11.04.2013 Views

representasi perempuan pada lukisan di bak truk - Puslit Petra ...

representasi perempuan pada lukisan di bak truk - Puslit Petra ...

representasi perempuan pada lukisan di bak truk - Puslit Petra ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

36<br />

NIRMANA, VOL.9, NO. 1, JANUARI 2007: 31-37<br />

hakiki dan pasti dalam sebuah tindakan ketika gambar<br />

dan kata-kata tersebut sudah berada <strong>di</strong> tangan yang<br />

berbeda.<br />

Representasi atas seksualitas <strong>perempuan</strong> dalam<br />

foto dan iklan ini sebenarnya berada dalam sebuah<br />

bingkai rezim yang lebih besar dan kuat dan<br />

mereduksi posisi <strong>perempuan</strong>. Sebagaimana Wolgast<br />

seperti yang <strong>di</strong>kutip oleh Jeremi Jena mengatakan<br />

bahwa pornografi adalah <strong>representasi</strong> eksplisit perilaku<br />

seksual yang <strong>di</strong>gambarkan sedemikian rupa<br />

sehingga peran dan status <strong>perempuan</strong> <strong>di</strong>reduksikan<br />

semata-mata sebagai objek seksual yang <strong>di</strong>manipulasi<br />

dan <strong>di</strong>eksploitasi (Jena, www.freelists.org). Dari sini<br />

kita bisa melihat, bagaimana pornografi merupakan<br />

bagian dari <strong>representasi</strong> dari banyak hal, setidaknya<br />

merupakan <strong>representasi</strong> dari hak berekspresi, <strong>representasi</strong><br />

<strong>perempuan</strong> sebagai manusia yang otonom dan<br />

juga dapat me<strong>representasi</strong>kan bagaimana <strong>perempuan</strong><br />

berada dalam dominasi yang hegemonik sebagai<br />

obyek seksual. Sehingga akan tepat apa yang<br />

<strong>di</strong>katakan oleh Donny Danardono, bahwa setiap<br />

karya, dalam bentuk apapun itu, maknanya sangat<br />

tergantung <strong>pada</strong> budaya penikmatnya (Danardono,<br />

www.kompas.com).<br />

Seksualitas <strong>perempuan</strong> <strong>di</strong>eksploitasi sedemikian<br />

rupa sehingga dapat semakin mengukuhkan <strong>perempuan</strong><br />

sebagai obyek seks bagi laki-laki. Problema ini<br />

semakin <strong>di</strong>lematik saat persoalan trafiking <strong>perempuan</strong><br />

untuk industri pornografi dan seks semakin luas.<br />

Tentu saja kon<strong>di</strong>si demikian semakin mempersulit<br />

posisi <strong>perempuan</strong> karena <strong>di</strong> satu sisi <strong>perempuan</strong><br />

<strong>di</strong>stereotipe sebagai objek seksual dan harus<br />

memberikan pelayanan seks seperti yang <strong>di</strong>tuntut oleh<br />

laki-laki, tetapi <strong>di</strong> sisi lain, <strong>perempuan</strong> <strong>di</strong>salahkan<br />

karena seksualitas dan erotisme yang <strong>di</strong>milikinya.<br />

Dalam melihat fenomena <strong>lukisan</strong> <strong>bak</strong> <strong>truk</strong> yang<br />

menampilkan sisi seksualitas dan erotisme tersebut,<br />

tampak bahwa dengan erotisnya maka <strong>perempuan</strong><br />

menja<strong>di</strong> sumber pornografi dan menja<strong>di</strong> sumber<br />

”olok-olok” karena keberadaan organ tubuhnya.<br />

Mereduksi posisi <strong>perempuan</strong> melalui <strong>lukisan</strong> <strong>bak</strong> <strong>truk</strong><br />

menja<strong>di</strong> hal yang biasa karena hegemoni yang<br />

<strong>di</strong>munculkan oleh <strong>lukisan</strong> ini. Pengguna jalan lain<br />

(termasuk <strong>perempuan</strong>) menerima sepenuhnya <strong>lukisan</strong><br />

<strong>bak</strong> <strong>truk</strong> yang erotik ini bahkan nyaris tidak ada protes<br />

yang <strong>di</strong>munculkan oleh kelompok-kelompok sosial<br />

termasuk kaum feminis dalam melihat fenomena ini.<br />

Kon<strong>di</strong>si yang dapat semakin memperparah relasi<br />

seksual laki-laki dan <strong>perempuan</strong> ini kemu<strong>di</strong>an juga<br />

