You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Aceh Selatan Dalam Dinamika<br />
Aryos Nivada<br />
Gambaran Umum<br />
Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia.<br />
Sebelum berdiri sendiri sebagai kabupaten otonom, calon wilayah Kabupaten Aceh Selatan<br />
adalah bagian dari Kabupaten Aceh Barat. Pembentukan Kabupaten Aceh Selatan ditandai<br />
dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 pada 4 November 1956.<br />
Aceh Selatan sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Aceh. Letaknya berbatasan dengan<br />
Kabupaten Aceh Tenggara di sebelah utara dan Kabupaten Aceh Barat Daya di sebelah barat.<br />
Sedangkan di sebelah <strong>selatan</strong> berbatasan dengan Samudera Indonesia dan di sebelah timur<br />
berbatasan dengan Kota Subulussalam dan Kabupaten Singkil. Letak astronomisnya antara<br />
20 dan 40 Lintang Utara dan antara 960 dan 980 Bujur Timur. Luas wilayah Aceh Selatan<br />
sebesar 6,91 persen dari total luas daratan Provinsi Aceh. Kabupaten Aceh Selatan pada<br />
tanggal 10 April 2002 resmi dimekarkan sesuai dengan UU RI Nomor 4 tahun 2002 menjadi<br />
tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten<br />
Aceh Selatan.<br />
Kabupaten Aceh Selatan terdiri dari 18 Kecamatan dan 248 desa. Kecamatan yang<br />
berbatasan dengan Kota Subulussalam di sisi <strong>selatan</strong> yaitu Kecamatan Trumon Timur dan<br />
Kecamatan Labuhan Haji barat yang berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya di sisi<br />
utara. Suhu udara di Aceh Selatan berkisar antara 28-340C pada tahun 2009. Tempat-tempat<br />
yang letaknya berdekatan dengan pantai mempunyai suhu udara yang relatif tinggi.<br />
Sementara tingkat curah hujan di Aceh Selatan berkisar antara 200-370 mm/tahun. Kecepatan<br />
angin di Aceh Selatan berkisar antara 90-140 knot. Kecamatan yang memiliki jumlah<br />
penduduk terbanyak adalah Kecamatan Labuhan Haji, diikuti oleh Kecamatan Kluet Utara.<br />
Sementara jumlah penduduk tersedikit adalah Kecamatan Sawang. Sebagian penduduk<br />
terpusat di sepanjang jalan raya pesisir.<br />
Kondisi topografi Kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi, terdiri dari dataran<br />
rendah, bergelombang, berbukit, hingga pegunungan dengan tingkat kemiringan sangat<br />
curam/terjal. Dari data yang diperoleh, kondisi topografi dengan tingkat kemiringan sangat<br />
curam/terjal mencapai 63,45%, sedangkan berupa dataran hanya sekitar 34,66% dengan<br />
kemiringan lahan dominan adalah pada kemiringan kemiringan 40% dengan luas 254.138.39<br />
ha dan terkecil kemiringan 8-15% seluas 175.04 hektar selebihnya tersebar pada beerbagai<br />
tingkat kemiringan. Dilihat dari ketinggian tempat (diatas permukaan laut) ketinggian 0-25<br />
meter memiliki luas terbesar yakni 152.648 hektar (38,11%) dan terkecil adalah ketinggian<br />
25-00 meter seluas 39.720 hektar (9,92%). Sementara itu, sebahagian besar jenis tanah di<br />
Kabupaten Aceh Selatan adalah podzolik merah kuning seluas 161,022 hektar dan yang<br />
paling sedikit adalah jenis tanah regosol (hanya 5,213 ha) 1 .<br />
1 Di dowlod :<br />
http://www.<strong>aceh</strong><strong>selatan</strong>kab.go.id/index.php?id=profil&kode=12&profil=Sejarah%20dan%20Topografi, tanggal<br />
15/04/2012, jam 17.00
Tabel Jumlah Kecamatan dan Jumlah Desa di Aceh Selatan<br />
No Kecamatan Jumlah<br />
Desa<br />
1 Trumon 12<br />
2 Trumon Timur 8<br />
3 Trumon Tengah 10<br />
4 Bakongan 5<br />
5 Bakongan Timur 7<br />
6 Kota Bahagia 10<br />
7 Kluet Selatan 17<br />
8 Kluet Timur 7<br />
9 Kluet Utara 19<br />
10 Pasie Raja 20<br />
11 Kluet Tengah 13<br />
12 Tapaktuan 15<br />
13 Samadua 28<br />
14 Sawang 15<br />
15 Meukek 22<br />
16 Labuhan Haji 16<br />
17 Labuhan Haji Timur 11<br />
18 Labuhan Haji Barat 13<br />
Jumlah<br />
248 Desa<br />
Sumber data : Aceh Selatan Dalam Angka 2012<br />
Analisis Sosial Budaya<br />
Secara etnis/kesukuan di Kabupaten Aceh Selatan terdiri 4 (empat) suku; Aceh,<br />
Aneuk Jamee, Kluet, dan Jawa. Suku Aceh (60%), wilayah yang banyak didiami oleh<br />
masyarakat Minangkabau (10%) atau yang lebih dikenal dengan Aneuk Jamee. Mereka<br />
merupakan para perantau yang telah bermukim disana sejak abad ke-15. Suku lainnya yaitu<br />
Kluet (25%) Jawa (4%), dan masyarakat Tiongkoah (1%). Jenis bahasa yang digunakan<br />
sangat bervarian dikarenakan Aceh Selatan sukunya tidak monogen tetapi heterogen (Sumber<br />
: Jaringan Surve Aceh 2012).<br />
Selama hampir 15 tahun ini suku Kluet yang berkuasa di pemerintahan eksekutif hasil<br />
dari Pilkada. Namun pada pilkada 2013 suku Aceh, walaupun dari Meukek. Ini menunjukan<br />
ada perubahan arah pemilih ke suku lain. Indkatornya pemilih ingin memberikan trust dan<br />
kesempatan kepada suku untuk membuat perubahan bagi Aceh Selatan.<br />
