22.02.2013 Views

1 - Acehbooks.org

1 - Acehbooks.org

1 - Acehbooks.org

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

EBHS


UNIT<br />

PERENCANAAN DAERAH<br />

Laporan Hasil Penelitian<br />

di Aceh, Bal?, Sulawesi Selatan<br />

Jawa Timur dan Ka limantan Timur<br />

disusun oleh<br />

Team Penelitian LP3ES<br />

bekerjasama dengan<br />

BAPPENAS, Direktorat Tata Kota<br />

& Daerah (Dep, PUTL)<br />

dan Pemerintah Daerah Ka limantan Timur<br />

Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan<br />

Ekonomi & Sosial (LP3ES)<br />

Jakarta<br />

1973


KATA PENGANTAR<br />

Da lom tahap Pelita II nanti, peranan Pemerintah Daerah P opinsi akan sangat<br />

meningkato Peranan penfing di afas bukan saja dalam rangka membantu Pemerintah<br />

Pusat, - mïsalnya dalam ikuf mengarahkan proyek-proyek sektoral di daerahdaerah,<br />

- fapi juga dalam proses pembangunan daerah yang direncanakan, dïlaksanakan<br />

dan dibiayainya sendïrio<br />

Dalam hal inilah suatu Unit Perencanaan Daerah akan memegang peranan penting„<br />

Sampai dimanakah tïngkat perkembangan unit-unit perencanaan daerah di<br />

atas; bagaimanakah kemungkinan-kemungkinan perkembangannya; apa saja yang<br />

bisa dilakukan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan potens? yang ada dsb„ itulah<br />

yang menjadi sasaran penelitian LP3ES, yang laporannya kita sajikan dalam penerbitan<br />

ini»<br />

Laporan ini disusun oleh tenaga-tenaga ahli da?! pemerintah sendirï, khususnya<br />

dari Bappenas, Direktorat Tata-Kota dan Daerah (PUTL), yang dibantu oleh unsur-unsur<br />

Departemen Dalam Neger?, tenaga-fenaga dar? Bagian Planologi ITB<br />

serta dibantu oleh pejabat-pejabat daerah„ Laporan ini barangkali baru merupakan<br />

tahap permulaan yang sudah tentu harus diteruskan oleh penelitïan-penelitian<br />

berikutnya, yang lebih detail atau lebih mendalamo Semoga penerbitan ini<br />

bermanfaat adanya,,<br />

Lembaga Penelitian, Pendidikan dan<br />

Pe^&'angan Ekonom? dan SosiaL


I!<br />

DAFTAR 1S1<br />

Halaman<br />

Kata Pengantar i<br />

Daftar Isi ü<br />

Dafrar Bagan v<br />

Daftar Tabel vi<br />

BAG1AN SATU<br />

LAPORAN UMUM<br />

UNIT PERENCANAAN DAERAH Dl ACEH,<br />

BALI, SULAWESI SELATAN DAN JAWA TIMUR<br />

BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

BAB II<br />

RINGKASAN HASIL PENELITIAN 6<br />

I. TENTANG SEJARAH KEDUDUKAN TUGAS DAN STRUKTUR<br />

UNIT PERENCANAAN DAERAH<br />

* Sejarah dan Landasan Hukum 6<br />

* Kedudukan 7<br />

* Tugas-tugas 9<br />

* Struktur 13<br />

* Po Sa Staff 17<br />

* Pembiayaan 18<br />

* Unit Perencanaan Departemen PUTL 19<br />

* Hubungan dengan Unïversitas 20<br />

* Hubungan dengan Swasta 22<br />

IS. TENTANG PROSES PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH<br />

* Konsepsi Perencanaan 24<br />

* Pola Garis Besar dan Kebijaksanaan Pembangunan Daerah<br />

25<br />

* Program dan Rencana Tahunan 27<br />

* Proses Penyusunan Pola Garis Besar Kebijaksanaan<br />

Pembangunan Daerah 27<br />

* Pengawasan Evaluasi dan Pengendalian 29<br />

* Program Bantuan Kabupaten dan Dana Cess 32<br />

UI. TENTANG SARANA-SARANA PENUNJANG UNIT<br />

PERENCANAAN<br />

* Sistim Jnformasï untuk Perencanaan 32<br />

* Operation Room 34<br />

* Research untuk Perencanaan 34


iïi<br />

BAB lil<br />

MASALAH-MASALAH POKOK<br />

PEMBENTUKAN UNIT PERENCANAAN DAERAH<br />

Halaman<br />

I. TENTANG PANDANGAN PUSAT DAN DAERAH<br />

* Orientasi Pusat Daerah 36<br />

* Departemen Dalam Negeri 37<br />

* Bappenas 38<br />

* Departemen PUTL 39<br />

* Departemen-deparremen Lain dan Dïrektorat Jendral PMD 41<br />

* Pandangan Pemerintah Daerah 41<br />

II. MASALAH-MASALAH POKOK PEMBENTUKAN UNIT<br />

PERENCANAAN DAERAH<br />

* Konsepsi Perencanaan ' 44<br />

* Hubungan Pusat dan Daerah 48<br />

* Pembagian Wilayah Perencanaan 49<br />

* Kedudukan Unit Perencanaan Daerah Dalam Struktur<br />

Organisasi Pemerintah Daerah Propinsi 51<br />

* Struktur Intern Organisasi Dari Unit Perencanaan Daerah 53<br />

* Masalah Personalia Unit Perencanaan Daerah 54<br />

* Masalah Pembiayaan dan Peralotan 56<br />

* Pengawasan dan Pengendalian Operasionil Pembangunan 56<br />

* Pelaksanaan Fungsi Perencanaan Dari Segi Proses dan<br />

Tehnik 58<br />

BAB IV<br />

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN UMUM<br />

* Proses Pembinaan Unit Perencanaan Daerah 60<br />

* Konsepsi Perencanaan 64<br />

* Ruang Lingkup Perencanaan Daerah 69<br />

* Struktur dan Tugas 72<br />

* Staff dan Personalia 75<br />

* Pembiayaan 77<br />

* Hubungan Eksternal 78<br />

* Tata Kerja 79<br />

* Hubungan antara Pusat dan Daerah 80<br />

* Hubungan antara Unit Perencanaan Daerah dengan<br />

Instansi Pelaksana 83<br />

* Hubungan antara Unit Perencanaan Daerah dan Instansi<br />

Pengawasan 84<br />

* Pengumpulan dan Pemanfaatan Data oleh Unit<br />

Perencanaan Daerah 85<br />

* Operation Room 86


iv<br />

BAG1AN DUA<br />

LAPORAN KHUSUS<br />

UNIT PERENCANAAN Dl KALIMANTAN TIMUR<br />

BAB V<br />

RINGKASAN LAPORAN DAN ANALISA<br />

HASIL PENELITIAN UNIT PERENCANAAN DAERAH<br />

KALIMANTAN TIMUR<br />

Halaman<br />

I, TINGKAT PERKEMBANGAN UNIT PERENCANAAN<br />

DAERAH KALIMANTAN TIMUR<br />

* Irtstitusionil 87<br />

* Fungsionil 89<br />

* Staff, Pembiayaan dan Peralatan 91<br />

* Kerjasama dengan Badan-badan Lain 94<br />

BAB VI<br />

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN<br />

TENTANG PENGEMBANGAN UNIT PERENCANAAN DAERAH<br />

KALIMANTAN TIMUR<br />

* Masalah Pokok 96<br />

* Sasaran Perencanaan di Kalimantan Timur 100<br />

* Tugas Bappepda 105<br />

* Sfrategi Pembinaan Bappepda 109<br />

APPENDIX<br />

DAFTAR PERTANYAAN RISET<br />

UNIT PERENCANAAN DAERAH<br />

Dl KALIMANTAN TIMUR 116


V<br />

DAFTAR BAGAN<br />

Hal oman<br />

Bagan ! s Struktur Organisatj BSro Perencanaan<br />

Daaraf» Bal! 14 a<br />

Bcaan 31 ; Bagan Organisasi Aceh Developmenf 14b<br />

Beigan II! : Struktur Biro Perencanaan Pembangunan<br />

Kantor Gubernur Sulawesï Seloran 15a<br />

Bagan IV : Bagan Organisasi Badan Perencanaan<br />

Pembangunan Daerah Jawa Timur 16a<br />

Bagan V : Struktur Organisasi Bagian Proyek<br />

Technical Assistance Unit Perencanaan<br />

DATI I BALJ 20a<br />

Bogen V? Unit-unit & Unsur-unsur Perencanaan 46a<br />

Bagan VS! : Hubungan Vertikal Lembaga-lembaga<br />

Perencanaan 40a<br />

Bagan VIII : Unit-unit Perencanaan & Jenis-jenis<br />

Proyek Pembangunan 4^0<br />

Bagan IX % Proses Pembinaan Unit Perencanaan<br />

Daerah 63a<br />

Bagan X s Struktur Organisasi Unit Perencanaan<br />

Daerah 75a<br />

Bagan XI i Struktur Organisasi Bappepda Koiimanton<br />

Timur 88a


vi<br />

DAFTAR TABEL<br />

hblaman<br />

Tabel 1 ; KoordsnasJ 7 Jenk Proyek-proyek 49b<br />

Pembangunan<br />

'abel 2 s Beberapa Keputusan Pemerintah Pusat 51a<br />

Mengenai Unit Perencanaan Daerah<br />

Tabel 3 : Usaha Yang Dslakukan Oleh Guber - 51b<br />

nur KDH Untuk Membïna Unit Pe­<br />

rencanaan Daerah<br />

Tabel 4 s Hubungan Antar Beberapa Lembaga 57a<br />

Dengan Fungs? Kontrol<br />

Tabel 5 s Kedudukan Dan Tanggung jawab 89a<br />

Serta Tugas, Fungs Dan Wewenang<br />

Bappepda (surat Keputusan Guber •-<br />

nur No 72/1972)<br />

Tabel 6 ; Disknpsï Pekerfaan (Job-Description) 89d<br />

Pejabat-pejabafr dan Bagian-bagïan<br />

dari Bappepda (Surat Keputusan G u ­<br />

ber nu* No c 73/1972)<br />

label 7 ; Disknps? Pekerjaan (Job Descrïptïon) 89h<br />

Berdasarkan Hasll Rapat Bappepda<br />

Tanggal 9 Mei 1972<br />

Tabel 8 : Tingkat Pendsdskan Pegawaï Bappep- 92a<br />

da<br />

Tabel 9 ; GoSongan Umur Pegawai Bappepda 92a<br />

Tabel 10 : Tingkat Dan KwaÜfïkasï Jabatan Pe- 92b<br />

gawaï Bappepda<br />

Tabel 'II g Bïdang-bidang Pendidikan Menurut 92b<br />

Jumlah Dari Pegawa? Bappepda<br />

Tabel 12 s Sistim Penempatan & Latar Belakang 92c<br />

Pendidikan Pejabat-pejabat Pentïng<br />

Bappepda<br />

Tabel 13 g Matrix Tentang Kebutuhan Bappepda 104


BAGIAN SATU<br />

LAPORAN UMUM<br />

UNIT PERENCANAAN DAERAH Dl<br />

ACEH, BA LI, SULAWESI SELATAN DAN<br />

JAWA TIMUR


- 1 -<br />

BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

1, Proyek penelitian Ini merupakan kelanjutan dar«pada kerjosama antara Lem-<br />

baga Penelitian, Pendidikandan Penerangan Ekonomi danSos!al(LP3ES) f Bap-<br />

penas dan Direktorat Tata Kota dan Daerah (DKTD) Departemen PUTL dalam<br />

membantuusaha-usaha regional planning untuk daerah Kal «mantan Timur, Ker-<br />

jasama tersebut dimulai dalambulan Ju!» 1971 ketika ketiga lembaga dan ins­<br />

tansi pemerintah tersebut membentuksuatu Reconnalsance Team untuk memper-<br />

siapkan WorkshopRencana Pembangunan Daerah Kalimanfan Timu» dengan kun-<br />

jungan team tersebut selama kurang lebih seminggu ke Ka?i tg 1.4 s/d 9 Oktobe- 1971<br />

yang lalu.<br />

Salah satu masalah yang menjadi bahan pemikiran setelah berakhirnya Work­<br />

shop yang telah menghasilkan suatu d»aft Rencana Pembangunan Daerah Kali-<br />

mantan Timur 1972-1979 tersebut diatas adalah, bagaïmana dapat diusahakan<br />

kelangsungan daripada tugas - tugas perencanaan pembangunan daerah yang<br />

menjadi tugas dan tanggung-jawab Pemerintah Daerah setempat. Untuk ini<br />

dirasakan periunya suatu wadah yang dapat menampung tugas perencanaan pem­<br />

bangunan daerah ini dimasa-masa yang akan datang didaerah Kalimantan Tï<br />

mur, Berdasarkan kebutuhan ini maka telah diadakan perjanjian kerjja-sama<br />

antara LP3ES dengan Pemerintah Daerah Kalimantan Timur (berdasarkan Surat<br />

Gubernur KDH Kalimantan Timu? tertanggal 17 Nopember, 1971) untuk me-<br />

laksanakansuatu penelitian yang dapat menghasilkan sa«an-saran bagi Peme­<br />

rintah Daerah Kalimantan Timur perihal pembinaan unit perencanaan pemba­<br />

ngunan daerah dipropinsi ini. Bappenas dan Direktorat Tata Kota dan Daerah<br />

mendukungpenelitian ini denganharapanagar hasil-hasjI penelitian in? dapat<br />

dïmanfaatkan pula untuk membina unit perencanaan pembangunan daerah dï-<br />

daerah-daerah lain diseluruh Indonesia, Khususnya Direktorat Tata Kota dan<br />

Daerah menaruh minat yang besar atas usaha penelitian ini mengingot banwa<br />

Direktorat ini telah merintis pembentukan unit perencanaan daerah sebagai<br />

salah satu proyek dalam Pelita I yang sedang be« jalan, walaupun titïkberat<br />

daripada usahanya lebih pada bïdang perencanaan fisik tata-kota dan tata-<br />

daerah, Dengan kerjasama antara ketiga lembaga dan instansi peme- intah ter­<br />

sebut diatas, maka proyek penelitian unit perencanaan pembangunan daerah<br />

ini kemudian diper luas dengan mempelajari kasus-kasusdibeberapa daerah lain<br />

yaitu Aceh, Bali, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Pemilihan keempat dae­<br />

rah tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa didaerah-daerah tersebut sudah<br />

terben tuk dan beroperasi suatu unit perencanaan pembangunan daerah (dengan


- 2 -<br />

fïdakmengurangï penghargaanpada usaha-usaha daerah lain), walaupun tugas<br />

dan bentuknya berbeda antara satu daerah dengan lainnya. Dengan mempelajari<br />

keempat daerah tersebut dïharapkan dapat dïkumpulkan bahan-bahan pengalaman<br />

yang cukupbanyak untuk dapat memberikan saran-saran yangkonkrït<br />

kepada Pemerintah Daerah Kalimantan Timur, maupun saran-saran umum yang<br />

dapat dimanfaatkan bag i pembinaan unit perencanaan daerah di daerah-daerah<br />

lainnya 0<br />

2. Sejalan dengan proses terbentuknya proyek penelitian ini, maka tujuan utama<br />

proyek penelitian ini adalah :<br />

a. Mengumpulkan bahan-bahan keterangan mengenai pengalaman-pengala-<br />

man unit perencanaan pembangunan daerah di daerah-daerah Aceh, Bali,<br />

Sulawesi Selatan dan Jawa Timur,dan menyusun analisa dar? bahan-bahan<br />

keterangan tersebut.<br />

b. Memberikan saran-saran umum mengenai usaha pembinaan unit perenca­<br />

naan pembangunan daerah yang dapat digunakan bagï daerah-daerah lain<br />

di Indo nes ia pada umumnya.<br />

c„ Memberikan saran-saran konkrit kepada Peme'jnfrah Daerah Kalimantan<br />

Timur tentang usaha-usaha yang harus dilakukan untuk pembinaan unit<br />

perencanaan pembangunan daerah setempat»<br />

Dengansendïrïnya hasil-hasil usaha penelitian in? diharapkan dapat memberi­<br />

kan bahan-bahan saran pula pada Pemerintah Daerah yang daerahnya menjadi<br />

obyek penelitian in? untuk menyempurnakan dan meningkatkan kegiatan d? -<br />

masing-masïng daerah yang sejauh ini telah dirintis.<br />

3. Untuk melaksanakan penelitian ini telah dibentuk suatu team peneliti yang<br />

terdiri atas team intï sebagai berikut s Drs. M. Dawam Rahardjo (LP3ES), lr„<br />

Hendropranoto (Direktorat Tata Kota dan Daerah) dan Drs„ Sumitro Maskun<br />

(DepartemenDalam Negeri). Dalam team ini pada mulanya termasuk pula Drs.<br />

Saukat Sacheh dan Drs,. Amdan? Boer dari LP3ES yang hanya membantu Team<br />

dalammelakukanpenelitian di daerah Aceh saja. Didalam melaksanakan tugas<br />

survey lapangan ke daerah-daerah team telah mendapatkan bantuan dari sau-<br />

dara-saudara : Hesti Dharma Wahyuni, Sudarto, Widjono Ngudio, Dimmy Kir-<br />

bandirman dan Oo Susongko, kesemuanya mahasiswa tingkat Sarjana I Bagian<br />

Plano log? ITB asisten luar biasa untuk mata kuliah Administrasi Perancangan<br />

yang telah memberikan bantuan yang amat berha^ga bagi terlaksananya tugas<br />

penelitian ini. Disamping itu team telah mendapatkan bantuan pula dari Ir.<br />

Frans Mardi Hartanto dari ITB yang telah ikut serta dalam tugas survey lapa­<br />

ngan ke Jawa Timur dan membantu merumuskan rekomendasi umum dari team.<br />

Pada kesempatan ini team ingin menyampaïkan terima kasihnya kepada semua<br />

pihak yang telah membantu bagï terlaksananya tugas penelitian ini terutama<br />

kepada Dr. Ir. Poernomosidi Deputy Perencanaan Pembangunan Regional dan


- 3 - :~x<br />

• • /JÊ<br />

Daerah Bappenas, Drs, Hariry Hady Kepala Biro Perencanaan Pembangursarï<br />

Regional dan Daerah Bidang Ekonomi Bappenas, dan Ir Radïna! Moechtar Dï~<br />

rektur Tata Kota dan Daerah yang selalu memberikan dorongan dan himbingan<br />

kepada team. Kemudian team merasa berhutang-budi kepada Pemerintah Dae­<br />

rah khususnya pimpinan dan staff unit perencanaan daerah didaerah-daerah<br />

yang dikunjungi oleh team dalam survey untuk penelitian ini, yaïtu kepada<br />

Bapak Prof Drs-, Madjid Ibrahim dan staff dari Aceh Development Board, Drs,<br />

Njoman Dhana dan staff dari Biro Perencanaan Pembangunan Daerah Bali,<br />

Ir, Wisnu Sndradjit dan staff dari Proyek Unit Perencanaan Bal' D&po • ?•<br />

PUTL, Prof. Dr Hafidz, Drs, Burhamzah, Drs Halide dari Univërsifras Hasan-<br />

uddin dan staff Panitia 9 Sulawesi Selatan, serta Drs, A t<br />

Samad Suhaib dan<br />

Drs o Idris Siola dari Biro Perencanaan Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan,<br />

dan Bapak Brigjen, Subandono dan Letnan Kolonel Ngudio beserta staff de?<br />

Bappeda Jawa Timur, serta Drs AnwarChanani dan staff dari Bappepda Kali­<br />

mantan Timur; yang kesemuanya telah memberikan bantuan yang sangaf ber-<br />

harga kepada team dalam mengatur pertemuan-pertemuan setempat, memberi­<br />

kan fasüitas-fasilitas sepenuhnya kepada anggota-anggota team dan memberi­<br />

kan bahan-bahan keterangan ba ik lisan maupun data-data tertulis tanpa bahan-<br />

bahan mana penelitian ?ni tak mungkin akar b Se'an|u?nva team me-<br />

nyatakanterima kasih yang tak terhingga pada semua anggora inti dan asisten-<br />

asistenpembantu yang dengan segala ketekunan telah melaksanakan tugas pe­<br />

nelitian ini<br />

4c Didalam melaksanakan penelitian ini team telah menyusun suatu daffar per-<br />

tanyaan yang memuat garis besar pendekatan team untuk mengumpulkan bahan-<br />

bahan keterangan bagi tercapainya tujuan penelitian (Daftar pertanyaan untuk<br />

Kalimantan Timur dilampirkan dalam laporan ini)= Daftar pertanyaan tersebut<br />

dibagikansebelumnya kepada unit perencanaan dar? daerah-daerah yang akan<br />

dikunjungi, sehingga dapat diadakan persiapan-persiapan seperlunya oleh da­<br />

erah-daerah ybs. Kemudian pada waktu survey kedaerah-daerah diadakan be-<br />

berapa macam pertemuan,yaitu pertemuan umum dengan seluruh staff unit pe­<br />

rencanaan setempat, pertemuan umum dengan seluruh Kepala-kepaia Dïnas<br />

dan Kepala-kepala Biro Kantor Gubernur dan unit perencanaan serempet yang<br />

dibeberapa daerahdihadiri pula oleh Kepala DPRD dan Muspida setempat, dan<br />

pertemuan-pertemuan khusus dengan bagian-bagian unit perencanaan atau de­<br />

ngan dinas-dinas/bïro-biro dan instansi pemerintah daerah/swasta lainnya yang<br />

dianggap pentïng Survey kedaerah-daerah telah dilakukars menurut jadwal<br />

acara sebagai berikut :<br />

(Diantara waktu-waktu penelitian \apangan telah dilakukan berbagas diskus*<br />

dengan beberapa pejabat Pusat dan Daerah seperti misalnya dengan Dr. k.<br />

Pdarnomosidi, Drs. Hariry Had?, Prof. A. Madjtd Ibrahim, serta dengan pe-<br />

jcbat-pejabat Pemerintah Daerah Kalimantan Timur seperti Drs. Dja'far Ach-<br />

mad, Ir. Rachman Karïm, Ir, Sulaiman Ismail, dll.)


Jadwal Acara Penelitian<br />

- 4 -<br />

Tanggal Daerah Anggota Team<br />

1„ 1 s/d 5Februari "72 Aceh Ir. Hendropranoto<br />

Sumatera Utara Drs. Sumitro Maskun<br />

Drs. Saukat Sacheh<br />

Drs. Amdani Boer<br />

Dr. K.G. Koehler<br />

Hesti Dharma Wahyuni<br />

Sudarto<br />

2. 3 s/d 8 April 72 Bali Ir. Hendropranoto<br />

&3 s/d 5 Mei '72 Drs. Sumitro Maskun<br />

Drs. M. Dawam Rahardjo<br />

Sdr. Widyono Ngudïjo<br />

3. 3 s/d 8 Juni 72 Sulawes? Selatan Drs. Sumitro Maskun<br />

Drs. M. Dawam Rahardjo<br />

Sdr. Dimmy Kirbandirman<br />

4. 17 s/d 20 Juni 72 Jawa Timur Ir. Hendropranoto<br />

Ir. Frans Mardï Hartanto<br />

Drs. M. Dawam Rahardjo<br />

5. 26 s/d 30 Sept. 72 Kalimantan Timur Ir. Hendropranoto<br />

Drs. Mo Dawam Rahardjo<br />

Sdr. Oo Susongko<br />

5. Perlu kiranya diberikan beberapa penjelasan yang bersangkutan dengan laporan<br />

hasil penelitian ini sebagai berikut %<br />

Pertama, bahwa pada mulanya dikandung maksud untuk menerbïtkan laporan<br />

hasil penelitian ini daerah per daerah. Maksud tersebut kemudian diurungkan<br />

berhubung dengan beberapa alasan yaitu s (a) Laporan yang demikian cenderung<br />

untuk bersifat deskriptip tanpa mempunyai nilai perbandingan yang berarti<br />

(b) Laporan per daerah akan mengetengahkan banyak hal-hal yang sama<br />

mengingat adanya keseragamandalam prosedur dan tingkat kemajuan yang kirakira<br />

sama antara unit-unit perencanaan yang dise lid Ski yang tidak memungkïnkan<br />

bagi team untuk menggali keterangan-keterangan spesïfïk yang berguna


. - 5 -<br />

untuk penelitian ini (c) Laporan semacam ïtu akan sanrjat bönyak memakan<br />

waktu,hal mana tidakmungkin dapat dilakukan berhubung cftngan tugas-tugai<br />

lain yang membobani anggora-anggola team Berdasarkan atgs pertimbarg -<br />

an-pertimbangan tersebut-diatas maka team telah memutuskgn untuk menerbïtkan<br />

laporan hasil penelitian unit perencanaan pembangunan daerah ini dalam<br />

bentuk seperti disajïkan dalam buku in», yang lebih rnementin^kan esensi kesimpulan<br />

dan analïsa perbandingan dari péngalamüh-pengGlaman unit peröncanaan<br />

pembangunan daerah yang disei.diki<br />

Kedua, bi la dalam laporan ini disebutkan pula beberapa keadaan unit perencanaan<br />

didaerah Sumatera Utara adalah disebabkan karena dqiam kunjungannya<br />

ke Aceh, team telah sempat singgah pula di Medan dan mengadakan wawancgra/pertemuan<br />

singkat dengan Bakopda Sumatera Utara Bahan-bahan<br />

keterangan yang dcpat dikumpulkan mengenai daerah Sumatera Utara adalah<br />

minim sekali, karenanya bïla hal-hal yang menygngkut daergh ierakhir ini<br />

hanya disebut secara dangkal saja dalam laporan ini hendaknyo hal tersebut<br />

dapat diterima dengan pengertian tersebut diatas Bukanlah sama sekgli maksud<br />

team untuk mengecilkan arti daerah yang disebutkan terakhir ini<br />

Ketiga, penyusunan laporan ini akan dïbagi dalam c'ua baglan, yaitu bagtan<br />

pertama memuat ringkasan hasil survey, pcrriasakihan dan Issues,ck.v-.kesirnpt -<br />

lan-kesimpu!an rekomendasi umum tentqng pembinaan unit perencanaan pembangunan<br />

daerah, dan bagian kedua nemuat hasil survey dan kesimpuign/saran-saran<br />

khusus untuk Pemerintch Daerah Kalimantan Timur Pembagicn tersebut<br />

diatas disesuaikan dengan tujuan utama penelitian yang telah diuraixan<br />

terdahulu.


- 6-<br />

BAB 11<br />

RINGKASAN HASIL PENELITIAN<br />

/ . . .<br />

I. TENTANG SEJARAH KEDUDUKAN, TUGAS DAN STRUKTUR UNIT PE­<br />

RENCANAAN.<br />

Sejorah dan Landasan Hukum<br />

\. Sampai saar ini belum ada suatu landasan hukum yang mengatur ëecatö<br />

nasional pembentukan unit perencanaan pembangunan dderöh yang döpat<br />

beker ja secara effektip, Sebagaimana telah dikemukakan dimukö peda<br />

tahun 1964, dengan keputusan Presiden no, 19tahun 1964 d«bentgk!ah<br />

Badan Koordinasi Pembangunan Daerah (BAKOPDA) dïtïap propinsi Badan<br />

ini sesuai dengan namanya hanya berfungsi sebagai koordinator pembangunan<br />

daerah, sedangkan dalam prakteknya badan ini belum dapat memberikan<br />

pengarahan dan melakukan seleksi yang effektip atas proyek-proyek<br />

pembangunan yang disusun oleh dinas-dinas, Susunan dari Bakopda<br />

ini pada dasarnya berintikan unsur-unsur dïnas. Selain itu Bakopda juga<br />

merupakansemacam badan representasi politik Oleh sebab. itu selain terdapat<br />

kesamaan diantara Bakopda-Bakopda diseluruh propinsi dalam hal<br />

terdapatnya unsur-unsur dinas, susunan badan tersebut juga berbeda pada<br />

tïap daerah, sesuai dengan pencermïnan kekuatan politik dan kelompok<br />

kepentingan pada tiap-tiap daerah Ketua dari Bakopda-Bakopda adalah<br />

masing-masïng Gubernur pada tïap Propinsi ,,<br />

2, Dengan terbentuknya Pemerintahan Orde Baru yang lebih berorientasi pada<br />

pembangunan ekonomi secara rasionil, maka kebutuhan akan adanya<br />

suatu unit perencanaan pembangunan daerah sangat dirasakan, terutama<br />

didaerah-daerah yang pesat perkembangannya. Dalam menanggap? sïtuas?<br />

baru ini, maka ada dua pola dalam perkembangan unit perencanaan didaerah-daerah,<br />

Pertama, adalah pembentukan Biro Perencanaan Pembangunan<br />

Daerah berdasarkan Surat Keputusan Men*eri Dalam Neger? no,<br />

145/69, yang merupakan bagian dari Sekretariat Daerah Tidak semua<br />

daerah mengikuti keputusan Menteri Dalam Neger! ini dengan alasan terutama<br />

karena pertimbangan kebutuhan dan "kondisi daerah", Kedua, adalah<br />

pembentukan Badan-badan perencanaan pembangunan daerah dengan<br />

variasi nama yang berlain-lainan dibeberapa daerah Badan-badan inidibentuk<br />

dengan surat keputusan Gubernur sebagai badan yang terpisah dan<br />

bertanggung jawab langsung kepada Gubernur, sedangkan strukturnya berbeda<br />

dari satu daerah kedaerah lain Disamping in« sebenarnya masih ada<br />

pola yang merupakan kombinasi atau variasi dar! kedua pola tersebut diatas,baik<br />

dalam struktur ataupun eksistensinya-


- 7 -<br />

3' Pola pertgma ditempuh oleh daerah Bali dan Sulawesi Se'a'an Dikedua<br />

daerah tersebut telah di bentuk Biro Perencanaan Pembangunan Daerah yang<br />

kira-kïra seragam dalam struktur dan kedudukannya, dengan catatan bahwa<br />

diaaerah Sulawesi Selatan dïsamping Biro tersebut masih terdapar suatu<br />

panitio (yang lebih d'kenal dengan nama Panitia 9) Panitia ini dibentuk<br />

dengan surat keputusan Gubernur tersendir! dan berfungsi sebagai penasehof<br />

Gubernur dalam merumuskan dan menilai pelaksanaan kebijaksanaan<br />

serta pola garis besar pembangunan daerah didaerahie? 3>' Sedangkan<br />

polo kedua digunakan didaerah-daerah Aceh, Sumatera Utara dan<br />

Jav/a Timur Ditiap-tiap daerah ini telah dibentuk Badan Perencanaan<br />

Pembangunan Daerah Aceh atau Aceh Development Board (ADB), Badan<br />

Koordïnasi Pembangunan Daerah atau Bakopda (tidak sama dengan Bakopda<br />

tahun 1964) Sumatera Utara, dan Badan Perencanaan Pembangunan<br />

Daerah (BAPPEDA) jawa Timur,<br />

4. Dari keterangan tersebut diatas kïta dapat menarik kesimpulan oahwa baik<br />

Biro Perencancan maupun Badan Perencanaan yang baru itu mempunyai be­<br />

berapa perbedaan pokok dengan Bakopda, Apabila Bakopda diketuai oleh<br />

Gubernui sendiri, maka baik Biro Perencanaan maupun Badan Perencanaan<br />

Hdak I sgi diketuai oleh Gubernur Biro Perencanaan dalam hal ini dike­<br />

tuai olehseorang Kepala Biro dibawah kcordinasi dari Administratur Pem­<br />

bangunan, sedangkan Badan Perencanaan mempunyai seorang Ketua sen­<br />

diri (misalnya Ketua ADB atau Ketua Bappeda) Apabila Bakopda mem­<br />

punyai kedudukan sebagai s*aff Gubernur dan langsung berada dibawah<br />

koordinasï Gubernur, maka Biro Perencanaanhanya taktis operasionil saja<br />

dibawah Gubernur, namun admïnistratip berada d'bawah Sekretarïs Dae­<br />

rah Badan Perencanaan dc'am hal ini ada sedikü persamaannya dengan<br />

Bakopda dalam hal kedudukannya yang berada langsung dibawah Guber­<br />

nur, hanya saja karena Badan Perencanaan mempunyai Ketua-nya sen-<br />

dïrï kedudukan badan ini lebih otonom dibanding dengan Bakopda<br />

Kedudukan<br />

5 Kedudukan unit perencanaan daerah dalam struktur pemer?r>tahan daerah<br />

mempunyai art! penting karena kedudukan int menentukan berapa besar<br />

wewenang dan kekuatan effekttpnya dalam melakukan fungsinya dan de­<br />

ngan demikian juga menentukan sompa! seberapa besar arti perencanaan<br />

dalam keseluruhan aktivitas pembangunan dari Pemerintah Daerah yang<br />

bersangkutan Team menjumpa! dua macam kedudukan dari unit perenca­<br />

naan daerah ini Pertama adalah dibawah Sekretariat Daerah dan diko-<br />

ordlnïr oleh seorang Administratur Pembangunan dengan diketuai oleh se­<br />

orang Kepala Biro Keduo adalah langsung dibawah Gubernur den meru­<br />

pakan suatu staff da. ï Gubernur sendiri yang betbentuk badan dengan di­<br />

ketuai olehseorang Ke'ua atau oleh Guber nur sendiri (dalam kasus Bakop-


- 8 -<br />

da Sumatera Utara), Kedudukan unit perencanaan dibawah Gubernur memberikan<br />

otonomi yang cukup luas bagi badan tersebut dalam melakukan<br />

aktivitasnya sedangkan kedudukan dibawah sekretariat daerah memberikan<br />

ikatan-ikatan tertentu kepada unit tersebut dalam <strong>org</strong>anisasi Sekretariat<br />

Daerah.<br />

6, Kedudukan Biro Perencanaan Pembangunan Daerah dalam hal ini adalah<br />

sebagai bagiandari Sekretariat Daerah dan karenanya secara teoritis maka<br />

Biro ini baik taktis maupun admïnistratip berada dibawah Sekretaris Daerah<br />

, Menterï Dalam Negerr dalam hal ini rnenegaskanbahwa Biro ini "taktis<br />

operasionil langsung berada dan bertanggungjawab kepada Kepala Daerah"<br />

(Keputusan Menteri D N, no, 145/69), Dalam kenyataannya, kedudukan<br />

Biro tidak memberikan kewenangan yang effektip sebagai unit<br />

perencanaan karena statusnya setingkat dengan (bilg tidak setingkat dibawah)<br />

dinas-dinas sebagai unsur pelaksana.. Kedudukan Biro juga kurang<br />

menguntungkanditinjau dari segi fleksïbilitas dalam pembinaanmanpower<br />

dan otonomi dalam logistik, kedua-duanya merupakan faktor yang amat<br />

dibutuhkan bagi suatu unit yang dinamis dan strategis seperti unit perencanaan<br />

.<br />

7, Unit-unit perencanaan yang berbentuk Badan umumnya berada langsung<br />

dibawah Gubernur atau diketuai oleh Gubernur sendiri, Kedudukan ini selain<br />

memberikan otonomi yang luas bagi badan tersebut juga memberikan<br />

wewendngyang lebih effektip dalam men ja lankanfungsi perencanaan komrehensif<br />

terutama dalam mengkoordinir dinas-dinas kabupaten dan kotamadya<br />

serta instansi-instansi lainnya, Kedudukan ini juga memungkinkan<br />

badan tersebut untuk lebih leluasa menyusun dan melaksanakan program<br />

operasioniInya oleh karena badan fsb, umumnya mempunyai budget sendiri<br />

,melakukanpenempatan tenaga.-tenaga dan memperlengkapi fasilitasfasiiitaskhususnya<br />

sendiri dengan tidak tergantung dari badan-badan iain.<br />

(tentang budget pola staf, fungsi dan tugas dst, akan diuraikan lebih terperinci<br />

dalam bagian-bagian berikut).<br />

8, Salah satu alasan mengapa di Sulawesi Selatan telah dibentuk lagi oleh<br />

Gubernur yangdisebut Panitia 9" adalah karena Gubernur membutuhkan<br />

suatu rencana pembangunan yang komprehensif untukmana diperlukan suatu<br />

wewenang yang lebih besar untuk melakukan koordinasi sektoral maupun<br />

regional, karena Biro Perencanaan Pembangunan di Sulawesi Seiatan<br />

selama ini tugasnya terbatas dalam perencanaan tahunan dan wewenang<br />

maupun kemampuannya (dilihatdari segi staff, pembiayaan, peralatandsb,)<br />

juga terbatas. Oleh sebab itu maka Gubernur perlu membentuk semacam<br />

staff ahli yang mempunyai wewenang yang cukup besar untuk membantu<br />

Gubernur secara langsung dalam melakukan perencanaan komprehensif dan<br />

dalam jangka waktu yang lebih lama.


Tugas-tugas<br />

- 9 -<br />

9, Tugas-tugas utama unit perencanaan digariskan dengan jelas dalam kasus<br />

pembentukan unit perencanaan didaerah Aceh, Dalam lampiran surat ke­<br />

putusan Gubernur yang membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Da­<br />

erah Aceh atau Aceh Development Board (ADB) di jelaskan tugas-tugas ba­<br />

dan ini, yang kemudian diartikulasikan secara jeias oleh pejabat-peja-<br />

bat unit perencanaan ini Tugcs-tugas tersebut pada dasarnya meliput? :<br />

penyusunan pola dasar dan rencana pembangunan lima tahun, penyusunan<br />

program dan anggaran tahunan, memberikan nasehat kepada Gubernur da­<br />

lam masalah-masalah yang menyangkut segi ekonomï dan keuangan pada<br />

umumnya, mengadakan survey dan penelitian untuk perencanaan, dan<br />

membantu pengusaha-pengusahaswasta dalam melakukan feasibility studies<br />

untuk proyek-proyek pembangunan swasta.. Tugas yang disebutkan terakhir<br />

ini memberikan si fat yangspesïfik dari ADB,yang semula dalam keputusan<br />

Gubernur tersebut diatas hanya disebutkan :"memberikan saran mengenai<br />

pencipraan kondisi yang dapat menggairahkan dan mengarahkan investas?<br />

swasta nasional maupun swasta asing",tetapi kemudian berkembang dalam<br />

bentuk pelayanan jasa yang aktip.<br />

10c Rumusan tugas yang klra-kira sama digariskan untuk Panitia 9 didaerah<br />

Sulawesi Selatan dan BAPPEDA Jawa Timur, Khususnya untuk daerah Jawa<br />

Timur, baik dalam lampiran surat keputusan Gubernur pada waktu pemben­<br />

tukan BAPPEDA atau sebagaimana diartikulasikan oleh pejabat-pejabot<br />

ybso, tugas-tugasnya banyak ditekankan pada koordinasi proyek-proyek<br />

pembangunan nasional terurama dalam perencanaannya,Hal ini dapat di-<br />

mengerti mengingat bahwa BAPPEDA merupakan perkembangan dari Staff<br />

Khusus Repelita Jawa Timur yang ada sebelumnya,yang tugasnya memang<br />

dititikberatkan pada pengawasan pelaksanaan proyek-proyek Repel ita Na­<br />

sional, Dan hingga saat penelitian yang dilakukan oleh team, BAPPEDA<br />

belum secara aktip ikut serta dalam perencanaan dan penyusunan program<br />

untuk proyek-proyek Repel ita Daerah , Dengan demikian terdapat perbeda-<br />

an yang jelas dengan ADB di Aceh yang memberikan perhatiannya teruta-<br />

ma pada proyek-proyek pembangunan daerah (RepeÜta Daerah),<br />

11. Keputusan Menterï Dalam Negeri nOc145/69 tidak menggariskan dengan<br />

tegas tugas-tugas Biro Perencanaan Pembangunan Daerah, Dengan demi­<br />

kian perumusan tugas Biro ini diserahkan kepada masing-masïng Guber­<br />

nur untukmenyusunnya Pada umumnya paraGubemur dalam melihat fung-<br />

si Biro ini masïh berorientas! pada fungsi Bakopda yaitu "membantu Ke­<br />

pala Daerah dalam penglolaan perencanaan daerah", Dalam fungsi ini<br />

termasuk 3 macam tugas pokok yaitu, (a) Rlset dan pengumpuian data (b)<br />

penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan (c) pengawasan = Disamping<br />

itu,seja!an dengan hubungan antara Gubernur dengan proyek-proyek Pe-<br />

lita Nasional, para Gubernur umumnya juga melihat per iunya mencantum-


kan tugas "membantu Pusat",Tapi bantuan terhadap Pusat ini bisa ditafsirkan<br />

dua macam, pertama membantu Pusat dalam penyusunan "Rencana<br />

Pembangunan Nasional", dan kedua membantu Pusat hanya dalam pengawasan<br />

pelaksanaan Pelita Nasional saja„ Di Bali disamping ketiga tugas<br />

pokok tersebut diatas dicantumkan pula tugas "Memberi bantuan kepada<br />

Perencanaan Pembangunan Nasional", Akan tetapï di Sulawesi Selatan<br />

tugas itu terbatas hanya dalam soal pengawasan terhadap proyek-proyek<br />

Pelita NasionaLSekalipun demikian Biro Perbang ini di Sulawesi Selatan<br />

bertugas pula untuk membantu Kota Madya dan Kabupaten dalam mengevaluasi<br />

proyek-proyeknya dalam rangka menyeleksi proyek-proyek yang<br />

perlu dimintakan pembiayaan dari Pusat untuk diusulkan sebagai proyek<br />

Pelita Nasional, hanya saja bagian khusus untuk tugas ini tidak dibentuk<br />

dan fungsi ini dimasukkan dalam salah satu tugas dari bagïanpengawasun<br />

Dalam kenyataannya tugas Biro inï akan tergantung pada kondïsi daerah<br />

masing-masing Seperti di Bali, disamping Bagian-bagian yang telah ditetapkan<br />

oleh Menteri Dalam Neger i, Guber nur memasukkan pula kedalam<br />

Biro Perencanaan Pembangunan Daerah dua Bagian lain yang sebelumnya<br />

merupakan Biro tersendiri, yaitu Bagian Pembangunan dan Bagian Pendidikan<br />

dan Kebudayaan (mental) yang sebenarnya berada diluar fungsi<br />

perencanaan yang lazim, Dengan pemasukan kedua Bagian ini,maka Biro<br />

tersebut mendapatkan pula tambahan tugas-tugas yang khusus sifatnya sesuai<br />

dengan keperluan daerah Bali, yaitu antara lain pemberian izin-izin<br />

pembangunan industr? pariwïsata,usaha hotel,travel biro dsb,<br />

12, Salah satu ciri yang membedakan tugas Biro Perencanaan Pembangunan<br />

Daerah dengan misalnya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah di Aceh<br />

adalah karena Biro ini umumnya lebih menitikberatkan tugasnya pada penyusunan<br />

dan evaluasi program tahunan, Sedangkan untuk kebijaksanaan<br />

pembangunan daerah yang menyeluruh pengarahannya dilakukan oleh Panitia<br />

9didaerah Sulawesi Selatan.Di Bali panitia pengarahyang demikian<br />

tidak ada, tetapi untuk hal-hal khusus seperti pariwisata,Gubernur membentuk<br />

suatu team penasehat khusus dalam bïdang pembangunan pariwisata<br />

13. Disamping tugas-tugas yang diuraikan diatas,umumnya semua unit perencanaan<br />

daerah melakukan tugas-tugas pula sebagai aparat Gubernur dalam<br />

perencanaan dan evaluasi program bantuan Kabupaten (Proyek Inpres), Dalam<br />

fungsi ini unit perencanaan ditiap-tiap daerah mempunyai kesempatan<br />

pula untuk mengarahkan pembangunan pada daerah-daerah setingkat dibawahnya<br />

yaitu di kotamadya-kotamadya dan kabupaten-kabupaten. Selain<br />

program bantuan kabupaten dïdaerah-daerah terdapat pula pembangunan<br />

yang dibiayai dengan dana-dana CESS, Untuk program ini didaerah<br />

Bali terdapat suatu Badan Urusan Cess (BUC) yang berada diluar Biro Perencanaan<br />

Pembangunan Daerah setempat .PenggunaandanaCess ini umum-


- n -<br />

nya membutuhkan perse tujuan dari Pemerintah Pusat (berbeda dengan prog­<br />

ram bantuan kabupaten dimana Gubernur mempunyai wewenang sepenuh-<br />

nyg untuk memutuskan).<br />

14. Suatu perkembangan yang mempengaruhi pula tugas-tugas unit perenca­<br />

naan daerah adalah integrasi antara tugas- tugas pengawasan dan pengen­<br />

dalian terhadap proyek-proyek Pelita Pusat (yang dilakukan oleh Sekreta­<br />

riat Pengendalian Operasioni l Proyek-Proyek Pembangunan atauSPOPser-<br />

ta terhadap proyek-proyek Pelita Daerah yang dilakukan oleh Bagian Pe­<br />

ngawasan dari unit perencanaan daerah), dengan tugas-tugas perencana­<br />

an, Di Aceh misalnya masih terdapat SPOP yang berada diluar Badan Pe ­<br />

rencanaan Pembangunan Daerah Aceh (ADB) Tetapi di Jawa Timur tugas-<br />

tugas SPOP ini sudah diintegrasikansepenuhnya dengan BAPPEDA,sedang­<br />

kan di Baji walaupun secara resmi SPCP masih ada tetapi pimpinan dan<br />

personalianya umumnya dirangkap oleh pejabat-pe jabai Biro Perencanaan<br />

Pembangunan Daerah, Tugas SPOP ini di Bali dilaksanakan oieh Baaien<br />

Pengawasan Perencanaan Pembangunan Dqerah dari Biro Perencancan Pem­<br />

bangunan Daerah, Di Sulawesi Se iatan tidak dikenal badan yang bei na •<br />

ma SPOP ini Di Aceh disamping tugas-tugas pengawasan dan pengendali­<br />

an pelaksanaan proyek-proyek pembangunan ( dalam arti pengendalian<br />

administratip dan target) yang di lakukan oleh SPOP, ADB sendiri juga<br />

melakukan tugas-tugas pengendalian yang sifatnya lebih ditujukan untuk<br />

mendapatkan informasi umpanbalik guna memperbaiki dgn menyempurna-<br />

kan perencanaan pembangunan jangka panjang,<br />

15. Diatas telah diuraikanperbandingan antara tugas-tugas berbagai unit.-pe<br />

rencanaan daerah sebagaimana telah digariskan oleh unit-unit yang ber-<br />

sqngkutan Tapi tugas-tugas tersebut diatas belum bisa menggambarkan<br />

akiivitas sebengmyg yang telah dilakukan oleh unit tersebut .Tugas-tugas<br />

itu bigsanya diuraikan lebih terperinci lagi dalam rumusan "job descrip-<br />

tion" Dari rumusan itu sedikit banyak juga sudah tergambar sampai sebe-<br />

rapa tingkatdanruang lingkup aktivitas perencanaan yang dijalankan oleh<br />

unit tersebut Namun demikian rumusan "job description" juga belum bisa<br />

dijadikan kriteria dari aktivitas sebenarnya yang telah dilakukan oleh<br />

unit tsb. Di Bali Biro Pembangunannya belum merumuskan "job descrip­<br />

tion" dari tiap-tiqp bagian, Unit-unit perencanaan didaerah-daerah lain<br />

telah merumuskan "job descriptionnya" namun ini juga sekedar hanya bisa<br />

menggambarkan fungsi formil dari unit-unit tersebut diatas.<br />

16. Diantara unit-unit perencanaan yang diketahu? oleh Team,maka ADB-lah<br />

yang bisa dikatakan paling bisa memenuhi fungsi formilnya dalem aktivi-<br />

tasnya Hanya saja fungsi-fungsi dibidang penanaman modal. keuangan<br />

daerah dan perkreditan serta bagian pengawasan dan evaluasi, sekalipun<br />

sudah jelas dirumuskanfungsi formilnya namundalam kenyataannya belum


- 12 -<br />

effektip dilaksanakan» DI Bali tugas riset dan pengumpulan data serta tugas<br />

bantuan terhadap perencanaan nasional sama sekall belum bisa di|aiankan,<br />

bahkan untuk 2 bagian itu belum ada petugasnya. Di Jawa Timur<br />

oleh karena Bappeda baru beberapa bulan saja diresmikan ketika Team<br />

berkunjung ke Surabaya, Team belum bisa memberikan evaluasi tentang<br />

tingkat aktivitas dari badan tersebut, dibanding dengan fungsi formil yang<br />

telah dftetapkannya. Biro Perencanaan di Sulawesi Seiatan, karena tugasnya<br />

terutama hanya berkisar pada penyusunan dan evaluasi, program tahunan<br />

(dalam proses penyusunan DIP dan evaluasi pelaksanaan proyekproyek<br />

APBD), maka pengumpulan data dan riset regional belum sepenuhnya<br />

dilakukan oleh Biro tersebut. Demikian pula fungsi bantuan kepada<br />

perencanaan dan pengawasan Pelita Nasional belum sepenuhnya bisa dijalankan,<br />

17, Yang menjadi masalah dar? fungsi unit perencanaan daerah tersebut adalah<br />

: seberapa jauh ruang lingkup fungsinya, sebagaimana telah dirumuskan<br />

oleh unit-unit tersebut. Team memang melihat perbedaan ruang lingkup<br />

fungsi perencanaan yang ingin dicakup oleh unit-unit perencanaan<br />

tersebut»ADB terutama memusatkan fungsi perencanaannya dengansasaran<br />

utama pada Pembangunan Daerah, Demikian pula susunan utama Biro Perbang<br />

di Bali dan Sulawesi Selatan, Hanya saja Panitia di Sulawesi Selatan<br />

karena pengaruh dari kecilnya penghasilan daerah, maka pemerintah daerah<br />

mengarahkan susunan perencanaannya juga pada prr yek-proyek dengan<br />

biaya besar yang akan dïusulkan sebagai proyek Pelita Nasional.<br />

Kesadaran untuk mengarahkan susunan perencanaannya kepada dua jurusansekaligus<br />

yaitu sebagai proyek Pelita Daerah dan Pelita Nasional nampaksangat<br />

jelas pada fungsi Bappeda Jawa Timur, Ini barangkali disebabkan<br />

karena embryo utama dari <strong>org</strong>anisasi Bappeda adalah Team pengawas<br />

Pelita yasigselama itu memiHkï fungsi dïlingkungan proyek-proyek Pelita<br />

Nasional atau karena pengaruh besarnya proyek-proyek Pelita Nasional<br />

yang selama ini beriokasï di Jawa Timur „<br />

18. Dari penelitian yang telah dilakukan Team melihat bahwa fungsi perencanaan<br />

yang umumnya dilihat oleh unit-unit perencanaan daerah adalah<br />

berorientasi pada sektoral.ini mungkindisebabkan karena masih dominannya<br />

hingga kini pengaruh-pengaruh kuatdarï dïnas-dinas dalam penentuan<br />

proyek, Sekalïpun dinas-dinas dalam menentukan proyek-proyek pembangunan<br />

melihat juga faktor lokasi, namun wawasan perencanaan regional<br />

secara menyeluruhbelum banyak dïterapkan. Wawasan ini sebenarnya<br />

sedikit banyak tergantung dari apakah sudah ada wawasan perencanaan<br />

ïnter-sektoral pada unit-unit perencanaan t Sebetulnya suatu unit perencanaan<br />

dibentuk adalah justru untuk melakukan "koordinasi" proyek-proyek<br />

0 Jad? sifatnya antar sektoral, namun karena umumnya unit-unit perencanaan<br />

yang ditinjau oleh Team adalah masih dalam taraf perkembang-


-13-<br />

cr>, maka Team memahamï fuga tentang masih belum berkembangnya konsepsi<br />

perencanaan antar sektoral pada unit-unit perencanaan tsb, Oleh<br />

sebab itu "konsepsi perencanaan regional" masih sangot larang terpikirkan,<br />

apalagi diterapkan dalam praktek. Dengan demikian tungs? perencanaan<br />

regional sebagai imbangan dari perencanaan sektoral belum tercantum<br />

dalam tugas unit-unit perencanaan daerah,<br />

19, Luas atau sempitnya ruang lïngkup fungsi perencanaan yang se cc a riii<br />

dilaksanakan oleh unit-unit perencanaan tersebut dïaras sebenarnya tergantungdarï<br />

beberapa hal,antara lain sangat dïtentukan o'eh kwaÜtasdcn<br />

kwantitas pimpinan dan staff dari unit perencanaan «tu sendiri Kurang<br />

atau tidak effektipnyu fungsi yang telah dïtetapkan oleh unit perencanaan<br />

tersebut barangkai? juga tergantung dan pembiayaan yang dïsediakan staff<br />

dan pembiayaan yang terbatas akan sangat mempengaruhï keputusan hingga<br />

sebercpo icuh unit perencanaan itu akan menjalankan fungsinya,<br />

Struktur<br />

20, Sebagaimana telah disinggung dalam bagian terdahulu Surat Keputusan<br />

Menteri Dalam Negeri No. 145/69 hanya menetapkan pembentukan Biro<br />

Perencanaan Pembangunan Daerah saja berïkut ketentuan tentang kedudukannya<br />

dalam struktur Pemerintah Daerah = Pedoman selanjutnya, misal -<br />

nya saja tentang struktur dasar dari <strong>org</strong>anisasi Biro sendiri tidak dïcantumkan<br />

Susunan <strong>org</strong>anisasi itu dengan demikian diserahkan kepada tiap-tiap<br />

Gubernur untuk pengembangannya Sekalipun keadaantersebut diatas memungkinkan<br />

dibentuknya susunan <strong>org</strong>anisasi yang sangat berbeda antara<br />

satu propinsi dengan propinsi lainnya, namun karena pada umumnya para<br />

Gubernur masih berorïentasi pada struktur <strong>org</strong>anisasi lama dari Bakopda,<br />

maka pada umumnya-pun pendapat para Gubernur kira-kïra sejalansepanjang<br />

mengenai bagian-bagian yang essensiïl yang dibutuhkan bagi suotu<br />

unit perencanaan Persamaan umum terdapat bagïan^bagïan yang setalu<br />

ada pada tiap-tïap Biro Perencanaan Pembangunan Daerah yaitu Bagian<br />

Riset dan Pengumpulan Data, Bagïan Penyusunan Rencana Pembangunan<br />

Daerah, Bagian Pengawasan dan Bagian Bantuan terhadap PerencGnGar><br />

Nasional<br />

21, Baik d? Bali maupun di Sulawesi Selatan semua bagïan-bagian yang essensül<br />

tersebut diatas tercermin dalam struktur <strong>org</strong>anisasi dar • B ro Perbang<br />

nya, Di Sulawesi Selatan Bagïan Ban*uan Kepada Perencanaan Nas-ona!<br />

baru saja ditambahkandalam susunan Biro dan bagian ini fungsi utamarya<br />

adalah mengkoordinir proyek-proyek Nasional didaerah, memberikan laporan<br />

dan evaluasi berkala kepada Pusat tentang jalannya proyek-proyek<br />

Pelita Nasional serre mengevaluir proyek-proyek daerah untuk dimasukkan<br />

dalam Pelita Nasional. Dï Bali terdapat sedïkït kelainan sebagaimana


- u -<br />

juga telah dïsïnggung dï afas yasfu disamping 4 bagïan essensïïl tersebut<br />

dï atas dlmasukkan pula dua bagïan lagï masïng-masing Bagïan Pembangunan<br />

dan Bagïan Pendïdskan dan Kebudayaan (Mental/Agama) yang sebenarnya<br />

bukan melaksanakan fungsï perencanaan» Adanya dua bagïan ïnï<br />

adalah sebaga? akïbat dari peleburan Bïro Pembangu.ian dari Sekretariat<br />

Daerah ke dalam Bïro Perbang (Lïhat Bagan I).<br />

22 0 Untuktïap-tiap bagïan pada Bïro Perbang dï Sulawesi Selatan telah dïbuat<br />

job descrïptïonnya. Akan terapï dï BaIï job descrïptïon tersebut belum ada.<br />

Bahkan 2 bagïan essensïïl yaitu Bagïan Research dan Pengumpulan Data<br />

serta Bagïan Bantuan terhadap perencanaan Nasional hingga Team s het ïnï<br />

datang belum berjalan oleh karena belum ada tenaga yang bisa dipekerjakan<br />

pada bagïan tersebut.<br />

23. Unït=unït perencanaan yang berbentuk Badan, strukturnya juga dïtentukan<br />

oleh masïng-masïng Gubernur dan karenanya bentuknya tidakseragam dïdaeran-daerah<br />

yang menggunakan bentuk ïnï. ADB dï Aceh menggunakan<br />

struktur yang hampïr bersamaan dengan BAPPENAS d? tingkat Pusat. (Lïhat<br />

Bagan II) „ Yaïtu pada eseion pertamo dïtunjuk Deputy-Deputy untuk bidang-bïdang<br />

