aceh-selatan-dalam-dinamika-aryos-nivada

masyarakat minoritas seperti Tiongkoah masih kuat. Keberadaan masyarakat itu hanya
terbatas di pusat ibukota Aceh Selatan yakni Tapak Tuan.
Berbicara komposisi agama yang berada di Aceh Selatan selain Islam yang mayoritas,
Katolik 13 orang, Protestan 19 orang, Budha 117 orang (data Aceh Selatan Dalam Angka
2012)
Analisis Sosial Ekonomi
Aceh Selatan selain terkenal dengan kota naga juga terkenal sebagai kota penghasil
pala, dan hasil transaksi jual beli pala yang menjadi komoditi unggulan di Aceh Selatan
memberikan kontribusi pendapatan yang besar bagi pendapatan daerah, tetapi sejak
Perkebunan pala terkena hama yang menyebabkan banyaknya tanaman pala mati sehingga
berdampak pada merosotnya pendapatan daerah. Nilam juga jadi potensi baru sebagai mata
pencaharian petani di Aceh Selatan. Namun tanaman yang dimanfaatkan minyaknya ini
sebagai bahan racikan parfum dan obat-obatan belum memiliki harga yang stabil.
Kini Pemerintah Aceh Selatan belum dapat bekerja secara optimal dalam menggenjot
Penghasilan Asli Daerah dari sumber, selain mengharapkan dari dana Otsus dan DAU,
Pemda Aceh Selatan belum mampu merealisasikan Pendapatan daerah dari sektor lainnya. Ini
bisa dilihat misal dari sektor galian C, tambang, parawisata dan pajak lainnya. Misalnya
dalam hal tambang, pemerintah daerah tidak mengaplikasikan sistem jemput bola dalam hal
penerimaan pajak perusahaan tetapi masih menjalankan sistem jemput bola, sehingga banyak
para wajib pajak yang mangkir dari kewajiban membayar pajak, sejatinya hal ini tidak boleh
terjadi karena menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pendapatan daerah berkurang.
Dan dalam hal pajak kendaraan, belum ada kerja yang optimal dari petugas pajak,
karena masih banyak nya kendaraan luar yang beroperasi di wilayah pemerintahan aceh
selatan, dan hal ini tidak ada tindakan serius dari pemerintah dalam memberi sanksi kepada
para pelanggar lalulintas di daerah setempat.
Kemudian dari hal parawisata, tidak ada keseriusan dari pemerintah setempat dalam
mengembangkan parawisata sehingga berdampak pada berkurangnya pendapatan daerah.
Seandainya sektor parawisata dikelola dengan baik maka menggenjot pendapatan daerah,
dalam hal ini dapat menggaet parawisatawan baik lokal, nusantara mapun mancanegara, dan
ekonomi masyarakat juga terbangun dengan adanya rumah makan, restoran dan sebagainya.
Ditempat tujuan destinasi wisata pun pemerintah bisa mempromosikan hasil kerajinan daerah
dan menjualnya kepada para wisatawan sehingga dapat menambah penghasilan daerah.
Analisis Sosial Politik
Kehidupan sosial politik dari masyarakat Aceh Selatan sangat dipengaruhi dari relasi
kesukuan. Hal ini terlihat selama 15 lebih di pimpin aktor politik yang berasal dari suku
Kluet. Namun di tahun 2013 sukun Kluet tidak mendapatkan tempat dihati masyarakat Aceh
Selatan. Terbukti posisinya kepemimpinan Bupati Aceh Selatan berganti ke suku Aceh dari
Meukek yaitu T. Samaindra, faktor utamanya hasil dari diskusi dengan asisten peneliti
dikarenakan selama suku Kluet memerintah Aceh Selatan tidak membuat perubahan yang
signifikan dari segi kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan. Berdasarkan hal itu membuat
pemilih berpindah haluan pemilihan politiknya.
Para kontestan di Pilkada Aceh Selatan, yang terdiri dari pasangan Sama
Indra/Kamarsyah (Saka), Muhammad Natsir/Zulkifli (Wapang), Muhammad Saleh/Ridwan A
Rachman (Saman), Darisman/Khaidir Amin (DK), Wahyu M Wali Putra/Irwan (Wali), dan
Hasmar Yulia/Mudasir, hanya kita batasi tiga kontestan yang akan dibahas dalam tulisan ini.
Ketiganya adalah Saka, Saman, dan Wapang. Pengusung Saka (Partai Demokrat, PAN,