Terkait dengan konflik sesama suku tidak terjadi, hanya urusan pelaksana pemerintah<br />
saja menentukan tapal batas. Tapal Batas antara Kec. Sawang dengan Kec. Samadua, Pemda<br />
Aceh Selatan sudah memfalitasi pertemuan antara kedua Muspika tetapi belum ada<br />
penyelesaian yang jelas. Hal ini sejatinya tidak boleh terjadi karena akan menyebabkan<br />
konflik sosial. Tapal batas antara Kab. Aceh Selatan dengan Pemkot Subulussalam, Pemda<br />
Aceh sudah memfalitasi dan sudah ada Tapal Batas Strategis {TBS} tetapi belum ada Tapal<br />
Batas Utama {TBU} yang berada di daerah Kapai Sesak.<br />
Dari segi urusan agama terdapat gejolak masyarakat bertindak anarkis dan radikal<br />
terhadap Dayah Almujahada yang ditunduh sesat tanpa bukti yang kongkrit. Namun tidak<br />
memicu konflik horizontal secara masif hanya bagian kecil saja. Penghormatan terhadap
masyarakat minoritas seperti Tiongkoah masih kuat. Keberadaan masyarakat itu hanya<br />
terbatas di pusat ibukota Aceh Selatan yakni Tapak Tuan.<br />
Berbicara komposisi agama yang berada di Aceh Selatan selain Islam yang mayoritas,<br />
Katolik 13 orang, Protestan 19 orang, Budha 117 orang (data Aceh Selatan Dalam Angka<br />
2012)<br />
Analisis Sosial Ekonomi<br />
Aceh Selatan selain terkenal dengan kota naga juga terkenal sebagai kota penghasil<br />
pala, dan hasil transaksi jual beli pala yang menjadi komoditi unggulan di Aceh Selatan<br />
memberikan kontribusi pendapatan yang besar bagi pendapatan daerah, tetapi sejak<br />
Perkebunan pala terkena hama yang menyebabkan banyaknya tanaman pala mati sehingga<br />
berdampak pada merosotnya pendapatan daerah. Nilam juga jadi potensi baru sebagai mata<br />
pencaharian petani di Aceh Selatan. Namun tanaman yang dimanfaatkan minyaknya ini<br />
sebagai bahan racikan parfum dan obat-obatan belum memiliki harga yang stabil.<br />
Kini Pemerintah Aceh Selatan belum dapat bekerja secara optimal <strong>dalam</strong> menggenjot<br />
Penghasilan Asli Daerah dari sumber, selain mengharapkan dari dana Otsus dan DAU,<br />
Pemda Aceh Selatan belum mampu merealisasikan Pendapatan daerah dari sektor lainnya. Ini<br />
bisa dilihat misal dari sektor galian C, tambang, parawisata dan pajak lainnya. Misalnya<br />
<strong>dalam</strong> hal tambang, pemerintah daerah tidak mengaplikasikan sistem jemput bola <strong>dalam</strong> hal<br />
penerimaan pajak perusahaan tetapi masih menjalankan sistem jemput bola, sehingga banyak<br />
para wajib pajak yang mangkir dari kewajiban membayar pajak, sejatinya hal ini tidak boleh<br />
terjadi karena menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pendapatan daerah berkurang.<br />
Dan <strong>dalam</strong> hal pajak kendaraan, belum ada kerja yang optimal dari petugas pajak,<br />
karena masih banyak nya kendaraan luar yang beroperasi di wilayah pemerintahan <strong>aceh</strong><br />
<strong>selatan</strong>, dan hal ini tidak ada tindakan serius dari pemerintah <strong>dalam</strong> memberi sanksi kepada<br />
para pelanggar lalulintas di daerah setempat.<br />
Kemudian dari hal parawisata, tidak ada keseriusan dari pemerintah setempat <strong>dalam</strong><br />
mengembangkan parawisata sehingga berdampak pada berkurangnya pendapatan daerah.<br />
Seandainya sektor parawisata dikelola dengan baik maka menggenjot pendapatan daerah,<br />
<strong>dalam</strong> hal ini dapat menggaet parawisatawan baik lokal, nusantara mapun mancanegara, dan<br />
ekonomi masyarakat juga terbangun dengan adanya rumah makan, restoran dan sebagainya.<br />
Ditempat tujuan destinasi wisata pun pemerintah bisa mempromosikan hasil kerajinan daerah<br />
dan menjualnya kepada para wisatawan sehingga dapat menambah penghasilan daerah.<br />
Analisis Sosial Politik<br />
Kehidupan sosial politik dari masyarakat Aceh Selatan sangat dipengaruhi dari relasi<br />
kesukuan. Hal ini terlihat selama 15 lebih di pimpin aktor politik yang berasal dari suku<br />
Kluet. Namun di tahun 2013 sukun Kluet tidak mendapatkan tempat dihati masyarakat Aceh<br />
Selatan. Terbukti posisinya kepemimpinan Bupati Aceh Selatan berganti ke suku Aceh dari<br />
Meukek yaitu T. Samaindra, faktor utamanya hasil dari diskusi dengan asisten peneliti<br />
dikarenakan selama suku Kluet memerintah Aceh Selatan tidak membuat perubahan yang<br />
signifikan dari segi kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan. Berdasarkan hal itu membuat<br />
pemilih berpindah haluan pemilihan politiknya.<br />
Para kontestan di Pilkada Aceh Selatan, yang terdiri dari pasangan Sama<br />
Indra/Kamarsyah (Saka), Muhammad Natsir/Zulkifli (Wapang), Muhammad Saleh/Ridwan A<br />
Rachman (Saman), Darisman/Khaidir Amin (DK), Wahyu M Wali Putra/Irwan (Wali), dan<br />
Hasmar Yulia/Mudasir, hanya kita batasi tiga kontestan yang akan dibahas <strong>dalam</strong> tulisan ini.<br />
