buku rencana dnpi adaptasi - Adaptation and... - Dewan Nasional ...
buku rencana dnpi adaptasi - Adaptation and... - Dewan Nasional ...
buku rencana dnpi adaptasi - Adaptation and... - Dewan Nasional ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
47 48<br />
menjadi panas terik matahari yang menyengat. Hal tersebut mendorong perkembangbiakan nyamuk<br />
dengan cepat<br />
º Di Indonesia, peningkatan curah hujan di atas normal terjadi khususnya pada tahun-tahun La Niña. Kasus<br />
demam berdarah dengue (DBD) juga ditemukan meningkat signifikan pada tahun-tahun terakhir ini.<br />
Berdasarkan data kejadian DBD di berbagai kota besar di Indonesia, laju kejadian DBD di Pulau Jawa dalam<br />
kurun waktu 1992 hingga 2005 meningkat secara konsisten (Indonesia Country Report, 2007)<br />
º Data Departemen Kelautan dan Perikanan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu hanya dua tahun,<br />
yaitu 2005–2007, Indonesia telah kehilangan 24 pulau kecil di Nusantara. Lokasi ke-24 pulau yang<br />
tenggelam tersebut adalah sebagai berikut: tiga pulau di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), tiga pulau di<br />
Sumatera Utara, tiga di Papua, lima di Kepulauan Riau, dua di Sumatera Barat, satu di Sulawesi Selatan, dan<br />
tujuh di kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta. Mayoritas pulau kecil yang tenggelam tersebut diakibatkan<br />
oleh erosi air laut yang diperburuk oleh kegiatan penambangan untuk kepentingan komersial. Selain itu,<br />
bencana tsunami Aceh 2004 juga berdampak pada tenggelamnya tiga pulau kecil setempat. Kehilangan<br />
pulau-pulau kecil ini terutama yang berada di daerah perbatasan dengan negara lain akan berdampak<br />
hukum yang merugikan Indonesia. Karena dengan kehilangan pulau-pulau tersebut (yang semula jadi<br />
penentu tapal batas Indonesia dengan negara tetangga) wilayah perairan Indonesia akan berkurang. Hal<br />
ini perlu diantisipasi mengingat kemungkinan di wilayah tersebut terdapat sumber mineral.<br />
º Dari segi ekonomi, menurut World Disaster Report (2001), kerugian akibat bencana iklim di tingkat global<br />
yang terjadi sekarang dib<strong>and</strong>ing dengan yang terjadi di tahun 1950-an sudah meningkat 14 kali, yaitu<br />
mencapai US$ 50-100 milyar per tahun. Demikian juga jumlah kematian akibat bencana iklim meningkat<br />
50% per dekadenya. Pada tahun 2050, apabila pemanasan global terus terjadi dan tidak ada upaya-upaya<br />
<strong>adaptasi</strong> yang te<strong>rencana</strong> dilakukan dari sekarang, maka diperkirakan kerugian ekonomi akibat bencana<br />
iklim akan meningkat mencapai US$ 300 milyar per tahun dan jumlah kematian bisa mencapai 100 ribu<br />
orang per tahun (SEI, IUCN, dan IISD, 2001). Upaya <strong>adaptasi</strong> yang dilakukan sejak dini akan dapat<br />
mengurangi kerugian akibat bencana secara signifikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa setiap<br />
1 USD yang dikeluarkan untuk melakukan upaya <strong>adaptasi</strong> dapat menyelamatkan sekitar 7 USD biaya yang<br />
harus dikeluarkan untuk pemulihan akibat dampak dari bencana iklim (Biemans et al., 2006).<br />
Sumber:<br />
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1696&Itemid=195<br />
III.2 Kebutuhan Strategi Adaptasi di Indonesia<br />
Walau indikator negara atau wilayah yang dikategorikan rentan masih menjadi perdebatan di<br />
sidang Subsidiary Body for Scientific <strong>and</strong> Technological Advice (badan pembantu UNFCCC yang<br />
menangani masalah-masalah teknis dan ilmiah), namun Indonesia sebagai negara yang masih<br />
banyak memiliki persoalan pembangunan sosial dan ekonomi serta lingkungan hidup akan<br />
semakin terdorong ke dalam wilayah yang sangat rentan dengan kemampuan daya tahan<br />
(resilience) yang rendah. Bencana salah urus tersebut menyebabkan kerugian ekonomi yang besar.<br />
tentunya faktor perubahan iklim akan mempercepat dan memperparah kondisi rentan dan<br />
lemahnya daya tahan tadi.<br />
Dari sisi geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis<br />
pantai lebih dari 81.000 km serta lebih dari 17.508 pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km2 sehingga<br />
wilayah pesisir dan lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan<br />
keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia dengan memiliki ekosistem pesisir<br />
seperti mangrove, terumbu karang (coral reefs) 22 dan padang lamun (sea grass beds) (Dahuri et al.<br />
1996).<br />
Oleh sebab itu penguatan kapasitas <strong>adaptasi</strong> menjadi hal yang krusial dan urgent. Kuat atau<br />
lemahnya kapasitas <strong>adaptasi</strong> dapat dilihat dari sisi eksternal seperti daya dukung ekosistem dan<br />
lingkungan saat ini, juga sisi internal yang dilihat dari kesiapan perangkat regulasi dan<br />
kelembagaan, anggaran serta sumberdaya manusia.<br />
climate change:<br />
Global warming<br />
Ÿ productivity increase<br />
Ÿ Latitudinal migraion of<br />
ecosystems<br />
first order effects:<br />
Rainfall changes, extreme<br />
events <strong>and</strong> disasters<br />
Ÿ structural changes of<br />
ecosystems<br />
Ÿ changes in bio-geo chemical<br />
cycles<br />
Gambar 4. Efek Perubahan Iklim pada Level yang Berbeda<br />
second order effects:<br />
Droughts, floods,<br />
fires, plagues<br />
Ÿ forest fires<br />
Ÿ changes in structure<br />
<strong>and</strong> function of the<br />
ecosystem<br />
forest ecosystems <strong>and</strong> forest sector: Autonomous adaptation capacity<br />
other natural <strong>and</strong> human systems<br />
22 World Resource Institute (WRI) (2002) mengestimasi bahwa luas terumbu karang di Indonesia adalah sekitar 51.000 km.