Perencanaan, Keuangam, Penanaman Modal dan Pengawasan<br />

dan Evaluasio Pada eselon seianjutnya Deputy Perencanaan membawah? bïro-bïro<br />

sektoral yaïtu melïputï bidang-bidang Prasarane Ekcnomï, P'oduksi<br />

Pangan, Produksï Ekspor, Mental dan Kesejahfe assn Masyairakat, dan Industrï<br />

Pertanïan^dïtambah dengan dua bïro lagï yaïtu untuk bïdang Research<br />

dan Statïstïk/OperatgonRoom. Deputy Keuangan membawahi bïro-bïro Keuangan<br />

Daerah dan Perkredïtan, Deputy Penanaman Modal membawahi bïro-biro<br />

PenanamanModa! Dalam Negers dan Penanaman Modal Asïng, dan<br />

Deputy Pengawasan dan Evaluasi membawahi bïro-bïro Pengawasan dan Evaluasi<br />

.<br />

Yang menarïk dari ADB adalah bahwa penentuan bïro-bïro sektoral yang<br />

berada dï bawah Deputy Perencanaan dïsesuaïkan dengan urutan prïorïtas<br />

dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah (Lïhat uraïanseianjutnya tentang<br />

Proses Perencanaan dï bawah) „ Suatu kelemahan dalam struktur ADB adalah<br />

pembagïan beban tugas yang tidak seïmbang antara Deputy yang saw<br />

dengan lainnya, sehingga Deputy Perencanaan mendapatkan rentangan kontrol<br />

yang terbesar» Hal ïnï dapat dïbondingkan dengan struktur BAPPENAS<br />

dïmana untuk pembinaan bïro-bïro sektoral telah dïtunjuk 3 orang Deputy.<br />

Penetapan tugas-tugas masïng-masing bïro dnn Deputy belum digariskan<br />

dalam suatu keputusan, dan sementara in? pelaksanaannya diatur ofeh P "<br />

pinan Harïan. Disamping Deputy-Deputy tersebut di atas, kekhususan ADB<br />

ferletak pula pada kenyataan bahwa ADB memïlikï suatu Dewan Pertimba<br />

ngan dan Komisarïat Jakarta. Dewan Perrïmbangan dibentuk dengan maksud<br />

untuk menampung dan menyalurkan pendapat-pendapat dan evaluasi


I<br />

O<br />

2<br />

Z<br />

<<br />

z<br />

3<br />

O<br />

z<br />

<<br />

CQ<br />

— LU<br />

11<br />

O <<br />

CÉ LU OQ<br />

Z i-jjjj<br />

< ^ °- <<br />

O iOË<br />

< £ SÉ <<br />

l/l CD Q<br />

<<br />

CÉ<br />

LU<br />

5 <<br />

< Q<br />

CÉ -7-<br />

< < <<br />

Q Z Z<br />

z o<br />

< O lö _<br />

z z < g<br />

3 < Z <<br />

9?z z<br />

J Z D<br />

Lu ^ Ü<br />

< < Z <<br />

j 7 < oü<br />

Z<br />

<<br />

>.<br />

<<br />

=3 ^ Lu ^ W<br />

Ü CÉ o- 3 Z *<br />

s|gz"lg<br />

co<br />

— LU Ui X UI lil<br />

0^ Q_ CL CG D- Q_<br />

z z z z z z<br />


-O<br />

r—«<br />

!<br />

2<br />

LU<br />

£<br />

O<br />

. —1<br />

LU<br />

><br />

LU<br />

Q<br />

LU<br />

u<br />

<<br />

LO<br />

2<br />

<<br />

< <<br />

ca co


-15-<br />

pemuka-pemuka dan tokah-tokoh masyarakat termasuk Muspïda setempat,<br />

hal ma na dirasakan sangat penting untuk suatu daerah yang masih mempunyai<br />

tradis? agama yang kuat seperti Aceh. Pembentukan suatu Komïsarïat<br />

Jakarta dïmaksudkan sebagai suatu "lobbyïng agency" untuk memper<br />

joangkan kepentingan daerah Aceh dï Pemerintah Pusat, suatu alat<br />

yang dapat berfungs? effektip untuk daerah yang jjauh letaknya dari Pusat.<br />

Pembentukan badan-badan tersebut pada ADB dapat diterapkan pula di<br />

daerah-daerah lain setelah dïsesuaïkan dengan keadaan daerah masïngmasing.<br />

Fungsi Komïsariat Jakarta sepertï yang dimïlïki ADB dapat dimanfaatkan<br />

pula untuk menyalurkan ïnformasï-ïnformasï darï Pusat bagï<br />

perencanaan pembangunan daerah. Selain bagïan-bagïan tersebut dï atas,<br />

ADB juga memïlïkï suatu Team Ah II untuk memberikan dukungan keahlian<br />

(ferufama daiamspesïalïsasï fertenfu)dan obyektïvïfaspernïlaïan terhadap<br />

pelaksanaan tugas-tugas ADB. Untuk menampung pekerjaan-pekerjaan<br />

admïnistrasï, kepegawaïan, keuangan dsb. ADB dïperlengkapï oleh sebuah<br />

Sekretariat dan Pengawas keuangan yang merupakan aparat-aparat penunjang.<br />

24. Dï daerah-daerah lain struktur <strong>org</strong>anisasi unit perencanaannya mempunyai<br />

bentuk yang berbeda-beda. Panitia 9 dï Sulawesi Selatan tidak mempunyai<br />

struktur <strong>org</strong>anisasi yang ekstensïp sepertï ADB selain Ketua, Wakïl<br />

Ketua, Sekretarïs dan Anggota. Pembagïan tugas dilakukan secara intern<br />

dï antara anggota, karenanya bersifat sangat fleksibel. Hal ïn? sejalan<br />

dengan sïfat panitia yang tidak tetap keanggotaannya, yang pada saat<br />

pembentukannya sebenarnya hanya bertugas untukmenyusunRencana Pola<br />

Pembangunan Lima Tahun tetapi kemudian dipertahankan oleh Gubernur<br />

sebagai penasehat untuk memberikan pengarahan terus menerus pada pelaksanaan<br />

pembangunan daerah setïap tahun .<br />

Sebagaimana kïta ketahuï disamping panitia 9, dï Sulawesi Selatan telah<br />

ada Bïro Perbang (lihat bagan UI) Bïro ïni terdïrï darï 3 bagian utama yaïtu<br />

Bagïan Riset dan Pengumpulan Data, Bagian Penyusu nan Perencanaan Daerah<br />

dan Bagian Pengawasan Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah.<br />

Dïsïnï kïta tïdak melihat pembagian sektoral seperti yang kïta lihat<br />

pada ADB atau pembagïan regional yang pada kebanyakan badan atau<br />

bïro perencanaan juga tidak ada„ Pembagian dilakukan atas dasar urutanurutan<br />

proses perencanaan. Apabila pada ADB kïta melihat pembagïan<br />

sektoral pada Deputy Perencanaan, maka pada Bagïan Penyusunan Perencanaan<br />

Daerah Bïro Perbang dï Sulawesi Selatan tïdak kïta lïhat pembagïan<br />

tersebut. Bagïan tersebut hanya dïbagï menjadi 2 seksï yaïtu seksi<br />

Penyusunan Perencanaan dan seksï Pengesyahan DIP/DUP. Jadï kïta lïhat<br />

dengan jelas bahwa karena Bïro Perbang dï Sulawesi Selatan tugasnya<br />

terutama dalam penyusunan proyek-p oyek tahunan yang dïbïayaï dengan<br />

APBD, maka Bagïan Perencanaan tersebut tïdak mengenai tugas perenca-


CÉ<br />

Z)<br />

z<br />

CÉ<br />

-, LU<br />

^ O<br />

CÉ < -7<br />

O. ^ 4 <<br />

^ ~f t~z<br />

O tf <<br />

CÉ < -> - 7 LU<br />

— CQ CO<br />

~*Olo<br />

-7 H Z LU<br />

9 ^ s 5<br />


- 16 -<br />

naan komprehensif yang sebagaimana terdapat pada ADB,memerlukan pembagian<br />

sektoral dalam rangka perencanaan komprehensif. ,<br />

25. Pada Biro Perbang di Sulawesi Selatan terdapat juga staff ahlS tehnik yang<br />

membantu Kepala Biro serta Bagian Tata Usaha sebagai bagian pelengkap<br />

yang menunjang bekerjanya biro tsb, Adanya Tata Usaha sebagai bagian<br />

penunjang itu merupakan petunjuk yang lebih moju dari Biro Perbang d?<br />

Bali misalnya. Bagian-bagian penunjang itu dibentuk secara rebih luas<br />

lagi di Aceh- Dalam hal ini ADB mempunyai bagian-bagian sekretariat<br />

dan Pengawas Keuangan yang membawahi 5 seksi-seksi penunjang yaitu<br />

Bagian Umum, Bagian-Keuangan, Bagiar, Hukum, Bagian Humas, Bagian<br />

Personalia dan Bagian Statistik, Disini kita melihat bahwa bagian-bagian<br />

tersebut dibentuk karena unit-unit tersebut telah memiliki otonomi yang<br />

luas yang melakukan administrasi dan pembiayaan yang diatur sendiri (lihat<br />

bab khusus mengenai pembiayaan), Di Bali dan Sulawesi Selatan, karena<br />

biro-biro didaerah tersebut secara tehnis administratif berada dibawah<br />

Sekretariat Daerah, maka biro-biro tersebut tidak memiliki bagianbagian<br />

penunjang yang khusus,<br />

26. Suatu bentuk struktur <strong>org</strong>anisasi yang lain kita jumpai di BAPPEDA Jawa<br />

T'mur (Lihat Bagan IV) . Disini unit perencanaan mempunyai 3 orang Administratur<br />

masing-masing untuk Riset Pembangunan, Perencanaan Pémbangunan<br />

dan Pengendalian Pembangunan, Dibawah administratur terdapat<br />

assisten-assisten Penelitian dan Pembangunan dibawah Administratur Penelitian<br />

Pembangunan, Perencanaan Proyek-Proyek Nasional dan perencanaan<br />

Proyek-Proyek Daerah/Desa dibawah Administratur Perencanaan Pembangunan,<br />

dan Pengendalian Proyek-Proyek Nasional dan Pengendalian<br />

Proyek-Proyek Daerah/Desa dibawah Administratur Pengendalian Pembangunan,<br />

Sebagai unsur penunjang BAPPEDA mempunyai Kepala Sekretariat<br />

yang membawahi bagian-bagian Statistik,Operation Room,Gedung Pola,<br />

Hubungan Masyarakat dan Administrasi Bakopda di Sumatera Utara memiliki<br />

struktur <strong>org</strong>anisasi yang terdiri dari Pengurus Harian dan Anggota<br />

Pleno Anggota Pleno terdiri dari unsur-unsur tenaga ahlT7 wakTi^wakÏÏ<br />

dari pelbagai dinas dan perguruan tinggi,<br />

27. Dari uraian diatas kita dapat mengenai pelbagai pola struktur intern <strong>org</strong>anisasi<br />

unit perencanaan didaerah, Pola yang berbeda-beda tersebut diakibatkankarena<br />

pengalaman yang berbeda-beda serta karaktenstik yang<br />

berbeda dari pemuka-pemuka yang mempengaruhi terbentuknya unït perencanaan<br />

ditiap-tiap daerah Umumnya unit perencanaan yang terbentuk<br />

belakangan mempunyai * kecenderungan. untuk meniru modej-model yang<br />

sudah ada, diantaranya yang banyak ditiru adalah BAPPENAS dan Badan<br />

Perencanaan Pembangunan (BPP) DKI Jakarta,walaupun yang terakhir ini


Z<br />

<<br />

2<br />

D<br />

8<br />

<<br />

co<br />

K<br />

1Ü<br />

!*<<br />

Ü LU £<br />

< < < 2<br />

^^§^<br />

CQ CQ CQ O


- 17 -<br />

lebih sesuai untuk kondisi daerah yang bersifat urban, Agaknya terlalu<br />

prematur untuk menilai efektivïtas daripada pelbagai macam struktur unit<br />

perencanaan tersebut karena umumnya semua unit perencanaan yang digambarkan<br />

diatas masih dalam taraf perkembangan, Dibidang perencanaan<br />

struktur ADB di Aceh sudah cukup berkembang, tetapi dibagian-bagian<br />

lainnya (Keuangan, Penanaman Modal, dan terutama Pengawasan dan<br />

Evaluasi) peranan dan tugasnya belum menonjol. Selain beberapa bagian<br />

tersebut baru saja dibentuk atau baru ditunjuk personalianya, masih harus<br />

dipikirkan bagaimana hubungan kerja bagian-bagian ini dengan bagian<br />

perencanaan da!am proses perencanaan dan bagaimana menyusun keseimbangan<br />

tugas antara kesemua bagian-bagian tersebut. BAPPEDA di Jawa<br />

Timur baru saja dibentuk pada tgl. 1 April 1972 yang lalu, dan meskipun<br />

susunan <strong>org</strong>anisasinya sudah terumuskan tetapi belum semua bagian berfungsi<br />

karena belum ada tenaga-tenaga yang mengisi semua jabatan yang<br />

ada. Dan sementara ini fungsi BAPPEDA masih mencerrrnnkao kelanjutan<br />

daripada tugas-tugas Staf Khusus Repel ita Jawa Timur yang ada sebelumnya,<br />

karena belum semua tugas-tugas BAPPEDA, diantaranya yang berhubungan<br />

dengan penyusunan program dan rencana tahunan pembangunan<br />

daerah (Repelita Daerah) dilaksanakan oleh Badan ini» Tugas penyusunan<br />

program tahunan tersebut pada waktu ini masih dilakukan oleh Biro Keuangan<br />

Daerah o<br />

Pola Staff<br />

28, Dari pelbagai unit perencanaan yang telah diselidiki dapatlah disimpulkan<br />

adanya beberapa macam pola staff sesuai dengan keadaan bermacam-macam<br />

daerah,Ds Aceh staff ADBterdiri sebagian besar dari kaum cendekiawan<br />

Universitas Sjiah Kuala : Demikian pula Panitia 9 di Sulawesi Selatan<br />

anggota-anggotanya sebagian berasal dar! Universitas Hasanuddin, sedangkan<br />

lainnya terdiri dari wakil-wakil dinas terpenting,kantor Gubernur<br />

dan anggota DPRD setempat, Di Jawa Timur staff BAPPEDA umumnya<br />

terdiri dari anggota Angkatan Bersenjata dari kêempat angkatan,ditambah<br />

dengan petugas Kejaksaan dan beberapa cendekiawan. Sedangkan staff<br />

Biro Perencanaan Pembangunan Daerah di Bali semuqnyq terdiri dari pejaba<br />

t-pe ja bar Pemerintah Daerah setempat.<br />

29, Ditinjau dari komposisi keahliannya, staff ADB di Aceh sebcgian besar<br />

terdiri dari sarjana-sarjana ekonomi (10 orahg) c Disamping itu ADB masih<br />

mempunyai 5 sarjana pertanian, 2 sarjana tehnik sipil dan 1 sarjana ahli<br />

peternakan, Jumlah seluruh personalia ADB kira-kira 50 orang yang terdiri<br />

dari 26 staff ahli dan selebïhnya adalah pegawaï sekretariat, (Catatan<br />

: Data-data komposisi staff tersebut .diatas hanyalah dari 18 staff ahli<br />

yang diperoleh datanya oleh Team), Komposisi staff Panitia 9 dï Sulawe-


. - 18 -<br />

si Selatan juga didominir oleh sar ja na-sar ja no ekonomi,dengan tambahan<br />

beberapa sarjana tehnik dan beberapa keablian lain,Staff BAPPEDA Jawa<br />

Timur umumnya berasal dari pendidikan angkatan bersenjata, selebïhnya<br />

adalah sar jana-sarjana sosial bukan ekonomi, Jumlah seluruh personil BA­<br />

PPEDA adalah 12 orang yang kesemuanya merupakan tenaga ahli, Di Bali<br />

Biro Perencanaan Pembangunan Daerah mempekerjakan sebanyak 17 orang<br />

dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda, Komposisi personalia Biro<br />

ini terdiri dari 3 sarjana sosial politik, 3 sarjana muda lulusan akademi 4<br />

lulusan SMEA/SMA, 2 lulusan SMPN/SKP dan 4 lulusan SD.<br />

30, Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat lah disimpulkan peranan dan sumbangan<br />

yang dapat dtberikan oieh perguruan tinggï dalam mengisi staff<br />

unit perencanaan daerah „ Kesempatan in! dapat dgunakan pula oleh para<br />

cendekiawan untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman praktek dalörn<br />

proses pembangunan yang nyata, Dibeberapa daerah sudah cukup disadarï<br />

pentingnya untuk mendapatkan komposisi staff yang terdiri dari pelbagai<br />

dïsiplin pengetahuan, tetapi ahll-qhli dan beberapa dlsiplin yangdiper»<br />

lukan untuk suatu unit perencanaan tidak selalu mudah didapat disemua<br />

daerah . Untuk mengisi kekosongan in' dapat diadakan kursus-kursus untuk<br />

meningkatkan pengetahuan tenaga-tenaga yang ada, seperti misalnya di<br />

daerah Bali. Didaerah ini setiap tahun Departemen PUTL (cq, Direktorat<br />

Tata Kota dan Daerah) secara reguler menyelenggarakan kursus-kursus dïbidang<br />

tehnik perencanaan pembangunan daerah , Salah satu masalah yang<br />

dikemukakan oleh daerah Sumatera Utaia adalah tentang status kepegawaian<br />

staff unit perencanaan,Pemanfaatan tenaga-tenaga dari luar untuk<br />

mengisi kekurangan staff unit perencanaan termasuk pïmpinannya mengakibatkan<br />

bahwa jabatan-jabatan kunci didalam unit ini kebanyakan dipegang<br />

oleh tenaga-tenaga yang bukan <strong>org</strong>anik merupakan petugas Pemerintah<br />

Daerah Status tersebut dapat berjalan dengan baik didaerah<br />

Aceh, tetapi mendapatkan tentangan dibeberapa kalangan Pemerintah<br />

Daerah Sumatera Utara, Sudah jelas bahwa tenaga-tenaga perguruan tinggi<br />

merupakan salah satu sumber untuk tenaga staff yang mampu guna mengisi<br />

staff unit perencanaan, Soalnya masih, untuk menjamin agar tenagatenaga<br />

tersebut dapat menyumbangkan waktunya yang cukup bagi pemikiran<br />

dan pelaksanaan tugas-tugas unit perencanaan Suatu inti tenaga<br />

yang dapat beker ja sepenuhwaktu (fu ll-t 'ine) sangat diperlukan untuk menjaga<br />

kelangsungan kerja unit perencanaan,<br />

Pembiayaan<br />

31. Jumlahbiaya yang dialokasikan serta kebebasan penggunaannya berbedabeda<br />

untuk unit perencanaan didaerah-daerah yang diselidiki Di Aceh,<br />

ADB mendapatkan alokasi biaya pada tahun 1969/70 sebesar Rp 5 juta<br />

untuk biaya rutin dan Rp 3,5 juta untuk biaya pembangunan, pada tahun


- 19 -<br />

1970/1971 angka-angka tersebut menjod» Rp.4 don Rp ó |uta, der. p ;-:<br />

tahun 1971/1972 mencapai Rp,4,9 dan Rp5,5 juta, Biaya pembangunan<br />

dipergunakan oleh ADB untuk kepentingan research perencanaan dan membina<br />

Operation Room, BAPPEDA di Jawa,Timur mendapatkan untuk tahun<br />

1972/1973 ini anggaran pembangunan sebesar Rp,30 juta (anggaran rutin<br />

tidak diperoleh angka-angkanya). Pembiayaan untuk Biro Perencanaan<br />

Pembangunan Daerah di Bali diperoleh dar! alokasi Sekretariat Daerah<br />

dan dimjntakan berdasarkan keperluan. Gambaran perkiraan biaya rutin<br />

yang ditenma oleh Biro ini tiap-tiap tahun adalah : Rp,858,000,- disamping<br />

ïni Biro tidakmenerima anggaranpembanguTtsr " •> jka-angka<br />

diatosdapatlahdss'mpulkan bahwa terdapat suatu variasi yang sangat menyolok<br />

antara pembiayaan unit perencanaan dipelbagai daerah, Hal in?<br />

disebabkan antara lain karena kemampuan keuangan yang berbeda-beda<br />

da>" daerah-dae-ah yang bersangkutan.Misalnya daerah Aceh mempunyai<br />

anggaran pembangunan daerah (rutin dan pembangunan sejumlah Rp 2,2<br />

miliar pada tahun 1971/1972, dibandingkan dengan jumlah Rp 130 juta<br />

untuk tahun 1972/1973 didaerah Bali, Sampai berapa jauh angka-angka<br />

biaya tersebutdïatasmerupakan jumlah yang berarti harusdiukur pula dari<br />

permasalahan yangdihadapi oleh masing-masing daerah (jumlah penduduk, .<br />

luasnya daerah kompleksitas masalah dsb), serta daya absorbs! unit perencanaan<br />

(terdapatnya konsultan,tenaga mahasïswa dlLyang dapat membantu<br />

tugas-tugas unit perencanaan setempat).<br />

Unit Perencanaan Departemen PUTL<br />

32„ Dalam kunjungan team kebeberapa daerah, team menjumpai usaha-usaha<br />

yang sedang giat dilaksanakan oleh Departemen PUTL untuk membina unit<br />

perencanaan didaerah pada tingkat Propinsi. Unit perencanaan Departemen<br />

PUTL ini befumlah merupakan suatu unit perencanaan yang resmi merupakan<br />

bagian dari Peme "rtah Daerah, tetapi statusnya barulah merupakan<br />

proyek pembentukan wnit perencanaan daerah tingkat I yang termasuk dalam<br />

program Repel sta I Direktorat Tata Kota dan Daerah Departemen PUTL,<br />

Maksud pembentukan unit perencanaan Departemen PUTL ini adalah untuk<br />

membina suatu embrio unit perencanaan yang dikemudian hap 'apat menjadi<br />

pembantu Gubernur terutama dalam perencanaan fisik kota-kota dan<br />

daerah, Sebagai unit perencanaan fisik maka tugasnya adalah untuk (a)<br />

membantu kota-kota dan kabupaten didaerah dalam menyusun rencana<br />

pembangunan yang dapat dijadikan pedoman bagi pembangunan f sik d -<br />

masing-masing kota dan daerah (b) mengadakan evaluasi terhadap rencana<br />

pembangunan fisik yang disusun oleh kota-kota dan daerah (c) membantu<br />

unit perencanaan Pe- erintah Daerah dengan menyajikan analisa dan informasi<br />

tentang pola-pola kemungkinan pengembangan potensi fisik daerah<br />

seita memberikanpertimbangan dalam lokasi proyek-proyek pembangunan


- 20-<br />

dceroh, dan (d) membina terbentuknya unit perencanaan fisik didaerah<br />

tingkat li, yaitu dikota-kota dan kabupaten Sesuai dengan fungsinya,<br />

maka struktur <strong>org</strong>anisasi dari unit perencanaan PUTL di Bali ini terdiri dari<br />

3 bagian pokok yaitu :(Tl) PJ( °an Riset, Dokumentasi & Perpustakaan, (2)<br />

Bagian Perencanaan Kota, dan (3) Bagian Perencanaan Daerah, (Lihat Bagan<br />

V) Sebagai sarana penunjang dari fungsi perencanaan kota dan daerah<br />

yang menitïk beratkan pada perencanaan fisik tersebut, unit PU~L ini<br />

. mempunyai sebuah Studio yang diperlengkapi dengan peralatan-peralatan<br />

gambar, reproduction-unit, dsb : yang umumnya tidak dïmiliki oleh unitunit<br />

perencanaan daerah, baik di Baii atau daerah-daerah lain Selain<br />

Studio,unit tersebut juga mempunyai Bagïan Umum yang berfungsi sebagai<br />

penyelenggara administratip dari kegiatan perencanaan dalam unit tsb<br />

Menurut pengamatanTeam,unit PUTL tersebut bisa dijadikan sebagai model<br />

darï suatu bagian khusus dalam unit perencanaan Pemerintah Daerah<br />

yang berfungsi merencanakan perkembangan kota dan daerah<br />

Proyek unit perencanaan Departemen PUTL ini sudah ada didaerah-daerah<br />

Bali, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur, Dalam melaksanakan tugas-tugas<br />

tersebut dictas, Departemen PUTL menempatkan tenaga-tenaga perencana<br />

sebagai bantuan sementara, membantu dalam menyediakan fasïlitas fisik<br />

yang diperlukan untuk operasi unit perencanaan (bangunan, peraïatan,<br />

dsb), dan mengadakan latihan-latihan dan kursus-kursus untuk membina<br />

tenaga-tenaga perencana daerah didaerah Bali;sedangkan didaerah Sula­<br />

wesi Selatan dan Jawa Timur baru lah fasilitas fisik yang dapat disediakan,<br />

Dewasa ini proyek unit perencanaan Departemen PUTL tersebut sudah mu lal<br />

aktip melaksanakan tugasnya di Bali dengan kerfasama Biro Perencanaan<br />

Pembangunan Daerah setempat Direncanakan oleh Departemen PUTL agar<br />

dikemudian hari (dalam jangka waktu 3 atau 4 tahun) kegiatan-kegiatan<br />

unit perencanaan fisik ini dapat diserahkansepenuhnya kepada Pemerintah<br />

Daerah,<br />

Hubungan dengan Universitas ,<br />

33= Unit perencanaan dimanapun, apalagï dalam tingkat perkembangan se~<br />

karang ini tentu membutuhkan hubungan kerjasarna dengan badan-badan<br />

atau lembaga-lembaga lain, Hubungan yang paling dekot untuk dilibat<br />

adalah dengan universitas, Sebagaimana Bappenas banyak mendapatkan<br />

bantuan tenaga-tenaga universitas baik dengan basis part-time atau full­<br />

time, maka hal yang serupa dilakukan pula oleh ADB- Dï Aceh antara<br />

ADB dan Universitas Syiah Kuala rnalahan sulit untuk dipisahkan. Ketua<br />

ADB adalah juga Rektor Syiah Kuala, Demikian pula tenaga-tenaga inti<br />

ADB mulaï darï pimpinan, staff (ahli), analist, surveyors dsb,, berasal darï<br />

universitas Syiah Kuala yang kebanyakan beker-ja-rang kap, Peneiitian-<br />

penelitian yangdibutuhkan oleh ADBdikerjakan oleh tenaga-tenaga uni­<br />

versitas .Sebaliknya bagt universitas sendiri ADB merupakan lapangan un-


-•><br />

LU<br />

<<br />

(—<br />

CO<br />

co •<br />

2<<br />

_] _<br />

<<br />

w I u<br />

< U -T<br />

l/l LU Z.<br />

8° v<br />

0 1<br />

co co<br />

E<br />

LU<br />

3


- 21 -<br />

tuk latihan praktis bagi tenaga-tenaga akademis untuk lebih banyak memperoleh<br />

keahliandalam bidang perencanaan komprehensif atau penelitian.<br />

Unit-unit yang terutama berperan untuk ADB adalah fakultas-fakultas<br />

ekonomi, tehnik dan pertanian, Dalam kerjasama ini perlengkapan-perlengkapan<br />

penelitian dari universitas dapat pula dipergunakan.<br />

34, Di Sulawesi Selatan staff Bïro Perbang beker ja atas dasar full-Hme, Sekalïpun<br />

demikian beberapa diantaranya mengajarpula dï-universitas, Namun<br />

ini tidak berart? bahwa Biro Perbang didaerah itu telah memanfaatkan<br />

potensï universitas» Untuk penelitian-penelitian bagi perencanaan misalnya<br />

Biro Perbang belum memanfaatkan tenaga-tenaga universitas sekalipun<br />

hasil-hasïl riset universitas sebagian dïpakai juga oleh Biro sebagai<br />

bahan ïnformasi, Belum adanya kerjasama dalam pengumpulan data itu<br />

umumnya disebabkan karena terbatasnya biaya pada pihak Bïro, Di Bali<br />

hanya belum lama ini dibuat suatu perjanjian kerjasama antara Biro Perbang<br />

dengan Universitas Udayana,khususnya dalam bidang penelitian dan<br />

pengumpulan informasi pembangunan,Untuk mana dengan Surat Keputusan<br />

Gubernur telah dibentuk lembaga yang bernama "Lembaga Penasehat Perencanaan<br />

Pembangunan Daerah Propinsi Bali" Sebeiumnya kerjasama<br />

dilakukan antara universitas (terutama Fakultas Ekonomi dan Pertanian)<br />

dengan dïnas-dinas (khususnya Dïnas Pertanian), Di Sulawesi Selatan kerjasama<br />

antara Universitas Hasanuddin dengan Pemerintah Daerah antara<br />

lainterwujud melalui Panitia 9„Ketua Panitia 9 adalahRektor Universitas<br />

HasanuddinsendSri,sedangkan anggota-anggotanya adalah tenaga-tenaga<br />

ahli (khususnya ekonomi)dar? universitas, Melalui kerjasama dengan universitas<br />

ini perencanaan daerah dapat disusun secara lebih komprehensif.<br />

Oleh sebab itu nampaknya jika nanti telah dibentuk suatu badan perencanaan<br />

yang memiliki fungsi yang lebih luas lagi dari Biro Perbang dan<br />

' Panitia 9 yang sekarang ini ada,maka kemungkinan besar sumber staffnya<br />

akan berasal dari tenaga-tenaga universitas, Sementara itu baik pihak<br />

universitas maupun pihak pemerintah daerah sendiri telah sadar akan perlunya<br />

kerjasama baik dalam pembentukan unit perencanaan tersebut maupun<br />

dalam pengembangannya kemudian,<br />

35„ Di Jawa Timur sebagian besar darï tenaga yang beker ja di Bappeda adalah<br />

pegawai full-tïme. Namun demikian beberapa tenaga staff dari badan itu<br />

dïambildarï Universitas Air langga yang bekerja atas basis part-time, Perjanjian<br />

kerjasama yang khusus antara Bappeda dengan universitas belum<br />

dibentuk sekalipun rencana untuk itu telah ada untuk masa-masa mendatang,<br />

Kerjasama universitas selama ini dilakukan dengan dinas-dïnas<br />

khususnya dinas Pertanian, PUTL dan Perindustrian, Kerjasama dalam bidang<br />

perencanaan akan dilakukan setelah ada keputusan bahwa Bappeda<br />

mempunyai anggaran yangdïaturnya sendiri dandalam jumlah yang cukup<br />

besar. Disini kita melihat kenyataan juga bahwa riset dan penelitian pe-


- 22 -<br />

rencanaan yang akan dilakukan oleh universitas sangat tergantung pada<br />

faktor pembiayaan,<br />

36, Selain itu perlu dicatat kiranya adanya suatu lembaga yang merupakan<br />

proyek Departemen PDK yang disebut Regional Science and Development<br />

Centre yang dijumpai oleh Team di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ,<br />

Kegiatan utama yang dilakukan oleh lembaga tersebut adalah, pertaina<br />

mengembangkan suatu pusat penelitian ümu pengetahuan didaerah dan<br />

kedua adalah penelitian mengenai perkembangan daerah„Di Jawa Timur,<br />

badan tersebut telah melakukan kerjasama dengan Bappeda, sedang di<br />

Sulawesi Selatan Team belum melihat adanya kegiatan yang telah dilakukan<br />

oleh badan tersebut, oleh sebab badan itu didaerah tersebut masih<br />

merupakan proyek pembinaan prasaran fisik, Dalam kenyataannya RSDC<br />

berpusat di universitas-universitas setempat,dalam hal di Jawa Timur RSDC<br />

berpusat pada Universitas Air larigga dan berintikan tenaga ahli dari universitas<br />

tersebut, Sekalipun per jan jian kerjasama antara RSDC dan Bappeda<br />

di Jawa Timur telah disyahkan, namun nampaknya kegiatan dan fungsi<br />

kongkritdari badan tersebut dalam hubungannya dengan perencanaan pembangunan<br />

daerah atau hubunganfungsïonil dari badantersebut dengan unit<br />

perencanaan daerah masih dalam taraf pencarian,<br />

Hubungan dengan Swasta<br />

37 o Dibeberapa daerah unit-unit perencanaan daerah mempunyai hubunganhubungantertentu<br />

dengan badan-badan swasta atau langsung dengan masyarakat,<br />

Di Aceh, ADB bertindak juga sebagai semacam badan konsultasi<br />

usaha swasta yang juga melakukan " feasibility study " atas penugasan<br />

swasta, Dengan demikian ADB sedikit banyak juga bisa mengarahkan investasï<br />

swasta, Disamping itu telah kita kemukakan juga bahwa ADB mempunyai<br />

bagian-bagian khusus dibawah Deputy Penanaman Modal yang<br />

fungsinya adalah untuk menilai atau melakukan promosi aktip terhadap<br />

penanaman modal baik dalam rangka PMDN maupun PMA Dengan melalui<br />

aparat ini ADB bisa melakukan pengarahan investasi swasta sesuai<br />

dengan strategi pembangunan Pemerintah Daerah,<br />

38. Didaerah-daerah lain seperti Bali,Sulawesi Selatan dan Jawa Timur tidak<br />

dijumpai bagian-bagian yang berhubungan dengan perencanaan atau pengarahan<br />

sektor swasta,sekalipun Bappeda Jawa Timur sekarang in? sudah<br />

merasakan kebutuhannya untuk membentuk satu bagian khusus yang berhubungan<br />

dengan perencanaan sektor swasta tsb,Masalah penanaman modal<br />

umumnya masih dianggap masalah jangka pendek yang bisa diproses kasus<br />

demi kasus, Oleh sebab itu masalah itu diberbagai daerah dianggap cukup<br />

ditangani oleh Biro Perekonomian atau Biro Pembangunan- Di Sulawesi


- 23 -<br />

Selatan nampaknya pendekatan untuk lebih mengarahkan sektor swasta<br />

tersebut lebih banyak datang dari pihak <strong>org</strong>anisasi-<strong>org</strong>anisasi swasta sendiri.<br />

Hal ini disebabkan terutama karena pengaruh menurunnya volume<br />

perdagangan di Makasar (Ujung Pandang) akibat disedot oleh Surabaya,<br />

Akibat pendekatan dari pihak swasta ini dikalangan Pemerintah Daerah<br />

telahtimbul niat untuk membentuk bagian khusus dalam Badan Perencanaan<br />

yang akan dibentuk yang berfungsi mengarahkan investasi swasta ini,<br />

39. Hubungan antara unit perencanaan dengan sektor swasta dapat pula dilihat<br />

dari tingkatpartisipasi swasta,dalam ikutserta melakukanpengarahan<br />

terhadap proses pembangunan, Di Aceh kita temukan <strong>org</strong>anisasi pengusaha<br />

swasta, misalnya saja yang tergabung dalam GASUDA (Gabungan<br />

Saudagar Indonesia Daerah Aceh) dan Kadin. Kedua <strong>org</strong>anisasi itu merupakan<br />

wadah kegiatan usahawan swasta yang sejak lama berpengaruh,<br />

Dengan adanya ADB diharapkan terciptanya suatu pola hubungan swasta<br />

pemerintah, misalnya saja dengan berdasarkan feasibility study, pihak<br />

swasta bisa menyusun rencana-rencana untuk kemudian diajukan kepada<br />

ADB sebagai bahan perencanaan sehingga terdapat kesesuaian antara Pemerintah<br />

Daerah dengan kegiatan-kegiatanswasta didaerah,Sebagai contoh<br />

bisa diambil misalnya dalam perencanaan lokasi Pusat Tenaga Listrik<br />

dalam hubungannya dengansuatu rencana industri swasta pihak swasta bisa<br />

dimïntai atau mengajukan saran-saran.<br />

40. Sekalipun hubungan swasta pemerintah tersebut diatas sudah dipïkirkan<br />

namun ADB hingga sekarang ini dalam kegiatan perencanaannya belum<br />

mengikut-sertakan pihak swasta, Swasta masih beranggapan bahwa kegiatan<br />

ADB sementara ini hanya mendistribusikan budget daerah (budget<br />

allocation) dan belum membuat perencanaan yang menyeluruh yang mencakuppengarahan<br />

sektor swasta atau mengikut-sertakan unsur swasta dalam<br />

proses perencanaan. Akibatnya ialah bahwa proyek-proyek pemerintah di<br />

Aceh belum banyak bisa menimbulkan kegiatan masyarakat sendiri yang<br />

berarti akan meng ikut sertakan masyarakat menunjang pembangunan, Kurangnya<br />

informasi tentang kepentingan swasta misalnya bisa mengakibatkan<br />

ketidak-serasian perencanaan sektoral ,<br />

41. Di Bali, partisipasi swasta dalam perencanaan terdapat pada perencanaan<br />

proyek-proyek yang dibiayai oleh Cess yaitu oleh Badan Urusan Cess,Didaerah<br />

ini BUC hampir sama pentingnya dengan Biro Perbang oleh sebab<br />

di Bali kita mendapatkan dua macam APBD yaitu APBD yang dibiayai dengan<br />

penerimaan-penerimaan daerah kecuali dana Cess serta APBD yang<br />

dibiayai oleh dana cess yang besarnya hampir sama dengan dana-dana<br />

non cess BUC juga pentingperanannya karena pentingnya peranan ekspor<br />

di Bali yang menghasilkan banyak devisa terhadap daerah itu. Dalam hal<br />

perencanaan proyek-proyekfiUC (yaitu proyek-proyek yang mengembang-


- 24 -<br />

kan sektor ekonomi yang menghasilkan dana Cess >tu sendiri) unsur swasta<br />

diikut-sertakan dalam lembaga BUC yang terdiri dari 50 % unsur swasta<br />

a!an 50 % unsur pemerintah khususnya dïnas-dïnas propinsi - Fungsi BUC<br />

tidak saja terbatas dalam merencanakan proyek-proyek tetapi termasuk<br />

juga dalam pengawasan pelaksorcon proyek -p»oye'


kalipunsebagian darï isïnya masih tetap relevant dengan masalah-masalah.<br />

pembangunan sekarang , Naskah 'ersebut bemamo "Pola Pembangunan Daerah<br />

Sulawesi Selatan 1964-1968 yang dïsusun oleh Bakopda, yang terdiri<br />

darï 3 jïSïd,mas?ng-masïng ber judu! Pola Potensi (Buku !), Polo Pembeianjoan<br />

(Buku II) dan Pola P«"oyek(Buku MO-Naskah serupo untuk periode 1969-<br />

1973, tidak diadakan secaro tersendirï.<br />

44, Sebagaimana telah kita kemukakon dïmuka hanya ADB Aceh-lah yang<br />

pernah memproses naskah-naskah perencanaan dari sejak Polo Dasar Repelita<br />

hingga RAPBD Umumnya bïro-bïro Perbang yang ado sekarang hanya<br />

memproses atau pernah memproses RAPBD saja . Bahkan Repe'ïta di Bali<br />

dïsusun oleh Bakopda Demikian pula Repelita dï Sulawesi Selatan dan<br />

jawa Timur Hanya saja dï Sulawesi Selatan untuk menyusun Repelita ïnï<br />

dibuat Panitia Intï darï Bckopda yang kemudian menjad? Panitia 9 yang<br />

sekalipun Bakopda telah d«bubarkan dan dïganti dengan Biro Perbang opa<br />

yang dïsebut Panïtïa 9tersebut walaupun ada pergantian personalia, namun<br />

lembaga itu sendiri masih tetap berdirï hingga sekarang. Dï Sulawesi Selatan<br />

untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tahun ke— i 11 Repelita<br />

baru-baru inï telah dibentuk suatu Panïtïa Workshop yang kemudian<br />

diiaksanokan pertengahan Januari 1972, Penyempurnaan hasil workshop<br />

tersebut kemudian diserahkan kepada panitia yang bersntikan 9 orong Jadï<br />

kïta melihat bahwa fungsi perencanaan komprehensif dl Sulawesi Selatan<br />

dianggap masih diluar jangkauan kemamnuan Biro Perbang.<br />

45, Darï pengalaman-pengalamandïberbaga? daerah tersebut d


- 26 -<br />

tang proses dan dasar-dasar pemikiran yang melandasi penyusunan pola<br />

dasar kebijaksanaan pembangunan daerah, yang umumnya dituangkan dalam<br />

bentuk Repelita Daerah,<br />

47. Di Aceh, ADB (dibentuk tahun 1968) telah menyusun dua macam naskah<br />

kebijaksanaan dan pola pembangunan daerah untuk Repelita I ini Pertama<br />

adalah Pola Pasar yang memuat penggarisan prioritas pembangunan daerah<br />

Aceh,dan kedua adalah Repelita yang berisikan target-target pembangunan<br />

dan perumusan program secara garis besar dari tiap-tiap sektor dïsertai<br />

perkiraan biayanya, Pola Dasar tersebut mendapatkan pengesahan dari<br />

DPRD setempat;sedangkan Repel ita tidak, sehingga pelaksanaannya dapat<br />

disesuaïkan dengan keadaan dan perkembangan dari tahun ketahun, jadi<br />

sifatnya lebih fleksibeL Rencana pembangunan daerah Aceh menganut<br />

sistim prioritas yang tegas berdasarkan urutan yang berikut : (a) prasarana<br />

ekonomi, (b) produksi pangan, (c) produksi ekspor, (d) mental/spirituïl dan<br />

(e) industri penunjang pertanian,<br />

48. Didaerah-daerah yang lain, yaitu di Bali, Sulawesi Selatan dan Jawa<br />

Timur tidak diadakan pembedaan antara pola dasar dan rencana seperti<br />

dilakukan di Aceh.Di Bali terdapat pengecualian dïmana disamping Repelita<br />

Daerah yang bersifat perencanaan ekonomi,daerah ini dengan bantuan<br />

Departemen PUTL telah menyusun pula suatu rencana pengembangar<br />

fisik regional yang telah disahkan pula oleh DPRD,Rencana fisik regional<br />

tersebut dituangkan dalam bentuk rencana tata guna tanah dan tata ruang<br />

daerah Bali. Di Sulawesi Selatan disamping target-target sektoral Repelita<br />

Daerah ini menetapkanpula tujuan umum pembangunan daerah berupa<br />

peningkatan pendapatan daerah Sulawesi Selatan sebesar 5% setahun<br />

atau rata-rata Rp.8 mi lïar. Tujuan pembangunan daerah ini diarahkan pula<br />

untuk menunjang leading sector daerah Sulawesi Selatan yaitu pertanian<br />

dengan padi sebagai produksi utamanya dan pada saat yang sama ingin<br />

pula merombak tata ekonomi daerah dari monokultur menjadi polikultur.<br />

Seianjutnya Rencana Pembangunan daerah Sulawesi Selatan memuat targettarget<br />

sektoral lengkap dengan rencana investasi biayanya dan perinciannya<br />

per tahun, Kelengkapan yang sama diusahakan pula dalam Repelita<br />

daerah Jawa Timur, namun daerah ini mempunyai sistimatik sektor pembangunan<br />

yang berbeda. Lagi pula kelengkapan tersebut tidak selalu konsisten<br />

untuk setiap sektor,<br />

49. Ternyata dari hasil-hasil penelitian, bahwa dalam penyusunan Pola garis<br />

besar kebijaksanaan pembangunan daerah, tiap-tiap daerah mempunyai<br />

cara-caranya sendiri dengan sistimatik yang berbeda pula, Misalnya, hanya<br />

daerah Acehyang menggunakan sistimatik yang sama dengan yang<br />

digunakan dalam Repelita Nasional,


Program dan Rencana Tahunan<br />

- 27 -<br />

50, Program dan rencana tahunan didaerah tercermin dalam anggaran pendapatan<br />

dan belanja daerah (APBD) yang setiap tahun disahkan oleh DPRD,<br />

Dalam proses pengajuan dan evaluasinya ditingkat Pusat dlpergunakandokumen-dokumen<br />

DUP (Daftar Usu lan Proyek) dan DIP (Daftar Isian Proyek) ,<br />

Daerah Aceh menggunakan dokumen-dokumen yang sama dengan yang digunakan<br />

oleh Pusat» Bila di Pusat penanda-tanganan DIP dilakukan oleh<br />

BAPPENAS (cq Deputy Pelaksanaan dan Penyusunan Program) dan Departemen<br />

Keuangan (cq. Direktur Jenderal Anggaran), maka di Aceh DIP disahkan<br />

oleh Gubernur dan Ketua ADB, Daerah Bal? menggunakan Dl n<br />

sendiri yang bentuk serta ïsinya dibuat jauh lebih sederhano,dan disahkan<br />

oleh Sekretaris Daerah atas nama Gubernur , Di Jawa Timur sistim DUP<br />

dan DIP tïdak digunakan sama sekalL Juga didaerah ïnï tidak diadakan<br />

evaluasi terhadap APBD secara keseluruhan, tetapi penilaiannya dilakukan<br />

proyek per proyek oleh Bïro Keuangan, Namun menurut rencana untuk<br />

tahun 1973-1974 proses pengesahan DIP dan DUP akan dilakukan melalui<br />

penïlaian Bappeda bersama-sama dengan Biro Keuangan<br />

Proses Penyusunan Pola Garis Besar Kebijaksanaan Pembangunan Daerah<br />

51. Seperti telah disebutkan terdahulu, data-data tentang proses penyusux<br />

Pola Garis Besar Kebijaksanaan Pembangunan Daerah tïdak mudah dïdapat<br />

karena pada waktü penyusunan itu dilakukan umumnya unit perencanaan<br />

tersebut belum ada Suatu ïlustrasi tentang proses penyusunan Pola Garis<br />

Besar Kebijaksanaan Pembangunan Daerah ïnï dapat diambil kasus Aceh<br />

(yang diperoleh data-datanya oleh team) Di Aceh, untuk mempersiapkan<br />

Pola Dasar dan Repelita telah dibentuk suatu Panitia yang terdir? darï 20<br />

orang dengan anggota-anggota dar? ADB, D?nas-d?nas dan Staff Gubernur.<br />

Kemudian untuk penyusunan program yang tercantum dalam Repelï^a dibentuk<br />

lagï panïtïa-panitïa kecïl untuk tiap-tiap sektor,yang terdiri dari<br />

2 atau 3 orang dan anggota-anggotanya tersusun dari Dinas-dïnas dan Birobiro<br />

ADB, Pengikut-sertaan dinas-dinas sepertï yang dilakukan oleh ADB<br />

mempunyai keuntungan-keuntungan yang positipdiantaranya adalah penggunaan<br />

keahlian yangdïmilik? oleh dinas-dinas Disamping itu dinas-dinas<br />

mendapatkan pula pengalaman-pengalaman dari unit perencanaan serta<br />

melalui konsultasi dengan dinas-dinas lain mengenai pendekatan yang lebih<br />

menyeluruh didalam menghadapi masalah-masalah pembangunan, Suatu<br />

hal yang tidak terlihat jelas (dalam arti formil) dalam proses penyusunan<br />

Pola Dasar dan Repelita ADB adalah hubungannya dengan Repelita Nasional,<br />

kecuaiï penjelasandarï pimpinan ADB bahwa secara ïnformil masalah<br />

penentuan prioritas pembangunan di Aceh seperti tergambar dalam Pola<br />

Dasar daerah tersebut telah mendapat persetujuan pula dari Ketua Bappenas ,


- 28 -<br />

52, Dalam rangka penyusunan program dan rencana tahunan ada dua cara yang<br />

dïtempuh oleh daerah-daerah , Di Bali penyusunan program dan rencana<br />

tahunan in! sepenuhnya dilakukan oleh Biro Perencanaan Pembangunan<br />

Daerah, yang naskahnya kemudian dirapatkan dengan dinas-dinas dan<br />

Biro-biro lain untuk kemudian dibahas bersama dengan Panitia Anggaran<br />

DPRD.Setelah itu rencana yang sudah berbentuk anggaran (APBD) dibahas<br />

dalam sidang pleno DPRD untuk disahkan, Proses seianjutnya adalah penyusunan<br />

DIP dan pengesahannya oleh Sekretaris Daerah setelah diteliti<br />

oleh Bïro Perencanaan Pembangunan Daerah, Di Aceh dan Sumatera Utara<br />

untuk penyusunan program dan rencana tahunan dibentuk suatu Panitia<br />

Penyusunan Anggaran. Panitia tersebut di Aceh terdiri dari anggota-anggota<br />

Dinas-dinas terpenting, Pimpinan Harian ADB dan Biro-biro Kantor<br />

Gubernur , Di Sumatera Utara, panitia semacam itu diketuai oleh Gubernur<br />

Muda dengan Ketua Bakopda sebagai wakil ketua dan Administratur<br />

Pembangunan Kantor Gubernur sebagai sekretaris, sedangkan anggotaanggotanya<br />

terdiri dari anggota-anggota Bakopda, Biro-biro Sekretariat<br />

Daerah dan dinas-dinas, Naskah program dan rencana tahunan yang telah<br />

disusun diplenokan bersama-sama seluruh staff ADB dan Dinas-dinas (di<br />

Aceh), kemudiandibawa dalam rapat Panitia Anggaran DPRD dan kesidang<br />

pleno DPRD untuk disahkan, Setelah disahkan, maka untuk penelitian dan<br />

evaluasi DIP tiap-tiap proyek dikedua daerah tersebut. diatas dibentuk<br />

suatu Panitia Pengesahan DIP Proses menurut cara kedua ini (seperti yang<br />

dilakukan didaerah Aceh dan Sumatera Utara) mengandung suatu esensi<br />

bahwa sebelumnya program dan rencana tahunan dibahas secara rormil<br />

kedinasan (antara semua fungsionaris yang bersangkutan) dirasakan perlunya<br />

untuk membentuk suatu panitia tehnis yang menyiapkan bahan-bahan<br />

program dan rencana tahunan tersebut terlebih dahulu, Dengan cara ini,<br />

unit-unit perencanaan sektoral diikut-sertakan secara aktip dalam penyusunan<br />

program dan rencana tahunan daerah. Me la lui proses konsultasi<br />

dalam panitia tehnis tersebut diadakan koordinasi dan sinkronisas? antara<br />

rencana-rencana sektoral yang akan dilaksanakan oleh dinas-dinas berdasarkan<br />

target-target rencana yang telah ditetapkan dalam Repelita Daerah,<br />

Dalam proses tersebut juga dipertemukan siklus penyusunan program<br />

dan rencana dengan siklus penyusunan anggaran,sehinqga anggaran daerah<br />

(APBD) tidak hanya merupakan pen jumlahan rencana-rencana biaya sektoral<br />

yang diajukan oleh dinas-dinas setelah mengalam? proses pemotongan<br />

tertentu berdasarkan plafond anggaran, tetapi merefleksikan pula suatu<br />

sistim rencana pembangunan sektoral yang mengarah pada target-target<br />

pembangunan yang secara rasionil telah dïtentukan dan disepakati,


-29 -<br />

Pengawasan Evaluasi dan Pengendalian<br />

53. Pada tiap-tiap unit perencanaan daerah selalu dijumpai bagian khusus<br />

yang dinamakan Bagian Pengawasan yang logisnya melakukan fungsi pengawasan<br />

terhadap pelaksanaan Pelita Daerah, Namun, bagian ini biasanya<br />

erat hubungannya dengan badan lain diluar unit ini yang fungsinya<br />

serupa dengan Sekretariat Pengendalian Operasionil Pembangunan,hanya<br />

saja pada tingkat propinsi „Di Aceh dan Bali kita kenal SPOP tingkat propinsi.<br />

Badan yang serupa di Sulawesi Selatan dinamakan Team Pengawas<br />

Pelita sedangkan di Jawa Timur (sebelum digabungkan dengan Bappeda)<br />

dinamakan Staff Khusus Repelita Jawa Timur. Semua badan-badan tersebut<br />

dikatakan juga melakukan fungsi pengawasan. Da lam hal ini Team melihat<br />

jenis fungsi pengawasan yaitu pertama, pengawasan terhadap pelaksanaan<br />

rencana-rencana pembangunan dalam rangka pengendalian operasionil<br />

pembangunan dan kedua, pengawasan untuk mendapatkan feed-back perencanaan<br />

dalam rangka penyusunan rencana-rencana seianjutnya. Dari<br />

segi sasaran Team juga melihat dua jenis sasaran pengawasan, yaitu pertama<br />

terhadap proyek-proyek Pelita Nasional dan kedua pengawasan terhadap<br />

proyek-proyek Pel ita Daetch Hal-hal tersebut diatas membuat perbedaan<br />

institusionil maupun fungsionïl yang menyangkut fungsi perencanaan<br />

daerah.<br />

54. Di Aceh fungsi pengawasan dilakukan oleh dua badan, yaitu oleh SPOP<br />

dan oleh Bagïan Pengawasan darï ADB, SPOP di Aceh fungsinya meliputi<br />

tugas-tugas : (1), melakukan evaluasi umum terhadap progres fisik dan<br />

keuangan proyek-proyek daerah maupun nasional didaerah berdasarkan<br />

rencana tahunan yang telah ditetapkan, dan (2). membuat berita acara<br />

mengenai pemerïksaan terhadap pelaksanaan proyek-proyek fisik. Jadi<br />

fungsi pengawasan dilakukan dalam dua bentuk yaitu dengan melakukan<br />

inspeksi rutïn/biasanya tiap-tiap kwartal dan pemeriksaan sewaktu-waktu<br />

ditempat (checkïng on the spot) serta dengan pembuatan laporan. Dalam<br />

pembuatan laporan ini SPOP terutama mendasarkan diri pada laporanlaporan<br />

pertanggunganjdwab darï dïnas-dïnas serta menilainya dengan<br />

mempergunakan Standard performance, yaitu dengan sïstim bobot sebagaimana<br />

yang digunakan oleh DPU, Laporan yang telah diterima kemudian<br />

dituangkan dalam Berita Acara SPOP (Berita acara ini hanya dibuat untuk<br />

pekerjaan yang dïborongkan dan dibuat setiap termyn) serta diteruskan<br />

kepada Gubernur untuk dïtanda-tangani. Setelah dïtanda-tangani oleh<br />

Gubernur, laporan dïkembalikan kepada pïmpinan proyek. Selain laporan<br />

yang berbentuk Berita Acara untuk Gubernur, SPOP juga membuat ringkasan<br />

laporan yang telah dibuat oleh dinas-dinas dan telah disetujui oleh<br />

SPOP,yang kemudian menjadi laporan kwartalan dan tahunan yang dikirimkan<br />

kepada Presiden, Bappenas, Menteri Dalam Negri, Gubernur dan<br />

ADB, Sementara itu ADB melakukan fungsi pengawasan dan evaluasi sen-


- 30 -<br />

diri, baik terhadap proyek-proyek Nasional maupun Daerah, akan tetapi<br />

diperuntukkan sebagai "feed-back" perencanaan dari ADB sendiri, Beda<br />

antara fungsi SPOP dan Bagian Pengawas ADB adalah bahwa SPOP disamping<br />

dimaksudkan sebagai aparatGubernur yang melaksanakan fungsi Gubernur<br />

dalam "ikut bertanggungjawab dan turut serta mengawasï kelancaran<br />

pelaksanaan proyek-proyek pembangunan nasional yang diselenggat akan<br />

didaerah" juga adalah merupakan andahan (verlengstuk) dari SPOP<br />

Pusat.<br />

55. Di Bali SPOP menyatakan dirinya mempunyai hubunganfungsionïl yang<br />

jelas dengan SPOP Pusat danbertugas melakukan pengawasan dan pengendalian<br />

operasionil khusus terhadap proyek-proyek Pelita Nasional yang<br />

ada di Bali sekalïpun keanggotaan SPOP ini terdiri juga dari personalia<br />

dan diketuai oleh Biro Perbang sendiri Bagian Pengawasan Biro Perbang<br />

(karena kekurangan staff), Adapun terhadap proyek-proyek Daerah tugas<br />

ini dilaksanakan oleh Bagian Pengawasan Biro Perbang . Bagian ini juga<br />

melakukan pengawasan terhadap proyek-proyek Inpress yang ada di Kabupaten-kabupaten<br />

dan Kota-kota Madya, Salah satu kelainan di Bali<br />

dengan daerah-daerah lain adalah bahwa fungsi pengawasan terhadap<br />

proyek-proyek PMD dan proyek-proyek bantuan Rp 100,000,- per desa<br />

dilakukan oleh Direktorat PMD tingkat Propinsi sendiri yang membuat<br />

laporan yang tersendir? pula kepada Pusat, Demikian pula pengawasan<br />

terhadap proyek-proyek yang dibiayai dengan dana Cess, dilakukan oleh<br />

BUC Daerah sendiri,<br />

56. Di Sulawesi Selatan didapatkan semacam kekaburan dalam fungsi Team<br />

Pengawas Pelita dengan Bagian Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan Daerah,<br />

