Api-<br />

Api (Avicennia sp.).<br />

• Hutan bambu. Hutan dengan tipe<br />

ekosistem ini mencakup 40% dari luas<br />

kawasan merupakan daerah yang<br />

ditempati oleh formasi hutan bambu,<br />

jantara lain, bambu manggong<br />

(Bambusa) dan 13 jenis bambu lainnya.<br />

• Terdapat hutan basah gugur daun<br />

dengan lebih dari 50% pohon<br />

mengalami masa gugur daun, dan<br />

pohon-pohon sekunder, seperti<br />

Mahang (Macaranga) dan Trema sp.<br />

yang sudah jarang ditemukan. Pohonpohon<br />

lain pun tumbuh di wilayah ini,


yaitu Ficus sp., Kepuh (Sterculia<br />

foetida), Kayu Tahun (Kleinhovia<br />

hospita), sejenis Bungur (Lagerstroemia<br />

flos-reginae), Binong (Tetrameles<br />

mudiflora), dan Jambu-Jambuan<br />

(Eugenia spp.) dengan tidak satupun<br />

yang mencapai tinggi 30 meter.<br />

• Terdapat padang rumput (ekosistem<br />

savana) penggembalaan pada bukitbukit<br />

di daerah Triangulasi, Kali Pancur.<br />

Padang rumput penggembalaan seluas<br />

100 ha terdapat di Sadengan, dekat<br />

penginapan di Triangulasi dengan<br />

rumput jenis asli, seperti Balung<br />

(Arudinella setosa), Dischantium<br />

caricosum, Lamu (Polytrias amaura),<br />

dan Meraken (Heteropogon contortus),<br />

dan Rumput Gajah (Pennisetum<br />

purpureum).<br />

• Hal yang unik di taman nasional ini<br />

adalah adanya hutan alam Sawo<br />

Kecik (Manilkara kauki) yang terluas di<br />

Indonesia.<br />

37


2) Keanekaragaman flora<br />

Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat<br />

di kawasan taman nasional ini di<br />

antaranya:<br />

• Rumput Balung (Arudinella setosa)<br />

• Kayu Tahun (Kleinhovia hospita)<br />

• Nipah (Nypa fruticans)<br />

• Sawo Kecik (Manilkara kauki)<br />

• Kepuh (Sterculia foetida)<br />

3) Keanekaragman fauna<br />

Gambar: fauna di Alas Purwo<br />

Sumber: www.idntimes.com<br />

Taman Nasional Alas Purwo terdapat<br />

berbagai jenis satwa liar, mulai dari<br />

38


mamalia, herpetofauna, aves, sampai<br />

fisces. Mamalia yang ada di taman<br />

nasional ini sekitar 50 jenis yang di<br />

antaranya adalah Banteng (Bos javanicus),<br />

Rusa (Cervus timorensis), Kijang<br />

(Muntiacus muntjak), Anjing Hutan/Ajag<br />

(Cuon alpinus), dan Lutung<br />

(Trachypithecus auratus).<br />

Biodiversitas aves di TNAP cukup<br />

tinggi, berdasarkan data dari Balai Besar<br />

Taman Nasional Alas Purwo (BBTNAP)<br />

tercatat 302 jenis burung yang ditemukan<br />

di kawasan ini. Merak Hijau merupakan<br />

jenis aves yang menjadi primadona dan<br />

dapat dijumpai dengan mudah di<br />

kawasan.<br />

Aktivitas Merak sangat menarik untuk<br />

diamati, terutama saat mereka melakukan<br />

kegiatan kawin. Waktu terbaik untuk<br />

mengamati Merak adalah bulan Agustus –<br />

Oktober.<br />

Selain Merak, jenis burung yang<br />

menarik lainnya adalah Ayam Hutan Hijau<br />

(Gallus varius), Cekakak Hitam (Halycon<br />

pileata), Elang Laut (Haliaetus<br />

leucogaster), Elang Jawa (Spizaetus<br />

39


artelsi), dan Bangau Tongtong<br />

(Leptoptilos javanicus).<br />

Alas Purwo merupakan salah satu<br />

wilayah penting di Jawa yang menjadi<br />

jalur migrasi burung dari daratan Asia<br />

menuju Australia. Antara bulan November<br />

– Januari di daerah Sergoro Anak dapat<br />

dijumpai sekitar 20 jenis burung migran<br />

asal Australia dan 3 jenis Rangkong.<br />

Untuk fauna akuatik atau fisces, di<br />

taman nasional ini juga dapat dijumpai<br />

berbagai jenis satwa, seperti beberapa<br />

jenis kerang, siput, penyu hijau (Chelonia<br />

mydas), penyu belimbing (Dermochelys<br />

coriaceae), penyu sisik (Eremochelys<br />

imbricata), dan penyu lekang<br />

(Lepidochelys olivateae), serta ikan hiu,<br />

lumba-lumba,duyung, Carangidae,<br />

Chaetodontidae,<br />

Acanthuridae,<br />

Holocentridae,Lutjanus sp., Pomacentrida<br />

e, dan Scaridae, terutama di daerah<br />

Tanjung Selakah sampai Tanjung Pasir dan<br />

Samudera Indonesia.<br />

40


Daftar Pustaka<br />

Flora dan fauna Indonesia. 2013. Bandung<br />

(online),(file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._<br />

PEND.../flora_fauna.../PRESENTASI_GRI.pd<br />

f) diakses 27 Februari 2019<br />

Samedi. 2015. Konservasi Keanekaragaman<br />

Hayati di Indonesia: Rekomendasi<br />

perbaikan Undang-Undang Konservasi.<br />

(online)<br />

(http://jhli.icel.or.id/index.php/jhli/article/<br />

view/23) diakses 28 Februari 2019<br />

Upaya pelestarian sumberdaya alam. 2014.<br />

Bandung.<br />

(online)<br />

(file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._<br />

GEOGRAFI/.../Pelestarian_SDA.pdf) diakses<br />

28 Februari 2019<br />

Laporan Akuntabilitas Kinerjs Instansi<br />

Pemerintah (LAKIP). 2012. Balai Taman<br />

Nasional Alas Purwo. (online)<br />

(https://tnalaspurwo.org/wp-<br />

content/uploads/2013/01/TNAP-LAKIP-<br />

2011.pdf)<br />

Tomi Ardiansyah. 2017. Taman Nasional Alas<br />

Purwo (online),<br />

41


42<br />

(https://foresteract.com/taman-nasionalalas-purwo/)<br />

diakses 28 Februari 2019<br />

Suyono, dkk. 2016. Cerdas menulis karya ilmiah.<br />

Malang. Penerbit gunung samudra


43


44

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!