15.01.2019 Views

ebook-saddam 1

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

menentu dan serba kekurangan ini lah yang sering menjadi pertimbangan<br />

apakah saya serta kakak dan adik saya akan mampu melanjutkan sekolah.<br />

Namun, di tengah keterbatasan yang kami miliki, Bapak dan Ibu selalu<br />

meminta kami untuk mengedepankan sekolah. Bagaimanapun caranya,<br />

kami harus sekolah. Bapak dan Ibu selalu yakin bahwa suatu saat<br />

pendidikan akan mengubah keadaan ini.<br />

Ibu merupakan sosok perempuan tangguh dan luar biasa yang selalu<br />

mendorong anak-anaknya untuk dapat menjadi anak yang mandiri. Ketika<br />

masih SMP, selepas pulang sekolah, saya bekerja mengelupasi botol-botol<br />

bekas dan memilah-milah buku bekas ditempat bos bapak saya bekerja.<br />

Memang hasilnya tidak seberapa, hanya Rp 1000 rupiah per hari, tetapi ibu<br />

melatih mental saya agar menjadi anak yang mandiri, kuat, dan bisa<br />

berwirausaha suatu saat nanti. Begitupun dengan kakak saya, selepas<br />

pulang sekolah juga bekerja disebuah bengkel motor milik tetangga bahkan<br />

tanpa dibayar. Bapak dan Ibu selalu mengatakan bahwa dalam hidup ini<br />

tidak semua harus dinilai dengan materi, karena disisi lain kami dapat<br />

memetik hikmah yakni ilmu kehidupan. Sebagai pelajar saya juga tidak lupa<br />

akan kewajiban saya. Ketika SMP saya berhasil masuk kelas unggulan,<br />

menjadi juara kelas, aktif dalam ekstrakulikuler dan mengikuti berbagai<br />

ajang perlombaan.<br />

Setelah tamat dari SMP saya terancam tidak dapat melanjutkan sekolah<br />

SMA. Saya masih ingat, selepas lulus SMP kakak saya berhenti satu tahun<br />

karena ketiadaan biaya dan mengharuskan untuk bekerja. Apalagi saat itu<br />

adik kami didiagnosa terkena flek paru yang mengharuskan meminum obat<br />

selama enam bulan penuh. Di tengah kesulitan yang kami hadapi, lagi-lagi<br />

Bapak dan Ibu meyakinkan agar saya harus terus sekolah. Meminjam bankbank<br />

kecil terkadang menjadi solusi meskipun sebenarnya “gali lobang<br />

tutup lobang” karena bunga bank yang tinggi. Terkadang berhari-hari kami<br />

sekeluarga menahan lapar dan berpuasa karena hasil kerja keras Bapak dan<br />

Ibu hanya cukup untuk membayar cicilan utang.<br />

Syukurnya ketika SMA saya mendapatkan pekerjaan sambilan di sebuah<br />

toko kelontong kecil. Toko tersebut terletak tidak jauh dari SMA, sehingga<br />

selepas pulang sekolah, dari pukul 14.00- 19.30 saya bekerja untuk<br />

membantu Bapak-Ibu. Meskipun saya hanya digaji Rp. 20 ribu<br />

rupiah/bulan, Bapak dan Ibu tetap mengingatkan untuk tidak menilai<br />

segala sesuatu hal dari materi tetapi ilmu apa yang bisa peroleh dari<br />

pekerjaan tersebut. Biaya sekolah SMA yang sangat tinggi, membuat saya<br />

harus bekerja lebih giat lagi. Pada saat libur nasional dan hari minggu saya<br />

bekerja sambilan disebuah pemancingan menjadi pengantar makanan. Di<br />

setiap saya mengantar makanan ke pelanggan, saya selalu berdoa semoga

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!