Badan yang pertama secara resmi bukan merupakan aparat pembantu<br />

Gubernur dalam "ikut mengawasi dan ikut bertanggungjawab" terhadap<br />

proyek-proyek Pelita Nasional, oleh karena TPP ini dipandang sematamata<br />

sebagai andahan dari SPOP dï Pusat. Masalah apakah TPP ini juga<br />

merupakan aparat Gubernur atau bukan masïh menjadi persoalan dilingkunganTPP<br />

sendiri, Bahkan tugasTPP ini,hanya terbatas pada "pengawasan"<br />

saja serta menyusun laporan kwartalan dan tahunan kepada Pusat, akan<br />

tetapi tidak termasuk tugas "pengendalian operasionil pembangunan" seperti<br />

SPOP Pusat, Disamping ïtu pada Biro Perbang dijumpai Seksi Pengawasan<br />

Pembangunan Nasional disamping seksi Pengpwasan Pembangunan<br />

Daerah yang nampaknya merupakan aparat Gubernur dalam melaksanakan<br />

fungsi yang tak ada pada TPP tersebut diatas<br />

57. Sesuai dengan namanya Staff Khusus Repelita Jawa Timur fungsinya juga<br />

khusus ditujukan kepada Pengawasan Pelita Pusat, Hanya saja staff khusus<br />

Repelita ini adalah merupakan staff atau aparat Gubernur dan bukan me-


-31-<br />

rupakcm andahan dari SPOP Pusat, sekalïpun melalui Gubernur laporanlaporan<br />

yang dïsusun oleh SCP ïnï dipertanggungjawabkan kepada Pusat<br />

sebagai pelaksanaan darï fungsi dan tugas Gubernur terhadap Pelita Pusat<br />

didaeraho Pada waktu SCP ini masih berdiri, fungsi pengawasan terhadap<br />

pioyek-proyek Pelita Daerah dïlaksanakan oleh Bagïan Pengawasan dari<br />

Biro Perbang Menurut rencana, Bappeda akan mengïntegrasikan fungsi<br />

SPOP pada bagian Pengawasan Bappeda ïnï sehingga bagian ini melakukan<br />

pengawasan dan pengendalian, baik terhadap proyek-proyek Pelita Nasional<br />

maupun Daerah,<br />

58. Dari penglihatan Team, proses pengawasan dan pengendalian operasionil<br />

pembangunan dïkebanyakan daerah, terutama dilakukan terbatas dalam<br />

bentuk inspeksï perïodïk dan penyusunan laporan kepada instansi-instansi<br />

yang lebih tinggï berdasarkan laporan-laporan dari kepala-kepala dinas<br />

yang langsung melakukan pengawasan terhadap proyek-proyek. Proses<br />

evaluasi dan feed-back perencanaan belum secara intensïp dan kontïnu<br />

dilakukan . Hal ini terutama disebabkan karena kekurangan staff yang<br />

ahli dalam analïsa data dan evaluasi proyek. Di Sulawesi Selatan suatu<br />

evaluasi besar-besaran telah dilakukan terhadap pelaksanaan proyek Pelita<br />

Daerah setelah 3 tahun berjalan, Sebagaimana telah kita kemukakan<br />

terdahulu,evaluasi tersebut dilakukandalam bentuk workshop yang mengundang<br />

para ahli dari berbagai daerah dan Pusat pada bulan Januari 1972<br />

yang lalu. Di Jawa Timur Staff Khusus Repelita juga telah melakukan<br />

evaluasi 3tahundan menerbitkan laporan-laporan "Tiga Tahun Pelaksanaan<br />

Repelita I" yang melaporkan hasil-hasü pembangunan,baik dari Pelita<br />

Pusat, Pelita Daerah maupun proyek-proyek Swasta. Laporan ini akan<br />

merupakan bahan yang cukup berharga dalam penyusunan Repelita II nant?<br />

baik Pusat maupun Daerah ,<br />

59, Hasil pengawasan juga bisa pula dïwujudkandalam laporan-laporan bulanan<br />

yang telah disistimatisir, ditabulasi dan divisuilkan Bentuk laporan<br />

tersebut akan mempermudahGubernur dalam melakukan pengawasan serta<br />

pengendalian, Biasanya hasil-hasü laporan yang demikian disajikan oleh<br />

operation-room dar? Kantor Gubernur, Dï Sulawesi Selatan dan Jawa Timur<br />

operation-room merupakan bagian dari unit perencanaan - Di Bali tidak<br />

dijumpai operation-room melainkan data-room, namun mempunyai fungsi<br />

yang sama dengan operation-room didaerah-daerah lain. Data-room ini di<br />

Bali terpisah dari Biro Perbang, Baik operation-room maupun data-room<br />

biasanya berisïkan laporan-laporan dalam wujud tabel-tabel, grafik-grafik,<br />

monogram-monogram/histogram-histogram dsb, Operation-room yang<br />

terpisah dari unit perencanaan, biasanya mencari dan mengumpulkan datadata<br />

sendiri,baik langsung maupun melalui badan-badan pengumpul data<br />

lainnya. Dari kenyataan - kenyataan yang dijumpai oleh Team tentang


-32-<br />

proses pengawasan di lihat darï segi ïnstitusïonïl maupun fungsionil tersebut<br />

diatas dapat dïpahami bahwa diberbagai daerah ada kecenderungan untuk<br />

menggabungkan badan-badan SPOP, Operation-room dan Bagian Pengawasan<br />

dari unit perencanaan daerah kedalom suatu badan yang integral,<br />

dimana fungsi pengawasan,pengendalian operasionü,evaluasi,pengolahan<br />

feed - back perencanaan, dsb,, dikoordinlr oleh satu bagian khusus<br />

dari unit perencanaan daerah. Selain karena alasan fungsionil, kecenderungan<br />

ini juga dïdasarkan pada pertimbangan praktïs, misalnya saja karena<br />

alasan kekurangan staff, pembiayaan, peralatan, dsb„<br />

Program Bantuan Kabupaten dan Dana Cess<br />

60c Kedua program ini merupakan program khusus Pemerintah Pusat, Masingmasing<br />

program mempunyai prosedur pengaturan sendiri serta lembaga pelaksanaan<br />

nya sendiri. Program bantuan kabupaten sudah tertentu jumlahnya<br />

bagi tiap-tiap daerah (berdasarkan jatah rupiah per kapita yang dïrentukan<br />

oleh Pusat) dan penggunaannya harus mengïkuti petunjuk-petunjuk<br />

kriferia proyek-proyek yang ditetapkan oleh Pusat, antara lain bahwa<br />

proyek-proyek yang dibiayai dengan bantuan ini tidak boleh merupakan<br />

proyek gotong-royong, harus selesai dalam waktu satu tahun, harus merupakan<br />

proyek-proyek prasarana ekonomi dsb. Tetapi wewenang sepenuhnya<br />

untuk menyetujuï proyek-proyek ini diserahkan kepada Gubernur,<br />

yang dalam pelaksanaannya diserahkan kepada unit perencanaan setempat,<br />

Sedangkan dana Cess dimaksudkan untuk digunakan bagi pengembangan<br />

tanaman budidaya yang bersangkutan (Dana Cess ditarik dari hasil produksi<br />

tanamanbudidaya setempat yang dïperdagangkan keluar daerah),tetapi<br />

dalam kenyataannya dana-dana ini juga digunakan untuk kepentingan<br />

pembangunan prasarana daerah, Penggunaan dana ïnï harus mendapatkan<br />

persetujuan darï Badan Urusan Cess Nasional, sedang untuk pelaksanaannya<br />

dibentuk suatu Badan Urusan Cess Daerah yang berada diluar unit<br />

perencanaan daerah<br />

III. TENTANG SARANA-SARANA PENUNJANG UNIT PERENCANAAN<br />

Sistim Informasi untuk Perencanaan<br />

61 . Sistim informasi meliputï ïnstïtusï dan kegiatan pengumpulan, penyaluran,<br />

pengolahan, penyajian, penyimpanan dan pengendalian data-data untuk<br />

perencanaan. Data-data tersebut dapat bersifat (a) Data-data umum, yaitu<br />

informasi dasar mengenai keadaan dan perkembangan ekonomi, sosial daerah<br />

yang meliputï antara lain data-data tentang penduduk, produksi dipelbagai<br />

sektor kegiatan ekonomi, prasarana dsb. dan (b) Data-data yang<br />

terbatas peredarannya maupun penggunaannya (classified data) seperti la-


-33-<br />

poran kemajuan proyek-proyek pembangunan, laporan inspeksï SPOP,<br />

dsb. Data-data yang pertama terutama diperlukan untuk penyusunan pola<br />

dasar serta perencanaan jangka panjang, sedangkan data-data kedua diperlukan<br />

untuk kegiatan operasionil perencanaan rutin termasukevaluasi<br />

dan penyesuaian target-target perencanaan,<br />

62, Unit-unit perencanaan didaerah umumnya mempunyai bagian khusus yang<br />

bertugas dalam pengumpulan dan pengolahan data-data. ADB di Aceh<br />

mempunyai Biro Statistik dan Biro Operation Room;Biro-biro Perencanaan<br />

Pembangunan Daerah dï Ba]? dan Sulawesi Selatan mempunyai Bagian Research<br />

dan Pengumpulan Data, demïkian pula BAPPEDA Jawa Timur mempunyai<br />

Bagïan Statistik dan Operation Room dibawah Sekretariat, Diluar<br />

unit-unït perencanaan tersebut, umumnya dïdaerah-daerah terdapat kantor<br />

sensus dan statistik daerah, Effektivïtas kerja dari bagian-bagian pengumpulan<br />

data unit-unit perencanaan didaerah ini tergantung pada anggaran<br />

yang disedia kan, pada hubungan yang baik antara unit perencanaan<br />

dengan unsur-unsur sektoral (dinas-dinas) dan pada kemampuan pengumpulan<br />

data-data unsur-unsur sektoral (dinas-dinas) tersebut, Dinas pertanian<br />

dan peker jaan umum termasuk dïantara dinas-dinas yang mempunyai datadata<br />

yang relatip baik dan teliti karena dinas-dinas in! mempunyai aparat<br />

yang ekstensip dilapangan dankarenanya dapat mengandalkanpada datadata<br />

sumber pertama, Sedangkan beberapa dinas lain, seperti misalnya<br />

dinas perindustrian tidak mempunyai staff lapangan yang sekuat dua dinas<br />

tersebut; ditambah dengan kesukaran pada umumnya untuk mengumpulkan<br />

data-data tentang industri yang sebagian besar tergantung pada bahanbahan<br />

keterangan yang diberikan oleh pengusaha-pengusaha swasta yang<br />

mengandung resiko distorsie Sama halnya dengan data-data umum, demikian<br />

pula ckjta-dbta_2erbatas,ketelitiannya dan reliability-nya tergantung<br />

pada sumber-sumber data tersebut, Data-data inspeksi biasanya mengandung<br />

nilai informasi yang lebih tinggi daripada data-data atau laporan<br />

yang dibuat berdasarkan keterangan instansi lain, Kesukaran lain dalam<br />

hal data-data untuk perencanaan ini terletak pada kenyataan bahwa beberapa<br />

jenis data-data tertentu (sepert! misalnya data-data yang menyangkut<br />

kondisi fisik daerah) kebanyakan tidak terdapat didaerah-daerah,<br />

tetapi tersimpandi Jakarta, Bogor atau Bandung ,Banyak lembaga-lembaga<br />

penelitian dan team-team survey yang melakukan kegiatan-kegiatan pengumpulan<br />

data atau penelitian dipelbagai sektor, tetapi data-data hasil<br />

survey/penelitian tersebut kemudian hanya dlsimpan ditempat-tempat pusat<br />

penelitian tersebut dan tidak diteruskan kedaerah-daerah,<br />

63 „ Masalah seianjutnya yang dihadapi dalam pembinaansistim informasi untuk<br />

perencanaan adalah untuk menetapkan Standard klasifikasi data-data tsb,<br />

Misalnya,apakah disamping data-data sektoral tidak perlu juga dikumpulkan<br />

data-data berdasarkan unit-unit daerah (per kabupaten atau kota-


- 34 -<br />

madya)? Hal ini dihubungkan dengan proses seianjutnya daripada datadata<br />

tersebut, yaïtu pengolahannya untuk perencanaan. Macam-macam<br />

pengolahan apa saja yang perlu dilakukan sebagai bagian dari kegiatan<br />

perencanaan itu sendiri? Usaha-usaha pengolahan telah dilakukan dibeberapa<br />

daerah» Di Jawa Timur misalnya kepada team telah diperlihatkan<br />

suatu skema target kebutuhan serta produksi bermacam-macam bahan<br />

makanan untuk daerah tersebut, beserta perhitungannya „ Tetapi sejauh ini<br />

usaha-usaha pengolahan data masih berlangsung sangat minim, belum konsisten<br />

untuk semua sektor serta belum teratur sistimatiknya maupun kontinuitasnya,<br />

baik dikalangan unit-unit sektoral (dinas-dinas) maupun diunit<br />

perencanaan sendiri,<br />

Operation Room<br />

64, Data-data yang telah dikumpulkan, diselektir, dïklasifir dan dioloh kemudian<br />

harus disajikan dalam bentuk gambar-gambar, grafik-grafik atau<br />

peta agar dapat dipergunakan untuk keperluan operasionil perencanaan<br />

dan pengendalian pelaksanaan „Operation Room bermaksud untuk menampung<br />

presentasi visuïl daripada data-data ini. Bentuk daripada Operation<br />

Room biasanya adalah ruangan rapat yang diperlengkapi dengan penyajian<br />

data-data. Daerah Aceh dan Sumatera Utara memiliki Operation Room<br />

pusat yang pembïnaannya dilakukan oleh SPOP, sedangkan Operation<br />

Room pusat didaerah Jawa Timur dibina oleh BAPPEDA. Di Bali, Operation<br />

Ropm mempunyai staff tersendiri yang terdiri dari petugas-petugas<br />

Sekretariat Daerah. Selain Operation Room pusat, ADB dï Aceh memiiiki<br />

Operatïon Room tersendiri „Dïsemua Operation Room yang dikunjungi oleh<br />

team, semua daerah telah berusaha untuk menyajikan data-data tentang<br />

kegiatan-kegiatan proyek-proyek pembangunan serta kemajuannya didaerah<br />

tersebut, disamping juga data-data tentang keadaan ekonomi-sosial<br />

daerah pada umumnya (jumlah penduduk, keadaan prasarana, produksi<br />

pertanian dsb). Kekurangan umum yang dijumpai oleh team dalam pembinaan<br />

OperationRoom ini antara lain adalah :diberikannya lebih banyak<br />

perhatïan pada segi dekoratip daripada segi informasinya sendiri, kurangnya<br />

staff tehnis yang khusus keahliannya dalam presentasi visuil, dan penyajïan<br />

data-data yang kurang berartï (seperti misalnya prosentase kemajuan<br />

proyek-proyek). Ni lai dan fungsi Operation Room juga ditentukan<br />

oleh inputsdata-data yang masuk keinstansi induk pembinanya,serta kwalitasdari<br />

staff pembina dalam memilih dan menjamin up-to-dateness daripada<br />

data-data tersebut melalui input data-data secara kontinu.<br />

Research untuk Perencanaan<br />

65, Peningkatan mutu perencanaan daerah tergantung pada kegiatan-kegiatan<br />

research yang dilakukan untuk perencanaan. Dalam kegiatan research ini,<br />

V


- 35 -<br />

baru dibeberapa daerah unit perencanaan mempunyai aktivitas yang menonjol.<br />

Hal tersebut tergantung pula pada anggaran yang tersedia untuk<br />

maksud itu. ADB d? Aceh melakukan pel baga? research untuk perencanaan<br />

diantaranya penelitian regional income, luas areal sawah, dsb. Perkembangan<br />

baru dalam research untuk perencanaan daerah adalah dengan diadakannya<br />

kerjasama antara Bappenas denganperguruan-perguruan tinggi<br />

diseluruh wilayah tanah air serta dïalokasikannya dana-dana research<br />

untuk perguruan tinggi guna penelitian dan pengumpulan data-data keadaan<br />

sosial-ekonomi daerah. Sampai laporan ini ditulis belum diperoleh<br />

laporan tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh perguruan-perguruan<br />

tinggi tersebut, Agar penelitian tersebut benar-benar dapat bermanfaat<br />

bagi pembangunan daerah, maka unit-unit perencanaan sudah pada tempatnya<br />

untuk melakukan peranan yang aktip dalam pengarahannya seperti<br />

kerjasama yang dilakukan antara BAPPEDA Jawa Timur dengan Badan Koord?<br />

nasi Penelitian Perguruan Tinggi setempat.


- 36 -<br />

BAB !!!<br />

MASALAH-MASALAH POKOK PEMBENTUKAN<br />

UNIT PERENCANAAN DAERAH<br />

I. TENTANG PANDANGAN PUSAT DAN DAERA 1<br />

- J<br />

Orientasi Pusat dan Daerah<br />

1, Sebagaimana telah disajikan dalam Laporan Bab II, dewasa ini kita mengenai<br />

adanya dua pola perkembangan unit perencanaan didaerah-daerah.<br />

Pola pertama adalah, unit perencanaan yang perkembangannya bersumber<br />

pada Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No, 145/69 yang menghasilkan<br />

Biro Perencanaan Pembangunan Daerah yang kedudukannya berada<br />

dibawah Sekretariat Daerah. Pola kedua adalah unit perencanaan yang<br />

perkembangannya berdasarkan Surat Keputusan Gubernur pada masing-masing<br />

daerah yang menghasilkan badan-badan perencanaan daerah dengan<br />

nama yang berbeda-beda pada tiap daerah, tapi umumnya mempunyai kedudukan<br />

langsung dibawah Gubernurserta bekerja secara lebih ofonom dari<br />

Biro Perencanaan Pembangunan Daerah,<br />

2, Seperti juga telah kita singgung pada Bab sebelumnya, dewasa ini kita<br />

jumpai kecenderungan pada berbagaï Pemerintah Daerah yang memï!ik!<br />

Biro Perbang untuk mengubah atau mengembangkan biro-biro tersebut menjadi<br />

badan-badan perencanaan yang politis lebih kuat kedudukannya dan<br />

secara tehnisadministratipléfcheffisien. Untuk melakukan perubahan-perubahan<br />

tersebut^Pemerintah Daerah umumnya menunggu Keputusan dari<br />

Pusat, cq Óepartemen Dalam Negeri atau dari Presiden sendiri, yakni 'keputusan<br />

yang menyangkut unit perencanaan daerah, baik secara khusus<br />

menyangkut unit itu sendiri atau dalam kerangka re-<strong>org</strong>anisas? Pemerintahan<br />

Daerah yang tentunya juga mencakup masalah unit perencanaan daerah.<br />

Di Sulawesi Selatan persiapan untuk membentuk sebuah Badan Perencanaan<br />

Pembangunan Daerah sudah dilakukan-baik dari segi konsepsi<br />

maupun dari segi prasarana fisik, dimana "untuk membentuk badan tersebut<br />

masih dinantikan suatu keputusan atau pedoman dari Pusat,<br />

3, Dari hal tersebut diatas Team menaük kesimpulan bahwa masalah pembentukan<br />

dan pengembangan unit perencanaan daerah ternyata jugo menyangkut<br />

faktor pertimbangan Pusat, dalam hal ini Departemen Dalam Negeri,<br />

disamping faktor pertimbangan daerah sendiri, Faktor pertimbangan Pusat<br />

tersebut, sebagaimana teriihatjuga dari data-data dan informasi yang telah<br />

dikumpulkan oleh Team didaerah-daerah, ternyata juga tidak hanya<br />

menyangkut Departemen Dalam Negeri, melainkan menyangkut pula per-


- 37 -<br />

timbangan-pertimbangan dari departemen-departemen dan lembaga-lembaga<br />

tingkat Pusat lainnya, seperti Departemen PUTL, BAPPENAS, dll.<br />

Oleh sebab itu keputusan yang akan diambiloleh Departemen Dalam Negeri<br />

dengan sendirinya Juga mempertimbangkansudut-sudutpandangan dan<br />

kepentingan dari departemen-departemen dan lembaga-lembaga lainnya<br />

yang mempunyai hubungan langsung maupun tak langsung dengan aktivitas<br />

perencanaan didaerah-daerah.<br />

|<br />

Dari kenyataan tersebut dia tas Team melïhcrt bahwa pemikiran tentang pembentukan<br />

dan pengembangan unit-unit perencanaan daerah tersebut sesungguhnya<br />

mengandung masalah-masalah yang tidak sederhana. Disamping<br />

pertimbangan-pertimbangan daerah yang data-datanya telah kita kern<br />

ukakan pada Bab II, Team merasa perlu untuk juga mempelajari faktorfaktor<br />

yang timbul dari pandangan dan kepentingan Pemerintah Pusat. Dalam<br />

uraian berikut ini akan diketengahkan beberapa orientasi dari lembaga-lembaga<br />

di Pusat yang mempunyai hubungan dengan proses perencanaan<br />

didaerah-daerah.<br />

Dep temen , Dalam Neger!<br />

4, Selama ini masalah pembentukan unit perencanaan daerahselalu dïtentukan<br />

atauditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri kalau tidak oleh Presïden<br />

sendiri, Bakopda tahun 1964 - 1969 dïtetapkan dengan Surat Keputusan<br />

Presiden sedangkan pembubaran Bakopda dan pembentukan Biro Perbang<br />

dilakukan dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri, Sumber ketetapan<br />

hukum ini adalah demikian oleh sebab hal itu menyangkut masalah<br />

<strong>org</strong>anisasi dari aparat-aparat pemerintahan, Oleh karena itu dalam masalah<br />

pembentukan unit perencanaan daerah dewasa ini Departemen Dalam<br />

Negeri jugasedang memikirkan beberapa kemungkinan danmerancangkan<br />

pembentukan unit perencanaan daerah ini.<br />

Dalah hal ini Departemen Dalam Negeri melihat masalah pembentukan<br />

unit perencanaan daerah ini terutama dari segi institusionil dan dari segi<br />

hukum, (a) Seg? Institusionil akan menyangkut masalah struktur <strong>org</strong>anisasi<br />

intern maupun extern serta fungsi politis maupun administratip dari unit<br />

perencanaan tersebut. (b) Segi Hukum akan menyangkut masalah status dan<br />

wewenang perencanaan dari unit perencanaan tersebut dalam hubungannya<br />

dengan lembaga-lembaga dan <strong>org</strong>anisasi pemerintahan lainnya dalam masalah<br />

perencanaan dalam arti yang luas.<br />

5, Kepentingan dan perhatian Departemen Dalam Negeri sebenarnya meiiputi<br />

masalah yang lebih luas lagidari hanya sekedar memikirkan masalah pembentukan<br />

unit perencanaan daerah itu sendiri Dimensi masalahnya tidak<br />

hanya yang bersifat horizontal seperti misalnya masalah unit perencanaan<br />

daerah dengan badan-badan lain dilingkungan Pemerintah Daerah, melain-


6 ;<br />

- 33 -<br />

kan juga yang bersifatvertikal yaitu masalah hubungan Pusat dan Das<br />

hubungan antara Pemerintah Daerah Tingkat I (propinsi) dan Tingkat 11<br />

(kabupaten) serta desa Masalah pembangunan desa mempunyai sïfat-sifat<br />

yang unik di Indonesia, yakni memiliki hubungan-hubungan khusus yang<br />

sifatnya langsung dengan Pusat (Direktorat Pembangunan Masyarakat Desa<br />

Departemen Dalam Negeri). Dalam perencanaan Kota dan Daerah serta<br />

perencanaan antar sektoral banyak tersangkut didalamnya masalah-masalah<br />

hukum yang harus dipecahkan dqn dlserasikan yang merupakan salah<br />

satu pusat perhatian Departemen Dalam Negeri pula,<br />

Peranan Departemen Dalam Negeri tentang pembentukan unit perencanaan<br />

daerah ini adalah paling menentukan oleh sebab dalam instansi yang ter-<br />

akhir, pembentukan unit perencanaan ini akan dïtentukan dan ditetapkan<br />

oleh Departemen Dalam Negeri atau oleh Presiden sendiri dengan reko-<br />

mendasi dari Departemen Dalam Negeri. Sungguhpun demikian proses peng-<br />

ambilan keputusan ini akan menyangkut badan-badan lain, oleh karena-<br />

nya Departemen Dalam Negeri harus pula memperhatikan segï-segï dan<br />

kepentingan !e«?haga-lembaga lain, khususnya yang menyangkut berbagai<br />

masalah tehnis, proses dan prosedur perencanaan serta administrasi pem­<br />

bangunan umumnya.<br />

B a p p e n a s<br />

7, Unit perencanaan daerah biasanya diasosiasikan dengan Bappenas, bahkan<br />

sering juga disebut sebagai 'Bappenas lokal', Sungguhpun demikian unit<br />

perencanaan yang ada didaerah sekarang ini sebenarnya tidak mempunyai<br />

hubungan hirarkïs dengan Bappenas. Akan tetapi dilihat dari fungsi Bap­<br />

penas, badan inisesungguhnya berkepentïngan terhadap adanya suatu unit<br />

perencanaan daerah, yaïtu dalam rangka untuk membantu perencanaan<br />

nasional yang dituangkan dalam Repelita Nasional. Disamping itu, Bap­<br />

penas, juga berkepentïngan untuk membantu perkembangan daerah yang<br />

dïlaksanakan melalui Repelita Daerah. Tugas-tugas pembinaan pembangun­<br />

an daerah dalam lingkungan <strong>org</strong>anisasi Bappenas dipegang oleh Deputy V<br />

Perencanaan Regional dan Daerah. Selama ini perencanaan pembangunan<br />

regional dilakukan melalui mekanisme <strong>org</strong>anisasi Departemen yang meng-<br />

qkibatkan perencanaan yang dilakukan oleh Bappenas selama ini lebih<br />

bersifat sektoral daripada regional. Disamping itu usaha yang dilakukan<br />

oleh Bappenas dalam perencanaan daerah dilakukan barusampaï pada ta-<br />

raf'bantuan expert' serta 'konsultasi' terhadap Pemerintah Daerah dalam<br />

penyusunan rencana-rencana pembangunan., Adanya unit perencanaan da­<br />

erah yang mampu menyusun suatu rencana pembangunan yang komprehen­<br />

sif akan sangat membantu Bappenas dalam melakukan perencanaan regio­<br />

nal dan daerah.


-39-<br />

Kepentïngan langsung yang dilïhatoleh Bappenas dengan dibentuknya unit<br />

perencanaan daerah ini adalah bagaimana unit ini bisa membantu Bappenas<br />

(baik dalam mendapatkan data-data regional, dalam proses pengusulan<br />

proyek-proyek dan rencana-rencana pembangunan maupun laporan pelaksanaan<br />

rencana pembangunan) dalam penyusunan rencana dan kebïjaksanaan<br />

regional dan daerah sebagai salah satu instrument dari perencanaan<br />

nasional.<br />

8. Segi yang terutama dilihatoleh Bappenas adalah segi-segi proses dan prosedur<br />

perencanaan dari tingkat bawah sampai ketingkat pusat. Oleh sebab<br />

itu dalam gagasan pembentukan unit perencanaan daerah ini, Bappenas<br />

akan melihat daerah-daerah dalam unit-unit, wilayah-wilayah dan kawasan-kawasan<br />

ekonomi. Bappenas akan melihat masalahnya pula dari segi<br />

perencanaan darisentra-sentra pertumbuhan, melihat kepada fungsi region<br />

dalam proses pembangunan nasional serta memperhatikan pula faktor-faktor<br />

pengaruh ekonomi internasional terhadap pertumbuhan ekonomi nasional<br />

dan regional. Oleh sebab itu ada kemungkinannya Bappenas melïhatnya<br />

dari segi yang berbeda dari misalnya Departemen Dalam Negeri yang<br />

mungkin lebih mendasarkan pembentukan unit perencanaan daerah pada<br />

pembagian wilayah-wilayah admïnistratip. Kedua perbedaan ini tentusaja<br />

bisa diatasi apabila kedua lembaga pemerintah tersebut saling mempertïmbangkan<br />

segi-segi lain dari sudut pandangannya masing-masing.<br />

Departemen PUTL<br />

9. Direktorat Tata Kota &Daerah pada Ditjen Cipta Karya, Departemen PUTL<br />

ternyata telah lama pula mempunyai kepentingan untuk membentuk atau<br />

mengembangkan unit-unit perencanaan daerah. Sejak tahun 1969, PUTL<br />

telah membentuk proyek yang disebut proyek "Unit Perencanaan Daerah".<br />

Beberapa daerah telah dipilih untuk mengembangkan unit perencanaan ini<br />

diantaranya Jawa Barat, Bali, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara dan beberapa<br />

daerah lain. Adapun fungsi dari unit perencanaan itu sebagaimana<br />

telah diuraikan pada Bab H adalah : (a) membina dan merencanakan perkembangan<br />

fisik kota-kota yang ada dalam daerah yang bersangkutan secara<br />

luas, termasuk evaluasi daripada rencana-rencana perkembangan yang<br />

telah dibuatoleh kota masing-masing, (b) mengisi perencanaan pembangunan<br />

daerah dengan presentasi, pemikiran dan informasi mengenai potensipotensi<br />

perkembangan daerah pada umumnya dan potensï-potensi fisik pada<br />

khususnya, serta pertimbangan-pertimbangan yang menyangkut lokasi<br />

kegiatan, dan (c) mempersiapkan dan kemudian membina unit-unit perencanaan<br />

fisik untuk daerah-daerah setingkat dibawahnya yaitu pada tingkat<br />

Kota-madya dan Kabupaten.<br />

10. Dalam kenyataannya, unit perencanaan di Bali, dewasa ini telah melaku-


-40-<br />

kan bukon saja perencanaan fisik, melaïnkan juga perencanaan regional<br />

yang komprehensif . ini ada hubungannyc dengan apa yang telah dilakukan<br />

oleh suatu Team Survey dari Direktorat Tata Kota dan Daerah pada tahun<br />

1965 yang telah menyusunsuatu konsep Regional Plan Bal? yang kemudian<br />

diserahkan kepada Pemerintah Daerah dan merupakan bahan pokok dari<br />

apa yang dlsebut Regional Plan Bali dan disyahkan oleh DPR-D-GR Propinsi<br />

Bal? pada tahun 1969 menjadi rencana jangka panjang dan' Pemda<br />

Bali yang hingga sekarang masih berlaku, Sekarang ini, unit perencanaan<br />

d! Bali sedang melakukan pengumpulan data-data ekonomi regional, melakukan<br />

evaluasi terhadap Regional Plan Bali tahun 1969 serta Repelita<br />

Bali 1969 - 1974 Dalam rangka penyerahan unit tersebut kepada Pemda<br />

Bali, unit perencanaan di Bali ditetapkan pula sebagai pusat pembinaan<br />

tenaga-tenaga perencana daerah untuk wïlayah Indonesïa bagian Timur<br />

yang bertugas untuk menyelenggarakan kursus-kursus perencanaan terhadap<br />

pejabat-pejabat pemerintahan d? Bali dalam rangka membentuk kaderkader<br />

perencana yang mempunyai pengetahuan tehnis dan persepsï yang<br />

luas dibidang perencanaan<br />

11. Dar? kasus di Bali tersebut dapat diketahui bahwa Departemen PUTL ternyata<br />

juga telah melakukan usaha-usaha pengembangan daerah, bukan saja<br />

darï segi perencanaan fisik, tetapï juga darï segi-segi lain yang sifatnya<br />

komprehensif Dan memang, menurut programnya unit-unit perencanaan<br />

tersebut akan diserahkan secara berangsur-angsur kepada Pemda, dan karena<br />

itu harus berorientasï pada fungsï unit perencanaan Pemda Propinsi<br />

yang melihat pembangunan daerah secara komprehensif. Unit Jawa Barat<br />

kïni sudah digabungkan dengan Badan Perencanaan Daerah, sekalïpun sebenarnya<br />

program pembinaan yang dilakukan oleh Departemen PUTL didaerah<br />

tersebut terlalu sïngkat Sedangkan unït d? Bali yang berdomisili dï<br />

Sanur kïni sudah cukup terbina, namun hingga sekarang belum siap untuk<br />

dïintegrasikan dengan Biro Perencanaan Pembangunan Bali, oleh sebab<br />

kesulitan mencarï tenaga pïmpinan serta staff yang mampu mendukung unit<br />

perencanaan rersebut.<br />

12 Kepentingan dari Departemen PUTL dalam pembentukan unït perencanaan<br />

daerah ïtusebenarnya adalah bahwa hendaknya dalam badan perencanaan<br />

Pemda Propinsï, Kabupaten dan Kota-madya, ada unsur yang mampu menjalankan<br />

fungsi perencanaan fïsik untuk mengembangkan kota dan daerah<br />

Namun dalam perencanaan fïsïk itu dibutuhkan juga data-data don juga<br />

tenaga-tenaga ahlï dalam bidang ekonomi sosial, Inïlah yang membawa<br />

orientasi Departemen PUTL untuk mengembangkan perencanaan regional<br />

yang komprehensif Sebab itulah maka^ peranan dansudut pandangan serta<br />

program-program yang telah dilakukan oleh Direktorat Tata Kota dan<br />

Daerah menjadi faktor dan varïable yang penting dalam pemïkïran kearah<br />

pembentukan dan pembinaan unït perencanaan daerah.


-41 -<br />

Departemen-departemen lain dan Direktorat Jendral PMD.<br />

13. Selain Departemen PUTL,masih ada beberapa departemen-departemen lain<br />

yang mempunyai kepentingan untuk perkembangan sektor-sektornya masing-masing<br />

didaerah. Jad? pada tingkat Pusat,tiap-tiap Departemen mempunyai<br />

kebijaksanaan-kebijaksanaan regional untuk perkembangan sektornya<br />

sendïri-sendiri. Olehsebab itu hubungan langsung dari Bagian Perencanaan<br />

pada departemen-departemen dengan daerah-daerah dilakukan melalui<br />

bagian-bagian perencanaan dari dinas-dinas. Akan tetapi dalam hal<br />

ini perencanaan-perencanaan sektoral dari dinas-dinas harus dikoordinir<br />

dalam rangka sinkronisasi sektoral pada tiap-tiap daerah. Yang bertugas<br />

untuk melakukan koondinasi dan sinkronisasi tersebut adalah unit perencanaan<br />

propinsi, kabupaten dan kotamadya. Jadi dinas-dinas, dalam pembuatan<br />

perencanaan harus berorientasi pada dua koordinator, yaitu unit<br />

perencanaan daerah dan Departemen di Pusat.<br />

14. Pandangan Departemen Dalam Negeri darï segi DitjenPMD, dalam hal ini<br />

agak unik, Ditjen ini mempunyai kepentingan untuk melakukan perencanaan<br />

desa dari segi sosial. Posisi Ditjen PMD hampir serupa dengan Direktorat<br />

Tata Kota & Daerah. Kedua-duanya mempunyai kepentingan untuk<br />

melakukan perkembangan daerah pedesaan (rural development). Hanya saja<br />

Ditjen PMD mei ihatnya terutama dari segi perkembangan sosial atau perkembangan<br />

desa secara keseluruhan, sedangkan Direktorat Tata Kota &<br />

Daerah mei ihatnya dari segi pembangunan fisik. Perlu dicatat bahwa Ditjen<br />

PMD sekarang ini sedang memikirkan masalah 'perencanaan desa'.<br />

Dalam hal ini karena desa-desa dianggap tidak atau belum mampu untuk<br />

memiliki unit perencanaannya sendiri, maka sedang dipikirkan unit mana<br />

yang akan memikirkan perencanaan desa secara komprehensif, unit tingkat<br />

kabupaten, tingkat propinsi atau tingkat nasional, yaitu Ditjen PMD<br />

atau Bappenas sendiri. Yang jelas sekarang ini Ditjen PMD sedang melakukansurvey<br />

desa dalam rangka perencanaan desa. Baik Ditjen PMD maupun<br />

Bappenas Bagian Perencanaan Regional akan melakukan perencanaan<br />

desa. Akan tetapi bagaimana pembagian tugasnya, belum diketahui.<br />

Oleh sebab itu perlu dicatat bahwa baik Ditjen PMD maupun Bappenas<br />

memiliki kepentingan agar pada tiap propinsi dan kabupaten ada suatu<br />

unsur pada bagian perencanaannya yang mempunyai fungs> knusus melakukan<br />

perencanaan desa.<br />

Pandangan Pemerintah Daerah<br />

15. Pada tingkat perkembangan perencanaan sekarang, hampir semua daerah<br />

sudah merasa adanya kepentingan langsung untuk mengembangkan dan<br />

membentuk unit perencanaan daerah yang merupakan bagian yang integral


-42 -<br />

dari <strong>org</strong>anisasi Pemerintah Daerah, Sebagaimana telah kita utarakan pada<br />

bagian yang terdahulu, daerah-daerah pada waktu ini masih menanti-nantikan<br />

keputusan Pusat (Departemen Dalam Negeri atau Pressden), tentang<br />

pembentukan unit perencanaan daerah ini. Banyak daerah yang ragu-ragu<br />

untuk mengambil ïnisiatif sendiri dalam pembentukan unït perencanaan ini.<br />

Sebagaimana kita ketahui beberapa daerah (Aceh dan JawC* Timur) telah<br />

mengambil ïnisiatif untuk membentuk Badan Perencanaan sebagai gant»<br />

darï Biro Perbang.<br />

16. Berbagaï daerah lainnya belum mengambil inlsiatsf karena belum mengetahui<br />

sampai seberapa jauh ketetapan Pusat itu akan mengatur unït perencanaan<br />

daerah. Yang menjadi masalah dan kemungkinannya ditetapkon<br />

pada tingkat pusat adalah yang menyangkut hukum dan wewenang perencanaan,<br />

fungsinya, hubungannya dengan Pusat serta hubungannya dengan<br />

unit-unit perencanaan lainnya dalam satu kawasan ekonomi, Kawasan ekonomi<br />

ini juga belum diketahui pembagiannya, bisa dalam satuan-satuan<br />

pulau yang lebih bersifat geografis bisa pula mencakup wilayah-wilayah<br />

yangsifatnya sudah antar pulau dan merupakan satuan ekonomi , Integrasi<br />

antara pembagian-pembagian adminïstratïf, geografis dan ekonomisitu ti- »<br />

dak bisa dïtentukan,oleh daerah dan diharapkan dïpecahkan pada tingkat<br />

pusat.<br />

17. Yang terutama menjadi masalah Pemerintah Daerah adalah bagaimana struktur<br />

<strong>org</strong>anisasi internnya. Dalam hal ini pemerintah Daerah juga masih ragu-ragu<br />

apakah struktur <strong>org</strong>anisasi intern ini akan diatur oleh Pusat, Masih<br />

menjadi bahan pemikiran apakah segi ini perlu diseragamkan untuk semua<br />

daerah. Disatu pihak dalam upaya untuk melakukan perencanaan nasional<br />

(termasuk dïdalamnya mengatur saluran informasi dan data) dïrasakan<br />

perlunya ketentuan-kefentuan pusat mengenai berbagaï bagian-bagian<br />

tertentu yang harus ada pada unït perencanaan daerah, tapi dilaïn pihak<br />

mengïngat varïable-variable yang berlaïnan pada tïap-tiap daerah, dïrasakan<br />

perlu ada kebebasan bagï daerah untuk menentukan sendiri struktur<br />

<strong>org</strong>anisasi internnya.<br />

18.. Sungguhpun Pemerintah Daerah adalah institusï yang paling mengetahui<br />

kondisidan varïable-variable didaerahnyasendiri, namun mereka bisa juga<br />

menjadi 'bias' dalam pembentukan unït perencanaan didaerahnya sendiri,<br />

terutama jika hal ini dihubungkan dengan konsep inter-regïonal dan<br />

konsep perencanaan nasional. Dilaïn pihak Pemerintah Daerah menghadapï<br />

kesulitan dalam mencari orang-orang atau lembaga-lembaga (universitas<br />

atau lembaga Penelitian loka!)yang memiliki kemampuan politïs dan tehnis<br />

untuk menyusun suatu konsep tentang unit perencanaan daerah sesuai<br />

dengan kepentingan-kepentïngan obyektïp, yaknïyangmempertimbangkan<br />

berbagaï variable pada tingkat nasional, inter-regïonal, regional maupun


-43- v<br />

Sokal, Sehingga sebelum suatu pembentukan unit perencanaan tersebut di­<br />

lakukan, secara obyektip memang diperlukan suatu penelitian yang ber-<br />

sifat luas, dengan mempelajarï secara empiris variable-varïabSe yang ada<br />

didaerah yang bersangkufan itu sendiri, didaerah-daerah lain serta vari-<br />

abie-variable yang ada pada tingkat pusat yang bifisanya*untuk memecah-<br />

kannya memerlukan wewenang Pemerintah Pusat,<br />

19. Selain struktur intern <strong>org</strong>anisasi dar? unït perencanaan tersebut yang men­<br />

jadi perhatian dan menyangkut langsung persoalan Pemerintah Daerah ada­<br />

lah : (a) masalah mencarï fïgur yang akan mengepala? unït perencanaan,<br />

(b) mendapatkan staff yang mampu mendukung fungsi darï unït tereebut,<br />

(c) membiayai kegiatan darï unit perencanaan, baïk yang sïfatnya rutïn<br />

• atau 'revolving' maupun yang sïfatnya ïnsidentïl sepertï dalam survey dan<br />

penelitian dan (d)membina peralatan yang diperlukan oleh suatu unïf pe­<br />

rencanaan sepertï data-room, studio, alat-alat computer, dsb, Selain itu<br />

Pemerintah Daerah melihat pula masalah bagaimana membina mekanlsme<br />

perencanaan yang menyangkut lembaga-lembaga yang sïfatnya vertïkal<br />

maupun yang sïfatnya horïsonta! 'seperti misalnya masalah hubungan don<br />

tata kerja unit perencanaan propinsi dengan unit-unit perencanaan pGda<br />

tingkat kabupaten dan desa,<br />

20. Sekaüpun hal-hal tersebut dïatas dïharapkan menjadï perhatian Pemerin­<br />

tah Daerah, namun tidak semua daerah cukup mempunyai kesadaran atau<br />

pengertïan yang memadal akan kebutuhan daerah itusendirs terhadap r : o -<br />

nya unit perencanaan daerah yang benar-benar kuat Dalam hal ïnï sskap<br />

dan pola pemïkïran Gubernur memegang peranan pentïng, misalnya saja<br />

untuk mengambil ïnisiatif melakukan kerjasama dengan perguruan *ïr;ggi<br />

didaerah tersebut atau daerah Saïn yang terdekat, atau ikut membina per­<br />

guruan tinggi yang sudah adatapï belum begïtu berkembang dalam rangka<br />

membina potensï ahlï dan peralatan yang bisa membanns pekerjaan peren­<br />

canaan darï Pemerintah Daerah, Dsberbagaï daerah terb uk t> bahwa pergu­<br />

ruan tinggi merupakan counterpart yang baik bagï Pemerintah Daerah un­<br />

tuk mengembangkan unït perencanaan daerah , Dalam ha! pencïptaon ker­<br />

jasama antara kedua lembaga tersebut peranan Pemerintah Pusat (Bappenas<br />

dan Departemen Dalam Neger?) akan sangat menentukan,<br />

H. MASALAH-MASALAH POKOK PEMBENTUKAN UNIT PERENCANAAN DAERAH<br />

21. Adanya berbagaï sudut pandangan, baïk darï segï Pusat maupun darï segi<br />

daerah tersebut dïatas memberikan pengertian kepada kïta bahwa masalah<br />

pembentukan dan pengembangan unït-unït perencanaan daerah bukan ha­<br />

nya merupakan masalah Pusat atau Daerah saja dan oleh sebab itu harus<br />

dïcarï pemecahannya secara sntegral, Dari pengalaman peneiïtïan dsber­<br />

bagaï daerah akhïrnya dïtemukan berbagaï masalah pokokyang menyangkut


-44-<br />

pembentukan dan pengembarsgan unït perencanaan daerah ini,<br />

Konsepsi Perencanaan<br />

22. Sebelumkira melangkah lebih lanjut untuk membentuk suatu unit perencanaan<br />

daerah, seyogyanya terlebih dahulu dïpïkirkan hal-hal yang lebih<br />

fundamentil yang mendasarï pembentukan lembaga tersebut. Sebab pada<br />

akhirnya proses instïtuslonalïsasi yang baik haruslah didasarkan pada konsepsi<br />

yang baikpula. Oleh sebab itu masalah pertama yang harus dipecah<br />

kan pada tingkat Pusat kemudian juga pada tingkat Daerah adalah masalah<br />

konsepsi perencanaan. Lembaga-lembaga perencanaan yang akan dibentuk<br />

atau dilembagakan akan merupakan refleksi dari konsepsi perencanaan<br />

tersebut dl atas.<br />

Konsepsi perencanaan akan menyangkut segi masalah jika dilïhat dari sudut-sudut<br />

pandangan sbb.s<br />

(A). Di lihat Dari Segi Proses<br />

23« Di lihat dari segi proses, maka perencanaan da lam arti yang luas akan menyangkut<br />

proses-proses sbb„ s<br />

(a) Proses pengumpulan^ pengolahan danpenyajian data untuk keperluan<br />

perencanaan.<br />

(b) Proses penyusunan rencana, sejak dari rencana-rencana jangka panjang,<br />

jangka menengah, program tahunan hingga kepada penyusunan<br />

proyek-proyek.<br />

(c) Proses pengawasan dan pengendalian operasionil pelaksanaan rencana<br />

pembangunan.<br />

(d) Proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian laporan untuk keperluan<br />

evaluasi,feed-back danbahanpenyusunan rencana seianjutnya.<br />

Dalam konsepsi perencanaan tersebut harus jelas tergambar hubungan antara<br />

berbagaï proses tersebut dl atas yang tercermin pula dalam hubunganhubungan<br />

institusionil dari berbagai lembaga, baik da lam dimensï horïsontal,misalnya<br />

diantara lembaga-lembaga setingkat pada setiap jenjang pemerintahan,maupun<br />

dalam dïmensi vertfkal,misalnya antara lembaga-lembaga<br />

Pusat sam pa? tingkat-tingkatterbawah.Konsepsi yang kemudian mencerminkan<br />

hubungan antara lembaga-lembaga tingkat Pusat seperti antara<br />

Bappenas dengan Sekretariat Pengendalian Operasionil Pembangunan, BPS,<br />

Badan Urusan Cess Pusat, Departemen Dalam Negeri (Ditjen Urusan Pemerintahan<br />

Umum dan Otonomi Daerah), Direktorat Tata Kota & Daerah,<br />

Departemen PUT, dst. selain perlu diperjelas dan diperbaharui fungsinya<br />

dalam hubungannya dengan proses perencanaan, yang terpenting juga adalah<br />

mempunyai refleksï vertikal kebawahsehïngga lembaga-lembaga ting-


- 45 -<br />

kat Propinsi menjadi jelas pula hubungan fungsïonïlnya dalam proses perencanaan<br />

daerah (lihat bagan yl )<br />

ö'lihat Dan' Seg» Tehnis<br />

24, Konsepsi perencanaan menyangkut pula pembidangan yang memiliki proses<br />

dan tehnik yang berlainan pula, yaitu :<br />

(a) Perencanaan ekonomi dan moneter<br />

(b) Perencanaan fisik<br />

(c) Perencanaan sosial & tenaga kerja<br />

(d) Perencanaan proyek, dimana umumnya digunakan peralatan analisa<br />

'cost & benefit' baik terhadap rencana-rencana ekonomi, fisik', maupun<br />

terhadap rencana-rencana sosial & tenaga kerja,<br />

(e) Perencanaan program yang menyangkutsejumlah proyek yang mempunyai<br />

kaïtan dalam sasaran pembangunan,<br />

(f) Perencanaan komprehensif (nasional maupun regional),<br />

Bagaimana menghubungkan berbagaï proses dan tehnik perencanaan tersebut<br />

diatas menjadi suatu proses perencanaan yang komprehensif akan memerlukan<br />

pemikiran dan konsepsi apabila proses tersebut diatas hendak dilembagakan<br />

dalam suatu unit perencanaan,<br />

(C). Di lihat Dari Segi Sasaran Perencanaan<br />

25, Konsepsi perencanaan ini juga menyangkut masalah ruang lingkup dar? sasaran<br />

perencanaan, khususnya mengenai hubungan antara sektor pemerintah<br />

dan sektor swasta, Selama ini pengertian •umum : tentang perencanaan<br />

di Indonesia adalah perencanaan yang dilaksanakan melalui proyek-proyek<br />

pemerintah, Perencanaan terhadap sektor swasta yang memerlukan tehnik<br />

perencanaan yang disebut planning by inducement'masih banyak terluput<br />

dari perhatian,<br />

Dï Aceh ADB telah mempunyai suatu bagian khusus yang mengatur masalah<br />

penanaman modal, baïk dalam rangka PMA maupun PMDN, bagian mana<br />

dimaksudkan untuk mengatur dan mengarahkan ïnvestasi swasta sesuai dengan<br />

tujuan-tujuan pembangunan dan kepentingan daerah. Namun dïberbagai<br />

daerah lainnya, sepanjang yang diketahuï oleh Team, masalah pengarahan<br />

sektor swasta ïnï belum dïkoordïnïr dalam fungsi unït perencanaan<br />

daerah, sehïngga karenanya, proyek-proyek ïnvestasi didaerah lebïh banyak<br />

dïtentukan oleh proses yang berlangsung pada tingkat Pusat.<br />

26, Pengarahan ïnvestasi dan sektor swasta ïnï akan menjadi masalah yang makin<br />

penting bagï Pemerintah Daerah, mengingat bahwa masalah ini sejalan<br />

dengan gagasan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, khusus-


-46-<br />

nya sektor ekonomi swasta dalam proses pembangunan, yaitu dalam rangka<br />

untuk lebih menjamin dicapainya tujuan-tujuan pembangunan seperti menaikkan<br />

pendapatan masyarakat didaerah, menyediakan lapangan kerja,<br />

meningkatkan pendapatan daerah darï pajak-pajak yang banyak dïtentukan<br />

oleh volume kegiatan ekonomi swasta, dst, Oleh sebab itu maka sasaran<br />

perencanaan dimasa-masa mendatanq akan me'uas kepada sektor swasta,<br />

hal mana membutuhkan pembaharuan konseps' perencanaan yang sekarang<br />

ini dilaksanakan.<br />

(D) Di lihat Dari Segi Jangka Waktu<br />

27, Dari segi jangka waktu, kita mengenai pula beberapa jenis naskah perencanaan<br />

sejak dari naskah-naskah perencanaan jangka panjang sampai kenaskah-naskah<br />

RAPBN/D, Dalam Bob II antara I ain telah dïkemukakan<br />

tentang beberapa jenis naskah perencanaan yang umumnya ada d«semua<br />

daerah, yaïtu naskah Repel ita serta rencana tahunan dan dibeberapa daerah<br />

telah dibuat pula naskah Pola Pembangunan yang terpisah dar? naskah<br />

Repelita. Yang menjadi pertanyaan adalah : apakah naskah-naskah Pola<br />

tersebut termasuk dalam naskah perencanaan jangka panjang atau jangka<br />

menengah, Dalam hal ins telah kita kemukakan pula tentang perbedaan<br />

naskah Pola dï Bali yang tidak menyeburkan jangka waktu berlakunya rencana<br />

tersebut dengan naskah Pola d? Aceh (1969-1973) dan Sulawesi Se-<br />

Selatan (1964-1968) yang dïbatasï jangka berlakunya,<br />

28, Yang belum dikemukakan adalah perlu tidaknya naskah perencanaan yang<br />

bernama Master Plan yang biasanya memaka> jangka waktu panjang. Dalam<br />

tinjauannyc kedaerah Bal? Team mencatot adanya sebuah Master Plan<br />

darï Parawïsata Bali dalam jangka waktu 20 - 25 tahun yang dïbuat oleh<br />

Sceto International Consultant atas pesanan dari UNDP-World Bank. Di<br />

Sulawesi Selatan kïta ketelhui juga adanya naskah Master Plan Kota Ujung<br />

Pandang. Yang tïdak kita temukan adalah suatu perencanaan jangka panjang<br />

tentang suatu daerah propinsi, Master Plan biasanya dibuat seboga?<br />

suatu perencanaan kota atau perencana tentang suatu growth pole,<br />

29, Adanya berbagaï jenïs naskah perencanaan yang dibeda-bedakan menurut<br />

jangka waktu yang ada didaerah tersebut meref leksïkan pula dïmens? dan<br />

ruang lingkup tugas perencanaan dari unit-unit perencanaan daerah, Sebagaimana<br />

juga telah kita kemukakan pada bagian ferdahulu, unit-unit<br />

perencanaan yang baru saja dïdirikan dan d'kembangkan itu mempunyai<br />

pengalaman yang berbeda-beda tentang penyusunan berbagaï jenis naskah<br />

tersebut , Umumnya pengalaman yang agak banyak telah didapatkan dalam<br />

penyusunan program tahunan serta bagaimana penjabarannya dalam bentuk<br />

RAPBN dan kumpulan DIP. Dalam hal penyusunan Repelita Daerah ADB<br />

termasuk dïantarasatu daerah yang memiliki pengalaman untuk menyusun-


- 47 -<br />

nya sendiri, Biro-biro Perbang dl Sulawesi Selatan dan Bali serta Bappeda<br />

di Jawa Timur hanya menggunakan naskah Repelita yang telah dibuat oleh<br />

team lain sebelumnya. Dan sejauh ini belum diadakan evaluasi kembcli<br />

terhadap naskah yang lama tersebut, Dalam memproyeksi fungsi dan tugas<br />

unit-unit perencanaan daerah yang akan datang tentulah perlu dipikirkan<br />

tentang konsepsi perencanaan di lihat dar? dimens? waktu tersebut. Pengertian<br />

yang menyeluruh tentang adanya berbagai jenis naskah perencanaan<br />

iersebutakan memper je las ruang lingkup fungsi perencanaan dari unit-unit<br />

perencanaan daerah,<br />

(E) Dilihat Dari Segi Jenjjang Pemerintahan<br />

30. Naskah-naskah rencana, khususnyc Repelita, telah dïbuatsejak dari tingkat<br />

nasional sampa? ket?ngkat-t?ngkat propinsi, kabupaten dan kota-madya.<br />

Ditinjau dari segi perencanaan regional tingkat propinsi, ketiga-tïga<br />

jenis naskah perencanaan tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.<br />

Kita mengetahui bahwa suatu proyek Repelita Nasional itu lokasinya adalah<br />

dïsuatu desa atau kota tertentu. D? kota atau desa yang sama bisa terdapat<br />

berbagai jenis proyek pembangunan, ada kalanya proyek-proyek<br />

Pehta Nasional, Pelita Kabupaten atau Pelita Kota-madya. Keseluruhan<br />

dar? proyek-proyek yang berbagai jenis tersebut secara bersama-sama memberï<br />

pengaruh terhadap proses pembangunan dalam kota atau desa tersebut .<br />

Namun luas pengaruh atau fungsi dari beberapa jenis proyek tersebut dalam<br />

proses pembangunan akan berbeda-beda, ada kalanya pengaruhnya<br />

terbatas da lam lingkungan perkembangan desa atau kota itu saja, bisa pula<br />

mempunyai arti tertentu dalam perkembangan wilayah propinsi atau mempunyai<br />

effek terhadap pembangunan nasional, Oleh sebab itu, baik Pemerintahan<br />

Propinsi, kabupaten, kota-madya, maupun pemerintah Pusat<br />

sendiri harus sekalïgusmemperhatikan berbaga? jenis rencana dan proyekproyek<br />

pembangunan yang berbeda-beda menurut jenjang pemerintahan<br />

tersebut.<br />

31. Dalam hal ini, baik Pemerintah Pusatmaupun Pemerintah Daerah harus memiliki<br />

pengerfian yangseragam mengenai jenis-jenïs perencanaan tersebut<br />

diatas, Suatu definis? yang dïsertaï dengan kriteria pembedaan diantara<br />

berbagai jenïs proyek tersebut dïatas perlu kiranya disusun dalam suatu<br />

konsepsi perencanaan yang ïntergral, Dalam rangka pembentukan dan pengembangan<br />

unït perencanaan tersebut suatu konsepsi perencanaan amat<br />

diperlukan, oleh sebab hanya dengan konsepsi yang jelas tersebut akan<br />

bisa diproyeks? struktur dan fungsi suatu unït perencanaan tersebut, bagaimana<br />

hubungan-hubungan vertikal maupun horïsontalnya terhadap badanbodan<br />

lain diluar unït perencanaan tersebut dalam hubungannya dengan<br />

proses perencanaan dari berbagaï jenis proyek tersebut.