Ketiganya adalah Saka, Saman, dan Wapang. Pengusung Saka (Partai Demokrat, PAN,
PKPB, dan PPRN) plus “tim bayangan” yang bekerja secara serius <strong>dalam</strong> mengantarkan<br />
pasangan nomor urut 3 ini menjadi orang nomor satu di Aceh Selatan. Kandidat Saman<br />
mendapatkan dukungan dari partai-partai besar seperti Golkar, PPP, dan PRA. Sedangkan<br />
kandidat Wapang di dukung oleh Partai Aceh.<br />
Berikut hasil hasil akhir perolehan suara masing-masing Pasangan Calon Bupati/Wakil<br />
Bupati Aceh Selatan pada Pilkada 2013 berdasarkan nomor urut;<br />
1. Hasmar Yulia/Mudasir (Independen) : 2.246<br />
2. M Saleh/Ridwan Rahman (Partai Golkar, PPP dan PRA) : 22.411<br />
3. T Sama Indra/Kamarsyah (Partai Demokrat, PAN dan PKPB) : 33.810<br />
4. T Darisman/Khaidir (PKPI dan SIRA) : 14.271<br />
5. M Natsir/Zulkifli (Partai Aceh) : 23.819<br />
6. Wahyu M Waly/Irwan Yasin (Koalisi Partai) : 14.706<br />
Suara Sah: 111.263<br />
Melihat kebelakang terhadap perpolitikan Pemilu 2009 di Kabupaten Aceh Selatan<br />
telah menghasilkan komposisi partai relatif beragam. Mengapa dikarenakan hadirnya partai<br />
lokal yang mendominasi serta partai nasional baru mampu meraih suara yang cukup besar. Ini<br />
bisa dilihat dari perolehan suara partai baru PKPI mendapatkan kursi 4 dan PKPB 3 kursi.<br />
Akan tetapi mayoritas tetap partai lokal yaitu Partai Aceh 3 kursi diikuti oleh Demokrat 4<br />
kursi PAN 2 kursi, Golkar 3 kursi, PPP 1 kursi, SIRA 1 kursi, PRA 1 kursi, dan PPRN 1<br />
kursi. Menariknya di parlemen DPRK Aceh Selatan partai lokal mengimbangi kekuatan dari<br />
partai nasional terlihat ada 3 (tiga) partai lokal Partai Aceh, SIRA, dan Partai Rakyat Aceh,<br />
dan Partai Suara Independent Rakyat Aceh.<br />
Jika menilai pemilihan Gubernur Aceh tahun 2012, terlihat pasangan Zaini Abdullah<br />
dan Muzakir Manaf yang mendapatkan 57.271 suara, selanjutnya di nomor kedua pasangan<br />
Irwandi Yusuf dan Muyan Yunan sebesar 38.044 suara. Berpijak pada hasil tersebut, dapat<br />
kita analisis bahwa suara Partai Aceh telah pecah dan tidak solid dikarena sudah beralih ke<br />
kandidat Irwandi Yusuf yang juga orang GAM. Oleh karena itu kekuatan Partai Aceh tidak<br />
sebesar di pemilu 2009 mampu menjadi pemenang di tingkat DPRA hingga DPRK.<br />
Ketika ditanyakan organisasi massa yang berpengaruh, hasil diskusi dengan asisten<br />
peneliti belum menampak adanya LSM atau organisasi massa yang sangat berpengaruh.<br />
Argumentasinya perkembangan LSM/Ormas di Kabupaten Aceh Selatan tidak begitu<br />
berkembang dikarenakan kemampuan secara kelembagaan tidak mampu bertahan. Ditambah<br />
lagi keterbatasan sumber dana maupun akses jaringan membuat LSM/Ormas di Aceh Selatan<br />
makin terpuruk. Hasil identifikasi LSM/Ormas di Aceh Selatan yaitu: Insosdes,<br />
RimauLangkalut
N<br />
O<br />
REKAPITULASI DAFTAR PEMILIH TETAP<br />
PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR,DPD, DPRA DAN DPRK<br />
TAHUN 2009<br />
KABUPATEN/KOT<br />
A<br />
: ACEH SELATAN<br />
PROPINSI :<br />
NANGGROE ACEH<br />
DARUSSALAM<br />
NAMA<br />
KECAMATAN<br />
JUMLAH PEMILIH<br />
L P L+P<br />
JUMLA<br />
H TPS<br />
1 2 4 5 6 7 8<br />
1<br />
LABUHANHAJI<br />
BARAT 5.070 5.228 10.298<br />
27<br />
KET<br />
2 LABUHANHAJI<br />
4.676 4.224 8.900<br />
LABUHANHAJI<br />
3<br />
TIMUR 3.477 3.583 7.060<br />
25<br />
18<br />
4 MEUKEK<br />
6.679 7.250 13.929<br />
40
5 SAWANG<br />
6 SAMADUA<br />
7 TAPAKTUAN<br />
8 PASIE RAJA<br />
9 KLUET UTARA<br />
10 KLUET TENGAH<br />
11 KLUET TIMUR<br />
12 KLUET SELATAN<br />
4.721 5.017 9.738<br />
4.953 5.683 10.636<br />
7.812 8.823 16.635<br />
4.921 5.234 10.155<br />
7.404 7.850 15.254<br />
1.953 2.072 4.025<br />
2.889 3.170 6.069<br />
4.066 4.417 8.483<br />
28<br />
35<br />
39<br />
33<br />
39<br />
14<br />
15<br />
25<br />
13 BAKONGAN<br />
3.384 3.751 7.135<br />
BAKONGAN<br />
14<br />
TIMUR 1.620 1.698 3.318<br />
23<br />
10<br />
15 TRUMON<br />
16 TRUMON TIMUR<br />
JUMLAH<br />
1.760 1.770 3.530<br />
2.724 2.855 5.579<br />
68.109 72.625 140.744<br />
17<br />
20<br />
408<br />
Tapak Tuan, 16 Oktober 2008<br />
KOMISI PEMILIHAN UMUM<br />
KABUPATEN ACEH SELATAN<br />
Ketua : LIYAN AZWIN,SE (........................................)<br />
Anggota : SUHAIMI SALIHIN, S. Ag (.........................................)<br />
Anggota : JASMIADY JAKFAR,S.Ag.M.Si (.........................................)<br />
Anggota : IRWANDI, SP. MP (............................................)<br />
Anggota : ZULKIFLI (............................................)<br />
Analisis Fasilitas Umum dan Sosial<br />
Miris melihat kondisi pembangunan di Aceh Selatan dari segi infrastruktur dan<br />
fasilitas bagi kepentingan publik. Dimana terhimpun data rumah sakit hanya satu bernama
RSUD Yuliddin Away Tapaktuan. Bilamana ditanykan kondisi rumah sakit sangat<br />