<strong>di</strong>komo<strong>di</strong>fikasi oleh produsen-produsen iklan kondom<br />

yang ikut bermain dalam wilayah seni lukis <strong>bak</strong> <strong>truk</strong><br />

ini. Seakan-akan <strong>perempuan</strong>lah yang menyebabkan<br />

kegiatan selalu menjurus <strong>pada</strong> seks.<br />

SIMPULAN<br />

Representasi <strong>perempuan</strong> dalam budaya me<strong>di</strong>a<br />

memang menunjukkan problematika tersen<strong>di</strong>ri. Dapat<br />

kita cermati bersama bahwa komo<strong>di</strong>fikasi tubuh<br />

<strong>perempuan</strong> dalam industri me<strong>di</strong>a kurang mempertimbangkan<br />

kea<strong>di</strong>lan gender, termasuk dalam me<strong>di</strong>a<br />

jalanan seperti <strong>lukisan</strong> <strong>di</strong> <strong>bak</strong> <strong>truk</strong>. Budaya me<strong>di</strong>a<br />

lebih menekankan <strong>pada</strong> akumulasi kapital an sich dan<br />

mengabaikan nilai-nilai kea<strong>di</strong>lan, kebersamaan dan<br />

kemanusiaan. Tubuh <strong>perempuan</strong> yang <strong>di</strong><strong>representasi</strong>kan<br />

menja<strong>di</strong> bersifat <strong>di</strong>skriminatif dan subor<strong>di</strong>natif.<br />

Dan ironisnya hal ini compatible dengan arus budaya<br />

patriarki. Ja<strong>di</strong> <strong>representasi</strong> identitas <strong>perempuan</strong> berada<br />

<strong>pada</strong> posisi subor<strong>di</strong>natif. Perempuan dalam prakteknya<br />

<strong>di</strong> perankan dalam wilayah-wilayah yang bias<br />

gender. Maka dari <strong>representasi</strong> identitas yang<br />

demikianlah sosok <strong>perempuan</strong> identik dengan dapur,<br />

kasur dan sumur.<br />

Kemu<strong>di</strong>an yang menja<strong>di</strong> persoalan, dari pencitraan<br />

identitas <strong>perempuan</strong> tersebut mempengaruhi<br />

persepsi dan <strong>di</strong>mensi kognisi publik tentang apa dan<br />

bagaimana seorang ‘<strong>perempuan</strong>’ harus <strong>di</strong>maknai.<br />

Atau dengan bahasa lain regulasi citra tersebut<br />

mengalami kulturasi sehingga <strong>perempuan</strong> <strong>di</strong>maknai<br />

menurut reproduksi citra yang sesungguhnya hanya<br />

merupakan simulasi yang bias gender. Pendek kata,<br />

budaya gender sesungguhnya merupakan kons<strong>truk</strong>si<br />

sosial yang <strong>di</strong>genderkan. Budaya gender dengan<br />

demikian merupakan relasi identitas, peran dan<br />

s<strong>truk</strong>tur yang membingkainya. Jika yang membingkai<br />

dalam industri me<strong>di</strong>a adalah budaya patriarki maka<br />

<strong>perempuan</strong> <strong>di</strong>tempatkan <strong>pada</strong> posisi yang minoritas.<br />

Lukisan <strong>pada</strong> <strong>bak</strong> <strong>truk</strong> dalam perkembangannya<br />

menja<strong>di</strong> industri me<strong>di</strong>a, karena <strong>lukisan</strong> yang <strong>di</strong>tampilkan<br />

<strong>di</strong>dominasi oleh isu <strong>perempuan</strong> itu kini lambat<br />

laun telah <strong>di</strong>masuki oleh wilayah iklan. Iklan kondom<br />

banyak mewarnai <strong>lukisan</strong> <strong>di</strong> <strong>bak</strong> <strong>truk</strong> tersebut. Dengan<br />

tetap mempertahankan <strong>representasi</strong> <strong>perempuan</strong> yang<br />

bias gender, maka hal ini menja<strong>di</strong> catatan tersen<strong>di</strong>ri <strong>di</strong><br />

balik hampir tidak adanya catatan kritis tentang<br />

fenomena <strong>lukisan</strong> <strong>bak</strong> <strong>truk</strong> tersebut. Representasi<br />

<strong>perempuan</strong> yang tergambarkan dalam <strong>lukisan</strong> <strong>bak</strong> <strong>truk</strong><br />

telah mereduksi posisi <strong>perempuan</strong> yang seharusnya<br />

setara dengan laki-laki.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Danardono, Donny. Tak Mungkinnya Norma Hukum<br />

Antipornografi. 15 Maret 2007. http://www.<br />

kompas.com/kompas-cetak/0605/29/swara/268<br />

3713.htm<br />

Fajriyah, Iklilah Muzayyanah Dini. Pornografi dalam<br />

Perdebatan Feminis, 20 Nopember 2007.http://<br />

www.fatayat.or.id

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!