Hubungan Pusat dari Daerah<br />

-48-<br />

3i., Masalah hubungan Pusat dan Daerah ini adalah merupakan masalah hubungan<br />

antara lembaga-lembaga Pemerintahan Pusat dan lembaga-lembaga<br />

Pemerintahan Daerah baik dari segi poliris admïnistratip dan administratip<br />

institutioniL Diantara masalah-masalah Pusat - Daerah yang menyangkut<br />

masalah perencanaan adalah : (lihat bagan VI!)<br />

(a) Bagaimana proses pengumpulan data-data perencanaan sejak dari tingkat<br />

desa, kabupaten dan kota-madya, propinsi hingga ketingkat Pusat,<br />

Hal ini menyangkut masalah pengumpulan data-data sektoral, data-data<br />

regional dan data-data aggregatif yang meiiputi semua sektor dan daerah<br />

(region).<br />

Dalam proses pengumpulan data ini rersangkut berbagaï hubungan si lang,<br />

yaïtu antara badan resmï yang bertugas mengumpulkan data seperti B PS dan<br />

aparat-aparat dïbawahnya, sumber-sumber data yang terdapat pada bagïan<br />

statistik dari badan-badan pelaksanaan pembangunan, (seperti misalnya<br />

bagïan statistik darï departemen-departemen atau dïnas, bank-bank dst ,),<br />

badan-badan perencanaan dipusat maupun didaerah, serta badan-badan<br />

pengawasan pelaksanaan pembangunan yang juga mengumpulkan data,<br />

(b) Bagaimana hubungan antara Bappenas dan Departemen-departemen dalam<br />

hubungan horisontal dan hubungan antüra kedua badan itu dengan<br />

unït-unïtdibawahnya atau dengan badan-badan/biro-biro/bagian-bagian<br />

perencanaan daerah,<br />

(c) Bagaimana proses pengawasan dan pengendalian operasionil pembangunan<br />

antara proyek-proyek Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten<br />

serta kota-madya,<br />

Masalah-masalah tersebut diatas, bukan sofa masalah pengaturan institusionil<br />

akan tetapi juga menyangkut pengaturan kekuasaan dan wewenang<br />

antara Pemerintah Pusat dan Pemerïntah-pemerïntah Daerah atau antara<br />

badan-badan ditïngkat pusat dan badan-badan dïtïngkat bawah Bac,a.' V '<br />

melukiskan gambaran tentang situasï institusionil yang menyangkut hubungan<br />

berbagaï badan-badan tingkat pusat dan daerah dalam proses pengumpulan<br />

data, penyusunan rencana, pembangunan dan pengawasan pelaksanaan<br />

rencana-rencana pembangunan,<br />

33. Masalah Pusat dan Daerah dapat juga dïlihatdari segi kebijaksanaan pembangunan,<br />

Misalnya saja yang mengatur mengenai perïmbangan keuangan<br />

antara Pusat dan Daerah yang antara lain mengatur masalah subsidi Pusat<br />

kepada proyek-proyek didaerah (tingkat Propinsi, Kabupaten dan Desa)<br />

masih dalam rangka penyusunan kembalioleh DPR dan karena itu segi kebijaksanaan<br />

ini menyangkut masalah koordinasidarfadminïstras! perenco-


BAGAN VII<br />

- 48a -<br />

HUBUNGAN VERTIKAL LEMBAGA-LEMBAGA PERENCANAAN


-49-<br />

naandan pengendalian operasionil pembangunan dari berbagai jenis proyek<br />

sejak dari Pusatsampaï ke daerah. "Pemerintah Pusat perlu mengetahui se~<br />

tiap jenis proyek selaïn proyek Pelita Nasional dan melakukan pengendalian<br />

sejak dari proses pengumpulan data sampai kepada proses pengawasan<br />

dan pengendalian operasionil. Darï baganVIH dapatdïlïhatbeberapa jenis<br />

proyek-proyek pembangunan, yaïtu : (1) Proyek Pelita Pusat, (2) Proyek<br />

Inpres, yang diatur dalam, Instruksï Presïden No.1/1971, (3) Proyek-proyek<br />

Pelita Daerah Propinsi, (4) Proyek-proyek Pelita Daerah Kabupaten,<br />

dan Kota-madya, (5) Proyek-proyek Pelita Daerah Kota-madya, (6) Proyek-proyek<br />

PMD, serta (7) Proyek bantuan Rp, 100.000,- per desa yang<br />

diatur dalam Keputusan Presïden No. 16/1969, (8) Proyek-proyek yang dibiayai<br />

oleh Dana Cess. Kesemua proyek ïtu memerlukanpenge : u • mengenai<br />

koordïnasï yang menyangkut proses dan prcsedur perencanaan.<br />

Darï tabel 1 dapat dïtarïk kesimpulan bahwa koordïnasï perencanaan darï<br />

proyek-proyek tersebut masïh dilakukan secara terpencar-pencar. Koor­<br />

dïnasï secara menyeluruh perlu dilakukan apabïla kïta ïngin mencari hu­<br />

bungan antara perencanaan jangka panjang dan menengah dengan peren­<br />

canaan tahunan dan perencanaan proyek-proyek. Distribusï wewenang pe­<br />

rencanaan dari proyek-proyek tersebut dï atas juga perlu diatur baik dalam<br />

dïmensï horïsonfal maupun vertïkal.<br />

Pembagïan Wïlayah Perencanaan<br />

34. Masalah pembentukan unit-unit perencanaan daerah menyangkut masalah<br />

pembagian wilayah-wïlayah perencanaan dan bagaimana pencerminamya<br />

secara institusionil. Kïta mengenai klasïfïkasï pembagian wïlayah peren­<br />

canaan sbb. :<br />

(A) Perencanaan nasional<br />

(B) Perencanaan regional dengan pembagianwïlayahsecaraadmï : stratip,<br />

dengan propinsi, kabupaten dst. sebagai unït-unïtnya.<br />

(C) Perencanaan inter-regïonal, dengan pembagïan wïlayah :<br />

(1) Menurut satuan pulau, seperti Sulawesi, Sumatera, Kalimantan,<br />

dst.<br />

(2) Menurut kesatuan-kesatuan ekonomi, mïsalnya satu kesatuan wï­<br />

layah yang menyangkut dua atau tïga propinsi sepertï Kalimantan<br />

Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan.<br />

(3) Menurut kesatuan geografis, yaknï antara daerah-daerah yang<br />

jaraknya berdekatan, mïsalnya antara Sulawesi Selatan dengan<br />

Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.<br />

(4) Menurut pengembangsn ïïsïk sepertï daerah alïran sungaï (river<br />

/ basïn development).<br />

(D) Perencanaan lok-? 1<br />

dan ïnterloka!, yaknï perencanaan dengan wïlayah<br />

kecïl yang diukur dengan proyek-proyek pembangunan, biasanya ber-


z<br />

<<br />

z<br />

D<br />

O<br />

z<br />

<<br />

CQ<br />

LU<br />

CL.<br />

V<br />

LU<br />

Ö<br />

Q£<br />

Q_<br />

LO<br />

z<br />

LU<br />

-><br />

LO<br />

z<br />

LU<br />

—1<br />

od<br />

Z<br />

z<br />

<<br />

u<br />

z<br />

LU<br />

Q£<br />

LU<br />

Q_<br />

— I—<br />

>z<br />

ca D


Tabel 1<br />

KOORDINASI 7 JEN!S PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN<br />

IENIS PROYEK P E N G U S U L KOQRWNATOR PEREN- KOORD! NA TOR PEREN-<br />

, CANAANFISIK CANAAN PEMBÜAYAAN<br />

lj Pelita Nasional Deparremen-departe- B A P P E N A S Ditjen, Anggaran<br />

\ m e n Departemen Keuangan<br />

•<br />

—L__ — • 1<br />

2.1 Proyek Inpress Bupati/Walïkota Biro Perbang (Pemda Pro- Biro Keuangan Pemda Pro-<br />

| pinsi)/Badan Perencanaan pinsï<br />

—} ; _ • :<br />

3J Pe|?ta Propinsi Dinas-dinas/kabupa- Biro Perbang/Badan peren- Biro Keuangan Pemda<br />

| ten/Kodya canaan Propinsi<br />

i • • ' ~ " " ' '<br />

4] Pelita Kabupaten Kepala Desa Bagian Perencanaan Pem- Bagian Keuangan Pemda<br />

i da Kabupaten Kabupaten<br />

J , . — A<br />

5) Pelita Kota-madya Dinas-dinas Kodya Bagian perencanaan Kod- Bagian Keuangan Kodya<br />

j ya<br />

I — — i<br />

ó\ Proyek Bantuan Kepala-kepala desa Bagian Perencanaan Pem- Bagian Keuangan Pemda j<br />

Rp.100.000,- per da Kabupaten Kabupaten<br />

desa j ^<br />

7. Proyek-proyêk PMD j Departemen Da lam Ditjen, Anggaran De-<br />

(termasuk dalam Peli- j Negeri (Ditjen. PMD) I B A P P E N A S partemen Keuangan<br />

ta Nasional) \<br />

i \ 1 1<br />

8. Proyek-proyek yang ! Dinas-dinas Kabupa- 1, Biro Perbang (Pemda | 1 Bodan Urusan Cess /<br />

dibiayai dengan Da- I ten Propinsi) | Pusat<br />

i n a Cess 2. Badan Urusan Cess \ 2. Badan Urusan Cess<br />

| J^L er<br />

f!!] | Daerah , • i


- 50 -<br />

sifat fisik,<br />

(E) Perencanaan desa dan kota, dengan unit-unit kota dan desa-desa sebagai<br />

sasaran perencanaan,<br />

35, Dengan adanya beberapa jenis pembagian wilayah perencanaan tersebut<br />

diatas timbul masalah sepertï mïsalnya : apakah tepat suatu unït perencanaan<br />

dibagi-bagi menurutsatuan-satuan admïnistratip, sebab hal demikian<br />

ini bisa menïmbulkan konflik antar propinsi atau konflïk antara Pusat dan<br />

Daerah. Dalam sejarah perencanaan di Indonesïa kita mengenai apa yang<br />

disebut 'Mokogïnta Plan'yang dimaksudkansebagai Master Plan Sumatera,<br />

atau 'Azhari Plan' yang dimaksudkan sebagai Master Plan Sulawesi, Kowilhan<br />

Indonesia Tïmurdewasa ini juga membentuk apa yang disebut Team<br />

Konsultasi Ekonomi Antar Daerah Indonesia Timur yang dimaksudkan sebagai<br />

suatu unit perencanaan yang sasarannya adalah wilayah antar daerah<br />

dï Indonesia Timur.<br />

36, Sebalïknya diberbagai daerah yang telah ma ju perencanaan lokal dipandang<br />

sangat penting. Di Jawa Tengah misalnya, Pemerintah Daerah Propinsi<br />

memiliki program 'Modernïsasi Desa' yang dengansendirinyamemandang<br />

perencanaan desa menjadi masalah yang penting, Di Jawa Timur perencanaan<br />

lokal yang lebih bersifat perencanaan fisik dipandang sangat<br />

penting, sehingga yang menjadi masalah didaerah itu adalah bagaimana<br />

membentuk unit-unit perencanaan fisik untuk mengembangkan kota-kota<br />

dan daerah. Wilayah Jawa Timur dipandang sebagai wilayah yang terlalu<br />

luas untuk dikoordinir oleh suatu unit perencanaan tingkat propinsi, sehingga<br />

karenanya dibutuhkan unit-unit perencanaan lokal dengan wilayah-wilayah<br />

yang lebih kecïl.<br />

37, Masalah pembagian wilayah tersebut diatas harus terlebih dahulu dipecahkan<br />

pada tingkat nasional, khususnya oleh Bappenas, Dengan adanya definisi-definisi<br />

wilayah perencanaan beserta fungsi-fungsi wilayah yangdiatur<br />

dalam kerangka nasional, maka tiap-tiap unit propinsi akan mengetahui<br />

fungsi wilayahnya masing-masing, baïk dalam perencanaan nasional,<br />

perencanaan propinsi maupun terhadap perencanaan-perencanaan lokal<br />

dalam wilayahnya. Dewasa ini Bappenas mempunyai bagian khusus dibawah<br />

Deputy Perencanaan Regional dan Daerah yang mempunyai fungsi<br />

sesuai dengan namanya, Namun dalam hal ini perlu dicatat bahwa dalam<br />

Repelita I, perencanaan yang dilakukan oleh Bappenas masih bertitik beratpada<br />

perencanaan sektoral, yakni mengkoordinir rencana-rencana dari<br />

departemen-departemen, Sementara itu pada masa 3 tahun pelaksanaan<br />

Repelita, Departemen PUTL telah mengembangkan aktivitas perencanaan<br />

regional yang bersifat fisik dalam rangka mengembangkan kota-kota dan<br />

daerah, Demikian pula, Departemen Dalam Negeri telah pula mengembangkan<br />

aktivitas perencanaan desa, Kedua aktivitas tersebut yakni pe-


- 51 -<br />

rencanaan fisik dan perencanaan desa sekarang ini telah mulai pula memperoleh<br />

respons dan' Bappenas,<br />

38, Proses perkembangan dibidang aktivitas perencanaan tersebut diatas sudah<br />

tentu akan mempunyai refleksi-refleksi tertentu dalam aktivitas perencanaan<br />

pada tiap-tiap daerah propinsi. Oleh sebab itu masalah pembagian<br />

wilayah perencanaan dalam rangka perencanaan nasional yang mempunyai<br />

hubungan eratdengan masalah-masalah perencanaan fisik untuk mengembangkan<br />

kota-kota dan daerah serta perencanaan desa baik dalam arti fisik<br />

maupun sösial akan bisa pula dicerminkan dalam struktur intern maupun<br />

fungsi darï un't perencanaan daerah. Secara lebih kongkritbcrangkali bisa<br />

dibayangkan tentang keperluan unit perencanaan daerah untuk mempunyai<br />

bagian-bagian yang berfungsi : (1) memberibantuan terhadap perencanaan<br />

nasional serta kerjasama perencanaan ïnter-regional dalam rangka perencanaan<br />

nasional, (2) perencanaan desa, baik dalam bentuk perencanaan<br />

fisik maupun sosial, dan (3) perencanaan untuk mengembangkan kotakota<br />

dan daerah dengan titik berat pada perencanaan fisik,<br />

Kedudukan Unit Perencanaan Daerah Dalam Struktur Oganisasi Pemerintah<br />

Daerah Propinsi<br />

39, Kedudukan unit perencanaan daerah dalam struktur <strong>org</strong>anisasi Pemerintah<br />

Daerah Propinsi erat hubungannya dengan fungsi dan wewenang dari unit<br />

tersebut dalam perencanaan daerah, Selama ini, unit perencanaan daerah<br />

sepanjang yang pernah diatur oleh Pusat pernah ditempatkan pada posisiposisi<br />

seperti digambarkan dalam Tabel 2 sebagaimana kita ketahui, Sekarang<br />

ini peraturan yang masih berlaku untuk unit perencanaan adalah Surat<br />

Keputusan Menteri Dalam Negeri No, 145/1969, namun karena dibeberapa<br />

daerah unit perencanaan yang bernama Biro Perbang tersebut kurang<br />

effektif, maka Gubernur KDH mengambil inisiatif sendiri-sendiri dan<br />

mengeluarkan Surat Keputusan sendiri-sendiri untuk membentuk unit perencanaan<br />

untuk memenuhi kebutuhan daerahnya masing-masing,<br />

Dari Tabel 3 dapat di lihat bahwa berbagai Gubernur cenderung untuk menempatkan<br />

unit perencanaan seperti posisi Bakopda dulu. Perbedaannya<br />

adalah bahwa : (a) Bakopda disusun dengan perf ïmbangan-pertimbangan<br />

representasi politis dan berbagai unsur politik dan kelompok kepentingan<br />

dal am masyarakat, sedangkan unit perencanaan daerah sekarang disusun<br />

dengan mempertimbangkan segi-segi tehnis, (b) Int? dari susunan Bakopda<br />

adalah unsur-unsur d?nas, sehingga Bakopdasebenarnya hanyalah merupakan<br />

badan koordïnator dar? perencanaan yang dilakukan oleh dinas-di-nas,<br />

sedangkan unit perencanaan sekarang merupakan badan yang tersendiri<br />

dengan staff yang diambil dar? luar dinas-dinas (di Sulawesi Selatan<br />

unsur perwakilan dinas digabung dengan unsur kemampuan individuil dari


Tabel 2<br />

B EB ERA PA KEPUTUSAN PEMERINTAH PUSAT MENGENAü<br />

UNÏT PERENCANAAN DAERAH<br />

N A MA U N I T P O S I S I ~T F U N G S 1<br />

I<br />

j :<br />

i ••'.•]'-.<br />

1, BA K O PDA Sraff Gubernur dimana Gyber- *; Koord i na tor Perencanaan Pemnur<br />

langsung menjadi ketuanya. ( bangunan Daerah,<br />

I f<br />

I 2. Biro Perbang Taktisoperasionil dibawah Gu- f 1. Pengumpulan Data & Surveyj<br />

I \ bernur, tehnis administratif di- l 2, Mengkoordinlrpenyusunan DlPj<br />

bawah Sekretarïs Daerah, di- Daerab & proyek-proyek i<br />

| koordinit oleh Administratif l Inpress 1<br />

i' : Pembangunan. I 3. Bantuan terhadap Pelita Pusat \<br />

f . I [ 4 . Pengawasan Pelita Daerah |<br />

r .) \ i<br />

| 3. Direktorat Pembinaan & ! Merupakan Direktorat dibawah \ 1, Pengumpulan, Analisa dan |<br />

' ; Pengembangan Daerah koordïnasï Gubernur Muda. I Penyajian Data i<br />

[ I 2. Peneiitian/pengembangan & 5<br />

ï pengawasan<br />

i I | 3, Perencanaan & penyusunan !<br />

; > program operasionil Dekonsen-<<br />

i l trasi<br />

r i •<br />

, _ 1 — i — , 1 ,<br />

*)<br />

Direktorat inï kita jumpai dalam struktur <strong>org</strong>anisasi Pemerintah Daerah<br />

di Bali dan Sulawesi Selatan sekitar tahun 1969 yang belum diketahui<br />

dasar hukumnya darï keputusan Pusat,


Tabel 3<br />

USAHA YANG DILAKUKAN OLEH GUBERNUR KDH<br />

UNTUK MEMBINA UNIT PERENCANAAN DAERAH<br />

N A M A U N I T P O S I S i F U N G S i<br />

1. ADB Aceh Badan Perencanaan dari Pemerïn- ( 1. Pengumpulan Data<br />

tah Daerah, langsung dibawah j 2. Penyusunan rencana Daerah<br />

Gubernur j 3, Perancangan RAPBD<br />

| 4, Pengawasan terhadap Pelita<br />

*)<br />

Daerah<br />

!<br />

2. Panitia 9 Sulawesi Selatan Staff tidak permanen dari Guber- 1. Membantu Gubernur dalam<br />

i |<br />

bemur j penyusunan Repel ïta Daerah ><br />

j - I<br />

3. Badan Perencanaan Pem- \ Badan Perencana Pemerïntah Dae- \ 1. Pengumpulan Data<br />

1 » ' l<br />

bangunan Daerah rah, langsung dibawah Gubernur {, 2. Penyusunan Rencana-renca- \<br />

t . f i<br />

\ na Daerah ;<br />

I I i<br />

j ( 3. Perancangan RAPBD [<br />

i' i<br />

I i 4. Pengawasan terhadap Pelita j<br />

! **) I<br />

Daerah & Pelita Nasional •<br />

i '1<br />

:<br />

*) . 1<br />

Pengawasan terhadap Pelita Nasional dilakukan oleh SPOP Daerah<br />

**\<br />

Pengawasan terhadap Pelita Nasional 8, Daerah dijadikan satu (SPOP Daerah tidak ada)


- 52 -<br />

kepaia-kepala dinas yang diangkat menjadi anggota Panitia 9), yang fungsinya<br />

tidak semata-mata mengkoordinir dinas-dinas dalam perencanaan,<br />

akan tetapi melakukan perencanaan yang komprehensif sendir i secara otonom.<br />

40. Pertimbangan untuk menempatkan unit perencanaan daiam struktur intern<br />

<strong>org</strong>anisasi Pemerintahan Daerah, adalah :<br />

(1) Segi wewenang perencanaan yang dimiliki oleh unit Perencanaan ter­<br />

sebut kebanyakan daerah menghendaki agoi unit perencanaan tersebut<br />

mempunyai wewenang yang penuh den luas dalam bidang perencanaan<br />

dan merupakan badan resmi satu-satunya yang memi liki wc enang meng­<br />

koordinir perencanaan untuk daerah tersebut.<br />

(2) Segi otonomi dari unit tersebut dalam melakukan perencanaan.<br />

(3) Segi effisiensi <strong>org</strong>anisasi dari unit tersebut, baik dalam tehn'h ar -<br />

canaan maupun administrasi. Termasuk didalamnya adalah pertimbang­<br />

an agar unit tersebut mempunyai budget yang dïtetapkan, dan penggu­<br />

naannya diatur sendiri oleh unit tersebut,<br />

41. Darï pertimbangan-pertïmbangan tersebut diatas, kecenderungan Pemerin­<br />

tah Daerah sekarang adalah menempatkan unit perencanaan dalam posisï<br />

sbb. :<br />

(1) Unït perencanaan ditempatkan dalam posisi langsung dibawah Guber­<br />

nur, agar memiliki wewenang yang cukup kuat Tentu saja ini dïser-<br />

tai dengan dïskrïpsi fungsi dan wewenang yang jelas dan tegas.<br />

(2) Unit perencanaan tersebut mempunyai ketua sendiri dimana ketuanya<br />

adalah seseorang yang bukan Gubernur atau Wakü Gubernur sendiri,<br />

yang dibantu dengan staff yang bekerja secara otonom dibawah pim-<br />

pinan dan koordïnasï ketua unit perencanaan itu sendiri.<br />

(3) Unit tersebut dilengkapi dengan staff tehnïs pelaksanaan fungsi peren­<br />

canaan serta bagian khusus yang mengatur administrasi dari unit ter­<br />

sebut yang biasanya diwujudkan dalam bagian tata-usaha.<br />

42. Untuk menetapkan posisi dari unit perencanaan tersebut dibutuhkan kepu­<br />

tusan dari Pemerintah Pusat yang harus dirundingkan antara Departemen<br />

Dalam Negeri dengan badan-badan yang ada hubungannya dengan masa­<br />

lah pembentukan unit perencanaan, seperti Bappenas, BPS, PUTL, dll.<br />

Sudah barang tentu ketetapan dar» Pusat teisebut harus didasarkan pula pa­<br />

da kondisi dan kepentïngan-kepentingan dae-ah


- 53 -<br />

Struktur Intern Organisasi Darï Unit Perencanaan Daerah<br />

43 „ Struktur intern <strong>org</strong>anisasi darï unït perencanaan daerah tergantung dari luas-<br />

an (scope) fungsi dar? unït itu sendiri, Sebaliknya juga suatu struktur or­<br />

ganisasi darï unït perencanaan harus mampu mencerminkan fungsi dari unït<br />

tersebut, Sebagaimana kita kemukakan terdahulu fungsi perencanaan akan<br />

meliputï fungsï-fungsï s<br />

(a) Pengumpulan data dan survey untuk perencanaan dan pengawasan,<br />

(b) penyusunan rencana-rencana pembangunan, baïk yang sïfatnya regio­<br />

nal komprehensif maupun sektoral, jangka panjang maupun program<br />

tahunan dan proyek-proyek,<br />

(c) pengawasan dan pengendclïan operasionil pembangunan,<br />

Fungsi ïnï menyangkut juga masalah pembidangan perencanaan sepertï mï­<br />

salnya perencanaan ekonomi, fïsïk, sosial & tenaga kerja, moneter dan<br />

perencanaan proyek Berdasarkan deskripsï tentang fungsi perencanaan itu<br />

maka dïsusunlah suatu struktur <strong>org</strong>anisasi yang mencerminkan dan mendu-<br />

kung fungsi unït perencanaan tersebut<br />

44„ Struktur <strong>org</strong>anisasi intern ïnï juga merupakan fungsi darï susunan masalah<br />

45 0<br />

ekonomi daerah dïtïnjau secara sektoral Pembïdangan secara sektoral ini<br />

bisa berbeda-beda pada tiap-tiap daerah Cara pembidangan juga bisa<br />

memakaï krïterïa yang berbeda-beda Satu daerah bisa membïdangkan ba­<br />

gian-bagian darï unït perencanaan menurut sektor-sektor pembangunan,<br />

daerah lain bisa berdasarkan krïterïa menurur ukuran proses perencanaan,<br />

Selaïn pembagïan secara sektoral, dapat pula dilakukan pembïdangan ber­<br />

dasarkan konsep pembagïan wïlayah, Dalam pengaturan struktur intern or­<br />

ganisasi intern darï unït perencanaan daerah perlu dïpïkïrkan adanya ba­<br />

gian-bagian yang memikirkan g<br />

(1) Bantuan terhadap perencanaan nasional dan kerjasama dalam perenca­<br />

naan inter-regïonal,<br />

(2) Perencanaan desa, baik perencanaan sosial maupun fisik dari desa­<br />

desa,<br />

(3) Masalah pengembangan kota-kota dan daerah dengan titik berat pada<br />

perencanaan fïsïk,<br />

Adgnya pembagïan susunan <strong>org</strong>anisasi tersebut dïatas sudah tentu tergantung<br />

dar? konsepsi perencanaan sebagaimana telah kïta kemukakan pada bagïan<br />

terdahulu dan bagaimana fungsi pemerintahan propinsi dalam proses peren­<br />

canaan secara keseluruhan,<br />

46, Dar?" unït-unït perencanaan yang ada sekarang kïta melihat dua macam po­<br />

lo dan <strong>org</strong>anisasi intern, yaïtu (1) Pola Aceh, dengan pembagian dan pem-


-54-<br />

bidangan menurut krïteria sektoral, dan (2) Pola Jawa Timur dengan pembagian<br />

dan pembidangan menurut krïterïa fungsï dan proses perencanaan,<br />

sehingga didapatkan bagian-bagian utama seperti : bagian survey dan pengumpulan<br />

data, bagian perencanaan, dst Sudah tentu dua macam pola<br />

itub'sa dïkombinasïkan Namun


- 55 -<br />

kemampuan daerah untuk mengïsï staff„<br />

5Ü. Unit perencanaan daerah akanmemerlukan tïga macam poia keahlïan, yaitu<br />

s (1) staff yang memiliki keahlïan ïnfer-dïsïplïner yang dibutuhkan sebagai<br />

tenaga pïmpïnan yang memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang<br />

masa bh-masalah pembangunana^ijpe/encanaandaerah, (2) staff yang<br />

memiliki keahlïan-keahlïan khusus untuk berbagai sektor pembangunan sebagai<br />

tenaga perencana sektoral, dan (3) tenaga-tenaga yang tekun tapi<br />

krealsp untuk menangani tugas-tugas dibidang pengumpulan data dan survey<br />

serta pengawasan rencana-rencana pembangunan.<br />

Karena suksesnya pelaksanaan fungsï unït perencanaan daerah t ingkat Propinsi<br />

ïnï tergantung juga dari unït-unït tingkat yang jauh lebïh bawah,<br />

maka persoalan staff ïnï juga menyangkut petugas-petugas perencanaan<br />

pada tingkat kabupaten, kota-madya dan desa juga B<br />

51 . Untuk tenaga-tenaga pada tingkat Propïnsï, diperlukan staff yang mempunyai<br />

kemampuan setingkat dengan sarjana, demikian juga untuk tenagatenaga<br />

pïmpïnan pada unït perencanaan tingkat kabupaten dan kota-madya .<br />

Sebab ïtu persoalan staff ïnï erat hubungannya juga dengan kemampuan<br />

produksi univers' ;<br />

CK-univers; sas setempat'serta rersedlanya tenaga ah!'? setempat,<br />

Kesulïtan yangdïa'amï oleh daerah dengan staff ïnï adalah bahwa<br />

sekalïpun suatu daerah memïlïkï 'putera-putera'-nya yang belajar dï universïtas-unïversïtas<br />

dilaïn daerah namun banyak dïantara mereka yang telah<br />

Sulus, termasuk tenaga-tenaga yang terbaïk darï 'putera-putera' itu<br />

enggan untuk kembalï kedaerahnya masïng-masïng, karena daerah tersebut<br />

dianggap tïdak memben harapan bagï per.kémbangara karïer mereka.<br />

52 Untuk mengatasï kesuiïtan staff ïnï, beberapa daerah mempraktekkar» sistim<br />

kerja 'part-time", dïmana untuk sebagïan dïpakaï tenaga-tenaga dan<br />

universitas atau darï kantor-kantor pemerintah laïnnya (biasanya darï dinas-dinas<br />

propïnsï). Pekerjaan rangkap ïnï tïdak memungkïnkan effïsïensi<br />

dan kwalïtas pekerjaan yang baïk. Namun ïnï Sah yang bïsa dilakukan untuk<br />

mengatasï persoalan staff ïnï.<br />

53. Cara lain untuk mengatasï persoalan staff dibeberapa daerah adalah dengan<br />

melakukan kursus-kursus dan traïnïng-traïnïng. Namun ini juga memakan<br />

tempo dan biaya. Kesulitan lain darï persoalan staff ini adalah bahwa tenaga—<br />

*e- 3ga pengajar kursus biasanya diambïlkan darï Pusat (Bappenas,<br />

BPS, PUTL, dll) yang sebenarnya juga masih terbatas, baïk dï lïhat darï<br />

jumlah orang maupun dï lïhat darï segi waktu dan biaya.<br />

54. Penem pa tan sta ff pada bagïan-bagïan tersebut dï atas tïdak mestï harus men<br />

rut latar belakang pendïdïkan akademïsnya, bahkan tentang hal ini ha-


" 56 °"<br />

rus ada f leksibilïtas. Hanya saja kesulïtannya, staff yang demikian harus<br />

mempunyai kelebihan lain yaïtu kemauan belajar dan kreativitas, tentang<br />

hal mana sulit untuk diatas?.<br />

Masalah Pembiayaan dan Peralatan<br />

55. Suatu unit perencanaan yang aktip juga mempunyai konsekwensi d?b?dc'- ,<br />

g<br />

pembiayaan danperalatanc ADB Aceh misalnya, untuk tahun l°7 1<br />

/72 r elah<br />

menghabiskan biaya budgeter sebesar Rp, 10,4 juta, yaitu Rp. 4,9<br />

untuk biaya rutin dan Rp. 5,5 untuk biaya pembangunan. Untuk Bappeda<br />

Jawa Timur telah disediakan biaya (yang ditetapkan dalam RAPBD) sebesar<br />

Rp.30,- juta untuk tahun 1972/1973.<br />

Badan perencanaan yang lebih muda dan masih dalam taraf perkembangan<br />

sepertï Biro Perbang Bali hanya menghabiskankira-kira Rp.850.000,- pada<br />

tahun 1970/1971 oleh karena pembiayaan in? tidak ditetapkan secara<br />

khusus, melaïnkandimasukkan pada rekening pembiayaan dari Sekretariat<br />

daerah. Namunsuatu badan perencanaan yang otonom yang telah mengetahui<br />

fungsinya yang luas ïtu sudah tentu akan memperkirakan biaya yang<br />

cukup tinggi. Ini tentu saja merupakan kesulitan bagi Pemda.<br />

56. Unït perencanaan yang baik, tentu akan memerlukan peralatan yang banyak<br />

sepertï reproduction unit, alat-alat peragaan, mesin-mesin tik dan<br />

mesin-mesïn hïtung,alat-alat gumbar,dst. Untuk pengumpulan dan pengolahan<br />

data bahkan sekarang telah digunakan alat komputer. Kesemuanya<br />

itu memerlukan biaya yang besar dan harus dibina secara bertahap,<br />

Pengawasan dan Pengendalian Operas!onïl Pembangunan.<br />

57. Perencanaan dalam art? luas sebagaimana kïta ketahui mencakup fungsi<br />

pengawasan dan pengendalian operasionil dari pelaksanaan rencana-rencana<br />

pembangunan. Setidak-tïdaknya,jika fungsi itu dianggap terpisah<br />

dari fungsi perencanaan da lam arti yang lebih sempit, maka fungsi pengawasan<br />

dan pengendalian operasionil sangat erat hubungannya dengan fungsi<br />

perencanaan, oleh sebab kriteria dalam pengawasan dan pengendalian tersebut<br />

tïada laïn adalah rencana-rencana pembangunan itu sendiri. Ditingkat<br />

Pusat, fungsi tersebut dïatas dïlaksanakan oleh Sekretariat Pengendalian<br />

Operasïonï! Pembangunan (ïnï ïstilah yang dipakcn dï daerah sendiri)<br />

.Dï tingkat Propïnsï fungsï tersebut dilakukan oleh SPOP Daerah yang<br />

dibentuk dengan mencontoh badan yang ada di Pusat. Diberbagai daerah<br />

badan yang berfungsi serupa dengan SPOP ïtu, yaitu melakukan pengawasan<br />

dan pengendalian operasionil terhadap proyek-proyek Pelita Nasional<br />

ïtu mungkïnmempunyai nama laïn, seperti misalnya kalau di Sulawesi<br />

Sela^ön namanya adalah Team Pengawas Pelita Nasional dan di Jawa


- 57 -<br />

Timur bemama Staff Khusus Urusan Repel ïtö'jöwü Tïfflur yang sejak 1 April<br />

1972 telah diintegrasikan kédölöm Bappeda jatim.<br />

58, Masalah pelembagaan dari fungsi kontrol tersebut diatas sebenürnya harus<br />

dïlïhat secara lebih fundament!I lagï yang menyangkut : (1) konsepsi dari<br />

fungsï kontrol, (2)obyek atau sasarandürï fungsï kontrol tersebutyaitu yang<br />

menyangkut berbagaï jenïs proyek - proyek pembangunan, Darï tabel 4,<br />

dapat dïlïhat hubungan antara fungsï kontrol dan lembaga kontrol, sedangkan<br />

pada tabel 1 atau bagan VIII kïta lïhat adanya 8 jenïs pröyek- proyek<br />

pembangunan,<br />

Dïtïnjau darï segï konsepsi kïta melihat adanya 3 jenis kontrol yaitu s<br />

(öf) kontrol terhadap pelaksanaan operasïonïl dar? rencana-rencana pembangunan,<br />

khususnya yang menyangkut progres fisik dan keuangan, (b)<br />

kontrol kwalïtas(qualïty control) khususnya yang berhubungan dengan soal-<br />

soal tehnis dan admrnistratïp keuangan dari pelaksanaan proyek-pro-<br />

«yek, (c) kontrol dalam rangka feed - back perencanaan, atau kómbïnasi<br />

darï jenïs kontrol tersebut diatas, Kontrol kwalitas sekarang ini adalah jelas<br />

merupakan tugas darï lembaga Inspektorat pada tïap-tiap departemen,<br />

atau pada Pemerintah Daerah Propïnsï, Yang menjadi<br />

rang adalah, apakah pada tingkat propïnsï, kabupaten dan köfö - fflüdya<br />

fungsï kontrol terhadap pelaksanaan operasïonïl (pengendalian Operasionil)<br />

pembangunan perlu dïgabungkan dengan fungsï kontrol sebagai feed-back<br />

perencanaan dalam satu badan, Dï Jawa Timur fungsï SPOP sekaligus dilaksanakan<br />

oleh Bagïan Pengawasan darï Bappeda ,<br />

Darï segï sasaran kontrol, dïjumpa? masalah tentang perlu atau tïdaknya<br />

, dilakukan koordïnasï kontrol dïantara berbagaï jenïs proyek yang tercantum<br />

pada tabel 1. Dengan kata lain, apakah perlu SPOP Pusat dan Daerah<br />

melakukan kontrol terhadap semua jenïs proyek dalam satu kesatuan. Diberbagaï<br />

daerah kontrol terhadap proyek Pelita Nasional dilakukan secara<br />

terpisah darï proyek-proyek Pelita Daerah (kabupaten, Lu ma:', • dan<br />

propinsi), Demikian pula SPOP Pusat hanya melakukan kontrol terhadap<br />

proyek-proyek Pelita Pusat safa, Keperluan koordïnasï dan ïntegrasï ïnï<br />

adalah, agar Pemerintah Pusat bisa mengetahuï tentang semua jenïs proyek<br />

dan dengan demïkïan pula mengetahui secara keseluruhan darï proses pembangunan,<br />

Demikian pula Pemerintah Daerah bisa mengetahuï apa yang sedang<br />

terjadï didaerahnya, dan bukan sekedar mengetahui proyek-proyek<br />

daerahnya sendiri-sendiri, tetapi tïdak atau kurang mengetahui proses pembangunan<br />

yang tïmbul darï proyek-proyek Pemerintah Pusat didaerah-daerah,<br />

Langkah ïntegrasï dan koordïnasï terhadap kontrol berbagaï jenïs proyek<br />

ïtu telah dilakukan dï Jawa Timur dengan adanya Bappeda, dïmana<br />

fungsï SPOP d? egrasi'kan kedalam badan tersebut.


Tabei 4<br />

HUBUNGAN ANTA! BEBERAPA Lb<br />

BAGA DENGAN FUNGSI KONTROL<br />

I N S T I T U S I FUNGS! KONTROL<br />

1 „ SPOP Kontro! terhadap pelaksanaan operasionll :<br />

- bersifat fisik<br />

- keuangan<br />

2. Inspektorat Kontrol kwal! tas (quality control)<br />

i<br />

- te h nis<br />

Q<br />

I<br />

- administratip keuangan<br />

3. Bagian Pengawas dari Biro 1 „ Kontrol terhadap pelaksanaan operasioni!<br />

Perencanaan Daerah 2. Mendapatkan feed-back perencanaan<br />

4. Badan Urusan Cess Kontrol terhadap pelaksanaan operasionil<br />

penggunaan da na cess :<br />

- bersifat fisik<br />

- keuangan


- 58 -<br />

Pelaksanaan Fungsi Perencanaan Dorï Segï Proses Dan Tehnik.<br />

59, Masalah pelaksanaan fungsï perencanaan, terutama dïlïhat darï segï proses<br />

akan mengandung pula masalah yang sïfatnya institusionil, yaïtu yang menyangkut<br />

badan-badan laïn, khususnya badan-badan eksekutïf. Dï berbagaï<br />

daerah , proses dan prosedur yang resmi yang menyangkut ke Jasa» a dari<br />

berbagaï instansi ïtu umumnya belum dirumuskan, Ini kerapkalï menïm -<br />

bulkan ketïdak pastïan dari lembaga-lembaga yang bersangkutan tersebut<br />

dalam melakukan tugas-tugas perencanaan bersama-sama dengan unït perencanaan<br />

daerah Dï Aceh, Team menjumpaï rumusan proses dan prosedur<br />

perencanaan yang menyangkut kerja sama dï antara instansi pemer *. ntah daerah<br />

darimanakita mf lïhat pula tata hubungan antara ADB der^an berbafjaï<br />

instansi sepertï DPRD Tingkat I, Bïro Keuangan, dinas-dinas dan SPOP dari<br />

mana dapat kita lihat pula bagaimana Rencana dan Anggaran Tahunan<br />

dïproses sejak darï semula (yang bersumber darï Jinas-dïnas) hïngga sampaïpada<br />

kontrol pelaksanaan darï proyek-proyek dalam rencana tersebut.<br />

Proses dan prosedur tersebut dï atas tentu saja terbatas hanya dalam hal penyusunan<br />

Program dan Anggaran Tahunan, !nï dïsebabkan karena unit-unit<br />

perencanaan daerah yang ada sekarang ïnï fungsïnya masih begïtu terbatas<br />

pada atau dïsekïfar penyusunan rencana-rencana proyek saja, Sebagaimana<br />

kïta ketahui fungsï unït perencanaan tïdak sekedar hanya terbatas pada<br />

fungsi penyusunan proyek-proyek tahunan saja, tapï proses perencanaan<br />

secara keseiuruhan^ Olehsebab itu rumusan tentang proses dan prosedur darï<br />

berbagaï fungsï perlu pula dirumuskan, Persoalan ïnï akan kïta lïhat lebih<br />

jelas lagï jïka kita melihafrnyq dar* dimensï waktu, Team telah menjumpaï<br />

beberapa eon? oh darï proses dan prosedur perencanaan Rencana dan A~ -<br />

garan Tahunan dalam dïmensï waktu Dalan hal ïnï kïta mengetahuï pula<br />

bahwa jangka waktu pelaksanaan fungsi perencanaan dapat dïbagï dalam<br />

lima tahunan (sesuaï dengan jangka waktu masa tugas Gubernur), tahunan,<br />

bulanan dan seterusnya Inï akan menjangkau berbagaï tugas, tïdak saja<br />

dalam perencanaan satu tahun, tapï juga lïma tahun (Repelita Daerah),<br />

bahkan juga tugas perencanaan jangka panjang yang memerlukan jadwal<br />

(time schedule) untuk berbagaï tugas dalam melaksanakan fungsï ïtu,<br />

60i Proses perencanaan, sebagaimana telah kita kemukakan pada bagïan terdahulu,<br />

akan menyangkut pula masalah kerjasama antar dïsipiïn, yaïtu dalam<br />

dimensï tehnis Ini juga mengandung implïkasï-ïmplikasï tata hubungan<br />

institusionil yang perlu dirumuskan pedoman-pedomannya, Dalam hal ini<br />

per lu dïbuat semacam 'manual' (yang hï-ngga kïni belum ada) tentang proses<br />

dan tehnik perencanaan, seperti misalnya dalam bïdang perencanaan<br />

fïsïk, mone^er, sossal,dan seterusnya baïk yang menyangkut masalah-masalah<br />

perencanaan pada umumnya, maupun yang menyangkut perencanaan<br />

suatu proyek.


- 59 -.<br />

Suatu manual, dewasa ïnï amat diperlukan bukansaja ogar pekerjaan perencanaan<br />

daerah itu sendiri bisadilaksanakansecara lebïh efisïen dilihat darï<br />

segi regional maupun nasional, melaïnkan juga untuk mencapaï keseragaman<br />

dalam proses perencanaan d? berbagaï daerah„ Dewasa ïnï, karena<br />

belum ada pedoman perencanaan, maka Bagiar» Perencanaan Regïoral<br />

Bappenas terpaksa harus banyak menyedïakan waktu untuk memberikan konsultasï<br />

kepada unit-unit perencanaan daerah dan Pemerintah Daerah Propïnsï<br />

dalam tugas-tugas perencanaan daerah, Pemerintah Daerah juga untuk<br />

mengatasi kesuiitan tehnik tersebut harus menyelenggarakan workshop-workshop<br />

yang antara lain untuk memanfaatkan keahlïan-keahlïan darï F c<br />

atau dari daerah-daerah laïn (universitas, lembaga penelitian atau pejabat-pejabat<br />

daerah lain) yang tïdak diperoleh dï daerah-daerah yang bersangkutan,<br />

Dengan adanya manual, maka pembinaan kemampuan tehnis darï<br />

unït-unït perencanaan daerah tersebut bisa dilakukan secara lebih efisïen»


- 60 -<br />

BAB IV<br />

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN UMUM<br />

Proses Pembinaan Un«t Perencanaan Daerah<br />

1 o Setiap daerahtelah merintis pembentukan unit perencanaan didaerah masingmasing,<br />

tetapi berhubung dewasa ini belum ada peraturan atau undang-undang<br />

yang mengatur secara seragam pada tingkat nasional cara peng<strong>org</strong>anisasian<br />

dan cara kerja unit perencanaan daerah, maka sebagai akibatnya terdapat<br />

bermacam corak ragam unit perencana daerah, Perbedaan antara berbagai<br />

unit planning daerah terutama terdapat pada segi institusionil, strukturil, cara<br />

kerja, dan effektivïtasnya, Perbedaan itu tïmbul karena berbagai alasan,<br />

antara lain karena :<br />

(a) Perbedaan padasumber-sumber (resources) yangtersedïa pada setiap daerah,<br />

seperti kemampuan merekrut staf yang baïk, kemampuan dalam pembiayaan,<br />

dan sebagaïnya.<br />

(b) Persepsï tïap daerah terhadap kegiatan perencanaan yang berbeda, misalnya<br />

ada daerah yang menganggap kegiatan perencanaan daerah ïdentik<br />

dengan perencanaan ekonomi, sehïngga unït perencanaan di daerah<br />

itu melihat proyek-proyek pembangunan terutama darï sudut ekonomi saja „<br />

(c) Perbedaan pada sïfat kepemïmpïnan lokal (local leadership).<br />

(d) Kondisï daerah yang berlaïnan, baïk yang menyangkut kekayaan daerah,<br />

kondïsï prasarana, tradïsï, kondïsï geografis, jumlah penduduk, dan sebagai<br />

nya-,<br />

2, Daerah telah juga merasakan, bahwasanya unït planning daerah memerlukan<br />

bïmbïngan dari Pemerintah Pusat, Tetapi jelas dïrasakün bahwa dalam rangka<br />

pembinaan unit perencana daerah itu bimbïngandarï Pemerintah Pusat itu masih<br />

kurang sekalï, dan bi la ada, seperti yang kïnï telah dilakukan oleh Departemen<br />

Pekerjaan Umum dan Tenaga Lïstrïk, pelaksanaannya belumdïkoordïnasïkan<br />

dengan baïk, merafa dan terarah, Padahal "bïmbïngan ïtu diperlukan<br />

sebab :<br />

(a) Sumber-sumber (resources) banyak terdapat dï Pusat, sepertï pengalaman,<br />

ketrampïian dan keahlïan.<br />

(b) Banyak masalah daerah yang tak dapat dïtanggu langï tanpa campur tangan<br />

Pusat.<br />

(c) Banyak masalah Pusat yang perlu dïtanggula'gïdengan bantuan daerah.<br />

(d) Perlu dïbina kerjasama antar daerah dalam bidang perencanaan pembangunan<br />

daerah „<br />

«


-61 -<br />

3. Jadi jelasJah, bahwa bïmbïngan ïtu tidak sekedar menguntungkan unit perencanaan<br />

daerah, tetapi akan juga membawa banyak manffoï bagi Pemerintah<br />

Pusat sendiri. Hal ini dïsebabkan, karena unit perencanaan daerah yang baik<br />

dengan sendirmya akan dapat banyak membantu Pemerintah Pusat, terutama<br />

dalam penyediaan informasi dan data perencanaan yang tepat. Disamping itu<br />

campur tangan Pusat dalam pembinaan unit perencanaan daerah akan memung»<br />

kinkan terbinanya kerjasama antar daerah dalam bidang perencanaan pembangunan,suatu<br />

kondisi yangmutlak diperlukan bagi terlaksananya pembangunan<br />

nasional yang baïk. Dewasa ïnï sinkronisasi dari rencana pembangunan daerah<br />

yang satu dengan rencana pembangunan daerah yang lain masih sukar dilaksanakan<br />

tanpa bïmbïngan dan pengarahan darï Pusat.<br />

4. Berdasarkanpengalaman-pengalaman penelitian sebagaimana telah dilaporkan<br />

dalam bab-bab terdahulu, berïkut ini akan kita coba sïmpulkan pokok-pokok<br />

gagasan tentang unit perencanaan daerah, berdasarkan mana saran-saran umum<br />

akan kïta coba rumuskan da lam rangka pengembangan unit perencanaan daerah.<br />

Sebelum kïta sampai pada saran-saran umum yang lebïh terperincï, ada baiknya<br />

kïta kemukakan terlebïh dahulu logïka dari proses pembinaan Unit Perencanaan<br />

Daerah berdasarkan kesïmpulan darï laporan yang telah kïta kemukakan<br />

dalam bab-bab terdahulu 5<br />

Pertama, terlebïh dahulu perlu kïta rumuskan pengertian dan batasan kita tentang<br />

perencanaan darï berbagaï sudut pandangan. Darï rumusan tersebut kita<br />

akan memperoleh pengertïan tentang ruang lïngkup tugas perencanaan dengan<br />

berbagaï jenïs perencanaan yang kïta ketahuï.<br />

Kedua, berdasarkan konsepsi perencanaan tersebut kïta akan memperoleh refleksï<br />

tentang ruang lïngkup fungsï perencanaan yang menjadi tugas darï Unit<br />

Perencanaan Daerah. Sudah barang tentu darï konsepsi tersebut kita akan juga<br />

memperoleh pengerf:dn tentang berbagaï fungsï perencanaan yang tïdak menjadi<br />

tugas darï Unït Perencanaan Daerah, karena fungsï tersebut mïsalnya saja<br />

adalah merupakan tugas dar? badan-badan laïn, sepertï Bappenas, Bagian Perencanaan<br />

Kabupaten dan Kota Madya, dan seterusnya.<br />

Tugas dar? Unit Perencanaan Daerah tingkat Propïnsï tersebut perlu dikukuhkan<br />

dengan undang-undang atau peraturan pemerintah yang merupakan dasar hukum<br />

darï bekerjanya Unit Perencanaan Daerah tersebut. Dalam undang-undang/peraturan<br />

pemerintah tersebut akan tercermïn apa yang menjadi tugas dan wewenang<br />

Unit Perencanaan Daerah dan secara ïmplïsit akan dapat diketahuï juga<br />

apa yang bukan termasuk dalam tugas dan wewenangnya.<br />

Ketiga, secara keseluruhan, tugas umum dan ruang lïngkup perencanaan tersebut<br />

di atas dilembagakan dalam <strong>org</strong>anïsa'. • Unït Perencanaan Daerah. Tugas<br />

umum darï Unit Perencanaan perlu dïperïncï untuk bisa mendapatkan gambaran<br />

tentang bagïan-bagïan yang dïperlukan oleh unit untuk melaksanakan semua<br />

tugas yang telah ditetapkan.