memprihatikan dikarenakan tidak mengalami peremajaan atau pembangunan baru.<br />
Sedangkan bangunan gedung maupun perkantoran masih bangunan lama. Untuk data sekolah<br />
yaitu SMU sederajat sebanyak 31, SMP sederajat sebanyak 42. Untuk perguruan tinggi<br />
sebanyak 5 kampus. Sedangkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Pemkab Aceh Selatan<br />
memiliki Puskesmas sebanyak 22, Puskesmas Pembantu 55 buah, dan Puskesmas Keliling 22<br />
unit. Jumlah pondok pesantren 77 buah. Masjid 260 buah, Meunasah 454 buah, Mushalah<br />
225 buah. Jumlah pantai asuhan 13 unit dengan total anak asuh 634 2 .<br />
Pelayanan kesehatan bagi kelompok terbatas difabel maupun akses fasilitas publik<br />
tidak menjadi prioritas dari Pemkab Aceh Selatan. Terbukti dari informasi asisten penelitian<br />
tidak menemukan adanya fasilitas bagi kelompok difabel. Apalagi untuk kaum fasum dan<br />
fasos.<br />
Analisis Keamanan<br />
Gejolak keamanan di Aceh Selatan tidak berdampak kepada stabilitas daerah<br />
terganggu. Munculnya gejolak keamanan masih di ranah kriminalitas bisa dilihat pada bagian<br />
bawah. Bisa dikatakan kondisi keamanan di Aceh Selatan relatif terkendali dan kondusif.<br />
Adanya kondisi tersebut, dikarenakan peran dan aparat keamanan mampu menjaga kondisi<br />
keamanan agar tidak mengarah kepada konflik horizontal. Namun terdapat konflik horizontal<br />
di kehidupan bermasyarakat di Aceh Selatan jawabannya “ada” hasil dari amatan awal asisten<br />
peneliti. Terbukti masalah aliran sesat, tambang, korupsi, bendera dan lambang. Itu semua<br />
muncul karena ada faktor pemicunya yang melatarbelakangi. Kalau konflik vertikal terkait<br />
dengan pemerintah tidak ada.<br />
Menariknya menilai issue keamanan berdasarkan pengaruhnya, dikarenakan akan<br />
mampu di antisipasi jika benar-benar terjadi. Sedangkan langkah atau tanggap serius dapat<br />
didahului ketika digunakan skala prioritas. Sehingga intervensi penyelesaiannya berbasiskan<br />
rencana yang mantang, karena tidak terbungan energi dan pemikiran.<br />
Jumlah Tindakan Kriminalitas 3<br />
No Jenis Kasus Jumlah Kejadian<br />
1 Pemerkosaan 1<br />
2 Judi 14<br />
3 Penadahan 5<br />
4 Penyalagunaan senjata tajam 1<br />
5 Penganiyaan riangan 11<br />
6 Penganiyaan berat 12<br />
7 Pembunuhan 2<br />
8 Pencurian biasa 2<br />
9 Pencurian dan pemberatan 13<br />
10 Pencurian hewan 2<br />
11 Pencurian dan kekerasan 2<br />
12 Curanmor 15<br />
13 Penggelapan 5<br />
14 Pengerusakan 5<br />
15 Penipuan 4<br />
2 Aceh Selatan Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Selatan.<br />
3 Aceh Selatan Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Selatan.
16 Kejahatan Terhadap Kesopanan 1<br />
17 Cabul/Zina/Khalwat 5<br />
18 Penghinaan 3<br />
19 Narkotika/Ganja dan Shabu 11<br />
20 Ilegal Loging 11<br />
21 KDRT 10<br />
22 Mengakibatkan Orang Mati 1<br />
23 TP. Larangan Pemakaian Tanah 1<br />
Jumlah Total Kasus 137
Frontline yang Direkomendasikan untuk Baseline Survey PWD 4<br />
1. (Hubungan Antar, Klan, Etnis, dan Agama)<br />
Realitas menunjukan di Aceh Selatan banyak kejadian konflik horizontal<br />
disebabkan faktor etnis, klan, dan agama. Ditunjukan dengan kejadian Yayasan Al<br />
Mujahadah sebuah Dayah (pesanteren) di klaim sesat dengan mudah oleh Majelis<br />
Permusyawaratan Ulama. Hasil advokasi ACSTF, Koalisi NGO HAM Aceh, Kontras<br />
Aceh, Firli, Prodelat, dll telah mengidentifikasi sebab utama terkait urusan tanah.<br />
Yayasan Al-Mujahadah yang dipimpin oleh Tgk. Barmawi yang bertempat di desa<br />
ujung karang kecamatan sawang. Dan sudah ditangani oleh Pemda Aceh Selatan dan<br />
pemerintah <strong>aceh</strong> serta sudah ada fatwa dari MPU yang isi nya :<br />
<br />
<br />
Seluruh aktivitas yayasan tersebut harus dihentikan<br />
Seluruh santri harus pulang ke daerah nya masing-masing untuk<br />
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.<br />
Belum lagi kejadian di desa pisang Kecamatan. Labuhan Haji Tengah yang<br />
dipimpin oleh seorang wanita dibantu oleh ulama setempat yang bergelar Tgk.<br />
Pancuran. Aliran ini belum ada penanganan oleh Pemda Aceh Selatan serta MPU. Hal<br />
ini sedia tidak boleh terjadi karena bisa menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.<br />
Hasil assement awal sebelum survey dilakukan, ditemukan telah terjadi<br />
marginalisasi hak dari Dayah Almujahadah yang tidak berindikasi sesat. Faktor utama<br />
bermula pada urusan lapangan bola, dimana lapangan tersebut milik Dayah<br />
Almujahada. Dipinjamkan hak guna pakai selama pertandingan sepakbola. Namun<br />
dikarenakan sekelompok orang beringinan memilik tanah lapangan bola sebagai aset<br />
pribadi dan gampong, maka dilakukan cara-cara penyebaran label sesat terhadap<br />
dayah tersebut. Bahkan sudah masuk ke <strong>dalam</strong> dimensi kepentingan politik, dimana<br />