-62-<br />

Struktur Un«t Perencanaan Daerah bukansaja merupakan penjumlahan dar? baï-ïri-bagian<br />

yang telah ditetapkan, me!a?nkan pula merupakan totalitas <strong>org</strong>anisasi<br />

dimanu tercermjn hubungan timbal balïk antara bagian-bagian yang telah<br />

ditetapkan hubungan mana mampu memberi dukungan terhadap fungsi umum<br />

dan fungsi yang pokok dari unit,<br />

Dar? uraïan-uraïan pada bab-bab yang terdahulu kita melihat bahwa fungsi unït<br />

perencanaan daerah ïnï tidak berdïri sendiri ° la mempunyai pula hubungan-hu-<br />

bungan eksternal, baïk yang sïfatnya vertïkal (mïsalnya dengan Bappenas atau<br />

dengan unït-unït perencanaan tï gkat kabupaten & Kota Madya) maupun yang<br />

sïfatnya horïsontal (nr'salnya saja dengan Bïro Keuangan Propinsi, dïnas-dinas<br />

propinsi, Kantor Sensus Penduduk & Statistik, dan laïn-laïn instansi tingkat<br />

Propïnsï)/ yaitu berupa hubungan-hubungan fungsionil maupun admïnïstratïf,<br />

Seianjutnya stru s<br />

! T <strong>org</strong>anïsas'yang telah d'tetapkan untuk men ja lankan fungsi<br />

umum aan fungsi yang lebïh terper'nci dar' unit ïtu harus didukung oleh tïga<br />

faktor utama yaitu<br />

(a) Adanya sar ana-sa a a penunjang, sepertï mïsalnya bagïan-bagïan keuang­<br />

an & seKretarïat studio, bagïan hubungan masyarakat dll, yang sebenar-<br />

nya sudah te


-63-<br />

tusan Gubernur dan merupakan refleksi lebih lanjut dari fungsï perenca<br />

naan yang telah dïtetapkandalam perumusan yang lebïh terpenncS dan lebih<br />

je las c<br />

(b) Untuk setiap pe*ugas, baik pïmpïnan maupun staff, memerlukan pedoman<br />

kerja, baïk yang menyangkut tugas-tugas ristin, tugas-tugas yang tïdak<br />

rutin (bisa bersifat bulanan atau tahunan), maupun untuk tugas»tugas khusus<br />

yang berhubungan dengan rencana-rencana jangka panjang atau rencana-rencana<br />

yang diperlukan sewaktu-waktu o Untuk pedoman tersebut<br />

diperlukan semacam deskrïpsï pekerjaan (job descrïption) berdasarkan pada<br />

ketentuan-ketentuan Gubernur, fungsï formïl dar? unit perencanaan<br />

serta struktur <strong>org</strong>anisasi dari unit tersebut dï atas ;<br />

(c) Seianjutnya fungsï dan tugas perencanaan yang teiah dirumuskan tersebut<br />

dïatas harusdïterjemahkan secara lebïh kongkrit !ag« dalam bentuk program<br />

umum, program tahunan, bahkan mungkin juga program bulanan, Sudah<br />

tentu dalam program tersebut termasuk juga program kerjasama dengan<br />

badan-badan atau lembaga-lembaga laïn, dengan assums? bahwa Unït Perencanaan<br />

Daerah, dalam melaksanakan fungsï perencanaannya tïdak bisa<br />

beker ja sendiri oleh sebab, sebagïandars tugas yang mereka tetapkan mesti<br />

harus dilakukan da lam rangka kerjasama dengan badan-badan atau lembaga-lembaga<br />

Ia?n„<br />

(d) Berdasarkan program yang telah disusun tersebut harus disusun pula suatu<br />

Anggaran Pembiayaan atau Budget, Dalam penyusunan budget tersebut memang<br />

timbul persoalan apakah budget tersebut harusdïsusun menurut program<br />

yang telah ditetapkan, ataukah sebalïknya, program yang akan ditetapkan<br />

harus dïsesuaikan dengan kemampuan keuangan yang ada,<br />

(e) Berdasarkan program dan pembiayaan harus pula ditetapkan jadwal umum<br />

maupun jadwal tahunan dan jadwal bulanan dari pelaksanaan program yang<br />

telah ditetapkan o Penyusunan jadwal ïnï juga akan tergantung darï staff<br />

yang ada serta dar? badan-badan atau lembaga-lembaga laïn yang bekerjasama<br />

dengan Unït Perencanaan Daerah»<br />

(f) Sebagai pedoman darï pelaksanaan tugas, perlu juga disusun atau dirumuskan,<br />

proses dan prosedur dari perencanaan, baik yang sïfatnya


O Lp<br />

§ e s § °J •%<br />

E r § S _ E Q- C O<br />

o « Eo § i c 3 3» O O<br />

5> -O oc g> ^ _ O ^ * :<br />

H- —j C£ £ < —. " Cu Q. *—<br />

«— CN J CO ^ "O O fs<br />

c ^ ë> _<br />

E? - §- g_ 8<br />

-8 "5 - •! \ _ / J<br />

/ ^<br />

«— y ö s _ i' / O)<br />

•in \ -1 * / T - H<br />

c I § •= P4UQSUOH \ = § „ g l c_ g .<br />

§ .9-1 0 / | T \ 2 1<br />

= g j£ jjo 2 O. \ co<br />

- - | \<br />

~ " K t t \ .<br />

-rï C G / «*; \ — 1<br />

n 3 "O \ G<br />

C l * : O —<br />

•§ •£ •- § S g §<br />

zz<br />

°a « "° I<br />

3 c<br />

Q<br />

0 —i O O<br />

• C C "O O<br />

LU —I O 00 C<br />

— o *o<br />

Iz<br />

X LU LU<br />

—' CU _<br />

ï 1 I<br />

z co o. 5 rz r .. , ,<br />


- 64 -<br />

kïta ïngïn menguraïkan satu persatu kesïmpuian dam saran-saran kïta tentang<br />

proses pembïnaan Unït Perencanaan Daerah tersebut dï atas berdasarkan studï<br />

perbandïngan yang telah kïta utarakan daiam bab-bab sebelumnya„ Pembahasan<br />

mengenai unït perencanaan tïdak semata-mata menyangkut segï struktur?!<br />

<strong>org</strong>anïsatorïs saja, tetapi akan fuga menyangkut seluruh segï tata kerja perencanaan<br />

(planning process), Ha! ïnï berarts, bahwa dï sinï perlu pula dibahas<br />

ïnteraksï yang timbul pada proses perencanaan antara pïhak-pshak :<br />

(a) Instansi perencana (planning agencïes),<br />

(b) instansi pelaksana (implementïng agencies),<br />

(c) instansi pengontro! (control agencïes),<br />

(d) eksekutip (chïef executive), dan<br />

(e) sumber data dan informasi (informatïonsources) sepertï Bïro Pusat Statistik<br />

(BPS) yang merupakan sumber data untuk keperluan perencanaan,<br />

* •*<br />

6, Pembahasan mengenai unït perencanaan d? daerah dengan tata kerja perencanaannya<br />

tïdak dapatdïpïsahkan dar? pembahasan mengenai proses perencanaan<br />

yang terjadï pada tingkat nasional, karena adalah suatu syarat mutlak bahwasanya<br />

polïcy dan prosedur perencanaan pada tingkat daerah ïtu sejalan dan<br />

sïnkron dengan polïcy dan prosedur perencanaan pada tingkat nasional, bïla<br />

diingïnkan pembangunan yang berlangsung berdasarkan satu rencana yang ïntegral<br />

dan baïk,<br />

Dianggap pula bahwa semua peraturanresmï yang kin? telah ada yang ternyata<br />

menghambat tata kerja atau kurangserasi dengan kondïs? unit perencanaan daerah<br />

yang ïdeal, dapatdïsesuaïkan dengan kondïsï ïdeal ïtu; sebaiiknya segala<br />

peraturanresmï yang diperlukan untuk mendukung legalitas dan tata kerja unït<br />

perencanaan daerah yang dewasa ini belum ada, dianggap dapat pula diadakan<br />

pada waktunya» Pembahasan seianjutnya mengenai unït perencanaan daerah in»<br />

akan dilakukan berdasarkan pemikiran dan anggapan-anggapan ïnï,<br />

Konsepsi Perencanaan<br />

7, Sebaga ïmana telah kïta kemukakan dï muka, maka sebelum kïta membuat batasah<br />

tentang ruang lïngkup perencanaan yang menfadï tugas dar? Unït Perencanaan<br />

Daerah, terlebïh dahulu pe. !u J ;<br />

iunuskin i -^e-t-ar da |-o»o


- 65 -<br />

(c) Perencanaan lokal^ : yaitu perencanaan yang ruang lïngkup wilayahnya<br />

dïbatasï oleh suatu cirï kegiatan tertentu (perkotaan atau pedesaan) dan<br />

merupakan unït terkecïl bagï pengembangan wilayah„<br />

Menurut ruang lïngkup materïnya, perencanaan dapat dïbedakan atas :<br />

( a<br />

) Perencanaan menyeluruh; yaïtu perencanaan yang melïputi keseluruh<br />

an sektor atau program pembangunan yang sudah dïïntegrasïkan untuk mencapa?<br />

sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan pembangunan yang lengkap,<br />

(b) Perencanaan sektoral : yaïtu perencanaan yang melïputi sua u sJ •<br />

atau program pembangunan tertentu dan terdiri atas proyek-proyek pembangunan<br />

yang sudah dïïntegrasïkan untuk mencapai sebagïan dari sasaransasaran<br />

dan tujuan-tujuan pembangunan,<br />

(c) Perencanaan proyek „ yaïtu perencanaan yang melïputi suatu kegiatan<br />

atau usaha untuk mencapai sasaran-sasaran disuatu sektor atau program<br />

pembangunan tertentu.<br />

Menurut ciri-ciri teknisnya, perencanaan dapat dibedakan atas :<br />

(a) Perencanaan ekonomi s yaitu perencanaan yang m-:-.";. . 1 sasaransasaran<br />

atau tujuan-tujuan pembangunan yang dijabarkan dalam krïterïakriteria<br />

atau ukuran-ukuran ekonomi, sepertï kenaikanpendapatan nasional,<br />

kenaikan pendapatan per kapita, angka-angka produksi, target pembiayaan<br />

dan ïnvestasi, dsb»<br />

(b) Perencanaan fisik : yaitu perencanaan yang mempunyai sasaransasaran<br />

atau tujuan-tujuan pembangunan yang dijabarkan dalam krïteriakriterïa<br />

atau ukuran-ukuran fïsïk, sepertï pola tata gunatanah, tata ruang<br />

dsb„, dan yang terutama memperhatïkan pengembangan potensi fïsïk suatu<br />

wïlayah»<br />

(c) Perencanaan sosial : yaïtu perencanaan yang mempunyai sasaransasaran<br />

atau tujuan-tujuan pembangunan yang dijabarkan dalam krïterïakrïteria<br />

atau ukuran-ukuran sosïal, seperti tercapainya situasï keamanan,<br />

taraf pendidikan, taraf kesehatan, taraf kemakmuran, taraf kesadaran sosïal<br />

dsb. tertentu»<br />

Wilayah perencanaan dapat mempunyai salah satu batas yang berikut :<br />

(a) Batas-batas admïnïstratip : yaïtu wïlayah perencanaan yang melïputi satu<br />

atau beberapa daerah admïnïstratip pemerintahan (propïnsï atau antar propinsi,<br />

kabupaten atau antar kabupaten, kotamadya atau antar kotamadya,<br />

antar kotamadya dan kabupaten dsb»)<br />

(b) Batas-batas fïsïk : sepertï lautan (satuan pulau), daerah alïransungaï<br />

(wilayah pengembangan sungai), dsb,<br />

(c) Batas-batas buatan : yaïtu batas-batas yang dibuat berdasarkan sua-


- 6c> -<br />

tu kriterla tertentu untuk maksud perencanaan, mïsalnya kesamaan kegïat-<br />

an (daerah tur isme, daerah pertanian, dsb.), daerah yang termasuk dalam<br />

satu kawasan ekonomi, daerah-daerah yang mempunyai kepadatan pendu-<br />

duk yang sama dsb.<br />

Proses perencanaan melïputi siklus kegïatan-kegfatan yang berïkut :<br />

( a<br />

) Pengumpulan dan pengolahan data-data ^fjttu semua kegïatan untuk men­<br />

dapatkan data-data yang diperlukan untuk perencanaan, Kegiatan ïnï ber­<br />

sifat terus menerus dan termasuk di dalamnya kegiatan mengumpulkan,<br />

mengolah, mengadakan seleksï, membuat klasïfikasï serta menyajikan da­<br />

ta-data tersebut dalam bentuk laporan tertulïs atau vïsuil yang memudah-<br />

kan penggunaannya untuk analïsa dan penyusunan rencana o<br />

(b) Anajïsa dan Penyusunan Rencana : yaïtu semua kegiatan untuk menga-<br />

nalïsa data-data yang ada (menyïmpulkan masalah-masalah dan potensï<br />

perkembangan, membuat proyeksï-proyeksi perkembangan, mengadakan<br />

peih;>ungon-pe'hi!ungan dsb ), mengadakan konsul*as ;<br />

u- tuk maksud ko­<br />

ordïnasï dan ïntegrasï, perumusan tujuan-tujuan pembangunan umum dan<br />

sektoral, menjabarkan tujuan-tujuan tersebut ke dalam sasaran-sasaran<br />

pembangunan yang terukur dengan angka-angka, menyusun strategi pen-<br />

capaïan. tujuan-tujuan tersebut yang dapat bersifat umum atau strategi<br />

pelaksanaan, menetapkan prioritas pembangunan danpelaksanaannya, ser­<br />

ta merumuskan dan menyajikan kesemuanya itu dalam bentuk laporan ter­<br />

tulïs atau vïsuil o<br />

(c) Pengendalian Rencana ; yai •»• keg lotos '-keg «o?c • c : J . .<br />

sudkan untuk mendapatkan umpan baiik guna menyesuaïkan kembalï dan<br />

menyempurnakan rencana, yang mencakupï analïsa-analïsa laporan pe­<br />

laksanaan, penyesuaïan dan penyempurnaan target-target rencana, peru­<br />

musan kembalï strategi dan tujuan pembangunan, dan memperpanjang ho-<br />

rïson waktu perencanaan jangka panjang sehïngga tak pernah ketïnggalan<br />

terhadap perkembangan.<br />

Menurut jangka waktu dan kegunaannya, perencanaan dapat dïbedakan atas :<br />

(a) Pola dasar pembangunan daerah s yaïtu penggambarandaripada pola-<br />

pola potensï darï kemungkfnan perkembangan daerah yang masih berïsïkan<br />

alternatïp-alternatïp dan belum dïpïlïhsatu atau beberapa alternatïpyang<br />

diingïnkan untuk dïcapaï dalam jangka waktu tertentu.<br />

( B<br />

) £ËL_S5L^^ • yaifru perencanaan yang memuat<br />

pengarahan pembangunan daerah untuk jangka waktu panjang, yang sïfat­<br />

nya dapat berupa pengarahan garis besar (rencana garis besar) - umum -<br />

dan mencakupï konseps? secara menyeluruh atau pengarahan yang lebïh<br />

terperïncï (rencana ïnduk) yang lebih spesïfïk dan memberikan pengarah­<br />

an sektoral. Jangka waktu rencana ïnï tertentu dan mencakupï 20 tahun


- 67-<br />

atou lebih, 15 tahun atau 10 tahun.<br />

(c) Perencanaan lima tahun : yaitu perencanaan jangka pendek yang memberikan<br />

pengerahan yang lebih jelas untuk pembangunan daerah dan karenanya<br />

memberikan pengarahan yang lebih terperinci, dan juga berisikan<br />

program pembangunan ditiap-tiap sektor yang perlu untuk mencapai<br />

tujuan-tujuan serta sasaran-sasaran pembangunan dalam jangka waktu ini.<br />

(d) Perencanaan tahunan : yaitu perencanaan untuk jangka waktu satu<br />

tahun yang berisikan program pelaksanaan yang sudah dijabarkan dalam<br />

proyek-proyek pembangunan dengan perincian data-data yang lengkap<br />

dan kongkrit untuk tiap-tiap proyek, sehinggamembey.i'i&i;. peganganyarsg<br />

pasti untuk pelaksanaan.<br />

Pengendalian operasionil di dalam pelaksanaan pembangunan mempunyai dua<br />

makna di dalam mengawasi apakah pembangunan berlangsung sesuai dengan<br />

target-target(fisik dan keuangan)yang telah ditetapkan, yaitu :<br />

(a) Faktor-faktor tata laksana apakah yang dapat menjadi penghambat tercapainya<br />

target pembangunan, dan karenanya harus diberitahukan kepada<br />

pihak pelaksana.<br />

(b) Faktor-faktor dalam perencanaan apakah yang menyebabkan target-target<br />

yang telah ditetapkan tak dapat dicapai, dan karenanya harus diberitahukan<br />

kepada unit perencanaan agar dapat diadakan peninjauan kembali<br />

dan kemungkinan penyesuaian atau revisi dari target-target yang telah<br />

ditetapkan.<br />

Review terhadap suatu perencanaan dimaksudkan untuk :<br />

(a) Mengeceksasaran, kebijaksanaan dan tujuan pembangunan yang telah digariskan<br />

pada permulaan perencanaan berdasarkan pengalaman-pengalaman<br />

pelaksanaan sampai saat diadakannya review.<br />

(b) Menyesuaikan, mengubah dan menyempurnakan proyeksi serta kecenderungannya<br />

(trends) berdasarkan hasil-hasil review.<br />

(c) Memperpanjang jangka waktu perencanaan sesuai dengan jangka waktu<br />

yang semula.<br />

Review perencanaan dapat dilakukan tahunan, secara menyeluruh pada saat<br />

tertentu atau secara insidentil sewaktu-waktu dibutuhkan.<br />

Data-data yang dibutuhkan untuk perencanaan dapat berupa :<br />

(a) Data-data umum : yaitu data-data umum tentang keadaan fisik, sosial<br />

dan ekonomi daerah atau sektor pembangunan yang umumnya dibutuhkan<br />

untuk perencanaan terutama perencanaan jangka panjang dan sifatnya<br />

terbuka untuk umum.


- 6 J «<br />

(b) Data-data terbatas : yaïtu data-data yang berbenfuk laporan-laporan di­<br />

nas, laporan ïnspeksï atau laporan perïodik yang hanya dïpergunakan un­<br />

tuk dinas dan untuk pengendalian perencanaan terutama perencanaan Jang­<br />

ka pendek dan tahunan .<br />

Obyek perencanaan meliputï :<br />

(a) Kegiatan-kegïatan pemerintah : yaitu kegiatan-kegiatan yang menjadi<br />

tugas dan tangyung jawab pemerintah dan pelaksonaannya dibiayai darï<br />

anggaran pemerintah serta dllaksanakan ataudïawasi oleh apc :' porno<br />

tah sendïrï.<br />

(b) Kegïatan-kegïatan Masyarakat sendïrï : yaïtu kegiatan -kegiatan yang dï-<br />

lakukan o'eh masyarakat sendïrï dengan atau tanpa adanya bantuan dan<br />

dorongan pemeiïntah f terapi pelaksanaannya diatur berdasarkan ketentu-<br />

an-ketentuan dan peraturan-peraturan pemerintah.<br />

Akhïrnya di lïhat dar> ienjang admïnistratip, kïta membedakan pula beberapa<br />

Jenïs rencana atau proyek yarg !uas pengaruhnya berbeda pula sesuai dengan<br />

jenjancj tersebut, yaitu :<br />

(a) Rencana atau proyek Pemer ntah Pusat : yaïtu rencana atau proyek yang<br />

disusun dan dïbïaya, oieh APBN» Rencana atau proyek tersebut dïsusun<br />

berdasarkan anggapan atau perkïraan bahwa rencana atau proyek tersebut<br />

luas pengaruhnya bersfa^ nasïonal dan yang dalam pengerjaannya mem-<br />

butuhkan staf dan keah'>> hanya merupakan bagi­<br />

an darï perencanaan daeroi» Kabupaten dan Kota-Madya,


-69-<br />

' Ruang Lïngkup Perencanaan Daerah,<br />

8 Sebelum kïta membicarakan tentang ruang lïngkup perencanaan daerah, perlu<br />

kiranya dïjelaskan lebïh dahulu apa yang kïta maksud dengan "Unït Perencanaan<br />

Daerah", Dalam hal ïnï yangdsmaksud dengan 'unïtperencanaan daerah'<br />

adalah : "Suatu badan yang merupakan bagïan dar ï pemerintahan daerah,<br />

baik pada tingkat Propïnsï, Kabupaten maupun Kota-Madya, yang berfungsi<br />

melaksanakan kegiatan perencanaan bagï Pemerintah Daerah", Unït Perencanaan<br />

Daerah tingkat Propïnsï dalam hal ïnï mempunyai peranan yang terpenting<br />

dan pasïng sentral dalam proses dan kegiatan perencanaan daerah, oleh<br />

karena ïtu pada tahap pertama sasaran pembinaan unït perencanaan daerah seyogyanya<br />

d t iukan terutama kepada unït perencanaan daerah tïngkat propïnsï,<br />

Pembinaan unït perencanaan tingkat Propins" sebagaï sasaran utama fuga akan<br />

mempunyai n I i strategïsdalam arts bah a pemïlïhamasaran ïm akanmember ï<br />

pengaruh pos: i baik yang bersifat orïsonta! maupu 1<br />

" yang bersifat vertikal .<br />

Yang dïmaksud dengan penga uh horïson a adalah : p-ngaruh pembinaan unit<br />

perencanaan tersebut terhadap proses dan kegiatan perencanaan dï lïngkungan<br />

<strong>org</strong>anïsas? Pemerintah Daerah serta badan-badan laïn dï luarnya pada tïngkat<br />

propïnsï, Sedangkan yang dïmaksud dengan pengaruh vertikal adalah : pengaruh<br />

pembinaan unit perencanaan tersebut terhadap proses dan kegiatan perencanaan<br />

baïk pada tïngkat Pusat jtau Nas'onal maupun pada tïngkat yang lebïh<br />

bawah sepertï pada kegiatan perencanaan pada tïngkat Kabupaten dan Kota-<br />

Madya .<br />

9, Berdasarkan pengertian-pengertïan kïta tentang konsepsi perencanaan dan pengertïan-pengertian<br />

kita tentang unït perencanaan daerah, maka seianjutnya<br />

kita ïngïn memperoleh pengertïan tentang batas-batas dan ruang hngkup dar»<br />

fungsï dan tugas Unjt Perencanaan Daerah, Fungsï dan tugas umum dar? Unit<br />

Perencanaan Daerah tïngkat Propïnsï pada dasarnya tïdak berbeda dengan fungsï<br />

perencanaan pada tïngkat pusat dan oleh karena ïtu Urn! Perencanaan Daerah<br />

(untukseianjutnya yang kïta maksudkan adalah unit tingkat propinsi) mengandung<br />

berbagaï unsur, segï atau tehnïk yang serupa dengan perencanaan nasional.<br />

Namun tïtïk pusat dar? beker janya unït perencanaan daerah terarah pada<br />

perkembangan suatu propïnsï tertentu, Perencanaan daerah sudah tentu akan<br />

berhubungan dan menyangkut perencanaan nasional atau perencanaan kota dan<br />

kabupaten. Demikian pula, sebagaimana perencanaan pusat, maka perencanaan<br />

daerah juga mempunyai unsur-unsur perencanaan sektoral, perencanaan regional,<br />

perencanaan ekonomi, fïsïk atau sosial, Akan tefepï ruang hngkup dar?<br />

pekerjaan unït perencanaan daerah tersebut terbatas pada sasaran pengembangan<br />

suatu propïnsï tertentu,<br />

Dalam hubungannya dengan Unit Pe>encanacr'' ff gkat P'opms', mo'o uang<br />

lïngkup perencanaan daerah akan melïputi :


(a) Penentuan pola pengembangan regional dan penyusunan rencana daerah<br />

propinsi yang kemudian dijabarkan dalam proyek-proyek atau kegiatan<br />

yang akan dijalankan oleh dan dengan pembiayaan Pemerintah Daerah<br />

Propinsi.<br />

(b) Membantu Pemerintah Pusat (Nasional) dalam penyusunan Repelita serta<br />

program tahunan (baik melalui saluran Departemen Dalam Negeri atau<br />

langsung ke Bappenas maupun melalui saluran dinas-dinas vertikal ke de­<br />

partemen-departemen sektoral) yang kemudian akan dijabarkan menjadi<br />

proyek-proyek Pelita Nasional. Bantuan ini bisa dilihatdari segi sektoral<br />

maupun regional darï perencanaan nasional.<br />

(c) Memberikan pengarahan dan pedoman bagi penyusunan Repelita dan prog­<br />

ram tahunan yang akan disusun oleh pemerintah daerah tingkat Kabupaten<br />

d@n Kota-Madya yang termasuk da lam wilayah kekuasaannya, yang kemu­<br />

dian akan dijabarkan dalam proyek-proyek Pel'ta Kabupaten da- Kca-<br />

Madya.<br />

(d) Membantu Pemerintah Pusat dalam mengarahkan program-program khusus<br />

seperti bantuan kepada desa dan kabupaten serta kota-madya, proyek-pro­<br />

yek Cess, proyek kepadatan penduduk dll,<br />

(e) Mengarahkan proyek-proyek serta kegiatan ekonomi swasta, khususnya<br />

melalui perencanaan ïnvestasi (PMA maupun PMDN) baik dalam rangka<br />

ïntegrasïnya dengan proyek-proyek pemerintah maupun pengembangan sek­<br />

tor swasta dalam pembangunan itu sendiri,<br />

Dalam perumusan tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa unït peren­<br />

canaan daerah tingkat Propinsi mempunyai dua macam fungsi yaitu : pertama,<br />

fungsi menghasilkan out-put berupa rencana Pemerintah Daerah Propinsi, dan<br />

kedua, fungsi memberikan in-put untuk perencanaan nasional dan perencana-<br />

an~daerah tingkat kabupaten serta kota-madya. Dalam perencanaan tingkat<br />

Propinsi, unit perencanaan tersebut melakukan perencanaan langsung, hasil<br />

perencanaan mana akan dilaksanakan sendiri oleh Pemerintah Daerah tingkat<br />

Propinsi. Dalam perencanaan nasional, unit perencanaan Propinsi hanya mem­<br />

berikan bahan-bahan serta memberikan pengarahan agar proyek-proyek pusat<br />

bisa dïarahkan untuk membangun daerah tersebut. Terhadap perencanaan dae­<br />

rah tingkat kabupaten dan kota-madya, unit perencanaan propinsi mempunyai<br />

fungsi untuk mengarahkan agar proyek-proyek atau rencana dari pemerintah<br />

kabupaten dan kota-madya tersebut se ja lan dengan arah pembangunan regional,<br />

selain terarah pada kepentingan daerah-daerah kabupaten dan kota-madya itu<br />

sendiri.<br />

Untuk bisa menunaikan fungsi yang cukup luas tersebut diatas, diperlukan ada­<br />

nya suatu badan dengan mekanisme pekerjaan yang terus menerus (revolvïng)<br />

dengan tugas rutin, bulanan dan tahunan, yakni untuk sejak semula melakukan<br />

pengumpulan data & informasi, melakukan survey & feasibility study (pelaksa-


noon tugas ïnï bisa diserahkan kepada badan atau lembaga laïn namun dengan<br />

tujuan yang sesuai atau dïtentukan oleh unït perencanaan tersebut), melakukan<br />

perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek, serta<br />

melakukan kegiatan pengawasan dan pengendalian, baik untuk mengontrol jalannya<br />

proses pelaksanaan rencana pembangunan maupun dalam rangka mendapatkan<br />

umpan balïk (feed-back) bagi perencanaan seianjutnya,<br />

10. Ruang lïngkup fungsï dan tugas perencanaan yang akan dijalankan oleh unit<br />

perencanaan daerah tersebut diatas harus diatur dan ditentukan batas-batasnya<br />

oleh Undang-undang atau Peraturan Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah,<br />

Dalam hal ïnï sangat diperlukan suatu Surat Keputusan Presïden atau Menteri<br />

Dalam Negeri bagï pendïrïan unit perencanaan daerah yang dalam batas-batas<br />

tertentu bertujuan untuk mengatur dan menyeragamkan dasar pertumbuhan dan<br />

pengembangan unit perencanaan daerah di seluruh Indonesia, Darï Surat Keputusan<br />

atau peraturan pemerintah tersebut di atas akan tercermin wewenang<br />

dari unït perencanaan daerah dan bagaimana hubungannya dengan Pusat (Departemen<br />

Dalam Negeri, Bappenas, atau departemen-departemen lainnya) dalam<br />

proses perencanaan.<br />

Sudah tentu ketentuan darï Pusat tersebut akan bertitik tolak darï pandangan<br />

Pusat mengenai proses perencanaan secara menyeluruh, dimana unit perencanaan<br />

daerah akan dipandang sebagai bagïan darï mekanisme perencanaan nasional<br />

,<br />

Ketentuan dari Pusat tersebut tïdak perlu melïputi hal-hal yang sangat detail,<br />

misalnya saja mengenai struktur <strong>org</strong>anisasi secara keseluruhan, melainkan hanya<br />

menyangkut hal-hal pokok bagï pendïrian dan pengembangan unit perencanaan<br />

daerah, yaïtu s<br />

(a) Kedudukan, wewenang, fungsi dan tugas umum dari unït perencanaan daerah<br />

sebagai pemegang wewenangsatu-satunya dantertinggi di lingkungan<br />

pemerintah daerah di bidang perencanaan,<br />

(b) Hubungan unit perencanaan daerah denganjjeberapa lembaga Pusat, baik<br />

dilihatdari segï administrasi pemerintahan maupundari segi proses perencanaan.<br />

(c) Bagian-bagian pokok yang disyaratkan oleh unït perencanaan daerah serta<br />

bagian-bagian dari eselon pertama darï struktur <strong>org</strong>anisasinya yang memungkinkan<br />

unït tersebut mendukung fungsinya, dalam hubungannya dengan<br />

proses pembangunan daerah, maupun dengan proses pembangunan nasional.<br />

(d) Hubungan unit perencanaan daerah tingkat Propinsi dengan unit-unit perencanaan<br />

tingkat kabupaten dan kota-madya, atau dalam hubungannya<br />

dengan badan-badan laïn yang ada hubungannya dengan proses perencanaan,<br />

pengawasan dan pengendalian operasionil pembangunan, yang se-


- 72 -<br />

karang ini tata hubungannya dipandang masih kurang jelas,<br />

Seianjutnya, ketentuan dari Pusat tersebut akan merupakan dasar dari pengem­<br />

bangan unit perencanaan daerah yang akan diatur kemudian dengan Surat Ke­<br />

putusan atau peraturan Gubernur KDh\ Dengan demikian, maka di luar keten-<br />

tuan-ketentuan mengenai bagian-bagian pokok dan bagian-bagian dari eselon<br />

pertama, Gubernur bisa mengeluarkan berbagai ketentuan yang mungkin akan<br />

berbeda darï satu daerah ke daerah laïn, tergantung dari berbagaï faktor se­<br />

perti : kondisi sosial ekonomi dan tïngkat perkembangan suatu daerah, staff<br />

dan kemampuan pembeayaanyang ada, faktor-faktorsosial budaya, dsb. Deng­<br />

an demikian, di samping adanya keseragaman, maka peraturan-peraturan hu­<br />

kum yang akan dïtentukan masih memberi kesempatanbagi berkembangnya va­<br />

riasi darï unit perencanaan daerah sesuai dengan in-put dari daerah-daerah<br />

yang bersangkufan,<br />

Struktur dan tugas,<br />

11 . Struktur <strong>org</strong>anisasi unit perencanaan daerah disusun setelah kita mengetahui<br />

dengan jelas ruang lingkup fungsi dan kegiatan perencanaan daerah iersebut<br />

serta setelah jelas bagi kita dasar hukum dan hal-hal yang telah ditetapkan<br />

oleh peraturan dan undang-undang sebagaimana telah kita uraikan tersebut di<br />

atas.<br />

Setelah kita memperoleh pengertian yang jelas tentang unit perencanaan daerah,<br />

fungsi dan ruang lingkup kegiatan yang telah ditetapkan, maka gambaran<br />

umum tentang susunan <strong>org</strong>anisasi unit perencanaan daerah dapat kita lukiskan<br />

sebagai berikut :<br />

Pertama, untuk bisa memenuhi fungsinya sebagai badan yang menjalankan-*tugasperencanaan<br />

yang terus menerus (revolving planning machinary), maka unit<br />

perencanaan daerah, pertama-tama harus memiliki bagian-bagian pokok, yaitu<br />

:<br />

(a) Bagïan pengumpulan data & informasi, yang bekerja mengumpulkan ba­<br />

han-bahan kwalitatïf maupun kwantitatïf untuk keperluan perencanaan ,<br />

Bagïan ïni berfungsi juga untuk mengolah, menganalisa dan menyojikar<br />

data-data & informasi tersebut dalam bentuk-bentuk deskriptif, tabel-ta­<br />

bel, grafik-grafïk, monogram-monogram, dll, sesuai dengan ujuan yang<br />

diperlukan untuk perencanaan,<br />

(b) Bagian perencanaan rencana pembangunan yang bertugas menger jakan ber­<br />

bagai naskah perencanaan seperti % pola rencana jangka panjang, renca­<br />

na lima tahun, rencana tahunan, RAPBD, rencana proyek, dsb,<br />

Bagïan ïnï juga bertugas untuk menyusun sesuatu laporan yang diperlukan<br />

oleh pïmpinan, seperti mïsalnya laporan-laporan atau keterangan-kete-<br />

rangan yang akan diucapkan oleh Gubernur dï APR, nota keuangan, lam-


-73 ~<br />

piran-lampiran data dari berbagai laporan Gubernur dst,<br />

(c) Bagian pengawasan & pengendalian yang tugas utamanya adalah melakukan<br />

pengawasan serta pengendalian operasionil terhadap proses pelaksaan<br />

rencana-rencana pembangunan, baik yang menyangkut proyek-proyek<br />

Pusat (yaitu proyek-proyek Repelita nasional yang dilaksanakandi daerah<br />

tersebut) maupun proyek-proyek Pemerintah Daerah „ Bentuk pengawasan<br />

dan pengendalian dari proyek-proyek Pusat dan proyek-proyek Daerah » -<br />

sebut sudah tentu berlaïnan, Pengawasan terhadap proyek-proyek Pusat<br />

dilaksanakan dalam rangka tugas Gubernur yang dalam kedudukannya sebagai<br />

Gubernur turut bertanggungjawab serta turut mengawasi jalannya<br />

proyek-proyek Pusat di daerah. Terhadap proyek-proyek daerah, fungsï<br />

unit perencanaan adalah melaksanakan fungsi Gubernur sebagai Kepala<br />

Daerah yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan proyek-proyek yang<br />

dïrencanakan oleh Pemerintah Daerah sendiri,<br />

Diberbagaï daerah fungsi pengawasan & pengendalian proyek-proyek Pusat<br />

dan Daerah dilaksanakan oleh badan yang berbeda, namun dalam hal<br />

ïnï kita menganjurkan agar dua macam tugas tersebut disatukan ke dalam<br />

satu bagian saja dari unit perencanaan daerah serta berada langsung dalam<br />

koordinasi Gubernur Kepala Daerah, Sebagai konsekwensinya, maka<br />

badan SPOP yang sekarang ini banyak dibentuk pada tingkat Propinsi harus<br />

diintegrasikan dalam unït perencanaan daerah,<br />

Selain ïtu, dalam batas-batas tertentu serta dalam bentuk-bentuk yang lebih<br />

sederhana, unit perencanaan daerah seyogyanya juga melakukan pengawasan<br />

terhadap proyek-proyek kabupaten dan kota-madya. Bentuk pengawasan<br />

ïnï sudah tentu dilakukan secara tidak langsung, namun setidak-tidaknya<br />

Pemerintah Daerah Propinsi, lewat unit perencanaan daerahnya,<br />

selalu mengikutï dan ikut mengawasi secara umum terhadap proyek-proyek<br />

kabupaten dan kota-madya, sehïngga dengan demikian, Pemerintah Daerah<br />

Propinsi selalu mengetahuï proyek-proyek pemerintah yang bc 'ü'*gsung<br />

didaerah tersebut secara menyeluruh, Dengan demikian maka seleksi<br />

terhadap proyek-proyek menurut jenjang admïnistratip bisa dilakukan secara<br />

lebih telitï sehïngga setiap tahun bisa dïtentukan secara lebïh mudah<br />

proyek-proyek mana yang harus dïbeayai dan dilaksanakan oleh Pemerintah<br />

Pusat, Propïnsï, Kabupaten atau Kota-madya,<br />

Dalam rekomendasi kita tersebut dï atas, kïta membedakan antara tugas pengumpulan<br />

data & informasi, tugas perencanaan dan tugas pengawasan & pengendalian,<br />

Ketiga tugas-tugas ïtu tïdak mestï harus dïlembagakan dalam tïga<br />

bagian yang tersendiri, khususnya yang menyangkut tugas pengumpulan data &<br />

informasi serta tugas pengawasan & pengendalian, Kedua tugas ini misalnya<br />

bisa disatukan menjadi satu bagian saja, dan kemudian dalam pembagian tugas<br />

berikutnya bisa dilakukan pemisahan.


Kedua, pada tingkat berikutnya harus dilakukan pembagïan tugas lebih lanjut<br />

pada bagian perencanaan„ Secara garis besarnya, bagian perencanaan bisa<br />

dibagï menjadï dua fungsi :<br />

(a) Fungsi perencanaan sektoral, yang melïputi semua sektor pembangunan,<br />

seperti mïsalnya sektor-sektor pertanian, indusfri, tenaga kerja, sosial,<br />

komunikasï, dst, pembagian mana barangkalï bisa mengikuti pembagian<br />

departemental atau pembagian menurutdïnas-dïnas yang ada, Sektor-sektor<br />

pembangunan tersebutdïatas sebenanryabïsadigolong-golongkanmenjadi<br />

4 bagïan utama, yaitu bagian-bagian produksi, prasarana (fisik), sosial<br />

dan moneter (keuangan), Pola pembagian kerja sektoral ini harus dilakukan<br />

dengan me nperhatïkan sektor yang dianggap menonjol (lead<br />

sector) untuk mana seyogyanya ada satu <strong>org</strong>an khusus yang menanganï<br />

leading sector ïnï dan pengaruhnya terhadap sektor-sektor lain,<br />

(b) Fungsï perencanaan regional yang merupakan ïmbangan terhadap perencanaan<br />

sektoral, yaïtu yang mempertimbangkan proyek-proyek produksi,<br />

prasarana, sosial dan aspek keuangan darï dimensi-dimensi perkembangan<br />

regional, Dalam pembagian kerja seianjutnya, bagïan perencanaan regional<br />

bisa mem bagi-bagi" fungsï tersebut menurut satuan-satuan kabupaten<br />

dan kota-madya, atau menurut satuan-satuan kota-kota dan desa-desa<br />

ataupun satuan-satuan wilayah yang dirumuskan dalam konsep pengembangan<br />

daerah.<br />

Kedua fungsi perencanaan tersebut bisa dikoordïniroleh dua pejabot yang berlainan<br />

yang masïng-masïng membawahi bagïan perencanaan sektoral dan perencanaan<br />

regional,<br />

Ketiga, seianjutnya dalam unït perencanaan daerah diperlukan pula suatu bagian<br />

khusus yang mengurus? masalah perkembangan swasta, termasuk ó> da lamnya<br />

masalah penanaman modal asï'ng (PMA) serta penanaman modal dalam negeri<br />

(PMDN). Untuk mengkoordïnïr bagïan ïnï diperlukan seorang deputy atau<br />

wakïl ketua tersendiri.<br />

Keempat, unit perencanaan daerah memerlukan pula bagïan sekretariat yang<br />

khusus yang mengurusï masalah ketata usahaan dan keuangan. Dï samping itu<br />

diperlukan beberapa bagïan-bagïan penunjang seperti mïsalnya : hubungan masyarakat,<br />

studïo serta 'operation room' (tempat penyajïan data yang telah diolah),<br />

Seksi hubungan masyarakat bisa dimasukkan ke dalam sekretariat dan<br />

dikoordinir oleh Sekretaris, sedangkan studïo dan operation room bisa dimasukkan<br />

ke dalam bagian pengumpulan data & pengawasan.<br />

Kejjma, sebagai tambahan terhadap struktur <strong>org</strong>anisasi yang pokok, diperlukan<br />

pula bagian-bagian khusus, yaïtu :<br />

(a) Dewan pertimbangan yang terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat dan tokoh-tokoh<br />

cendekïawan yang berfungsi sebagai penasehat khusus terhadap<br />

Ketua unit perencanaan.


(b) Suatu staff ahlï darï berbagai keahlian khusus, sepertï ahli-ahlï pertanian,<br />

industrï, keuangan, sosial budaya, dll, yang berfungsi sebagai penasehat<br />

ahlï dalam tugas-tugas perencanaan,<br />

Kedua bagian khusus tersebut dïatas bisa berada langsung dibawah koordïnas?<br />

Ketua, walaupun bisa pula berhubungan langsung dengan bagian-bagian, Un­<br />

tuk mengkoordinir bagian-bagian tersebut di atas diperlukan 4 orang deputy/<br />

koordinator dengan pembagïan tugas sebagai berïkut :<br />

(1) Deputy/koordïnator Urusan Perencanaan Sektoral<br />

(2) Deputy/koordïnator Perencanaan Regional<br />

(3) Deputy/koordinafor Urusan Ekonomi Swasta dan Penanaman Modal<br />

(4) Deputy/koordïnator Urusan Data & Pengawasan<br />

Adapun bagïan Sekretariat yang mambawahi seksï-seksï tata usaha, ke.;c ga><br />

dan hubungan masyarakat dïkoordinïr oleh seorang Sekretaris, Sedangkan stu­<br />

dio dan operation room kita masukkan dalam koordïnasï Deputy Urusan Data &<br />

Pengawasan,<br />

Secara vïsuil, struktur <strong>org</strong>anisasi pokok dar? unït perencanaan daerah tersebut<br />

dapat kita gambarkan dalam bagan X<br />

Staff dan Personalia<br />

12- Fungsï, tugas dan struktur <strong>org</strong>anisasi yang telah kïta uraïkan dïatas sudah ten­<br />

tu mempunyai konsekwensï-konsekwensi tertentu di bidang personalia, yaitu<br />

bahwasanya unït perencanaan daerah tersebut harus didukung oleh staff yang<br />

mampu menjalankan fungsï yang telah ditetapkan Pada umumnya, unit harus<br />

didukung oleh staff yang ahli tentang perencanaan disamping ahlï diberbagai<br />

bidang khusus, seperti pertanian, perïndustrian, tenaga kerja, dst. Secara ïdeal<br />

kombïnasi darï keahlian dï bïdang perencanaan dan keahlïan-keahlian khusus<br />

tersebut adalah yang palïng cocok dengan tugas di unit perencanaan Namun<br />

karena staff yang demikian sulit diperoleh, apalagï dï daerah-daerah yang<br />

umumnya kekurangan tenaga ahlï, maka syarat utama darï staff yang dïkehen-<br />

daki adalah orang yang mempunyai keahlian di bidang perencanaan dengan<br />

memiliki atau tidak memiliki keahlïqn-keahlïan khusus atau orang yang sudah<br />

mempunyai keahlian khusus dapat diberikan up-gradïng dalam segï planni :j-<br />

nya, Apabila demikian halnya, maka staff perencana tersebut harus dibantu<br />

olehsekumpulan darï staff ahli yang bisa dïambil darï dinas-dinas serta orang-<br />

orang universitas, Alternatif laïn dari masalah pengambïlan staff ïtu adalah<br />

dengan cara merekrut orang-orang yang sudah punya keahhar khusus (*•»•>-<br />

tama darï bidang ekonomi dan tehnik) yang kemudian kepadanya diber ikan up-<br />

gradïng untuk meningkatkan keahlian perencanaannya dan untuk memperluas<br />

basis persepsinya.


X<br />

<<br />

c_<br />

Q<br />

Z<br />

z<br />

<<br />

_<br />

LU<br />

c_<br />

LU<br />

Ou<br />

_<br />

Z<br />

co<br />

Z<br />

<<br />

_<br />

O<br />

X _<br />

Z t—<br />

«3; (_<br />

co co


- 76 -<br />

Beberapa keahlian yang dibutuhkan dalam unit perencanaan diantaranya adalah<br />

di bidang-bidang .<br />

(1) Pertanian dan kehutanan<br />

(2) Industri<br />

(3) Ma kro» ekonomi<br />

(4) Perencanaan sosial budaya (termasuk di dalamnya ahli tentang sosiologi<br />

agama) dan tenaga kerja<br />

(5) Perencanaan fisik dan perkembangan kota<br />

(6) Perkembangan pedesaan dan masyarakat desa<br />

(7) Ahli Statistik<br />

(8) Ahli ekonomi mikro dan masalah-masalah dunïa usaha<br />

f9) Perencanaan moneter<br />

(10) Perencanaan regional<br />

Ketua dari unït perencanaan daerah seyogyanya adalah seorang ahlï ekonomi<br />

pembangunan (makro ekonomi), ïnsïnyur yang mempunyai keahlian d? bidang<br />

perencanaan atau seorang ahlï dalam administrasi pembangunan Syarat yang<br />

ïdeal tersebut dengan satu dan laïn cara seyogyanya dïusahakan semaksimal<br />

mungkïn»<br />

13. Pada waktu ïnï kebanyakan daerah-daerah mempunyai kesulitan untuk menda­<br />

patkan orang-orang ahlï. Untuk mengatasï kesulïtan tenaga ahlï telah dilaku­<br />

kan mïsalnya pengambïlan tenaga-tenaga ah ï yang bekerja secara part-time.<br />

Ini memang cara yang tepat, namun untuk jabatan-jabatan pentïng (key posï-<br />

tion) kita merekomendasïkan agar untuk jabatan tersebut harus diserahkan ke­<br />

pada ahlï-ahlï yang bekerja atas dasar full-tïme, setïdak-tïdaknya jabatan , ;u<br />

merupakan jabatan utamanya disamping tugas-tugas laïn yang tïdak terlalu<br />

berat tanggung jawabnya.<br />

Dalam masalah pengïsïan personalia ini harus dïcarïkan berbagaï jalan laïn<br />

sepertï s<br />

(a) Mengadakan kursus-kursus perïodïk yang dïselenggarakan dï daerah terse­<br />

but dengan mengambil tenaga-tenaga pengajar darï pusat, darï universi­<br />

tas-universitas lainnya dar? kalangan ahlï yang bekerja dï dïnas-dïnas se­<br />

tempat misalnya saja untuk memberikan kursus tentang sesuatu pengetahu-<br />

an atau keahlian.<br />

Cara group diskusï bisa pula dïselenggarakan untuk menïngkatkan penge-<br />

tahuan masïng-masing anggota diskusï.<br />

(b) Menyelenggarakanprogramdïssemïnasï pengefahuan dengan jalan mengum­<br />

pulkan dan menyebarkan berbagaï karangan tentang perencanaan atau<br />

yang ada hubungannya dengan masalah-masalah pembangunan, paper­<br />

paper tentang statistik, analïsa cost-benefït, evaluasi proyek, dsb. yang<br />

menyangkut berbagaï masalah tehnïs perencanaan.


: -77- ;<br />

(c) Menyusun semacam 'manual' atau buku petunjuk tentang berbagai tehnik'.<br />

perencanaan, baik yang umum sïfatnya maupun yang langsung membicarakantehnïk<br />

perencanaan regional Manual semacam'ïnï bisa dïsusun ber-..,<br />

dasarkun kerjasama antara unït perencanaan, dinas-dinas dan universitas<br />

setempat, bïsa pula dilakukan pada tïngkat nasional atas ïnisiatif Bappenas,<br />

Dengan cara tersebut dïatas, maka staff yang ada menurut kondïsï daerah bïsa<br />

dïtïngkatkan pengetahuan dan kemampuan tehnïsnya untuk lebïh mampu mendukung<br />

tugas-tugas perencanaan» Mengïngat pentingnya'faktor dukungan sfaff<br />

ini adalah seyogyanya proyek-proyek tersebut di atas mendapatkan perhatian<br />

yang serius,<br />

14. Rencana pembangunan yang baïk hanya dapat dïsusun, bï la untuk peny'Jsunan<br />

nya dapatdisedïakandana yang cukup, Dana ïnï harus cukup untuk membïayai :.<br />

- 1<br />

Riset dalam bidang perencanaan (planning research),<br />

- latïhan bagï para karyawan unit perencanaan,<br />

- seminar, lokakarya dan konperensi,<br />

- survey<br />

- ïnspeksï dan konsultasï,<br />

- pengumpulan data, pembelian lïteratur, dokumen dan buku-buku,<br />

- publïkasi darï laporan-laporan dan rencana-rencana yang telah selesai disusun,<br />

- ïnsentip bagï para karyawan (bïla dianggap bahwasanya gaji para karyawan<br />

akan dibebankan pada anggaran rutïn Pemerintah Daerah),<br />

- operation room (bïla pembïnaannya diserahkan pada unït perencanaan daerah),<br />

- barang dan bahan yang habïs terpakaï (expendables),<br />

- pemeliharaan alat-alat untuk keperluan perencanaan yang penggunaannya<br />

diserahkan kepada unit perencanaan daerah<br />

Pembiayaan<br />

15. Untuk bïsa mendukung fungsï dan keg ïatan unït perencanaan dengan ruang<br />

lingkup yang cukup luas ïtu, Pemerintah Daerah Propïnsï seyogyanya menyediakan<br />

anggaran belanja yang tersendiri yang pembelanjaannya diatur sendiri oleh<br />

unit perencanaan tersebut serta yang berorïentasi pada program yang dïtetapr<br />

kan,<br />

Anggaran ïnï sebaiknya dïanggarkan dalam APBD dan dïsyahkan oleh DPRD,<br />

Pembiayaan yang khusus sudah tentu membutuhkan jumlah yang besar. Akan te -<br />

tapi jïka aktivitas yang dibiayai tersebut bïsa mengurangï atau meringkaskan<br />

tugas yang selama ïnï secara terpencar-pencar dan tïdak teratur dilaksanakan<br />

oleh berbagaï instansi padahal banyak diantara tugas-tugas tersebut (mïsalnya<br />

saja dalam pengumpulan data, perencanaan, laporan, pe igendalïan, penga-


-78-<br />

wasan, dij) adalah mengenai hal yang sama (karena itu pekerjaannya bersifat<br />

'over-lapping' atau dikerjakan dobel), maka pembiayaan yang besar itu rasanya<br />

memadai dan memberï manfaat yang besar pula dilihat dari segi administrasi<br />

perencanaan dan pembangunan,<br />

Untuk sekedar mengurangï beban biaya pada pihak unit perencanaan, maka se-<br />

. yogyanya dalam berbagai tugas survey dan penelitian yang umumnya memakan<br />

biaya yang besar, dilakukan ker jasama dengan badan-badan atau ïnstansï-ïnstansi<br />

lain (dengan dinas-dinas, universitas-universifas, lembaga-lembaga penelitian,<br />

badan-badan luar negeri, dsb,), Demikian pula bagian riset & pengumpulan<br />

data harusselalurajin menelïti hasïl-hasïlsurvey & riset yang telah<br />

dilakukan oleh badan-badan lain untuk dimanfaatkan penggunaannya,<br />

Hubungan eksternal<br />

16, Hubungan unit perencanaan daerah propinsi menyangkut kedudukan ,dan wewenang<br />

unit tersebut, baik dalam proses perencanaan nasional maupun dalam proses<br />

perencanaan dï hngkungan pemerintahan daerah sendïrï. Refleks? hubung*<br />

an eksternal darï unït perencanaan daerah tersebut kïra-kïra dapat digambarkan<br />

sebagai berïkut s<br />

Pertama, unït perencanaan daerah adalah suatu badan yang otonom, yang mekanïsme<br />

administrasi dar» mukanisme pekerjaannya diatur sendïrï oleh badan<br />

tersebut serta berkedudukan sebagai staff Gubernur Kepala Daerah dï bidang<br />

perencanaan pembangunan.<br />

Kedua, dï dalam struktur <strong>org</strong>anïsasï Pemerintah Daerah, unït perencanaan adalah<br />

satu-satunya badan yang mempunyai wewenang tertïngg? dan satu-satunya<br />

badan yang melakukan koordïnasï perencanaan dalam artï yang luas, yakni<br />

sejak tahap pengumpulanaara, > ïnformasï, perencanaan hingga ke tahap peng^<br />

awasan dan pengendalian operasionil pelaksanaan rencana pembangunan (khususnya<br />

yang bersangkutan dengan tugas perencanaan pembangunan, bukan pengendalian<br />

management admïnistratip),<br />

Dalam kedudukannya itu, unït perencanaan berkedudukan sebagai badan pembantu<br />

Gubernur yang mengarahkan pembangunan daerah, mengkoordïnïr rencana-rencana<br />

sektoral dar? Jinas-dinas dan instansi-instansi pemerintah daerah<br />

tïngkat propïnsï, rencana-rencana regional darï kabupaten-kabupaten,<br />

kota-madya-kota-madya dan desa-desa dï lïngkungan propïnsï, rencana keuangan<br />

dan adminïstratïp darï Pemerintah Daerah tingkat Propïnsï, dst, serta<br />

merupakan pusat pengawasan dan pengendalian pelaksanaan rencana-rencana<br />

pembangunan (khususnya yang bersangkutan dengan tugas perencanaan pembangunan,<br />

bukan pengendalian management admïnïstratip), baïk proyek-proyek<br />

Pusat maupun Daerah, yang dilaksanakan dalam lïngkungan wïlayah Propinsi.<br />

Ketiga, secara vertikal, unït perencanaan daerah mempunyai hubungan admi-


- 79 -<br />

nistratïp dan fungsionil dengan lembaga-lembaga Pemerintah Pusat maupun<br />

lembaga-lembaga Pemerintah Daerah andahannya, hubungan mana sebagian<br />

sudah diatur, sebagian belum ada sebagian lag? mungkin perlu dipertegas. Peraturan<br />

yang mengatur hubungan admïnistratip dan fungsionil itu dïharapkan<br />

datang darï Departemen Dalam Negeri setelah melakukan konsultasï dengan<br />

dan memperoleh bahan-bahan pertimbangan (terutama yang menyangkut hubungan-hubungan<br />

fungsionil) dari ïnstansï-instansi lain sepertï Bappenas, PUTL<br />

dan departemen-departemen laïn, BPS, dll. instansi yang mungkin mempunyai<br />

hubungan fungsionil dengan unit-unit perencanaan daerah dalam proses perencanaan.<br />

Hubungan yang perlu dipertegas peraturannya adalah antara unït perencanaan<br />

daerah dengan Bappenas. Namun hubungan ïnï sangat dïtentukan oleh ruang<br />

lïngkup fungsï Bappenas sendiri dalam dimensï regïonalnya, oleh sebab dalam<br />

pengertian kïta ruang lingkup perencanaan Bappenas dewasa inï masih bertitïk<br />

berat pada perencanaan nasional yang sektoral sïfatnya. Pengembangan dimensï<br />

regional dari ruang lingkup perencanaan Bappenas sudah tentu akan menyangkut<br />

masalah hubungan Bappenas dengan unit-unit perencanaan daerah, baik tingkat<br />

propïnsï, kabupaten sampai ke kota-madya.<br />

Masalah saluran data & informasi juga perlu diatur kembalï, terutama yang<br />

menyangkut fungsï BPS dan andahan-andahannya dengan Bappenas dan unitunït<br />

perencanaan daerah serta dengan departemen-departemen dan dïnas-dïnas<br />

dï daerah. Kesemuanya membutuhkan keputusan dan peraturan darï Pusat.<br />

17. Dalam hubungannya dengan Pusat, soalnya sangat banyak dïtentukan oleh peraturan<br />

Pusat. Namun, dengan dinas-dinas dï lïngkungan pemerintah daera h<br />

propïnsï sampai ke tïngkat bawah serta dengan unit-unit perencanaan tingkat<br />

kabupaten dan kota-madya, Pemerintah Daerah Propïnsï bïsa membuat berbagaï<br />

peraturan yang menyangkut mïsalnya, prosedur aliran data (data inflow), prosedur<br />

dan proses perencanaan serta prosedur dan proses pengawasan dan pengendalian<br />

darï proyek-proyek pembangunan dï lïngkungan daerah propïnsï<br />

tersebut.<br />

Tata Kerja<br />

18. Setelah fungsi perencanaan pembangunan daerah selesaï dirumuskan pelembagaannya,maka<br />

pelaksanaan dari fungsi dan tugas unit perencanaan tersebut memerlukan<br />

landasan dan pedoman kerja sebagai langkah pertama. Dalam permulaan<br />

rekomendasi team tentang logika dari proses pembentukan dan pengembangan<br />

unit perencanaan daerah, telah kita sebutkan beberapa hal yang perlu<br />

dirumuskan, yaitu :<br />

(a) Fungsi dan tugas yang lebih terperïncï dari unit perencanaan daerah baïk<br />

secara umum maupun secara lebih detail yang menyangkut bagïan-bagïannya.


- 30 -<br />

(b) Deskrlpsï kerja (job descrïptïon) darï setïap pejabat.<br />

(c) Program-program umum, tahunan, bulanan dan program rutin.<br />

(d) Anggaran Pembiayaan atau budget<br />

(e) Jadwal umum, tahunan atau bulanan darï pelaksanaan program.<br />

(f) Pedoman tentang proses dan prosedur perencanaan .<br />

(g) Tata kerja dan unït perencanaan,<br />

Hai-hal tersebut dï atas mungkïn secara sebagian dan secara sederhana telah<br />

dilakukan oleh unït-unït perencanaan dï beberapa daerah. Namun suatu peru­<br />

musan secara sïstïmatïs, menyeluruh (ïntegrated) serta konsïsten belum dilak­<br />

sanakan d? suatu daerahpun, Pekerjaan ïnï memang harus dilakukan sejak darï<br />

perm laan usaha membentuk dan mengembangkan unït perencanaan tersebut.<br />

Oleh sebab ïtu, menurut hernat kïta, suatu kerja 'pembaharuan' harus dilaku­<br />

kan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dï atas.<br />

Hubungan antara Pusat dan Daerah<br />

19. Hubungan armaio Pusa! dan Daerah, khususnya antara unït perencanaan daerah<br />

dengan Bappenas, merupakan hubungan timba! ba lik yang memperlihatkan in-<br />

terdependensi (saI! ng ketergantungan) yang besar sekalï. Berkenaan dengan<br />

hubungan tïmba! balük dengan ïnterdependensï ïnï, maka dapat dïkemukakan<br />

hal-hal berïkut ïnï ,<br />

Pertama, Pemerintah Pusat, cq. Bappenas, dalam rangka menyusun rencana<br />

pembangunan nasional membutuhkan informasi darï daerah o Dewasa ïnï infor­<br />

masi yang dïterïma Bappenas darï daerah ïtu kurang, baïk ditinjau dari segi<br />

kelengkapannya maupun dïtlnjau darï sïfat informasi itu.<br />

Dalam rangka melengkapï data dan informasi yang kurang itu, maka dïsaran-<br />

kan dïsinï agar dilakukan hal-hal berïkut :<br />

(a) Dinas vertikal darï departemen-departemen sektoral yang ada dï daerah<br />

hendaknya menyiapkan data dan ïnformasï sektornya masing-masing yang<br />

telah dïsïnkronkan dengan sektor pembangunan laïn dï daerah. Untuk tu­<br />

juan ïnï perlu dïcïptakan suatu forum untuk menyiapkan rencana pembang­<br />

unan dan proyek-proyek, dïmana setïap sektor pembangunan dlwakïli.<br />

Kegiatan forum Ini sebaïknya dï koord! nasi kan dandïarahkan oleh unït pe­<br />

rencanaan daerah o<br />

Perlu dltambahkan disïnï, bahwa hingga saat ïnï data dan informasi yang<br />

dïterïma Pusat kebdnyakan berasal dari dmas-dïnas vertikal, dan dalam<br />

keadaan belum dïsïnkronkan dengan sektor pembangunan lain dï daerah<br />

(b) Dalamrangka intensd ïkasl pembangunan regional, maka disamping penye-<br />

suaïan-penye$uaïan yang diperlukan dï daerah, perlu pula diadakan pe-<br />

nyesuaïan pada <strong>org</strong>anïsas? bagïan perencanaan regional dan daerah Bap­<br />

penas yang dewasa ïnï kurang menspesïalïsïr dïrï pada daerah, U s-


- 81 -<br />

perluan terakbïr ïnï dïsarankan agar dï lïngkungan Bappenas dïbentuk bagian-bagian<br />

baru yang mempunyaï spesïalïsasï daerah. Tetapi ini tïdak<br />

berartï bahwa untuk setïap propïnsï perlu diadakan bagïan tersendiri dï<br />

Bappenas, tetapi cukup bïla dï Bappenas ada bagïan yang mempunyaï spesïalïsasï<br />

wïlayah yang bïsa melïputi beberapa propïnsï.<br />

(c) Dewasa ïnï hampïr setïap propïnsï mempunyaï perwakïlan dï Jakarta. Kïnï<br />

perlu dïjejakï sampai seberapa jauh perwakïIon-perwakïlan ïtu dapat dïmanfaatkan<br />

sebagaï media penghubung antara Pusat dengan daerah dalam<br />

bidang penyusunan rencana pembangunan nasional dan daerah.<br />

(d) Skala prïorïtas darï setïap proyek yang dïsampaikan daerah untuk mendapatkan<br />

persetujuan Bappenas sudah harus dïtentukan dï daerah oleh unït<br />

perencanaan daerah yang bekerja sama dan berkonsultasï dengan dïnas-d» =<br />

nas vertikal yang ada dï daerah. Dengan cara ïnï Bappenas dapat memperoleh<br />

gambaran yang jelas tentang kondïsï daerah serta keingïnan pemerintahnya.<br />

(e) Untuk memungkïnkan sïnkronïsasï darï rencana pembangunan nasional dengan<br />

rencana pembangunan daerah secara kontinu, maka unsur-unsur Pusat<br />

sebaïknya dïïkut sertakan dalam kegiatan perencanaan di daerah. Hal ini<br />

tïdak saja memungkïnkan sïnkronïsasï yang baru disebutkan dï atas, tetapi<br />

akan juga memungkïnkan unït perencanaan daerah memanfaat keahlian<br />

(expertise) darï Pusat, sehïngga rencana-rencana pembangunan daerah bïsa<br />

disusun dengan baïk.<br />

(f) Jadwal waktu perencanaan pembangunan tahunan harus ditetapkan oleh<br />

Pusat dan disampaïkan pada daerah. Jadwal waktu perencanaan di daerah<br />

harus disesuaïkan dengan jadwal waktu perencanaan Pusat, dan dewasa<br />

ïnï sebagaï ancar-ancar dapat ditetapkan tanggal 1 Oktober sebagai tanggal<br />

paling lambat untuk penyerahan Daftar Usulan Proyek daerah kepada<br />

Bappenas.<br />

Kedua, Pemerintah Pusat, cq. Bappenas, tïdak hanya membutuhkan ïnformasï<br />

darï daerah, tetapï juga berkewajïban untuk memberï informasi kepada daerah<br />

mengenai strategi pembangunan daerah, terutama tentang fungsi dan peranan<br />

masïng-masing daerah dalam pembangunan nasional. Dan adalah kewajiban<br />

daerah dengan unït perencanaannya untuk menyusun rencana pembangunan daerah<br />

yang sejalan dengan strategi tersebut. Perlu dïjelaskan disïnï, bahwa pembangunan<br />

daerah tïdak bïsa semata-mata dilaksanakan mengikutï kemauan Pemerintah<br />

Daerah yang bersangkutan, tetapï harus berlangsung sesuai dengan<br />

proporsi fungsï dan peranannya masïng-masing daerah tersebut dï dalam pembangunan<br />

nasional. Adalah tugas darï Pemerïntah Pusat, cq. Bappenas, untuk<br />

menjelaskan keseïmbangan pembangunan antar daerah ïnï kepada Pemerintah<br />

Daerah yang bersangkutan, khususnya pada unït perencanaan darï masing-masing<br />

daerah ïtu.