politikus dari partai tertentu memanfaatkan untuk meningkatkan popularitas dan<br />
elektabilitas guna memenangkan di pemilu 2014 nantinya.<br />
Mirisnya lagi temuan saya, penerapan syariat Islam tidak mengedepankan<br />
prinsip penegakan hukum tanpa pilih kasih. Faktanya ada beberapa kejadian (PNS<br />
berbuat meseum dan anggota dewa) tidak di proses melalui jalur syariat islam. Tetapi<br />
masyarakat yang melakukan pelanggaran responnya cepat ditindaklanjut dengan<br />
menerapkan hukuman syariat islam. Disinilah letak ketidakadilan <strong>dalam</strong> penegakan<br />
hukum, khusus penerapan syariat Islam di Aceh Selatan.<br />
2. Sektor Ekologi, Lingkungan dan Sumber Daya Alam<br />
Untuk issue ini dijadikan survey, dikarenakan banyak kasus yang mengakibatkan<br />
kerusakan lingkungan dan ekologi dari sumber daya alam yang tersedia di Aceh<br />
Selatan. Hasil tracking media, ditemukan PT. Pinang Sejati Utama (PSU) sudah legal<br />
karena sudah ada surat izin eksplorasi dari pemerintah tetapi telah menimbulkan<br />
konflik dengan masyarakat setempat karena jalan yang dilalui oleh mobil yang<br />
mengangkut hasil tambang PT. PSU menyebabkan jalan kabupaten daerah<br />
Manggamat rusak parah serta tidak ada rasa tanggung jawab dari PT. PSU dan telah<br />
menyebabkan penyandraan mobil operasional PT. PSU oleh masyarakat setempat<br />
yang di ikuti dengan pembakaran.<br />
Kadis Pertambangan : Isa Anshari Tambang emas rakyat yang berada di desa<br />
panton luas Kecamatan Sawang, tambang ini ilegal karena tidak ada izin ekplorasi<br />
dari pemerintah daerah, tambang ini sudah banyak menelan korban jiwa baik yang<br />
cedera maupun yang meninggal.<br />
4 Hasil update informasi dari asisten peneliti serta dukungan data dari organisasi masyarakat sipil di Aceh.
- Kedua tambang tersebut tidak ramah lingkungan terlebih tambang rakyat di<br />
Sawang yang menggunakan mercuri tampa kontrol yang kuat, hal ini<br />
menyebabkan efek negatif yang sangat besar.<br />
Jika ditinjau dari dampak kerusakan lingkungan akibat dari perusakan hutan dan<br />
ekologi. Wilayah di Ace Selatan sering mengalami banjir. Baru-baru ini ribuan rumah<br />
di sebelas kecamatan terendam banjir akibat luapan tiga sungai setelah hujan<br />
mengguyur kawasan Aceh Selatan. Ketiga sungai yang melintasi wilayah tersebut<br />
yakni Krueng Serulah, Krueng Klut, dan Sungai Rasian. Warga masih mengungsi<br />
karena khawatir banjir semakin meluas mengingat curah hujan yang masih tinggi di<br />
hulu sungai (Metrotvnews.com : 13/05/2013).<br />
3. Good Goverment di Aceh Selatan<br />
Kondisi pemerintahan selama kurang lebih 30 tahun tidak optimal <strong>dalam</strong><br />
memberikan pelayanan publik kepada masyarakat Aceh Selatan. Informasi itu<br />
didapatkan setelah melakukan wawancara dengan mahasiswa yang berasal dari daerah<br />
di sekitaran wilayah Aceh Selatan. Jalannya tata kelola pemerintahan tidak begitu<br />
baik, ditunjukan dengan sistem adminitrasi dan birokrasi yang sangat kacau. Di<br />
contohnya jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemkab Aceh Selatan telah<br />
melebih rasio kelayakan. Ditambah lagi pengelolaan data dan arsip kurang terkontrol<br />
sehingga banyak berkas yang hilang. Dari segi tindakan korupsi semakin marak<br />
terjadi di Aceh Selatan. Bagaikan membudaya dan mengakar, dibuktikan dari tracking<br />
data media :<br />
- Mantan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Kadishutbun) Aceh<br />
Selatan, Ir H YY, kembali tersangkut dugaan perkara korupsi pengadaan bibit<br />
kakao dengan nilai kerugian sekitar Rp600 juta dari nilai proyek Rp2,6<br />
miliar 5 .<br />
- Lima pejabat dan mantan pejabat Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan terkait<br />
dengan dugaan tindak pidana korupsi dana bagi hasil Pajak Bumi dan<br />
Bangunan senilai Rp 409,272 juta. Saat ini kelima pejabat dan mantan pejabat<br />
itu untuk sementara ditahan di Rumah Tahanan Tapak Tuan, Aceh Selatan,<br />
untuk menunggu proses hukum selanjutnya.<br />
Kelima tersangka tersebut adalah mantan Kepala Dinas Pendapatan Daerah<br />
(Dispenda) Kabupaten Aceh Selatan T Lizam Mahmud, mantan pemegang kas<br />
Dispenda Aceh Selatan Muhammad Yasin, Kepala Subdinas Pajak dan Bagi<br />
Hasil Pendapatan Dispenda Aceh Selatan Basyah Wali, Kepala Subdinas<br />
Penagihan Dispenda Aceh Selatan Sulaiman, dan Kepala Subdinas Program<br />
Dispenda Aceh Selatan Rahmansyah 6 .<br />
- Kasus yang telah dinyatakan lengkap, diantaranya, tindak pidana korupsi pada<br />
pengadaan bibit kakao di Aceh Selatan tahun 2009 dengan nilai kontrak<br />
5 Di dowlod pada tanggal 15/04/2013, Jam 17.30, http://www.analisadaily.com/news/2013/3243/mantankadishutbun-<strong>aceh</strong>-<strong>selatan</strong>-tersangkut-korupsi-lagi/<br />
6 Di dowlod pada tanggal (15/04/2013), jam 17.35, http://hukumkriminal.infogue.com/lima_pejabat_pemkab_<strong>aceh</strong>_<strong>selatan</strong>_ditahan
sebesar Rp2.617.995.325, bersumber dari dana otonomi khusus (otsus) Kab.<br />
Aceh Selatan dengan tersangka Mwd dan kawan-kawan 7 .<br />
Belum lagi akibat ketidakseimbangan di <strong>dalam</strong> pendistribusian anggaran<br />
pembangunan untuk Kabupaten Aceh Selatan yang diberikan Provinsi Aceh telah<br />
mengakibatkan keinginan pemisahan pembentuk Provinsi ABAS. Faktor utama<br />
provinsi lebih peduli terhadpa wilayah timur daripada pantai barat <strong>selatan</strong>, salah<br />
satunya Aceh Selatan.<br />
Tracking Media<br />
a. http://alabaspos.com/view/1/1953/Setelah-ALA-Kini-ABAS-Mencuat-Minta-<br />
Provinsi-Sendiri.html.<br />
b. http://www.pelita.or.id/baca.php?id=49284<br />
c. http://atjehpost.com/read/2012/11/30/29731/5/5/Politisi-Golkar-Aceh-Selatan-<br />
Tuntut-Pembentukan-Provinsi-ABAS<br />
d. http://news.detik.com/read/2005/12/02/115550/490897/10/provinsi-ala-danabas-dideklarasikan-4-november?nd771108bcj<br />
e. http://pemerintah.atjehpost.com/read/2013/03/11/43380/15/5/Legislator-Aceh-<br />
Barat-Pembentukan-ABAS-tidak-membuat-Aceh-pecah<br />
4. Sektor Bisnis<br />
Kabupaten Aceh Selatan mempunyai sumberdaya alam yang dapat dioptimalkan<br />
penggunaannya sehingga memberikan hasil yang lebih besar bagi daerah. Salah satu produksi<br />
andalan daerah ini adalah pala. Perkebunan pala merupakan perkebunan rakyat dengan luas<br />
areal 9.484 Ha yang tersebar di seluruh kecamatan <strong>dalam</strong> Kabupaten Aceh Selatan.<br />
Produktivitas padi di kabupaten ini sebesar 892 kg/ha pada tahun 2008 dengan jumlah petani<br />
yang melakukan perkebunan ini sebanyak 12.944 kepala keluarga.<br />
Potensi terbesar kedua adalah kelapa <strong>dalam</strong> dengan luas areal 8.545 Ha dengan<br />
jumlah produksi sebanyak 3.746 ton dan jumlah kepala keluarga yang mengelola perkebunan<br />
ini sebanyak 13.809 KK. Selain itu, terdapat pula kelapa sawit rakyat dengan jumlah seluas<br />
2.191 Ha, produksi sebesar 7.445 ton dan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.612 KK.<br />
Sementara itu, ada beberapa perkebunan rakyat lainnya seperti karet, kopi, cengkeh, dan<br />
kakao. Kabupaten Aceh Selatan terkenal sebagai penghasil pala dengan harga yang sangat<br />
baik di pasar internasional. Tapaktuan sebagai ibukota kabupaten terkenal pula dengan<br />
sebutan "Kota Naga", yang merupakan kota pantai dengan pelabuhan lautnya yang ramai.<br />
Produksi Komoditas Perkebunan Pala adalah salah satu andalan perekonomian<br />
Kabupaten Aceh Selatan dan ini terbukti dari posisi unggulan pertama untuk sektor<br />
perkebunan di daerah ini adalah pala. Sementara itu, posisi kedua ditempati oleh nilam<br />
sebagai komoditas unggulan kedua untuk sektor perkebunan. Pala dan nilam tersebar di<br />
seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Selatan, dan keberadaan kedua komoditas<br />
tersebut sebagai bukti bahwa selama ini masyarakat mengandalkan pala dan nilam sebagai<br />
salah satu sumber mata pencaharian utama.<br />
Pertanian & Holtikultura Teknis 7.822 ha, Semi Teknis 6.251 ha, Non Teknis<br />
19.084 ha.<br />
7 Di dowlod pada tanggal 15/04/2013, jam 17.45,<br />
http://www.waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=24809:polda-<strong>aceh</strong>tetapkan-tersangka-5-kasus-korupsi-di-<strong>aceh</strong>&catid=53:<strong>aceh</strong>&Itemid=208
Kehutanan Hutan Produksi 119.500 ha, Hutan Lindung 101.650 ha.<br />
Produksi Ternak Ayam buras adalah komoditas unggulan sektor peternakan di<br />
Kabupaten Aceh Selatan sedangkan posisi komoditas unggulan kedua ditempati oleh<br />
sapi.<br />
Perikanan Perairan laut Aceh Selatan merupakan bagian dari Samudera Hindia<br />
dengan panjang garis pantai mencapai 140 Km memiliki potensi sumber daya ikan<br />
yang sangat besar dan melimpah. Hal ini dikarenakan daerah ini merupakan jalur<br />
migrasi Ikan Tuna serta salah satu pusat konsentrasi Ikan Cakalang, Tongkol, Tuna<br />
dan beberapa jenis ikan ekonomis lainnya seperti Tenggiri, Bawal, Kuwe, serta<br />
Udang. Di samping itu, perairan laut Aceh Selatan juga mempunyai potensi yang<br />
cukup baik untuk budidaya ikan dan rumput laut.<br />
Potensi sebagaimana digambarkan diatas belum diusahakan secara optimal yang<br />
antara lain disebabkan karena keterbatasan armada perikanan dan kemampuan<br />
nelayan dimana sebagian besar merupakan nelayan tradisional yang terbatas <strong>dalam</strong><br />
penguasaan modal dan teknologi baik di bidang penangkapan maupun budidaya laut.<br />
Disamping itu, potensi areal budidaya perikanan di Kabupaten Aceh Selatan juga<br />
cukup besar baik budidaya ikan di kolam, tambak, perairan umum maupun budidaya<br />