-82-<br />

Kef (ga, • ipi^emen-departemen sektoral pada tïngkat Pusat harus menjelaskan<br />

pula strategi- pembangunan sektoral bagï sesuatu daerah kepada Pemerintah<br />

Daerah /ang bersangkutan hrformasi inï hendaknya tidak hanya disampaikan<br />

kepada daerah,,melalui dinas-dinas vertikal dar? masing-masing departemen,<br />

tetapï hendaknya disampaikan juga secara langsung kepada Pemerintah Daerah,<br />

cq, unït perencanaannya. Informasi in? tidak hanya d?perlukan oleh dinas-dinas<br />

vertïkal ïtu saja, tetapi juga dibutuhkan oleh unït perencanaan daerah<br />

bagi keperluan sinkronisasi inter sektoral pada tingkat daerah<br />

Keerr.po*, B-vntuan Pemerintah Pusat kepada daerah berupa program-program<br />

khusus, sepertï bantuan desa dan kabupaten, maupun proyek-proyek Cess, hendaknya<br />

dïsalurkan melalui unït perencanaan daerah, agar bantuan-bantuan itu<br />

dapat dimanfaatkan secara optïmal, artïnya penggunaan bantuan-bantuan itu<br />

dapatdirencanakan sede^rkianrupa, sehïngga tidak sampaï meogganggu program<br />

pembangunan laïn, tetapï justru akan mendukungnya» Unit perencanaan<br />

daerah adalah badan yang paling cocok untuk merencanakanpenggunaan bantuan<br />

khusus 'nï, karena badan ini adalah satu-satunya instansi di daerah yang<br />

paling mengetahuï tentang keseluruhan rencana pembangunan daerah. sph'ngga<br />

diperkirakan bahwa badan ïnïlah yang dapat menganahkunpenggu''-oj---. c-antuon<br />

'ni secara paling tepat.<br />

Kelima, aktïvïtas-aktïvïtas ,,dar? badan-badan asing (international or foreïgn<br />

agencïes) di daerah dalam angka bantuan asing kepada Pe^r ^rintah Rl, hendaknya<br />

dïwaktu-waktu yang akan datang dïkoordïnasïkar» olel ^nit perencancan<br />

daerah yang bersangkutan. Dengan cara inï, maka daerah dapat langsung memberikan<br />

bantuan yang diperlukan, dan pada saat yang sama daerah bïsa pula<br />

mendapat manfaat langsung darï bantuan tersebut berupa pengalaman keria<br />

yang berharga. Disamping itu, dengan wewenang koordïnas? yang dipunyainya ,<br />

unit perencanaan daerah dapat secara tïdak langsung mengawasi kegiatan badan-badan<br />

asing itu, .3hingga dapat dïhïndarkan isaho-usaha badan-badan<br />

asing yang merugikan daerah maupun negara,<br />

Diinginkan pula, agar sedapat mungkin daerah, cq, unït perencanaan atau<br />

dinas-dinas vertikal di daerah, dïikut sertakan dalam kegiatan badan-badan<br />

asing di daerah, karena hal ini jelas lebïh bermanfaat bagi ^erah. Keadaan<br />

sekarang menunh ' kan bahwa dï beberapa daerah terdapat kegiatan-kegiatan<br />

perencanaan atau : uksanaan yang dilakukandenga.-technh a! assistance luar<br />

negeri, topi aparat unït perencanaan daerah sendiri belum berpartisipasi secara<br />

aktip dala i ft-giatan-kegiatan tersebut.<br />

J. Apa yang baru dikemukakan di atas, adalah ïntï dari hubungan timbal balïk<br />

dan interdependensï yang seyogyanya ada antara Pusat dan daerah. Demi terjalinnya<br />

hubungan kerja yang seperti di atas antara Pusat dan Daerah, maka<br />

jelas dirasa poriu pelimpahan wewenang yang lebih besar kepada daerah, Tetapi<br />

pelimpaiian wewenang yang lebïh besar ini tidak dengan sendirinyc akan


- 8; -<br />

memberikan hasil kerja yang lebih baik, bila inï tïdak dïsertaï perbaïkan pada<br />

<strong>org</strong>anisasi unït perencanaan daerah, perbaïkan pada tata ker ja perencanaan,<br />

pembinaan staf perencana, dan usaha-usaha laïn yang se jenïs Diharapkan bah*<br />

wa dimasa yang akandatang dapat terbina unït perencanaan daerah yang mempunyaï<br />

staf yang tangguh, yang dapat bekerja menurut suatu tata kerje perencanaan<br />

yang baïk. Dalam keadaan ini, maka campur tangan Pusatpada kegiatan<br />

perencanaan didaerah dapatdïkurangi, tanpa mengurongi hakêkat daripada<br />

hubungan tïmbal ba!ik dan Inrerdepehdensi yang disebutkan dï depan Dar»<br />

" akhirnya perlu ditambahkan dïsïnï, bahwa unit perencanaan daerah yang ideal<br />

adalah yang bukansaja mampu melakukan perencanaan yang baik, tetapi yang<br />

jyga mempunyai horizon perencanaan yang tidak dibatasï oieh batas-batas administratip<br />

deerahnyt; masing-masing, artïnya yang mampu melihat kepentingan<br />

nasional, daerah ia'r disekitarnya, dan daerahnya sendiri menurut prOpor$ ;<br />

yang wajar. Dengan perkataan lain, unit perencanaan daerah yang ïdeal ada»<br />

lah yang dapat men ;<br />

aiïn kerjasama ya-g erat dengan Pemeiintah Pusat, cq.<br />

Bappenas, dan dengan P*»meiintai Daerah yang lain, cq unit perencanaan<br />

mereka masing-masing Haiya dengan kerjasama sepertï ini lah, problema ;r«e*reka<br />

yang saling tumpongsuh dapat dïcari pemecahannya yang adil.<br />

Hubungan antara Un a v J . , w • ên^an Instansi Pelaksana.<br />

21 Intïsari hubunga- antara unit pe«encanaar dae»ab ri .rgan ?n


- -84 -<br />

(e) Ikut sertanya instansi pelaksana di dalam proses perencanaan juga akan<br />

mengurangi beban dari unit perencanaan daerah, baik beban tugas maupun<br />

beban pekerjaan.<br />

(f) Ikut sertanya instansi pelaksana di dalam proses perencanaan, maka akan<br />

lebih terjamïn bahwa rencana yang tersusun akan lebih praktis sifafnya<br />

dan tidak hanya merupakan penggambaran keinginan yang mu I uk-mul uk „<br />

Perencanaan hendaknya tidak dilakukan di dalarn, suatu menara gading,<br />

karena rencana-rencana mul uk yan^ dihasilkann/a kurang nilaï gunanya,<br />

dan biasanya juga sukar implementasinya instansi pelaksana dengan pengalaman<br />

prakteknya dapat menghindarkan terjadinya hal tersebut.<br />

Tetapi partisipasi .dari instansi pelaksana di dalam proses perencanaan haruslah<br />

dijaga sedemikian rupa, sehihgga tidak sampai ada dominasi oleh suatu instansi<br />

pelaksana tertentu. Dominasi oleh suatu instansi pelaksana selama proses perencanaan<br />

akan menghasi'knn e^cana yang tidak obyektip, karena seperti telah<br />

dikemukakan didepan maouknyasuatu interest tertentu di dalam suatu rencana<br />

hendaknya dlhlndarkan, karena jelas akan memberi pengaruh yang negatip,<br />

Hanya suatu rencana >a..j disusun secara obyektiplah yang menjamin adanya<br />

hasil yang optimal yang dapat dlnikmati masyarakat luas .<br />

Hubungan antara Unit Perencanaan Daerah dan Instansi Pengawasan.<br />

22. Dimuka telah kita kemukakan saran agar badan pengendalian operasionil proyek-proyek<br />

Pusat yang didaerah-daerah dilaksanakan oleh SPOP, Team Pengawas<br />

Pelita, Staff Khusus Urusan Pelita Pusat dan badan-badan serupa dïïntegrasïkan<br />

dengan Unit Perencanaan Daerah dan diiembagakan pada Bagian<br />

Pengawasan dan Pengendalian Operasionil Pembangunan. Pada bagïan terdahulu<br />

juga telah dikemukakan persoalan jenïs-jenis kontrol yang sekarang ini<br />

ada, yaitu :<br />

(a) Kontrol terhadap pelaksanaan operasionil pembangunan, khususnya yang<br />

menyangkut progres fisik dan keuangan,<br />

(b) kontrol kwalitas (quality control), khususnya yang berhubungan dengan<br />

soal-soal tehnis dan admïnistratip keuangan darï pelaksanaan proyek-proyek,<br />

dan<br />

(c) kontrol dalam rangka feed-back perencanaan atau kombinasi dari jenis<br />

kontrol tersebut di atas. *<br />

Dari ketiga jenis kontrol tersebut di atas, maka kontrol kwalitas jelas bukan<br />

merupakan tugas das I unïtpe rencanaan daerah, meiainkan merupakan tugas dari<br />

badan pelaksana atau jelasnya bagïan pengawasan dari badan pelaksana. Hal<br />

tersebut di atas oor' 'j dijejaskanagar Unit Perencanaan Daerah tidak mengambil<br />

oper dari tugas-tugas pengawasan yang menjadi kewajlban intrinsik dari badan


pelaksana, Tugas darï bagïan pengawasan dan pengendalian operasïonïl pembangunan<br />

darï Unït Perencanaan Daerah adalah kontrol terhadap target dan<br />

kontrol untuk mendapatkan feed-back perencanaan. Mïsalnya saja, apabila<br />

suatu target pembangunan tïdak tercapaï, maka ïnï bïsa dïsebabkan oleh dua<br />

hal, pertama, tata laksana proyek (project management) nya kurang balk, maka<br />

Inï menjadi tanggungiawab darï pelaksana dan kedua, rencananya yang kurang<br />

tepat dan ïnï merupakantanggungjawabdarï Unït Perencanaan (Bappenas,<br />

untuk proyek nasional dan Unït Perencanaan Daerah untuk proyek-proyek Propïnsï)<br />

Dalam ha! ïtulah maka Unït Perencanaan Dacah bertanggungjawab untuk<br />

melaksanakan kontrol, baïk langsung (untuk proyek daerah) maupun tïdak<br />

langsung (untuk dïteruskan kepada SPOP dï Pusat) ,<br />

23. Kontrol kwal itas dalam hal ini adalah merupakan tugas dari bagian pengawasan<br />

' dari badan pelaksana. Di Pusat kïta mengetahuï adanya Inspektorat Departemen<br />

dan di daerah kita mengetahui adanya Inspektorat Umum dari Kantor Gubemuran,<br />

Dengan perkataan lain, kontrol kwalitas hendaknya diserahkan kepada<br />

instansi-instansi tersebut di atas Sebagai contoh, untuk melakukan pengendaüan<br />

admïnïstratip keuangan dan pengendalian mutu darï proyek-proyek<br />

yang dilaksanakan, maka instansi "nspektoratlah yang harusmelaksanakannya,<br />

Sudah tentu untuk memperlancar rug as nya, maka Inspektorat harus melakukan<br />

kerjasama dengan bagian pengawasan dari Unit Perencanaan Daerah. Bentuk<br />

kerjasama yang paling effisïen ïtulah yang harus dïkefemukan, melalui proses<br />

pengalaman Namun dalam fungsï formd harus ada aturan-aturan yang tegas<br />

yang membedakan dua macam tugas dari dua instansi yang berbeda ïtu<br />

Pengumpulan dan Pemanfaatan Data oleh Unit Perencanaan Daerah.<br />

24, Dari pembahasan terdahulu telah jelas apa yang menjadi tugas dari unït perencanaan<br />

daerah, Darï sim dapat dirumuskan bagaimana seyogyanya fungsi<br />

unït perencanaan daerah dalam pengumpulan dan pemanfaatan data yang diperlukan<br />

bagï keperluan penyusunan rèncana-rencana pembangunan,<br />

25 Fungsï unit perencanaan daerah dalam bidang in? adalah sebagai pembïna dan<br />

pengolah data yang dïkumpulkon oleh pïhak la«n, sepc; V: dl-'nas-d'rüs vcrtlfcal,<br />

kabupaten, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Pusat Unit perencanaan daerah<br />

tïdak mengumpulkan sendïrï data dan informasi ïtu, tetapï akan mengarahkan<br />

cara-cara pengumpulan data ïtu oleh pïhak lain Data dan informasi<br />

yang telah terkumpul dan dttenma oleh unit perencanaan daerah, akan dïolah<br />

lebïh lanjut dïsïtu, sèhïngga data Itu sïap untuk digunakan sebagai bahan untuk<br />

menyusun rencana-rencana pembangunan<br />

26, Pengarahan cara-cara pengumpulan data dimaksudkan untuk memungkïnkan pengumpulan<br />

data yang tepat, dapat dipercaya, berlaku (valïd), dan relevan


- 86 -<br />

dengan rencana pembangunan yang akan disusun berdasarkan data yang bersangkutan<br />

.<br />

Data dan informasi yang diperoleh uni t perencanaan daerah tidak hanya digunakan<br />

untuk menyusun rencana-rencana yang baru, tetapi kerap kali akan digunakan<br />

untuk menyesuaikan rencana-rencana yang telah selesai disusun dengan<br />

perkembangan-perkembangan terbaru, dalam rangka analisa dan evaluasi dari<br />

rencana-rencana tersebut. Dalam hal yang terakhir ïnï, maka biasanya data<br />

dan ïnformas? ïtu berupa laporan dan feed-back darï pïhak pelaksana.<br />

Operation Room.<br />

27 Operation Room yang biasanya ada pada kantor Pemerintah Daerah tidak lain<br />

adalah media untuk menyajikan uata dan informasi tentang kondisï pembangunan<br />

yang sedang berlaku didaerah yang bersangkutan Data dan informasi yang<br />

disajïkar* biasanya adalah data umum dan data kegiatan. Penyajiannya biasanya<br />

aïiakukan secara visuii dengan menggunakanpeta-peta, diagram-diagram,<br />

tabel-tabel dan gambar-gambar. Presentasi vïsuil memungkinkan penyajian<br />

secara lengkap, tetapi singkat, Data Ini bukan saja bersifat Informatip, tetapi<br />

harus juga bersifat anahtïs, karena data ïnï akan juga digunakan bagï tujuan<br />

pengendaijan operasïonïl .<br />

28, Oleh karena data dan ïnformas? yang dïsajikan dï dalam operation room akan<br />

juga digunakan untuk keperluan pengendalian operasïonïl, maka disarankan<br />

agar data Itu selalu dïjaga agar tetap "up-fo-date" dan tïdak sekedar bersifat<br />

dekoraflp D'samplng ïtu, karena data ïtu bersifat informatip, maka harus dïcarï<br />

cara presentasi yang sederhana, sehïngga data itu mudah dïpahamï.<br />

29, Agar operation room dapat beker ja dengan baïk, operation room ïnï hendaknya<br />

dïperlengkapi dengansuatu studïo, dimanasegala keg ïatan gambar menggambar<br />

dapat dilaksanakan dengan baikdan cepat. Studïo ini hendaknya dïperlengkapi<br />

dengan alat-alat dan fasïlïtas menggambar dan reproduksi yang memada? „<br />

30, Meskipun operation room bukan merupakan bagian <strong>org</strong>anïk darï unït perencanaan<br />

daerah, bagïan inï hendaknya membina kerjasama dansaluran komunikasi<br />

yang baïk dengan unït perencanaan daerah. Hal yang sama hendaknya juga<br />

dïbina dengan instansi-ïnstansï pelaksana. Hal ïtu dïsebabkan karena unït perencanaan<br />

daerah adalah surnbei data dan ïnformas? tentang rencana-rencana<br />

pembangunan daerah, sedangkan instansi-instansi pelaksana adalah sumber informasi<br />

tentang kemajuan realisasï proyek-proyek pembangunan.


BAGIAN DUA<br />

LAPORAN KHUSUS<br />

UNIT PERENCANAAN DAERAH<br />

Dl KALIMANTAN TIMUR


- 87 -<br />

BAB V<br />

RINGKASAN LAPORAN DAN ANALISA HASIL<br />

PENELITIAN UNIT PERENCANAAN DAERAH<br />

KALIMANTAN TIMUR<br />

I. TINGKAT PERKEMBANGAN UNIT PERENCANAAN DAERAH KALIMAN -<br />

TAN TIMUR<br />

Institusionil<br />

1. Dï Kalimantan Timur dewasa ini terdapat sebuah un't perencanaan daerah<br />

Propinsi yang bernama Badan Perencanaan dan Pengawasan Pembangunan<br />

Daerah yang dibentuk dengan Surat Keputusan Gubernur KDH Kalimantan<br />

Timur No, 49 Tahun 1969. Pembentukan unit perencanaan tersebut adalah<br />

merupakan pelaksanaan dari Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nö. 145<br />

Tahun 1969 tentang Struktur Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah<br />

yang antara lain menetapkan pasal pembentukan unit perencanaan daerah<br />

yang bernama Biro Perencanaan Pembangunan Daerah. Sebagaimana kita<br />

ketahui, Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tersebut diatas hanya menentukan<br />

bahwa Biro Perencanaan tersebut taktis operasionil berada dibawah<br />

Gubernur dan administratipmerupakan bagian dari Sekretariat Daerah.<br />

Karena ketentuan lebih lanjut tïdak ada, maka hal ini menyediakan kesempatan<br />

bagi Gubernur-gubernur untuk mengambil inisiatipsendiri-sendiri dalam<br />

menyusun struktur dan fungsï unït tersebut lebih lanjut. Demikian pula<br />

yang dilakukan oleh Gubernur KDH Kalimantan Timur.<br />

2. Unit perencanaan daerah Kalimantan Timur disempurnakan melalui Surat Keputusan<br />

Gubernur, yaitu Surat Keputusan No. 70 Tahun 1971, serta No.<br />

72, 73 dan 78 Tahun 1972. Setelah unit perencanaan tersebut dibentuk<br />

dengan Surat Keputusan Gubernur No. 69/1969, maka Surat Keputusan No.<br />

70 secara serba singkat dan umum mengatur fungsi dan wewenang Bappepda.<br />

Pöda bulan Oktober 1971, Pemerintah Daerah menyelenggarakan suatu workshop<br />

untuk menyusun Rencana Pembangunan Daerah 7 Tahun (1972 - 1979)<br />

yang antara laïn memuat keputusan tentang re<strong>org</strong>anisasi unït perencanaan<br />

daerah. Berdasarkan hasïl workshop tersebut maka Gubernur melakukan penyempurnaan<br />

institusionil terhadap Bappepda dengan Surat Keputusan No.<br />

72/1972 yang memuat ketentuan-ketentuan mengenai kedudukan dan tanggungjawab,<br />

tugas, fungsi, wewenang serta susunan <strong>org</strong>anisasi yang baru dari<br />

Bappepda<br />

Seianjutnya Gubernur lebih menyempurnakan unit ini dengan penetapan job<br />

descrïption darï tiap-tiap pejabat Bappepda melalui Surat Keputusan No. 73/<br />

1972.


-88-<br />

Kemudïan setelab jobdescrïptïondïtentukan, maka Gubernur membuat ketetapan<br />

tentang personalia dengan Surat Keputusan No„78/73 . Ketetapan<br />

tersebut memuat daftar nama yang diangkat menjadi pejabat dan pegawai<br />

dalam Bappepdadisertaï pula denganpangkat dan jabatannya dalam badan<br />

tersebut» Dengan peraturan-peraturan tersebut maka Bappepda mulai bekerja<br />

melaksanakan fungsinya sebagai unit perencanaan daerah.<br />

3. Menurut pengamatan Team, kedudukan dan wewenang Bappepda sekarang<br />

ini sepertï yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Gubernur No.72/1972<br />

adalah cukup kuat, Bappepda, menurut ketentuan yang ada adalah merupakan<br />

suatu badan yang berfungsi staff kepada Gubernur serta merupakan<br />

suatu badan yang otonom. Dengan demikian maka Bappepda dapat melaksanakan<br />

tugasnya sesuai dengan program-program yang ditentukannya sendiri<br />

sebagaï suatu unit perencanaan serta hanya menerïma perïntah dan<br />

dan bertanggungjawab langsung kepada Gubernur. Dengan kedudukan seperti<br />

ini maka Bappepda juga mempunyaï konsekwensi lain, yaitu bahwa<br />

badan ?ni fjdak memiliki saluran-saluran perintah, koordinasi dan tanggungjawdb<br />

dengan badan-badan laïn yang setingkat atau yang berada pada<br />

eselon yang lebih bawah, oleh karena dalam hubungan ïni Bappepda bekerja<br />

sebagaï staff dari Gubernur,<br />

Selain ïtu perlu pula dicatat bahwa meskrpun Bappepda telah bekerja secara<br />

otonom dan admïnistratip sudah berdlrï sendiri untuk mana Bappepda<br />

memïlïkï sebuah Sekretariat yang membawahi seksi-seksi Keuangan dan<br />

Tata Usaha sendiri, namun ternyata dalam pembiayaan routine, badan ïni<br />

Secara admïnistratip masihdilayanï oleh Sekretariat Daerah. Keadaan ïnï<br />

sebagaimana kïta kenal, merupakan salah satu ketentuan dari tata kerja<br />

Bïro Perencanaan Pembangunan Daerah menurut Surat Keputusan Menteri<br />

Dalam Negér? No.145/1969 yang menetapkan bahwa secara admïnïstratip<br />

badan ?nï merupakan bagian darï Sekretariat Daerah,<br />

4. Struktur <strong>org</strong>anisasi dari Bappepda dapat kïta lihat pada Bagan X! Dari<br />

bagan tersebut dapat kïta tarïk kesimpulan bahwa ïnti dari pembidangan<br />

Bappepda adalah berdasarkan sektor-sektor yang dikelompokkan pada bidang-bïdang<br />

produksi/ekonoml,prasarana/umum dan bidang sosial Bagianbagian<br />

ini lah yang berfungsi melakukan penyusunan rencana - rencana<br />

pembangunan, Koordïnasï dari bagian-bagian ïni dilakukan oleh dua macam<br />

koordïnator, yaïtu masïng-masing untuk Proyek-proyek Nasional dan<br />

untuk Proyek-proyek Daerah, Pembagïan in? dilakukan mungkin karena<br />

fungsi Bappepda masïh berori en tas 5 pada proses penyusunan RAPBD Bagian<br />

riset dan pengumpulan data serta bagïan pengendalian evaluasi dan pengawasan<br />

yang dïberbagai daerah merupakan bagian-bagian yang terpisah,<br />

pada Bappepda di Kalimantan Timur disatukan tugasnya dalam satu koordinasi<br />

dan bidang yaïtu Bidang Pengendalian.


- 89 -<br />

Hanya saja Bidang ïni dibagi menjadi dua seksï yang terpisah, masing-masing<br />

seksi riset & statistik dan seksi pengendalian. Erat hubungannya dengan fungsi<br />

in? adalah bagian khusus yang disebut operation room yang berada langsung<br />

dibawah Ketua. Bagian ini bertugas pula untuk mengumpulkan bahanbahan,<br />

mengolah dan mepresentasikan data-data. Tidak diketahui dengan<br />

jelas bagaimana hubungan tata kerja dar? kedua bag?an ini dalam ketentuan<br />

resminya,<br />

5. Secara keseluruhan struktur Bappeda Ini dapat dibagi dalam dua bagian po-<br />

koï , yaitu (a) bagian-bagian pokok yang terdiri dari bagian-bagian yang<br />

berfungsi dalam riset & pengumpulan data, perencanaan sektoral serta da­<br />

lam pengawasan, evaluasi dan pengendalian, dan (b) bagian-bagian penun­<br />

jang. Bagian yang terakhir ini terdiri dari Sekretariat, Operation-room dan<br />

sebuah Dewan Pertimbangan yang beranggotakan staff ahli. Sekretariat ber­<br />

fungsi sebagai penyelenggara keuangan dan administratip, Operation-room<br />

berfungsi sebagai bagian yang menyajikan data-data dan Dewan Pert'mbang-<br />

an berfungs! sebagaï penasihat ahl? kepada bagian-bagian pokok Bappepda.<br />

Jadï menurut penglïhatan Team, Bappeda ïnï merupakan pery<br />

pola Aceh dan pola Sulawesi Selatan yang dïwujudkan dalam struktur <strong>org</strong>a­<br />

nisasi yang lebïh seder*ama.<br />

Fungsïonïl<br />

6. Tingkat perkembangan fungsionil darï Bappepda dapat kïta lihat darï dua segï<br />

pertama darï segï formïl yaitu yang menyangkut ketetapan resmï (formil) ten­<br />

tang tugas dan fungsï darï unït perencanaan tersebut dan kedua darï segi in-<br />

formïl yaknï yang menyangkut sampai seberapa atau bagaimana kenyataan<br />

yang sebenarnya darï badan tersebut dalam melaksanakan fungsinya atau da­<br />

lam melakukan aktïvïtasnya. Fungs? formil dari Bappepda sebagaï suatu unït<br />

perencanaan daerah tercermïn dalam ketentuan-ketentuan yang ada pada<br />

Surat Keputusan Gubernur No. 72/1972, sebagaimana terlïhat pada tabel 5,<br />

lebïh lanjut Gubernur jüga memperïncï tugas dan fungs? pejabat-pejabat<br />

serta bagïan-bagian darï Bappepda tersebut dalam Surat Keputusannya No.<br />

73/1972. Selain penggambaran fungsi cetera lebïh terperïnci (lïhat tabel 6),<br />

ketetapan tersebut pada hakekatnya juga merupakan semacam job-descrïp-<br />

tïon dar? masing-masing pejabat, bidang-bidang dan bcj r -La • dari ba­<br />

dan tersebut. Tabel 7 menggambarkan job-description, dalam bentuk yang<br />

ïebïh kongkrït yang dïsusun oleh Bappepda sendïrï.<br />

7„ Surat Keputusan Gubernur No. 73/1972 tersebut diatas baru dikeluarkan pa -<br />

da bulan April 1972 yang lalu, s h'n^é karc.\c< yc?' bov sesudci !<br />

an itu<br />

Bappepda yang diperbaharuï <strong>org</strong>anisasi dan tugasnya melakukan pekerjaan­<br />

nya.


- 89o -<br />

Tabel 5<br />

KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB SERTA TUGAS, FUNGSI DAN<br />

WEWENANG BAPPEPDA<br />

(SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR No. 72/1972)<br />

No. PERIHAL DISKRIPSI<br />

1. KEDUDUKAN DAN 1. Badan perencanaan dan pengawas daerah pro-<br />

TANGGUNG JAWAB - pinsi Kalimantan Timurdisingkat Bappeda, adalah<br />

suatu badan otonom dan langsung merupakan<br />

badan yang memiliki fungsï staff terhadap Gubernur<br />

Kepala Daerah serta memiliki wewenang<br />

perencanaan dan pengendalian yangpenuh dalam<br />

proses pembangunan daerah.<br />

2. Bappeda berkedudukan dibawah dan bertanggung<br />

jawab kepada Gubernur Kepada Daerah.<br />

2. TUGAS, FUNGSI 1. Menyusun rencana pembangunan daerah yang<br />

DAN WEWENANG komprehensip dan program tahunan berdasarkan<br />

bahan-bahan sektoral dan memberikan bantuan<br />

terhadap rencana nasional.<br />

2. Melakukan koordinasi dan mengusahakan keserasian<br />

antara rencana sektoral maupun nasional<br />

dan mengadakan penginfegrasian rencana-rencana<br />

tersebut kedalam rencana pembangunan regional.<br />

3. Menetapkan, mengarahkan dan mengamankan<br />

proporsi perbidang pembangunan sesuai dengan<br />

kondisi daerah Kaltim.<br />

4. Mengamati persiapan dan perkembangan pelaksanaan<br />

perencanaan pembangunan serta mengusahakan<br />

konsestensi antara program-program<br />

dan proyek-proyeknya.<br />

5. Menentukan urgensi program pembangunan dan<br />

penetapan prioritas proyek yang mencarikan kebijaksanaan<br />

pokok dan mencerminkan perencanaan<br />

sektoral.<br />

6. Mengamankan nilai strategi sasaran dengan pe-


- 89b -<br />

No. PERIHAL DISKRIPS!<br />

nyerasian ditinjau dari segi tersedianya keuangan<br />

dan kemampuan pelaksanaan tehnis untuk<br />

mencapai cita-cita,<br />

7. Menetapkan potensi pembangunan daerah yang<br />

perlu dikembangkan dan memilih wilayah yang<br />

perlu diprioritaskan menurut kemampuan.<br />

8. Memberikan pandangan dan saran kepada Gubernur<br />

Kepala Daerah tentang penerimaan dan<br />

penggarïsan segala bentuk kredit dan bantuan<br />

luar negeri untuk pembangunan.<br />

9. Melakukan pengumpulan data, survey dan analisa<br />

untuk keperluan perencanaan serta penilaian<br />

pembangunan daerah.<br />

3. F U N G S I 1. Koordinasi tertingg? dalam tingkat pemerintah<br />

daerah propinsi, integrasi dan sinkronisasi dalam<br />

perencanaan don pelaksanaan pembangunan<br />

daerah.<br />

2. Pengendalian pembangunan yang dilaksanakan<br />

dalam 3 fase :<br />

a. Pada fase perencanaan yaitu pada waktu<br />

pengajuan DUP dan proyek statement yang<br />

dikendalikan menurut krïteria proyek dan<br />

anaiisa dengan bermacam-macam approach<br />

darï aspek tehnis, ekonomis, komersiil, finansïil,<br />

management, <strong>org</strong>anisasi dan institusionil<br />

.<br />

b. Pada fase pelaksanaan proyek (in-proses control)<br />

pengendalian ditujukan kepada ketetapan<br />

target dengan realisasi perbulan atau<br />

triwulan dan bi lamana terjadi penyïmpangan<br />

dilakukan tindakan-tindakan pengamanan<br />

=<br />

c. Pada fase pertanggungan jawab keuangan dan<br />

fisik (export control) bi lamana terjadi penyimpangan<br />

bagi proyek yang telah berjalan<br />

dïambil tindakan kuratïf disamping itu


- 89c -<br />

No. PER I HAL DISKRIPSl<br />

di lakukan proses feed-back dalam penyusunan<br />

rencana yang akan datang.<br />

4, W E W E N A N G 1. Memintasegala keterangan yang diperlukan dari<br />

instansi-instansi pemerintah dan swasta yang<br />

yang diwajibkan memberikan keterangan-keterangan<br />

tersebut.<br />

2. Membentuk panitia-panitia yang diperlukan<br />

yang terdiri atas ahli-ahli dan pejabat-pejabat<br />

yang berpengalaman.<br />

3. Setiap saat/waktu mengadakan rapat baik yang<br />

sifatnya ke da Jam maupun ke luar.<br />

T»r4r—»—»—— •• ... , • , li |. | ,, , .


N<br />

- 89d -<br />

Tabel 6<br />

DISKRIPSI PEKERJAAN (JOB-PESCRIPTION) PEJABAT-PEJABAT DAN<br />

BAGIAN-BAGIAN DAR! BAPPEPDA<br />

(SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR No, 73/1972)<br />

T^BIG^N 1<br />

P A W<br />

DISKRIPSI PEKERJAAN<br />

1, KETUA & WAKIL a, Memimpin pelaksanaan tugas, fungsï &wewe-<br />

KETUA nang BAPPEPDA,<br />

b, Menentukan kebijaksanaan dan melakukan tindakan-tïndakanyang<br />

dianggap perlu,guna memper<br />

lancar tugas-tugas yang dïberïkan oleh Gubernur<br />

Kepala Daerah,<br />

c, Mengatur pembagian tugas serta menetapkan perincian<br />

tata-kerja BAPPEPDA,<br />

d, Menunjuk salah seorang staff BAPPEPDA sebagai<br />

pejabat pïmpinan bi lamana ketua dan wakil<br />

ketua berhalangan menjalankan tugasnya,<br />

2, SEKRETARIS BAPPEPDA 1. Sekretaris BAPPEPDA bertugas :<br />

a, Membantu ketua danwakïl ketua BAPPEPDA<br />

dalam usaha pembïnaan administrasi,<br />

b, Mengkoordïnïr dan mengendalïkan pelaksanaan<br />

fungsï - fungsï administrasi BAPPEPDA<br />

dalam segala bidang, yang meliputi baïk<br />

proyek-proyek nasional maupun proyek-proyek<br />

daerah,<br />

c, Memimpin sekretariat untuk melaksanakan<br />

tugas - tugas ketatalaksanaan administrasi<br />

pembinaan personalia, pengaturan keuangan<br />

dan anggaran,dan pengaturan perlengkapan<br />

rumah tangga<br />

2, Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut pada<br />

ayat 1 pasal ini sekretariat BAPPEPDA bertanggungjawab<br />

kepada ketua/wakil ketua BAPPEP­<br />

DA,<br />

3, DEWAN PERTIMBANG- 1, a, Memberikansaran dan pertimbangan kepada<br />

A N/STAF F AHLI ketua/wakï I ketua,<br />

b. Memberikan keterangan dan penjelasan ke-


BAGIAN<br />

- 89e -<br />

-<br />

_<br />

D!SKR!PS! PEKERJAAN<br />

pada assïsten, kepala bagïan dan kepala seksï.<br />

c„ Melaksanakan tugas khusus yang dïberikan<br />

oleh ketua/wakïl ketua.<br />

d. Staff ahli bertanggung jawab kepada ketua/<br />

wakil ketua BAPPEDA.<br />

4. ASSISTEN PROYEK 1. Menyusun rencana pembangunan daerah yang<br />

DAERAH komprehensip dan program tahunan berdasarkan<br />

bahan-bahan sektoral.<br />

2. Mengkoordinir dan menserasikan rencana sektoral<br />

dan mengintegrasikan rencana tersebut kedalam<br />

rencana pembangunan regional.<br />

3. Menetapkan, mengarahkan dan mengamankan<br />

proporsï per bidang pembangunan sesuai dengan<br />

kondïsi daerah Kaltim.<br />

4. Menetapkan potensi daerah yang perlu dikembangkan<br />

dan memïlihdaerah yang perlu dïprioritaskan<br />

dalam pembangunan ( growthpole ) untuk<br />

melanjutkan menyebar menuruf olievlek sïstem.<br />

5. Mengenai problema di daerah dan mengetahui<br />

problema mana yang perlu segera dïpecahkan.<br />

6. Mengolah, menyajikan dan mengevaluasikan data<br />

untuk menyusun laporan/kesimpulan sementara<br />

untuk disampaikan kepada Gubernur Kepala Daerah.<br />

5. ASSISTEN PROYEK 1. Mengïnventarisïr proyek-proyek nasional di dae-<br />

NASIONAL rah sesuai DIP yang diterïma.<br />

2. Membantu mengkoordinir perencanaan dan pelaksanaan<br />

proyek-proyek nasional di daerah.<br />

3. Membantu memecahkan problema-problema yang<br />

dïhadapi proyek officer dalam pelaksanaan proyek.<br />

4. Menerima, mempertimbangkah, meneruskan usul<br />

perobahan DIP yang bersifat prinsïpiil kepada


- 89f -<br />

N o pABAgN/BIDANG/| DISKR,PSI PEKERJAAN<br />

Departemen yang bersangkutan BAPPENAS dan<br />

DEPT. KEUANGAN.<br />

5. Mengolab, menyajikan, menganalisa dan mengevaluasi<br />

data untuk menyusun laporan kesimpulan<br />

sementara untuk disampaikan kepada Gubernur<br />

Kepala Daerah.<br />

6. BIDANG 1. Memperincikan pengarahan dan bidang ke sektor,<br />

sub-sektor, program sampai proyek.<br />

2. Mengamati persiapan dan pengembangan pelaksanaan<br />

perencanaan pembangunan serta mengusahakan<br />

konslstensi antara program dengan proyek.<br />

3. Menentukan urgensi program pembangunan dan<br />

menetapkan prior itas proyek yang mencirikan kebijaksanaan<br />

pokok dan mencerminkan perencanaan<br />

sektoral.<br />

4. Mengamankan nila? strategi sasaran dengan penen<br />

tuan alokasi anggaran yang mencerminkan prioritas.<br />

A. EKONOMI a. Melaksanakan tugas-tugasbïdang yang menyangkut<br />

kegiatan ekonomi dalam sektpr-sektor :<br />

- Pertanian dan Irigasi<br />

- Industri dan Pertambangan<br />

- Tenaga Listrik<br />

- Perhubungan dan Pariwisata<br />

- Pembangunan Daerah dan Desa<br />

- Penyertaan Pemerintah<br />

b. Mengkoordinir leading sektor (kehutanan)dan beberapa<br />

sektor yang paling erat hubungannya<br />

dengan leading sektor tersebut.<br />

c. Mengkoordinir perencanaan fisik dengan tujuan<br />

pengembangan Kota dan Daerah,<br />

d. Mengkoordinir perencanaan investasi dan keuangan<br />

.


JAB H BlGrN DAR5;<br />

T~<br />

- 89g -<br />

DIS<br />

"<br />

KR,PSI reKERJAAN<br />

" '<br />

B. S O S I A L Melaksanakan tugas-tugas bidang yang menyangkut<br />

kegiatan nyata bagi masyarakat oleh pemerintah dalam<br />

sektor-sektor :<br />

- Agama<br />

- Pendidikan dan Kebudayaan<br />

- Perumahan, Kesejahteraan Sosial dan Penyediaan<br />

air minum<br />

- Penerangan<br />

- Tertib Hukum<br />

- Kesehatan dan Keluarga Berencana,<br />

C. U M U M Melaksanakan tugas-tugas bidang dalam pembinaan<br />

perasaan dan sarana pemerintahan untuk dapat melakukan<br />

kegiatan pembangunan dalam bidang ekonomi<br />

dan sosial, melïputi sektor :<br />

- Pemerintahan Umum<br />

- Pertahanan dan Keamanan<br />

- Badan-badan Perwak?lan<br />

- Pengurusan Keuangan<br />

D. PENGENDALIAN a. Pada fase perencanaan ya?tu pada waktu pengajuan<br />

DUP dan proyek statement yang dïkendalikan<br />

menurut krireria proyek dan analisa dengan<br />

bermacam-macam approach darï aspek tehnis,<br />

ekonomi, komersïil, fïnansiil, management, <strong>org</strong>anisasi<br />

dan ïnstitutïonïl,<br />

b. Pada fase perencanaan proyek (ïn-proses control)<br />

pengendalian ditujukan kepada ketetapan target<br />

dengan realïsasï per bulan afauf'ïwulan danbilamana<br />

penyïmpangan dilakukan tindakan-tïndakan<br />

pengamanan.<br />

c. Pada fase pertanggunganjawab keuangan dan fisik<br />

(expost-control) bïlamana terjadi penyimpangan<br />

darï proyek yang telah berjalan diambïl tindakan<br />

kuratïf dï sampïng itu dilakukan proses<br />

feedback dalam penyusunan rencana yad.<br />

d. D? sampïng ïtu mempunyaï tugas pula dalam mengumpulkan<br />

data survey, analisa serta informasi


- 89h -<br />

Tabel 7<br />

DISKRIPSI PEKERJAAN (JOB DESCRIPTION) BERDASARKAN HASIL<br />

RAPAT BAPPEPDA TANGGAL 9 MEI 1972<br />

No, JABATAN/BIDANG DISKRIPSI PEKERJAAN<br />

1, KETUA DAN WAKIL 1 „ Memimpin pelaksanaan tugas, fungsi dan wewe-<br />

KETUA nang BAPPEPDA,<br />

2, Menentukan kebijaksanaan dan melakukan tïndakan-tïndakan<br />

yang diperlukan guna memperlancar<br />

tugas-tugas yang diberikan oleh Gubernur Kepala<br />

Daerah,<br />

3 , Mengatur pembagïan tugas serta menetapkan perincïan<br />

tatakerja BAPPEPDA»<br />

4, Menunjuk salah seorang staff BAPPEPDA sebagaï<br />

pejabatpïmpinan bïla ketua/wakïl ketua berhalangan,<br />

2, SEKRETARIS A, 1, Dalam melaksanakan tugas administrasi, ketua<br />

dibantu oleh seorang sekretaris»<br />

2, Sekretaris berada dibawah dan bertanggungja­<br />

wab kepada ketua „<br />

Bo 1 o Membantu ketua dalam pembinaan administrasi<br />

2 o Mengkoordinir dan mengendalïkan pelaksanaan<br />

fungsï-fungsï admïmstrasï BAPPEPDAdalam segala<br />

bïdang (proyek nasional dan daerah),<br />

C o Sekretaris BAPPEPDA memimpin sekretariat untuk<br />

melaksanakan tugas ketatalaksanaan admïnïstratïf,<br />

pembinaan perso na Ha, peraturan keuangan dan anggaran,<br />

pengaturan perlengkapan rumah-hangga<br />

3 o DEWAN PERTIM- 1 = Memberikansaran dan pertimbangan kepada ketua<br />

BANGAN/STAFF BAPPEPDA,<br />

2, Memberikan keterangan dan penjelasan kepada assïsten,<br />

kepala bagïan dan kepala seksï»<br />

3 , Melakukan tugas khusus yang diberikan oleh ketua,<br />

4, Staff ahlï bertanggungjawab kepada ketua BAP­<br />

PEPDA,


- 89i -<br />

No. JABATAN/B1DANG DISKRIPSI PEKERJAAN<br />

4„ ASSISTEN PROYEK 1. Mempelajari/menilal rencana (Proyek State-<br />

DAERAH ment dan DUP) Proyek Pembangunan Daerah<br />

yang diajukan Dinas/non-dinas,<br />

2 c Menyusun rencana pembangunan ekonomï Kaltim,<br />

3, Mengkoordinir, mensinkronisasikan proyekproyek<br />

O<br />

4, Mempelajari/menilai DIP»<br />

5o Mengendalïkan dan menilai pelaksanaan proyek-proyek<br />

0<br />

6» Mengolah,menyajikan,menganalisadanmengevaluasï<br />

data untuk menyusun laporan/kesïmpulan<br />

sementara untuk disampaikan kepada<br />

Gubernur/KDH.<br />

5, ASSISTEN PROYEK 1» Menginventarïsïr proyek-proyek Nasional di-<br />

NASIONAL daerah sesuai DIP yang diterima.<br />

2o Membantu Gubernur mengkoordinir proyekproyek<br />

Nasional didaerah,<br />

3» Membantu memecahkan problema - problema<br />

yang dihadapi proyek officer dalam pelaksanaan<br />

proyek o<br />

4„ Menerima, mempertimbangkan, meneruskan<br />

usul perobahan DIP yang bersifat prinsïpiil<br />

kepada departemen yang bersangkutan, Bappenas<br />

dan Departemen Keuangan»<br />

5, Mengolah,menyaj?kan,menganalisadan mengevaluasï<br />

data untuk menyusun laporan/kesimpulan<br />

sementara untuk disampaikan kepada<br />

Gubernur Kepala Daerah„<br />

6, BIDANG Bidang dibantu oleh seksi-seks? dalam melaksanakan<br />

tugas penyusunan rencana pengendalian


- 89j -<br />

No, JABATAN/B1DANG DISKRIPSI PEKERJAAN<br />

A, PRODUKSI Meliputï :<br />

B, PRASARANA Meliputï :<br />

operasïonïl, analisa data dan penyusunan laporan<br />

baik proyek daerah, maupun proyek nasionaL<br />

- pertanian - kehutanan<br />

- perkebunan - industri<br />

- perïkanan - pertambangan<br />

- peternakan - pariwisata<br />

- irigasi - perhubungan<br />

- penye lamatan tanah - desa<br />

dan air - daerah<br />

- tenaga listrik - pemerintahan<br />

C SOSIAL, BUDAYA Melïputi :<br />

KEWIRAAN - agama - perumahan<br />

- pendidikan - air minum<br />

- kebudayaan - penerangan<br />

- tenaga kerja - tertib hukum<br />

- kesehatan - kelembagaan<br />

D, PENGENDALIAN Meliputï :<br />

4<br />

- pengendalian dan pengawasan<br />

- research<br />

- statistik


- 89k -<br />

k l JABATAN/BIDANG/ m c „ D I K I B C., D 1 A A M<br />

No. BAGIAN DISKRIPSI PEKERJAAN<br />

tentang keadaan pembangunan dalam masyarakat<br />

luas.<br />

7. DATA ROOM Bertugas mengumpulkan bahan-bahan, mengolahnya<br />

dan memprosentasikan dalam bentuk yang lebih sederhana<br />

seperti : bagan, tabel, petachart, dsb.<br />

8. SEKRETARIAT 1. Mengaturketatalaksanaan administrasi mengenai<br />

<strong>org</strong>anisasi, prosedur legislasi dan masalah-masalah<br />

hukum.<br />

2. Pembinaan personalia yang meliputi tata usaha<br />

kepegawaian penjejangan, dan kesejahteraan pegawai.<br />

3. Pengaturan keuangan yang mencakup pembiayaan<br />

kas, daftar gaji dan pembukuan .<br />

4. Pengaturan perlengkapan Rumah Tangga, Arsip<br />

dan Ekspedisï.<br />

5. Pengaturan hubungan kerja dengan instansi-instansï<br />

lain.


- 90 -<br />

Beberapa ha! yang telah dïlakukannya antara laïn adalah (a) penyusunan<br />

Laporan Pelaksanaan Rencana Pembangunan Tahun 1971/1972 sampaï Kwarto'<br />

I yang merupakan Lampïran Pïdato Gubernur KDH Kalïmantan Tïmur<br />

dïmukaDPR-D tanggal 17 Agustus 1972, dan (b) penyusunan APBD tambahan<br />

1972/1973 yang pada waktu Team berkunjung ke Samarïnda masïh dalam<br />

proses penyelesaïan, Selaïn ïtu, Bappepda juga telah melakukan penïiaïan<br />

terhadap DUP yang akan dïajukan kepada Pusat»<br />

8» Sebagaimana kita ketahuï,setïap perencanaan harus dïmulaï dengan proses<br />

pengumpulan dan pengolahan da»a Oleh sebab ïtu pelaksanaan fungsi<br />

dari Bappepda juga tergantung dari sudah atau belumnya Bappepda mulai<br />

dengan proses tsb, Dalam hal in« Team melihat bahwasanya Bidang Pengen­<br />

dalian hingga saat ïni belum melakukan fungsï rïsetdan pengumpulan data<br />

tersebut» Data-data yang diperlukan untuk sementara dikumpulkan oleh<br />

Operation-room yang tadïnya merupakan aparat darï Kantor Gubernuran,<br />

Beberapa waktu yang lalu ketïka Pemerintah Daerah Kalïmantan Timur me­<br />

lakukan workshop untuk menyusun Rencana Pembangunan 7 tahun (1972-<br />

1979) maka data-datanya juga dï<strong>org</strong>anisir oleh Operation-room tersebut»<br />

Sekarang ini setelah badan inï digabungkan dengan struktur Bappepda,<br />

maka untuk sementara data-data untuk perencanaan masih berpusat pada<br />

badan ïnï „<br />

9o Dalam bidang penyusunan rencana-rencana pembangunan maka Bappepda<br />

dewasa ïni baru "dïcoba" untuk menyusun RAPBD tambahan 1972/1973 de­<br />

ngan harapan, dengan sendïrïnya untuk seianjutnya melaksanakan tugas<br />

menyusun rencana tahunan dan RAPBD 1973/1974, Seianjutnya Bappepda<br />

dengan sendinnya mempunyai tugas pula untuk menyusun Repel ita Daerah<br />

(1974-1979) serta memberikan bahan-bahan atau bantuan kepada Bappenas<br />

dalam penyusunan Repelita Nasïonal, Sebagaimana kita ketahuï Naskah<br />

Rencana Pembangunan 7 tahun yang sekarang ïnï ada, hanya lah merupa­<br />

kan hasïl darï workshop dan belum mempunyaï kekuatan hukum untuk di­<br />

laksanakan, Da!om ha! ïnï Team melihat bahwa hïngga kïni belum dïpi-<br />

kïrkan oleh Bappepda untuk menïnjau kembalï naskah tersebut untuk se­<br />

ianjutnya dïproses menjadi dokumen resmï sebagaï Rspeüsfa Daerah yang<br />

resmï tahun 1974-1979,<br />

10, Sebagaimana telah dïsïnggung dïmuka Bappepda telah menyusun Laporan<br />

pelaksanaan rencana pembangunan 1971/1972 hïngga bulan Maret 1972,<br />

Dalam proses penyusunan laporan tersebut sedïkit banyak telah dilakukan<br />

evaluasi yang akan merupakan feed-back untuk perencanaan yang akan<br />

datang, Namun kegiatan pengawasan daiam. artï yang luas yang melïputi<br />

tugas-tugas pengumpulan data dan evaluasi untuk pengendalian operasïonïl<br />

pembangunan serta da lam rangka mendapatkan feed-back yang komprehen-<br />

sïf untuk rencana-rencana yang akan datang # Team melihat bahwasanya<br />

Bappepda masih terbatas usahanya dalam kegiatan ïnïmengingat bahwa ba­<br />

dan ïnï juga baru beberapa bulan melaksanakan tugas-tugasnya yang baru.