ikan sistem minapadi. Secara keseluruhan potensi budidaya ikan air tawar<br />
diperkirakan seluas 20.156 Ha yang terdiri dari budidaya ikan di kolam seluas 10.000<br />
Ha, budidaya ikan di perairan umum seluas 1.671 Ha, dan budidaya ikan dengan<br />
sistem minapadi seluas 8.485 Ha. Namun yang sudah dimanfaatkan baru mencapai<br />
48,67 Ha dengan produksi sebesar 265,97 ton/tahun.<br />
Potensi pengembangan budidaya air payau (tambak) mencapai 4.000 Ha yang tersebar<br />
di 9 (sembilan) kecamatan yaitu Kecamatan trumon, Bakongan, Kluet Utara, Kluet<br />
Selatan, Pasie Raja, Labuhanhaji Timur, Labuhanhaji, dan Samadua. Namun<br />
demikian yang telah diusahakan oleh masyarakat baru seluas 17,50 Ha dari potensi<br />
lahan yang ada dengan tingkat penerapan teknologi sederhana dengan produksi hanya<br />
5,75 ton.<br />
Perikanan Darat Sementara itu, komoditas unggulan untuk sektor perikanan di<br />
daerah ini adalah bandeng di posisi pertama dan belanak di posisi kedua. Tambak<br />
17,50 ha,Kolam 49,23 ha,Sawah 0,00 ha dan budidaya laut 0,04 Ha. Perairan Umum :<br />
1.933,60 Ha<br />
Laut/Danau/Sungai 30.000 ton (potensi ikan Laut Aceh Selatan) Potensi laut<br />
teritorial (12 mil), Potensi ZEE s/d 200.000 ton, Jumlah Nelayan 16.173, Jumlah<br />
Armada penangkapan 3.031 unit (besar dan kecil). Perikanan laut dan darat 11.599,7<br />
ton serta jumlah nelayan pemilik dan nelayan. Dengan 650 perahu tanpa motor, 1.124<br />
motor tempel dan 559 kapal motor<br />
Obyek Wisata 1. Air Terjun Tujuh Tingkat 2. Pantai Air Dingin 3. Pantai Batu<br />
Berlayar<br />
http://<strong>aceh</strong>fair.<strong>aceh</strong>prov.go.id/potensi-<strong>aceh</strong>/kab-<strong>aceh</strong>-<strong>selatan</strong>/
5. Reformasi Kepartaian dan Sistem Pemilu<br />
Menindak lanjuti telah terjadinya perubahan jumlah penduduk sesuai data DAK 2<br />
yang di serahkan Pemkab Aceh Selatan melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan<br />
Sipil (Disdukcapil), Komisi Independen Pemilihan (KIP) setempat berencana segera<br />
akan mengusulkan draft perubahan Daerah Pemilihan (Dapil) dan jumlah kursi<br />
masing-masing dapil <strong>dalam</strong> Pemilu Tahun 2014 mendatang kepada Komisi Pemilihan<br />
Umum (KPU) Pusat di Jakarta.<br />
Ketua Divisi tekhnis penyelenggara Pemilu KIP Aceh Selatan Jasmiadi Djakfar S Ag,<br />
M Si kepada wartawan di Tapaktuan, awal pekan lalu mengatakan, usulan draft<br />
perubahan dapil dan jumlah kursi tersebut sebelum di ajukan ke KPU Pusat di Jakarta,<br />
terlebih dulu di lakukan uji publik serta di konsultasikan dengan pihak komisi A<br />
DPRK dan pimpinan Partai Politik (Parpol) yang ada di Aceh Selatan.<br />
“Setelah di konsultasikan dengan Komisi A DPRK dan pimpinan Parpol, hari ini juga<br />
(Senin-red) usulan perubahan dapil dan jumlah kursi ini langsung di kirimkan ke KPU<br />
di Jakarta,” sebut Jasmiadi.<br />
Dalam usulan yang di serahkan tersebut, kata Jasmiadi, daerah pemilihan 1 yang<br />
sebelumnya mencakup wilayah Kecamatan Kota Tapaktuan dan Samadua di geser ke<br />
Labuhan Haji Raya, dapil 2 tetap Kecamatan Meukek-Sawang, dapil 3 berubah<br />
menjadi Kota Tapaktuan-Samadua, dapil 4 tetap wilayah Kluet Raya dan terakhir<br />
dapil 5 tetap Bakongan-Trumon.<br />
“Sedangkan untuk jumlah kursi dapil 1, Labuhan Haji Raya dari sebelumnya pada<br />
Pemilu 2009 berjumlah 5 kursi menjadi 6 kursi, dapil 2 Meukek-Sawang tetap 5 kursi,<br />
dapil 3 Tapaktuan-Samadua berkurang 1 dari 6 kursi menjadi 5 kursi, dapil 4 Kluet<br />
Raya juga berkurang 1 dari sebelumnya 10 kursi menjadi 9 kursi, sedangkan dapil 5<br />
Bakongan-Trumon bertambah 1 dari sebelumnya 4 kursi menjadi 5 kursi,” papar<br />
Jasmiadi sembari mengatakan bahwa jumlah keseluruhan kursi DPRK Aceh Selatan<br />
tetap berjumlah 30 kursi.<br />
Menurutnya, terjadinya pengurangan jumlah kursi di dapil Tapaktuan-Samadua dan<br />
penambahan kursi di dapil Labuhan Haji Raya itu terjadi karena berdasarkan data<br />
DAK 2 yang di serahkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemkab<br />
Aceh Selatan kepada pihaknya terjadi pengurangan jumlah penduduk di Kecamatan<br />
Tapaktuan-Samadua serta terjadi penambahan jumlah penduduk di dapil Labuhan<br />
Haji raya, dari jumlah keseluruhan penduduk Aceh <strong>selatan</strong> sesuai DAK 2 sebanyak<br />
222.849 jiwa.<br />
Sedangkan alasan pihaknya mengajukan usulan perubahan dapil, supaya lebih mudah<br />
menyebut dan menetapkan dapil sesuai letak tofografi Kecamatan yang di mulai dari<br />
ujung sebelah Barat yaitu Labuhan Haji Barat serta terus berjejeran sampai<br />
Kecamatan terakhir di Trumon Timur sebelah timur Aceh Selatan.<br />
Lebih lanjut ia mengatakan, dasar hukum penetapan dapil dan perubahan jumlah kursi<br />
tersebut sesuai dengan UU No : 8 Tahun 2012 pasal 26 ayat 2 huruf c, tentang Pemilu<br />
DPR,DPD,DPRD Provinsi dan DPRD Kab/kota.
Serta keputusan KPU No : 5 tahun 2013 tentang tata cara penetapan daerah pemilihan<br />
dan alokasi kursi setiap daerah pemilihan DPRD Provinsi dan DPRD Kab/kota pada<br />
Pemilu tahun 2014 mendatang.<br />
http://harianandalas.com/Aceh/KIP-Aceh-Selatan-Usul-Rencana-Perubahan-Daerah-<br />
Pemilihan#<br />
1. Labuhan Haji Barat 29 TPS. Jumlah pemilih sementara 10.658 jiwa<br />
2. Labuhan Haji 25 TPS. Jumlah pemilih sementara 8.751 jiwa<br />
3. Labuhan Haji Timur 17 TPS. Jumlah pemilih sementara 6.998 jiwa<br />
4. Meukek 35 TPS. Jumlah pemilih sementara 14.409 jiwa<br />
5. Sawang 28 TPS. Jumlah pemilih sementara 10.016 jiwa<br />
6. Samadua 33 TPS. Jumlah pemilih sementara 11.097 jiwa<br />
7. Tapaktuan 36 TPS. Jumlah pemilih sementara 14.762 jiwa<br />
8. Pasie Raja 29 TPS. Jumlah pemilih sementara 10,762 jiwa<br />
9. Kluet Utara 38 TPS. Jumlah pemilih sementara 15,754 jiwa<br />
10. Kluet Tengah 14 TPS. Jumlah pemilih sementara 4.600 jiwa<br />
11. Kluet Timur 15 TPS. Jumlah pemilih sementara 6,279 jiwa<br />
12. Kluet Selatan 25 TPS. Jumlah pemilih sementara 8,564 jiwa<br />
13. Bakongan 9 TPS. Jumlah pemilih sementara 3.516 jiwa<br />
14. Kota Bahagia 14 TPS. Jumlah pemilih sementara 4,017 jiwa<br />
15. Bakongan Timur 10 TPS. Jumlah pemilih sementara 3.666 jiwa<br />
16. Trumon 13 TPS. Jumlah pemilih sementara 2.645 jiwa<br />
17. Trumon Tengah 11 TPS. Jumlah pemilih sementara 3.564 jiwa<br />
18. Trumon Timur 13 TPS. Jumlah pemilih sementara 4.458 jiwa<br />
KABUPATEN/KOTA : ACEH SELATAN<br />
No Daerah Pemilihan Jumlah Penduduk Jumlah Kursi<br />
1 DP ACEH SELATAN 1 Meliputi<br />
Kecamatan:<br />
1.1 LABUHAN HAJI<br />
1.2 LABUHAN HAJI TIMUR<br />
1.3 LABUHAN HAJI BARAT<br />
2 DP ACEH SELATAN 2 Meliputi<br />
Kecamatan:<br />
2.1 MEUKEK<br />
2.2 SAWANG<br />
3 DP ACEH SELATAN 3 Meliputi<br />
Kecamatan:<br />
3.1 SAMADUA<br />
3.2 TAPAKTUAN<br />
4 DP ACEH SELATAN 4 Meliputi<br />
Kecamatan:<br />
4.1 KLUET UTARA<br />
4.2 KLUET SELATAN<br />
4.3 PASI RAJA<br />
4.4 KLUET TENGAH<br />
4.5 KLUET TIMUR<br />
13.786<br />
10.137<br />
17.818<br />
21.015<br />
15.180<br />
15.734<br />
23.847<br />
24.135<br />
13.658<br />
16.481<br />
6.300<br />
10.100<br />
6<br />
5<br />
5<br />
9
5 DP ACEH SELATAN 5 Meliputi<br />
Kecamatan:<br />
5.1 BAKONGAN<br />
5.2 TRUMON<br />
5.3 BAKONGAN TIMUR<br />
5.4 TRUMON TIMUR<br />
5.5 KOTA BAHAGIA<br />
5.6 TRUMON TENGAH<br />
5.310<br />
4.810<br />
5.390<br />
7.245<br />
6.434<br />
5.469<br />
JUMLAH 222.849 30<br />
5<br />
6. Gerakan di sektor Hak Asasi Manusia dan Penegakan Hukum<br />
Ketika di era konflik kejadian pelanggaran HAM di wilayah Aceh, maupun<br />
Kabupaten Aceh Selatan sangat siginifikan. Berdasarkan kajian dari HUMAN Rights<br />
Watch (HRW) adalah organisasi independen untuk promosi dan perlindungan hak asasi<br />
manusia. Peneliti HRW, Andreas Harsono <strong>dalam</strong> pernyataan tertulisnya sudah memantau<br />
pelanggaran HAM di Aceh lebih dari 20 tahun. Paska perdamaian pelanggaran HAM lebih<br />
disebabkan tindakan dari aparat pelaksana negara terhadap masyarakat Aceh Selatan.<br />
bentuk pelanggaran HAM-nya meliputi urusan agama, tanah, dan dampak lingkungan.<br />
Oleh karena itu issue penegakan Hak Asasi Manusia menjadi penting untuk di<br />
rekomendasikan <strong>dalam</strong> survey PWD.