- 91 -<br />

11. Dalam melihat kedepan te'hadap pelaksanaan fungsi Bappepda maka Team<br />

melihat bahwa apa yang dilakukan oleh Bappepda pada waktu sekarang inï<br />

masih bersifat insidentll, dalam art! bahwa Bappepda pada waktu ini baru<br />

menger jakan tugas-tugas yang datang kepadanya atas perïntah Gubernur,<br />

misalnya saja perïntah Gubernur untuk me- >\.\>o< _n, menyiapkan RAPBD<br />

tambahan dan sebagaïnya. Program tahunan serta program-program dalam<br />

jangka waktu yang lebrh lama lagï yang dïrumuskannya sendïrï untuk dilaksanakan,<br />

belum ada. Dengan demikian ijuga jadwal waktu pelaksanaan<br />

program, pembagïan tugas untuk suatu kegiatan, rencana kerja jangka pendek<br />

untuk melaksanakan suatu proyek dolam rangka pelaksanaan fungs? Bappepda,<br />

dan sebagaïnya juga belum dibuat, Sementara itu, dirasakan oleh<br />

Bappepda bahwasanya tugas-tugas yang sekarang ïni ada sudah dirasakan<br />

cukup berat jïka dïukur oleh batas-batas waktu yang dïbeMkan, mïsalnya<br />

saja dalam menyusun RAPBD tambahan. Pelaksanaan tugas yang sekaieng<br />

ïni dirasakan |uga sudah cukup banyak mengïngat kebanyakan pejabat-pejabat<br />

dan petugas-petugas yang adü sekarang ïnï melakukan tugas-tugasnya<br />

dalam basis part-time, dimana dijumpai juga keadaan rangkap jabatan yang<br />

terlalu banyak pada seseorang yang dijumpai pada kebanyakan pejabaf te»pentïng<br />

di Bappepda.<br />

12. Dïatas telah dïterangkan bahwa Bappepda ba-u mulo bekerja sejak April,<br />

1972 dan karena itu masih terlalu prematur bagi Team untuk mengukur per­<br />

formance mereka. Akan tetapï yang perlu dicatat adalah bahwa Bappepda<br />

dengan kondïsï yang ada sekarang masih berada dalam taraf orientesi tentang<br />

ruang lïngkup pekerjaannya. Berdasarkan pengalaman riset yang telah di­<br />

lakukan di berbagai daerah, maka pengembangan fungsi formil yang telah<br />

ditetapkan sekarang dan ruang lïngkup kegiatannya dïmasa mendotang akan<br />

tergantung dar? faktor-faktor sebaga? berïkut: (a) kwalitas pimpïnan seper-<br />

tïKetua dan Wak? I Ketua Bappepda, Sekretaris, para Aslsten (ketua bidang)<br />

serta kepala-kepala bagian, (b) kwalitas dan kwantïtas tenaga-tenaga teh­<br />

nis dan ahlï, (c) pembiayaan untuk rencana kegiatan, dan (d) peralatan un­<br />

tuk kegiatan riset dan perencanaon. Tugas, wewenang don fungs» formil<br />

yang telah ditetapkan sekarang ïnï cukup kuat dan luas dïukur dengan kon­<br />

dïsï Bappepda yang ada.<br />

Staff, Pembiayaan dan Peralatan<br />

13. Sebagaimana telah dïterangkan diatas, pelaksanaan fungsï dan tugas darï<br />

Bappepda tergantung dar? faktor-faktor staff, pembiayaan dan peralatan<br />

yang dimilïkï oleh badan tersebut. Keterangan pertama yang dïterïma oleh<br />

Team tentang situasi staff tersebut adalah bahwa Pemerintah Daerah Kali­<br />

mantan Timur di Samorindo merasokan adanya kekurangans*off, \•: d«f»n-<br />

jau darï segï jumlah, kwalïfikasi maupun mutu. Gambaran sïtuasï kepega-


-92-<br />

waïan sejak darï pimpinan sampaï kepada pelaksana tehnis (pegawaï sekrefarïat,<br />

seksï-seksï, protokol, dsb.) dapat dïlïhat pada Tabel 8& 10, Jumlah<br />

staff seluruhnya ada 35 orang, 12 orang dïantaranya bertitel sarjana penuh<br />

dan 3 orang sarjana muda. Yang berpendïdïkan SMA kebawah 16 orang dan<br />

yang tidak dïketahui tingkat pendidikannya 4 orang (umumnya pegawaï rendah).<br />

Perlu dicatat disini bahwa diantara 12 orang sarjana tersebut 6 c o-'g<br />

adalah staff ahlï yang jabatan utamanya bukan dï Bappepda, melaïnkan di<br />

badan-badan lain (umumnya darï dïnas-dïnas) »<br />

Jabatan pimpinan (13 orang) sebagian dïpegang oleh tenaga-tenaga sarjana<br />

penuh (6 orang), sebagian lagï dipegang oleh sarjana muda, pegawaï senior<br />

dan lulusan SMA. Tabel 11 memperlïhatkan latar belakang pendidikan serta<br />

variasi darï bïdang-bidang pendidikan darï seluruh pegawaï, sedangkan<br />

tabel 12 menggambarkan bidang pendidikan dari tiap-tiap pegawai darimana<br />

dapat dïketahuï apakah jabatan-jabatan tersebut sesuai atau tidak dengan<br />

latar belakang pendidikan para pejabatnya. Dari dua tabel tersebut dapat<br />

diambil kesïmpulan bahwa Pemerintah Daerah merasakan adanya kekurangan<br />

tenaga ahli sehïngga Pemerintah Daerah terpaksa harus mengambil tenagatenaga<br />

sarjana yang ada atau pegawai yang dipandang memiliki pengalaman<br />

untuk menjabat tugas sesuatu bidang yang mungkin kurang sesuai dengan latar<br />

belakang pendidikannya.<br />

Ha! yang terlïhat nyata pada Bappepda adalah tïdak adanya tenaga sarjana<br />

ekonomi, sehingga karenanya beberapa jabatan yang seyogyanya dïpegang<br />

oleh sarjana ekonomi, terpaksa harus dïjabat oleh tenaga sarjana bidang nonekonomi.<br />

Demikian pula tenaga-tenaga insïnyur bidang sipil, pertanian,<br />

peternakan, kehutanan, dsb. tidak ada yang memegang jabatan pimpinan<br />

atau inti pada Bappepda. Tenaga-tenaga dengan keahlian tersebut umumnya<br />

dïambïl dar? dinas-dinas dan diletakkan sebagai staff ahli yang tïdak bekerja<br />

penuh atau mengamb?l tanggung jawab pelaksanaan tugas-tugas perencanaan.<br />

Dilihat dar? seg? umur (lïhat Tabel 9) tenaga-tenaga pimpïnan manengah<br />

(middle management) umumnya memang telah dipegang oleh tenagatenaga<br />

muda lulusan universitas, tapï tenaga muda sarjana universitas ini<br />

lebïh kuat berperanan dalam Dewan Pertimbangan (Staff Ahlï).<br />

Kelangkaan serta kesulïtan untuk mendapatkan staff yang mampu dan bisa<br />

dipekerjakan di berbagaï bidang tersebut dirasakan pula oleh Bappepda maupun<br />

Pemerintah Daerah sendiri. Untuk mengatasï masalah ïni, maka apa yang<br />

telah dan terutama dilakukan oleh Pemerintah Daerah adalah dengan membina<br />

kemampuan tehnis dan pengetahuan pejabat-pejabat Bappepda dan pejabat-pejabat<br />

lain yang berhubungan dengan tugas-tugas perencanaan (mïsalnya<br />

darï dinas-dinas) dalam bidang perencanaan. Dalam hal ini Pemerintah<br />

Daerah Kalïmantan Timur telah menyelenggarakan kursus atas bantuan<br />

penuh dari Bappenas selama dua kali, yaitu pada bulan Maret dan pada bu-


Tabel O<br />

-92a -<br />

TINGKAT PENDIDIKAN PEGAWAÏ BAPPEPDA<br />

I 1 _ ,.. -i<br />

NO. TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH<br />

1 . Sarjana Penuh 12<br />

2. Sarjana Muda 3<br />

3. SMA Ke Bawah 16<br />

4. Tidak Jelas Tingkat<br />

Pendidikannya 4<br />

JUMLAH 35<br />

Tabel 9<br />

GOLONGAN UMUR PEGAWAÏ BAPPEPDA<br />

NO. ! TING KATAN UMUR JUMLAH<br />

1. 40 - 50 6<br />

2. 35-39 9<br />

3. 30 - 34 3<br />

4. Tak Diketahui<br />

(Pegawai Rendah) 17<br />

JUMLAH 35


Tabe! 10<br />

- 92 br<br />

TINGKAT DAN KWALIFIKASI JABATAN PEGAWAÏ BAPPEPDA<br />

[NO. TING KAT/ KWAL IFI KAS I JUMLAH<br />

L __ , , —, , 1<br />

j<br />

1 D Pimpinan 14<br />

2 Staff Ahli 7<br />

3. Pelaksana Tehnis dan<br />

Pegawai Rendah 14<br />

— 1—,—; , , ,<br />

JUMLAH 35<br />

Tabel ï 1<br />

BIDANG-BIDANG PENDIDIKAN MENURUT JUMLAH DARI<br />

PEGAWAÏ BAPPE PDA<br />

NO BiDANG PENDIDIKAN JUMLAH<br />

1. Sospol 2<br />

2. Pendidikan 3<br />

3» Pertanian/Peternakan 3<br />

4 | Kehutanan 1<br />

5. | Ekonomi/Keuangan 3<br />

6. ! Sastra 1<br />

7. Kimia • 2<br />

8. I Hukum 1<br />

9. i Tehnik 1<br />

10. I SMA 2<br />

11. S M P 3<br />

12. SD 9<br />

13. Tak Diketahui 4<br />

JUMLAH 35


Tabe! 12<br />

- V2c -<br />

SISTIM PENEMPATAN & LATAR BELAKANG PENDIDIKAN<br />

PEJABAT-PEJABAT PENTING BAPPEPDA<br />

• ~I ———~———"——~r ——' ~ ' ' . 'i<br />

NO. J A B A T A N LATAR BELAKANG PENDIDIKAN j<br />

1. Ketua Bappepda Sarjana Sospol (Drs)<br />

2„ Wakil Ketua Bappepda Sarjana Pendidikan (Drs)<br />

3. Sekretaris Bappepda Sarjana Pendidikan (Drs)<br />

4. Assisfren Proyek Daerah Sarjana Pendidikan (Drs)<br />

5. Assisten Proyek Pusat Ahlï Pertanian (Tak Bertitel)<br />

6. Anggota-anggota Dewan<br />

Pertimbangan (staff ahlï) Sarjana-sarjana Pertanian (Ir)<br />

K i m ï a (Ir)<br />

Kehutanan (Ir)<br />

Keuangan (Drs)<br />

Hukum fSH)<br />

Peternakan (Ir)<br />

Ahlï Tehnik<br />

(Tak Bertitel)<br />

7. Ketua Bidang Ekonomi Tak Diketahui (Pegawai Senior)<br />

8. Ketua Bidang Sosial Sarjana Muda Ekonomi (BBA)<br />

9 0 Ketua Bidang Umum Tak Diketahui (Pegawaï Senior)<br />

10. Ketua Bidang Pengendalian Sarjana Sospol (Drs)<br />

11. Kepala Bau-an Pengendalian Assisten Apoteker<br />

12 = Kepala Operation Room Sarjana Sas tra (Drs)<br />

13o Kepala Bagian Keuangan SMA<br />

14. Kepala Bagian Administrasi<br />

Umum j Sarjana Muda Ekonomi (BA c. BSc)<br />

m»m&bim prasarana fftfk mm ^avwtöadttféPfi _&* ta_i_ Ö*3^PÖW*<br />

15. Pegawai Sekretariat SMA, SMP, SMEP<br />

1 1 1


-93-<br />

lan September, 1972. Usaha untuk mengatasï masalah ïni dengan misalnya<br />

mencari tenaga-tenaga sarjana atau ahli dari daerah laïn dengan sistim insentive<br />

misalnya, masih terbatas sekali dilakukan.<br />

14. Salah satu usaha Bappepda untuk meningkatkan mutu staff-nya adalah dengan<br />

menyelenggarakan kursus perencanaan yang telah dilaksanakan pada bulan<br />

Maret dan September, 1972, Kursus yang diselenggarakan oleh Pemerintah<br />

Daerah Kalimantan sendiri itu mengambil tenaga-tenaga pengajar dari ahli-ahli<br />

perencanaan di bidang pertanian, pekerjaan umum, industri, tenagakerja,<br />

dsb. yang sekarang ini bertugas di beberapa instansi pemerintah pusat<br />

seperti Bappenas, PUTL, Departemen Tenaga Kerja, BPS, Universitas<br />

Indonesia, ITB, dll, Menurut pengalaman Team yang ikut juga verlibat dalam<br />

kegiatan tersebut beberapa kekurangan yang ada dalam penyelenggaraan<br />

kursus tersebut antara lain adalah : (a) tenaga pengajarnya kurang mempunyai<br />

waktu untuk menyusun bahan-bahan kuliahnya sehïngga tiap-tiap<br />

mata pelajaran dirasakan kurang lengkap ïsinya. Untuk bahan kursus memang<br />

seyogyanya dïsusun semacam text-book atau manual yang bisa dipelajari<br />

sendiri oleh peserta-peserta kursus sedangkan pengajar hanya memberi<br />

keterangan yang perlu-perlu saja serta membïcarakan kasus-kasus perencanaan<br />

yang kongkrit, (b) isi antara satu mata pelajaran dan mata pelajaran<br />

yang lain kurang koordinasïnya sehïngga seluruh kuliah tersebut<br />

belum merupakan satu bahan yang komprehensif.<br />

Selain dalam bentuk kursus, Team belum melihat usaha-usaha laïn yang<br />

pernah dilakukan oleh Bappepda untuk meningkatkan mutu staffnya, mïsalnya<br />

saja dengan mencïptakan suatu forum diskusï atau "bull-session" dïantara<br />

kelompok-kelompok ahli yang ada di Samarinda,baik dïdalam maupun<br />

diluar Bappepda Forum ini hanya mungkin berkembang jika ada beberapa<br />

ahli yang menonjol dl lïngkungan itu yang memberi kepemimpinan dalam<br />

penciptaan forum-forum diskusï,<br />

15. Dalam melaksanakan fungsinya Bappepda juga merasakan adanya hambatan<br />

darï segi pembiayaan, Berdasarkan peraturan yang hingga kin? berlaku Bappepda<br />

tidak memiliki budget khusus, dan karena itu anggaran untuk Bappepda<br />

tidak dicantumkan, baïk pada APBD 1971/1972 maupun APBD 1972/<br />

1973 . Selama ini pembiayaan Bappepda dïambilkan darï anggaran Sekretariat<br />

Daerah. Sungguhpun demikian, dalam APBD 1972/1973 tambahan, dïrencanakan<br />

untuk mengalokasïkan budget khusus untuk Bappepda sebesa,<br />

Rp. 31,-juta, Team mencatat bahwa biaya ïnï menurut rencana belum akan<br />

banyak digunakan untuk membiayai kegiatan riset perencanaan, dsb. yang<br />

akan dilakukan oleh Bappepda, melainkan akan banyak digunakan untuk<br />

membina prasarana fisik dari Bappepda sendiri dan usaha-usaha pembinaan<br />

umumnya.


- 94 -<br />

16» Bappepda, pada waktu ini juga masïh merasakan adanya kekurangan prasarana<br />

fisïk dalam melaksanakan tugasnya. Pada waktu Team berkunjung<br />

ke Samarïnda, Bappepda telah memiliki sebuoh gedung tersendiri yang terdiri<br />

darï ruang rapat, ruang tamu, kamar-kamar untuk bekerja, ruang sekretariat,<br />

dsb», yang semuanya masih serba sederhana» Operation-room<br />

untuk sementara masih meminjam salah satu ruangan dïkantor Gubernuran .<br />

(Namun menurut rencana, kepada Bappepda akan diberikan sebuah gedung<br />

yang tersendiri yang representatïp) .Selaïn ïtu Team juga mencatat bahwa<br />

Bappepda pada waktu ïnS belum memïlikï peralatan untuk perencanaan<br />

fisïk seperti meja-meja dan alat-alat gambar, reproductïon unit, dsb<br />

Kerjasama Dengan Badan-badan Laïn<br />

17. Dari pengalaman didaerah-daerah lain, unit-unit perencanaan daerah yang<br />

kebanyakan masïh merupakan lembaga baru, umumnya memerlukan pembinaan<br />

yang membu;uhkan pertolongan atau kerjasama dengan badan-badan<br />

atau lembaga-lembaga lain khususnya dari universitas yang sudah tumbuh<br />

menjadi "centre of execelence" dibeberapa daerah Dengan melihat<br />

pada kasus hubungan antara Unïversïtas Sjiah Kuala dengan ADB dï Aceh,<br />

Universitas Hasanuddïndengan Bïro Perbang dï Sulawesi Selatan, Universitas<br />

Udayana dengan Bïro Perbang dï Bali, dll», dïmana ternyata kerjasama<br />

antara kedua macam lembaga tersebut merupakar syarat bagï perkembangan<br />

unït perencanaan daerah, maka ketika Team berkunjung ke<br />

Samarïnda, Team juga me lïhat kepada hubungan Bappepda dengan Universitas<br />

setempat, yaïtu Universitas Mulawarman»<br />

Dewasa inï antara kedua lembaga tersebut memang sudah ada perjanjian<br />

kerjasama formil yang dïwujudkan dalam badan yang bernama "Lembaga<br />

Pengabdian Masyarakat". Namun Team mencatat juga bahwa baïk Bappepda<br />

(dengan <strong>org</strong>anisasi barunya) maupun Unïversïtas Mulawarman, keduanya<br />

masïh merupakan lembaga-lembaga baru yang masïng-masing masih<br />

memerlukan pembinaan kedalam,Sebab ïtu hasïl kerjasama itupun belum<br />

menghasilkan sesuatu. Dalam rencana akan dilakukan kerjasama untuk<br />

melakukan riset don survey buat perencanaan, misalnya dalam penyusunan<br />

statistik vital Kalimantan Tïmur, penelitian tentang regional income<br />

survey tentang kondïsï atau konsesï-konsesi kehutanan, pertanian,<br />

perkebunan, peternakan, dsb» Menurut rencana juga, mengïngat bahwa<br />

Universitas Mulawarman sendiri masïh belum kuat, Bappepda juga akan<br />

merencanakan kerjasama dengan unïversïtas-universitas laïn yang terdekat<br />

seperti Universitas Hasanuddïn dï Ujung Pandang, serta Unïversïtas<br />

Lambung Mangkurat dï Banjar Baru (Kalïmantan Selatan).Bahkan Bappepda<br />

juga merencanakan ker jasama dengan Universitas Indonesia dï Jakarta<br />

dan Universitas Gajah Mada di Jogyakarta,


- 95 -<br />

18, Sebeiumnya, hubungan kerjasama untuk pengembangan dan perencanaan<br />

regional dilakukan langsung oleh Pemerintah Daerah Propinsi, misalnya<br />

saja dalam penyusunan Rencana Pembangunan 7 tahun (1972-1979) yang<br />

dilakukan pada akhir tahun 1971,Pemerintah Daerah telah menyelenggarakan<br />

suatu workshop dengan bantuan penuh dari Bappenas serta dengan<br />

mengundang berbagai ahli dari Pusat, untversïtas-unïversïtas serta pejabatpejabat<br />

Pemerintah Daerah dari lain propinsi, Hal ini dilakukan oleh sebab<br />

Pemerintah Daerah memandang bahwa unit perencanaan yang ada, masih<br />

belum mampu melaksanakan tugas perencanaan tsb» Hal yang serupa telah<br />

pula dilakukan didaerah-daerah laïn, seperti di Sumatera Utara dan Sulawesi<br />

Selatan, masïng-masing dalam rangka menyusun rencana pembangunan<br />

daerah 1974-1979» Dengan kerjasama dan bantuan lembaga-lembaga<br />

laïn tsb.diharapkanpejabat-pejabatperencanaan yang ada bïsa memperoleh<br />

pengalaman untuk menunaikan fungsï mereka»


Masalah Pokok<br />

-96-<br />

BAB V!<br />

KESIMPULAN DAN SA3AN - SARAN<br />

TENTANG PENGEMBANGAN UN!T<br />

PERENCANAAN DAERAH D!<br />

KALIMANTAN TIMUR<br />

1 „ Pada Bagian ! bab IV telah kita kemukakan saran-saran yang sïfatnya umum,<br />

dalam art? berlaku untuk unit perencanaan di semua daerah, sudah tentu<br />

termasuk untuk Kalimantan Timur Yang menjadi persoalan adalah i (1) tiap-tiap<br />

pemerintahan daerah, dalam hal in? pemerintah daerah tingkat propinsi,<br />

kotamadya dan kabupaten, mem?lik! tingkat perkembangan dan kemampuan<br />

administrasi yang berbeda-beda, (2) tingkat perkembangan dan<br />

kemampuan administrasi pemerintahan daerah tersebut dengan sendïrinya<br />

pula mempengaruh? tingkat perkembangan dan kemampuan administrasi unit<br />

perencanaan daerah dan oleh sebab itu unït perencanaan daerah pada<br />

tiap-tiap propinsi mempunyai tingkat perkembangan yang berbeda-beda pula,<br />

(3) tlap-tïap daerah memilïkï potens? atau 'resources' yang berbedabeda<br />

pula, yaitu yang menyangkut sumber keuangan, staff ahlï atau persónïl,<br />

lembaga-lembaga yang bisa membantu perkembangan un«'t perencanaan<br />

daerah, dst, dan (4) tiap-tiap daerah sudah tentu juga mempunyai kompleks<br />

persoalan yang berbeda-beda, sebagian sudah dlpecahkan melalui proses<br />

perencanaan, sebagian lagï masïh banyak belum dïsentuh oleh proses tsb»,<br />

tïngkat darï intervensï perencanaan komprehensif tsb berbeda-beda pada<br />

setïap daerah Hal-hal yang kïta kemukakan dï atas adalah merupakan dasar<br />

bahwa saran-saran untuk mengembangkan unit perencanaan pada tiaptiap<br />

daerah past» bïsa berbeda<br />

2. Tentang sïtuas* masalah unit perencanaan daerah Kalïmantan Tïmur, yaïtu<br />

Bappepda, dapat kïta sïmpulkan dar? Bab V Bagïan I) secara sïngkat sebagaï<br />

berïkut :<br />

Pertama, pemerintah daerah Kalïmantan Tïmur dewasa inï sudah memiliki<br />

unït perencanaan daerah dï tïngkat propïnsï ya«tu Bappepda„ Sekalipun<br />

sumber hukumnya adalah masih berdasarkan S K Menteri Dalam Negerï<br />

No. 145/1969, namun pendïrïan badan tersebut berikut kedudukan, tanggung-jawabdanwewenangnya<br />

telah mendapatkan dasar yang lebih kuat lag?<br />

pada S.K» Gubernur No 72/1972, yaitu sebaga? "badan otonoom dan<br />

langsung merupakan badan yang memiliki fungsi staff terhadap Gubernur<br />

Kepala Daerah se'ta mem?lik? wewenang perencanaan dan pengendalian<br />

yang penuh dalam proses pembangunan daerah".


- 97 -<br />

Kedua, Bappepda, juga atas dasar S»K. Gubernur No= 72/1972 felah memiliki<br />

fungs? dan tugas yang jelas, berdasarkan mana dapatlah dïka*akan<br />

bahwa badan ?n? dimaksudkan sebaga? suatu YevoMng planning unit',yaitu<br />

suatu badan perencanaan daerah yang secara penuh dan terus menerus<br />

melaksanakan fungsi dan tugas perencanaan sejak dar? proses pengumpulan<br />

data, penyusunan rencana pembangunan hingga kepada pengawasan dan<br />

pengendal?an operasionil pelaksanaan rencana pembangunan<br />

Ketiga, struktur <strong>org</strong>an?sas? dar? Bappepda juga sudah disusun yang perumusannya<br />

tercermïn dalam S»K» Gubernur No, 73/1972, bahkan untuk tiapt?ap<br />

bagian yang ditetapkan sudah pula dïberï rumusan tugas dan fungsinya<br />

secara form?l dalam S K yang secara lebïh terperïnc? juga sudah dirumuskan<br />

dalam Rapat Bappepda tanggal 9 Me? 1972»<br />

Keempat, dalam S»K» Gubernur No. 78/1973, Gubernur telah menetapkan<br />

staff dan personalia lengkap dengan pangkat dan jabatannya pada Bappepda»<br />

Kelima, untuk pembiayaan Bappepda, maka dalam APBD 1972/1973 Tambahan,<br />

telah dïalokasïkan suatu budget, dengan mana Bappepda akan bisa<br />

menjalankan tugasnya»<br />

3. Dengan dasar dukum dan ketetapan resmï yang kïta kemukakan dïatas, maka<br />

Bappepda telah mem?lïkï dasar pendïrïan yang kuat dan karena ïtu, secara<br />

teorïtïs telah bïsa memulaï melaksanakan tugasnya. Sampa? sebe»apa<br />

Bappepda telah berhasïl melaksanakan tugas dan fungsïnya belum banyak<br />

diperoleh keterangan mengïngat bahwa badan ïnï baru mulaï bekerja pada<br />

bulan April 1972, dï mana pada bulan-bulan pertama Bappepda hanya bisa<br />

melakukan kegiatan yang bersifat persïapan dengan biaya dan peralatan<br />

yang bersifat serba sementara. Sebagaimana juga telah kïta kemukakan pada<br />

bab terdahulu, tugas yang mula-mula dilakukan oleh Bappepda adciah<br />

(1) mencoba menyusun RAPBD 1972/1973 Tambahan atasperïntah Gubernur,<br />

dan (2) menyusun naskah Laporan Gubernur tentang pelaksanaan pembangunan<br />

1971/1972 kepada DPRD»<br />

4, Proses pembinaan Bappepda, dengan mendasarkan dïrï pada saran-saran umum<br />

yang kïta kemukakan pada bab IV sebaga? model, sudah tentu tïdak<br />

dapat d?laksanakan sekal?gus, melaïnkan harus dengan suatu strategi tertentu<br />

yang dilaksanakan secara bertahap dengan memakaï sïstïm prioritas,<br />

sesuai dengan urgens? serta kemampuan dan sumber-sumber yang dim?iikï,<br />

Unït perencanaan daerah d? Kalimantan Timur memang bisa dibangun ber-


- 98 -<br />

dasarkan perhatian yang khusus sehïngga, dï tengah-tengah sïtuasï administrasi<br />

pemerintahan yang belum begïtu berkembang,unït tersebut bïsa me -<br />

rupakan badan yang menonjol dan berperanan secara ïstïmewa pula, Kasus<br />

ïni mïsalnya kïta lïhat pada Aceh Development Board yang berdïrï sebagai<br />

instïtusï 'modern 1<br />

yang dï lïngkungan pemerintahan daerah memïlïkï peran­<br />

an dan pengaruh yang ïstïmewa. Hal yang sama kita lïhat pula pada Bappenas<br />

sekïtar tahun 1963 yang tïba-tïba muncul dengan peranan yang menonjol<br />

dan amatmenentukan, Sepertï yang kïta lïhat pada kedua kasus dï atas,<br />

sumber yang memberï motïvasï kegiatan kedua badan ïtu adalah sekelompok<br />

tehnokratyang terjun darï unïversïtas dan dïpïmpïn oleh seseorang individu<br />

yangselaïnmemïlïkï kwalïtas-kwalïtastehnis juga memïlïkï kepemïmpïnan,<br />

Peranan Aceh Development Board yang menonjol dïmungkïnkan karena sumber<br />

ahlï yang kuat, Unïversïtas Sjïah Kuala,<br />

5. Dalam memikirkan tentang strategi darï pembinaan Bappepda dï Kalïmantan<br />

Tïmur, sudah tentu kïta harus melïhat pula badan-badan atau ïnstansï-ïn-<br />

stansï laïn yang telah memïlïkï unsur perencanaan, setïdak-tïdaknya seba­<br />

gian darï kegïatan-kegïatannya mempunyaï hubungan dengan proses peren­<br />

canaan, sepertï mïsalnya dïnas-dïnas, khususnya dïnas kehutanan, perïn-<br />

dustrïan, PUTL, dan pertanian (yaïtu dïnas-dïnas yang telah memïlïkï ba­<br />

gïan statistik yang baïk yang juga mempunyaï staff perencana yang mampu),<br />

Kantor Statistik dan Sensus Penduduk, operation-room dan unïversïtas Mu­<br />

lawarman, Dengan melïhat kepada ïnstansï-ïnstansï tersebut ada dua macam<br />

strategi yang mungkïn dapat dilaksanakan,<br />

Pertama, memïndahkan sebagian darï unsur-unsur perencana dan perenca­<br />

naan ïtu ke Bappepda, sepertï mïsalnya menggabungkan operation-room<br />

kantorGubernuran untuk dïsatukandandïtïngkatkanfungsinya ke dalam ba-<br />

gïan-bagian tertentu dï Bappepda (bagïan pengumpulan data atau bagïan<br />

pengawasan) atau merekrut sebagian staf fnya untuk bekerja d? Bappepda ba­<br />

ïk atas dasar full-tïme atau part-time (bentuk kerjanya adalah full-timer<br />

Bappepda dan part-tïmer di ïnstans? laïn atau full-tïmer dï ïnstans? laïn ta­<br />

pï part-timer di Bappepda, mïsalnya sebagai staff ahli) , Dengan mengum­<br />

pulkan tenaga-tenaga perencana serta unsur-unsur perencanaan dari berba­<br />

gaï ïnstansï untuk membina Bappepda tersebut dïharapkan unït tersebut a-<br />

kan bïsa muncul dengan peranan yang lebïh besar dalam proses perencana­<br />

an pembangunan, serta menjadi semacam 'agent of change" dï lïngkungan<br />

pemerintahan daerah, sebagaimana yang dïperankan oleh Aceh Develop­<br />

ment Board dï Aceh<br />

Kedua, Bappepda tetap menjadi semacam koordinator perencanaan d? an­<br />

tara berbagaï unsur perencanaan dï lïngkungan pemerintahan daerah ting-


- 99 -<br />

kat propinsi, hanya saja peranan Bappepda ini dïtïngkatkan dengan cara s<br />

(1) memperkuatsecara kwalitatïf peranan Bappepda dengan membentuk suatu<br />

bagian atau kumpulan staff inti dalam badan tersebut, dan (2) memperkuat<br />

unsur-unsur perencanaan pada berbagai instansi, khususnya dinas-dinas,<br />

Kantor Statistik dan Sensus Penduduk, dan operation-room, di mana<br />

unsur-unsur perencanaan tersebut mempunyaï fungs? dan tugas khusus yang<br />

melayanï kebutuhan Bappepda dalam proses perencanaan.<br />

Sudah tentu secara ïdeal kedua pola pengembangan ïtu seharusnya dilakukan,<br />

yaitu baïk membina Bappepda sendïrï secara ïntensïf (kwalïtatïf) dan<br />

ekstensïf (kwanjïtatïf), maupun memperkuat unsur-unsur perencanaan dï berbagai<br />

instansi. Beda antara dua pola ïtu adalah, dengan cara yang pertama<br />

kïta benar-benar akan menjadïkan Bappepda sebagai pusat darï kegïatan<br />

perencanaan pembangunan, sedangkan dalam pola kedua, Bappepda hanya<br />

menjadi semacam koordïnator perencanaan darï unsur-unsur perencanaan<br />

yang dewasa ïnï masïh bekerja sendïrï-sendïrï. Kecenderungan Bappepda<br />

sebagaimana tercermïn pada berbagaï S.K. Gubernur yang kita sebutkan<br />

di atas adalah, pengembangan Bappepda dengan pola pertama, Dalam hal<br />

inï kita mempunyaï dua catatan, (1) kïta melïhat kesulïtan Bappepda dalam<br />

mendapatkan staff sekalïpun biaya bukan merupakan masalah, dan (2)<br />

sukses atau tïdaknya Bappepda sangat tergantung dari tingkat perkembangan<br />

unsur-unsur perencanaan pada ïnstansï-ïnstansi di lïngkungan pemerintahan<br />

daerah propinsi, bahkan juga sangat tergantung darï unsur-unsur perencanaan<br />

dï tïngkat kabupaten dan kotamadya, Meskïpun strategi yang<br />

pertama yang dïambïl oleh Bappepda, dua hal yang kïta kemukakan dï atas<br />

perlu juga dïperhatïkan,<br />

6, Berbagaï cara dan bentuk dapat kïta ambïl untuk mengembangkan Bappepda,<br />

yaïtu i (1) dengan cara formïl melaluï keputusan-keputusan pemerintah<br />

baïk darï Pusat (darï Departemen Dalam Negerï atas usul-usul darï ïnstansï-ïnstansï<br />

yang berhubungan atau berkepentïngan dengan proses perencanaan<br />

sepertï Bappenas atau departemen-departemen laïn), maupun darï Pemerintah<br />

daerah sendïrï, (2) dengan pembinaan institusionil maupun fungsionil<br />

secara bertahap sesuaï dengan kemampuan staff, pembiayaan, peralatan<br />

maupun tugas-tugas, (3) melaluï proses pendidikan, formil maupun<br />

ïnformïl terhadap staff dan personïl Bappepda, baïk dalam bentuk kursuskursus,<br />

upgradïng-upgradïng, group-group dïskusï, latïhan kerja dsb», dan<br />

(4) dengan melakukan kerjasama secara permanen maupun untuk suatu proyek<br />

tertentu (insidentïl) dalam melakukan tugas perencanaan yang dilakukan<br />

secara terus menerus ?*u, Sudah tentu kïta bisa melakukan pembinaan<br />

dengan berbagaï bentuk dan cara sepertï yang kita uraïkan dï atas, tapï<br />

yang pentïng untuk jangka waktu mendesak ïnï, perlu dilakukan langkah<br />

yang berdasarkan suatu strategi tertentu, Sebagai contoh, pada tahap per-


- 100 -<br />

tama memang diperlukan keputusan-keputusan pemerintah yang menyangkut<br />

kedudukan, tanggung jawab dan wewenang untuk memanfapkan peranan<br />

Bappepda. Tapi keputusan-keputusan pemerintah seianjutnya yang menyangkut<br />

fungsi dan tugas Bappepda harus dïsesuaikan dengan berbagai kemungkinan<br />

yang bïsa dilaksanakan yang dalam banyak ha! tergantung darï<br />

kemampuan staff, pembiayaan, faktor politïs dan psïkologïs, dl!<br />

7» Berdasarkan pengamatan kita tentang kondïsï dï Kalïmantan Tïmur sepertï<br />

telah kïta uraïkan pada Bab V dapatlah kïta tarik kesïmpulan bahwa untuk<br />

menghadapï tugas-tugas pembangunan yang besar dï daerah tersebut, Bappepda<br />

memang amat perlu dïkembangkan» Meskïpun demïkïan kïta juga<br />

berpendapat bahwa persoalan-persoalan pembangunan dï wïlayah tersebut<br />

masïh belum begïtu kompleks sepertï halnya persoalan-persoalan pembangunan<br />

dï Jawa. DSversïfïkasï kegiatan ekonomi belum begïtu kelïhatan.<br />

Bahkan kegiatan-kegiatan produksi dan ekonomi di wilayah ïtu masïh baru<br />

pada tahap permulaan, Oleh sebab ïtu tugas perencanaan d5 Kalïmantan<br />

Tïmur sasarannya adalah tïngkat pertumbuhan sosial dan ekonomi yang masih<br />

mula-mula. Tugas ïtu memang 'besar' tapï tïdak begïtu ruwet (complïcated).<br />

Inï memberikan saran kepada kïta bahwa konsentrasï pada beberapa sektor<br />

yang menonjol yang perlu dïkembangkan sebagaï sektor yang memimpin<br />

(leading sector) adalah merupakan dasar dar? strategi pembinaan Bappepda.<br />

Sebab itu pembinaan strukturïl, staff, pembiayaan dsb. perlu diarahkan untuk<br />

menggarap perencanaan dar? leading sector yang dïharapkan akan menumbuhkan<br />

'supplementary and derïved sectors 1<br />

ïtu.<br />

Sasaran perencanaan dï Kalïmantan Tïmur ,<br />

8, Untuk memperoleh keterangan dasar tentang strategi pembinaan Bappepda<br />

Kalïmantan Tïmur, kïta harus mengetahuï terlebïh dahulu persöalan-persoal<br />

an pokok dari perencanaan pembangunan dï wïlayah itu, Dalam hal ïnï kïta<br />

melïhat beberapa cïrï atau karakterïstïk yang perlu kïta candra mengenai<br />

persoalan pembangunan dï Kalimantan Tïmur berdasarkan candraan mana<br />

langkah-langkah ke arah pembinaan Bappepda akan sangat banyak dipengaruhï.<br />

Karakteristïk tersebut akan kïta coba ringkaskan t#>pe*iS berïkut<br />

;<br />

Pertama, Kalïmantan Tïmur adalah suatu wïlayah yang cukup luas dengan<br />

tïngkat perkembangan yang lebïh terbelakang dïbandsng dengan beberapa<br />

daerah dïsekïtarnya sepertï Sulawesi Selatan dan Kalïmantan Selatan, namun<br />

boleh dïkatakan setingkat lebih berkembang dar? daerah Kalimantan<br />

Tengah atau Sulawesi Tengah mïsalnya. Pada taraf pertama, Kalïmantan<br />

Tïmur telah memïlïh dua daerah untuk pengembangan tïngkat pertama de-


- 101 -<br />

ngan menjadikan dua daerah ïtu sebagaï sentra perkembangan (growthpole),ya?tu<br />

daerah Samarïnda-Balïkpapan dan Tarakan-Nunukan-Tanjungselor,<br />

Dalam pengembangan sentra pertumbuhan ïtu diperlukan perencanaan<br />

fïsïk untuk mengembangkan prasarana sepertï jalan-jalan dan jembatan,<br />

lalulinfas sungaï dan pelabuhan-pelabuhan, pendïrïan bangunan-bangunan<br />

"public utilities", per umahan dan gedung-gedung pemerintahan, dïsampïng<br />

pengembangan daerah tempat tïnggal (resïdentïal areas), daerah ïndustri<br />

(ïndustrïal estates) serta perencanaan kota dan daerah pada umumnya (rural<br />

and urban development).<br />

Dalam pengembangan prasarana ïnï, maka aspek hubungan ïnter-regïonal<br />

seperti mïsalnya dengan Kalïmantan Selatan dan Tengah serta Sulawesi Selatan<br />

dan Tengah bahkan langsung dengan Jawa, menjadï masalah yang<br />

penting dan perlu dïperhatïkan, sebab pengembangan wïlayah Kalïmantan<br />

Tïmur ïnï erat hubungannya bahkan banyak tergantung darï daerah 'a n<br />

Dar? sudut ïnïlahmaka, peranan Pemejïntah Pusat amaf penting, sebab masalah<br />

pembangunan fïsïk Kalïmantan Tïmur ïnï dïperkïrakan akan terlalu luas<br />

dan berat jïka dïpikul oleh Pemerintah Daerah, Sebab ïtu perencanaan<br />

fïsïk yang menyangkut perkembangan wïlayah Kalïmantan Tïmur ïnï harus<br />

selalu dïhubungkan dan dïlïhat dengan kaca-mata nasional , Proyek-proyek<br />

dalam sektor pembangunan ïnï barangkalï harus dïbebankan sebagaï proyek<br />

nasional karena memerlukan bïaya yang besar o<br />

Darï masalah yang kïta kemukakan tersebut dï atas dapat kïta tarïk kesïmpulanbahwa<br />

dï KalïmantanTïmur, perencanaan fïsïk adalah merupakan masalah<br />

yang menonjol , Dïsampïng itu dalam perencanaan fisïk ïnï karena unsur<br />

danruang lïngkup perencanaan nasïonalrrya menonjol, maka setiap rencana<br />

atau proyek selalu harus dïpïkïrkan dalam hubungannya dengan proyek-proyek<br />

Pelïta Nasional o<br />

Kedua, kegiatan perekonomïan dï daerah ïnï juga belum begïtu berkembang,<br />

Namun Kalïmantan Tïmur adalah suatu daerah yang amat potensiil<br />

karena sumber kekayaan alamnya cukup besar, khususnya dï bidang kayu<br />

dan mïnyako Kegiatan eksplotasï kayu mengalamï !<br />

boom !<br />

sejak pertengahan<br />

1968 setelah masuknya modal asing yang melakukan eksploïtasï dengan ïnvestasi<br />

besar-besaran„Sebelumnya,sektor yang telah berkembang lebih dulu<br />

adalah eksploïtasï mïnyakyang berpusat dï Balïkpapan dan Tarakan,Namun<br />

operasï permïnyakan ïni dïkerjakan secara otonom oleh Pertamina dïmana<br />

Pemerintah Daerah tidak terlibat ddlam kegiatan langsung operasï<br />

tersebut, Berbeda dengan daerah laïn sepertï Sulawesi Selatan atau Kalïmantan<br />

Selatan, dï Kalïmantan Tïmur sektor pertanian bukan merupakan<br />

sektor yang pentïng dibanding dengan sektor kehutanan (khususnya d? bidang<br />

perkayuan) atau sektor pertambangan (khususnya d? bidang permïnyakan)<br />

.Dalam Workshop Pembangunan Daerah bulan Oktober 1971 yang meng-


-102 -<br />

hasïlkon naskah Rencana Pembangunan Daerah Kalïmantan Tïmur 1972 -<br />

1979, antara laïn ditetapkan bahwa bïdang kehutanan adalah merupakan<br />

sektor utama (leading sector) dalam pembangunan darï mana dïharapkan bïsa<br />

dïtarik perkembangan sektor-sektor laïn (devïded sectors). Sektor pettanïan<br />

(termasuk dïdaiamnya sub-sub sektor perkebunan, perïkanan Iaut,perïka<br />

nan darat,dll ,)dengan demïkïan berkedudukan sebaga? "derïved sector",<br />

Karena sektor pertanian tïdak dïutamakan dïbandïng dengan sektor kehutanan,<br />

maka masalah pemenuhan produksi pertanian (terutama bahan makanan<br />

pokok) harus dïpecahkan melaluï ker jasama dengan daerah-daerah lain,<br />

khususnya Kalïmantan Selatan dan Sulawesi Selatan yang merupakan daerah<br />

surplus atau daerah yang lebïh ma ju ds bidang pertanïan ,<br />

Konsekwensï darï pemïlïhan strategi sektoral dalam pembangunan daerah dï<br />

atas adalah bahwa perencanaan dï bïdang kehutanan (baïk yang menyang­<br />

kut kegiatan eksploïtasï, ekologï hutan dan kegiatan perekonomïan yang<br />

dïtïmbulkan oleh pengusahaanhutan ïtu) akan merupakan masalah yang ha­<br />

rus mendapatkan perhatian utama,Dewasa in? kegiatan perencanaan bïdang<br />

kehutanan sangat dïtentukan oleh Dinas Kehutanan Propïnsï Kalimantan Tï­<br />

mur. Apabïla fungs? perencanaan bïdang kehutanan ïnï dïgeser ke dalam u-<br />

nit perencanaan daerah, maka hasd perencanaan kehutanan ïnï tentu akan<br />

mengandung unsur-unsur pertimbangan yang lebïh luas yang dïhubungkan<br />

dengan sektor-sektor laïn sesua? dengan fungsinya sebagai leading sector.<br />

Hal ?tu memang d? per lukan sebab perkembangan lebïh lanjut darï sektor ke­<br />

hutanan in? akan sangat tergantung darï sektor-sektor pembangunan laïnnya<br />

seperti mïsalnya dï bïdang prasarana, industri, tenaga kerja, pertanian,<br />

dll, Atas dasar pertimbangan dï atas, maka dalam unït perencanaan daerah<br />

dïper lukansuatu team ahli yang cukup kuat kompetensïnya untuk merenca­<br />

nakan pengembangan sektor kehutanan, tanpa mengurangï arti perencana­<br />

an tehnïs yang dilakukan oleh Dïnas Kehutanan yang perlu tetap dïperta-<br />

hankan. Team ahlï yang méngkonsentrasïkankegïatannya dalam perencana­<br />

an pengembangan sektor kehutanan ïnï barangkalï untuk Kalïmantan Tïmur<br />

bïsa merupakan unsur ïnti dalam struktur <strong>org</strong>anisasï dan personalia unït pe­<br />

rencanaan daerahnya,<br />

Ketiga, Kalimantan Tïmur adalah merupakan daerah yang luas dengan ke-<br />

padatan penduduk (menurut sensus penduduk 1972) rata-rata 4 jïwa per km2<br />

pada tahun 1971 . Penyebarannya juga tidak merata, dï Kabupaten Berau<br />

misalnya densïtas rata-ratanya adalah 1 jïwa per km2, sedangkan d? Ba-<br />

likpapan 759 jïwa per km2 dan dï Samarïnda 323 jïwa per km2. Dengan de­<br />

mikian maka pada umumnya problïm penduduk yang dïhadapï bukanlah ke-<br />

padatan melaïnkan kelangkaan tenaga kerja berhadapan dengan masalah<br />

pembangunan pertanian, ïndustrï, dIL<br />

Perencanaan tenaga kerja adalah relatïf mudah, sebab masalah pokok-<br />

nya bukanlah pencïp*aan lapangan kerja untuk tenaga yang mcngarxjgur


- 103 -<br />

di daerah tersebut, melaïnkan justru sebaliLnya, yaitu bagaimana lebih<br />

meng-effektïf-kan tenaga kerja yang sudah tersedia atau menampung dan<br />

mendatangkan tenaga kerja dari daerah-daerah lain yang padat penduduknya<br />

seperti dari daerah Jawa atau Sulawesi Selatan. Persoalan tenaga ker<br />

ja dï daerah tersebut adalah justru terletak pada tingkat perkembangan ekonomi<br />

(di lapangan pertanian, ïndustrï, jasa-jasa dll.) yang masïh rendah.<br />

Untuk meningkatkan kegiatan produksi tsb. diperlukan kerja sama dengan<br />

daerah-daerah lain dalam hal pemenuhan (supply tenaga kerja), baik dalam<br />

kwantita maupun kwal ita (tenaga ahlï atau tenaga dengan pendidikan<br />

atau keahlian menengah.<br />

Masalah perencanaan tenaga kerja dan kependudukan in? akan erat hubungannya<br />

dengan masalah transmigras? dan pendid?kan tenaga kerja yang dihubungkan<br />

dengan kegiatan perekonomïan khususnya dï sektor kehutanan,<br />

ïndustrï, pertanian dan kepegawaian pemerintah (public service). Sebagai<br />

masalah khusus, sektor kependudukan dan tenaga kerja ini bukanlah merupakan<br />

masalah berat, namun cukup penting artinya jika dihubungkan dengan<br />

perencanaan di sektor-sektor lainnya untuk meningkatkan taraf kegiatan<br />

produksi dan ekonomi. Oleh sebab ïtulah maka perhatian khusus yang<br />

diberikan pada perencanaan tenaga kerja ini harus dihubungkan dengan<br />

dua hal s (1) dengan sektor-sektor produksi dï mana aspek tenaga kerja merupakan<br />

persoalan, dan (2) dengan masalah pendidikan tenaga kerja, yang<br />

sifatnya lebïh kwalïtatif darï pada kwantitatïf.<br />

Keempat, problïm sosial yang dihadapï oleh Kalimantan Tïmur juga bersifat<br />

unïk sehubungan dengan tingkat kebudayaan dan tïngkat pendidikan sebagian<br />

penduduk Kalimantan Timur. Dï wilayah tsb. kita mengenai yang<br />

dïsebut 'suku-suku terasing' dengan mata pencaharïan berLuru dan pertanian<br />

yang berpïndah-pïndah (shiftïng cultïvatïon) sehïngga karenanya Pemerintah<br />

Daerah maupun Pemerintah Pusat dewasa ïnï menghadapï masalah<br />

khusus yang disebut masalah "resettlement penduduk' atau masalah penempatan<br />

masyarakat darï suku-suku terasing itu kepada tempat tïnggal tertentu<br />

dengan mata pencarïan yang teratur dan penggunaan tehnologï tertentu.<br />

Persoalan ïnï cukup sulït mengïngat mereka tïnggal dï daerah-daerah yang<br />

jauh atau terpencïl, sedïkït sekali kontak dengan masyarakat yang sudah<br />

lebïh maju atau dengan peradaban, mempunyai adat-ïstïadat yang berbeda,<br />

sulït d?hubungï dst., sehïngga suatu perencanaan sosïal yang dibuat dalam<br />

kerangka yang rasïonïl dapat dïbayangkan sulït untuk bïsa dïterapkan untuk<br />

suku-suku atau kelompok-kelompok masyarakat tersebut.<br />

Masalah-masalah sosïal yang sïfatnya sangat erat hubungannya dengan masalah<br />

pendidikan dan penïngkatan peradaban atau kebudayaan tïdak saja<br />

menyangkut suku-suku terasing tapï juga berbagaï kelompok masyarakat lainnya<br />

hampir dï seluruh wïlayah Kalïmantan Tïmur, mengïngat seluruh dae-


- 104 -<br />

rah Ka I? ma ra n Tïmur ïtu sendiri dï masa-masa yang lalu termasuk dalam<br />

kategor? daerah terpencil karena kurangnya komunïkasi dengan daerah-daerah<br />

laïn, Mengïngat akan hal itu maka Pemerintah Daerah harus menyediakan<br />

budget untuk masalah-masalah sosial, pendidikan dan penïngkatan<br />

kebudayaan dari kelompok-kelompok masyarakat yang ada dalam wilayahnya,<br />

Perencanaan dï bïdang sosïal tersebut nampaknya akan lebïh sulit dari<br />

perencanaan ekonomï mïsalnya karena . (1) bïdang perencanaan sosïal<br />

adalah bïdang yang relatïf masih baru dan belum begïtu dïkembangkan, sekalïpun<br />

pada tïngkat nasional, (2) sulïtnya mempergunakan ukuran-ukuran<br />

matematis atau kwantitatïf dalam perencanaan sosial Namun karena masalah<br />

sosïal dï Kalïmantan Tïmur ïnï amat unlkdan menonjol, maka perhatian<br />

yang khusus seyogyanya pula diberikan kepada bïdang inï»<br />

Kelima, hal laïn yang ïstïmewa yang perlu dicatat adalah corak perekonomiannya,<br />

yaïtu : (1) dï bïdang produksi pera«>an modal asing atau peranan<br />

modal berskala besar (baïk dar? swasta nasional maupun dar? pemerintah)<br />

amat menonjol, khususnya d? bïdang eksploïtas? hutan,bukan saja pada masa<br />

kin?, tap? juga masih bisa dïharapkan pada masa-masa mendatang, dan<br />

(2) pemasaran produksi hasil Kalïmantan Tïmur yang berorïentasï pada pasaran<br />

luar neger? (ekspor) Dua hal tersebut dï atas menyebabkan tïmbulnya<br />

sïtuas? di mana perekonomïan Kalïmantan Tïmur merupakan bagïan yang<br />

penting darï perekonomïan nasional dan ïnternasional, atau dengan perkataan<br />

lain perekonomïan d? wïlayah in? mempunyai aspek-aspek persoalan<br />

nasional maupun Snternas?onal,<br />

Masalah tersebut sudah tentu membutuhkan perhat?an khusus, sepertï misalnya<br />

dalam perencanaan ïnvestas? dan pengarahan penanaman modal (termasuk<br />

PMA atau PMDN), pelayanan (servïce) dalam 'feasïbïlïty study^<br />

survey potensï alam (pertanian, pertambangan, kehutanan, dsb) atau survey<br />

sosial-ekonomï, yang kesemuanya itu harus dilakukan melalui kerjasama<br />

dengan instansï-instansi Pusat atau badan-badan ïnternasional seperti<br />

Bank Dunia, AID, perusahaan-perusahaan ïnternasional yang bertaraf multi-national,<br />

dsb, Kesemuanya ïtu merupakan tugas, setidak-tidaknya berada<br />

dalam ruang lïngkup fungsï dari unit perencanaan daerah<br />

Keenam, bahwa Kalïmantan Timur berbeda dengan daerah laïnnya mempunyaï<br />

sistim transportasi utama jaringan sungai, dengan sunga? ter besar Mahakam,<br />

Karena ïtu semua kegiatan (konses? hutan, settlements, kota) dsb<br />

terkonsentrïr sepanjang atau di dekat sungaï Mahakam<br />

Pembinaan lalu lïntas sunga? ïni adalah merupakan persoalan baru d? Indonesia<br />

dan membutuhkan partisipasi badan-badan ïnternasional Pengembangan<br />

sektor kehu'anan dan ?ndustr? perkayuan banyak tergantung darï lalulïntas<br />

sungai yang membutuhkan bïaya yang amat besar untuk membïnanya<br />

itu, Oleh sebab itu dalam hal ïnï pula Pemerintah Daerah perlu bekerjasa-


- 105 -<br />

ma dengan Pemerintah Pusat dan badan-badan ïnternasional dalam rangka<br />

pembinaan transportasi sunga? ?n?„<br />

9. Berdasarkan observasi singkat di atas dapatlah ditarik kesïmpulan bahwa<br />

dalam perencanaan pembangunan di Kalimantan Timur, maka kehutanan aadalah<br />

merupakan "leading sector 8<br />

. Pertanian (perkebunan, perïkanandarat<br />

dan laut, dst), industri (di luar perkayuan), jasa-jasa dan kegiatankegiatan<br />

produksi dan perekonomian pada umumnya adalah merupakan<br />

'derived sector'. Sektor-sektor prasarana, perhubungan, tenaga kerja, koperasi<br />

dan transmigrasi, dsb. berkedudukan sebagai 'supplementary sector'.<br />

Sebenarnya, sektor pertanian, ïndustrï non kayu, dsb. juga bïsa dianggap<br />

sebagaï 'supplementary sectors" terhadap sektor kehutanan, dalam arti perkembangan<br />

sektor-sektor tersebut dïarahkan untuk menunjang pertumbuhan<br />

sektor kehutanan. Oleh sebab itu pengembangan darï sektor-sektor ïtu<br />

bïsa dilakukan di daerah laïn atau melaluï kerja sama dengan daerah-daerah<br />

di luar Kalimantan Timur.<br />

10. Dengan melïhat pada kerangka prioritas penangguiangan persoalan-persoalan<br />

pembangunan di atas, maka seyogyanya pembinaan Bappepda diarahkan<br />

untuk melayanï kebutuhan sektor utama dï atas. Intï dari struktur <strong>org</strong>anisasi<br />

Bappepda harus dïperkuat dengan bagïan yang didukung oleh staff<br />

yang menjuruskan usahanya ke arah kegiatan perencanaan sektor kehutanan<br />

yang akan berkembang ke arah proses ïndustrïalïsasï perkayuan ïtu. Sudah<br />

tentu dalam perencanaan sektor kehutanan dan ïndustrïalisasi kayu itu terdapat<br />

aspek-aspek tenaga kerja, transmigrasi, sosial, prasarana, dsb. dan<br />

karena itu beberapa staff infi disamping memperhatikan perencanaan sektor<br />

utama, harus pula memperhatikan perencanaan 'supplementary sector', khususnya<br />

dï bïdang prasarana dan tenaga kerja, serta 'derived sectors', khususnya<br />

sektor industrï dan pertanian.<br />

Tugas Bappepda<br />

11. Rencana Pembangunan Daerah 1972-1979, dïsusun ketika Bappepda belum<br />

mengalami perubahan struktur, fungsï dan personalia. Naskah tersebut sebenarnya<br />

dïsusun oleh dinas-dinas dan melibarkan hampir semua unsur dari<br />

pemerintahan daerah propinsi, berdasarkan hasïl survey pejabat-pejabat<br />

pusat, khususnya Bappenas dan PUTL yang kemudian dioiah dalam suatu<br />

workshop, dïmana telah dïmanfaatkan pula berbagaï ahli dari pusat, daerah-daerah<br />

laïn serta lembaga penelïtïan dan unïversïtas-unïversïtas darï<br />

daerah-daerah lain. Proses penyusunan rencana jangka panjang sepertï itu<br />

dilakukan dengan anggapan bahwa Bappepda pada waktu itu dirasakan belum<br />

mampu menyelenggarakan tugas demikian berat yang membutuhkan banyak<br />

keahlian. Meskipun proses yang demikian, pada waktu ïtu dïnilai cu-


- 106 -<br />

kup tepat dan bljaksana,, namun pada masa-masa mendatang, tugas yang<br />

demikian itu seyogyanya cukup dilaksanakan oleh Bappepda sendiri, yaknï<br />

sesudah badan ïnï melakukan fungs? sebagaï 'revolving planning unït' selama<br />

beberapa tahun,<br />

i 2» Tugas untuk mepiyusun Repelita Daerah II, adalah tugas jangka waktu de-<br />

kat. Selaïn ïtu untuk menyusun Repelita II, Bappenas juga rremcuiu n<br />

data-data dan wawasan pembangunan reg ional darï pemerintah daerah-dae­<br />

rah» Oleh sebab ïtulah maka tugas besar yang segera harus dspïku! oleh<br />

Bappepda sekarang In? adalah melakukan evaluasi dan penyempurnaan ter­<br />

hadap naskah di atas, dan kemudian menyusun Repelita H Daerah dan ba­<br />

han-bahan atau usul-usul bagï Repelita ü Sekalïpun Repel?ta Daerah II<br />

itu sendïn sebenarnya tïdak perlu mendapatkan pengesyahan darï DPRD,<br />

namun pola atau garïs-garis besar haluan Repeh'a Daerah II, perlu men­<br />

dapatkan persetujuan darï DPRD (sebagaimana yang dilaksanakan d? Aceh) „<br />

Oleh sebab itu dengan tenaga yang ada, Bappepda dengan bekerjasama<br />

dengan dinas-dinas dan unsur-unsur pemerintah daerah lainnya, seyogya­<br />

nya mulo' melaksanakan tugas mendekat tersebut di atas<br />

13 Tugas urgenyang laïn adalah menyusun RAPBD 1973/1974, yang pada wak­<br />

tu rekomendasi ïni selesai disusun, sedang dalam proses penyusunan untuk<br />

dilaksanakan kira-kira mulai pada bulan Mei-Junl yang akan datang. Se­<br />

ianjutnya, penyusunan RAPBD ini merupakan salah satu tugas pokok yang<br />

dilakukan secara rutin dan pelaksanaannya dikerjakan pada bulan-bulan<br />

tertentu sekltar bulan-bulan Oktober-Maret setïap tahun Dalam tugas ïnï,<br />

peranan Bappepda bersifat sentral Ka'au pada tahun-tahun yang lalu Bap­<br />

pepda hanya berfungsi koordïnator dan penyusunan proyek-proyek, maka<br />

pada tahun-tahun seianjutnya Bappepda adalah badan yang langsung mela­<br />

kukan penyusunan konsep dan da (rancangan) bagï Gubernur untuk d«a-<br />

jukan kepada DPRD guna mendapatkan pengesyahan Dengan fungsï yang<br />

langsung ïnï diharapkan RAPBD benar-benar bïsa bersifat komprehensif ser­<br />

ta terarah pada sasaran, sesuai dengan strategi perencanaan yang telah fi -<br />

garïskan dalam Repelita Daerah» Dalam waktu yang bersamaan Bappepda<br />

juga mempunyai tugas untuk mengkoordinir jawatan-jawatan dan dïnas-dï­<br />

nas vertikal dalam rangka penyusunan proyek-proyek Pelita Nasional. Da­<br />

lam tugas Inï Bappepda harus memikirkan dua hal, pertama, mengarah -<br />

kan proyek-proyek Pelita Nasional dalam rangka membangun daerah dan<br />

kedua, Bappepda harus memikirkan juga agar proyek-proyek Nasional yang<br />

dilaksanakan dï daerah adalah sejalan dengan target-target pembangunan<br />

yang telah dlrancangkan oleh Bappenas Tugas dï atas bagï Bappepda yang<br />

masïh muda ïtu bukan merupakan tugas yang gampang dilaksanakan»<br />

14» Tugas lain yang juga harus dilaksanakan adalah menjaiankan pengendalian


- 107 -<br />

operasionil pembangunan, baik terhadap proyek-proyek Repelita Nasional<br />

yang dititipkan kepada Gubernur di daerah< dïmanaGubernur juga Ikut<br />

bertanggung jawab mengenai pelaksanaannya, juga terhadap pelaksanaan<br />

proyek-proyek Repelita Daerah sendiri, Pada masa yang sudah-sudah, tugas<br />

ini dïjalankan terutama dalam bentuk laporan yang disusun berdasarkan<br />

laporan pertanggungan jawab dari kepala-kepala proyek, Berdekatan dengan<br />

tugas pengendalian tsb. adalah tugas pengawasan yang dilakukan-clalam<br />

bentuk inspeksi atau tinjauan 'on the spot' secara sewaktu-waktu berdasarkan<br />

mana juga biasanya dibuat laporan. Dari laporan-laporan di atas,<br />

selain dibuat evaluasi untuk menilai apakah suatu proyek telah benar-benar<br />

dijalankan sesuai dengan target fisik, keuangan dan waktu, juga dibuat<br />

evaluasi dalam rangka mendapatkan 'feed-back' untuk perencanaan yang<br />

akan datang. Umumnya fungsi yang kita kemukakan di atas belum sepenuhnya<br />

bisa dilaksanakan, mengingat terbatasnya waktu yang dimiliki oleh<br />

staff, biaya dan keahlian, terutama fungsi untuk menyusun suatu 'feedback<br />

report'. Oleh sebab itulah, maka pada masa-masa yang akan datang<br />

Bappepda mempunyai tugas untuk menyempurnakan pelaksanaan fungsi di<br />

atas, suatu tugas yang merupakan bagian yang essensïïl dalam proses perencanaan<br />

D<br />

15. Sebagai dasar dari perencanaan diperlukan data-data, yang selain harus<br />

lengkap, dalam arti meüputi semua bïdang yang akan dïrencanakan, juga<br />

harus merupakan data yang dapat dïpercaya, dalam arti harus berdasarkan<br />

survey Hingga sekarang, data yang ada pada Bappepda, baru terbatas pada<br />

data-data yang didapatkan dari laporan-laporan rutin atau formullr-formulir<br />

edaran yang dlkeluarkan oleh operation room kantor Gubernur Jenis-jenis<br />

dan formulir edaran yang tekth dikeluarkan Itu sudah tentu masïh<br />

amat terbatas jumlahnya yang menyebabkan data-data yang dïdapatkan amat<br />

tidak lengkap bagï keperluan perencanaan. Data-data darï sektor kehutanan<br />

adalah yang palïng lengkap dïbandïngkan dengan data-data darï<br />

sektor-sektor lain, Kemudian menyusul data-data darï sektor pertanian dan<br />

industri. Dgta-data yang menyangkut bïdang tenaga kerja, data-data sosïal<br />

dan data-data yang menyangkut sektor swasta masih amat langka Datadata<br />

perbankanrelatif lengkap karena bank-bank (pemerintah) adalah lembaga<br />

yang telah lama mengembangkan sïstïm pengumpulan data<br />

Tugas pengumpulan data inï bersifat dua macam : (1) untuk data-data yang<br />

urgen dan dasar perlu segera dilakukan pengumpulan dan penyempurnaan,<br />

(2) untuk data-data yang komprehensif yang memerlukan survey atau penelitian<br />

yang luas dan detail bïsa dïrencanakan dalam jangka panjang Oleh<br />

sebab ïtu kepada bagian data di Bappepda perlu ada rencana dan proyekproyek<br />

pembinaan data-data dan informasi, sehingga Bappepda benar-benar<br />

b"sa merupakan pusat data d at% ïnformas' perencanaan wilayah Kahman-


- 108 -<br />

fan Timur. Rencana dan proyek ini sudah tentu akan melibatkan aparat-aparat<br />

pengumpulan data, tidak saja pada dinas-dinas dan ïnstansi-instansi<br />

di lïngkungan pemerintahan daerah propinsi melainkan juga melibatkan aparat-aparat<br />

di tingkat kotamadya dan kabupaten. Dari pandangan di atas<br />

dapat disimpulkan bahwa pembinaan data dan informasi adalah merupakan<br />

tugas berat, termasuk menyangkut masalah pembinaan staff pengumpulan<br />

data di tingkat- tingkat kabupaten dan kotamadya. Bagi perencanaan ini<br />

diperlukan seorang ahli statistik yang memiliki pengeta^uan perencanaan<br />

disamping memiliki wawasan-wawasan pembangunan, yang diperlukan untuk<br />

bisa memimpin bagian data d? Bappepda. Bagian inï juga memerlukan<br />

analis serta staff yang mampu mengerjakan tugas presentasi data dan penyusunan<br />

laporan berdasarkan interpretasï data,<br />

Tugas pengumpulan data ïni sudah tentu tidak harus dikerjakan oleh staff<br />

Bappepda sendiri , melainkan dapat dikerjakan atas penugasan Bappepda,<br />

oleh lembaga-lembaga penelitian, universitas, badan-badan luar negeri<br />

sepertï UNDP atau AID atau konsultant-konsultant luar negeri, dsb. Yang<br />

penting adalah, bahwa Bappepda harus mengetahui se tidak-tidaknya mempunyaï<br />

wawasan tentang data-data apa yang diperlukan. Tentang inipun<br />

Bappepda bïsa melakukan konsultasi dengan ahli-ahli dari luar. Jadi setidak-tidaknya<br />

pada bagian data di Bappepda tsb. diperlukan kepemïmpinan<br />

yang tepat yang mempunyai pandangan dan appresiasi terhadap data-data<br />

perencanaan yang diperlukan oleh badan-badan eksekutip untuk menyusun<br />

rencana-rencana dan proyek-proyek pembangunan.<br />

16. Tugas perencanaan fisik untuk pengembangan kota-kota dan daerah juga<br />

nampak menonjol untuk Kalïmantan Tïmur. Sebagaimana telah kita laporkan<br />

juga pada Bab !l, Direktorat Tata Kota dan Daerah, Departemen PUTL,<br />

dewasa ini sedang melaksanakan pembinaan unit-unit perencanaan fisik di<br />

beberapa daerah. Dari pengalaman kïta dï Bali, dapat kita tarik keterangan<br />

bahwa tugas perencanaan fisik untuk merencanakan kota-kota dan daerah<br />

inï diperlukan satu group khusus yang terdïrï dari ahli-ahli planologi. Sebagaimana<br />

kita ketahui juga ahli-ahli d? bïdang ini amat terbatas dan dirasakan<br />

sendiri amat kurang untuk keperluan pembinaan unit perencanaan PUTL<br />

ini. Namun pemerintah daerah Kalïmantan Timur bisa pula berusaha untuk<br />

mendapatkan ahli-ahli yang bisa dïpekerjakan di Bappepda dari lulusan ITB<br />

atau Gajah Mada serta mendapatkan bantuan dari Direktorat Tata Kota dan<br />

Daerah untuk pembinaan group semacam ïnï dalam Bappepda. Melalui kerjasama<br />

dengan staff yang laïn (ahli-ahli ekonomi dan sosial) beberapa ahli<br />

planologi tentu akan bisa merinfis membina staff perencanaan fisik untuk<br />

Bappepda,


Strategi pembinaan Bappepda<br />

- 109 -<br />

17, Pada saat ïni Bappepda hanya bisa berfungsi dan menjalankan tugas-tugas-<br />

nya dalam serba keterbatasan Pokok-pokok tugas Bappepda secara rïngkas<br />

telah kita uraikan dl muka Tugas dan fungsï Bappepda tersebut akan meng-<br />

alaml perkembangan ïntensïf atau ekspansïf, tergantung darï kemampuan<br />

Bappepda sendïrï. Beberapa variable modal yang diperlukan bagi pembina­<br />

an dan perkembangan unit perencanaan daerah adalah : (1) tenaga pimpin­<br />

an, terutama ketua dan kepala-kepala bagïan urusan data, perencanaan<br />

sektoral dan regional, urusan swasta dan penanaman modal serta bagian pe­<br />

ngawasan, (2) staff ahlï yang dalam peker jaannya lebih membutuhkan ke-<br />

tekunan, serta memiliki kemampuan tehnïs (technïcal skiIIs) dalam mem­<br />

proses data-data dan rencana-rencana pembangunan, (3) tenaga-tenaga<br />

personïl yang melaksanakan tugas-tugas operasïonïl serta tenago-tenaga<br />

yang melaksanakan 'auxïhary functïon' sepertï bagïan administrasi, keu­<br />

angan, sekretariat, humas, dsb, (4) peralatan yang diperlukan, baïk un -<br />

tuk keperluan kantor bïasa maupun alat-alat yang khusus diperlukan bagi<br />

tugas-tugas perencanaan seperti mesïn-mesïn hïtung, alat-alat dan per-<br />

lengkapan gambar (untuk perencanaan fisïk), unit-unit reproduksï, buku-<br />

buku dan dokumentasï, kendaraan, dsb» (5) pembiayaan yang cukup untuk<br />

membïna sarana-sarana fïsïk, bïaya operasionil atuu r nfuk pembiayaan pro­<br />

yek-proyek perencanaan, termasuk d< dalamnya untuk keper luan riset dan<br />

survey.<br />

Tabel 13.<br />

Kemampuan<br />

Dï bawah ïnï adalah bagan matrix untuk mengecek kebutuhan-kebutuhan<br />

Bappepda pada varïable-variable dï atas,sesuai dengan fungsï yang dite­<br />

tapkan, (yang menghendaki penjabaran lebih lanjut dalam program-pro­<br />

gram Bappepda).<br />

(kwantitas/kwa^ Pimpinan Staff Ahli Personïl jPeralatan 'Pembiayaan<br />

lïtas)^-^-'"" Tugas/Fungsï<br />

I. a, Pengumpulan Data<br />

b. Survey<br />

c. Feasïbülty Study 1 2 3 4 5<br />

d Analisa<br />

e. Presentasi Data<br />

f Laporan<br />

II, Perencanaan<br />

a Rencana jangka pan-<br />

jang/Master plan 6 7 8 9 10<br />

b. Repelita<br />

c. RAPBN i<br />

d. Proyek<br />

Hl. a. Pengendalianoperational<br />

b. Pengawasan 11 12 13 14 15<br />

c. tvaluasi


-110-<br />

18» Jadl kita melihat adanya korelasi positip antara perkembangan fungsi dan<br />

tugas di satu pihak dengan perkembangan <strong>org</strong>anïsas, Bappepda di !a?n pihak,<br />

Sebagai dasar pelaksanaan tugas kita melïhat telah adanya Rencana<br />

Pembangunan Daerah 1972-1979, hasil Workshop bulan Oktober 1971 yang<br />

lalu yang sudah bisa dijadikan sebagai landasan pengarahan sementara bagi<br />

pembangunan daerah dalam Pelita II yang akan datang Darï isi rencana<br />

dï atas kïta bïsa menarïk refleksï tugas-tugas Bappepda seianjutnya yaïtu,<br />

pertama, yang menyangkut kegiatan rutin sebaga» ke lan ju tan dar' usahausaha<br />

dalam Pelïta I yang dïtïtïk beratkan pada ekspioi'asi hutan, mengupgrade<br />

prasarana yang ada dan meneruskan rencana-rencana pembangunan<br />

yang sudah terikat pada Pelita I, kedua, yang menyangkut kegiatankegiatan<br />

yang bertujuan untuk meletakkan landasan yang lebïh kokoh bagï<br />

perubahan-perubahan strukturïi pembangunan dï Kalïmantan Tïmur, yaïtu<br />

perubahan-perubahan dalam sektor kehutanan sendïrï yang mengarah pada<br />

industrialïsasï perkayuan, meletakkan prasaran-prasaran baru bagï pertumbuhan<br />

ekonomï dansosïal yang lebih luas serta usaha pembukaan tanah-tanah<br />

pertanian dalam rangka menaïkkan produksi dan proses dïversïfïkasï hasi<br />

l-hasïl pertanian, khususnya yang bersifat horïsontaL<br />

Sesuai dengan kedua pokok ïsï Rencana Pembangunan Daeroh dï atas, ma­<br />

ka perlu dilakukan usaha-usaha, yaïtu pertama, penyusunan suatu daftar<br />

krïterïa yang sederhana dan jelas yang dapat dipakai oleh Bappepda dalam<br />

rangka mengarahkan usaha-usaha pembangunan,yaïtu menyangkut persïap-<br />

an-persiapan dan evaluasi DIP dalam jangka pendek, dan kedua, usaha-u­<br />

saha dalam jangka waktu dekat untuk meletakan dasa* ipo^umbar^an<br />

jangka panjang, yaïtu yang dïtïtïk bera*kan pada usaha-usaha studï, pe­<br />

nelitian dan pengumpulan data sebagaï bahan persïapan untuk menyusun<br />

Master Plan Kalïmantan Tïmur yang lebïh lengkap dan detail serta lebïh da­<br />

sar lagï darï rencana-rencana yang pernah dïbuat. Untuk ïnï per lu dïsusun<br />

suatu strategi rïset yang ferarah serta mengandung wawasan-wawasan yang<br />

komprehensif tantang persoalan-persoalan jangka panjang d> Kalimantan<br />

Tïmur.<br />

19. Dengan melihat pada persoalan dï atas, maka Pemerintah Daerah Propïnsï<br />

d? Kalimantan Timur mempunyai tugas doublé, yaïtu dï satu pïhak membina<br />

Bappepda dan di lain pihak memenuh? kebutuhan-kebutuhan pembangunan<br />

di Kalïmantan Timur akan bahan-bahan perencanaan Tugas doublé ïtu bï­<br />

sa dilakukan sekalïgus sambïl berjalan, dengan pïmpïnan, s'aff ahlï dan<br />

personïl yang ada, Beberapa langkah strategie yang sngln kïta .saranken<br />

adalah % .<br />

Pertama, dalam melaksanakan beberapa proyek perencanaan, pemer*ntah<br />

daerah seyogyanya melakukan kerjasama dengan universltas-unïversftas<br />

yang besar sepertï Universitas Gajah Mada (yang telah membentuk kerjasa­<br />

ma dengdn Unïversïtas Mulawarman dalam bidang pongajaran), Unïversïtas<br />

Indonesia atau Instltute Tehnologï Bandu.ng, Banyak hal bïsa dilakukan da-


- 11! -<br />

lam rangka kerjasama ïni sepertï mïsalnya, survey sosïal ekonomï, perhïtungan<br />

pendapatan daerah (regional ïncome accounting), feasibïlïty-study<br />

proyek-proyek sektoral (dï bïdang kehutanan, pertanian, ïndustrï, dsb,),<br />

kegiatan penyuluhan atau extentïon-servïce, dsb.<br />

Sebagaï langkah permulaan, ada baïknya, kepada badan-badan unïversïtas<br />

dïmïnfakan untuk melakukan ïnventarssasï tentang proyek-proyek penelitian<br />

apa saja yang pernah dilakukan dï wïlayah Kalïmantan Tïmur, Dewasa<br />

inï dïperkïrakan telah banyak penelïtïan-penelstïan yang dilakukan, baïk<br />

oleh badan-badan yang ada dï Kalïmantan Tïmur sendïrï (mïsalnya dari dïnas-dïnas,<br />

Kantor Sensus Penduduk dan Statistik Propïnsï, Unïversïtas<br />

Mulawarman, perusahaan-perusahaan asing yang beroperasï dï Kalïmantan<br />

Timur dalam eksploïtasï hasil hutan, dsb,), maupun oleh badan-badan dari<br />

Pusat atau darï daerah-daerah laïn, bahkan juga badan-badan ïnternasional<br />

(IPB, World Bank, AID, Gajah Mada, PUTL, Departemen Pertanian,<br />

Bappenas, Departemen Dalam Negeri, Departemen Hankam, dll, kïta<br />

ketahuï pernah melakukan studï tentang masalah-masalah pembangunan dï<br />

Kalimantan Tïmur), Snventarïsasï ïtu penting, bukan saja untuk bïsa memanfaatkan<br />

data-data dan informasi yang telah ada, akan tetapï juga sebagaï<br />

bahan dasar bagi penyusunan strategi riset dan agar tïdak terjadi pengulangan<br />

terhadap hal-hal yang telah dilakukan,<br />

Sebelum dïsusun suatu program kerjasama, perlu juga dilakukan penelitian<br />

pendahuluan tentang rencana-rencana studï apa saja yang akan dilakukan<br />

dï wïlayah Kalïmantan Tïmur, baïk oleh badan-badan dï wïlayah propïnsï,<br />

badan-badan Pusat atau badan-badan darï daerah laïn serta badan-badan<br />

ïnternasional, Keputusan Menteri Dalam Negeri yang antara laïn menetapkan<br />

bahwa semua proyek-proyek riset yang akan dilakukan dï suatu daerah<br />

harus mendapatkan ïdzïn terlebih dahulu darï Gubernur,, adalah merupakan<br />

dasar yang kuat untuk menyerahkan fungsï koordïnasï rïset tersebut<br />

kepada Bappepda, Keputusan Menteri Dalam Negeri dï atas adalah tepat,<br />

bukan saja karena alasan tentang perlunya ada koordïnasï dï tïngkat propinsi<br />

dalam kegiatan rïset, melainkan juga karena berdasarkan pengalamanpengalaman<br />

yang lalu banyak sekalï kegiatan rïset yang dilakukan ©Seh<br />

badan-badan dan lembaga-lembaga darï Pusat, daerah-daerah laïn atau<br />

badan-badan ïnternasional yang tïdak sepengetahuan Gubernur, sedangkan<br />

hasil-hasïlnyapun juga tïdak diketahui atau dïkïrïmkan kepada Gubernur,<br />

Penyerahan tugas kepada Bappepda untuk fungsï koordïnasï r ïset tingkat<br />

propïnsï adalah tepat, karena Bappepda dïharapkan memïlïkï wawasanwawasan<br />

ma kso terhadap persoalan-persoalan pembangunan daerah, dïsampïng<br />

badan ïnï bïsa memanfaatkan hasïl-hasïl penelitian secara langsung<br />

yaïtu untuk keperluan perencanaan, Rencana-rencana studï yang dilakukan<br />

oleh berbagaï badan ïtu hïngga kïni belum diketahui oleh pemerintah daerah,<br />

Oleh sebab ïtu fungsï koordïnasï ïtu harus terlebih dahulu dïmulaï de-


-112-<br />

ngan Koordïnasï rencana-rencana yang telah dibuat, Lembaga-lembaga penelitian<br />

darï unïversïtas bïsa dïmïntaï bantuan untuk melakukan ïnventdrïsasi<br />

ïtu,<br />

Sülanjutnya setelah suatu daftar kegiatan penelitian telah dapat dïkumpulkan,<br />

diklasïfïkasï dan dïanalïsa dengan ukuran kebutuhan data-data perencanaan<br />

komprehensif dï Kalïmantan Tïmur, maka suatu program dan strategi<br />

penelitian bïsa dïproyeksïkan, Sudah tentu darï proyeksï ïtu bïsa diperoleh<br />

suatu daftar kegiatan rïset yang belum dïrencanakan oleh badan apapun<br />

dan yang dibutuhkan oleh Bappepda Untuk melaksanakan program<br />

rïset seianjutnya Bappepda bisa memïnta bantuan pada badan-badan penelitian<br />

darï dalam atau luar unïversïtas berdasarkan suatu perjanjïan kerjasama<br />

Dalam pelaksanaannya, seyogyanya unsur-unsur daerah dïïkut sertakan,<br />

bukan saja agar peneiitian-penelïtïan bïasa lebïh terarah berdasarkan<br />

'input' darï daerah, melainkan juga dengan adanya partisipasi ïtu Bappepda<br />

bisa sekalïgus meng-upgrade unsur-unsur daerah dalam pekerjaanpekerjaan<br />

s@p_ctï itu,<br />

Kedua, untuk melaksanakan tugas doublé sepertï yang kita kemukakan dï<br />

atas, kïta sarankan agar Bappepda men coba untuk memperkerjakan 2 a 3<br />

konsultant dalam jangka waktu 6 sampai 12 bulan, syukur bïsa mendapatkan<br />

tenaga konsultant yang bersedia bekerja dï Kalïmantan Timur untuk jangka<br />

waktu lebïh darï ï tahun, Untuk ïtu kïta sarankan agar pemerintah daerah<br />

menghubungi badan-badan seperti Bappenas, PUTL, unïversïtas-unïversïtas,<br />

atau badan-badan luar negeri, atas petunjuk Bappenas, untuk menjajagï<br />

kemungkïnan bïsa dïdapatkannya tenaga ahlï sebagaï tenaga konsultant Bappepda,<br />

Pemakaïan tenaga-tenaga konsultant tersebut, menurut hernat kïta bïsa amat<br />

bermanfaat dan effïsïen, Sebagaimana diketahui, dewasa ïnï amat sulït<br />

bagï Bappepda untuk memperoleh tenaga pimpinan dan staff ahlï yang<br />

mampu memïkul tugas doublé dï atas, Sebagaï substïtusi, maka kïta menyarankan<br />

kepada pemerintah daerah untuk mengïsï tugas tersebut dengan bentuk<br />

technïcal assistance' yakni suatu team yang tugasnya bersifat konsultatif<br />

dan melakukan aktivitas (1) melakukan studï tentang masalah-masalah<br />

pembangunan daerah,, baïk yang sïfatnya kwalïtatïf maupun kwantïtatïf yang<br />

perumusan-perumusannya dapat dïfadïkan dasar bagi penyusunan rencana<br />

dan kebïjaksanaan-kebïjaksanaan pembangunan, (2) melakukan ïdentïfïkasï<br />

proyek-proyek pembangunan, baik menurut sektor-sektor maupun menurut<br />

daerah-daerah beserta rencana-rencana ïnvestasinya, tïdak saja ïnvestasi<br />

mikronya melainkan juga ïnvestasi makronya agar bïsa dïjadikan pedoman<br />

bagï penyusunan RAPBD yang komprehensif, dan (3) melakukan 'transfer of<br />

knowledge and know-how' kepada pimpinan dan staff Bappepda agar dalam<br />

jangka waktu tertentu apa yang telah dïrïntïs oleh 'technïcal assistance'<br />

dapat dïteruskan oleh pimpinan dan staff Bappepda sendiri.


- 113 -<br />

Jenis-jen is pengetahuan yang secara urgen dibutuhkan untuk ditanamkan<br />

pada Bappepda yang bïsa dïdapatkan darï konsultant yang tergabung dalam<br />

'technïcal assistance' dï atas adalah s<br />

(1) Statïstïk untuk perencanaan berïkut metode-metode survey, pengum­<br />

pulan data, pengetahuan analisa dan proyeksï,<br />

(2) Mak?o ekonomï dan matematïk ekonomï yang berïsïkan pengetahuan<br />

untuk mempergunakan model-model ïlmu ekonomi bagi perencanaan »<br />

(3) Pengetahuan tehnïs sepertï cost benefit analysïs, evaluasi proyek,<br />

fïnancïal analysïs, feasibïlïfy study, dIL<br />

(4) Pengetahuan tentang 'regional economïcs' berikut masalah perenca­<br />

naan fïsïk, sosïal, serta moneter (ïnvestasi),<br />

(5) Administrasi pembangunan,<br />

Setelah dilakukan ker|a perïntïsan oleh team bantuan tehnïs tersebut di a-<br />

tas maka kerja-kerja seianjutnya akan lebïh mudah dilakukan, oleh karena<br />

dasar-dasar perencanaannya telah terlebïh dahulu dïletakkan oleh team ter­<br />

sebut,<br />

Ketiga, untuk memperïngan tugas-tugas Bappepda seianjutnya, maka se­<br />

yogyanya dalam rangka kerja team bantuan tehnïs, diikut sertakan pula<br />

unsur-unsur dinas, khususnya dïnas-dïnas yang terpentïng dï Kalïmantan Tï­<br />

mur sepertï dïnas-dïnas kehutanan, PUTL, perïndustrian dan pertanian, De­<br />

ngan dïikut sertakannya dïnas-dïnas tersebut dalam proses pembinaan pe­<br />

rencanaan, maka unsur-unsur perencanaan darï dïnas-dïnas ikut pula ter-<br />

bïna, Kuatnya unsur perencanaan pada dïnas-dïnas akan merupakan du-<br />

kungan kuat bagï Bappepda dalam menjalankan tugasnya, Sebab sebagai­<br />

mana kïta ketahui, sumber 'input' darï rencana-rencana pembangunan ada­<br />

lah dinas-dinas,<br />

Bersama-sama dengan dïnas-dïnas, bïsa dibentuk workshop- workshop yang<br />

secara langsung menggarap kasus-kasus perencanaan-perencanaan, Sïstïm<br />

workshop ïnï, nampaknya akan lebih effïsïen dilakukan daripada mengada­<br />

kan kursus-kursus semacam yang pernah diadakan pada bulan-bulan Maret<br />

dan September 1972 yang lalu, Kursus-kursus yang demikian ïtu terbuktï<br />

kurang bisa effisïen dan ïntenslf, khususnya karena keterbatasan waktu ser­<br />

ta sulitnya penyelenggaraan. Lagï pula kursus demikian biayanyaamst ma-<br />

hal karena harus mendatangkan ahli-ahli dari pusat , Dengan sïstïm work­<br />

shop dan metode 'group dynamïcs 8<br />

maka tenaga-tenaga kader perencana<br />

dari berbagaï instansi, yang berïntïkan group Bappepda bisa dibïna sekali-<br />

gus dengan menggarap bahan-bahan perencanaan,<br />

Selain melaluï workshop, maka pembinaan staff bïsa dilakukan dengan me-


- 114 -<br />

monfaatkan kursus-kursus perencanaan yang diadakan oleh badan-badan<br />

pusat atau dari daerah-daerah lain, kalau mungkin fuga dari badan-badan<br />

ïnternasional yang mengadakan kursus-kursus atau latïhan-latihan semacam<br />

itu,<br />

20, Masalah pembiayaan sudah tentu perlu merréapatkan perhatian darï pemerintah<br />

daerah, Sekalïpun pembiayaan barangkalï bukan merupakan masalah<br />

besar bagï pemerintah daerah, namun faktor 'Input' dan 'output' darï proses<br />

pembiayaan tersebut hendaknya berdasarkan prïnsfp-prinsïp tertentu<br />

agar dana yang ada bïsa dimanfaatkan se-effïsïen mungkin, bukan saja untuk<br />

menghïndarï 'pemborosan' yang mungkin selama ïnï telah terjadi, akan<br />

tetapï juga agar dana ïtu bisa dimanfaatkan untuk membïayaï proses peren<br />

canaan seluas-luasnya, Berïkut ïnï adalah beberapa prïnsïp yang ïngin kita<br />

usulkan :<br />

Pertama, penggunaan dana seyogyanya berdasarkan 'absorbtïon capacïty'<br />

darï Bappepda sendiri, yakni kemampuan darï mekanïsme <strong>org</strong>anisasi Bappepda<br />

untuk bïsa menggunakan suatu dana, Dengan demikian maka alokasï dana<br />

yang besar bukanlah prinsïp untuk meningkatkan kegiatan, melainkan<br />

sebaliknya, yaïtu alokasï dana bïsa semakïn naik jïka kegiatan meningkat,<br />

Prïnsïp ïni penting untuk menghindari proyek-proyek yang dïbuat berskala<br />

besar padahal target darï proyek tersebut (sepertï seminar, loka-karya, kursus-kursus,<br />

dsb) bisa dlcapaï dengan cara yang lebïh sederhana dan biaya<br />

yang sedïkït.<br />

Kedua, tugas darï Bappepda yang banyak berdasarkan kreatïvitas ïndïvïduil<br />

akan bisa dïtïngkatkan dengan sïstïm pemberïan ïnsentïf, Kesulïtan mendapatkan<br />

tenaga ahlï yang sekarang dïhadapï Bappepda barangkalï akan dapaf<br />

diatas? apabila Bappepda bïsa menyedïakan dana khusus untuk keperluan<br />

ïnsentïf, Dengan pemberïan ïnsentïf kepada pekerjaan-pekerjaan yang<br />

membutuhkan ketekunan sepertï kerja yang bersifat ïlmïah (waktu yang digunakan<br />

kerapkalï tak terbatas dan membutuhkan pemïkïran terus menerus<br />

dan intensif) maka produktïvïtas darï kerja Bappepda bïsa meningkat, Dengan<br />

sistim inï maka potensï-potensï yang ada dï dïnas-dïnas, unïversïtasuniversitas,<br />

dll, akan terangsang untuk memasukï jenïs-jenïs pekerjaan<br />

kreafff yang amat dibutuhkan oleh badan sepertï Bappepda,<br />

Ketiga, untuk menghïndarï pemborosan dana, sebaïknya suatu kerja penelitian<br />

dan perencanaan dilakukan dalam rangka kerjasama dengan badanbadan<br />

dan lembaga-lembaga laïn yang mempunyaï kegiatan serupa, Sepertï<br />

kita ketahuï, dïnas-dïnas tentu mempunyaï proyek-proyek dan menyedïakan<br />

dana untuk penelitian, Demikian pula badan sepertï Badan Urusan Cess<br />

yang kegiatan ufamanya adalah melakukan penelitian dan eksperimen untuk<br />

mengembangkan tanaman-tanaman ekspor, atau perusahaan-perusahaan


- 115 -<br />

besar (terutama perusahaan-perusahaan asing) yang juga menyedïakan dana<br />

untuk keperluan pengembangan. Dewasa inï kita sinyalïr terjadïnya berbagai<br />

proyek-proyek penelitian yang akan dilakukan oleh suatu lembaga ,<br />

padahal sebagian darï obyek penelitian tersebut telah digarap oleh lembaga-lembaga<br />

lain. Demikianlah maka sebenarnya berbagai hasïl penelitian<br />

yang pernah dilakukan, jika dikumpulkan, dïtelit? dan diolah, pasti dapat<br />

dijadïkan bahan bagi penyusunan rencana-rencana pembangunan.<br />

21 . Akhirnya dalamrekomendasi inï ïngïn kïta tekankan pula pentingnya digalang<br />

kerjasama yang erat antara Bappepda dan Universitas Mulawarman.<br />

Juga antara dïnas-dïnas tertentu, khususnya dïnas-dïnas pertanian dan kehutanan<br />

dengan Fakultas Pertanian Unïversïtas Mulawarman. Dengan mengambil<br />

contoh kerjasama antara Aceh Development Board dengan Unïversi -<br />

tas Syiah Kuala, di mana tenaga-tenaga universitas bisa menyumbangkan<br />

keahliannya pada ADB,sebaliknya jugaADB bisa memberikan pengalamanpengalamanpraktïspada<br />

tenaga-tenaga pengajar universitas,maka hal yang<br />

sama bïsa pula diterapkan di Kalimantan Timur, Kerjasama ini bukan saja<br />

bisa dilakukan dalam bidang survey dan penelitian, melainkan juga dalam<br />

pembinaan tenaga ahli,yaïtu dari dinas-dinas,pejabat-pejabat kotamadya<br />

dan kabupaten dan instansi-instansi lainnya yang merupakan pendukung<br />

darï tugas-tugas Bappepda dï masa-masa mendatang.


APPENDIX<br />

DAFTAR PERTANYAAN RISET<br />

UNIT PERENCANAAN DAERAH<br />

Dl KALIMANTAN TIMUR<br />

«t,


- 116 -<br />

DAFTAR PERTANYAAN RISET UNIT PERENCANAAN<br />

DAERAH Dl KALIMANTAN TIMUR<br />

I. POLA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH<br />

:\. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG<br />

(1) Type-type rencana pembangunan jangka panjang apakah yang dimiliki<br />

oleh daerah ini ?<br />

a. Rencana Pembangunan Daerah,yaitu pegangan pelaksanaan pembangunan<br />

dalam jangka waktu yang terbaies (misalnya : Repelita<br />

Daerah).<br />

b. Pola Pengembangan Daerah, yaitu pengarahan pembangunan daerah<br />

dalam jangka waktu yang lebïh panjang ?<br />

(2) Rencana Pembangunan Daerah apa saja yang termuat dalam rencana<br />

ini ? Bagaimana sistimatik ïsï rencana ini ?<br />

a. Apakah target pembangunan yang dikehendaki telah didefinisikansecara<br />

jelas danbilamana mungkin dinyatakan secara kwantitatip<br />

(misalnya pendapatan per kapïta), kesempatan kerja, produksi<br />

bermacam-macam sektor dsb.)„ Dapatkah kiranya dibedakan<br />

antara target umum dan target bagian atau sektoral ?<br />

b. Apakah ada penetapan prioritas antara satu sektor terhadap sektor<br />

lainnya ? Apakah pembagian prioritas tersebut cukup terperïncï<br />

untuk memberikan pegangan operasionil ?<br />

c. Apakah target-target pembangunan tersebut dilengkapi dengan<br />

target/proyeksi tabungan serta ïnvestasi (Pemerintah dan masyarakat)<br />

menurut masing-masing sektor pembangjnan ?<br />

d. Apakah dalam rencana ini diperhitungkan pula usaha-usaha pembangunan<br />

Pemerintah Pusat, atau bantuan luar negeri (serta penanaman<br />

modal asing) ?<br />

e. Apakah dalam rencana inï diperhitungkan/telah ditetapkan pula<br />

. program-program dan proyek-proyek untuk masing-masing sektor<br />

pembangunan ?<br />

f. Apakah dalam rencana ini diadakan pula breakdown menurut tahunan<br />

daripada masing-masing kegiatan ?<br />

g. Apakah ada perincian lokasi daripada tiap-tiap kegiatan?


- 117-<br />

(3) Apakah daerah ini memiliki Pola Pengembangan Daerah dan apakah<br />

isinya ?<br />

a. Apakah telah diadakan identifikasi daripada wilayah perkembangan<br />

daerah ini ? Kriteria apakah yang dipakai untuk ini ?<br />

b. Apakah fungsi dari tiap-tiap urbancentre dalam daerah ini telah<br />

ditetapkan (menurut fungsi sentra utama, subcentre, sentra kecil,<br />

dsb.)? Dan target perkembangannya (dalam jenis kegiatan,<br />

jumlah penduduk, dsb.) ?<br />

c. Beberapa daerah memiliki suatu pola tata guna tanah untuk pengembangan<br />

potensï fisik daerah, apakah daerah ini juga memiliki<br />

pola semacam ïtu ?<br />

d„ Bagaimana konsistensi antara Rencana Pembangunan Daerah dengan<br />

Pola Pengembangan Daerah ini ?<br />

B. RENCANA DAN PROGRAM PELAKSANAAN TAHUNAN<br />

(1) Bagaïmanakah konsistensi antara program/proyek tahunan dengan<br />

Rencana Pembangunan Daerah yang telah ditetapkan?<br />

a. Apakah konsistensi ini dapatdilihat dari pemilihan program/proyek<br />

ini dapat dïukur darï segi pencapaïan target-target pembangunan<br />

tertentu ? (target fungsionil).<br />

b. Apakah terlïhat koordïnasï antara program/proyek satu dengan<br />

yang lain ?<br />

c. Apakah diadakan revisi secara teratur daripada target-target<br />

pembangunan berdasarkan pengalaman pelaksanaan tiap-tiap tahun<br />

? Adakah revisi Perencanaan Pembangunan Daerah ?<br />

d. Bagaimanakah persïapan-persiapan yang telah dilakukan untuk<br />

penyusunan Rencana Pembangunan Daerah seianjutnya ?<br />

C. PERENCANAAN SEKTOR SWASTA<br />

(1) Adakah data-data yang menyangkut kegiatan sektor Swasta dalam<br />

pembangunan :<br />

a. Data-data investasi<br />

b. Data-data produksi dari perusahaan-perusahaan swasta.<br />

c. Data-data institusionil<br />

d. Data-data tenaga kerja


- 118 -<br />

(2) Sudah adakah perencanaan (Planning by inducement) terhadap sektor<br />

swasta?<br />

a„ Badan apa yang mengkoordinir fungsi tersebut<br />

b. Bagaimana cara/tehnik inducement yang dilakukan<br />

(3) Bagaimana kerjasama antara dinas vertikal dan otonom dalam pengendalian<br />

sektor Swasta ïnï.<br />

(4) Apakah Sektor Swasta dalam batas tertentu telah berpartisipasi dalam<br />

perencanaan daerah.<br />

(5) Bagaimana tehnik/cara pengendalian penanaman modal asing dan<br />

modal dalam negeri, bagaimana pula hubungannya dengan Pusat dalam<br />

fungsi ini.<br />

II. UNIT PERENCANAAN DAERAH<br />

(1) Sejarah serta dasar-dasar hukum unit perencanaan.<br />

a. Apakah dasar hukum (kepufusqn-keputusan/peraturan-peraturan)<br />

yang mengatur bentuk <strong>org</strong>anisasi, tugas/fungsi serta cara kerja<br />

daripada unit perencanaan?<br />

b. Bagaimana perkembangan/sejarah unit perencanaan serta prospeknya?<br />

c. Adakah instansï-instansi/badan lain yang mengurus/menyelenggarakan<br />

soal-soal perencanaan, serta sampai seberapa jauh pengaruhnya<br />

terhadap unit perencanaan yang ada?<br />

(2) Kedudukan unit perencanaan dalam struktur Pemerintahan Daerah.<br />

a. Bagaimanakahsaluran tanggungjawab, perintah serta koordinasi<br />

dari unit perencanaan, baik dengan <strong>org</strong>an-<strong>org</strong>an yang ada di bawah/di<br />

atasnya ataupun yang sejajar dengannya (serta skema/<br />

chart <strong>org</strong>anïsasinya).<br />

b. Sampai sejauh mana posisi ïni berpengaruh pada penyelenggaraan<br />

fungsi/tugas daripada unit perencanaan (jelaskan mengenai keuntungan/kerugiandar?<br />

posisi unït perencanaan yang ada sekarang).<br />

(3) Tugas dan fungsi darï unit perencanaan.<br />

a. Apakah tugas dan fungsi daripada unït perencanaan ini?<br />

b. Sampai sejauh mana dapat dilaksanakan tugas serta fungsi tsb.?


- 119 -<br />

c. Adanya perkembangan daerah, bagaimana pengaruhnya terhadap<br />

perkembangan tugas/fungsi; serta bagaimana koordinasï dilakukan<br />

dalam rangka pelaksanaan tugas/fungsi, agar menjadi lebih<br />

effektif ?<br />

d. Bentuk-bentuk pekerjaan apakah yang telah dihasilkan (misalnya<br />

report, feasibility study, dsb„).<br />

e. Masalah-masalah apa yang ditemui dï dalam penyelenggaraan<br />

tugas dan fungsi tersebut ?<br />

(4) Staff dari unït perencanaan.<br />

a. Bagaimana susunan staff darï unit perencanaan ini?, baik mengenai<br />

komposisi, jumlahnya, back-ground pendidikan dari pegawa<br />

i-pegawa ïnya afaupun keahliannya ?<br />

b. Apakah ada usaha-usaha untuk mem per kembang kan/meni ngka tkan<br />

mutu staff, jika ada dalam bentuk apa ?<br />

c. Sejauh mana tenaga ahlï di luar unït perencanaan ini diikut sertakan?,<br />

serta bagaimana sifat dari penggunaan tenaga ahli tersebut<br />

? (misalnya full timer, part timer, dsb.nya) ?<br />

(5) Pembiayaan daripada unit perencanaan.<br />

a. Apakah surat-surat keputusan/peraturan-peraturan yang mengatur<br />

pembiayaan unitperencanaan?(dari mana sumber biaya diperolehnya)<br />

?<br />

b. Berapa besarnya biaya yang diperoïeh, serta perkembangannya<br />

dari tahun ketahun (diperïnci di dalam macam pekerjaan) ?<br />

c. Apakah ada pemikiran-pemikiran ke arah mendapatkan sumbersumber<br />

pembiayaan yang baru ?<br />

d„ Masalah-masalah apa yang ditemui dalam pembiayaan ?<br />

(6) Fasïlitas-fasilïtas unït perencanaan,<br />

a. Di dalam rangka menyelenggarakan tugas perencanaan peralatan-peralatan<br />

planning apakah yang sudah dïpunyai ? (misalnya<br />

reproduction unit, ruang rapat, operation room, meja gambar,<br />

dsb.nya).<br />

Sebutkan jumlah dan kwalitasnya.<br />

b. Adakah bantuan alat-alat darï instansi - instansï/badan-badan<br />

lain ?


- 120 -<br />

(7) Intern Organisasi Unit Perencanaan.<br />

a„ Bagaimana susunan intern <strong>org</strong>anisasi serta apa tugas dan fungsi<br />

dari tiap-tiap bagian <strong>org</strong>anisasi tersebut ?<br />

b„ Bentuk-bentuk pekerjaan apakah yang telah dilakukan dan dihasilkan<br />

?<br />

c, Bagaimana perkembangan daripada intern <strong>org</strong>anisasi ?<br />

(8) Hubungan Ekstern Unit Perencanaan.<br />

a. Di dalam penyelenggaraan tugas unit perencanaan, kerjasama<br />

apa yang telah pernah dilakukan dengan badan-badan lain, baik<br />

yang berbentuk formil (dengan surat-surat keputusan), maupun<br />

yang informil ?<br />

b. Hasil-hasil apa yang telah dicapai dengan adanya kerjasama tersebut<br />

?<br />

c. Bagaimana kerjasama itu dilakukan?dan dalam bentuk yang bagaimana<br />

?<br />

III. PROSES DAN PROSEDURE PERENCANAAN DAERAH.<br />

(1) Dibeberapa daerah lain dijumpai beberapa jenis naskah perencanaan<br />

seperti :<br />

i Pola Dasar Pembangunan Daerah<br />

ii Repelita Daerah<br />

ïii Program tahunan yang tercermin dalam APBD<br />

tv Rencana-rencana proyek yang dituangkan dalam DIP Pusat dan<br />

DIP daerah.<br />

Pertanyaan %<br />

a. Apakah untuk daerah ini naskah-naskahtersebut di atas pernah<br />

disusun ?<br />

b. Diantara naskah-naskah tersebut diatas, mana saja yang pernah<br />

disusun ?<br />

c. Jika ada jenis-jenis atau bentuk-bentuk naskah perencanaan<br />

lain, apa saja naskah-naskah tersebut ?<br />

(2) Pola Dasar Pembangunan Daerah biasanya mencerminkan :


- 121 -<br />

i Strategi dasar pembangunan daerah balk dalam hubungannya dengan<br />

perkembangan daerah maupun dengan Repelita Nasional,<br />

ii Penentuan Prioritas,<br />

Pertanyaan :<br />

a Siapa yang bertugas menyusun PD PD ?<br />

b. Bagaimana proses penyusunannya ?<br />

c Darï mana bahan-bahan naskah ïtu dïdapatkan ?<br />

d Pernahkan dilakukan seminar/workshop pendahuluan ?<br />

e, Apakah dalam menyusun PDPD dibentuk suatu panitia khusus ?<br />

f, Badan-badan mana saja yang ikut membuat/menyusun PDPD ter­<br />

sebut ?<br />

g, Bagaimana cara menentukan prioritas ?<br />

h Apakah PDPD tersebut harus disyahkan oleh DPRD ?<br />

ï Bagaimana prosedur hïngga suara PD PD tersebut dapat disyahkan ?<br />

(3) Di dalam penyusunan Repelita Daerah biasanya ada suatu badan ter­<br />

tentu yang bertanggungjawab dalam penyusunan ïtu, Sïapa (badan)<br />

apa yang bertanggungjawab terhadap penyusunan Repelita ?<br />

a, Adakalanya untuk menyusun Repelïta dibentuk suatu panitia ad-<br />

hoc Apakah hal inï juga dilakukan ?<br />

b, Jika tïdak dïsusun suatu panïtïa, bagaimana naskah Repelïta itu<br />

dïsusun ?<br />

(4) Jawatan-jawatan, Dïnas-dinas atau Badan apa saja yang ikut mem­<br />

buat Repelïta Daerah ? Sïapa yang mengkoordinïmya ?<br />

(5) Apakah Dïnas-dïnasdi Kalimantan Timur juga telah membuat peren­<br />

canaan sektoral ? Mana saja yang telah membuat ?<br />

(6) Apakah unit perencanaan dï Kal ïmantan Tïmur telah melakukan sua­<br />

tu perencanaan yang komprehensif ?<br />

(7) Adakah badan-badan atau ïnstansï-ïnstansï laïn yang telah mengum­<br />

pulkan data-data perencanaan ? Apakah badan-badan ïnï mempu-<br />

nyaï/merupakan sumber informasi darï perencanaan ?<br />

a» Dïnas-dïnas otonom<br />

b, Dïnas-dïnas vertikal<br />

c Operation Room<br />

d Kantor Sensus & Statistik Daerah<br />

e, Unïversitas/iembaga-lembaga penelitian<br />

f. Badan-badan/<strong>org</strong>anïsasï swasta, baïk asing maupun nasional.


g. Bank Indonesia<br />

- 122 -<br />

h. Badan-badan khusus yang dibentuk oleh Pusat<br />

ï. Team-team penelitian dari Pusat<br />

j. Laïn-lain.<br />

i<br />

(8) Adakah dan badan apakah yang ada dï daerah yang menjadi pusat<br />

informasi dan pengumpulan data perencanaan ?<br />

(9) Sudah pernahkah dilakukan suatu survey ekonomï untuk daerah inï?<br />

Siapa yang melaksanakan dan dalam bidang apa saja? Apakah hasil<br />

survey tersebut diketahui dan dïrerïma oleh Pemerintah daerah,<br />

khususnya unit perencanaannya ?<br />

(10) Badan-badan mana saja yang telah melakukan pengolahan data perencanaan<br />

?<br />

(11) Darï Repelita Daerah biasanya disusun suatu program Tahunan. Siapakah<br />

yang bertugas menyiapkan program tahunan tersebut ?<br />

(12) Bagaimana cara penyusunan program tahunan ?<br />

a. Apakétji dalam hal ini juga dïtentukan suatu panitia khusus ?<br />

b. Badan-ibadan mana saja yang ikut serta menyusun naskah tersebut<br />

i<br />

c. Apakah unït perencanaan daerah telah melakukan fungsi koordinasi<br />

?<br />

(13) Bagaïmanakah peranan dïnas-dïnas (otonom ataupun vertikal)dalam<br />

penyusunan Repelita ?<br />

(14) Dalam program tahunan, biasanya terdapat daftar proyek-proyek<br />

yang disebut DlPbaïk sebagai Proyek Pusat maupun Proyek Daerah.<br />

a. Bagaimana DIP itu dïpersïapkan dan disusun ?<br />

b„ Siapa yang bertugas mempersiapkan dan menyusun DIP tersebut ?<br />

c. Bagaimanakah prosedurnya ?<br />

(15) Bagaimana hubungan antara pusat (Departemen) dengan Pemerintah<br />

daerah dalam menentukan DIP Pusat ? Apakah dinas otonom berpartïsipasi<br />

atau ikut menentukan juga suatu proyek Pusat ?<br />

(16) Untuk menyusun suatu proyek dan diusulkan sebagai proyek, pernahkah<br />

dilakukan feasïbilïty study ? Sïapa yang melakukannya ?<br />

'v


- 123 -<br />

(17) Bagaimana hubungan antara BUC dengan Unit Perencanaan Daerah ?<br />

(18) Apakah dalam fungsi perencanaan sudah termasuk fungsi kontrol ?<br />

Jika ada badan lain yang melakukan fungsi kontrol secara khusus,<br />

badan apakah itu ? Bagaimana hubungan antara badan yang mempunyai<br />

fungsi kontrol itu dengan unit Perencanaan ?<br />

(19) Dalam fungsi pengawasan, apakah hubungan atau pembagian kerja<br />

diantora badan-badan di bawah ini ?<br />

1. SPOP (Sekda Lobang)<br />

2. Bagian Pengawasan dari Biro Perencanaan dan Pembangunan Daerah<br />

3. Inspektorat Umum<br />

4. Direktorat PMD<br />

5. Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Daerah<br />

6. Badan Umum Cess Daerah<br />

7. DPRD<br />

(20) Bagaimana fungsi feed back dilakukan ?<br />

a. Siapa yang membuat laporan pelaksanaan suatu proyek atau program<br />

?<br />

b. Laporan-laporan apa saja yang dibuat ?<br />

c. Siapa yang melakukan penilaian terakhir dari laporan tersebut?<br />

d. Bagaimanakah suatu laporan itu disusun ?<br />

(21) Adakah unit-unit perencanaan pada tingkat Kabupaten ?<br />

a. Bagaimana fungsi dari unit perencanaan di tingkat Kabupaten dilaksanakan,<br />

apakah mereka juga melakukan koordinasi perencanaan<br />

terhadap dinas-dinas tingkat kabupaten ?<br />

b. Bagaimana hubungan antara Unit Perencanaan Kabupaten dan Unit<br />

perencanaan tingkat propinsi ?<br />

c. Apakah unït perencanaan kabupaten juga memberikan laporanlaporan<br />

(data-data & informasi) secara periodik kepada unit perencanaan<br />

di tingkat propinsi. Data-data & informasi jelas apa<br />

saja yang dilaporkan ?<br />

(22) Siapakah yang membuat perencanaan desa kabupaten, Pemda Propinsi<br />

atau Ditjen PMD sendiri ?<br />

a. Badan mana yang merupakan pusat informasi tentang data-data<br />

pembangunan masyarakat desa.


- 124 -<br />

b, Bagaimana hubungan antara perencanaan fisik dan desa dan perencanaan<br />

sosial (pembangunan masyarakat desa), adakah badan<br />

yang mengkoordinirnya, bagaimana sinkronisasi dan integrasinya ?<br />

(23) Dalam bidang perencanaan, sudah adakah suatu bentuk kerjasama<br />

dengan Pemda».pemda lain yang berdekatan secara geografis, ekomis<br />

maupun adminisfrratif ? Bagaimana mïsalnya peranan Kowilhan<br />

dalam hal ini ?<br />

(24) Apakah Pemerintah sudah melihat semua bentuk proyek-proyek di<br />

bawah ini secara integral ?<br />

1. Pelita Nasional<br />

2. Proyek-proyek Inpres<br />

3. Proyek-proyek Pelita Daerah Propinsi<br />

4. Proyek Pelita Daerah Kabupaten<br />

5. Proyek bantuan Rp. 150,- per kapita kepada Kabupaten<br />

6. Proyek-proyek PMD<br />

Badan mana yang mengkoordinir semua jenis proyek-proyek itu secara<br />

integral ?<br />

IV. SARANA-SARANA PENUNJANG UNTUK PERENCANAAN<br />

A. SISTIM INFORMASI DAN KOMUNIKASI<br />

(1) Data-data apakah yang dikumpulkan, dimiliki dan dipublisir oleh<br />

instansi-instansi unit perencanaan daerah, kantor statistik daerah,<br />

dinas-dinas dan instansi-instansi pelaksana/perencanaan lainnya di<br />

daerah ?<br />

(2) Laporan periodik apa saja yang dibuat oleh instansi unit perencanaan<br />

daerah, pengawasan/pengendalian (SPOP, Sekdalobang) Biro<br />

Sekretariat Daerah. Dinas-dinas serta instansi-instansi pelaksana/<br />

perencanaan lainnya di daerah ? Kepada siapa saja laporan tersebut<br />

dïkirimkan dan bagaimana periode waktunya ?<br />

(3) Laporan periodik apasaja yang diterima oleh instansi tersebut pada<br />

nomor 2 ? Dari manakah asal laporan-laporan tersebut ? Periode<br />

waktunya ?<br />

(4) Sebutkan/tunjukkan mana diantara laporan-laporan/data-data ter-


- 125 -<br />

sebut di atas yang merupakan prïmary sources (hasil pengamatan/<br />

penelitian sendiri) dan mana yang merupakan secondary sources,<br />

(didapat dari sumber-sumber lain)?<br />

(5) Sampai berapa jauh usaha-usaha yang telah dilakukan untuk processing<br />

dan penyajian hasil laporan/data-data tersebut? (manakah yang<br />

telah dipresentir dalam bentuk visuil)?<br />

(6) Laporan-laporan/data-data apa saja yang menurut masing-masing<br />

instansi tersebut pada 1 dan 2 diharapkan dari instansi-instansi lainnya<br />

?<br />

(7) Sudah adakah usaha untuk menstandardisir bentuk laporan/penyajian<br />

data-data tersebut ? Siapa yang melakukan ini ? Apakah sudah<br />

diusahakan penyederhanaan laporan tanpa mengurangi nilai sisinya ?<br />

(8) Apakah daerah ini sudah mempunyai monografi daerah ? Bag ai manakah<br />

sistimatika penyusunan data-data dalam Monografi tersebut ?<br />

Apakah diusahakan break-down-nya sampai Kabupaten ? Bagaimanakah<br />

kontinuitas penerbitannya ?<br />

(9) Bagaimanakah fasilitas komunikasi yang dimiliki oleh tiap-tiap instansi<br />

tersebut pada nomor 1 dan 2 (kendaraan, hubungan telepon,<br />

dsb.)?<br />

(10) Seringkah diadakan pertemuan-pertemuan/rapat bersama ? Adakah<br />

panitia-panitia kerjasama yang dibentuk antar instansi tersebut di<br />

atas untuk pelaksanaan tugas-tugas tertentu, tetap atau sementara ?<br />

(11) Adakah faktor-faktor di daerah ini yang memungkïnkan terjalinnya<br />

komunikasi informil yang lebih baik (misalnya pendidikan yang sama<br />

dari pejabat-pejabat di pelbagai instansi dsb) ? Atau malahan ada<br />

yang menghambat komunikasi antar pejabat (faktor suku, agama, dan<br />

sebagainya)?<br />

B. OPERATION ROOM<br />

(1) Adakah Operation Room di daerah ini ? Berapa jumlahnya ? Adakah<br />

perbedaan antara fungsi operation room satu dengan lainnya ?<br />

(2) Data apa saja yang terdapat (secara visuil) dalam operation room<br />

masing-masing (buatlah daftar isi data-data ini). Bagaimana up-to<br />

dateness daripada data-data lain? Apakah data-data yang ada meng-


- 126 -<br />

gambarkan kemajuan daripada kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan<br />

oleh daerah (untuk laporan kemajuan pelaksanaan) ? Adakah<br />

data-data proyeksi penduduk dan target-target/perkembangan<br />

di pelbagai sektor pembangunan/produksi ?<br />

(3) Bagaimanakah hubungan kerja antara bagian pembinaan operation<br />

room dengan bagian pengumpulan data-data/dokumentasi ? Adakah<br />

peralatan-peralatan dan staff teknis penggambaran dimasing-masing<br />

instansi ?<br />

C. RESEARCH UNTUK PERENCANAAN<br />

(1) Publikasi research apa saja yang telah dihasilkan oleh unit perencanaan<br />

di daerah dan instansi lainnya dï daerah (universitas, dll.)?<br />

(2) Bi lamana unit perencanaan daerah melakukan kegiatan-kegiatan<br />

research sendïrï, bagaimanakah penentuan prioritas dan program<br />

research tersebut ? Berapakah biaya yang dikeluarkan tiap tahun<br />

dan bagaimanakah hasïlnya ?<br />

(3) Adakah bïro-bïro research/konsultasi dï daerah inï ? Sebutkanlah<br />

nama, kegiatan serta hasïl-hasïl yang dïcapaï.


- 72 -<br />

karang ini tata hubungannya dipandang masih kurang jelas,<br />

Seianjutnya, ketentuan dari Pusat tersebut akan merupakan dasar dari pengem­<br />

bangan unit perencanaan daerah yang akan diatur kemudian dengan Surat Ke­<br />

putusan atau peraturan Gubernur KDH, Dengan demikian, maka di luar keten-<br />

tuan-ketentuan mengenai bagian-bagian pokok dan bagian-bagian dar? eselon<br />

pertama, Gubernur b?sa mengeluarkan berbagaï ketentuan yang mungkin akan<br />

berbeda darï satu daerah ke daerah laïn, tergantung darï berbagaï faktor se­<br />

perti : kondisï sosïal ekonomi dan tingkat perkembangan suatu daerah, staff<br />

dan kemampuan pembeayaanyang ada, faktor-faktor sosial budaya, dsb. Deng­<br />

an demikian, di sampïng adanya keseragaman, maka peraturan-peraturan hu­<br />

kum yang akan dïtentukan masïh memberi kesempatanbagi berkembangnya va­<br />

riasi darï unit perencanaan daerah sesuai dengan in-put dari daerah-daerah<br />

yang bersangkutan,<br />

Struktur dan tugas.<br />

11 . Struktur <strong>org</strong>anisasi unit perencanaan daerah disusun setelah kita mengetahui<br />

dengan jelas ruang lingkup fungsi dan kegiatan perencanaan daerah ïersebut<br />

serta setelah jelas bagi kita dasar hukum dan hal-hal yang telah ditetapkan<br />

oleh peraturan dan undang-undang sebagaimana telah kita uraikan tersebut di<br />

atas,<br />

Setelah kita memperoleh pengertian yang jelas tentang unit perencanaan dae­<br />

rah, fungsi dan ruang lingkup kegiatan yang telah ditetapkan, maka gambaran<br />

umum tentang susunan <strong>org</strong>anisasi unit perencanaan daerah dapat kita lukiskan<br />

sebagai berikut :<br />

Pertama, untuk bisa memenuhï fungsinya sebagaï badan yang menjalankan*tu-<br />

gasperencanaan yang terus menerus (revolving planning machinary), maka unit<br />

perencanaan daerah, pertama-tama harus memiliki bagian-bagian pokok, ya­<br />

itu :<br />

(a) Bagian pengumpulan data & informasi, yang bekerja mengumpulkan ba­<br />

han-bahan kwalitatïf maupun kwantitatif untuk keperluan perencanaan ,<br />

Bagian ïni berfungsi juga untuk mengolah, menganalisa dan menyc;j«'

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!